MK SOSIOLOGI UMUM Tanggal : 27 April 2016
Nama : Dwi Putri Anggraini (B04150174) Ruang : TL 2.04 (T02.1)
Praktikum IX Organisasi dan Birokrasi
LSM dan Negara Oleh : Philip Eldridge
Nama Asisten :
Rafael Septiano (G24120023)
Ikhtisar Bacaan
Pertama-tama, penting untuk menawarkan sejumlah justifikasi prima facie guna menunjukan bahwa LSM memang memiliki signifikasi politik. Selama ini, hampir semua LSM cenderung mengadopsi profil yang menekankan karakter non-politik. Secara terminologi, LSM berasal dari kata Non Gonvernmental Organization (NGO), tetapi penyebutan itu diganti menjadi Lembaga Swadaya Masyarakat / Lembaga Pengembangan Swadaya Masyarakat (LSM/LPSM). LSM pada khususnya lebih menyukai aksi daripada teori. Untuk usaha pengembangan masyarakat, umumnya LSM/LPSM menyelenggarakan program-program pembangunan berskala kecil di berbagai bidang, seperti mendidik dan menggerakan masyarakat dalam berbagai hal yang berkaitan dengan ekologi dan hak asasi manusia. Hal semacam ini telah menjamur di berbagai negara, termasuk Indonesia.
berusaha mencegah bangkitnya keterlibatan masyarakat yang didasarkan pada kelompok-kelompok yang secara murni mengandalkan kekuatan sendiri. LSM memperoleh biaya operasional terbesar dari donor atau donasi luar negeri, seperti Bank Dunia dan pemasukan dari kegiatan konsultasi dan program-program ekonomi, publikasi serta sumbangan dari pengusaha-pengusaha Indonesia.
Pada pemikiran politik Barat, paling tidak, politik berkaitan sepenuhnya dengan negara. Namun demikian tampaknya diakui bahwa tidak ada batas-batas yang kaku dan diterima secara luas yang dapat ditarik untuk memisahkan konsep “masyarakat” dan “negara”. Bila keduanya didefinisikan sebagai mencakup totalitas kehidupan sosial dan politik, maka proporsi semacam itu tampak tautologis.