Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA
Edisi Ke Dua Tahun 2015
Halaman 45 hingga 53
1
PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN TPS
(THINK-PAIR-SHARE)
DENGAN MEDIA PAPAN TEMPEL DAN ULAR TANGGA
YANG DIPENGARUHI OLEH GAYA BELAJAR
Alfian Nur Ubay1, Wagino2, dan Ridam Dwi Laksono3
1,2,3
Prodi Pendidikan Matematika, STKIP PGRI Ngawi
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1) mengetahui pengaruh pembelajaran Matematika menggunakan TPS (Think-Pair-Share) dengan media papan tempel dan ular tangga terhadap prestasi belajar siswa, 2) mengetahui pengaruh gaya belajar dalam pembelajaran Matematika terhadap prestasi belajar siswa, 3) mengetahui interaksi antara media pembelajaran dan gaya belajar dalam pembelajaran Matematika terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini bersifat eksperimen, dilakukan pada bulan Februari hingga Juli 2015. Pengumpulan data melalui tes prestasi kognitif, angket afektif dan angket gaya belajar. Hipotesis diuji dengan anava dua jalan. Dari analisis varians dua jalan dengan taraf signifikan 5% untuk hipotesis pertama diperoleh Fhitung > Ftabel di mana Fhitung=4,5227 dan
Ftabel=3,9863 sehingga H0 ditolak. Hal ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh
pembelajaran Matematika menggunakan TPS (Think-Pair-Share) dengan media papan tempel dan ular tangga terhadap prestasi belajar siswa. Untuk hipotesis kedua diperoleh Fhitung > Ftabel di mana Fhitung=21,3981dan Ftabel=3,1359 sehingga H0 ditolak. Hal ini
membuktikan bahwa terdapat pengaruh gaya belajar dalam pembelajaran Matematika terhadap prestasi belajar siswa. Dan untuk hipotesis ketiga diperoleh Fhitung < Ftabel di mana
Fhitung=3,8232 dan Ftabel=3,1359 sehingga H0 ditolak. Hal ini membuktikan bahwa ada
interaksi antara media pembelajaran dan gaya belajar dalam pembelajaran Matematika terhadap prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan, pembelajaran Matematika dapat diajarakan menggunakan model pembelajaran TPS (Think-Pair-Share). Karena gaya belajar memiliki pengaruh dalam pembelajaran Matematika, guru hendaknya melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Selain itu, agar tercipta suasana belajar yang menyenangkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi perlu diterapkan seperti media papan tempel dan ular tangga.
Kata Kunci : Pembelajaran Matematika, TPS (Think-Pair-Share), Papan Tempel, Ular Tangga, Gaya Belajar.
PENDAHULUAN
Peserta didik harus mampu
berperan di dalam kegiatan
pembelajaran. Peran peserta didik dalam
mengikuti pembelajaran dipengaruhi
oleh pemilihan model pembelajaran agar
kegiatan tidak hanya mengacu pada guru
saja. Pemilihan tersebut haruslah
disesuaikan dengan kondisi para peserta
didik yang berbeda baik dari segi
karakteristik maupun prestasi.
Perbedaan antara peserta didik satu
dengan yang lain dapat menimbulkan
kesenjangan yang mengarahkan pada
kompetisi yang harus bisa diarahkan
oleh guru pada hal yang positif.
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA
Edisi Ke Dua Tahun 2015
Halaman 45 hingga 53
2
peserta didik bisa saling membantu dantidak adanya sikap apatis.
Banyak tipe model
pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran di kelas.
Salah satunya adalah Think pair share
(TPS). TPS tidak hanya menciptakan
interaksi guru dengan peserta didik,
tetapi juga antara peserta didik satu
dengan peserta didik lainnya. Pada TPS
dua orang siswa dipasangkan (pair)
sesuai dengan pembahasan yang sama,
dimana sebelumnya telah melalui proses
berpikir (think) secara individual
kemudian dengan pasangannya
mengutarakan hasil diskusi bersama
pada seluruh siswa lainnya (share).
Salah satu faktor psikologis
yang dimiliki peserta didik adalah gaya
belajar yang merupakan kombinasi dari
bagaimana seseorang menyerap, dan
kemudian mengatur serta mengolah
informasi (Bobbi DePorter, 2007). Gaya
belajar peserta didik dibedakan menjadi
tiga tipe yaitu visual, auditorial, dan
kinestetik. Gaya belajar tipe visual
cenderung menggunakan indra
penglihatannya untuk mempermudah
proses belajar. Gaya belajar tipe
auditorial cenderung menggunakan indra
pendengaranya untuk mempermudah
proses belajar. Dan gaya belajar tipe
kinestetik menggunakan fisik sebagai
instrumen untuk mengoptimalkan proses
belajar. Ketiga tipe gaya belajar tersebut
pada umumnya dimiliki oleh peserta
didik, namun ada satu yang paling
dominan. Sehingga mengetahui gaya
belajar peserta didik diperlukan untuk
menentukan cara pembelajaran yang
paling cocok untuk masing-masing
peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Faktor penting lainnya yaitu
aspek atau benda yang digunakan dalam
suatu pembelajaran. Faktor eksternal ini
juga berperan penting dalam
mempengaruhi prestasi belajar peserta
didik. Kondisi eksternal bertujuan antara
lain merangsang ingatan siswa,
penginformasian tujuan pembelajaran,
membimbing belajar materi yang baru,
memberikan kesempatan kepada siswa
menghubungkannya dengan informasi
baru (Trianto, 2009). Salah satu faktor
eksternal adalah penggunaan media
dapat digunakan dalam proses
pembelajaran dari yang sederhana
sampai yang kompleks. Penggunaan
media ini diharapkan bisa
mempermudah penyampaian informasi
kepada peserta didik mengenai materi
yang diajarkan. Oleh karena itu media
bisa mempengaruhi prestasi belajar
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA
Edisi Ke Dua Tahun 2015
Halaman 45 hingga 53
3
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan
penelitian eksperimen dengan rancangan
faktorial 2x3. Faktor pertama adalah
media pembelajaran yaitu papan tempel
dan ular tangga. Faktor kedua adalah
gaya belajar siswa yang dikategorikan
dalam tipe visual, auditorial, dan
kinestetik.
Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini menggunakan stratified
cluster random sampling Dalam
penelitian ini sampel dibagi menjadi
kelas eksperimen I dan kelas eksperimen
II. Pada kelas eksperimen I akan dikenai
perlakuan dengan media pembelajaran
papan tempel. Sedangkan kelas
eksperimen II akan dikenai perlakuan
dengan media pembelajaran ular tangga.
Teknik pengumpulan data penelitian ini
menggunakan metode angket untuk
memperoleh data gaya belajar dan
afektif, metode tes untuk memperoleh
data prestasi belajar matematika pada
pokok bahasan garis dan sudut.
Sebelum diberikan di kelas
penelitian, instrumen angket dan
instrumen tes di uji coba terlebih dahulu.
Uji coba instrumen ini dilakukan dengan
jumlah 40 siswa. Instrumen yang diuji
coba tersebut harus memenuhi beberapa
kriteria. Untuk instrumen angket
memenuhi kriteria validitas isi,
reliabilitas (r11 0,7), dan konsistensi
internal (rxy 0,3). Sedangkan untuk
instrumen tes memenuhi kriteria
validitas isi, uji daya beda, tingkat
kesukaran, dan reliabilitas (r11 0,6).
Instrumen angket gaya belajar
yang digunakan sebanyak 45 butir
angket untuk uji coba yang terdiri dari 3
indikator yang meliputi 8 deskripsi
indikator visual, 8 deskripsi indikator
auditorial, dan 10 deskripsi indikator
kinestetik.
Tabel 1 Kisi-Kisi Angket Gaya
Belajar
Tipe Deskripsi No Item Positif Negatif
Visual
1. Rapi dan Teratur. 2. Merencanakan
dan mengatur sesuatu dengan baik. 3. Teliti. 4. Lebih
mengingat asosiasi visual. 5. Berbicara
dengan cepat. 6. Mementingkan
penampilan, baik dalam hal pakaian maupun presentasi. 7. Lebih suka
seni daripada musik. 8. Seringkali
mengetahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai memilih kata-kata.
1, 28
30
32 23
21, 36
5, 19, 38
8, 13
10, 12, 45
Auditorial
1. Berbicara pada diri sendiri saat bekerja (mengucapkan apa yang ditulis saat
mengerjakan soal). 2. Dapat
mengulang kembali apa yang dijelaskan
26
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA
Edisi Ke Dua Tahun 2015
Halaman 45 hingga 53
4
guru secara lisan. 3. Lebih mudah
mengingat apa yang didengar daripada apa yang dilihat. 4. Pembicara
yang fasih (dalam hal diskusi dengan teman di dalam kelas). 5. Sering
membaca buku dengan suara keras. 6. Berbicara
dengan irama yang terpola. 7. Lebih suka
musik daripada seni.
8. Suka berbicara, suka
berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu panjang lebar.
22
4, 20
18, 39
16,40
7, 15, 42
9, 43
Kinestetik
1. Belajar dengan cara praktek. 2. Selalu
berorientasi pada fisik. 3. Banyak gerak. 4. Ingin
melakukan segala sesuatu. 5. Menyukai buku
matematika yang berorientasi pada plot. 6. Berbicara dengan perlahan. 7. Tidak dapat
duduk diam dalam waktu lama. 8. Tidak dapat
mengingat geografi, kecuali jika mereka memang telah pernah berada di tempat itu. 9. Kemungkinan
tulisannya jelek. 10. Menyukai
permainan yang menyibukkan.
27, 29
2, 25, 31
24, 34 35
37
17
6, 41
14
11 44
JUMLAH 43 2
Instrumen angket afektif yang
dibuat sebanyak 80 butir angket untuk
uji coba yang terdiri dari 5 indikator
yang meliputi 6 deskripsi indikator
sikap, 5 deskripsi indikator minat, 4
deskripsi indikator nilai, 6 Deskripsi
indikator konsep diri, dan 4 deskripsi
indikator moral. Dari 80 butir soal
tersebut diambil 45 butir angket.
Instrumen tes prestasi belajar yang
digunakan sebanyak 50 butir soal untuk
uji coba. Dari 50 butir soal tersebut
diambil 20 butir soal yang akan diujikan
di kedua kelas eksperimen.
Teknik analisis data penelitian ini
menggunakan analisis variansi dua jalan
dengan sel tak sama yang kemudian
dilanjutkan dengan uji komparasi ganda
dengan metode Scheffe jika H0ditolak.
Sebelumnya dilakukan uji prasyarat
analisis terlebih dahulu yaitu uji
normalitas menggunakan uji Liliefors
dan uji homogenitas menggunakan uji
Bartlett.
HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Pada proses mengambil data
prestasi belajar matematika,
dipersyaratkan kemampuan awal siswa
penelitian adalan sama. Sebelum
dilakukan uji hipotesis menggunakan
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA
Edisi Ke Dua Tahun 2015
Halaman 45 hingga 53
5
sama, terlebih dahulu dilakukan ujinormalitas dan uji homogenitas
kemampuan siswa. Rangkuman hasil uji
normalitas dan uji homogenitas dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 2 Rangkuman Uji
Normalitas Data
Kelompok Siswa Kesimpulan
Pembelajaran Matematika menggunakan TPS (Think-Pair-Share) dengan media papan tempel dan ular
tangga.
Data Normal
Kelompok siswa media papan tempel.
Data Normal
Kelompok siswa media ular tangga.
Data Normal
Kelompok siswa media papan tempel dengan gaya
belajar tipe visual.
Data Normal
Kelompok siswa media papan tempel dengan gaya
belajar tipe auditorial.
Data Normal
Kelompok siswa media papan tempel dengan gaya
belajar tipe kinestetik.
Data Normal
Kelompok siswa media ular tangga dengan gaya belajar tipe visual.
Data Normal
Kelompok siswa media ular tangga dengan gaya belajar tipe auditorial.
Data Normal
Kelompok siswa media ular tangga dengan gaya belajar tipe kinestetik.
Data Normal
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa
semua nilai Lmax < Ltabel sehingga
diperoleh keputusan uji H0 diterima.
Hal ini menunjukkan semua sampel
pada penelitian ini berasal dari populasi
yang berdistribusi normal.
Tabel 3 Rangkuman Uji
Homogenitas Data
k hitung
2
2tabelKeputusan
Kesimpul an
Papan Tempel dan Ular
Tangga
2 0,1057 3,8415 H0
diterima
Homogen
Pada Tabel 3 dapat dilihat bahwa
nilai
2hitung<
2tabel, sehinggadiperoleh H0 diterima. Hal ini
menunjukkan bahwa populasi untuk
media pembelajaran variansi yang sama.
Setelah uji prasyarat dipenuhi, maka
dapat dilakukan uji analisis variansi dua
jalan dengan sel tak sama. Rangkuman
analisis variansi dua jalan dengan sel tak
sama dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 4 Rangkuman Analisis Variansi
Dua Jalan dengan Frekuensi
Sel Tak Sama
Sumber JK d
k RK Fobs Ftabel
Media
Pembelajaran (A) 512,5332 1 512,533 2
4,522 7
3,986 3
Tipe Gaya Belajar
(B) 4849,8609 2 2424,93 05
21,39 81
3,135 9
Interaksi (AB) 866,5320 2 433,266 0
3,823 2
3,135 9
Galat 7479,4097 66 113,324 4
Total 13708,335
9 71
Berdasarkan rangkuman
perhitungan pada Tabel 4 diperoleh
kesimpulan (1) ada pengaruh
pembelajaran Matematika menggunakan
TPS (Think-Pair-Share) dengan media
papan tempel dan ular tangga terhadap
prestasi belajar siswa, (2) ada pengaruh
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA
Edisi Ke Dua Tahun 2015
Halaman 45 hingga 53
6
matematika, dan (3) ada interaksi antaramedia pembelajaran dan gaya belajar
dalam pembelajaran Matematika
terhadap prestasi siswa. Rerata
masing-masing sel dan rerata marginal dapat
dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 5 Jumlah Rerata dan
Rerata Marginal
Model Pembelajaran
Media Pembelajaran
Rerata Marginal Papan
Tempel
Ular tangga
Visual 72,3333 82,1875 77,4194 Auditorial 60,4167 71,5 65,4545 Kinestetik 59 54.4444 56,8421 Rerata Marginal 64,8649 72
Berdasarkan pembahasan
hipotesis efek antar baris diperoleh H0A
ditolakyang menunjukkan ada pengaruh
media pembelajaran terhadap prestasi
belajar matematika. Uji komparasi rerata
antar baris perlu dilakukan untuk
mengetahui media pembelajaran mana
yang memberikan prestasi belajar
matematika yang lebih baik. Rangkuman
hasil uji komparasi rerata antar baris
dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 6 Rangkuman Hasil Uji Komparasi
Rerata Antar Baris
Komparasi H0 Fobs Ftabel Keputusan Uji
. 2 .
1
vs 1. 2. 8,0801 3,9863 H0
ditolak
Berdasarkan Tabel 6 dan Tabel 5
diperoleh kesimpulan (1) media
pembelajaran ular tangga memberikan
prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada media pembelajaran papan
tempel. Penggunaan media ular tangga
yang menggunakan pola khusus
menimbulkan rasa keingintahuan dari
para siswa. Hal ini menyebabkan
suasana pembelajaran terlaksana secara
aktif karena siswa ingin mencoba
sesuatu yang baru dari media ular tangga
tersebut. Pola yang digunakan membuat
siswa mengasah kemampuan dalam
menganalisa gambar untuk memecahkan
suatu permasalahan.
Yudhi Munadi (2012)
mengutarakan bahwa media ular tangga
sebagai salah satu media yang bersifat
visual akan menghindari komunikasi
yang tidak efektif dalam proses
pembelajaran karena dapat membantu
siswa pada pemahaman kata-kata yang
dituangkan dalam bentuk gambar secara
variatif.
Tabel 7 Rangkuman Hasil Uji Komparasi
Rerata Antar Kolom
Komparasi H0 Fobs Ftabel Keputusan Uji
2 . 1
.
vs
.1
.2 16,2554 6,2718 H0 ditolak3 . 2
.
vs
.2
.3 6,6730 6,2718 H0 ditolak3 . 1
.
vs
.1
.3 44,0146 6,2718 H0 ditolakBerdasarkan Tabel 7 dan Tabel 5
diperoleh kesimpulan (1) gaya belajar
tipe visual memberikan prestasi belajar
matematika yang lebih baik daripada
gaya belajar auditorial; (2) gaya belajar
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA
Edisi Ke Dua Tahun 2015
Halaman 45 hingga 53
7
belajar matematika yang lebih baikdaripada gaya belajar kinestetik; dan (3)
gaya belajar tipe visual memberikan
prestasi belajar matematika yang lebih
baik daripada gaya belajar kinestetik.
Siswa dengan gaya belajar tipe visual
lebih memiliki kepekaan yang kuat
terhadap materi yang bersifat gambar,
warna, dan grafik. Jadi pembelajaran
yang disampaikan menggunakan media
yang bersifat artistik lebih mudah
ditangkap oleh siswa yang memiliki
kecenderungan gaya belajar tipe visual.
Hal ini sesuai dengan Bobbi DePorter
(2007) mengenai deskripsi dari
masing-masing tipe gaya belajar.
Hasil penelitian ini sesuai
dengan penelitian Fajar Adi Kusuma
(2012) dengan kesimpulan prestasi
belajar
matematika
siswa
yang
memiliki gaya belajar visual lebih
baik
daripada
prestasi
belajar
matematika siswa yang memiliki
gaya belajar auditorial dan kinestetik.
Berdasarkan pembahasanhipotesis efek interaksi baris dan kolom
diperoleh H0AB ditolak yang
menunjukkan ada interaksi antara media
pembelajaran dan gaya belajar terhadap
prestasi belajar matematika. Uji
komparasi rerata antar sel pada baris
yang sama perlu dilakukan untuk
mengetahui bagaimana perbedaan
prestasi belajar matematika yang lebih
baik pada baris yang sama (media
pembelajaran) antara siswa dengan gaya
belajar tipe visual, auditorial, dan
kinestetik. Rangkuman hasil uji
komparasi rerata antarsel pada baris
yang sama dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 8 Rangkuman Hasil Uji Komparasi
Rerata Antarsel
Komparasi
0
H Fobs Ftabel Keputus an Uji
21 11
vs
11
21 6.6339 11.76 90Ho diterima
22 12
vs
12
22 5.9126 11.76 90Ho diterima
23
13
vs
13
23 0.8675 11.76 90Ho diterima
12 11
vs
11
12 6.2026 11.76 90Ho diterima
13
12
vs
12
13 12.159 011.76 90
Ho ditolak
13
11
vs
11
13 39.120 811.76 90
Ho ditolak
22 21
vs
21
22 8.3540 11.76 90Ho diterima
23 22
vs
22
23 0.0966 11.76 90Ho diterima
23
21
vs
21
23 9.4125 11.76 90Ho diterima
Berdasarkan Tabel 8 dan Tabel 5
diperoleh kesimpulan (1) pada kelas
yang dikenai media pembelajaran ular
tangga dengan gaya belajar auditorial
lebih baik daripada siswa dengan gaya
belajar kinestetik; dan (2) pada kelas
yang dikenai media pembelajaran ular
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA
Edisi Ke Dua Tahun 2015
Halaman 45 hingga 53
8
baik daripada siswa dengan gaya belajarkinestetik.
Berdasarkan pembahasan
hipotesis efek interaksi baris dan kolom
diperoleh H0AB ditolak yang
menunjukkan ada interaksi antara media
pembelajaran dan gaya belajar terhadap
prestasi belajar matematika. Interaksi
pada kelompok siswa media ular tangga
dengan model pembelajaran kooperatif
tipe TPS (think-pair-share) yang
dipengaruhi gaya belajar pada penelitian
ini senada dengan Yudhi Munadi (2012)
bahwa kekuatan gambar yang dibuat
pada media ular tangga menekankan
indra penglihatan. Hal tersebut
kenyataannya secara kuat terletak pada
seseorang dengan gaya belajar tipe
visual. Dengan memperhatikan atau
membuat suatu gambar, siswa akan
terdorong untuk berbicara lebih banyak,
berinteraksi lebih baik dengan gambar
tersebut maupun dengan sesamanya
sehingga dapat membangun
gagasan-gagasan baru.
SIMPULAN DAN SARAN
Hasil penelitian dengan
menggunakan taraf signifikansi
5%adalah:(1) prestasi belajar
kelompok
siswa
menggunakan
media
pembelajaran ular tangga
lebih baik
dibandingkan
prestasi
belajar
kelompok siswa menggunakan media
papan tempel, (2) prestasi belajar
matematikakelompok siswa dengan
gaya belajar visual lebih tinggi
dibandingkan
prestasi
belajar
kelompok siswa dengan gaya belajar
auditorial dan kinestetik, (3) pada
media pembelajaran papan tempel, siswadengan gaya belajar visual, auditorial,
dan kinestetik mempunyai prestasi
belajar matematika yang sama baiknya,
pada media pembelajaran ular tangga,
siswa dengan gaya belajar tipe visual
memberikan prestasi belajar lebih baik
dari gaya belajar tipe auditorial. Siswa
dengan gaya belajar tipe auditorial
memberikan prestasi belajar lebih baik
dari gaya belajar tipe kinestetik.
Berdasarkan hasil penelitian
tersebut, penulis memberikan saran
sebagai berikut (1) dalam pembelajaran,
guru hendaknya memilih media
pembelajaran yang menarik untuk siswa
misalnya papan tempel dan ular tangga,
tetapi dalam penerapannya guru juga
harus memperhatikan petunjuk dan alat
pendukung media pembelajaran yang
digunakan, (2) guru hendaknya
memperhatikan tipe gaya belajar siswa
tetapi guru tidak harus
membeda-bedakan antara siswa dengan gaya
belajar tipe visual, auditorial, dan
Jurnal Akademis daN Gagasan matematiKA
Edisi Ke Dua Tahun 2015
Halaman 45 hingga 53
9
DAFTAR PUSTAKA
DePorter, Bobbi. 2007. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Bandung:
Kaifa.
Kusuma, Adi Fajar. 2012. Perbandingan Prestasi Belajar Matematika yang Mendapat Pembelajaran
STAD (Student Teams
Achievement Divisions) dan TPS
(Think Pair Share) pada
Operasi Bentuk Aljabar dan
Pemfaktoran ditinjau dari Gaya
Belajar Siswa. Skripsi.
Surakarta: UNS.
Munadi, Yudhi. 2012. Media
Pembelajaran (Sebuah
Pendekatan Baru). Jakarta:
Gaung Persada Press.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif
: Konsep, Landasan dan
Implementasinya pada
Kurikulum Tingkat Satuan