TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI PELVIS DENGAN
KASUS OSTEOARTHRITIS PADA HIP JOINT
DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD MUNTILAN
LAPORAN KASUS
Disusun untuk memenuhi tugasPraktek Kerja Lapangan I
Disusun Oleh :
Amilia
P1337430214032
PRODI DIPLOMA IV TEKNIK RADIOLOGI SEMARANG JURUSAN TEKNIK RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG 2015
Laporan kasus ini telah diperiksa dan disetujui untuk diajukan sebagai laporan guna memenuhi tugas Praktek Lapangan Kerja 1 Program Studi Diploma IV Teknik Radiologi Jurusan Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi Semarang. Nama : Amilia
NIM : P1337430214032
Judul Laporan Kasus : “ Teknik Pemeriksaan Radiografi Pelvis dengan Kasus Osteoarthritis pada Hip Joint di Instalasi Radiologi RUSD Muntilan”
Magelang, Desember 2015 Pembimbing PKL
Umiyati Setiasih, S. ST NIP : 19730919 199603 2 001
KATA PENGANTAR
Radiografi Pelvis dengan Kasus Osteoarthritis pada Hip Joint di Instalasi Radiologi RSUD Muntilan” ini.
Laporan Kasus ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 Semester III, Prodi D-IV Teknik Radiologi Poltekkes Kemenkes Semarang, yang bertempat di Instalasi Radiologi RSUD Muntilan.
Dalam penyusunan laporan kasus ini tidak akan lepas dari segala bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua penulis
2. Ibu Siti Masrochah, S.Si, M. Kes. selaku Ketua Prodi D-IV Teknik Radiologi Poltekkes Kemenkes Semarang
3. Bapak Gatot Murti Wibowo, S.Pd, M.Sc selaku penguji akademik
4. Ibu Umiyati Setiasih, S. ST selaku Clinical Instructure (CI) Praktek Kerja Lapangan I di RSUD Muntilan Magelang
5. Seluruh Radiografer dan Staf Instalasi Radiologi RSUD Muntilan 6. Semua pihak yang terlibat dalam pembuatan Laporan Kasus ini
Penulis menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam penyusunan laporan kasus ini. Oleh karena itu, penulis menerima kritik dan saran yang membangun dari pembaca, guna memperbaiki laporan kasus selanjutnya. Penulis juga berharap laporan kasus ini bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca.
DAFTAR ISI ...iv
DAFTAR GAMBAR...vi
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1. Latar Belakang Masalah...1
1.2. Rumusan Masalah...2
1.3. Tujuan Penulisan...2
1.4. Metode Pengumpulan Data ...2
1.5. Manfaat Penulisan...3
1.6. Sistematika Penulisan...3
BAB II DASAR TEORI...4
2.1. Anatomi...4
2.2. Patologi Osteoarthritis...9
2.3. Teknik Radiografi Pelvis...11
2.4. Proteksi Radiasi...15
BAB III PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN...17
3.1. Identitas Pasien...17
3.2. Riwayat Pasien...17
3.3. Prosedur Pemeriksaan...18
3.5. Pembahasan Kasus...20
BAB IV PENUTUP...22
4.1. Kesimpulan...22
4.2. Saran...22
DAFTAR PUSTAKA...23
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Anatomi Pelvis...4Gambar 2. Pelvis kanan...5
Gambar 4. Aspek lateral hip kanan...7
Gambar 5. Aspek posterior hip kanan...8
Gambar 6. Osteoarthritis pada sendi panggul (hip joint)...10
Gambar 7. Skema perbandingan sendi panggul...11
Gambar 8. Posisi pasien Pelvis AP...11
Gambar 9. Radiograf Pelvis AP wanita...12
Gambar 10. Radiograf Pelvis AP pria...13
Gambar 11. Posisi pasien Pelvis Lateral...14
Gambar 12. Radiograf Pelvis Lateral...15
Gambar 13. Foto hasil pemeriksaan radiograf Tn.Z...20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sendi adalah pertemuan antara dua atau beberapa tulang dari kerangka. Sendi panggul atau hip merupakan sendi yang menghubugkan pelvis dengan tulang paha (femur). Sendi panggul memiliki 2 bagian yaitu caput femuris dan acetabulum.
degeneratif tulang rawan sendi dengan disertai terbentuknya bibir di pinggiran tulangnya, sehingga terjadi penyempitan ruang sendi dan mengakibatkan timbulnya rasa sakit. Osteoarthritis bisa dipicu karena cedera di masa lampau maupun abnormalitas bawaan pada susunan tulang.
Berdasarkan sumber data yang penulis peroleh dibeberapa referensi bahwa sendi panggul mempunyai teknik radiografi sendiri dan berbagai macam proyeksi pemotretan maka untuk mendapatkan radiograf yang lebih informatif dilakukan dengan berbagai proyeksi seperti AP unilateral dan AP perbandingan.
Berbeda dengan permintaan dokter di RSUD Muntilan yang menggunakan teknik radiografi pelvis AP yang sama dengan teknik radiografi hip proyeksi AP perbandingan dengan arah sinar vertikal tegak lurus untuk memeriksa sendi panggul kanan dan kiri sesuai dengan klinis pasien dan diagnosa dokter. Hal inilah yang menarik penulis untuk mengangkat kasus pemeriksaan radiografi pelvis dengan proyeksi anterior posterior menjadi laporan kasus dengan judul “Teknik Radiografi Pelvis dengan Kasus Osteoarthritis pada Hip Joint di Instalasi Radiologi RSUD Muntilan”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah disebutkan, maka dapat dirumuskan data sebagai berikut:
1. Bagaimana teknik pemeriksaan pelvis dengan kasus osteoarthritis pada hip joint di Instalasi Radiologi RSUD Muntilan?
2. Apakah radiograf yang dihasilkan telah cukup memberikan informasi yang diharapkan?
1.3. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan laporan kasus ini sebagai berikut:
2. Untuk mengetahui informasi anatomi dan patologi osteoarthritis pada
Yaitu metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencetak serta mengolah bahan penelitian. Penulis lakukan pada metode ini yaitu mengumpulkan informasi dari berbagai buku dan media internet yang berhubungan dengan masalah yang dikemukakan untuk mendukung pembahasan masalah.
2. Metode Observasi
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan melakukan observasi secara langsung mengenai teknik pemeriksaan radiografi pelvis dengan kasus osteoarthritis pada hip joint di Instalasi Radiologi RSUD Muntilan.
3. Metode Dokumentasi
Yakni metode pengumpulan data dengan mengambil data dari dokumen-dokumen antara lain dari hasil radiograf, rekam medik dan hasil pembacaan radiograf.
1.5. Manfaat Penulisan
Manfaat dari pembuatan laporan kasus ini yakni diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk menambah wawasan bagi penulis khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya mengenai patologi osteoarthritis yang menyerang sendi dalam hal ini sendi panggul serta tata laksana pemeriksaan radiografi pelvis.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I, Pendahuluan
Bab ini terdiri atas latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode pengumpulan data, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II, Dasar Teori
Bab ini menjelaskan tentang anatomi, patologi dan teknik pemeriksaan radiologi serta proteksi radiasi yang dijadikan sebagai dasar teori dalam penulisan laporan kasus ini. BAB III, Profil Kasus dan Pembahasan
Bab ini berisi tentang profil kasus pasien yang mengalami osteoarthritis, prosedur pemeriksaan, hasil pembacaan radiograf serta pembahasannya.
BAB IV, Penutup
Pada bab ini, dikemukakan kesimpulan dari bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
DASAR TEORI
Gambar 1. Anatomi Pelvis
Pelvis merupakan cincin yang terdiri dari tulang inominata dan sacrum yang dihubungkan oleh ligamen. Tulang inominata terdiri dari os ilium, ischium,dan pubis. Masing-masing berperan dalam menjaga stabilitas 3 dimensi pelvis. Ketiga bagian tersebut bergabung dan membentuk suatu ruang berbentuk mangkok yang disebut acetabulum yang pada permukaan lateral akan mengelilingi caput femoris.
Pelvis membantu dalam menyokong tubuh, melindungi vesica urinaria, bagian bawah intestinum crassum dan organ reproduksi internal.
Ilium adalah bagian terbesar dan teratas dari tulang pelvis, melebar keluar, membentuk tonjolan dari pelvis. Garis tepi dari tonjolan tersebut dinamakan crista iliaca. Secara posterior, ilium bersendi dengan sacrum (sacro-iliac joint).
Gambar 2. Pelvis kanan. (a) permukaan medial. (b) permukaan lateral
Pubis merupakan bagian anterior dari pelvis. Terdiri dari corpus, ramus superior dan ramus inferior. Ramus superior dan inferior bertemu di sebelah ventral sebagai simfisis pubis. Pada pangkal ramus superior di sebelah atas foramen obturatorium terdapat sulcus obturatorius. Pada tepi atas ramus superior di sebelah atas foramen obturatorium terdapat sulkus obduratorius. Pada tepi atas ramus superior lateral dari simfisis pubis terdapat tonjolan disebut tuberculum publicum. Foramen obturatorium dibatasi oleh ramus superior dan inferior ossis ischii,ramus superior dan inferior ossis pubis. Tepi bawah ramus inferior ossis pubis kanan dan kiri membentuk sudut arcus pubis.
2.1.2. Hip Joint
Hip joint merupakan triaxial joint, karena me-miliki 3 bidang gerak. Hip joint juga merupakan hubungan proksimal dari extremitas inferior. Dibandingkan dengan shoulder joint yang konstruksinya untuk mobilitas, hip joint sangat stabil yang konstruksinya untuk menumpuh berat badan. Selama berjalan, gaya dari extremitas inferior ditransmisikan keatas melalui hip ke pelvis dan trunk serta aktivitas extremitas inferior lainnya.
Dalam suatu gerak fungsional, terjadi hubungan antara pelvic girdle dan hip joint. Pelvis girdle akan mengalami tilting dan rotasi selama gerakan femur. Hubungan tersebut hampir sama dengan hubungan scapula dengan shoulder joint, perbedaannya adalah scapula kiri & kanan dapat bergerak bebas sedangkan pelvis hanya dapat bergerak sebagai satu unit.
Hip joint dibentuk oleh caput femur yang kon-veks bersendi dengan acetabulum yang konkaf. Hip joint adalah ball and socket
(spheroidal) triaxial joint. Acetabulum terbentuk dari penyatuan os ilium, ischium, dan pubis. Seluruh acetabulum dilapisi oleh cartilago hyaline, & pusat acetabulum terisi oleh suatu massa jaringan lemak yang tertutup oleh membran synovial.
Jaringan fibrokartilago yang melingkar datar di acetabulum disebut dengan labrum acetabular, yang melekat disekeliling margo acetabulum. Labrum acetabular menutup cartilago hyaline & sangat tebal pada sekeliling acetabulum dari-pada pusatnya à hal ini menambah kedalaman acetabulum. Acetabulum terletak di bagian lateral pelvis, menghadap ke lateral, anterior & inferior.
Gambar 4. Aspek lateral hip kanan
Ligamen teres femoris berfungsi sebagai pe-ngikat caput femur ke bagian bawah acetabu-lum dan memberikan stabilisator yang kuat didalam sendi (intraartikular). Stabilisator bagian luar dihasilkan oleh 3 liga-men yang melekat pada collum/neck femur yaitu : ligamen iliofemoral, pubofemoral & ischiofemoral. Ligamen iliofemoral disebut juga ligamen “Y”, karena arah serabut mirip huruf Y terbalik. Ligamen iliofemoral memperkuat kapsul sendi bagian anterior. Ligamen pubofemoral terdiri dari ikatan serabut yang kecil pada kapsul sendi bagian medial anterior dan bawah. Ligamen ischiofemoral merupakan ligamen triangular yang kuat pada bagian belakang kapsul.
Gambar 5. Aspek posterior hip kanan
2.1.3. Proximal Femur
Femur proksimal terdiri dari empat bagian penting; kaput, kollum, trokanter mayor dan minor. Kaput femur berbentuk bulat dan halus untuk membentuk persendian dengan tulang kokse di asetabulum. Kollum femur menghubungkan kaput dengan korpus. Trokanter mayor merupakan tonjolan tulang yang bulat dan terletak superior dan lateral dari korpus femur. Sedangkan trokanter minor tonjolannya lebih kecil dan terletak medial dan superior dari pertemuan kollum dan korpus femur (Bontrager, 2001).
2.2. Patologi Osteoarthritis
terjadi pada sendi coxae dan sendi lutut karena sendi-sendi tersebut sendi yang bertugas menopang badan. Osteoarthritis bisa dipicu karena cedera masa lalu dan abnormalitas bawaan pada susunan tulang, juga dapat dikarenakan kegemukan atau obesitas.
Penyakit ini bukan merupakan suatu gejala gangguan peradangan, namun seringkali perubahan-perubahan didalamnya disertai sinovitis yang menyebabkan nyeri dan rasa tidak nyaman. Osteoarthritis dibagi dalam dua kategori yaitu primer, yang dihasilkan dengan umur, dan sekunder, terjadi pada orang muda dimana diawali dengan kerusakan tulang rawan sendi akibat trauma, infeksi, atau kelainan congenital.
Tedapat dua perubahan anatomis pada osteoarthritis yaitu kerusakan fokal tulang rawan sendi yang progresif dan pembentukan tulang baru pada dasar lesi tulang rawan sendi dan tipe sendi ( osteofit ). Pada osteoarthritis perubahan anatomis yang paling utama adalah terbentuknya tilang rawan baru karena proses degeneratif, sedangkan artritis ditandai peradangang pada membran sinovial.
Proses degeneratif tampak pada terbentuknya fisura-fisura dengan permukaan tulang rawan yang tidak rata, diikuti kemudian dengan pembentukan celah dengan arah vertikaldi dalam tulang rawan, dimana akan mencapai daerah subkondral (cartilage fibrillation). Terdapat penurunan metakromasi pada pewarnaan tulang rawan diakibatkan dari berkurangnya proteoglikan.
Membran sinovia menunjukkan sedikit tanda-tanda radang pada saat penyakit itu secara klinis ada. Dengan rusaknya tulang rawan, maka akan tampak jaringan tulang yang mendasarinya. Daerah tulang itu akan menjadi tebal karena kompresi atau karena proses pembentukan tulang baru yang reaktif. Yang khas pada osteoarthritis adalah terbentuknya ”Taji” tulang
Gambar 6. Osteoarthritis pada sendi panggul (hip joint)
Walaupun sudah jelas bahwa degenerasi matriks tulang rawan merupakan patogenesis utama dari osteoarthritis, akan tetapi penyebab dari proses ini masih tetap belum jelas. Selain perubahan degeneratif yang berhubungan dengan proses menua, kerusakan jaringan karena proses imunologis dan penyakit yang berkaitan dengan faktor genetik juga berperan dalam degradasi tulang rawan.
Kekakuan sub kondral bersamaan dengan perubahan pada tulang rawan menyebabkan berkurangnya kapasitas meredam goncangan ( Shock absorbsing capacity ) dan mempengaruhi terjadinya stess yang berlebihan pada lapisan tulang rawan. Perubahan sklerotik didaerah sub kondral dianggap sebagai akibat dari mikrofaktur, yang disebabkan oleh trauma berulang pada tulang penyangga tubuh selama bertahun-tahun.
Gambar 7. Skema perbandingan sendi panggul normal dengan sendi yang mengalami osteoarthritis
2.3. Teknik Radiografi Pelvis 2.3.1. Proyeksi AP
Posisi pasien
Pasien supine di atas meja pemeriksaan, kedua tangan diletakkan di depan dada agar tidak menutupi gambaran yang diinginkan.
Gambar 8. Posisi pasien Pelvis AP dengan rotasi internal pada kaki
Posisi objek
1) Mengatur MSP (mid-sagital plane) tubuh pada pertengahan meja pemeriksaan dan pasien dalam posisi true supine.
2) Rotasi internal pada kaki 15o-20o dan mengatur collum
3) Menempatkan alat bantu fiksasi berupa sandbag pada ankle joint agar posisi tidak berubah.
4) Memeriksa jarak dari kedua SIAS ke meja pemeriksaan sama jauhnya untuk memastikan pelvis tidak rotasi.
Pengaturan sinar dan eksposi
1) Arah sinar/central ray (CR) : Vertikal tegak lurus pertengahan IR
2) Titik bidik/central pint (CP) : Pertengahan antara SIAS dan symphysis pubis (2 inchi atau 5 cm inferior SIAS dan 2 inchi superior symphysis pubis).
3) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm 4) Ukuran film dan kaset : 35 x 43 cm 5) Eksposi : Tahan napas
Gambar 10. Radiograf Pelvis AP pria
Kriteria radiograf
1) Kolimasi yang tepat
2) Seluruh panggul sampai proximal femur terlihat 3) Lesser trochanter berada pada medial border femur 4) Collum femoris terlihat penuh tanpa superimposisi 5) Greater trochanter terlihat
6) Kedua tulang iliaca berjarak sama ke tepi radiograf 7) Kedua greater trochanter berjarak sama ke tepi radiograf 8) Columna verebrae paling rendah berada tepat di pertengahan
radiograf
9) Kedua ala iliaca simetris
10) Sacrum dan coccygeus segaris dengan symphysis pubis
2.3.2. Proyeksi Lateral Posisi pasien
Gambar 11. Posisi pasien Pelvis Lateral
Posisi objek
1) Pasien tidur miring di salah satu sisi yang akan di foto, menempatkan MCP (mid-coronal plane) tubuh pasien di pertengahan meja pemeriksaan.
2) Di bawah columna vertebralis diberi pengganjal sehingga vertebrae paralel dengan permukaan meja pemeriksaan.
3) Mengatur pelvis true lateral dengan SIAS pada garis vertikal yang sama.
4) Menempatkan knee yang satu denga knee yang lain. Alat fiksasi berupa bantal atau bahan penyangga knee untuk stabilitas dan kenyamanan pasien.
Pengaturan sinar dan eksposi
1) Arah sinar/central ray (CR) : Vertikal tegak lurus pertengahan IR
2) Titik bidik/central pint (CP) : 2 inchi (5 cm) di atas trochanter mayor
Gambar 12. Radiograf Pelvis Lateral
Kriteria radiograf
1) Seluruh panggul sampai proximal femur terlihat 2) Sacrum dan coccygeus
3) Margin posterior dari tulang ischium dan ilium superimposisi 4) Femur superimposisi
5) Bayangan acetabulum superimposisi
2.4. Proteksi Radiasi
2.4.1. Proteksi bagi pasien
Pemeriksaan dengan sinar-x hanya dilakukan atas permintaan dokter
Mengatur luas lapangan pemeriksaan sesuai dengan kebutuhan
Menggunakan faktor eksposi yang tepat untuk menghindari pengulangan foto
Tidak terjadi pengulangan foto karena kesalahan
Waktu penyinaran sesingkat mungkin
Pasien menggunakan apron
Pasien hamil pada triwulan pertama ditunda pemeriksaannya
2.4.2. Proteksi bagi petugas
Tidak menggunakan berkas sinar–x yang mengarah ke petugas
Berlindung dibalik tabir / tirai saat melakukan eksposi
Menggunakan alat monitoring radiasi secara continue selama bertugas
Pintu pemeriksaan tertutup rapat
Tidak mengarahkan sinar sumber sinar – X keruangan umum
Bagi yang tidak berkepentingan dilarang masuk ke ruang pemeriksaan
Apabila diperlukan orang lain untuk membantu jalannya pemeriksaan, orang tersebut harus menggunakan apron
BAB III
PROFIL KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1. Identitas Pasien
Nama : Tn. Z
Umur : 75 Tahun Alamat : Muntilan No. RM : 012646 No. Foto : 8558
Dr. Pengirim : dr. Adelina P, SpKFR Tanggal Pemeriksaan : 09 Desember 2015 Permintaan Pemeriksaan : Pelvis AP
Diagnosa : Osteoarthritis hip dextra et sinistra
3.2. Riwayat Pasien
Pada tanggal 9 Desember 2015, pasien mendatangi RSUD Muntilan untuk memeriksakan kelainan yang dirasakan pada daerah pangkal pahanya. Pasien datang memeriksakan ke dokter dengan keluhan sakit tersebut, kemudian dokter mendiagnosa telah terjadi kekakuan pada daerah hip dan menyarankan untuk melakukan foto rontgen pelvis di Instalasi Radiologi RSUD Muntilan. Pasien datang ke instalasi radiologi dengan membawa surat permintaan pemeriksaan radiologi dari dokter. Selanjutnya pasien melakukan foto rontgen Pelvis proyeksi AP.
3.3. Prosedur Pemeriksaan 3.3.1. Persiapan Alat
1. Pesawat Sinar-X siap pakai
Merk : SIEMENS MOBILETT XP Eco Tipe : 01158815
kV max : 133 kV mA max : 450 mA Manufactured : July 2012
2. Film dan kaset radiografi ukuran 30 x 40 cm 3. Timbal
4. Marker R 5. Plester 6. Gunting
3.3.2. Persiapan Pasien
Pada dasarnya pemeriksaan pelvis ini tidak membutuhkan persiapan khusus, hanya saja pasien dianjurkan memakai baju pasien sehingga memudahkan dalam pengaturan posisi dan juga pasien melepaskan benda-benda asing yang berada di sekitar daerah panggul agar tidak menimbulkan bayangan radiopaq pada radiograf. Dalam hal ini diantaranya yakni ikat pinggang, resleting, kancing celana dan uang logam pada saku maupun benda – benda logam lainnya.
Selain itu juga sebelum pemeriksaan petugas harus memberitahu prosedur pemeriksaan kepada pasien agar tidak terjadi kesalahpahamaan dari pasien tersebut.
3.3.3. Teknik Pemeriksaan Pelvis Proyeksi AP
Posisi pasien
Posisi objek
1) Mengatur MSP (mid-sagital plane) tubuh pasien pada pertengahan meja pemeriksaan dan pasien dalam posisi true supine.
2) Kedua kaki dirotasikan internal
3) Megatur kedua SIAS agar simetris dan berjarak sama ke meja pemeriksaan sama jauhnya untuk memastikan pelvis tidak rotasi.
Pengaturan sinar dan eksposi
1) Arah sinar/central ray (CR) : Vertikal tegak lurus pertengahan objek dan IR
2) Titik bidik/central pint (CP) : Pertengahan antara SIAS dan symphysis pubis
3) Focus Film Distance (FFD) : 100 cm 4) Ukuran kaset dan film : 30 x 40 cm
5) Eksposi : saat pasien tidak bergerak
6) kV : 73
7) mAs : 8
Kriteria radiograf
- Tampak tulang pelvis beserta kedua hip - Pelvis tidak mengalami rotasi
- Kedua tulang iliaca berjarak sama ke tepi radiograf
- Proximal femur, greater trochanter tampak dalam radiograf
3.4. Hasil Pembacaan Radiograf
Art coxae dextra et sinistra :
Joint space bagian menyempit dan sclerotik
Caput femoris dextra et sinistra mengecil dan scklerotik KESAN : OSTEOARTHRITIS COXAE DEXTRA ET SINISTRA
SUSP TANDA AWAL PERTHES’ DISEASE
Gambar 13. Foto Hasil Pemeriksaan Radiografi Tn. Z
3.5. Pembahasan Kasus
Osteoarthritis merupakan salah satu jenis arthritis yang paling umum terjadi. Osteoarthritis adalah penyakit akibat degeneratif tulang rawan sendi dengan disertai terbentuknya bibir di pinggiran tulangnya, sehingga terjadi penyempitan ruang sendi dan mengakibatkan timbulnya rasa sakit.
Osteoarthritis dapat menyerang semua tulang rawan di sekujur tubuh, termasuk tulang belakang, tetapi terutama menyerang tungkai dari panggul, lutut hingga pergelangan kaki. Untuk melihat ada atau tidaknya osteoarthritis diperlukan pemeriksaan penunjang yakni pemeriksaan secara radiografi.
Dalam berbagai referensi, untuk patologi pada sendi panggul (hip joint) terdapat proyeksi tersendiri yakni AP unilateral dan AP perbandingan. Dalam hal ini, osteoarthritis menggunakan AP perbandingan untuk melihat kedua belah sendi.
Di instalasi radiologi RSUD Muntilan, pemeriksaan sendi panggul dengan kasus Osteoarthritis dibuat dengan proyeksi antero-posterior (AP) pelvis sesuai permintaan dan diagnosa dari dokter pengirim. Proyeksi pelvis AP dengan kaki dirotasikan internal ini sama halnya dengan proyeksi AP perbandingan pada hip joint. Proyeksi ini dianggap sudah dapat menegakkan diagnosa pada kasus osteoarthritis.
Dengan proyeksi ini akan terlihat celah sendi panggul tampak antero-posterior (AP) yang membuka, tampak juga tulang-tulang pembentuk hip joint. Pada kasus osteoarthritis akan tampak penyempitan celah sendi dikarenakan terbentuknya bony spur atau taji tulang yakni tulang tambahan yang berkembang.
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan2. Proyeksi AP pelvis dengan kasus osteoarthritis adalah proyeksi yang mampu menampakan celah sendi dan tulang penyusun sendi panggul. Proyeksi AP pelvis informatif untuk menegakkan diagnosa pada kasus osteoarthritis.
4.2. Saran
Pemeriksaan sendi panggul pada kasus osteoarthritis sebaiknya menggunakan proyeksi AP pelvis dengan kaki dirotasikan internal. Namun, jika kaki pasien tidak mampu dirotasikan, hal tersebut tidak perlu dilakukan untuk kenyamanan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
Bontranger, K.L. 2001. Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Fifth Edition. St. Louis Missori : The CV Mosby Company. Frank, Eugene D, Long, Bruce W, Smith, Barbara J, 2012. Merril’s Atlas of
Radiographic Positioning and Procedures, Volume One, Twelfth Edition,
St. Louis : Mosby Elsevier
Price, Sylvia. A, Dan Wilson, Lorrains, M. 1995. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : Penerbit EGC.