• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pestisida Nabati Tanaman Pacing. pdf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pestisida Nabati Tanaman Pacing. pdf"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

i Biologycal Control Day Dies Natalis IMHPT 32 FAPERTANUNEJ

PEMANFAATAN TANAMAN PACING (Coscus speciosus) SEBAGAI PESTISIDA NABATI PENGENDALI HAMA WERENG HIJAU (Nephotettix virescens) PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa) RAMAH

LINGKUNGAN

(Teknik Pengendalian OPT Ramah Lingkungan)

Oleh :

Ahmad Khanafi 23030113120025 2013

Muhamad Ghazi Agam SAS 23030114190073 2014

Vq Pinasthika 23030114190085 2014

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

(2)
(3)
(4)

iv Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. Karena atas berkat, rahmat, dan limpahan karuniaNya Karya Tulis Ilmiah ini dapat kami selesaikan. Karya Tulis Ilmiah ini kami buat dalam rangka mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah Mahasiswa Nasional yang diadakan oleh Ikatan Mahasiswa Hama Penyakit Tumbuhan (IMHPT), Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Jember dengan tema “Inovasi Teknologi Pengelolaan OPT

(Organisme Pengganggu Tumbuhan) Untuk Mendukung Pertanian

Berkelanjutan”.

Kami harapkan penulisan Karya Ilmiah ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi pembaca, serta dapat menginspirasi setiap pembaca untuk dapat melakukan gerakan sederhana untuk menciptakan ketahanan pangan di Indonesia. Terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing Bapak Ir. Budi Adi Kristanto, M.S. yang telah membimbing kami dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini serta teman-teman yang turut membantu.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih dan mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan Karya Tulis ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Semarang, Oktober 2015

(5)

v

2.2. Gejala yang Ditimbulkan Wereng Hijau (Nephotettix virescens) ... 5

2.3. Tanaman Pacing (Costus speciosus) ... 6

2.4. Kandungan Kimia Tanaman Pacing (Costus speciosus) ... 6

2.5. Penggunaan Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama ... 7

2.6. Manfaat Penggunaan Pestisida Nabati ... 7

2.7. Cara Mengaplikasikan Pestisida Nabati ... 8

2.8. Cara Kerja Pestisida Nabati ... 8

BAB III METODE PENULISAN ... 9

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

4.1. Proses Pembuatan Pestisida Nabati ... 10

4.2. Pelaksanaan ... 11

4.3. Pengaruh Pestisida Nabati terhadap Tanaman ... 13

(6)

vi

Gambar 2. Serangan Wereng Hijau Vektor Virus Tungro ... 5

Gambar 3. Tanaman Pacing (Costus speciosus) ... 6

Gambar 4. Diagram Proses Pembuatan Pestisida Nabati ... 10

(7)

vii PEMANFAATAN TANAMAN PACING (Coscus speciosus) SEBAGAI

PESTISIDA NABATI PENGENDALI HAMA WERENG HIJAU (Nephotettix virescens) PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa) RAMAH

LINGKUNGAN

Ahmad Khanafi, Muhamad Ghazi Agam SAS, Vq Pinasthika

hanafiahmad@student.undip.ac.id, agamghazi@gmail.com,

vqpinasthika@yahoo.co.id Universitas Diponegoro

Abstrak

Produksi padi dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya serangan hama wereng hijau yang merupakan vektor utama virus tungro. Penggunaan pestisida kimia berdampak negatif terhadap lingkungan. Karya tulis ini bertujuan untuk memberikan informasi tentang pemanfaatan tanaman pacing sebagai pupuk nabati yang ramah lingkungan bagi lingkungan. Metode penulisan yang digunakan adalah studi literatur atau kajian pustaka. Langkah I melakukan identifikasi masalah, langkah II mengumpulkan berbagai rujukan dan langkah III mengembangkan kerangka. Tanaman Pacing berpotensi dijadikan sebagai pestisida nabati pengendali wereng hijau dengan tahapan persiapan alat bahan, penakaran bahan, penumbukan, penambahan air leri dan tetes tebu terakhir dengan fermentasi. Tanaman pacing mengandung bahan aktif saponin, flafonoid dan tanian. Tanin yang diproduksi bekerja sebagi zat yang dapat menyusutkan jaringan kulit. Alternatif untuk mengendalikan hama wereng hijau yaitu dengan memanfaatkan senyawa beracun yang ada pada tanaman pacing, karena memiliki kemampuan menekan hama wereng hijau dan melestarikan lingkungan.

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jumlah penduduk yang semakin meningkat menuntut tersedianya bahan pangan yang dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk kelangsungan hidupnya. Salah satu bahan pangan yang menjadi kebutuhan penduduk adalah beras. Beras menjadi penting dalam kebutuhan pangan penduduk karena menjadi salah satu penyedia gizi berupa karbohidrat yang sangat digemari oleh sebagian masyarakat di Indonesia. Akan tetapi dengan pola konsumsi beras yang sangat tinggi tidak diimbangi dengan produksi yang tinggi, sehingga pemerintah Indonesia sendiri kualahan memenuhi kebutuhan beras didalam negeri. Jalan satu-satunya adalah dengan mengimpor beras dari negara lain guna mencukupi kebutuhan beras yang semkain meningkat. Banyak sekali faktor yang mempengaruhi tingkat produksi beras di Indonesia antara lain tanah yang semakain susah ditanamai kembali karena penggunaan bahan kimia yang berlebihan, cuaca yang sering berubah-ubah, tingkat resistensi hama dan penyakit tanaman, serta biaya pemeliharaan yang tidak sedikit.

Hama penurun produksi padi di Indonesia adalah wereng hijau (Nephotettix virescens). N. virescens merupakan anggota famili Cicadellidae, Ordo Hemiptera yang hidup di pertanaman padi dan menjadi vektor penular virus tungro. Diantara vektor virus tungro yang ada di Indonesia, N. Virescens adalah vektor terpenting, karena paling efektif menularkan virus tungro dan populasinya dominan diantara 4 vektor lain. Indeks penyakit tungro pada tanaman padi dapat terjadi sejak tanaman di persemaian. Menurut Hasanuddin (2009) pada daerah pertanaman padi yang ditanam serempak, infeksi penyakit tungro sebagian besar mulai terjadi setelah tanam. Kehilangan hasil akibat infeksi penyakit tungro bervariasi tergantung pada periode pertumbuhan tanaman saat terinveksi, lokasi dan titik inveksi, musim tanam, dan varietas. Semakin muda tanaman terinfeksi, maka semaikin besar presentase kehilangan hasil yang ditimbulkan.

(9)

2

sebesar 1.354,37 ton, tahun 2006 meningkat menjadi 1.718,05 ton, angka kenaikan kehilangan hasil mencapai 26,85% (Anonim, 2006). Soedarto et al. (2001) dalam Widiarta (2005) mengemukakan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun terakhir secara nasional luas serangan penyakit tungro mencapai 17.504 ha/tahun, dengan estimasi nilai kehilangan hasil mencapai Rp. 14,10 miliar/tahun. Tinggi rendahnya kerugian yang diakibatkan oleh serangan tungro yang ditularkan oleh serangga ini tergantung dari jumlah populasi wereng hijau sebagai vektor virus tungro, bentuk virus yang menyerang, tingkat ketahanan varietas tanaman dan waktu terjadinya infeksi. Perkembangan wereng hijau berkorekasi positif dengan keberadaan penyakit tungro di lapangan khususnya dari spesies N. virescens terutama stadia imago, karena stadia imago tiga kali lebih efektif didalam menularkan penyakit tungro dari pada stadia nimfa, karena stadia imago mobiltasnya lebih tinggi untuk bergerak menghisap tanaman yang sakit (Anonim, 1977). Infeksi yang terjadi akibat serangga ini dapat terjadi mulai dari persemaian sampai umur 60 hari setelah tanam, dimana pada stadium ini tanaman sangat rentan (Sama, 1990).

Penggunaan biofarmaka sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama wereng hijau sangat potensial. Sayangnya bahan-bahan tersebut masih jarang digunakan petani. Apabila petani banyak memanfaatkan pestisida nabati, penggunaan pestisida kimia dapat ditekan dan biaya pertanian bisa ditekan sehingga menambah pemasukan, kelestarian lingkungan dan tingkat keamanan tanaman terhadap residu pestisida kimia tidak ada.

Pestisida nabati memiliki beberapa fungsi, antara lain: Repelan, yaitu menolak kehadiran serangga. Misal dengan bau yang menyengat. Antifidan mencegah serangga memakan tanaman yang telah disemprot, merusak perkembangan telur, larva, dan pupa, menghambat reproduksi serangga betina, racun syaraf, megacaukan sistem hormone didalam tubuh serangga. atraktan pemikat kehadiran serangga yang dapat dipakai pada perangkap serangga, mengendalikan pertumbuhan jamur/bakteri (Gapoktan, 2009)

(10)

kimia yang dapat merusak lingkungan, diperlukan pengganti pestsida yang ramah lingkungan. salah satu alternatif pilihannya adalah penggunaan pestisida hayati tumbuhan (Gapoktan, 2009). Tanaman yang berpotensi menjadi pestisida nabati adalah tanaman Pacing (Costus speciosus). Kandungan senyawa kimia saponin, flavonoid, tanin dan senyawa-senyawa polifenol dalam tanaman pacing berpotensi dapat mengusir hama wereng hijau.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagi berikut:

1. Bagaimana proses pembuatan pestisida nabati tanaman pacing dilakukan? 2. Bagaimanakah pengaruh pestisida nabati tanaman pacing terhadap hama

wereng hijau, lingkungan dan tingkat keamanan tanaman?

3. Bagaimanakah cara mengaplikasikan pestisida nabati tanaman pacing terhadap tanaman padi yang paling efektif?

1.3. Tujuan

Sesuai dengan rumusan masalah maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Mengetahui proses pembuatan pestisida nabati tanaman pacing.

2. Mengetahui pengaruh pestisida nabati tanaman pacing terhadap hama wereng hijau dan tingkat keamanan tanaman.

3. Mengetahui cara mengaplikasikan pestisida nabati tanaman pacing terhadap tanaman padi.

1.4. Manfaat

Manfaat penelitian ini sebagai berikut :

1. Meningkatkan hasil dan kualitas tanaman padi melalui penggunaan pestisida nabati tanaman pacing.

2. Pengembangan teknologi tepat guna yang aman dan ramah lingkungan. 3. Mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai ilmu terapan berbasis

teknologi masyarakat.

(11)

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Wereng Hijau (Nephotettix virescens)

Wereng hijau atau Green leafhopper adalah wereng daun. Peranan wereng hijau dalam sistem pertanaman padi menjadi penting karena wereng hijau merupakan vektor penyakit tungro (Athwal et al., 1971). Sebagai hama, wereng hijau banyak ditemukan pada sistem sawah irigasi teknis, ekosistem tadah hujan, tetapi tidak lazim pada ekisistem padi gogo. Wereng hijau menghisap cairan dari dalam daun bagian pinggir, tidak menyukai pelepah, ataupun daun-daun bagian tengah. Wereng hijau menyebabkan daun-daun padi berwarna kuning sampai kuning orange, penurunan jumlah anakan, dan pertumbuhan tanaman terhambat (memendek). Pemupukan unsur nitrogen yang tinggi sangat memicu perkembangan wereng hijau (Syam dan Diah, 2005).

Gambar 1. Wereng Hijau (Nephotettix virescens)

(12)

tanaman padi inang lainnya. Pada satu musim tanam populasinya dapat mencapai 3 generasi (Pracaya, 2008).

2.2. Gejala yang Ditimbulkan Wereng Hijau (Nephotettix virescens)

Wereng hijau (Nephotettix sp.) merupakan salah satu hama utama yang sering menyebabkan kerusakan pada tanaman padi, karena hama tersebut dapat menularkan (vektor) penyakit tungro, dengan rentang efisiensi penularan antara 35 – 83% (Ling, 1970). Pada saat ini yang mendominasi komposisi spesies wereng hijau di Indonesia adalah Nephotettixvirecens (Siwi dan Tantera, 1982) dan telah menyeabkan kerusakan pada hampir semua daerah penghasil beras di Indonesia (Anonim, 1997).

Gejala yang timbul akibat serangan wereng hijau yang membawa virus tungro tanaman yang terinfeksi menjadi kerdil, jumlah anakan tidak atau sedikit berkurang. Warna daun berubah menjadi kuning kemerah-merahan atau oranye mulai dari ujung daun. Daun muda mungkin menjadi belang atau bergaris-garis hijau pucat. Malai tanaman yang terinfeksi biasanya kecil dan keluar tidak sempurna. Bulir-bulirnya tertutup bercak coklat dan beratnya kurang dibandingkan bulir normalnya (Pracaya, 2008).

Gambar 2. Serangan Wereng Hijau Vektor Virus Tungro

(13)

6

tanaman yang terserag dan semakin rentang varietas padi maka semakin berat infeksi penyakit virus tungro ini. Serangannya dapat merusak pertanaman yang sangat luas dalam waktu yang sangat singkat (Pracaya, 2008).

2.3. Tanaman Pacing (Costus speciosus)

Tanaman pacing (Costus speciosus) berupa herba tahunan, tegak, tinggi mencapai 0,5 – 4 meter. Batangnya mengandung air dan mudah dipatahkan, dari luar kasar dan dari dalam licin dan mengkilat. Batang tanaman pacing terutup oleh pelepah daun, dan berwarna hijau keunguan. Daun merupakan daun tunggal, berwarna hijau, berbentuk lonjong sampai lanset memanjang, tersusun secara spiral melingkari batang. Ujung daun meruncing, tepi rata, pangkal daun tumpul, panjang daun mencapai 11 – 28 cm dan lebarnya 8 – 11 cm. Permukaan daun bagian bawah berbulu lembut, sedangkan permukaan atas beralur dan bertangkai pendek.

Perbungaan berbentuk bulir besar yang terletak pada ujung batang. Tanaman pacing memiliki bunga berwarna putih atau kuning. Mahkota berbentuk tabung, panjang lebih kurang 1 cm dan diameter 5 mm. Panjang benangsari 6 cm, ujungnya runcing, berwrna hijau dan putik tersumbul diatas kepala sari berwarna putih. Tanaman pacing memiliki buah berbentuk bulat telur dengan warna merah. Biji kecil dan keras berdiameter lebih kurang 2 mm berwarna hitam.

Gambar 3. Tanaman Pacing (Costus speciosus) 2.4. Kandungan Kimia Tanaman Pacing (Costus speciosus)

(14)

8-hidroksitriakontan-25-on, 5 – alfa – stigmast – 9 (11) – en – 3 – beta – on – 24 -hidroksitriakontan-26-on, dan 24-hidroksihentriakontan-27-on.

Selain itu rimpang juga mengandung saponin, flavonoida, dan tanin. Daun mengandung saponin, flavonoida, dan tanin. Batang juga mengandung saponin, flavonoida, dan tanin. Bunga mengandung saponin, flavonoida dan senyawa-senyawa polifenol.

2.5. Penggunaan Pestisida Nabati dalam Pengendalian Hama

Penggunaan pestisida di lingkungan pertanian menjadi masalah yang sangat dilematis, terutama pada tanaman pangan yang sampai saat ini masih menggunakan pestisida kimia secara intensif. Di satu pihak dengan pestisida maka kehilangan hasil yang diakibatkan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) dapat ditekan, tetapi akan menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan seperti berkembangnya ras hama yang resisten terhadap insektisida, resurjensi hama, munculnya hama sekunder, terbunuhnya musuh alami hama dan hewan bukan sasaran lainnya, serta terjadinya pencemaran lingkungan (Prijino, 1994). Sedangkan di lain pihak tanpa pestisida akan sulit menekan kehilangan hasil yang diakibatkan OPT (Kardinan, 2001).

Guna mewujudkan tanaman pangan yang bebas residu bahan kimia dan pestisida menghasilkan produk yang aman dikonsumsi maka penerapan usaha tani berbasis organik (Pertanian Organik) merupakan suatu keharusan (Anonim, 2004). Untuk itu penggunaan pestisida nabati dikalangan petani perlu digalakkan begitu pula budidaya tanaman organik sebagi respon perlunya kesehatan konsumen dan produsen, serta juga sebagi upaya untuk membuat pertanian yang berwawasan lingkungan (Rizal dan Tahjadi, 2001).

2.6. Manfaat Penggunaan Pestisida Nabati

Pestisida nabati merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan. Pestisida nabati memiliki beberapa manfaat diantaranya :

1. Murah dan mudah dibuat oleh petani 2. Relatif aman terhadap lingkungan

3. Tidak menyebabkan keracunan pada tanaman 4. Sulit menimbulkan kekebalan terhadap hama

(15)

8

6. Menghasilkan produk pertanian yang sehat karena bebas residu pestisida kimia (Novian, 2002).

2.7. Cara Mengaplikasikan Pestisida Nabati

Pestisida nabati dapat diaplikasikan dengan menggunakan alat semprot (sparayer) gendong pada umumnya. Namun apabila tidak dijumpai alat semprot, aplikasi pestisida nabati dapat dilakukan dengan bentuan alat kuas penyabut/pengecat dinding atau merang yang diikat (Flint dan Bosch, 1992).

Penyemprotan dilakukan pada pagi/sore hari dengan konsentrasi 400 cc cairan (= 1,5 gelas aqua) dicampur 14 – 15 liter air tawar pada umur 10 hari setela tanam, 30 hari setelah tanam dan 40 hari setelah tanam (Parnata, 2004).

2.8. Cara Kerja Pestisida Nabati

Pestisida nabati dapat membunuh atau mengganggu serangga hama dan penyakit melalui kerja yang unik, yaitu melalui perpaduan berbagai cara atau secara tunggal. Cara kerja pestisida nabati sangat spesifik yaitu :

1. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa 2. Menghambat pergantian kulit

3. Mengganghu komunikasi serangga 4. Menyebabkan serangga menolak makan 5. Mengusir serangga

6. Menghambat perkembangan patogen penyakit 7. Memblokir kemampuan serangga.

(16)

BAB III

METODE PENULISAN

Dalam penyusuna Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pemanfaatan

Tanaman Pacing (Coscus speciosus) sebagai Pestisida Nabati Pengendali Hama Wereng Hijau (Nephotettix virescens) pada Tanaman Padi (Oryza sativa)” metode penulisan yang digunakan adalah studi literatur atau kajian pustaka. Langkah-langkah penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini adalah sebagai berikut :

Langkah I : Melakukan identifikasi mengenai permasalahan yang terjadi di Indonesia.

Langkah II : Mengumpulkan berbagai rujukan dari berbagai pustaka hyang mendukung bahasan mengenai permasalahan pestisida kimia, menelisik informasi dari lingkungan sekitar khususnya daerah-daerah, dan menganalisis pustaka yang tepat dijadikan dasar dalam penyusunan karya tulis ini.

(17)

10

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Proses Pembuatan Pestisida Nabati

1. Melakukan persiapan dengan menyiapkan alat dan bahan yang digunakan. 2. Menyiapkan dan menakar bahan yang akan digunakan, masing-masing

bahan dutakar sesuai dengan kebutuhan. 3. Membuat adonan pestisida nabati :

a. Kumpulkan tanaman pacing (batang, akar, daun, bunga) menjadi satu. b. Tumbuk dengan menggunakan alat tumbuk yang sudah disediakan

.(jangan menggunakan alat tumbuk yang mudah berkarat supaya bahan tidak terkontaminasi).

c. Masukkan bahan yang telah ditumbuk kedalam timba.

d. Tambahkan air leri dan tetes tebu aduk dengan pengaduk hingga bercampur menjadi satu.

4. Proses fermentasi pestisida nabati

Setelah bahan tercampur di dalam ember, tutup rapat dengan penutupnya dan lubangi tutup ember untuk memasukkan selang, jangan sampai selang menyentuh bahan dan hubungkan selang kedalam botol air mineral untuk mensuplai oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba. rapatkanlah celah-celah selang dan timba penutupnya menggunakan plastisin untuk menjaga kerapatan supaya pembuatan pestisida nabati tidak terkontaminasi udara luar. Data selengkapnya bisa dilihat pada bagan di bawah ini :

(18)

4.2. Pelaksanaan

1. Pembuatan Lahan Persemaian

Pembuatan lahan persemaian dilaksanakan adalah untuk keperluan perkecambahan bibit. Pembuatan lahan persemaian sudah selesai saat 5-7 hari sebelum lahan digunakan (sebelum tabur benih). Pekerjaan yang dilakukan dalam pembuatan adalah mula-mula lahan dibuat membujur dari utara ke selatan, dengan panajang lahan 1 m, dan lebar 1 m. Payungan menghadap timur dengan tinggi 100 cm bagian depan dan 80 cm bagian belakang. Atap payungan terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan bawah terdiri dari plastik transparan putih dan lapisan atas terdiri dari atap lalang. Pada lahan persemaian permukaan harus rata dan halus, diisi dengan media campur dengan komposisi tanah : kompos sebanyak 5 : 3, pada setiap sisi diberi bambu untuk menahan media campuran. tinggi media campuran 6 cm.

2. Persiapan Bibit Padi

Benih padi varietas IR-64 terlebih dahulu direndam dalam air selama 2 hari. Benih yang telah berkecambah ditaburkan secara merata pada media persemaian. Bibit yang berumur 21 hari siap untuk di pindahkan ke ember perlakuan.

3. Penanaman Bibit Padi

Setelah 21 hari di pembibitan tanaman padi dapat dipindahkan pada ember perlakuan yang telah di sesuaikan dengan kondisi lingkungan padi untuk tumbuh. Ember berisi media tanamn seperti top soil (tanah), kompos, dan air. Tanaman yang digunakan adalah tanaman padi yang meiliki besar, diameter dan tinggi batang yang seragam atau hampir sama.

4. Pemeliharaan Tanaman

Perawatan dikaukan setiap hari dengan penyiraman sebanyak 2 kali jika cuaca panas, dan 1 kali sehari bila cuaca mendung. penyisipan dilakuakn pada tanaman yang mengalami kegagalan pertumbuhan (mati). Waktu penyisipan selambat-lambatnmya seminggu setelah tanam.

(19)

12

5. Pemupukan

Pupuk yang digunakan adalah pupuk majemuk NPK (12,5 : 7,5 : 10) dan pupuk KNO3. Pupuk NPK dengan dosis 20 g/ember yang diberikan dua kali, pertama pada saat bibit padi ditanam pada ember perlakuan sebanyak 10 g. dan setelah bibit berumur 40 HST sebanyak 10 g/ember ditaburkan disekitar tanaman. Pupuk KNO3 diberikan pada umur tanaman 30 HST sebanyak 10 g/ember diberikan dengan cara ditabur di sekitar tanaman (dibuat melingkar).

6. Penyediaan Hama Wereng Hijau

Hama wereng hijau dibiakkan dari telur yang didapat dari dauan tanaman padi yang ada di lapangan kemudian dimasukkan kedalam kurungan dengan tinggi 1,5 m, lebar 0,5 m dan panjang 0,5 m yang berisi tanaman padi sebagai tempat hidup sementara wereng hijau. wereng hijau diinfestasikan pada tanaman padi yang telah berumur 30 HST sebanyak 30 ekor wereng hijau/ember perlakuan (Kawabe, 1985).

Gambar 5. Siklus Hidup Wereng Hijau (Nephotettix virescens) 7. Aplikasi Pestisida Nabati

(20)

embersesuai dengan perlakuan masing-masing. Saat penyemprotan dilakukan, tanaman dalam ember disungkup agar pestisida yang diaplikasikan tepat sasaran. Aplikasi dilakukan sebanyak 3 hari sekali dan jumlah aplikasi sebanyak 3 x aplikasi (Gapoktan, 2009).

4.3. Pengaruh Pestisida Nabati terhadap Tanaman

Tumbuhan biofarmaka yang memiliki bahan aktif alkaloid dapat merangsang kelenjar endoktrin untuk menghasilkan hormon ekdison, peningkatan hormon tersebut dapat menyebabkan kegagalan metamorfosis, sehingga penyemprotan pestisida nabati dari tumbuhan biofarmaka yang beracun dapat memutuskan atau menggagalkan metamorfosis serangga. Sedangkan tumbuhan biofarmaka yang berasa pahit mengandung bahan aktif saponin, havonoid dan poufenol. Saponin yang terdapat dalam tumbuhan biofarmaka tersebut dapat menurunkan tegangan permukaan selaput kulit serangga. Pengaruh saponin terjadi pada fase larva atau ulat sedangkan pada fase pupa tidak berpengaruh karena kulitnya lebih keras. Rasa pahit yang dikeluarkan oleh alkaloid dapat mencegah serangga memakan tanaman. Untuk tanaman Pacing mengandung bahan aktif saponin, flafonoid dan tanin. Tanin yang diproduksi tersebut bekerja sebagai zat yang dapat menyusutkan jaringan kulit, sehingga zat ini dapat menghambat ulat yang menyebabkan jaringan kulit ulat menjadi mengkerut dan lebih kering.

(21)

14

(22)

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan

Padi merupakan tanaman yang menjadi bahan pokok karbohidrat masyarakat Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi padi adalah semakin banyaknya hama dan berkurangnya musuh alami yang diakibatkan dari penggunaan pestisida kimia. Hama utama padi adalah wereng hijau. Hal ini dikarenakan wereng hijau menjadi hama utama pembawa vektor virus tungro. Solusi tepat untuk mengendalikan hama wereng hijau adalah dengan menggunakan pestisida nabati. Tanaman pacing memiliki kandungan saponin, flafonoida, dan tanin sehingga dapat dijadikan sebagai pestisida nabati. Senyawa aktif dalam tanaman pacing diduga dapat mengusir bahkan membunuh hama wereng hijau.

5.2. Saran

(23)

16

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1997. Pengendalian Tungro. Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta.

Anonim. 1997. Beberapa Hama dan Penyakit Padi. Direktorat Jendral Tanaman Pangan. Jakarta.

Anonim. 2004. Buku Pedoman Non Kimia. Departemen Pertanian. Jakarta.

Anonim. Laporan Tahunan 2006. Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Jatim. Dinas Pertanian Privinsi Jawa Timur. Bali Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura. 227 hal.

Athwal, D.S., M.D. Pathak., E.H. Bcalangco and C.D. Pura. 1971. Genetics of Resistance to Brown Planthopper and Green Leafhopper in Oryza sativa L. Crop Science 11.

Djafarudain. 2000. Dasar-dasar Pengendali Penyakit Tanaman. Bumi Aksara. Jakarta.

Flint, M., R.V. Bosch. 1992. Pengendalian hama Terpadu. Kanisus. Yogyakarta. Gapoktan. 2009. Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Pestisida Nabati.

http://gapoktantanimaju.blogspot.com/2009/01/pestisida-nabati.html diunduh tanggal 04 Oktober 2015.

Ir. Pracaya. 2008. Hama dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. Kardinan, A., Ruhnayat, A. 2003. Mimba Budidaya dan Pemanfaatannya. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Kawabe. 1985. Mechanism of Varietal Resitance to the Green Leafhopper (Nephotettix cinciteps Uhier). JARQ.

Ling, Kc. 1979. Rice Virus Desease. IIR.

Novian. 2002. Membuat dan Memanfaatkan Pestisida ramah Lingkungan. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Parnata, A.S. 2004. Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Prijono, D., Hasan, E. 1993. Pengaruh Ekstrak Nimba Terhadap Perkembangan dan Mortalitas Croccidolania binotalis. Priseding Seminar Hasil Penelitian dalam rangka Pemanfaatan Pestisida Nabti. Bogor 1-2 Desember 1993. Sama, S. 1990. Laporan Serangan Tungro pada PB 36. di Daerah Bali. Baliitan

Maros.

Siwi, S.S., I.D.M. Tantera. 1982. Pergeseran Dominasi Species Wereng Hijau di Indonesia serta Kemungkinan Peranannya dalam Penyebaran Virus Tungro. Journal Penelitian dan Pengembangan Pertanian 1 (2).

(24)
(25)

18

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Ketua Pelaksana

Nama : Ahmad Khanafi

TTL : Demak, 23 Juli 1995

Jenis Kelamin : Laki-laki

NIM : 23030113120025

Fakultas/Program Studi : Peternakan dan Pertanian/S-1 Agroekoteknologi Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro

Alamat Asal : Jl. Diponegoro No.57 RT.01 RW.III Demak Alamat Kos : Jl. Baskoro No. 39 Tembalang Semarang

No. HP : 083838832140

E-mail : hanafiahmad@student.undip.ac.id

Riwayat Pendidikan

1. MI MIFTAHUSSALAM 1 WONOSALAM DEMAK

2. MTs NU JOGOLOYO WONOSALAM DEMAK

3. MADRASAH ALIYAH NEGERI DEMAK 4. UNIVERSITAS DIPONEGORO

Riwayat Organisasi

1. Bendahara Dewan di Racana Diponegoro (Pramuka Undip) 2. Staf Ahli Inforkom KMNU UNDIP

(26)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anggota

Nama : Muhamad Ghazi agam SAS

TTL : Sukabumi, 20 Juni 1996

Jenis Kelamin : Laki-laki

NIM : 23030114140073

Fakultas/Program Studi : Peternakan dan Pertanian/S-1 Agroekoteknologi Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro

Alamat Asal : Jalan Patin No. 5 RT.30 RW.10 Sukabumi.

No. HP : 089520416257

E-mail : agamghazi@gmail.com

Riwayat Pendidikan

1. SDN Gunung Puyuh CBM 2. SMP Negeri 2 Kota Sukabumi 3. SMA Negeri 3 Kota Sukabumi 4. Universitas Diponegoro

Riwayat Organisasi

(27)

20

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Anggota

Nama : Vq Pinasthika

TTL : Semarang, 06 Juni 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

NIM : 23030114140085

Fakultas/Program Studi : Peternakan dan Pertanian/S-1 Agroekoteknologi Perguruan Tinggi : Universitas Diponegoro

Alamat Asal : Puri Pudak Payung A 18 Banyumanik Semarang

No. HP : 085600223729

E-mail : vqpinasthika@yahoo.co.id

Riwayat Pendidikan

1. SD Islam Al-Ashar 14 Semarang 2. SMP N 21 Semarang

(28)

LAMPIRAN

(29)

22

(30)

FORMULIR PENDAFTARAN

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA NASIONAL DIES NATALIS 32 IMHPT PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS JEMBER BIOLOGYCAL CONTROL DAY

A. Sub Tema yang dipilih : Teknik Pengendalian OPT Ramah Lingkungan B.Biodata Ketua

1.Nama lengkap : AHMAD KHANAFI

2.Tempat dan tanggal lahir : Demak, 23 Juli 1995 3.Jenis kelamin : Laki-laki

4.PTN/PTS : Universitas Diponegoro

5.Jurusan/fakultas : Pertanian/Fakultas Peternakan dan Pertanian 6.No. Telp/HP : 083838832140

7.Email : hanafiahmad@student.undip.ac.id

8.Alamat rumah : Jl. Diponegoro No. 57 Kp. Sandangan RT.01 RW.III Kec. Wonosalam, Kab. Demak 59571

C.Biodata Anggota 1

1.Nama lengkap : MUHAMAD GHAZI AGAM SAS

2.Tempat dan tanggal lahir : Sukabumi, 20 Juni 1996 3.Jenis kelamin : Laki-laki

4.PTN/PTS : Universitas Diponegoro

5.Jurusan/fakultas : Pertanian/Fakultas Peternakan dan Pertanian 6.No. Telp/HP : 08952016257

7.Email : agamghazi@gmail.com

8.Alamat rumah : Jalan Patin No. 5 RT.30 RW.10, Perum Bumi Babakan Damai, Cisaat, Kab. Sukabumi, Jawa Barat

D. Biodata Anggota 2

1.Namalengkap : VQ PINASTHIKA 2.Tempat dan tanggal lahir : Semarang, 06 Juni 1995 3.Jenis kelamin : Perempuan

4.PTN/PTS : Universitas Diponegoro

5.Jurusan/fakultas : Pertanian/Fakultas Peternakan dan Pertanian 6.No. Telp/HP : 085600223729

7.Email : vqpinasthika@yahoo.co.id

Gambar

Gambar 1. Wereng Hijau (Nephotettix virescens)
Gambar 2. Serangan Wereng Hijau Vektor Virus Tungro
Gambar 3. Tanaman Pacing (Costus speciosus)
Gambar 4. Diagram Proses Pembuatan Pestisida Nabati
+2

Referensi

Dokumen terkait

1.2.1 Mengetahui hasil uji efektivitas dari pestisida nabati bawang putih dan biji mahoni dalam menurunkan populasi hama WBC pada tanaman padi serta membandingkannya

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: pengaruh pestisida nabati daun sirih hijau ( Piper betle L.) terhadap mortalitas hama Plutella xylostella , pemendekan siklus

Bagaimana pengaruh aplikasi yellow trap terhadap keragaman dan kelimpahan hama pada tanaman jagung ( Zea mays ). Untuk menganalisis pengaruh aplikasi pestisida nabati

Aplikasi pestisida nabati yang paling efektif mengendalikan hama lalat buah yaitu. pestisida nabati dari ekstrak daun jarak dan suren, yang berdampak pada

Jenis mangsanya adalah wereng coklat, wereng hijau, hama putih, wereng zig-zag, wereng punggung putih, ulat bulu, ulat jengkal dan penggerek batang padi.. Tempat hidupnya di

Penelitian eksperimen yang telah dilakukan dengan menggunakan air rendaman daun pepaya sebagai pestisida nabati mengendalikan hama ulat grayak (Spodoptera litura)

Penggunaan pestisida nabati saliara pada tanaman rosela berpengaruh terhadap tingkat populasi dan luas serangan hama ( Pseudococcus sp) pada akhir pengamatan (minggu

Penggunaan pestisida nabati saliara pada tanaman rosela berpengaruh terhadap tingkat populasi dan luas serangan hama (Pseudococcus sp) pada akhir pengamatan (minggu