GUGATAN
&
PENGERTIAN GUGATAN
suatu
cara
untuk
mendapatkan hak yang
dikuasai orang lain atau
yang dilanggar orang
lain melalui pengadilan.
PENGERTIAN
GUGATAN
Surat yg dibuat oleh
Penggugat pihak yg merasa hak/kepentingan hukum dilanggar atau dirugikan, ditujukan ke PN, disertai permintaan memeriksa dan memutus agar Tergugat
dipaksa memulihkan hak penggugat yang dilanggarnya serta memenuhi kewajiban lainnya akibat dari dilanggarnya hak penggugat tersebut.
GUGATAN
VS
PERMOHONAN
G
U
G
A
T
A
N
1.Terdapat konfik kepentingan antara pihak yang satu dengan yang lain
2.Pihaknya terdiri dari:
Orang yang melakukan gugatan di sebut sebagai penggugat sedangan orang yang digugat disebut dengan tergugat
3. Adanya sengketa
4.Pihak ketiga dapat sebagai pihak lawan ditarik 5.Tersedianya upaya banding dan
kasasi untuk memeriksa putusan 6.Produk yang dikeluarkan adputusan pengadilan alah
1.
Terdapat konfik kepentingan antara pihak yang satu dengan yang lain
2.Pihaknya terdiri dari:
Orang yang melakukan gugatan di sebut sebagai penggugat sedangan orang yang digugat disebut dengan tergugat
3. Adanya sengketa
4.Pihak ketiga dapat sebagai pihak lawan ditarik 5.Tersedianya upaya banding dan
kasasi untuk memeriksa putusan 6.Produk yang dikeluarkan adputusan pengadilan alah
7. Disebut sebagai contentiosa atau gugatan sebenarnya 8. Sebelum upaya pembuktian terdapat acara jawab menjawab, bantah membatah diantara kedua belah pihak, baru kemudian diadakan pemeriksaan bukti-bukti.
9.
Tersedia upaya hukum banding dan juga kasasi
7. Disebut sebagai contentiosa atau gugatan sebenarnya 8. Sebelum upaya pembuktian terdapat acara jawab menjawab, bantah membatah diantara kedua belah pihak, baru kemudian diadakan pemeriksaan bukti-bukti.
9.
Tersedia upaya hukum banding dan juga kasasi
Wanprestasi Hak Milik
warisan Kepailitan PMH Penguasa
Perceraian Ganti Rugi
PMH
1. Permohonan izin Poligami berdasarkan pasal
5 (1) jo 4 (1) UU No 1 Tahun 1974.
2. Permohonan izin melangsungkan perkawinan
tanpa izin orang tua pasal 6 ayat (5) UU No 1 Tahun 1974.
3. Permohonan Pencegahan Perkawinan. Pasal
13 jo. P. 17 (1)UU No 1 Tahun 1974.
4. Permohonan Dispensasi Nikah. Bagi calon
mempelai Pria yg belum berumur 16 Tahun P.7 UU No 1 Tahun 1974.
5. Permohonan Pembatalan Perkawinan. P.
25,26,27 UU No 1 Tahun 1974.
6. Permohonan Pengangkatan Wali. P. 23
(2) KHI, Keppres No 1 Tahun 1991 jo. Permenag No 2 1987.
7. Permohonan Penegasan Pengangkatan Anak.
SEMA No 6 1983 Tanggal 30 September 1983 Tentang Penyempurnaan SEMA NO 2 Tahun 1979.
BIDANG KELUARGA
Permohonan Kepada
Pengadilan
Niaga
agar Menerbitkan Penetapan segera dan efektif berdasarkan Pasal 125 UU No 14 Tahu 2000.1. Mencegah berlanjutnya pelanggaran Paten tentang masuknya barang/Importasi yang diduga melanggar paten.
2. Menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran paten dan menghindari penghilangan barang bukti.
3. Meminta kepada pihak yang dirugikan agar memberitahukan bukti yang menyatakan pihak tersebut berhak atas paten tersebut. BIDANG PATEN
Permohonan Kepada
Pengadilan
Niaga
agar Menerbitkan Penetapan segera dan efektif berdasarkan Pasal 85 UU No 15 Tahun 2001.1. Mencegah berlanjutnya pelanggaran Paten tentang masuknya barang/Importasi yang diduga melanggar merek.
2. Menyimpan bukti yang berkaitan dengan pelanggaran merek dan menghindari penghilangan barang bukti.
1. Permohonan Penetapan Eksekusi Kepada PN atas Putusan Majelis Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen .P. 57 UU No 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.
2. Yurisdiksi diajukan kepada PN ditempat kediaman Konsumen yang dirugikan.
Permohonan atau Permintaan Eksekusi
Kepada PN atas Putusan Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) yang telah berkekuatan hukum tetap.
BIDANG Praktik Monopoli &persaingan
Permohonan Pemeriksaan Yayasan
berdasarkan P. 53 Kepada PN untuk mendapatkan data/keterangan atas dugaan organ yayasan:
a. Melakukan PMH atau bertentangan
dengan Anggaran Dasar Yayasan
b. Melakukan Perbuatan yang merugikan
Yayasan serta Pihak Ketiga
c. Lalai Melaksanakan Tugas
d. Melakukan Perbuatan yang merugikan
negara
BIDANG YAYASAN
1. Permohonan Pembuburan PT berdasarkan P. 7 (4) UU No 1 Tahun 1995 Jo.
2. Permohonan izin melakukan sendiri
Pemanggilan RUPS kepada Ketua PN berdasarkan Pasal 67 (1)
1. Apabila Direksi atau Komisaris tidak
menyelenggarakan RUPS tahunan pada waktu yang ditentukan
2. Melakukan pemanggilan sendiri RUPS
lainnya apabila Direksi atau Komisaris setelah lewat 30 hari terhitung sejak permintaan tidak melakukan RUPS lainnnya.
BIDANG PERSEROAN TERBARTAS (PT)
1.
IDENTITAS PARA PIHAK
2.
FUNDAMENTUM
PETENDI/POSITA GUGATAN
3.
PETITIM GUGATAN/ TUNTUTAN
ISI
1.
IDENTITAS PARA PIHAK
Keterangan menyangkut jati dari Penggugat dan Tergugat yang menerangkan
Nama :
Pekerjaan :
Tempat Tinggal :
* Kesalahan menulis nama maupun alamat (Error In Persona)
LANJUTAN
..
Contoh
Error In Persona
:
Penggugat tidak memenuhi alas hak
untuk mengajukan gugatan.
Tidak Cakap Melakukan Tindakan Hukum
Gugatan Kurang Pihak
Kesalahan sasaran Pihak Yang Digugat
LANJUTAN
..
2. FUNDAMENTUM PETENDI/POSITA
GUGATAN
“dalil-dalil posita konkret tentang adanya hubungan hukum
yang merupakan dasar dari suatu tuntutan hak”. Ada dua bagian
1. Fetelijkegronden Bagian yang menguraikan tentang
kejadian atau peristiwa perihal duduknya perkara.
2. Rechtsgronden Bagian yang menguraikan tentang adanya
hak atau hubungan hukum yang menjadi dasar hukumnya.
Seberapa jauh dicantumkannya perincian tentang fakta dan peristiwa yang dijadikan dasar tuntutan?
Subtantierings Theorie
TEORI Menyusun
Individualiseringts theorie
.
3. PETITUM GUGATAN / TUNTUTAN
Petitum “apa yang diminta atau diharapkan penggugat agar
diputuskan oleh hakim” (Pasal 8 Rv Petitum harus dirumuskan jelas dan tegas)
Akibat dari tuntutan yang tidak jelas dan tegas berakibat tidak
diterimanya tuntutan tersebut.Gugatan yang berisi pertanyaan yang bertentangan satu sama lain (Obscuur Libel)
Sebuah tuntutan dapat dibagi menjadi tiga (3), yaitu:
Tuntutan Primer atau tuntutan Pokok yang langsung berhubungan dengan pokok perkara;
Tuntutan Tambahan, bukan tuntutan pokok yang langsung berhubungan dengan pokok perkara;
Tuntutan subsidair atau pengganti
ISI
GUGATAN
LANJUTAN.. (TUNTUTAN TAMBAHAN)
NO ISTILAH KETERANGAN
01 Biaya Perkara Tuntutan agar tergugat dihukum u membayar biaya perkara
02 Uitvoerbaar bij voorraad
Tuntutan agar putusan dapat dilaksanakan terlebih dahulu meskipun ada perlawanan, banding atau kasasi. (Instruksi MA Tanggal 13 Februari 1958)
03 Memoratoir (membayar bunga)
Tuntutan yang dimintakan oleh Penggugat berupa sejumlah uang tertentu.
04 Dwangsom Tuntutan agar tergugat dihukum untuk membayar uang paksa.
05 Tuntutan
Nafkah Tuntutan nafkah bagi isteri (pasal 59 ayat (2), 62,65 HOCI, 213, 229 BW. Atau pembagian harta (pasal 66 HOCI,Pasal 323 BW)
1. POSITA & PETITUM harus singkron
2. Antara POSITA & PETITUM tidak boleh saling bertentangan
3. Orang yang ditetapkan dalam PETITUM harus sebagai pihak dalam berperkara
4. PETITUM tidak membingungkan Hakim
5. PETITUM tidak boleh berisi perintah untuk tidak berbuat
6. PETITUM harus runtut dan disusun sesuai dengan poin-poin posita.
TIDAK DITERIMANYA GUGATAN “NO” (Niet Onvankelijk verklaard)
1. Gugatan Prematur :
Dalam hal gugatan berkaitan dengan tanggal jatuh tempo suatu tagihan.
2. Gugatan Kadaluarsa
Dalam hal gugatan berkaitan dengan dengan tenggang waktu tuntutan yang disediakan oleh Undang-Undang
3. Gugatan Menjadi Tidak Sah
Tanggal yang tertera dalam surat gugatan lebih awal dari surat kuasa, apabila gugatan yang diajukan dengan menggunakan kuasa.
MACAM-MACAM KOMULASI GUGATAN
1. Komulasi Subyektif: penggabungan dari subyek (pasal 127 HIR,151
Rbg, 1283-1284BW dan 18 Wvk
2. Komulasi Obyektif : Penggabungan tuntutan dalam satu perkara
sekaligus. Tetapi Putusan MA No 880 K/Sip/1970 untuk menghindari putusan yang saling bertentangan Procesual doelmatig.
Pengecualian:
3. Gugatan tertentu yang diperlukan suatu acara khusus (gugat
cerai) sedangkan lain memerlukan acara biasa (gugatan memenuhi perjanjian)
4. Hakim tidak berwenang secara relative u memeriksa salah satu
tuntutan yang diajukan bersama-sama dalam satu gugatan dengan tuntutan lain.
5. Tuntutan tentang Bezit tidak boleh bersama-sama dengan
KETENTUAN PENGGABUNGAN
1. Harus ada hubungan batin satu sama lainnya, sehingga memudahkan proses, dapat menghindarkan kemungkinan putusan saling bertentangan serta bermanfaat ditinjau dari segi acara atau Procesueel doelmatig (Yurisprudensi MARI, tanggal 6 Mei 1975, Nomor 880 K/Sip/1973
2. Haruslah dengan mengingat asas “ Cepat dan Murah” (Yurisprudensi MARI, tanggal 3 Desember 1974, Nomor 1043 K/ Sip/ 1971 jo. Pasal 4 ayat (2) UU No. 4 Tahun 2004 Tentang Kekuasaan Kehakiman, asas “sederhana, cepat dan biaya ringan”
PERUBAHAN DAN
PENCABUTAN
GUGATAN
PERUBAHAN GUGATAN
1. Perubahan thd gugatan yang belum dikirim kepada
Tergugat
2. Perubahan thd gugatan yang telah dikirim kepada
Tergugat
Apabila bersifat prinsip maka gugatan harus dicabut
terlebih dahulu
Apabila tidak prinsip, maka perubahan dapat dilakukan
pada sidang pertama, yaitu tingkat perdamaian (mediasi) atau sebelum pihak tergugat menyampaikan gugatan untuk itu perlu ada persetujuan dari TERGUGAT.
(pasal 271 Rv: Penggugat mempunyai hak penuh untuk
PENTING!
1. Perubahan/ pencabutan gugatan sebelum jawaban, maka penggugat dapat melakukan dengan cara menyampaikan kepada Hakim, tanpa perlu persetujuan dari Tergugat (pasal 271 ayat (1) Rv). Akan tetapi poin-poin yang diubah atau pencabutan itu harus diberitahukan kepada pihak lawan (Tergugat)
2. Perubahan/Pecabutan Gugatan setelah ada jawaban dari Tergugat, maka harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari pihak lawan (pasal 271 ayat (2) Rv
M. Hamidi Masykur
Aturan yang mengatur tata cara
Pencari Keadilan
M. Hamidi Masykur