• Tidak ada hasil yang ditemukan

Unit_6 Analisis Kesalahan Berbahasa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Unit_6 Analisis Kesalahan Berbahasa"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA

Muh. Faisal

Abd. Halik

nalisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik merupakan unit VI mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia di SD. Unit ini hanya terdiri atas dua subunit yaitu: subunit 1 menganalisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dan morfologi, dan subunit 2 menganalisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis dan semantik. Dengan memahami dasar-dasar analisis kesalahan berbahasa tersebut akan membantu tugas Anda dalam membimbing siswa menggunkan bahasa Indonesia yang baik dan benar di sekolah Untuk memahami materi ini, diharapkan Anda mampu membaca materi ini dengan sungguh-sungguh dan berlatih menganalisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Dengan demikian, secara lebih khusus setelah mempelajari unit ini diharapkan Anda dapat:

1. menganalisis kesalahan bahasa dalam bidang fonologi, 2. menganalisis kesalahan bahasa dalam bidang morfologi, 3. menganalisis kesalahan bahasa dalam bidang sintaksis, 4. menganalisis kesalahan bahasa dalam bidang semantik,

Materi ini menjadi modal awal bagi Anda yang ingin menjadi pengajar bahasa Indonesia yang baik dan benar di SD, karena dengan dikuasainya materi ini Anda telah memiliki kemampuan yang dapat mendukung tugasnya dalam membimbing anak didiknya sehingga semakin mampu menganalisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik.

Setelah memahami tujuan mempelajari unit ini, ikutilah bagian-bagian bahan ajar ini secara bertahap-berkelanjutan. Pelajari setiap bagian secara

A

(2)

cermat dan seksama. Mulailah dengan membaca konsep, uraian, dan contoh-contoh yang terdapat di dalamnya. Untuk menambah pemahaman dan wawasan Anda, pelengkap materi unit ini juga terdapat di web-site. Bukalah web-site. Masih ingat kan, caranya? Jangan lupa mengerjakan latihan/tugas. Setiap latihan/tugas disertai dengan rambu pengerjaan atau jawaban latihan. Rambu-rambu tersebut dimaksudkan untuk memberikan gambaran kepada Anda tentang bagaimana latihan dikerjakan dan seperti apa hasil pengerjaan latihan yang dianggap benar. Tapi ingat, jangan terburu-buru membuka rambu-rambu atau kunci jawaban. Karena, bila hal itu Anda lakukan, Anda akan terbiasa tidak akan pernah belajar.

Jangan lupa pula membaca rangkuman. Pahamilah rangkuman dengan baik. Bila Anda mendapat kesulitan dalam memahami kata atau istilah yang terdapat pada unit ini, lihatlah glosarium dalam unit ini atau manfaatkanlah Kamus Besar Bahasa Indonesia.

Setelah melakukan kegiatan secara bertahap seperti disebutkan di atas, dan merasa telah menguasai materi unit ini, sekarang kerjakan soal-soal tes formatif. Setelah itu, cocokkan jawaban tes formati Anda dengan kunci jawaban yang tersedia di akhir unit ini sehingga dapat mengetahui kemampuan Anda yang sesungguhnya. Analisislah materi mana yang telah Anda kuasai dengan baik dan materi mana yang belum Anda kuasai. Untuk materi yang belum Anda kuasai, bacalah kembali konsep, uraian, contoh-contoh, dan rangkuman yang ada. Jangan lupa, materi ini dilengkapi video yang dapat Anda akses melalui internet.

(3)

Subunit 1

Analisis Kesalahan Berbahasa Fonologi Dan

Morfologi

audara, dalam proses berkomunikasi perlu menggunakan bentuk kata dan pelafalan yang tepat. Hal ini agar gagasan dan ide-ide inovatif yang Anda sampaikan kepada orang lain dapat dipahami secara efektif. Agar hal itu dapat terwujud, perlu kita memiliki pemahaman dan kemampuan menganalisis kesalahan berbahasa khususnya dalam bidang fonologi dan morfologi. Fungsinya, agar kita dapat membedakan bentuk komunikasi verbal yang benar dan yang salah. Untuk memahami apa sesungguhnya hakikat analisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi dan morfologi, bacalah dengan saksama uraian berikut.

Analisis Kesalahan Fonologi

Sebelum Anda memasuki uraian tentang menganalisis kesalahan berbahasa, tak ada salahnya jika Anda kembali mengingat kembali uraian unit VI tentang STRUKTUR FONOLOGI DAN MORFOLOGI BAHASA INDONESIA. Masih ingat, kan? Kalau masih ingat, apa yang dimaksud fonologi? Menurut Kridalaksana (1982:45) fonologi adalah bidang dalam linguistik yang menyelidiki bunyi-bunyi-bunyi bahasa menurut fungsinya, fonemik. Sedangkan Alwasilah (1983) menyatakan bahwa fonologi adalah salah satu bidang tatabahasa yang membahas bunyi-bunyi bahasa tertentu, misalnya bahasa Indonesia dalam rangka mempelajari fungsi bunyi untuk membedakan atau mengidentifikasi kata-kata tertentu. Dengan kata lain, fonologi merupakan salah satu cabang dalam ilmu bahasa yang membahas bunyi bahasa yang digunakan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain. Bunyi bahasa yang dimaksud meliputi bunyi vokal, seperti: a, i, u, e, o, e, bunyi konsonan seperti: k, l, m, dan sebagainya, dan bunyi diftong seperti: au, o, dan ai.

Kaitannya dengan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi, Tarigan dan Suliastianingsih (1998) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi meliputi perubahan pengucapan fonem, penghilangan fonem, penambahan fonem, dan perubahan bunyi diftong menjadi bunyi tunggal

(4)

atau fonem tunggal. Kesalahan-kesalahan berbahasa dalam bidang fonologi tersebut antara lain sebagai berikut.

(1) Pelafalan fonem /n/ diubah menjadi /ng/

Kata-kata yang berakhir fonem /n/ seperti makan, lafal bakunya /makan/. Namun karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /n/ pada akhir kata sehingga kadang-kadang kata-kata makan dilafalkan /makang/.

Contoh yang lain:

(2) Pelafalan fonem /t/ pada akhir kata diubah menjadi /’/

Kata-kata yang berakhir fonem /t/ seperti pada kata tepat, lafal bakunya adalah /tepat/. Namun karena faktor pengaruh bahasa daerah yang tidak mengenal fonem /t/ pada akhir kata, yang ada adalah fonem /’/ sehingga “kadang-kadang” kata-kata tepat dilafalkan /tepa’/. Kata-kata lain yang mengalami pelafalan seperti Kata-kata tepat antara lain adalah:

cepat

(3) Pelafalan fonem /e/ diubah menjadi /E/

Kata-kata yang berfonem /e/ (e = enam) seperti pada kata senter, lafal bakunya adalah /sEnter/ (E=ekor) Namun, karena faktor pengaruh bahasa daerah (Bugis) yang “biasa” menyebut kata /sEntErE/, maka kata senter dilafalkan /sEntEr/. Kata-kata lain yang mengalami kesalahan pelafalan seperti kata senter antara lain adalah:

(5)

(4) Pelafalan fonem /E/ diubah menjadi /e/,

Fonem /e/ pada kata peka seharusnya dilafalkan /E/ bukan /e/. Kesalahan pelafalan /E/seperti pada kata peka tersebut biasa kita jumpai dalam proses berkomunikasi situasi resmi, pada kata:

sukses

(5) Fonem /u/ pada kata juang seharusnya dilafalkan /u/ bukan /o/.

Kesalahan pelafalan /u/ seperti pada kata juang tersebut, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi situasi resmi, pada kata:

lubang

(6) Pelafalan fonem /i/ diubah menjadi /E/

Fonem /i/ pada kata tarikat seharusnya dilafalkan /i/ bukan /E/. Kesalahan pelafalan /i/ pada kata tarikat, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi situasi resmi, seperti pada kata:

hakikat dilafalkan /hakEkat/ semestinya /hakikat/ nasihat dilafalkan /nasEhat/ semestinya /nasihat/

(7) Pelafalan fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau /Ei/

Fonem /ai/ pada kata sampait seharusnya dilafalkan /ai/ bukan /E/ atau /Ei/ . Kesalahan pelafalan /ai/ pada kata sampai tersebut, biasa kita jumpai dalam proses komunikasi situasi resmi , seperti pada kata:

santai

(8) Pelafalan fonem /g/ pada akhir kata diubah menjadi /h/ atau /ji/

(6)

idiologi

(9) Pelafalan fonem /h/ dihilangkan / /

Fonem /h/ pada kata hilang seharusnya dilafalkan /h/ atau tidak dihilangkan. Penghilangan pelafalan /h/ seperti pada kata hilang.

Contoh lain:

(10)Penambahan fonem /h/ pada awal atau akhir kata

Pelafalan kata andal seharusnya tidak ditambah /h/. Penambahan pelafalan /h/ seperti pada kata andal, di depan atau pada akhir kata, biasa pula dijumpai dalam proses komunikasi situasi resmi.

Contoh lain:

(11)Pelafalan fonem /f/ diubah menjadi /p/

Fonem /f/ pada kata feodal harusnya tidak dilafalkan /p/ . Kesalahan pelafalan /f/ pada kata feodal.

(7)

(12) Pelafalan fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/

Fonem /z/ pada kata izin seharusnya tidak dilafalkan /s/ atau /j/. Kesalahan pelafalan /z/ pada kata izin.

Contoh yang lain:

(13)Pelafalan /au/ diganti menjadi /h/

Fonem /kh/ pada kata khawatir seharusnya tidak dilafalkan /h/ tetapi /kh/. Kesalahan pelafalan /kh/ pada kata khawatir.

Contoh yang lain:

Anda masih ingat apa yang dimaksud dengan morfologi? Semoga masih ingat. Jika belum, Badudu (1976:15) mengemukakan bahwa “morfologi adalah ilmu bahasa yang mebicarakan morfem dan bagaimana morfem itu dibentuk menjadi sebuah kata”. Berbicara tentang morfem terbagi atas tiga macam morfem bebas seperti makan, minum, dan lain-lain, morfem terikat seperti ber- ber, -kan, dan lain sebagainya, morfem unik, misalnya juang, tawa, dan

sebagainya. Morfem bebas /makan/ digabung morfem terikat –an/ menjadi kata berimbuhan, misanya, makanan. Morfem bebas /minum/ mengalami pengulangan /minum-minum/ disebut kata ulang. Morfem bebas /mata/ digabung dengan morfem bebas /hari/ menjadi matahari disebut kata majemuk.

Kaitannya dengan keperluan analisis kesalahan berbahasa dalam bidang morfologi, menurut Badudu (1982) dan Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) terbagi atas tiga kelompok: (a) kesalahan afiksasi, (b) kesalahan reduplikasi, (c) kesalahan pemajemukan.

Kesalahan bidang afiksasi.

(8)

(1) Afik yang luluh, tidak diluluhkan

Kaidah afiksasi awalan meN- manakala memasuki kata dasar yang dimulai huruf t, s, k, p harus luluh menjadi men-, meny-, meng-, dan mem- , misalnya meN- memasuki kata dasar tarik, satu, kurang, dan pinjam akan menjadi menarik, menyatu, mengurang, dan meminjam. Dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan:

mentabrak seharusnya menabrak mempahat seharusnya memahat mempabrik seharusnya memabrik

(2) Afiks yang tidak luluh, diluluhkan

Afiks meN- memasuki kata asal atau kata dasar yang dimulai huruf kluster seperti transmigrasi dan prosentase tidak luluh misalnya

mentrasmigrasikan dan memprosentasekan. Akan tetapi, dalam proses berkomunikasi biasa ditemukan penggunaan kata berimbuhan seperti:

menerasmigrasikan seharusnya mentransmgraskan

memerotes seharusnya memprotes memerakarsai seharusnya memprakarsai

(3) Morf men- disingkat n,

Bentuk narik merupakan salah satu contoh kata dasar dari sekian kata dasar yang nonbaku. Kata dasar tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi. Yakni dari kata tarik lalu mendapat awalan meN-, menjadilah kata menarik. Selanjutnya, dalam proses komunikasi hanya menggunakan narik padahal seharusnya menarik seperti dalam kalimat Saya belum menarik kesimpulan. Kata-kata yang tidak baku seperti itu adalah:

natap seharusnya menatap

nangis seharusnya menangis nabrak seharusnya menabrak

(4) Morf meny- disingkat ny, misalnya:

(9)

lalu mendapat awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan menyampaikan. Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya meng-gunakan nyampai atau nyampaikan padahal seharusnya menyampaikan. Contoh yang lain:

nyapu seharusnya menyapu nyisir seharusnya menyisir

nyusun seharusnya menyusun (5) Morf meng disingkat ng, misalnya:

Kata berimbuhan seperti ngoreksi bukanlah kata berimbuhan yang baku. Kata berimbuhan tersebut muncul dari pengaruh kesalahan afiksasi alomorf meng-. Yakni dari kata koreksi lalu dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan mengoreksi. Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi hanya menggunakan ngoreksi padahal seha-rusnya mengoreksi seperti dalam kalimat Aminuddin mengoreksi pemerintah secara sopan. Kata berimbuhan lain yang tidak baku seperti itu, sebagai berikut:

ngarang seharusnya mengarang

ngantuk seharusnya mengantuk ngurung seharusnya mengurung

(6) Morf menge- disingkat nge-

Kata dasar seperti ngebom bukanlah kata yang baku. Kata dasar tersebut muncul sebagai akibat kesalahan afiksasi alomorf menge-. Yakni, dari kata dasar bom lalu dimasuki awalan meN-, menjadilah kata berimbuhan mengebom. Selanjutnya, dalam proses berkomunikasi masyarakat hanya menggunakan ngebom padahal seharusnya mengebom seperti dalam kalimat Syarifuddin berencana akan mengebom pantai Sanur. Contoh lain kata berimbuhan yang tidak baku seperti itu adalah sebagai berikut:

ngelap seharusnya mengelap ngebom seharusnya mengebom

ngecet seharusnya mengecet ngelas seharusnya mengelas

(7) Kesalahan morfologi segi reduplikasi

(10)

perulangan tersebut berdasar dari kata asal karang lalu mendapat awalan meN- menjadilah mengarang. Selanjutnya, kata dasar mengarang mengalami proses reduplikasi ngarang- mengarang, yang semestinya mengarang seperti dalam kalimat Mereka belajar tentang

karang-mengarang di sekolah. Kata ulang lain yang biasa ditemukan seperti itu adalah sebagai berikut:

ngejek-mengejek seharusnya ejek-mengejek ngutip-mengutip seharusnya kutip-mengutip ngunjung mengunjungi seharusnya kunjung-mengunjungi

Kesalahan morfologis segi proses pemajemukan

(1) Kata majemuk yang seharusnya disatukan tetapi dipisahkan

Kata majemuk yang ditulis terpisah seperti pasca panen, ekstra kurikler, adalah kata majemuk yang nonbaku. Kata tersebut semestinya

ditulis serangkai seperti pascapanen dan ekstrakurikuer. Karena kata-kata: pasca, ektra, antar , infra, intra, anti, panca, dasa, anti, pra, proto, mikro, maha, psiko, ultra, supra, para, dan sebagainya adalah kata-kata yang

(11)

(2) Kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan

Kata majemuk yang ditulis serangkai seperti ibukota, anakasuh, kepala kantor, butahuruf, hakcipta, jurumasak adalah contoh kata majemuk yang semestinya ditulis terpisah seperti ibu kota, anak asuh, kepala kantor, buta huruf, hak cipta, juru masak. Karena, kedua kata tersebut

masing-masing adalah kata dasar yang tergolong morfem bebas. Contoh kata majemuk yang seharusnya dipisahkan tetapi disatukan adalah sebagai berikut.

aducepat ibuangkat

kerjabakti obatnyamuk

seharusnya seharusnya seharusnya seharusnya

adu cepat ibu angkat

kerja bakti obat nyamuk

Apakah Anda sudah memahami dengan baik materi di atas? Semoga, karena Anda adalah pebelajar yang tekun dan cerdas! Kalau sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi subunit 1 ini cobalah kerjakan latihan berikut.

1. Analisis kesalahan berbahasa yang terdapat dalam dialog berikut dari segi

fonologi/pelafalannya.

Rudy : “Kafan kita kak jalan-jalan bersama paman di pante pulo Lumpue sambil makang ikan bakar?”

Tina : “Saya masih sibuk mengurusi adikku yang sakit polio”

Rudy : “Moga-moga bulan depan ada waktu kakak, sudah lama saya tida ke pulo kamerang!”

Rudy “Menurut Tina yang bagus pulo Lumpue daripada Kamerrang?” Tina “ Pada hakekatnya, sejak jaman dulu Kamerang lebi seju’

karena anya bilohi lautnya yang menawan..”

2. Analisislah kesalahan yang terdapat pada kalimat berikut dari segi morfologi (afiksasi, perulangan, dan pemajemukan)

- Dia sudah nyusun laporan pertangungan jawab keuangan koperasi.

- Arkadilah mencari ikan di laut dengan cara ngebom di tengah laut. - Pemerintah galakkan semangat anti narkoba di kalngan pemuda.

- Jangan mengenyampingkan pendidikan matematika dan bahasa. - Mereka sedang giatnya mempelajari ngarang-mengarang cerpen.

(12)

1. Untuk mengerjakan latihan nomor satu Anda perlu mengingat aspek

yang berkaitan dengan lafal yang baku, jika bingung buka kamus bahasa Indonesia.

2. Untuk mengerjakan latihan nomor dua, perhatikan hakikat proses

afiksasi, pemajemukan, dan perulangan serta aspek-aspeknya masing-masing.

3. Agar pekerjaan Anda bisa benar dalam mengerjakan latihan bagian

ketiga, perhatikan hakikat frasa, klausa dan kalimat serta jenisnya dan contohnya masing-masing.

4. Sebelum Anda mengerjakan latihan bagian keempat, cermati

sungguh-sungguh lebih dahulu pengertian gejala hiperkret dan pleonasme dan contohnya masing-masing.

Rangkuman

Kesalahan berbahasa yang relatif dilakukan dalam proses berkomunikasi dengan orang lain, antara lain dapat disebabkan dari segi fonologi dan morfologi.

(1) Kesalahan dalam bidang fonologi pada umumnya berupa: fonem /n/ dilafalkan /ng/ fonem /t/ pada akhir kata dilafalkan /’/ fonem /e/ dilafalkan /E/, fonem /E/ dilafalkan /e/, fonem /u/ dilafalkan /o/, fonem /i/ dilafalkan /E/, fonem /ai/ dilafalkan /E/ atau /Ei/ , fonem /g/ dilafalkan /h/ atau /j/, penambahan atau penghilangan fonem /h/ pada awal atau akhir kata, fonem /f/ dilafalan /p/, fonem /z/ diucapkan /j/ atau /s/, .

(2) Kesalahan dalam bidang morfologi relatif dalam bentuk:

(a) afiksasi, seperti: afik yang luluh, tidak diluluhkan, afiks yang tidak luluh, diluluhkan, morf men- disingkat n. Morf meny- disingkat ny, morf meng disingkat ng, morf menge- disingkat nge.

(b) proses reduplikasi, seperti pengulangan bentuk dasar yang salah. (c) proses pemajemukan, seperti kata majemuk yang seharusnya

(13)

Tes Formatif 1

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

1. Pelafalan yang benar pada kata berikut adalah... A. zakat

B. jakat C. sakat D. syakat

2. Kata majemuk yang benar penulisannya berikut ini adalah... A. adukepintaran

B.adukelincahan C.anti racun D.olah raga

3. Bentuk perulangan yang benar berikut adalah… A. ngarang-mengarang

B. ngutip-mengutip C. nyalin-menyalin D. tunjuk-menunjuk

4. Semua pelafalan kata berikut ini benar … kecuali: A. geolohi

B. juang C. pulo D. pante

5. Proses afiksasi yang benar berikut adalah… A. memahat

B. memproses C. meneransmigrasikan D. menterjemahkan

6. Pelafalan yang benar pada kata berikut adalah... A. pulo

(14)

7. Kata berimbuhan yang benar berikut ini adalah.. A. memelusuri

B. menyelusuri C. menelusuri D. mentelusuri

8. Pelafalan kata berikut ini semua benar....kecuali: A. ijazah

B. ijasah C. ijadzah D. ijajah

9. Semua kata majemuk berikut ini benar penulisannya.... kecuali: A. antar sekolah

B. pascapanen C. prasejarah D. ekstrakurikuler

10. Pelafalan kata yang tepat berikut ini adalah ... A. suksEs

(15)

Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Apakah semua soal sudah Anda kerjakan. Kalau sudah, sekarang cocokkanlah jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif unit 6 ini yang terdapat pada bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 1.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat penguasaan = x 100% 10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 – 100% = baik sekali

80 – 89% = baik 70 – 79% = cukup < 70% = kurang

Apabila tingkat penguasaan Anda mencapai 80% ke atas, selamat! Anda sukses! Anda dapat terus mempelajari subunit berikutnya. Bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, jangan putus asa. Ulangilah mempelajari subunit 1, terutama bagian yang belum Anda kuasai.

(16)

Subunit 2

Analisis Kesalahan Berbahasa Sintaksis Dan

Semantik

etiap hari Anda selalu berkomunikasi dengan orang lain , bukan? Tentu Anda ingin agar proses komunikasinya dengan lain tersebut berlangsung secara komunikatif, baik secara lisan maupun secara tertulis! Bagaimana supaya proses komunikasi tersebut dapat berjalan lancar dan efektif, antara lain Anda perlu memiliki pemahaman dan kemampuan menganalisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis dan semantik. Dengan memahami bidang sintaksis dan semantik, Anda dapat mengidentifikasi dan membedakan bentuk-bentuk komunikasi verbal yang benar dan yang salah. Di samping itu, Anda memperoleh bekal untuk diterapkan kelak dalam membimbing siswanya d ikelas menggunakan bahasa Indonesia yang baik dana benar. Untuk memahami apa sesungguhnya hakikat menganalsisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis, dan semantik, bacalah dengan saksama uraian berikut.

Analisis Kesalahan Sintaksis

Kalau fonologi membahas tentang bunyi-bunyi bahasa, sedang morfologi membahas tentang morfem dan kata, maka sintaksis membahas tentang apa? Tarigan (1984) mengemukakan bahwa sintaksis adalah salah satu cabang dari tatabahasa yang membicarakan struktur kalimat, klausa, dan frasa. Oleh Kridalaksana (1982 ) kalimat merupakan satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual dan potensial terdiri dari klausa, misalnya saya makan nasi. Sedang klausa adalah satuan bentuk linguistik yang terdiri atas subjek dan predikat. Lalu apa yang dimaksud frasa? Frasa adalah satuan tatabahasa yang tidak melampaui batas fungsi subjek atau predikat (Ramlan, 1978).

Kaitannya dengan hal tersebut, Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) dan Semi (1990) mengemukakan bahwa kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis meliputi: kesalahan frasa, kesalahan klausa, dan kesalahan kalimat. Adapun rincian kesalahan setiap aspek tersebut antara lain sebagai berikut.

(17)

a. Kesalahan bidang frasa

Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa, antara lain sebagai berikut.

(1) Pengunaan kata depan tidak tepat: di masa itu

Beberapa frasa preposisional yang tidak tepat karena mengunakan kata depan yang tidak sesuai. Hal ini pengaruh dari bahasa sastra atau bahasa media masa, misalnya sebagai berikut.

di masa

(2) Penyusunan frasa yang salah struktur

Sejumlah frasa kerja yang salah karena strukturnya yang tidak tepat karena kata keterangan atau modalitas terdapat sesudah kata kerja.

(3) Penambahan yang dalam frasa benda (B+S)

Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata sifat tidak diantarai kata penghubung yang.

(18)

(4) Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B)

Frasa benda yang berstruktur Kata benda + kata benda tidak diantarai kata penghubung yang atau dari, karena tanpa kata dari sudah menunjukkan asal.

(5) Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+Pr)

Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata pronomina tidak diantarai kata penghubung milik atau kepunyaan, karena tanpa kata itu sudah menunjukkan kepunyan posesif, misalnya:

Destar kepunyaan ibu

(6) Penambahana kata untuk dalam frasa Kerja (K pasif + K lain)

Frasa kerja yang berstruktur kata kerja pasif + kata kerja aktif tidak diantarai kata seperti untuk supaya makna yang ditunjuk tanpak jelas, misalnya sebagaiberkut

diajar untuk membaca dituduh untuk membunuh

dibimbing untuk menulis

(19)

Baju kubersihkan

(8) Penghilangan kata oleh dalam Frasa Kerja Pasif (K pasif+oleh+B) Frasa yang berstruktur dimulai dari kata kerja fasif + kata benda seharusnya tidak dihilangkan kata oleh atau perlu ada kata oleh diantaranya untuk memperjelas makna pasif frase tersebut. Misalnya sebagai berikut:

(9) Penghilangan kata yang dalam frasa Sifat (yang +paling +sifat)

Dialah paling pintar di kampung ini . Kalimat tersebut kurang

tegas makna yang dimaksud karena tidak menggunakan kata penghubung yang sesudah kata Dialah. Oleh karena itu, kalimat tersebut seharusnya menjadi Dialah yang paling pintar di kampung ini. Jadi, frase sifat yang dimulai kata paling seharusnya diawali kata yang, misalnya sebagai berikut.

paling besar

b. Kesalahan bidang klausa

Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi klausa, antara lain sebagai berikut.

(1) Penambahan preposisi di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif

(20)

kalimat. Selain itu, agar makna kalimat tersebut tidak menjadi agak kabur.

Misalnya:

- Rakyat mencintai akan pimpinan yang jujur. seharusnya - Rakyat mencintai pimpinan yang jujur.

- Pemimpin itu melindungi akan rakyatnya, seharusnya - Pemimpim itu melindungi rakyatnya.

(2) Penambahan kata kerja bantu dalam klausa ekuasional

Dalam klausa ekuaional atau nominal, kata kerja bantu adalah tidak perlu ada di antara subjek dan predikat. Hal ini agar keterpaduan antara subjek dan predikat terpadu secara erat.. Selain itu, makna kalimat tersebut nampak dengan jelas.

Misalnya:

- Nenekku adalah dukun. seharusnya - Nenekku dukun

- Bapakku adalah guru SD, seharusnya - Bapakku guru SD

(3) Pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa aktif

Dalam klausa aktif, kata modalitas semestinya tidak ada di antara subjek dan predikat. Hal ini agar hubungan dan keterpaduan subjek dan predikat tanpak secara jelas sekaligus memberikan efek makna yang jelas. Misalnya:

- Saya akan membeli rumah itu. seharusnya - Akan saya membeli rumah itu.

- Pak Lurah selalu mengunjungi wilayahnya, seharusnya, - Selalu Pak Lurah mengunjungi wilayahnya.

(4) Penghilangan kata oleh dalam klausa pasif.

Klausa fasif adalah klausa yang salah satu ciricirinya adalah menggunakan kata oleh. Misalnya Buku Pendidikan Agama Islam itu dibaca oleh Andi Makkasau. Namun demikian, biasa dijumpai penggunaan klausa pasif tanpa ada kata oleh di dalamnya. Kluasa pasif seperti itu seharusnya menggunakan kata oleh supaya ciri-cirinya sebagai klauas pasif semakin jelas.

(21)

- Roman Tenggelamnya Kapal Tanpomas dibaca Rina. seharusnya

- Roman Tenggelamnya Kapal Tanpo Mas dibaca oleh Rina. - Buku ekonomi itu telah dibaca Amir,

seharusnya

- Buku ekonomi itu telahdibaca oleh Amir.

(5) Penghilangan kata kerja dalam klausa intranstif

Dalam situasi pembicaraan yang resmi, kadang-kadang menggunakan klausa intransitif, yakni klausa yang predikatnya dari kata kerja intransitif. Namun kata kerja tersebut tidak masukkan dalam kalimat, misalnya /Ibu ke Makassar/. Klausa intranstif tersebut tidak jelas predikatnya; klausa tersebut bukan tergolong klausa yang benar. Olehnya itu, klausa itu perlu diperbaiki menjadi Ibu pergi ke Makassar. Contoh lain adalah sebagai berikut.

- Pak camat ke Maros kemarin. Semestinya

- Pak Camat pergi ke Maros. - Amin di kolam renang. Semestinya

- Amin berenang di kolam renang

c. Bidang kalimat

Kesalahan yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya dari segi kalimat antara lain sebagai berikut.

(1) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah Berbahasa Indonesia dalam situasi resmi kadang-kadang tidak disadari menerapkan struktur bahasa daerah. Seperti (a) Amin pergi ke rumahnya Rudy. (b) Buku ditulis oleh saya (c) Rumah itu dibuat oleh saya. Kalimat (a), (b), dan (c) terpengaruh pada struktur bahasa daerah. Oleh karena itu, kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi:

- Amin pergi ke rumah Rudy. - Buku itu saya tulis.

(22)

(2) Kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal

Ketika menulis atau berbicara dengan orang lain pada situasi resmi, kadang-kadang menggunakan kalimat yang tidak bersubjek karena adanya kata penghubung seperti dalam, pada, untuk, kepada diletakkan di awal kalimat. Dengan demikian, kalimat tersebut menjadi tidak bersubjek misalnya

- Dalam pertemuan itu membahas berbagai persoalan. Supaya kalimat itu menjadi bersubjek, seharusnya

- Pertemuan itu membahas berbagai persoalan. atau - Dalam pertemuan itu dibahas berbagai persalan.

(3) Penggunaan subjek yang berlebihan

Biasa kita mendengar kalimat Ety membeli ikan ketika Ety akan makan malam. Kalimat tersebut menggunakan dua subjek yang sama. Semestinya subjek kedua dihilangkan dan hal itu tidak mempengaruhi makna kalimat. Dengan demikian, kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi Ety membeli ikan ketika akan makan malam.

Contoh lain:

- Ali menulis drama saat Ali telah membaca buku Rendra tentang drama.

Seharusnya:

- Ali menulis drama setelah membaca buku Rendra tentang drama.

(4) Penggunan kata penghubung secara ganda pada kalimat majemuk Dalam kalimat majemuk setara berlawanan kadang-kadang ada yang menggunakan dua kata penghubung sekaligus. Penggunaan kata penghubung yang ganda dalam suatu kalimat perlu dihindari. Semestinya hanya satu kata penghubung, misalnya sebagai berikut.

- Meskipun sedang sakit kepala, namun Alimuddin tetap pergi sekolah.

Seharusnya:

Meskipun sedang sakit kepala, Alimuddin tap pergi ke sekolah.

- Walaupun sibuk sekali tetapi Rudi dan Indrawan selalu hadir di acara sederhana ini.

(23)

- Walapun sibuk sekali, Rudi dan Indawan selalau hadir di acara sederhana ini.

(5) Penggunaan kalimat yang tidak logis

Buku itu membahas peningkatan mutu pendidkan di Sekolah Dasar. Kalimat tersebut tidak logis karena tidak mungkin buku mempunyai kemampuan membahas peningkatan mutu pendidikan SD.

Oleh karena itu, kalimat tersebut perlu diperbaiki menjadi Dalam buku itu dibahas tentang peningkatan mutu pendidikan di

Sekolah Dasar.

Atau

Dalam buku itu, pengarang membahas peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Dasar.

(6) Pengunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat

Kata penghubung berpasangan yang berfungsi menafikan suatu hal terdiri atas bukan berpasangan melainkan untuk menafikkan ”benda” dan kata penghubung bukan berpasangan tetapi untuk menafikkan ”peristiwa atau kerja”. Kedua kata penghubung berpasangan tersebut seharusnya digunakan secara konsisten dalam berbahasa Indonesia.

Misalnya:

Bukan Pak Alimuddiin yang mengajarkan IPA tetapi Pak Nurdin. Sudirman tidak menulis buku tetapi menghitung angka.

Dengan demikian, kalimat yang menggunakan bukan ...tetapi atau tidak...melainkan dapat digolongkan bentuk yang tidak semestinya.

Contoh:

- Mereka tidak menulis melainkan sedang melukis. Seharusnya

Mereka tidak menulis tetapi sedang melukis.

- Dia bukan perampok tetapi pengemis. Seharusnya

(24)

(7) Penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa asing Kata di mana, yang mana, dengan siapa, adalah kata-kata yang lazim digunakan dalam membuat kalimat tanya. Kata-kata tersebut bila digunakan di tengah kalimat yang fungsinya bukan menanyakan sesuatu merupakan pengaruh bahasa asing. Dengan demikian, perlu dihindari penggunaan di mana, yang mana, dengan siapa diganti dengan kata bahasa Indonesia. Misalnya sebagai berikut.

- Rumah di mana dia bermalam dekat dari pasar - Orang dengan siapa dia ajak bicara belum datang

- Kitab yang kami kaji bersama-sama cukup jelas yang mana memberi contoh-contoh denga jelas pula.

Ketiga kalimat di atas seharusnya:

- Rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar. - Orang yang akan dia ajak bicara belum datang.

- Kitab yang kami kaji bersama-sama cukup jelas karena contoh-contohnya jelas pula

(8) Penggunaan kalimat yang tidak padu

Kalimat yang digunakan kadang-kadang kurang padu karena kesalahan struktur kata yang kurang tepat sehingga maknanya agak kabur.

Misalnya:

- Mereka menyatakan persetujuannya tentang keputusan yang bijaksana itu

- Yang menjadi sebab rusaknya hutan adalah perladangan liar.

Kedua kalimat di atas seharusnya:

- Mereka menyetujui keputusan yang bijaksana itu. - Penyebab rusaknya hutan adalah perladangan liar.

(9) Penyusunan kalimat yang mubazir

Kalimat yang mubazir biasanya disebabkan penggunaan kata-kata yang berulang secara berlebihan, penggunaan dua kata-kata yang relatif sama maknanya, misalnya sebagai berikut.

(25)

- Mereka mencari nafkah demi untuk keluarganya.

- Mahasiswa harus rajin belajar agar supaya lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.

Ketiga kalimat tersebut seharusnya:

- Dalam konsep pendidikan yang disusunnya terdapat banyak kesalahan.

- Mereka mencari nafkah demi keluarganya.

- Mahasiswa harustrajin belajar agar lulus dengan nilai yang sangat memuaskan.

Analisis Kesalahan Semantik

Sebelum Anda mempelajari analisis kesalahan berbahasa lebih dahulu memahami apa itu semantik dan ruang lingkupnya. Semantik adalah bagian dari struktur bahasa yang berhubungan dengan mana atau struktur makna. Pengertian tersebut sejalan dengan Sartuni dkk (1982) yang menyatakan bahwa ”semantik adalah bagian dari tatabahasa yang meneliti kata-kata dari makna-maknanya”. Demikian halnya dengan Keraf (1982:143) bahwa semantik adalah bahagian dari tatabahasa yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal mula dan perkembangan arti suatu kata.” Dengan kata lain, semantik adalah salah satu cabang ilmu bahasa yang menyelidiki seluk beluk makna suatu kata dan perkembangan maknanya secara berkesinambungan .

Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang semantik, Badudu (1982) Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) mengemukakan kesalahan berbahasa yang mungkin terjadi di bidang semantik, adalah seperti berikut.

(1) Adanya penerapan gejala hiperkoret

Gejala hiperkoret adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetul-betulkan ahli akhirnya menjadi salah.

Misalnya:

(a) /sy/ diganti dengan /s/ atau sebaliknya

Syarat dijadikan sarat ’ atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing mempunyai arti yang berbeda. Syarat

(26)

Syah dijadikan sah atau sebaliknya, padahal kedua kata tersebut masing-masing mempunyai makna yang berbeda. Syah ‘raja’ sedangkan sah ’sesuai dengan aturan’. Jadi, tak dapat dipertukarkan penggunaannya, contoh:

- Tahun depan akan dinobatkan sebagai Syah Iran. - Belum sah sebagai mahasiswa S1.

(b) /E/ diganti /e/

Kata dekan diganti menjadi dEkan, padahal kedua kata itu berbeda maknanya, dEkan ‘pimpinan fakultas’, sedang dekan ‘ulat’. - Adikku menjadi dEkan FIP UNM.

- Pepaya itu banyak dekannya.

(2) Gejala pleonasme

Yang dimaksudkan gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara berlebihan, misalnya

- Lukisanmu sangat indah sekali. Seharusnya:

Lukisanmu sangat indah atau indah sekali. - Dia bekerja demi untuk keluarganya.

Seharusnya

Dia bekerja demi keluarganya, atau untuk keluarganya.

Anda telah mempelajari dengan sungguh-sungguh materi subunit 2 ini dengan seksama, bukan? Anda memang pebelajar yang tekun dan cermat! Kalau sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi subunit 2 ini silakan kerjakan latihan analisis sintaksis dan semantik berikut.

1. Dalam bidang sintaksis ada tiga macam kesalahan berbahasa yang biasa terjadi, yakni kesalahan frasa, klausa, dan kalimat. Jelaskan ketiga hal tersebut dan berikan contoh ketiga macam kesalahan tersebut!

2. Analisislah kesalahan kalimat berikut.

- Ini hari pemerintah sedang melaksanakan kampanye antinarkoba.

- Meskipun banjir besar, namun Dedy tetap pergi.

(27)

- Paman sedang mencangkul rumput di halaman rumah. - Mereka ke Malang dengan kereta api tadi pagi.

- Kamus dibeli oleh dia di pasar kemarin.

- Sisawa selalu menghargai akan gurunya yang bijaksana. - Dia dinasihati kakak iparnya di rumah nenek kemarin.

3. Kesalahan berbahasa dalam bidang semantik antara lain berkaitan dengan gejala hiperkoret dan ploenasme. Jelaskan keduakedua hal tersebut disertai

contoh!

4. Analisislah kesalahan aspek semantik kalimat berikut: - Sepeda motormu amat bagus sekali.

- Ahmad turun ke bawah lantai tadi pagi.

- Bayak petani semang rugi karena terkena wabah dEkan ganas. - Diana pergi membeli kain kapan buat pamannya.

- Belajar tiap hari agar supaya semakin pintar.

Rambu-rambu pengerjaan latihan.

1. Sebelum mengerjakan latihan pertama, baca secara cermat uraian yang berkaitan dengan pengertian frasa, klausa, dan kalimat serta contohnya masing-masing.

2. Agar pekerjaan Anda bisa benar dalam mengerjakan latihan bagian ketiga, perhatikan hakikat frasa, klausa dan kalimat serta jenisnya dan contohnya masing-masing.

3. Kalau Anda akan mengerjakan latihan bagian ketiga terlebih dahulu membaca secara cermat uraian yang berkaitan dengan pengertian gejala hiperkoret dan pleonsame serta contohnya masing-masing.

4. Sebelum Anda mengerjakan latihan bagian keempat, cermati sungguh-sungguh lebih dahulu pengertian gejala hiperkoret dan pleonasme dan

(28)

Rangkuman

Mengnalisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis dan semantik merupakan bagian integral dari analisis kesalahan berbahasa secara terpadu di bidang kebahasaan. Kesalahan yang relatif sering terjadi dalam bidang sintaksis adalah sebagai berikut.

(a) Dalam segi frasa, seperti: penggunaan kata depan tidak tepat, penyusunan yang salah, penambahan yang dalam frasa Benda (B+S), penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B), penghilangan kata yang dalam Frasa Benda (B + yang + K pasif.

(b) Dalam segi klausa, seperti: penambahan kata depan di antara kata kerja dan objeknya dalam klausa aktif, pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa pasif, penghilangan kata oleh dalam klausa pasif, penghilangan kata kerja dalam klausa intranstif.

(c) Dari segi kalimat, seperti: kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal, penggunan kata penghubung pada kalimat majemuk, penggunaan kata penghubung berpasangan secara tidak tepat, penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa daerah.

(29)

Tes Formatif 2

Pilih salah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang disediakan!

1. Klausa berikut tergolong salah karena penghilangan preposisi dari kata kerja berpreposisi dalam klausa pernyataan, adalah ...

A. Mereka akan pergi ke Cianjur.

B. Aku selalu teringat tindakanmu yang bijak. C. Guru menjelaskan berbagai pendekatan belajar.

D. Aku selalu terkenang akan ucapanmu dahulu.

2. Kata folio diganti dengan kata polio padahal makna yang dimaksud adalah penyakit tulang adalah contoh...

A. gejala hiperkoret B. gejala pleonasme C. gejala kontaminasi D. A, B, dan C salah

3. Kalimat berikut tergolong salah karena menggunakan struktur bahasa daerah yaitu…

A. Mereka meminjam bukunya Tuty. B. Dia selalu menunjukan keterampilannya. C. Jangan mempermainkan teman sendiri. D. Dia bermain bersama teman-temanya. 4. Bentuk frasa yang benar berikut ini adalah

A. di sore hari B. pada masa C. di malam hari D. di waktu itu

5. Frasa berikut tergolong salah karena mengalami penghilangan kata yang dalam frasa nominal adalah ...

(30)

6. Berikut adalah contoh klausa yang benar… kecuali: A. Amin menjual nasi goreng.

B. Surat itu ditulis Amri.

C. Ayahanda teringat akan nyanyianmu. D. Akan saya membeli rumah itu.

7. Kalimat yang benar di bawah ini adalah ... kecuali:

A. Dalam rapat itu dibahas masalah peningkatan mutu guru. B. Rumah tempat dia bermalam dekat dari pasar. C. Dia mau menang sendiri dikelompoknya.

D. Mereka tidak menulis melainkan sedang melukis.

8. Kalimat berikut yang tergolong salah karena subjeknya berlebihan ialah... A. Dia pergi ke pasar sesudah dia belajar. IPS

B. Ibu telah mencuci pakaian.

C. Dalam masyarakat Bugis dikenal adat tudang mappacci. D. Orang yang akan dia ajak bicara belum datang. 9. Kata-kata berikut mengalami gejala hiperkoret... kecuali:

A. tabel diganti tabEl B. tegel diganti tEgel. C. peka diganti pEka. D. dekan diganti dEkan.

10.Kalimat yang predikatnya tidak jelas adalah... A. Dia akan ke Palembang bulan depan.

(31)

Umpan Balik Dan Tindak Lanjut

Telah dipelajari semua materi di atas dengan sungguh-sungguh, bukan? Bagus itu adalah ciri seorang peserta didik yang akan sukses di masa datang! Nah, sekarang cocokkanlah hasil jawaban Anda dengan kunci jawaban tes formatif 2 ini yang terdapat pada bagian akhir unit VI. Hitunglah jawaban Anda yang benar, kemudian gunakanlah rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat pemahaman Anda terhadap materi subunit 2.

Rumus:

Jumlah jawaban Anda yang benar

Tingkat penguasaan = x 100% 10

Arti tingkat penguasaan yang Anda capai: 90 – 100% = baik sekali

80 – 89% = baik 70 – 79% = cukup < 70% = kurang

(32)

Kunci Jawaban Tes Formatif 1

Tes Formatif 1

1. A:

2. C:

3. C:

4. C: 5. A:

6. B:

7. C:

8. A: 9. C:

10.A:

Fonem z pada kata zakat atau zaman dilafalkan /z/ bukan dilafalkan /s/, atau /j/

Olah raga, yang lain seperti adukepintaran dan adu kelincahan seharusnya ditulis terpisah dan anti karat sehausnya ditulis serangkai.

Perulangan seperti ngarang-mengarang harus berdasar pada kata dasar karang seperti karang-mengarang, tunjuk-menunjuk

Fonem /g/, seharusnya dilafalkan /g bukan /h/. fonem /ai/, seharusnya dilafalkan /E/ bukan /Ei/, fonem /au/ tidak dilafalkan /o/ tetapi seharusnya /au/

Kata dasar yang dimulai huruf p, t, k, s luluh jika dimasuki awalan meN- kecuali kata yang huruf awalnya dimulai huruf kluster seperti transmigrasi proses

Fonem /au/ harus dilafalkan /au/ bukan /o/, atau /ou/ dan fonem /p/ pada kata pulau harus dilafalkan /p/ bukan /f/

Kata dasar yang dimulai huruf t seperti telusuri harus luluh jika dimsuki awalan meN- misalnya menelusuri,

Pelafalan fonem /z/ yang benar adalah /z/ bukan /s/, dz/, /j/ Kata-kata seperti pasca, sub, ekstra, dan pra harus dirulis serangkai dengan yang mengikutinya

Pelafalan yang benar pada kata sukses adalah /suksEs/ bukan /sukses/, /syukses/ atau /saksEs/

Tes Formatif 2

1. B:

2. A:

Dalam klausa pernyataan yang menggunakan kata teringat dalam kalimat semestinya diikuti preposisi akan. /...teringat akan ucapanmu.../

(33)

3. A:

4. B:

5. A:

6. B:

7. C:

8. A:

9. A:

10.A:

Bahasa Indonesia tidak mengenal bentuk –nya antara Benda +Benda yang berarti posesif .misalnya bukunya Tuty. Bentuk seperti itu adalah pengaruh bahasa daerah . Jadi, seharusnya buku Tuty.

Preposisi di yang terletak di depan kata-kata seperti masa, waktu, musim tidak tepat. Yang seharusnya adalah pada, misalnya pada waktu.

Prase nominal yang berstruktur Benda + Ku-Kerja semestinya diantarai yang , misalnya buku yang kupinjami.

Klausa Surat itu ditulis Ali kurang tepat karena tidak ada kata oleh sebelum kata Ali.

Kalimat Dia mau menang sendiri dalam kelompoknya adalah kalimat yang strukturnya dipengaruhi bahasa daerah.

Seharusnya kalimat tersebut membuang kata ganti dia supaya tidak berlebihan subjeknya Dia pergi ke pasar sesudah belajar IPS. Kata peka diganti dengan lafal /pEka/ bukan hiperkoret karena memang itu yang semestinya pelafalannya.

(34)

Glosarium

preposisi : Kata depan afiks : tentang imbuhan

verbal : kata yang tidak bisa diawali kata sangat /kata kerja reduplikasi : pengulanga kata asal tertentu

afiksasi : proses atau hasil penambahan afiks pada kata dasar inovatif : bersifat memperkenalkan sesuatu yang baru

sufiks : akhiran, -an, -kan

morf : anggota morfem yang belum ditentukan distribusnya. prefiks : awalan seperti meN-, ber-

linguistik : ilmu bahasa; telahasa secara ilmiah identifikasi : proses penentuan identitas ssuatu analisis : penyelidikan terhadap sesuatu.

subjek : bagian klausa yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicara; pokok kalimat

intransitif : kata keja ang tidak memerlukan objek

afiksasi : proses atau hasil penambahan afiks pada kata dasar aktual : baru saja terjadi

predikat : bagian kalimat yang menandai apa yang dikatakan oleh pembicraan tentang subjek.

Temporal : berkaitan dengan waktu Mubazir : berlebih-lebihan

Menafikkan : meniadakan, atau menyangkalkan Konsisten : tetap atau tidaka berubah-ubah Logis : masuk akal, sesuai nalar yang sehat

(35)

Daftar Pustaka

Alwasilah, Abd. Chedar. 1983.Linguistik Suatu Pengantar. Bandung:Angkasa

Badudu, J.S. 1980. Pelik-Pelik Bahasa Indonesia Jakarta: Bandung Angkasa

__________ 1982. Inilah Bahasa Indonesia yang Benar. Jakarta:Gramedia.

Kridalaksana. H. 1982. Kamus Lingistik, Jakarta: Gramedia

Keraf, Gorys. 1982. Tatabahasa Indonesia. EndeFlores: Nusa Indah

Ramlan, M. 1988. Sintaksis. Yogyakarta: UP Kencono

Sartuni, Rasyid, dkk. 1984. Bahasa Indonesia Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Nina Dinamika

Semi, M.Atar.1990 Menulis Efetif. Padang: Angkasa Raya

Tarigan, H,G, 1983. Prinsip-Prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa.

(36)

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan hasil pengujian yang dilakukan jumlah populasi terbaik sebanyak 80 dengan rata-rata nilai fitness 317,305, jumlah offspring terbaik 8µ dengan rata-rata nilai

Prototipe sistem monitoring pengunaan daya listrik 3 fasa menggunakan sensor arus berbasis Arduino ini dirancang untuk mendapatkan informasi pemakaian daya listrik

Hasil penelitian ini adalah sistem dapat melakukan pencarian dengan menggunakan metode algoritma genetika untuk mendapatkan solusi yang optimal dengan output berupa spesifikasi

Akan tetapi pada kesempatan ini akan dicoba membuat sebuah gambar transparan yang berada di belakang tulisan utama dalam lembar kerja microsoft office word.. Logo transparan

Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil dari analisis statistika inferensial terdapat bukti bahwa desentralisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja manajerial, yang

uang kertas bank-bank yang bersangkutan dan peredaran dalam waktu yang sesingkat. mungkin dan menetapkan waktu berlakunya uang kertas bank-bank itu lebih

Meskipun terdapat pula khalayak yang memiliki reaksi yang berbeda tetapi pesan yang keluar dari peralatan komunikasi dan media massa dipusatkan terhadap sebuah peristiwa

Namun keuntungan penggunaan tabir surya fisik adalah memiliki fotostabilitas yang tinggi dan tingkat toksisitas yang rendah selain itu tabir surya fisik memiliki