• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMERIKSAAN GENU PADA KASUS OSTEO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEKNIK PEMERIKSAAN GENU PADA KASUS OSTEO"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sendi atau artikulasio, adalah istilah yang digunakan untuk menunjuk pertemuan antara dua atau beberapa tulang kerangka. Ilmu yang mempelajari persendian disebut artrologi. Sendi lutut adalah sendi engsel dengan perubahan dan yang dibentuk kedua kondil femur yang bersendi dengan permukaan superior kondil- kondil tibia ( Pearce, 2009 ).

Osteoathrosis merupakan suatu penyakit sendi menahun yang dimulai dari kerusakan dan kemunduran fungsi tulang rawan sendi. Osteoarthrosis dikenal juga dengan nama osteoarthritis merupakan penyakit degeneratif sendi yang dapat menyerang sendi manapun pada tubuh manusia, terutama pada sendi yang menerima pembebanan terlebih seperti sendi panggul dan lutut (http://stopwarofisrael-palestina.blogspot.com/).

(2)

space sendi lutut yang cidera dengan sendi lutut stabil. Oleh karena itu diperlukan proyeksi pemotretan serta posisi pasien yang tepat.

Pemeriksaan radiografi pada kasus radang sendi (arthritis) sendi lutut direkomendasikan oleh Leach, Gregg dan Siber untuk menggunakan proyeksi AP (Antero Posterior) weight- bearing perbandingan antara dua sendi yang berpasangan. Posisi weight bearing ini akan menampakkan keadaan sendi lutut yang sesuai dengan kondisi anatomis lutut normal (Ballinger, 2003).

Berbeda dengan yang ada di beberapa referensi, di instalasi radiologi RSUD Salatiga pemeriksaan sendi lutut atau genu dengan kasus osteoarthrosis dilakukan dengan proyeksi AP dan lateral perbandingan dengan posisi pasien supine, hal ini dikarenakan pasien non kooperatif. Berdasarkan latar belakang di atas penulis ingin menyajikan kasus ini dalam bentuk laporan kasus dengan judul “TEKNIK PEMERIKSAAN GENU PADA KASUS OSTEOARTHROSIS DENGAN PASIEN NON KOOPERATIF DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD SALATIGA”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Teknik Pemeriksaan Genu pada Kasus Osteoarthrosis dengan Pasien Non Kooperatif di Instalasi Radiologi RSUD Salatiga? 2. Apa kelebihan dan kelemahan dari proyeksi yang digunakan?

3. Bagaimana upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada pemeriksaan genu di Instalasi RSUD Salatiga?

(3)

1. Untuk mengetahui Teknik Pemeriksaan Genu pada Kasus Osteoarthrosis dengan Pasien Non Kooperatif di Instalasi Radiologi RSUD Salatiga.

2. Untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan dari proyeksi yang digunakan.

3. Untuk mengetahui upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada pemeriksaan genu di Instalasi RSUD Salatiga.

4. Untuk memenuhi tugas mata kuliah PKL 1. D. Manfaat Penulisan

1.

Penulis

Hasil penulisan ini dapat memberi pengalaman dan menambah wawasan tentang pemeriksaan osteoarthrosis.

2. Institusi

(4)

2. Wawancara

Penulis mengadakan wawancara secara langsung dengan pihak – pihak terkait yang berhubungan dengan penulisan laporan ini.

3. Studi Pustaka

Penulis membandingkan pemeriksaan genu antara tinjauan teori dengan praktek di lapangan.

F. Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Yang berisi tentang anatomi dan fisiologi genu, osteoarthrosis, teknik pemeriksaan genu dan proteksi radiasi.

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN

Yang berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan. BAB IV PENUTUP

Yang berisi tentang kesimpulan dan saran. LAMPIRAN

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

(5)

1. Anatomi

Sendi lutut adalah sendi engsel dengan perubahan dan yang dibentuk kedua kondil femur yang bersendi dengan permukaan superior kondil- kondil tibia. Patela terletak di atas permukaan pateler yang halus pada femur dan di atas itu patela meluncur sewaktu sendi bergerak. Patela berada di depan bagian- bagian persendian yang utama, tetapi tidak masuk ke dalam formasi sendi lutut.

Struktur interartikuler. Beberapa struktur penting berada di dalam sendi lutut. Tulang rawan semilunaris terletak di atas permukaan persendian yang berupa dataran tinggi dari tibia guna memperdalamnya untuk penerimaan kondiler dari femur (Pearce, 2009).

Gambar 1. Anatomi sendi lutut dari posisi anterior (Ballinger, 2003). Keterangan

1. Permukaan patella

2. Ligamen cruciatum posterior 3. Ligamen cruciatum anterior 4. Meniscus medial

5. Meniscus lateral

(6)

Gambar 2. Anatomi sendi lutut dari posisi posterior (Ballinger, 2003).

Gambar 3. Anatomi sendi lutut dari posisi lateral (Ballinger, 2003). Genu terdiri dari beberapa bagian antara lain:

a. Tulang Rawan

(7)

(http://rahmatnani.wordpress.com/2012/02/20/tulang-Mencegah gesekan tulang terhadap satu sama lain adalah salah satu fungsi tulang rawan utama. Misalnya, tulang rawan di lutut dan siku bekerja seperti bantal dalam tulang dan membantu

menghindari nyeri sendi

(http://smabiologi.blogspot.com/2013/07/fungsi-tulang-rawan-kartilago.html).

b. Meniscus

Cartilago semilunaris (meniscus) adalah lamella fibrocartilago berbentuk C , yang pada potongan melintang berbentuk segitiga. Batas perifernya tebal dan cembung, melekat pada bursa. Batas dalamnya cekung dan membentuk tepian bebas. Permukaan atasnya cekung dan berhubungan langsung dengan condylus femoris.

Fungsi meniscus ini adalah memperdalam fascies articularis condylus tibialis untuk menerima condyluemoris yang cekung. Cartilago Semilunaris terdiri dari dua yaitu cartilago semilunaris medialis bentuknya dan cartilago semilunaris lateralis (http://webcache.googleusercontent.com/search?

q=cache:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/a

natomi-fitriani.pdf).

c. Cairan Sinovial

(8)

untuk sendi dan tendon (http://kamuskesehatan.com/arti/cairan-sinovial/).

Cairan sinovial merupakan materi kental yang jernih seperti putih telur. Materi ini terdiri dari 95% air dengan pH 7,4 dan merupakan campuran polisakarida (sebagian besar asam hialurunat), protei, dan lemak. Cairan sinovial berfungsi untuk melumasi dan memberikan nutrisi pada permukaan kartilago artikular. Cairan ini juga mengandung sel fagosit untuk mengeluarkan fragmen jaringan mati (debris) dari rongga sendi yang cidera atau infeksi (Sloane, 2004).

d. Membran Sinovial

Membran sinovial (juga dikenal sebagai sinovium atau strata synoviale) adalah jaringan lunak yang ditemukan antara kapsul artikular (kapsul sendi) dan rongga sendi sendi sinovial (http://en.wikipedia.org/wiki/Synovial_membrane).

Membran sinovial sendi lutut adalah terbesar dalam tubuh. Selain melapisi struktur sendi, membran itu juga membentang ke atas dan ke bawah sampai di bawah ligamen patela, dan membentuk beberapa bursa (kantong) sekitar sendi (Pearce, 2009).

e. Bursa

(9)

dan bawah tendon origo muskulus popliteus. Bursa ini membuka kearah sendi melalui celah yang sempit diatas meniscus lateralis dan tendon muskulus popliteus.

Banyak bursa berhubungan sendi lutut. Empat terdapat di depan, dan enam terdapat di belakang sendi. Bursa ini terdapat pada tempat terjadinya gesekan di antara tulang dengan kulit, otot, atau tendon.

Bursa anterior terdiri dari, bursa supra patellaris, bursa prepatellaris, bursa infrapatellaris superficialis, dan bursa infrapatellaris profunda. Bursa posterior terdiri dari, bursa recessus subpopliteus dan bursamuskulus semimebranous.

Empat bursa lainnya ditemukan sehubungan dengan, tendon insertio m. biceps femoris, tendon m. sartorius, m. gracilis dan m. semitendinosus sewaktu berjalan ke insertionya pada tibia. Di bawah caput lateral origo m. gastrocnemius dan di bawah

caput medial origo m. gastrocnemius

(http://webcache.googleusercontent.com/search?

q=cache:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/a

natomi-fitriani.pdf).

f. Ligamen

(10)

anterior sesuai dengan perlekatannya pada tibiae. Ligamentum ini penting karena merupakan pengikat utama antara femur dan tibiae (http://webcache.googleusercontent.com/search?

q=cache:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/a

natomi-fitriani.pdf).

2. Fisiologi

Meskipun permukaan- permukaan persendiannya tidak begitu tepat sesuai satu dengan lainnya, sendi lutut dikelilingi ligamen yang sangat kuat pula (inilah syarat terpenting). Ligamen dan otot inilah yang membuat sendi lutut menjadi sendi terkuat dan paling stabil dalam tubuh dan jarang kena dislokasi traumatik.

Untuk kestabilannya sendi lutut tergantung pada otot yang mengelilinginya, khususnya otot kuadrisep femoris, yang harus selalu dapat berkembang dengan baik. Otot- otot utama yang bekerja pada lutut adalah, ekstensi otot kuadrisep femoris, fleksi otot paha dan gastroknemius, serta rotasi medial otot popliteus, yaitu otot yang terletak dalam di sebelah belakang tibia (Pearce, 2009)

B. Osteoarthrosis

(11)

sendi panggul dan lutut. Osteoarthrosis terjadi secara pelahan dan progesif yang dapat mengakibatkan berkurang cairan sinovium sehingga memperburuk rawan sendi dan terbentuknya taji atau osteofit pada tepi-tepi sendi. Osteoarthritis dapat menimbulkan kelainan pada struktur lutut dan dapat menimbulkan berbagai macam keluhan seperti, keterbatasan gerak sendi, adanya nyeri, kekakuan sendi/ stifness, oedem atau pembengkakan sendi.

Penyebabnya diantara lain, usia, jenis kelamin, obesitas, over use, kecacatan genu varus atau valgus, trauma. Osteoarthrosis dapat menimbulkan perubahan patologis akibat proses degenerasi pada tulang rawan sendi dan tulang subkondral, dimana terjadi erosi dan permukaan sendi sehingga menjadi kasar dan timbul osteofit, sehingga celah sendi menyempit sedangkan pada ligament akan terjadi iritassi dan pemendekan yang disebabkan karena immobilisasi yang menyebabkan otot-otot sekitar menjadi lemah. Gejala dan tanda klinis, keterbatasan gerak, nyeri, kekakuan, krepitasi, kelemahan dan atropi otot, deformitas, instabilitas sendi.

Gambar 4. Sendi lutut normal dan sendi lutut yang terserang osteoarthrosis

(12)

Pada osteoarthrosis keterbatasan ROM lutut karena adanya penyempitan celah sendi akibat adanya osteofit yang juga menyebabkan terjepitnya serabut afferent C dan termasuk juga saraf sensoris pada jaringan di daerah sekitar sendi, kapsul yang mebungkus sendi, dan otot-otot yang melekat di sekitar sendi sehingga menimbulkan keterbatasan ROM lutut. Akibat dari ketidakseimbangan antara regenersi dengan degenerasi maka akan terjai pelunakan, perpecahan dan penglupasan lapisa rawan sendi yang akan terlepas menjai korpus libera sehingga dapat menimbulkan penguncian ketika sendi bergerak sehingga akan membuat penderita takut untuk menggerakkan lututnya secara maksimal (immobilisasi) akibat dari itu semua maka otot- otot disekitar seni akan menjadi spasme dan lama- kelamaan akan terjadi kelemahan pada otot penggerak sendi lutut dan juga akan mengakibatkan mikrosirkulasi menjadi lambat yang diikuti dengan kolagen adhesion dan menimbulkan kontraktur sehingga timbul nyeri yang mengakibatkan immobilisasi sehingga terjadi keterbatasan gerak sendi lutut (http://stopwarofisrael-palestina.blogspot.com/).

C. Teknik Pemeriksaan Genu

1. Proyeksi Antero Posterior (AP) (Bontrager, 2010)

a. Posisi Pasien :

1) Posisi pasien

(13)

3) Tungkai bawah seharusnya full ekstensi.

Arah sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset atau menyudut 50 – 70

cephalad.

d. Central Point (CP) :

Titik bidik pada titik kurang lebih 0,5 inchi dibawah apek patella.

e. FFD : 100 cm

f. Ukuran kaset : 18 x 24 cm g. Kriteria gambar :

1) Distal femur, proksimal tibia dan fibula terlihat dalam radiograf.

2) Celah femorotibial joint terlihat membuka.

Gambar 5. Posisi pasien dan hasil radiograf proyeksi AP (Ballinger, 2003).

2. Proyeksi Lateral ( Medio lateral ) (Bontrager, 2010)

a. Posisi pasien :

(14)

3) Sediakan pengganjal sendi lutut untuk mencegah over rotasi.

b. Posisi obyek :

1) Tubuh dan tungkai diatur rotasi, sehingga sendi lutut pada posisi true lateral.

2) Fleksikan sendi lutut 200 – 300.

3) Atur sendi lutut pada pertengahan kaset. c. Central Ray (CR) :

Arah sinar 50 - 70 kearah cephalad.

d. Central Point (CP) :

Titik bidik 1 inchi ( 2,5 cm ) distal dari epikondilus medial.

e. FFD : 100 cm

f. Ukuran kaset : 18 x 24 cm g. Kriteria gambar :

1) Distal femur, proksimal tibia dan fibula serta patella terlihat dalam radiograf.

2) Femoropatellar dan sendi lutut membuka.

Gambar 6. Posisi pasien dan hasil radiograf proyeksi lateral (Ballinger, 2003).

(15)

Posisi ini akan memperlihatkan keadaan celah sendi lutut yang sesuai dengan keadaan normal secara anatomis dari sendi lutut (Ballinger, 2003).

a. Posisi pasien :

Posisi pasien berdiri diatas step stool agar pasien terangkat sehingga cukup untuk sinar horizontal.

b. Posisi obyek :

1) Posisikan kaki lurus di depan dengan tekanan pada kedua kaki. 2) Sediakan pengganjal sebagai kestabilan pasien.

3) Pusatkan sendi lutut pada pertengahan meja pemeriksaan. c. Central Ray (CR) :

Arah sinar horizontal tegak lurus kaset / film, 50 – 100 caudad

pada pasien kurus; pada pertengahan diantara sendi lutut setinggi 0,5 inchi di bawah apek patella.

d. Central Point (CP) :

Titik bidik pada titik pertengahan antara kedua lutut setinggi 0,5 inchi di bawah apek patella.

e. FFD : 100 cm

f. Ukuran kaset : 24 x 30 cm g. Kriteria gambar :

(16)

2) Patella mengalami superposisi dengan femur dan sebagian kaput fibula akan superposisi dengan tibia.

3) Terlihat jaringan lunak di sekitar sendi.

Gambar 7. Posisi pasien dan hasil radigraf proyeksi weight-bearing (Ballinger, 2003).

D. Proteksi Radiasi

Menurut BAPETEN, proteksi radiasi adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi (http://ainunsofhaina.blogspot.com/2013/02/pengertian-falsafah-dan-asas-asas.html).

1. Proteksi Pasien terhadap Radiasi (Rasad, 1992)

a. Pemeriksaan sinar X hanya atas permintaan seorang dokter b. Pemakaian filtrasi maksimum pada sinar primer

c. Pemakaian voltage yang lebih tinggi (bila mungkin) sehingga daya tembusnya lebih kuat

d. Jarak fokus- pasien jangan terlalu pendek. e. Daerah yang disinari harus seoptimal mungkin f. Waktu penyinaran sesingkat mungkin

(17)

h. Pasien hamil, terutaa trisemester pertama, tidak boleh diperiksa radiologik

2. Proteksi terhadap Dokter Pemeriksa dan Petugas Radiologi Lainnya (Rasad, 1992)

a. Hindari penyinaran bagian- bagia tubuh yang tidak terlindung b. Pemakaian sarung tangan dan apron yang berlapis Pb

c. Hindari melakukan sinar tembus

d. Hindari pemeriksaan sinar tembus tulang- tulang kepala

e. Akomodasi mata sebelum melakukan pemeriksaan sinar tembus paling sedikit selama 20 menit.

f. Gunakan alat-alat pengukur sinar Roentgen g. Pemeriksaan pesawat sebelum dipakai

h. Pemeriksaan rutin terhadap kemungkinan bocor atau rusaknya perlengkapan-perlengkapan pelindung berlapis Pb

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Ilustrasi Kasus

Nomor CM : 12- 13- 212788

Nama : Ny. A

Umur : 66 Tahun

(18)

Alamat : Sraten

Poli / Ruang : Ruang Melati

Nomor Register Rontgen : 1013/RI29 Dokter Pengirim : dr. Husna. K

Klinis : Suspect Gout

2. Riwayat Pasien

Pasien jatuh dari kendaraan bermotor pada hari Jumat 4 Oktober 2013. Pasien merasakan nyeri pada kedua lututnya dan lutut sebelah kanan mengalami pembengkakan. Pada hari Minggu 6 Oktober 2013, pasien dibawa ke Rumah Sakit.

Untuk membantu menegakkan diagnosa dari IGD dokter mengirim pasien ke Instalasi Radiologi untuk melakukan foto rongten. 3. Posedur Pemeriksaan

a. Persiapan Alat 1) Pesawat sinar-x

(19)

2) Imaging Plate ukuran 24x 30 cm

Gambar 9. Imaging Plate

3) Image reader Fuji Capsula XL II dan Computed Radiography

(20)

Gambar 11. Printer 5) Film ukuran 24 x 30 cm

Gambar 12. Kotak film ukuran 24 x 30 cm. b. Persiapan Pasien

Pasien dianjurkan untuk melepas benda-benda yang dapat mengganggu hasil radiograf. Selain itu sebelum pemeriksaan pasien diberi penjelasan mengenai pemeriksaan yang akan dilakukan.

4. Teknik Pemeriksaan a. Proyeksi AP

1) Posisi Pasien :

(21)

b) Berikan bantalan pada kepala pasien c) Tungkai ekstensi penuh

2) Posisi Obyek :

a) Luruskan tungkai dan pusatkan genu pada pertengahan imaging plate

b) Rotasikan tungkai ke dalam 3- 5 untuk true AP genu

3) Central Ray ( CR ) :

Vertikal tegak lurus terhadap imaging plate 4) Central Point ( CP ) :

Di pertengahan antara genu dextra dan sinistra

5) FFD : 100cm

6) Ukuran Imaging Plate : 24 x 30 cm 7) Faktor Eksposi : 50 kV 10 mAs 8) Hasil radiograf :

(22)

1) Posisi Pasien :

a) Pasien tidur supine di atas brankar b) Berikan bantalan pada kepala pasien

2) Posisi Obyek :

a) Letakkan genu dextra pada salah satu sisi imaging plate yang telah dibagi dua bagian.

b)Rotasikan tungkai dan genu ke eksternal. c) Fleksikan genu (semampu pasien)

d)Lakukan hal yang sama untuk genu sinistra pada bagian sisi imaging plate yang belum terekspose

3) Central Ray ( CR ) : Vertikal tegak lurus imaging plate 4) Central Point ( CP ) :

1 inchi ( 2,5 cm ) distal dari epikondilus medial

5) FFD : 100 cm

6) Ukuran Imaging Plate : 24 x 30 cm dibagi dua 7) Faktor Eksposi : 10 kV 50 mAs

(23)

Gambar 14. Hasil radiograf proyeksi lateral. 5. Pengolahan Film

Sistem pengolahan film di Instalasi Radiologi RSUD Salatiga menggunakan Computed Radiography.

Berikut langkah- langkahnya:

a. Registrasikan ID pasien pada CR untuk menyimpan hasil file pasien sesuai jenis pemeriksaan yang dilakukan.

b. Imaging Plate yang telah terekspose dimasukkan ke reader untuk diambil hasilnya, setelah data/ hasil gambar masuk ke CR, keluarkan imaging plate dari reader.

c. Edit gambar sesuai kebutuhan, jika dirasa kondisi radiograf sudah cukup, cetak hasilnya (printing) jangan lupa diberi marker sesuai obyek yang diperiksa.

(24)

6. Hasil Ekspertisi Dokter a. Hasil :

1) Tampak soft tissue swelling regio genu bilateral 2) Eminentia intercondilaris tak tampak meruncing 3) Tampak opasitas di joint space bilateral

4) Tampak osteofit di epicondylus lateralis os tibia bilateral, dan condylus lateralis os femur sinistra

5) Tampak pertumbuhan osteochondral di os patella bilateral aspek superior, tak tampak gambaran iritasi cortex maupun punch of lesion

6) Sistema tulang yang tervisualisasi intact b. Kesan :

1) Gambaran osteoarthrosis genu bilateral dengan suspect tendinosis

2) Tak tampak tanda- tanda gouty arthritis B. Pembahasan

(25)

Pada pemeriksaan radiografi sendi lutut dengan kasus osteoarthrosis proyeksi yang digunakan sama dengan proyeksi yang digunakan pada kasus osteoarthritis. Di Instalasi RSUD Salatiga pemeriksaan sendi lutut dengan kasus osteoarthrosis dibuat dengan proyeksi AP dan lateral perbandingan dengan posisi pasien supine, hal ini dikarenakan pasien non kooperatif dan tidak memungkinkan apabila dilakukan pemeriksaan dengan posisi berdiri.

Menurut dokter radiologi RSUD Salatiga proyeksi AP dengan posisi erect/ berdiri ataupun supine tidak mempengaruhi pembacaan foto karena gambaran anatomi tetap sama. Proyeksi yang digunakan sudah dapat memberikan informasi diagnostik tetapi tidak maksimal karena posisi objek tidak true lateral sehingga gambaran radiograf yang tampak adalah oblique.

(26)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Teknik pemeriksaan radiografi sendi lutut atau genu pada kasus osteoarthrosis proyeksi yang digunakan sama dengan proyeksi yang digunakan pada kasus osteoarthritis.

2. Teknik pemeriksaan osteoarthrosis di Instalasi Radiologi RSUD Salatiga menggunakan proyeksi AP dan lateral perbandingan dengan posisi supine dikarenakan pasien non kooperatif.

3. Ada kelebihan dan kelemahan dari proyeksi AP dan lateral perbandingan dengan posisi supine pada kasus osteoarthrosis, di antaranya adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan :

1) Radiograf proyeksi AP dengan posisi supine sudah dapat memberikan informasi diagnostik jadi dapat diterapkan pada pemeriksaan dengan pasien non kooperatif.

b. Kekurangan :

(27)

Hal ini mengakibatkan informasi diagnostik yang diperoleh kurang maksimal.

4. Upaya proteksi radiasi yang dilakukan pada pemeriksaan genu di Instalasi Radiologi RSUD Salatiga adalah pengaturan kolimasi lapangan dan waktu penyinaran yang optimal, tidak melakukan pengulangan foto dan memberi informasi bagi yang tidak berkepentingan untuk keluar dari area pemeriksaan.

B. Saran

Apabila ada permintaan foto rongten sendi lutut atau genu pada kasus osteoarthrosis dengan proyeksi lateral perbandingan dan pasiennya non kooperatif sehingga tidak bisa diposisikan true lateral, radiografer harus memodifikasi teknik pemeriksaan. Yaitu dengan cara memposisikan pasien tidur supine di atas brankar. Bagian genu sampai tungkai bawah diberi pengganjal sebagai fiksasi agar posisi objek true lateral. Letakkan kaset atau imaging plate pada sisi lateral genu, atur supaya imaging plate dapat berdiri tegak dan pastikan seluruh bagian objek tercover, posisikan genu pada pertengahan imaging plate, arah sinar yang digunakan adalah horizontal tegak lurus dari sisi medial. Lakukan hal yang sama untuk pemeriksaan genu dextra maupun sinistra.

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Bontrager, K. L, John P. Lampignano. Text Book of Radiographic Positioning and

Related Anatomy, Seventh Edition. St. Louid: Mosby Inc, 2010.

Definisi Cairan Sinovial. http://kamuskesehatan.com/arti/cairan-sinovial/, diakses

pada tanggal 13 Oktober 2013.

Lumongga, Fitriani. Sendi Lutut. http://webcache.googleusercontent.com/search? q=cache:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3476/1/anatom i-fitriani.pdf, 2004, diakses pada tanggal 8 Oktober 2013.

Pearce. E. C. Alih Bahasa oleh Sri Yuliani Handoyo. Anatomi dan Fisiologi untuk

Paramedis, Edisi ke- 33. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum, 2009.

Pewanangan, Centuri D. S. Teknik Pemeriksaan Radiografi Genu dengan Proyeksi AP dan Lateral Perbandingan pada Kasus Osteoarthritis di

Instalasi Radiologi BPRSUD Salatiga. Politeknik Kesehatan Kemenkes

Semarang, 2007.

Prasetya, R. Perbandingan Pemeriksaan Sendi Lutut pada Kasus Osteoarthritis dengan Posisi Berdiri dan Berbaring di Instalasi Radiologi Rso Prof.

Dr. R Soeharso Surakarta. Politeknik Kemenkes Semarang, 2006.

(29)

Rasad, R. Iwan Ekayuda (ed). Radiologi Diagnostik, Edisi ke- 2. Jakarta: Badan Penerbit FKUI, 2005.

Sloane, Ethel. Alih Bahasa oleh James Veldam. Palupi Widyastuti, SKM (ed).

Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula. Jakarta: EGC Penerbit Buku Kedokteran, 2004.

Sridianti, Tanti. Fungsi Tulang Rawan dan Kartilago.

http://smabiologi.blogspot.com/2013/07/fungsi-tulang-rawan-kartilago.html, diakses pada tanggal 13 Oktober 2013.

Sutiyono, W. A. Teknik Pemeriksaan Radiografi Genu Bilateral pada Kasus

Osteoarthritis di Instalasi Radiologi RSUD Kota Salatiga. Politeknik

Kesehatan Kemenkes Semarang, 2011.

Synovial Membrane. http://en.wikipedia.org/wiki/Synovial_membrane, 8 Agustus

2013, diakses pada tanggal 18 Oktober 2013.

Gambar

Gambar 1. Anatomi sendi lutut dari posisi anterior (Ballinger, 2003).
Gambar 2. Anatomi sendi lutut dari posisi posterior (Ballinger, 2003).
Gambar  4.  Sendi  lutut  normal  dan  sendi  lutut  yang  terserang
Gambar  5.  Posisi  pasien  dan  hasil  radiograf  proyeksi  AP(Ballinger, 2003).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dapat memberi pengetahuan dan sebagai referensi untuk tingkat panduan dosis tentang optimalisasi dosis radiasi sinar-X terhadap proyeksi PA dan LAT pada teknik pemeriksaan

Protokol sekuen rutin yang digunakan pada pemeriksaan MRI cervical dengan kontras di Instalasi Radiologi RSUD Banyumas terdiri dari potongan sagittal T1WI SE,

Prosedur pemeriksaan pelvis dengan menggunakan metode judet tidak berbeda dengan referensi, hanya saja perbedaannya pada proyeksi apa saja yang dilakukan, seperti

Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui optimalisasi dosis radiasi sinar-X terhadap proyeksi PA dan LAT pada teknik pemeriksaan foto thorax.. Penelitian ini

Salamun Bandung, maka peneliti menarik kesimpulan sebagai berikut : Proyeksi yang digunakan pada pemeriksaan BNO IVP yaitu AP Abdomen, pemeriksaan BNO IVP terdapat beberapa fase yaitu