• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas VIII SMP Anak Terang Salatiga Melalui Penerapan Model Discovery Learning T1 BAB III

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB III Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Kelas VIII SMP Anak Terang Salatiga Melalui Penerapan Model Discovery Learning T1 BAB III"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1.Hasil Penelitian

3.1.1. Hasil Siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi C4 (Menganalisis), C5 (Mengevaluasi), C6 (Mencipta)

Hasil penelitian selama tiga siklus telah dilakukan, diperoleh hasil siswa yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi (C4, C5, C6), sebagai berikut:

Gambar 1. Siswa yang memiliki Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (C4,C5,C6) dengan Kategori Sangat Baik

3.1.2. Hasil Siswa yang Menjawab Soal Tingkat Tinggi C4 (Menganalisis), C5 (Mengevaluasi), C6 (Mencipta)

Hasil penelitian selama tiga siklus telah dilakukan, diperoleh hasil siswa yang menjawab soal tingkat tinggi (C4, C5, C6), sebagai berikut:

Gambar 2. Siswa yang Menjawab Soal Tingkat Tinggi (C4,C5,C6)

(2)

3.1.3. Hasil Siswa yang Tuntas Mencapai Nilai KKM

Hasil penelitian selama tiga siklus telah dilakukan, diperoleh hasil siswa yang tuntas mencapai nilai KKM, sebagai berikut:

Gambar 3. Peningkatan Persentase Siswa yang mencapai Nilai KKM 3.1.4. Hasil Observasi Penerapan ModelDiscovery Learning

Hasil observasi penerapan model discovery learning dalam tiap siklus, diperoleh data sebagai berikut:

Gambar 4. Persentase Performa Guru dan Siswa selama Penerapan Model Discovery Learning dengan Kategori Baik

3.2.Pembahasan

3.2.1. Deskripsi Siklus I, Siklus II, dan Siklus III 3.2.1.1. Perencanaan Siklus I

Sebelum memulai siklus, peneliti melakukan observasi awal untuk mengidentifikasi permasalahan yang ada di kelas, kemudian guru dan kolaborator merencanakan alternatif pemecahan masalah yang diajukan untuk meningkatkan

(3)

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yaitu dengan menerapkan modeldiscovery learning. Peneliti dan guru menyiapkan RPP, LKS, instrumen pembelajaran, alat, bahan, media pembelajaran, alat evaluasi berupa posttest, lembar observasi keterlaksanaan modeldiscovery learning, angket kemampuan berpikir tingkat tinggi dan alat dokumentasi berupa kamera digital untuk mendokumentasi seluruh kegiatan pembelajaran.

3.2.1.2. Pelaksanaan dan Observasi Siklus I

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa pada siklus I guru masih belum maksimal dalam menerapkan pembelajaran menggunakan modeldiscovery learning karena guru masih beradaptasi dengan model pembelajaran baru yang belum pernah digunakan dan guru terbiasa dengan metode ceramah. Guru kurang memberikan apersepsi kepada siswa, sehingga perhatian siswa kurang terhadap materi yang akan dipelajari. Tujuan pembelajaran juga kurang disampaikan dengan jelas sehingga siswa tidak mengetahui tujuan belajar materi struktur dan fungsi jaringan tumbuhan. Tahap stimulation, gambar yang ditampilkan guru dalam memberikan stimulation kurang menarik dan kurang merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa untuk menghubungkan gambar yang ditampilkan dengan struktur morfologi dan jaringan tumbuhan yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan akan dipelajari.

(4)

sehingga butuh 2 kali pertemuan untuk menyelesaikan praktikum dan presentasi hasil praktikum. Pada tahapreflection, guru kurang dalam membimbing siswa saat melakukan presentasi, konfirmasi hasil presentasi dan jawaban sementara yang sudah ditulis lebih awal, pengambilan kesimpulan sehingga membuat siswa yang presentasi hanya siswa yang mengerjakan LKS dalam kelompok tersebut, siswa yang tidak presentasi tidak memperhatikan dan mencatat, siswa tidak mengetahui apakah jawaban sementara yang mereka buat benar atau tidak, dan siswa tidak mengetahui kesimpulan dari apa yang sudah mereka pelajari. Siswa juga merasa kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran menggunakan model discovery learning karena siswa terbiasa dengan metode ceramah, kesulitan dalam melakukan praktikum pengamatan morfologi dan jaringan tumbuhan menggunakan mikroskop, kesulitan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dan soal merupakan soal tingkat tinggi hal ini terbukti dari hasilposttestsiswa.

3.2.1.3. Refleksi Siklus I

Guru dan peneliti berdiskusi tentang pelaksanaan siklus I. Siklus I masih terdapat kekurangan antara guru dan siswa karena baru menyesuaiakan dengan model pembelajaran yang baru. Guru menyadari kekurangannya dalam pemberian apersepsi dan motivasi, tahap stimulation, tahap problem statement, tahap data collection, tahap data processing, dan tahapreflection dan siswa merasa kesulitan mengikuti proses pembelajaran dengan model discovery learning, sehingga perlu dilakukan perbaikan pada siklus II.

3.2.1.4. Perencanaan Siklus II

Hasil refleksi guru dan peneliti masih terdapat beberapa kekurangan sehingga perlu dilakukan perbaikan dalam pemberian apersepsi dan motivasi yang lebih menarik sehingga siswa tertarik untuk belajar, tujuan pembelajaran disampaikan dengan jelas sehingga siswa memahami tujuan mereka mempelajari materi tersebut dan menyampaikan prosedur pembelajaran serta alokasi waktu dengan jelas pada siklus II. Peneliti dan guru kembali menyiapkan RPP, LKS, instrumen pembelajaran, alat, bahan, media pembelajaran, alat evaluasi berupa posttest, lembar observasi keterlaksanaan model discovery learning, angket kemampuan berpikir tingkat tinggi dan alat dokumentasi berupa kamera digital untuk mendokumentasi seluruh kegiatan pembelajaran.

3.2.1.5. Pelaksanaan dan Observasi Siklus II

(5)

menampilkan gambar yang menarik sehingga siswa tertarik dengan materi pembelajaran. Tahap problem statement, guru mulai membantu siswa mengidentifikasi masalah dan memberikan contoh serta membimbing siswa untuk membuat jawaban sementara. Tahapdata collectiondandata processing, guru mulai mengalokasikan waktu praktikum yang semula di siklus I 50 menit, di siklus II dialokasikan menjadi 40 menit dan presentasi yang semula di siklus I 30 menit, di siklus II dialokasikan menjadi 25 menit. Pembatasan alokasi waktu praktikum dan presentasi yang lebih singkat memacu siswa untuk melakukan pengumpulan data, pembuatan hasil, dan mempresentasikan hasil praktikum dengan lebih cepat dan efisien. Guru juga bisa membimbing setiap kelompok dengan baik dan para siswa di siklus I yang semula sangat individual dalam melalukan praktikum dan mengisi LKS, di siklus II terlihat beberapa siswa mulai dapat bekerja sama dalam melakukan praktikum dan mengisi LKS. Tahapreflection, guru sudah membimbing siswa dalam mempresentasikan hasil praktikum, meminta kelompok yang lain untuk memperhatikan, mendengarkan, mencatat apa yang disampaikan oleh kelompok lain. Guru juga membagikan kembali jawaban sementara yang sudah ditulis siswa untuk dikonfirmasi dan mengajak siswa mengambil kesimpulan di akhir pembelajaran.

3.2.1.6. Refleksi Siklus II

Pada siklus II, sebagian besar sudah tidak mengalami kesulitan dalam pembuatan jawaban sementara, terbukti ketika siswa diminta menuliskan jawaban sementara, siswa langsung menuliskan dan sangat bersemangat untuk membuktikan jawaban sementara tersebut. Siswa juga ketika diberikan LKS, langsung dengan tertib duduk diam membaca petunjuk LKS, langsung bertanya ketika ada yang belum jelas, pada saat praktikum menggunakan mikroskop, siswa sudah bisa menggunakan mikroskop dengan benar, siswa mulai bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam praktikum, mengisi LKS, dan mempresentasikan hasil dengan benar. Hanya saja, beberapa siswa masih terlihat kesulitan pada saat mengerjakan soal tingkat tinggi C6 (mencipta), terbukti hanya 47,1% siswa yang dapat menjawab soal C6 (mencipta) dan hanya 54% siswa yang tuntas mencapai nilai KKM. Hasil yang telah didapatkan, guru berdiskusi dengan peneliti untuk melanjutkan siklus III, guna untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dan siswa yang belum mencapai nilai KKM.

3.2.1.7. Perencanaan Siklus III

(6)

learning, angket kemampuan berpikir tingkat tinggi dan alat dokumentasi berupa kamera digital untuk mendokumentasi seluruh kegiatan pembelajaran.

3.2.1.8. Pelaksanaan Siklus III

Di siklus III, guru sudah melakukan pembelajaran menggunakan model discovery learningdengan baik dan siswa pun sudah mulai terbiasa dengan model discovery learning. Hal ini terlihat ketika guru melakukan pembelajaran, semua langkah-langkah model discovery learning dapat dilakukan guru dengan baik dan siswa sudah tidak merasa kesulitan dalam membuat jawaban sementara, mengidentifikasi masalah, melakukan praktikum, mengisi LKS, memprsentasikan hasil, mengambil kesimpulan, dan menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam LKS serta soalpost testyang diberikan merupakan soal tingkat tinggi.

Pada akhir tiap siklus siswa diberikan angket respon tentang kemampuan berpikir tingkat tinggi menggunakan model discovery learning. Pada siklus I, siswa memberikan respon baik, kemudian pada siklus II dan siklus III siswa memberikan respon sangat baik terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi menggunakan model discovery learning. Siswa merasa bahwa pembelajaran menggunakan model discovery learning dapat membantu dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi mereka dalam membuat jawaban sementara, bekerja sama dengan anggota kelompok dalam berbagi ilmu, bertukar pendapat dan saling membantu dalam melakukan praktikum, menjawab pertanyaan-pertanyaan merupakan soal tingkat tinggi, dan membuat kesimpulan dari apa yang sudah mereka pelajari. Selain itu, siswa merasa bahwa dengan discovery learningsiswa dapat menghubungkan atau menerapkan apa yang sudah mereka pelajari dengan yang mereka temui dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga merasa peran guru cukup berbeda pada siklus I, guru masih kurang dalam pembelajaran , sedangkan pada siklus II dan siklus III, siswa merasa guru dalam membimbing kelompok dan keseluruhan pembelajaran sudah lebih baik.

3.2.1.9. Refleksi Siklus III

Dari hasil penelitian siklus III, terjadi peningkatan kemampuan berpikir tingkat tinggi menggunakan model discovery learning terbukti melalui 81% siswa yang tuntas mencapai nilai KKM dan peningkatan jumlah siswa yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi sebesar 90,9% dengan kategori sangat baik, sehingga siklus dihentikan.

3.2.2. Peningkatan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa melalui Penerapan Model Discovery Learning

(7)

kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa setelah penerapan modeldiscovery learning ditunjukkan pada Gambar 1. hasil siswa yang memiliki kemampuan berpikir tingkat tinggi siklus I hanya 4,54% kategori sangat rendah. Siswa masih belum terbiasa dengan model baru yang digunakan dalam pembelajaran, siswa kesulitan dalam melakukan langkah-langkahdiscovery learning, dan kesulitan menjawab soal tingkat tinggi. Siklus II mulai terjadi peningkatan sebesar 40,9% kategori rendah, kemudian pada siklus III meningkat sebesar 90,9% kategori sangat baik. Siklus II sebagian besar siswa sudah bisa menuliskan jawaban sementara, menggunakan mikroskop dengan benar, mulai bekerja sama dengan anggota kelompoknya dalam praktikum, mengisi LKS, dan mempresentasikan hasil dengan benar. Hanya saja pada siklus II masih terdapat beberapa siswa yang merasa kesulitan dalam mengerjakan soal tingkat tinggi C6 (mencipta). Siklus III siswa sudah mulai terbiasa dengan model discovery learningsehingga tidak kesulitan lagi dalam mengikuti proses pembelajaran.

Pembelajaran discovery learning mendorong kerja aktif siswa dalam menemukan konsep materi yang akan dipelajari yang membuat siswa menggunakan kemampuan berpikir tingka tinggi (Heong, dkk., 2011). Model discovery learning memiliki langkah-langkah yang dapat melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi. Langkah orientation melatih kemampuan berpikir menganalisis siswa dalam berperan aktif menanggapi fenomena-fenomena, pertanyaan atau permasalah yang diberikan oleh guru. Langkah problem statement melatih kemampuan berpikir mencipta dalam merumuskan jawaban masalah berdasarkan hasil langkah orientation. Langkah data collection dan data processing melatih kemampuan mencipta siswa yang dilakukan melalui pembuktian jawaban sementara dengan mengumpulkan hasil melalui pengamatan atau praktikumlangsung. Langkah conclusionmelatih kemampuan berpikir menganalisis dan menginterpretasi data dan langkah regulation melatih kemampuan berpikir mengevaluasi dengan memeriksa hasil praktikum dan mengkritik hasil praktikum kelompok lain (Swaak, 2004).

3.2.2.1. Analisis Aspek Kemampuan Berpikir C4 (Menganalisis)

(8)

Tahapstimulation, kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa akan dirangsang melalui pengamatan fenomen-fenomena, pemberian permasalahan atau pertanyaan menantang yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari yang akan diidentifikasi dan dianalisis untuk menentukan topik pembelajaran. Hal ini dilakukan siswa melalui menganalisis gambar dan video tentang struktur dan jaringan tumbuhan yang ditampilkan oleh guru, kemudian mengiidentifikasi topik yang akan dipelajari. Siswa berperan aktif dalam menanggapi gambar dan video tentang sturktur dan fungsi jaringan tumbuhan yang ditampilkan oleh guru dan menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dengan tepat dan benar. Tahapdata processing, siswa dilatih untuk menganalis data yang yang diperoleh melalui praktikum pada tahapdata collection kemudian diolah menjadi hasil praktikum dan digunakan untuk memecahkan masalah yang ada dalam LKS. Siswa akan menggunakan kemampuan menganalisis dalam mengolah dan menginterpretasi data dengan menggunakan berbagai sumber bacaan yang relevan untuk memecahkan masalah. Tahapreflection, siswa dilatih untuk menganalisis dalam kategori membandingkan hasil praktikumnya dan mempertimbangkan benar tidaknya jawaban sementara yang mereka buat dengan kelompok lain melalui presentasi hasil praktikum di depan kelas.

3.2.2.2. Analisis Kemampuan Berpikir C5 (Mengevaluasi)

Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa akan dilatih melalui langkah-langkah model discovery learning (Stave, 2011). Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 2. menunjukkan peningkatan jumlah siswa yang dapat menjawab soal tingkat tinggi C5 pada siklus I hanya 26,1%, siklus II mulai meningkat sebesar 79,3%, kemudian pada siklus III terjadi peningkatan sebesar 83,1%. Tahapan discovery learning yang melatih kemampuan mengevaluasi siswa adalah reflection(Sulastri, 2014). Siswa akan melakukan pembuktian, perbaikan, dan pembenaran terhadap hasil yang diperoleh melalui presentasi dan diskusi kelas (Widiadnyana, 2014). Tahap reflection, siswa dilatih untuk melakukan evalusi dengan cermat untuk membuktikan benar tidaknya jawaban sementara yang telah ditetapkan, menilai dan mengkritik hasil praktikum kelompok lain melalui presentasi dan diskusi kelas.

3.2.2.3. Analisis Kemampuan Berpikir C6 (Mencipta)

(9)

siswa diberikan untuk membuktikan benar tidaknya jawaban sementara yang telah ditetapkan melalui praktikum struktur dan fungsi jaringan tumbuhan, membaca bahan bacaan yang relevan, dan berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Tahap data processing,

Pembelajaran menggunakan model discovery learningdapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap pengetahuan sebelumnya yang mempengaruhi peningkatan hasil belajar siswa pada ranah kognitif (Balim, 2009). Selain meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, discovery learning juga dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada ranah kognitif yang ditunjukkan pada Gambar 3. siklus I hanya 9,09% siswa yang tuntas mencapai nilai KKM, hal ini terjadi karena siswa belum terbiasa dengan model discovery learning dan masih kesulitan dalam mengerjakan soal tingkat tinggi C4, C5, dan C6.

Modeldiscovery learninglebih menekankan pada proses keterlibatan peran siswa secara langsung dalam menemukan inti materi yang akan dipelajari, dihubungkan, diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, dan membuat siswa tidak mudah melupakan informasi yang diperoleh sendiri. Dalam prosesdiscovery learning siswa diberi tanggung jawab bekerja sama dengan kelompoknya baik saat melakukan praktikum maupun melakukan diskusi hasil praktikum, sehingga siswa dapat berbagi ilmu pengetahuan dan tingkat pemahaman yang diperoleh siswa lebih dalam (Kadri dan Rahmawati, 2015). Hal ini dapat terlihat pada siklus II mulai terjadi peningkatan 54% siswa yang tuntas mencapai nilai KKM dan siklus III terjadi peningkatan mencapai 81% . Siswa mulai terbiasa dengan model discovery learning, sehingga siswa terlihat fokus ketika melakukan praktikum dan terlihat adanya kerja sama. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran discovery learning akan membuat siswa semakin bersemangat dalam belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa (Wahjudi, 2015).

3.2.3. Keterlaksanaan ModelDiscovery Learning

(10)

siswa untuk memperoleh konsep-konsep yang diperlukan melalui interaksi dengan anggota kelompoknya, sehingga kegiatan belajar menjadi berpusat kepada siswa (student center). Pembelajarandiscovery learning, siswa akan mengalami beberapa kesulitan dan kesalahan pada saat mempelajari konsep baru sehingga sangat memerlukan bimbingan guru yang membuat siswa dapat belajar lebih terarah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.

Gambar

Gambar 2. Siswa yang Menjawab Soal Tingkat Tinggi (C4,C5,C6)
Gambar 3. Peningkatan Persentase Siswa yang mencapai Nilai KKM

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mendeskripsikan peningkatan keterampilan menulis karangan deskripsi setelah menerapkan model think pair share pada materi menulis

3.2 Kerja-kerja lebih masa terpaksa dijalankan kerana ketiadaan pegawai lain dan ia mengikut syarat di bawah Pekeliling Perkhidmatan Bil 21 Tahun 1997. Sekian,

Koentjoroningrat memberi batasan yang dimaksud dengan pranata sosial adalah sistem yang menjadi wahana yang memungkinkan warga masyarakat itu untuk berinteraksi menurut pola resmi

Skripsi dengan judul “EKSTRAKSI CIRI PENGENALAN GENDER MENGGUNAKAN FITUR GEOMETRIS CITRA WAJAH DENGAN METODE FUZZY C-MEANS (FCM) ” dapat terselesaikan sesuai

KERJA LEBIH MASA PANGGILAN KHAS.. Nama Pegawai yang

Kedua, buku ini merekomendasikan untuk pemerintah Indonesia agar mendorong penyelesaian status politik Papua dan pelanggaran hak asasi manusia yang

Sequence Diagram Kelola Pelanggaran Siswa Terlambat oleh Guru Piket

18-10-2013 Konsep Bagi Hasil Bidang Industri dalam Ekonomi Islam 25-10-2013 Konsep Bagi Hasil Bidang Perdagangan dalam Ekonomi Islam 01-11-2013 Konsep Bagi Hasil Bidang Jasa dalam