• Tidak ada hasil yang ditemukan

94261406 Fenomena Sosial Dalam Administrasi Publik

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "94261406 Fenomena Sosial Dalam Administrasi Publik"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

B A B I

P E N D A H U L U A N

A. Latar Belakang

(2)

semua pihak, terutama pengambil kebijakan agar dalam menjalankan rencana kerja suatu Pemerintah Kabupaten atau Kota terjadi efisiensi dan efektifitas kerja.

Konsekuensi dari hal itu, diperlukan pegawai yang mempunyai kemampuan, integritas tinggi dan sinergitas dukungan aparatur yang tangguh dan sesuai kualifikasi, terutama untuk mengembangkan kreativitas pegawai dalam melaksanakan berbagai tugas sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, serta menempatkan pegawai yang tepat pada tempatnya. Konsep penemptan pegawai dengan prinsip the right on the right place or the right man on the right job adalah suatu istilah yang tepat saat ini untuk menggambarkan bagaimana semestinya para pegawai di suatu instansi baik itu pemerintahan maupun instansi swasta ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan kemampuan dan kualifikasi pendidikannya sehinga mereka dapat menjalankan tugas dengan baik, efisien dan efektif sebagaimana tujuan dari suatu organisasi. Jika meminjam konsep Webber mengenai tipe ideal birokrasi maka dapat diperoleh suatu gambaran bagaimana suatu organisasi memperhatikan bagaimana tingkat spesialisasi pekerjaan dalam hal bagaimana kemudian para pegawai ditempatkan pada posisi-posisi yang sesuai dengan bidang keahliannya sehingga tercapai suatu kefektifan dan keefisienan dalam mengerjakan tugas-tugas organisasi itu sendiri. Selain itu menurut Webber bahwa untuk kemudian menempati suatu posisi dalam organisasi dalam hal promosi ataupun kenaikan jabatan harus melalui mekanisme-mekanisme yang selektif sehingga pegawai-pegawai yang akan menempati posisi-posisi tersebut nantinya memiliki kualitas dalam melaksanakan tanggung jawabnya akan tugasnya.

(3)

dengan jabatannya. Jabatan itu sendiri adalah kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam satuan organisasi, sementara itu jabatan struktural

diartikan sebagai suatu kedudukan yang menunjukkan tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak seorang pegawai negeri sipil dalam rangka memimpin suatu satuan organisasi negara Karena itulah proses ini penempatan pegawai dalam jabatan struktural merupakan titik awal dari keberhasilan layanan kepada masyarakat di masa mendatang.

Pelaksanaan pengangkatan pegawai dalam jabatan struktural dalam prakteknya sering tidak sesuai dengan peraturan. Hal inilah yang sering menimbulkan masalah kepegawaian, beberapa faktor yang kemudian sering terjadi menjadi akibat dari ketidak efektifan suatu pemerintahan dalam penempatan para pegawainya antara lain konsekwensi pada saat suatu daerah setelah melaksanakan pemilihan kepala daerah yang mana suatu fenomena baru yang terjadi hampir disetiap daerah bahwa pemimpin baru cenderung memutasi habis-habisan pegawai yang mereka anggap tidak mensupport mereka pada saat pemilihan, walaupun dengan dalih untuk merefresh suasana pemerintahan namun hal ini tentunya suatu yang tidak lazim, yang sangat mencederai citra birokrasi di pemerintahan ini. Selain itu rasa tidak senang dengan pejabat yang diangkat karena merasa pengangkatan tersebut tidak adil. Rasa tidak senang ini sering kali berakibat menurunnya tingkat kerja sama dengan pejabat yang bersangkutan sehingga akhirnya pekerjaan yang menjadi tanggung jawab bersama antara pegawai yang bersangkutan dengan pejabat tersebut menjadi kurang baik hasilnya. Selain itu sering ada rasa kurangpuas dari pegawai yang lain yang akhirnya berakibat pada menurunnya prestasi kerja pegawai .

(4)

prinsip the right man in the right place/job pada saat ini, beberapa hal yang berkaitan tentang konsep dasar, implementasi dan hal-hal yang dianggap perlu untuk dijadikan bahan rekomendasi dalam pelaksanaan konsep the right man in the right place/job.

B A B II

KERANGKA KONSEP

Konsep the right in the right place dan the right on the right job, merupakan suatu yang identik dengan penempatan seorang atau beberapa orang pegawai atau karyawan dalam suatu jenis atau posisi pekerjaan atau jabatan dalam suatu organisasi. Beberapa ahli maupun teoritikus mencoba menggambarkan bagaimana konsep penempatan pegawai yang ideal dalam suatu organisasi.

Seperti yang di jelaskan oleh Max Webber dalam konsep idealnya mengenai birokrasi, Webber menjelaskan bahwa tipe ideal birokrasi meliputi : 1. Pembagian kerja. Pekerjaan dari setiap orang dipecah-pecah sampai ke pekerjaan-pekerjaan yang sederhana, rutin, dan ditetapkan dengan jelas.

2. Hierarki kewenagan yang jelas. Sebuah struktur multi tingkat yang formal, dengan posisi hierarki atau jabatan, yang memastikan bahwa setiap jabatan yang lebih rendah di bawah supervisi dan kontrol dari yang lebih tinggi.

(5)

4. Bersifat tidak pribadi (impersonal). Sanksi-sanksi diterapkan secara seragam dan tanpa perasaan pribadi untuk menghindari keterlibatan dengan kepribadian individual dan prferensi pribadi para anggota.

5. Pengambilan keputusan mengenai penempatan pegawai yang didasarkan atas kemampuan. Keputusan tentang seleksi dan promosi didasarkan atas kualifikasi teknis, kemampuan, dan prestasi para calon.

6. Jejak karir bagi para pegawai. Para anggota diharapkan mengejar karir dalam organisasi. Sebagai imbalan atas komitmen terhadap karir tersebut, para pegawai mempunyai masa jabatan; artinya, mereka akan dipertahankan meskipun mereka “kehabisan tenaga” atau jika kepandaiannya tidak terpakai lagi.

7. Aktivitas organisasi menentukan kapasitas pegawai secara penuh. Beban Pekerjaan yang akan dilakukan harus sesuai dengan jumlah pegawai yang tersedia.

Dari beberapa yang dijelaskan oleh Webber terlihat bahwa sistem pembagian kerja dalam suatu organisasi harus dirumuskan dengan baik, lebih lanjut Webber, dalam buku teori organisasi (Robbins), menjelaskan bahwa semestinya karyawan atau pegawai-pegawai ditempatkan dalam satu posisi yang terspesialisasi dengan memperhatikan keahlian yang dimiliki oleh seorang karyawan tersebut untuk mengerjakan tugas yang dianggap sesuai dengan keahliannya tersebut. Sehingga pencapaian organisasi akan lebih efektif.

Stephen Robbins, dalam bukunya Teori organisasi juga menyinggung

(6)

Selanjutnya Frederick W. Taylor, Menurut penelitiannya mengenai hubungan antara pekerja dengan tugas yang diberikan melalui tahapan proses untuk meningkatkan efesiensi. Taylor berasumsi bahwa semestinya para pekerja dimasukkan ke dalam suatu jenis pekerjaan yang dianggap mampu untuk mereka kerjakan. Sedangkan Smith lebih spesifik menjelaskan , bahwa berdasarkan keahlian dan penelitiannya sebagai manajer perusahaan manufaktur, Smith mengembangkan 4 dasar prinsip teori untuk meningkatkan efesiensi di lingkungan dia bekerja yakni:

- Mempelajari cara pekerja dalam melaksanakan tugasnya dengan mengumpulkan informasi tentang pekerja tersebut, dan dengan melakukan percobaan serta memberikan cara bagaimana suatu tugas dapat dilakukan dengan baik.

- Menyusun metode baru dalam pelaksanaan tugas ke dalam peraturan tertulis dan standart prosedur operasional

- Memilih pekerja secara selektif sesuai dengan keahlian yang dimiliki dan kemampuan yang sesuai dengan tugas kerja dan melatih mereka untuk melaksanakan tugas berdasarkan prosedur dan peraturan yang ditetapkan, dan

- Menetapkan tingkatan dalam bekerja menurut tugas secara adil, melalui sistem kompensasi gaji yang diberikan dalam bentuk penghargaan untuk keberhasilan tugas yang dberikan.

Dari beberapa penjelasan yang telah dijelaskan beberapa pakar maka kami menyimpulkan bahwa pada dasarnya penempatan pegawai atau karyawan menjadi penting dalam rangkan pencapaian kinerja dari suatu perusahaan atau organisasi pemerintahan, penempatan pegawai akan menjadikan suatu perusahaan efektif dalam pencapaian tujuan perusahaan.

(7)

tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural menyatakan Baperjakat Instansi Pusat, dan Baperjakat Instansi Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon II ke bawah; pemberian kenaikan pangkat bagi yang menduduki jabatan struktural, menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya, atau menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara; perpanjangan batas usia pensiun bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I dan eselon II; dan

pengangkatan sekretaris daerah propinsi/kabupaten/kota. Pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendidikan dan pelatihan jabatan, kompetensi, serta masa jabatan seorang PNS sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun.

B A B III

P E M B A H A S A N

A. Deskripsi Konsep Penempatan Pegawai (The Right On The Right Place/Job)

(8)

pemerintahan, yang bertumpu pada reformasi organisasi, sumber daya manusia dan manajemen birokrasi.

Dilihat aspek reformasi organisasi, filosofinya adalah semua jenjang dan strata organisasi pemerintah secara fundamental adalah berfungsi sebagai instrumen pelayanan publik. Dengan demikian, struktur organisasi dan ketatlaksanaannya harus didesain secara tepat agar mampu merespons dan adaptif terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Dalam konteks tersebut, maka desain organisasi dengan prinsip "ramping struktur kaya fungsi" menjadi pilihan atau alternatif saat ini, yang dianggap tepat dengan mengimplementasikan konsep penyederhanaan atau pengurangan struktur organisasi.

Dibalik penataan birokrasi di jajaran Pemerintahan daerah, tentunya harus dipahami juga seseorang pejabat akan bekerja secara berdayaguna dan berhasil guna apabila mengetahui dengan jelas posisinya dalam suatu organisasi kerja. Kejelasan itu sangat penting artinya bagi setiap pejabat karena memungkinkan mengetahui peranan dan sumbangan pekerjaan terhadap pencapaian tujuan kerja secara keseluruhannya. Seorang pejabat harus ditempatkan dengan posisi dan peranannya yang lebih jelas di dalam organisasi kerja.

(9)

atas diharapkan akan meningkatkan kinerja pegawai sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.

Dalam fungsi manajemen bahwa penempatan karyawan (pegawai) disebut dengan staffing. Teori Manajemen Sumber Daya Manusia modern menekankan bahwa penempatan tidak hanya berlaku bagi para pegawai baru akan tetapi berlaku pula bagi pegawai lama yang mengalami alih tugas dan mutasi. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan oleh Siagian bahwa konsep penempatan mencakup promosi, transfer, dan bahkan demosi sekalipun. Sebagaimana halnya dengan pegawai baru, pegawai lamapun perlu direkrut secara internal, perlu dipilih dan biasanya juga menjalani program pengenalan sebelum mereka ditempatkan pada posisi baru dan melakukanpekerjaan baru pula. Menurut Saydam bahwa :

“Penempatan pegawai merupakan mengisi lowongan pekerjaan yang tersedia dalam organisasi, agar orang yang ditempatkan itu tidak terombang-ambing lagi dalam menunggu tempat dan apa yang akan dikerjakan serta menempatkan orang yang tepat pada posisi dantempat yang tepat, agar organisasi dapat bertindak efisien dengan memanfaatkan sumber daya manusia yang berhasil direkrut”.

(10)

“Penempatan tenaga kerja adalah suatu proses pemberian tugas dan pekerjaan kepada tenaga kerja yang lulus dalam seleksi untuk dilaksanakan secara kontinuitas dengan wewenang dan tanggung jawab sebesar porsi dan komposisi yang ditetapkan serta mampu

mempertanggungjawabkan segala risiko dan kemungkinan yangterjadi atas fungsi dan pekerjaan, wewenang dan tanggung jawab tersebut.

Penempatan pegawai pada suatu jabatan tertentu, dapat merupakan promosi bagi pegawai yang bersangkutan apabila jabatan yang dipangku saat ini memiliki grade, tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar dibandingkan dengan jabatan sebelumnya. Sebaliknya dapat merupakan demosi bila jabatan yang dipangku saat ini memiliki grade, tanggung jawab dan wewenang yang lebih kecil dibandingkan dengan jabatan sebelumnya. Penempatan pegawai selain merupakan kewenangan atasan atau pimpinan sepenuhnya untuk mengisi jabatan yang kosong, melainkan juga mengandung unsur promosi atau demosi. Transfer, di samping merupakan kewenangan pimpinan, dapat pula atas permintaan pegawai untuk dipindah ke suatu tempat yang lowong. Pada prinsipnya, tranfer tidak mengadung unsur promosi maupun demosi serta tidak diikuti oleh perubahan gaji dan tingkat jabatan (grade).

Penempatan pegawai yang tepat dan benar pada dasarnya sebagai upaya untuk memotivasi pegawai, baik dengan uang, kebutuhan untuk berafiliasi, kebutuhan untuk berprestasi dan ingin memberikan sesuatu yang berarti di dalam pekerjaannya. Jadi jika penempatan pegawai pada jenjang jabatan secara benar, dampaknya akan memberikan motivasi kepada pegawai lainnya serta memberikan penilaian positif terhadap sistem yang

(11)

dipentingkan dalam suatu jabatan, dengan cara memberikan fasilitas yang memuaskan kebutuhan sosialnya melalui penempatan yang tepat dan benar. Hal yang harus menjadi perhatian Pemerintah Daerah adalah bahwa para pegawai mulai menekankan bahwa pekerjaan perlu diintegrasikan secara efektif dengan kebutuhan manusia untuk pertumbuhan pribadi, harapan keluarga, dan persyaratan etika masyarakat. Jadi karier merupakan serangkaian pengalaman kerja yang sungguh-sungguh berurutan menuju ketingkat tanggungjawab, status, kekuasaan, dan penghargaan yang lebih besar.

Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor. 13 Tahun 2002 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural menyatakan Baperjakat Instansi Pusat, dan Baperjakat Instansi Daerah Propinsi/Kabupaten/Kota mempunyai tugas memberikan pertimbangan kepada Pejabat Pembina Kepegawaian dalam pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon II ke bawah; pemberian kenaikan pangkat bagi yang menduduki jabatan struktural, menunjukkan prestasi kerja luar biasa baiknya, atau menemukan penemuan baru yang bermanfaat bagi negara; perpanjangan batas usia pensiun bagi PNS yang menduduki jabatan struktural eselon I dan eselon II; dan pengangkatan sekretaris daerah propinsi/kabupaten/kota. Pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendidikan dan pelatihan jabatan, kompetensi, serta masa jabatan seorang PNS sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun.

B. Implementasi Konsep The Right Man On The Right Place/Job

(12)

masih jauh dari harapan. Asumsi ini kemudian muncul dengan berbagai fakta bahwa hampir di sebagian pemerintah daerah hingga hari ini baik itu pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota belum menempatkan pegawai-pegawainya dalam posisi-posisi ideal atau pada jenis pekerjaan yang sesuai dengan tingkat keahlian, pendidikan dan kompetensi yang dimilikinya. Yang terjadi ialah mereka yang ditempatkan yang bukan pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah mengenai masalah pengangkatan pegawai pada suatu posisi atau jabatan.

Beberapa contoh kasus yang menjadi indikator bahwa konsep The Right Man On The Right Place/Job belum diterapkan dengan maksimal, khususnya di Indonesia ialah sebagai berikut :

- Di lingkup pemerintahan Kabupaten Mamuju Utara Provinsi Sulawesi Barat, di temukan fakta bahwa dari 13 kecamatan yang ada, 10 camat berlatarbelakang pendidikan sarjana pendidikan yang mana profesi sebelum menjadi camat ialah sebagai kepala sekolah dan guru.

- Di lingkup pemerintahan Kabupaten Kolaka Utara ditemukan fakta bahwa Kepala Dinas kesehatan dijabat oleh seorang Sarjana Agama dan Kepala Dinas Perhubungan dijabat oleh seorang sarjana pendidikan.

- Di lingkup Pemerintah Daerah Kabupaten Majene ditemukan juga bahwa kepala dinas pendidikan adalah seorang sarjana ekonomi, dan sekretaris Bappeda adalah seorang dokter.

(13)

mengatakan kalau Mr. X mengalami depresi dan harus konsultasi ke psikolog.

(14)

pemerintah kalamana seorang menolak pada saat ditempatkan. Tapi, kesiapan disini harus juga menyangkut kesiapan mental seseorang kalamana ditempatkan di suatu wilayah tugas.

Permasalahan yang muncul kemudian mengenai penerapan konsep The Right Man On The Right Place/Job ialah dilema yang terjadi dalam pemerintahan daerah itu sendiri. Dilema yang dimaksud ialah bahwa konsep The Right Man On the Right Place/Job merupakan suatu konsep ideal yang akan efektif jika diterapkan dengan baik oleh suatu organisasi ataupun pemerintahan. Konsep yang diajukan oleh beberapa pakar ini khususnya oleh Max Webber ini kemudian menjadi suatu penemuan yang eksis hingga saat ini. Hal yang perlu diingat ialah bahwa konsep ini lebih ditujukan bagi negara-negara dunia pertama yang telah memiliki tingkat kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan tekhnologi sehingga mungkin konsep ini mungkin mudah untuk diterapkan di beberapa Negara yang sudah maju semacam Amerika, Inggris dan negara maju lainnya, namun untuk konteks Indonesia mungkin masih sangat sulit dengan kondisi Negara kita yang baru berkembang untuk bersaing dengan Negara-negara maju. Lepas dari asumsi itu semestinya kita tidak terjebak dalam dilema konsep ini, bagaimanapun juga sebagai negara yang ingin mewujudkan pemerintahan yang baik maka konsep ini semestinya bisa digunakan di Negara kita.

(15)

pendidikan dan keahlian yang dimiliki sehingga mampu untuk menempati suatu jabatan atau posisi dalam pemerintahan.

Dari pengamatan kami ada beberapa hal yang kemudian sulit untuk mewujudkan konsep The Right Man On The Right Place/job di Negeri ini, misalnya bahwa pengaruh poiltisasi sangat menghegemoni dalam penempatan pegawai di beberapa pemerintahan yang ada di daerah. Hal ini kemudian terjadi dikarenakan para PNS baik secara langsung maupun tidak dalam tanda kutip dipaksa untuk berpolitik praktis dengan asumsi jika mereka tidak melakukan itu maka bisa saja posisi mereka terancam dalam pemerintahan. Padahal seperti yang diketahui bahwa PNS sangat tidak diperkenankan untuk terlibat dalam masalah politik pemerintahan khususnya pemilihan kepala daerah. Hal yang menakutkan bagi mereka ketika calon kepala daerah yang akan maju adalah incumbent maka menjadi suatu yang mengharuskan mereka untuk setidaknya mendukung incumbent dengan asumsi posisi mereka akan aman jika incumbent akan menang. Namun yang menjadi musibah atau berkah ketika setelah pemilihan, bagi mereka tidak mendukung tentunya akan mendapatkan posisi yang aman bahkan kenaikan posisi jabatan yang lebih tinggi, namun bagi mereka yang tidak mendukung siap-siap saja untuk dimutasi ke wilayah-wilayah terpencil dan dinonjobkan. Hal inilah kemudian menjadi ironi di Negara kita saat ini, atau dapat dikatakan bahwa salah satu dampak yang buruk dari pemilihan kepala daerah ialah bagaimana sistem penempatan pegawai yang sangat dipolitisasi.

(16)

posisi-posisi dengan cara politisasi sudah tidak melewati proses atau kriteria-kriteria yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan yang sebenarnya dalam hukum sudah terjadi pelanggaran yang bisa untuk ditindaklajuti pula secara hukum. Namun yang terjadi ialah fenomena ini sudah menjadi budaya baru di pemerintahan kita khususnya di pemerintah-pemerintah daerah. Padahal sebenarnya PNS atau pegawai yang bersangkutan mungkin saja tidak ingin melakukan atau katakanlah memilih salah satu pasangan calon secara terpaksa namun karena budaya ini telah menjadi teror dan pressur yang luar biasa maka kenetralitasan pegawai hilang dengan sendirinya. Olehnya itu konsep netralitas birokrasi sebagai komponen dari semangat reformasi birokrasi di Negara ini dapat dikatakan gagal dalam hal penempatan pegawai.

(17)

permasalahan pelik, kita tidak mungkin kembali untuk meributkan daerah yang sudah berubah status tersebut dari kecamatan menjadi kabupaten dengan alasan ketidaksiapan sumber daya aparatur, nah hal yang perlu diperhatikan ialah bagaimana kondisi semacam ini bisa diantisipasi sebelumnya yakni dengan lebih mengetatkan regulasi dalam pembentukan suatu daerah baru untuk lebih siap dalam penyediaan sumber daya aparatur yang memiliki kompetensi dan kualitas. Tentunya masalah ini adalah domain pemerintah untuk mengurus masalah tersebut.

Hal yang menjadi masalah kemudian dalam pelaksanaan penempatan pegawai dengan prinsip The right Man On The Right Place/Job di pemerintahan kita ialah bagaimana ketersediaan dari para aparatur atau pegawai itu sendiri. Harus kita sadari bahwa masalah kurang kompetitifnya sumber daya manusia kita menjadi masalah klasik yang menyebabkan reformasi birokrasi hingga saat ini masih kurang maksimal.

(18)

hasil nepotisme dipastikan tidak memiliki kemampuan untuk menjalankan suatu tugas-tugas teknis pemerintahan.

C. Beberapa Hal Dalam Mewujudkan Konsep The right Man On The right place/Job

Dengan melihat deskripsi mengenai masalah-masalah yang ada dalam penempatan pegawai dengan prinsip The right Man On The Right place/Job maka kami mencoba untuk menampilkan beberapa hal yang kemudian dapat menjadi bahan rekomendasi dalam melaksanakan konsep tersebut.

Jika merujuk pada konsep Webber, Taylor dan Smith tentang spesialisasi pekerjaan maka seharusanya para pegawai dalam suatu organisasi khususnya organisasi pemerintah hendaknya ditempatkan pada posisi jabatan sesuai dengan tingkat keahlian yang dimilikinya. Keahlian yang dimaksud adalah kemampuan para pegawai atau pekerja dalam melaksanakan tugasnya sesuai denga tempat tugas mereka sehingga apa yang menjadi tujuan organisasi yakni efektivitas program-program dapat tercapai.

Sedangkan Jewell berpendapat bahwa dalam pengambilan keputusan penempatan pegawai, ada empat strategi dasar alternatif yang dapat diakui yaitu :

1. Tempatkan individu yang mampu dalam pekerjaan yang mempunyai prioritas tertinggi.

2. Tempatkan individu dalam pekerjaan yang menunjukkan probabilitas keberhasilannya paling tinggi.

3. Tempatkan individu dalam pekerjaan yang diharapkan dapat mengembangkan kemampuannya.

(19)

Pendapat Jewel di atas dilaksanakan setelah pemerintah mendapatkan pegawai yang selektif dan memiliki kualitas dan kredibilitas yang tinggi.

Hal lain yang dapat dilakukan pemerintah maupun pemerintah daerah ialah :

1. Sistem rekruitmen pegawai yang harus lebih selektif dengan mengedepankan kompetisi tanpa nepotisme atau hal-hal lain yang di luar dari aturan yang ada.

2. Mereka yang kemudian terpilih ialah mereka yang memiliki tingkat pendidikan dan keahlian yang kompetitif dan memiliki mental bekerja yang baik.

3. Membuat aturan yang lebih jelas dan akurat mengenai penempatan, promosi dan mutasi pegawai tanpa campur tangan politik

4. Pengawasan yang ketat dalam pendidikan pelatihan seperti prajabatan dan Diklat-diklat tertentu sehingga pegawai lulus secara objektif.

5. Mendorong pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya menambah pengetahuan para pegawai akan tugas pokok dan fungsinya sebagai pegawai negeri.

(20)

B A B IV

P E N U T U P

Kesimpulan

- Konsep Penempatan pegawai dengan prinsip the right on the right place or the right man on the right job adalah suatu istilah yang tepat saat ini untuk menggambarkan bagaimana semestinya para pegawai di suatu instansi baik itu pemerintahan maupun instansi swasta ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan kemampuan dan kualifikasi pendidikannya sehinga mereka dapat menjalankan tugas dengan baik, efisien dan efektif sebagaimana tujuan dari suatu organisasi. Jika meminjam konsep Webber mengenai tipe ideal birokrasi maka dapat diperoleh suatu gambaran bagaimana suatu organisasi memperhatikan bagaimana tingkat spesialisasi pekerjaan dalam hal bagaimana kemudian para pegawai ditempatkan pada posisi-posisi yang sesuai dengan bidang keahliannya sehingga tercapai suatu kefektifan dan keefisienan dalam mengerjakan tugas-tugas organisasi itu sendiri

(21)

II; dan pengangkatan sekretaris daerah propinsi/kabupaten/kota. Pengangkatan pegawai negeri sipil dalam jabatan struktural dilakukan dengan mempertimbangkan faktor-faktor pendidikan dan pelatihan jabatan, kompetensi, serta masa jabatan seorang PNS sejak pengangkatan pertama dalam jabatan tertentu sampai dengan pensiun

- Megenai implementasi konsep penempatan pegawai dengan prinsip The Right Man On The Right/Job, khususnya untuk konteks Indonesia hingga saat ini, masih jauh dari harapan. Asumsi ini kemudian muncul dengan berbagai fakta bahwa hampir di sebagian pemerintah daerah hingga hari ini baik itu pemerintah provinsi maupun pemerintah kabupaten/kota belum menempatkan pegawai-pegawainya dalam posisi-posisi ideal atau pada jenis pekerjaan yang sesuai dengan tingkat keahlian, pendidikan dan kompetensi yang dimilikinya. Yang terjadi ialah mereka yang ditempatkan yang bukan pada kriteria-kriteria yang telah ditetapkan dalam peraturan pemerintah mengenai masalah pengangkatan pegawai pada suatu posisi atau jabatan.

- Hal yang dapat dilakukan pemerintah maupun pemerintah daerah dalam aktualisasi penempatan pegawai dengan prinsip The Right Man On The Right Place ialah :

1. Sistem rekruitmen pegawai yang harus lebih selektif dengan mengedepankan kompetisi tanpa nepotisme atau hal-hal lain yang di luar dari aturan yang ada.

2. Mereka yang kemudian terpilih ialah mereka yang memiliki tingkat pendidikan dan keahlian yang kompetitif dan memiliki mental bekerja yang baik.

3. Membuat aturan yang lebih jelas dan akurat mengenai penempatan, promosi dan mutasi pegawai tanpa campur tangan politik

(22)

5. Mendorong pemerintah daerah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang sifatnya menambah pengetahuan para pegawai akan tugas pokok dan fungsinya sebagai pegawai negeri.

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan Pengadaan Langsung pada Kegiatan Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru Tahun Anggaran 2013 dan berdasarkan Berita Acara Hasil Pengadaan Langsung (BAHPL) Nomor

Kepada para peserta yang merasa keberatan atas penetapan tersebut diatas, diberikan hak untuk menyampaikan sanggahan baik secara sendiri maupun bersama-sama, mulai hari

Kemudian nilai-nilai agama anak yang diamati berikutnya yaitu bersyukur, pada kegiatan ini sudah menunjukan jumlah anak berhasil melebihi tindakan siklus 1 yaitu

Sehubungan dengan Pelelangan Umum Pekerjaan Pengembangan Jaringan Pipa, sambungan rumah dan assesories SPAM Kecamatan Nipah Panjang Kabupaten Tanjung Jabung Timur Tahun Anggaran

OUTPUT : Ruang belajar MTs yang memenuhi standar PEKERJAAN : Rehabilitasi Ruang kelas MTsN Dlingo 2 ruang LOKASI : Kabupaten Bantul. Nomor : 088/Umum./R.Mts Dlg/2012

Kalau sekiranya bisa kami provinsi Sulawesi Barat meminta kepada pihak Kementerian Pemuda dan Olahraga yang menangani bidang PPAN agar untuk Provinsi Sulawesi Barat di tambah

Hasil analisis data menggunakan uji-t kemampuan pemecahan masalah kelas yang menggunakan LKPD dengan pendekatan guided discovery lebih efektif terhadap kemampuan

kegiatan menulis. Penelitian yang dilakukan Ahmadi, Farid, dkk. Media pop up book efektif untuk meningkatkan hasil belajar, pada hal ini pelajaran PKn.. Berdasarkan