• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANUSIA DAN KELUARGA LINGKUGAN ID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MANUSIA DAN KELUARGA LINGKUGAN ID"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

MANUSIA DAN KELUARGA

FEBRI YANTI

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ambon

Email: [email protected]

Abstrak

Tuhan menciptakan berbagai macam makhluk hidup untuk mengisi bumi yang Ia ciptakan.

Salah satu contohnya manusia. Manusia merupakan makhluk sosial yang memerlukan orang lain

untuk hidup di muka bumi ini. Manusia tidak bisa hidup sendiri. Selalu membutuhkan bantuan

orang lain. Manusia dikenal sebagai makhluk yang berbudaya karena berfungsi sebagai pembentuk

kebudayaan, karena didorong oleh hasrat atau keinginan yang ada dalam diri manusia yaitu

menyatu dengan manusia lain yang berbeda disekelilingnya dan menyatu dengan suasana dalam

sekelilingnya.

Perkembangan dari kondisi ini menimbulkan kesatuan-kesatuan manusia,

kelompok-kelompok sosial yang berupa keluarga, dan masyarakat. Keluarga merupakan bagian terdekat dari

kehidupan seseorang. Keluarga sangat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kehidupan

seseorang

A. Latar Belakang

Manusia adalah salah satu makhluk ciptaan Allah Swt. yang memiliki peranan penting

dalam kehidupan di muka bumi. Manusia juga dipandang sebagai makhluk yang paling tinggi

derajatnya dibandingkan makhluk Allah Swt. bahkan Allah menyuruh para malaikat untuk

bersujud kepada Adam Alaihi salam. Masyarakat barat memiliki pandangan bahwa manusia

adalah makhluk yang memiliki jiwa dan raga serta dibekali dengan akal dan pikiran. Sejak disurga

Nabi Adam As. Telah membangun sebuah keluarga dengan istrinya.

1. Pengertian manusia

Dalam kamus bahasa Indonesia manusia diartikan sebagai makhluk yang berakal, berbudi

(2)

adalah makhluk Tuhan yang diberi potensi akal dan budi, nalar dan moral untuk menguasa i

makhluk lainnya demi kemakmuran dan kemaslahatanny.1 Dalam bahasa Arab kata ‘manusia’ ini

sepadan dengan kata nas, basyr, insan, ins dan lain-lain. Meskipun bersinonim, namun kata-kata

tersebut memiliki perbedaan dalam hal makna spesifiknya. Kata nas misalnya lebih merujuk pada

makna manusia sebagai makhluk sosial. Sedangkan kata basyr lebih menunjuk pada makna

manusia sebagai makhluk biologis.2

Menurut Al-Arabi manusia adalah mikrokosmos, manusia adalah alam sahir dan alam

semesta adalah insan kabir. Jika pada mikrokosmos terdapat tiga tingkatan alam. Rohani, hayali,

jasmani, maka pada manusia ketiga alam ini diwakili oleh roh, nafs, dan jism (tubuh).3

Quraish syihab dalam wawasan al-Qur’an mengungkapkan pendapat Alexis Carrel tentang

kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia bahwa: “ sebenarnya manusia telah

mencurahkan perhatian dan usaha yang sangat besar untuk mengetahui dirinya, kendatipun kita

memiliki perbendaharaan yang cukup banyakdari hasil para ilmuan, filosofi, sastrawan dan para

ahli bidang keruhanian sepanjang masa ini. Tapi kita (manusia) hanya mampu mengetahui

beberapa segi tertentu dari diri kita. Kita tidak mengetahui manusia secara utuh. Yang kita ketahui

hanyalah bahwa manusia terdiri dari bagian-bagian tertentu, dan ini pun pada hakikatnya dibagi

lagi menurut tata cara kita sendiri. Pada hakikatnya, kebanyakan pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan oleh mereka yang mepelajari manusia kepada diri mereka hingga kini masih tetap tanpa

jawaban4

Berbicara dan berdiskusi tentang manusia memang menarik dan tidak pernah tuntas.

Pembicaraan mengenai makhluk psikofisik ini laksana suatu permainan yang tidak pernah selesai.

Selalu ada saja pertanyaan mengenai manusia.5 Dalam pandangan Islam manusia adalah makhluk

yang mulia dan sempurna jika dibandingkan makhluk ciptaan lainnya, ini disebabkan manusia

diberi kelebihan berupa akal untuk berfikir, sehingga dengan akal tersebut bias membedakan mana

yang hak mana yang batil, selain dari itu manusia juga diberikan Allah berupa nafsu. Namun

1 Usman A. Hakim, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: balai pustaka 2001), hlm 212 2 Abdullah bin Nuh, Kamus Indonesia Arab, ( Jakarta: Mutiara,2008), hlm. 135 3 Jalaludin Rahmat, Insan Kamil Manusia Seimbang, (Jakarta: Lentera, 1993), hlm: 11

4Quraish Syihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’ I atas pelbagai persoalan Umat, (Bandung: Mizan,

Cet, VII, 1998), hlm. 277

5 Rif’at Syauqi Nawawi, Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an dalam Metodologi Psikologi Islami,

(3)

apabila mereka tidak bias memanfaatkan kelebihan tersebut dengan sebaik-baiknya, maka mereka

akan menjadi makhluk yang paling hina, bahkan lebih hina dari pada binatang.

a. Manusia dalam perspektif al- Qur’an

Manusia telah berupaya memahami dirinya selama beribu-ribu tahun, tetapi gambaran

yang pasti dan meyakinkan tentang dirinya, tidak mampu diperolehnya dengan menganda lka n

daya nalar semata. Oleh karena itu, mereka memiliki pengetahuan dari pihak lain yang dapat mengkaji dirinya secara utuh, yaitu mengarah kepada kitab suci (al-Qur’an). Banyak sekali ayat-ayat al-Qur’an yang memberi gambaran konkrit tentang manusia. Al-Qur’an memberikan sebutan

manusia dalam tiga kata yaitu al-basyr, an-nas, al-ins atau al-insan, ketiga kata ini lazim diartikan

sebagai manusia. Namun, jika ditinjau dari segi bahasa serta penjelasan al-Qur’an itu sendiri,

ketiga kata tersebut satu sama lain beda maknanya

1) Kata Al-Basyar

Penamaan manusia dengan kata Al-Basyar dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 27 kali6 kata basyar secara etimologis berasal dari kata (ba’, syin, dan ra,) yang berarti sesuatu yang tampak baik dan indah, bergembira, menggembirakan, memperhatikan atau mengurus sesuatu. Menurut

M Quraish Shihab, kata basyar diambil dari akar kata yang pada umumnya berarti menampakkan

sesuatu dengan baik dan indah. Dari kata yang sama lahir kata basyarah yang berarti kulit. Manusia

dikatakan basyarah karena kulitnya tampak jelas dan berbeda dengan kulit binatang lainnya.7

Kata basyar dapat juga diartikan sebagai makhluk biologis. Tegasnya memberi pengertian

kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, seksual dan lain-lain.8 Sebagaimana dalam

surat Yusuf ayat 31 yaitu:

6Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh alQur’an al- k arem ( Qahirah; dar

al-Hadits, 1998) hlm. 153-154

7M Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, (Bandung: Cet.VII;Mizan,1998), hlm.279

8 Rif’at Syauqi Nawawi, Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an dalam Metodologi Psikologi Islami, Ed.

(4)



Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka, diundangnyalah wanita-wanita

itu dan disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing

mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian Dia berkata (kepada Yusuf ):

"Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya,

mereka kagum kepada (keelokan rupa) nya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata:

"Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah Malaikat

yang mulia."

ayat ini menceritakan wanita-wanita pembesar Mesir yang didukung Zulaikha dalam suatu

pertemuan yang takjub ketika melihat ketampanan Yusuf As. Konteks ayat ini tidak memandang

Yusuf As. Dari segi moralitas atau intelektualitasnya, melainkan pada keperawakannya yang

tampan dan berpenampilan mempesona yang tidak lain adalah masalah biologis. Pada ayat lain

disebutkan juga manusia dengan kata basyar dalam konteks sebagai makhluk biologis yaitu pada

ayat yang menceritakan jawaban Maryam (perawan) kepada malaikat yang datang padanya

membawa pesan Tuhan bahwa ia akan dikaruniai seorang anak:

Maryam berkata: "Ya Tuhanku, betapa mungkin aku mempunyai anak, Padahal aku belum pernah

disentuh manusia (Basyar).”(QS. Ali-Imran: 47)

Maryam mengatakan demikian sebab dia tahu bahwa yang dapat menyentuh (hubunga n

seksual) itu manusia dalam arti makhluk biologis, dan anak adalah buah dari hubungan seksual

antara laki-laki dan perempuan. Nalar Maryam tidak menerima, bagaiman mungkin dia punya

anak padahal dia tidak pernah berhubungan dengan laki-laki. Manusia dalam pengertian basyar ini

(5)

26, surah al-Mu’minun ayat 24 dan 33, surah asy-syu’ara ayat 154, surat yasin ayat 15, dan surah

al-Isra’ ayat 93.9

2) Kata An-Nass

Kata An-Nass dinyatakan dalam Al-Qur’an sebanyak 240 kali dalam 53 surah. Kata An-Nass

menunjukkan pada eksistensi manusia sebagai makhluk hidup dan makhluk sosial, secara

keseluruhan, tanpa melihat status keimanan atau kekafirannya , atau suatu keterangan yang jelas

menunjuk kepada jenis keturunan nabi Adam.10

Kata An-Nass dipakai al-Qur’an untuk menyatakan adanya sekelompok orang atau masyarakat

yang mempunyai berbagai kegiatan (aktivitas) untuk mengembangkan kehidupannya. Penyebutan

manusia dengan kata An-Nass lebih menonjolkan bahwa manusia merupakan makhluk sosial yang

tidak dapat hidup tanpa bantuan dan bersama-sama manusia lainnya.11 Sebagaimana dalam al-Qur’an Allah berfirman, tepatnya pada surah Al-Hujurat ayat 13:



Hai manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang

perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling

kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang

yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.

(QS. Al-Hujurat:13)

Jika kita kembali ke asal mula terjadinya manusia yang bermula dari pasangan laki- laki

dan wanita ( Adam dan Hawa), dan berkembang menjadi masyarakat dengan kata lain adanya

9Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh alQur’an al- k arem ( Qahirah; dar

al-Hadits, 1998) hlm. 155

10 M Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Cet.VII;Mizan,1998), hlm.281

11Dawam Rahrjo, Pandangan al-Qur’an Tentang Manusia Dalam Pendidikan dan Prespektif al-Qur’an,

(6)

pengakuan terhadap spesies di dunia ini, menunjukkan bahwa manusia harus hidup bersaudara dan

tidak boleh saling menjatuhkan. Secara sederhana, inilah sebenarnya fungsi manusia dalam konsep

an-Nas.

Manusia dalamm pengertian An-Nas ini banyak juga dijelaskan dalam al-Qur’an, diantaranya dalam surah al-Maidah ayat 2. Ayat ini menjelskan bahwa penciptaan manusia

menjadi berbagai suku dan bangsa bertujuan untuk bergaul dan berhubungan antar sesamanya (ta’aruf). Kemudian surat al-Hujurat ayat 13, surah al-Maidah ayat 3, surah Al-asr ayat 3, dan surah ali-Imran ayat 112.12

3) Kata Al-Insan

Adapun penamaan manusia dengan kata Al-Insan yang berasal dari kata al-Uns, dinyatakan

dalam al-Qur’an sebanyak 73 kali dan tersebar dalam 43 surat . secara etimologi, al-Insan dapat

diartikan harmonis, lemah lembut, tampak, atau pelupa.13 Menurut Jalaludin Rahmatmemb er i

penjabaran al-insan secara luas pada tiga kategori.

Pertama, al-insan dihubungkan dengan keistimewaan manusia sebagai khalifah dan pemikul

amanah. Kedua, al-insan dikaitkan dengan predisposisi negatif yang inheren dan laten pada diri

manusia. Ketiga, al-insan disebut dalam hubungnnya dengan proses penciptaan manusia. Kecuali

kategori ketiga, semua konyteks al-insan menunjuk pada sifat-sifat psikologis atau spiritual.14

Kata al-insan juga digunakan dalam al-qur’an untyuk menunjukkan proses kejadian manusia

sesudah dan kejadiannya mengalami proses yang bertahap secara dinamis dan sempurna dalam al-Qur’an dalam surah An-Nahl ayat 78, yaitu:

12Muhammad Fu’ad ‘Abdul Baqi, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh alQur’an al- k arem ( Qahirah; dar

al-Hadits, 1998) hlm. 157

13Ibid, 159

14Dawam Rahrjo, Pandangan al-Qur’an Tentang Manusia Dalam Pendidikan dan Prespektif al-Qur’an,

(7)

Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun,

dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.

penggunaan kata al-insan dalam ayat ini mengandung dua makna15, yaitu: Pertama, makna proses

biologis, yaitu berasal dari saripati tanah melalui makanan yang dimakan manusia sampai pada

proses pembuahan. Kedua, makna proses psikologi (pendekatan spiritual), yaitu preoses

ditiupkannya ruh-Nya pada diri manusia, berikut berbagai potensi yang dianugerahkan Allah

kepada manusia.

Makna pertama mengisyaratkan bahwa manusia pada dasarnya merupakan dinamis yang berproses

dan tidak lepas dari pengaruh alam serta kebutuhan yang menyangkut dengannya. Keduanya saling

mempengaruhi antara satu dengan yang lain. Makna kedua mengisyaratkan bahwa , ketika

manusia tidak bias melepaskan diri dari kebutuhan materi dan berupaya untuk memenuhinya,

manusia juga dituntut untuk sadar dan tidak melupakan tujuan akhirnya, yaitu kebutuhan immater i

(spiritual). Untuk itu manusia diperintahkan untuk senantiasa mengarahkan seluruh aspek

amaliahnya pada realitas ketundukan pada Allah, tanpa batas, tanpa cacat, dan tanpa akhir. Sikap

yang demikian akan mendorong dan menjadikannya untuk cenderung berbuat kebaikan dan

ketundukan pada ajaran Tuhannya.16

B. Pengertian Keluarga

Secara etimologis, keluarga adalah orang-orang yang berada dalam seisi rumah yang

sekurang-kurangnya terdiri dari suami, istri, dan anak-anak. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,

15M Quraish Shihab, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat, (Bandung: Cet.VII;Mizan,1998), hlm.284

16http://download.portalgaruda.org/article.php?article=422058&val=7520&tit le=Padangan%20A

(8)

keluarga diartikan dengan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Biasanya

terdiri dari ibu, bapak, dengan anak-anaknya atau orang yang seisi rumah yang menjadi tanggung

jawabnya.

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak disebutkan

bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-istri dan anaknya,

atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya, atau keluarga dalam garis lurus keatas, atau ke

bawah sampai dengan derajat ketiga.

Moehammad Isa Soelaeman mendefinisikan keluarga sebagai suatu unit masyarakat kecil.

Maksudnya, keluarga merupakan suatu kesatuan atau unit yang terkumpul dan hidup bersama

untuk waktu yang relatif berlangsung terus, karena terikat oleh pernikahan dan hubungan darah.

Kehidupan berkeluarga itu mengandung fungsi untuk memenuhi dan menyalurkan kebutuhan

emosional para anggotanya, di samping juga memberikan kesempatan untuk penyosialisasian para

anggotanya, khususnya anak-anak. Keluarga sebagai suatu kelompok sosial tidak hidup

menyendiri, tetappi berada di tengah atau setidaknya bertautan dengan suatu kehidupan sosial

dengan budayanya.

W.A Gerungan berpandangan, keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam

kehidupan manusia. Di sanalah awal pembentukan dan perkembangan sosial manusia termasuk

pembentukan norma-norma sosial, interaksi sosial, frame of reference, sense of belongingness, dan

lainnya.

Senada dengan pendapat di atas, Cholil Mansur mengatakan, keluarga merupakan kesatuan

sosial yang terdiri dari suami, istri dan anak-anak yang belum dewasa. Keluarga merupakan

community primer yang paling penting dalam masyarakat. Community primer adalah suatu

kelompok dimana hubungan antara para anggotanya sangat erat dan pada umumnya mereka

memiliki tempat tinggal serta diikat oleh tali perkawinan.

Abdullah Gymnastiar (Aa Gym), keluarga adalah sebuah organisai kecil yang didalamnya

ada yang memimpin dan ada yang dipimpin. Seorang ayah adalah keluarga yang bertugas sebagai

nahkoda dalam biduk rumah tangga. Dialah yang mengarahkan dan mengendalikan ke mana

(9)

Di dalam Al-Qur’an, kata keluarga dipresentasikan melalui kata ahl. Informasi yang

diberikan oleh Muhammad Fuad Abd Al-Baqy di dalam al-Qur’an kata ahl di ulang sebanyak

128 kali, dan sesuai dengan konteksnya, kata-kata tersebut tidak selamanya menunjukkan pada arti

keluarga sebagaimana disebutkan diatas, melainkan punya arti yang bermacam-macam. Pada surat

al-A’raf ayat 96 misalnya, kata ahl diartikan sebagai penduduk suatu negeri. Selanjutnya pada

surat al-Baqarah ayat 109, kata ahl berarti penganut suatu ajaran seperti Ahl al-Kitab. Selain itu,

surat An-Nisa’ ayat 58 mengartikan ahl sebagai orang yang berhak menerima sesuatu. Selebihnya,

kata ahl dalam Al-Qur’an ditujukan pada keluarga dalam arti kumpulan laki-laki dan perempuan

yang diikat oleh tali pernikahan dan didalamnya terdapatorang yang menjadi tanggungannya, seperti anak dan mertua. Pada ayat Al-Qur’an berikut ini dijelaskan pengertian keluarga tersebut:



 

 



Hai Nuh, Sesungguhnya Dia bukanlah Termasuk keluargamu …”(QS Hud [11]: 46).

Dari berbagai pendapat di atas dapat dirumuskan beberapa kesimpulan tentang unsur pokok yang

terkandung dalam pengertian keluarga: (1) keluarga sering kali dimulai dengan perkawinan atau

dengan penetapan pertalian kekeluargaan; (2) keluarga berada dalam batas-batas persetujuan

masyarakat; (3) anggotra keluarga dipersatukan oleh pertalian perkawinan, darah, dan adopsi

sesuai dengan hukum dan adat istiadat yang berlaku; (4) anggota keluarga secara khas hidup secara

bersama pada satu tempat tinggal yang sama; (5) interaksi dalam keluarga berpola pada

norma-norma, peranan-peranan, dan posisi-posisi status yang ditetapkan oleh masyarakat; dan (6) dalam

keluarga terjadi proses reproduksi dan edukasi.

a. Peran keluarga

Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya mengembangkan pribadi anak.

Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan, baik

agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan factor yang kondusif untuk

mempersiapkan anak menjadi pribadi yang sehat. Keluarga juga dipandang sebagai institusi yang

dapat memenuhi kebutuhan insani (manusiawi), terutama kebutuhan bagi pengembanga n

(10)

kebutuhan individu dari Maslow, maka keluarga merupakan lembaga pertama yang dapat

memenuhi kebutuhan tersebut, baik kebutuhan fisik-biologis maupun sosio-psikologinya.

Moehammad Isa Soelaeman mengemukakan, keluarga itu hendaknya berperan sebagai

pelindung dan pendidik anggota-anggota keluarganya, sebagai pemghubung mereka dengan

masyarakat, sebagai pencukup kebutuhan-kebutuhan ekonominya, sebagai pembina kehidupan

religiusnya, sebagai penyelenggara rekreasi keluarga dan pencipta suasana yang aman dan nyaman

bagi seluruh anggota keluarga dan khususnya bagi suami-istri sebagai tempat memenuhi

kebutuhan-kebutuhan biologisnya.17

DAFTAR PUSTAKA

Hakim Usman A. Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: balai pustaka 2001

Nuh Abdullah bin, Kamus Indonesia Arab, Jakarta: Mutiara,2008

Jalaludin Rahmat, Insan Kamil Manusia Seimbang, Jakarta: Lentera, 1993

Syihab M. Quraish, Wawasan Al-Qur’an, Tafsir Maudhu’ I atas pelbagai persoalan Umat,

Bandung: Mizan, Cet, VII, 1998

Nawawi Rif’at Syauqi, Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an dalam Metodologi Psikologi Islami,

Yogyakarta: pustaka pelajar, 2000

‘Abdul Baqi Muhammad Fu’ad, al-Mu’jam al-Mufahras li Alfazh al –Qur’an al- karem Qahirah; dar al-Hadits, 199

Nawawi Rif’at Syauqi, Konsep Manusia Menurut Al-Qur’an dalam Metodologi Psikologi Islami,

Ed. Rendra, Yogyakarta: pustaka pelajar, 2000

Rahrjo Dawam, Pandangan al-Qur’an Tentang Manusia Dalam Pendidikan dan Prespektif al

-Qur’an,Yogyakarta: LPPI, 1999

(11)

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=422058&val=7520&title=Padangan%20Al-Quran%20Tentang%20Manusia

Syarbini Amirulloh, Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga, Studi Tentang Model Pendidikan

Referensi

Dokumen terkait

observasi. Teknik validitas data dalam penelitian pustaka dilakukan dengan triangulasi.. Melur Dewi Andriaty Zendrato et al. Teknik analisis data disesuaikan dengan

Agar dapat memperoleh respon sistem yang lebih baik lagi, maka dapat dicoba dengan perancangan membership functions yang lebih baik lagi agar parameter yang

Sistem energi terbarukan seperti energi matahari, angin dan panas bumi, saat ini banyak digunakan sebagai sumber energi dalam proses desalinasi, teknologi ini

Sulistyawati dan Cahaya Wirawan Hadi, (2010) Meneladani Etos Kerja Warga Tionghoa.Jurnal ini menjelaskan tentang pedagang Tionghoa di Indonesia merekalah yang paling berhasil.Hal

Usaha Konfeksi dan Sablon sebagai pemasok Factory Outlet, distro dan clothing untuk daerah Jakarta, terutama daerah Dago (Jl.Ir.H.Juanda) di Kota Bandung. Salah

Pada tugas akhir penulis akan membangun sebuah perangkat lunak sistem ERP yang khusus menangani domain fungsi Account Payable, Account Receivable dan Fixed Asset

Jenis yang paling sedikit ditemui adalah Balanophora dioica yang hanya tersebar di dua lokasi di Gunung Talang, Pada penelitian ini jenis yang hanya di temukan