Vol. 1, No. 1, Mei 2009, 33 - 48
ANALISIS KEBIJAKAN UTANG PERUSAHAAN (Studi kasus pada perusahaan manufaktur
di BEJ tahun 2002-2006).
Banter Laksana
Prodi Keuangan & Perbankan Jurusan Akutansi Politeknik Negeri Bandung
Abstrak
Salah satu pengambilan keputusan keuangan yang sangat penting dalam perusahaan adalah pengambil keputusan pendanaan (kebijakan utang) perusahaan. Studi empiris ini menguji faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan utang (leverage) yaitu
profitability, aset perusahaan, dan dividen, serta bagaimana pengaruh kebijakan utang (leverage) terhadap nilai perusahaan. Hasil studi menunjukkan bahwa variabel seperti aset perusahaan, profitabilitas dan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan utang perusahaan, dan kebijakan utang berpengaruh positif dan signifikan (walaupun lemah) terhadap nilai perusahaan.
Kata kunci:profitability, aset perusahaan, dividen, leverage, dan nilai perusahaan.
PENDAHULUAN
Tugas sehari-hari seorang manajer perusahaan, harus membuat banyak keputusan.
Setiap keputusan yang diambil mempunyai dampak terhadap posisi keuangan
peru-sahaan, dan harus berdasarkan pada tujuan utama perusahaan yaitu
mensejah-terakan pemegang saham melalui peningkatan nilai perusahaan. Tujuan utama
perusahaan inilah yang sering membuat manajer termotivasi untuk memperoleh
kebutuhan tersedianya dana. Untuk memenuhi kebutuhan dana tersebut perusaha-an
bisa memperolehnya dari sumber intern perusahaan yaitu modal sendiri dari pemilik
perusahaan dan dari laba ditahan, sedangkan dari sumber ekstern yaitu utang.
Kebijakan utang (keputusan pandanaan) merupakan bagian dari struktur modal
perusahaan. Struktur modal adalah penting bagi kelangsungan hidup suatu organisasi
bisnis. Secara umum, sebuah perusahaan dapat memilih diantara banyak alternatif
struktur modal. Beberapa teori telah berusaha untuk menjelaskan variasi dalam rasio
utang perusahaan. Teori yang menyatakan bahwa struktur modal perusahaan yang
menentukan berbagai biaya dan manfaat, terkait dengan utang dan ekuitas. Namun,
teori ini telah dikembangkan untuk menjelaskan pembiayaan pada perusahaan besar.
Pendanaan eksternal (utang) dikenal dengan leverage, Leverage ratio menunjukkan
besarnya rasio utang yang merupakan rasio dari total debt to total assets.
struktur modal berdasarkan Pecking order theory dilakukan Voulgaris et al (2002);
Pao & Chih (2005); Tong & Green (2005); Chen & Strange (2006), mem-buktikan
bahwa rasio utang berhubungan terbalik dengan laba. Faktor-faktor seperti variabel
usia, size (ukuran), struktur aset, profitabilitas dan peluang pertumbuhan
mempengaruhi keputusan kebijakan utang perusahaan.
Kebijakan utang perusahaan juga terkait dengan kebijakan dividen perusahaan, dan
kebijakan dividen berkaitan dengan pembagian laba yang dihasilkan oleh perusahaan
selama satu tahun. Pembagian laba perusahaan untuk pembayaran bunga,
pembayaran pajak, pembayaran bonus dan pembayaran dividen. Pembayaran bunga
untuk para pemegang obligasi perusahaan, pembayaran pajak untuk pemerintah,
pembayaran bonus untuk manajer dan karyawan, dan dividen dibayar-kan kepada
pemegang saham perusahaan. Jika perusahaan membagikan bonus kepada
manajer dan karyawan, maka akan berakibat mengurangi jumlah dividen yang
dibagikan kepada pemegang saham. Bonus yang diberikan kepada manajer dapat
berupa saham yang disebut saham bonus.
Tinjauan teori
Tiga teori yang paling penting dikembangkan untuk menjelaskan struktur modal
perusahaan didasarkan pada biaya deriving dari informasi asimetris, biaya kepailitan
dan biaya agen. Konsep struktur modal yang dinyatakan Myers (1984); Majluf dan
Myers (1984) berdasarkan gagasan asimetrik informasi. Kesimpulan yang diambil dari
informasi asimetrik teori adalah bahwa, ada hirarki pendanaan perusahaan 'preferensi
sehubungan dengan pembiayaan dari masing – masing investasi (Myers dan Majluf,
1984). Teori ini menunjukkan bahwa pertama-tama perusahaan dalam membiayai
kesempatan investasi menggunakan dana internal yaitu laba ditahan (retained
earning). Apabila belum mencukupi, maka utang sebagai pilihan kedua. Terakhir
adalah dana ekuitas disebut Pecking order theory. Impliksi dari teori pecking order
adalah bahwa struktur modal perusahaan merupakan hasil akumulasi dari keputusan
penggunaan sumber-sumber dana internal dan eksternal. Biaya kebangkrutan akan
dapat meningkatkan utang, karena akan meningkatkan rasa takut bahwa perusahaan
mungkin tidak dapat menghasilkan keuntungan untuk membayar kembali pinjaman dan
bunga (Titman, 1984). Biaya agen yang timbul sebagai hasil hubungan antara
pemegang saham dan manajer dan orang-orang di antara pemberi utang dan
pemegang saham (Jensen & Meckling, 1976). Studi sebelumnya telah mengidentifikasi
sejumlah perusahaan akan melakukan pemerik-saan terhadap struktur modalnya. Jika
investasi yang menguntungkan, akan mem-berikan pemegang saham bagian yang
konsekuensi (Myers, 1977). Teori trade-off menjelaskan struktur modal ditentukan
berdasarkan keseimbangan antara manfaat (keunggulan) dan biaya (kelemahan) yang
ditimbulkan dari kebijakan utang. Teori aliran kas bebas (free cash flow theory),
berpendapat bahwa kontrol ma-najemen dalam memanfaatkan modal internal sulit
diawasi oleh pemilik atau investor luar. Oleh sebab itu pembiayaan investasi dengan
dana eksternal (utang) menjadi alternatif yang tepat, karena utang dapat digunakan
untuk mengendalikan penggu-naan free cash flow secara berlebihan oleh manajemen.
Fenomena struktur modal pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ
menunjukkan bahwa struktur modalnya masih didominasi oleh utang. Hal ini berarti
sumber pendanaan tersebut dalam jangka panjang akan sangat tergantung pada utang
yang terjadi kontradiksi, karena menurut hasil pengamatan Sartono (2001) pada
umumnya para manajer perusahaan di Indonesia cenderung mengikuti hirarki
pendanaan, tetapi dalam realitanya pendanaan perusahaan-perusahaan tersebut
didominasi oleh sumber dana eksternal (utang). Dominasi utang ini sesuai pendapat
Myers (1984) yang mengatakan bahwa perusahaan akan melepas equitas untuk
meningkatkan kapasitas utang.
Dividen
Kebijakan dividen perusahaan berkaitan dengan pembagian laba operasional yang dihasilkan perusahaan selama satu tahun. Pembagian laba operasional perusahaan
untuk pembayaran bunga, pembayaran pajak, pembayaran bonus dan pembayaran
dividen. Jika perusahaan membagikan bonus kepada manajer dan karyawan, maka
akan berakibat mengurangi jumlah dividen yang akan dibagikan kepada pemegang
saham. Menurut Easterbrook (1984), pembayaran dividen akan mengurangi
sumber-sumber dana yang dikendalikan oleh manajer, sehingga dapat mengurangi kekuasaan
manajer dan menyerupai monitoring capital market yang terjadi apabila perusahaan
memperoleh modal baru.
Hubungan dividen dengan struktur modal perusahaan, Brigham dan Gapenski (1996),
menjelaskan bahwa perubahan besarnya dividen yang dibagikan terdapat dua akibat
yang saling berlawanan. Apabila seluruh laba dibayarkan sebagai dividen, maka
kepentingan cadangan terabaikan. Untuk menjaga kedua kepentingan tersebut,
manajer dapat menempuh kebijakan struktur modal optimal. Menurut Bhaduri (2002),
Tong dan Green (2005), dan Deshmuk (2005), menemukan hasil bahwa pembayaran
dividen berpengaruh positif terhadap rasio utang. Peneliti lainnya membuktikan terjadi
utang. Perusahaan akan menurunkan pembayaran dividen, karena sebagian
keuntungan untuk membayar utang.
Aset Perusahaan
Aset perusahaan memainkan peran penting dalam menentukan pembiayaan
perusahaan. Bradley et al (1984) menegaskan bahwa perusahaan-perusahaan dengan
investasi yang sangat nyata, cenderung memiliki aset keuangan lebih tinggi untuk
menjamin utang dengan aset. Hal ini diyakini bahwa utang mungkin lebih mudah
didapat jika ada aset lama sebagai agunan (Wedig et al, 1988). Menurut perusahaan
aset dapat digunakan sebagai jaminan. Terbatasnya penelitian pada perusahaan kecil,
meskipun tidak konklusif, menunjukkan bukti hubungan yang positif antara struktur
aset dan utang jangka panjang, dan hubungan negatif dengan utang jangka pendek
(Van der ; Wijst dan Thurik, 1993; Chittenden et al, 1996; Michaelas et al, 1999;
Cassar dan Holmes, 2003; Hall et al, 2004). Esperanca et al (2003), menemukan
adanya hubungan positif antara struktur aset jangka panjang dan utang jangka pendek.
Aset perusahaan ini mengukur efisiensi dari penggunaan aset (perputaran aset) untuk
menghasilkan pendapatan.
Profitability
Profitabilitas didasarkan pada investasi yaitu diukur dari perbandingan antara laba
operasi dengan total aktiva: Return On Assets (ROA) dan dengan modal sendiri
perusahaan: Return On Equity (ROE). Searby (1975) dalam Kaaro (2002),
mengatakan bahwa tingkat ROA berpengaruh terhadap kelangsungan hidup
perusahaan dimasa yang akan datang. Tingkat ROA yang rendah atau negatif akan
menurunkan kemampuan perusahaan untuk tumbuh dan berkembang. Kondisi seperti
ini menunjukkan kinerja perusahaan yang buruk akan menurunkan kridibilitas
perusahaan untuk mendapatkan dana akibatnya dibutuhkan biaya modal yang lebih
besar. Hal ini bisa menurunkan harapan dan keuntungan pemilik dan cenderung
menurunkan nilai saham perusahaan. Pendapat Searby (1975) dalam Kaaro (2002),
lebih kepada mekanisme internal, kondisi lingkungan eksternal atau industri seperti
struktur pasar, tingkat persaingan dan konsentrasi dalam industri, maupun tingkat
hambatan masuk dalam suatu industri seringkali mempengaruhi kinerja perusahaan.
Hubungan antara profitabilitas dan struktur modal dapat dijelaskan dengan bukti
menurut Titman dan Wessels (1988) dan Barton et al (1989), setuju bahwa keuntungan
perusahaan yang tinggi, akan menjaga rasio utang relatif rendah. Bukti empiris dari
studi sebelumnya konsisten dengan sebagian besar studi, menemukan hubungan
1989; Shydam-Myers, 1999; Van der Wijst dan Thurik, 1993; Chittenden et al, 1996;
Mishra dan Mc Conanghy, 1999 Michaelas et al., 1999). Cassar dan Holmes (2003),
Esperanca et al (2003) dan Hall et al (2004) menyatakan terdapat hubungan negatif
antara profitabilitas dan utang jangka pendek. Petersen dan Rajan, (1994) menemukan
asosiasi positif yang signifikan antara profitabilitas dan utang.
Nilai Perusahaan
Nilai perusahaan merupakan total nilai pasar utang dan nilai pasar saham. Nilai pasar
hutang relatif konstan, sedangkan nilai pasar saham berfluktuasi karena nilai pasar
saham sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan, baik perubahan yang
disebabkan dari luar perusahaan (makro) maupun dari dalam perusahaan (kebijakan
dan kinerja perusahaan). Nilai perusahaan didifinisikan sebagai persepsi investor
terhadap tingkat keberhasilan perusahaan dalam mengelola sumberdaya pada akhir
tahun berjalan, yang tercermin pada harga saham perusahaan. Nilai perusahaan
diukur dengan Price Book Value (PBV).
Pengembangan Hipotesis
Berdasarkan teori dan bukti penelitian empiris di atas, berikut hipotesis yang
diformulasikan untuk menguji hubungan antara :
Profitabilitas dan Leverage
Keputusan pendanaan perusahaan yang tercermin pada kebijakan utang perusahaan
juga memiliki implikasi penting untuk menjelaskan ROA perusahaan. Tingginya
profitabilitas perusahaan selain disebabkan aktivitas operasional perusahaan juga
disebabkan oleh keputusan leverage (utang) perusahaan. Menurut Myers (1984), jika
tersedia cukup banyak laba maka penggunaan laba internal lebih disukai untuk
mendanai investasi, oleh karena itu keputusan pendanaan berpengaruh positif atau
negatif terhadap ROA perusahaan. Menurut Voulgaris et al (2002); Pao dan Chih
(2005); Tong dan Green (2005); Chen dan Strange (2006), membuktikan bahwa rasio
utang berhubungan terbalik dengan laba. Sesuai hasil diatas Cassar dan Holmes
(2003), Esperanca et al (2003) dan Hall et al (2004) menyatakan terdapat hubungan
negatif antara profitabilitas dan utang jangka pendek. Sedangkan Petersen dan Rajan
(1994), menemukan terdapat asosiasi positif yang signifikan antara profitabilitas dan
utang. Berdasarkan uraian diatas dapat ditentukan hipotesis 1 sebagai berikut;
Aset Perusahaan dan Leverage.
Aset perusahaan melalui aset yang tinggi dapat digunakan untuk menjamin utang
dengan aset. Hal ini diyakini bahwa utang mungkin lebih mudah didapat jika ada aset
lama sebagai agunan (Wedig et al, 1988). Menurut Van der ; Wijst dan Thurik (1993);
Chittenden et al (1996); Michaelas et al (1999); Cassar dan Holmes (2003); Hall et al
(2004), menunjukkan bukti hubungan yang positif antara struktur aset dan utang
jangka panjang, dan hubungan negatif dengan utang jangka pendek. Menurut
Esperanca et al (2003), menemukan adanya hubungan positif antara struktur aset
jangka panjang dan utang jangka pendek. Berdasarkan uraian diatas dapat ditentukan
hipotesis 2 sebagai berikut:
H2: Aset perusahaan berpengaruh positif terhadap Leverage/utang perusahaan .
Dividen dan Leverage.
Pembayaran dividen yang besar periode lalu, akan meningkatkan kebutuhan kas
dimasa datang dan mendorong dilakukannya peminjaman yang lebih besar, mengarah
pada rasio utang yang tinggi. Hasil penelitian Tong dan Green (2005), Deshmuk
(2005), dan Bhaduri (2002), menemukan bahwa pembayaran dividen berpengaruh
positif terhadap rasio utang. Peneliti lainnya menemukan bukti terjadi hubungan
substitusi atau kausal negatif antara kebijakan dividen dengan kebijakan utang.
Berdasarkan uraian diatas dapat ditentukan hipotesis 2 sebagai berikut:
H3: Dividenberpengaruh negatif terhadap Leverage/utang perusahaan. Profitabilitas, Aset perusahaan, Dividen dan Leverage.
Keputusan sumber pendanaan perusahaan harus mengacu pada tujuan perusahaan
yaitu memaksimumkan kesejahteraan shareholder (pemegang saham), yang dapat
direalisasikan melalui pembelian asset perusahaan dan penggunaannya untuk
katan profitabilitas perusahaan. Menurut beberapa peneliti menyatakan bahwa
pening-katan monitoring oleh kreditur akibat meningkatnya jumlah utang, menyebabkan
kinerja perusahaan meningkat. Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan
fenomena bahwa utang, prifitabilitas dan dividen memiliki keterkaitan. Friend & Lang
(1988), menemukan perusahaan yang memiliki volatilitas pendapatan yang lebih
besar, dan perusahaan yang mengalokasikan dana penelitian dan pengembangan
yang besar, menggunakan utang yang lebih kecil. Crutchley dan Hansen (1998),
menemukan volatilitas pendapatan yang lebih besar akan mengarahkan pada utang
Esperanca et al (2003), menemukan adanya hubungan positif antara struktur aset
jangka panjang dan utang jangka pendek. Berdasarkan uraian diatas dapat ditentukan
hipotesis 4 se-bagai berikut:
H4: Dividen, aset perusahaan dan profitabilitas secara simultan berpengaruh positif terhadap leverage perusahaan.
Leverage dan Nilai perusahaan
Leverage perusahaan diukur melalui leverage ratio (rasio utang), Leverage ratio
menunjukkan besarnya rasio utang merupakan rasio dari total debt to total assets.
Rasio utang mempunyai dampak yang buruk terhadap kinerja perusahaan, karena
tingkat utang yang semakin tinggi berarti beban bunga akan semakin besar, akan
mengurangi keuntungan. Sebaliknya tingkat utang yang rendah (kecil) menunjukkan
kinerja perusahaan yang semakin baik, karena menyebabkan tingkat pengembalian
yang semakin baik. Peningkatan nilai perusahaan dikaitkan dengan harga saham dan
penurunan utang akan menurunkan harga saham. Fama dan French (1998); dan
Sarkar dan Zapatero (2003) dalam hasil penelitian mereka mengatakan keputusan
pendanaan berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Soliha & Taswan (2002),
mengatakan kebijakan utang ber-pengaruh positif, namun tidak signifikan terhadap
nilai perusahaan. Berdasarkan uraian diatas dapat ditentukan hipotesis 5 sebagai
berikut:
H5: Leverage perusahaan berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. BAHAN DAN METODA
Studi ini menggunakan data yang berasal dari IMCD 2007 adalah perusahaan
manu-faktur yang terdaftar di BEJ. Data yang digunakan dalam analisis empiris yang berasal
dari laporan keuangan selama 5 tahun, yaitu tahun 2002-2006 dari 20 perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEJ. Pemilihan sampel berdasarkan kriteria yang
dite-tapkan yaitu dalam laporan keuangannya, perusahaan memiliki laporan utang (
Levera-ge), aset perusahaan (TATO), profitabilitas (ROI dan ROE), dividen (DPR) dan nilai
perushaan (PBV).
Definisi operasional variabel
Penelitian ini megunakan lima variabel laten, tiga variabel independen (eksogen) yaitu
Dividen, Aset perusahaan dan Profitabilitas, dua variabel dependen (endogen) yaitu
Leverage sebagai variabel dependen (endogen).
Variabel dependen pendanaan (Leverage ) didefinisikan sebagai keputusan ke-uangan
yang menyangkut komposisi pendanaan yang dipilih perusahaan. Leverage
menunjukkan besarnya rasio utang yang merupakan rasio dari total debt to total
assets.
Leverage = total debt/total assets
Nilai Perusahaan sebagai variabel dependen (endogen).
Nilai perusahaan dapat diukur dengan melihat perkembangan harga pasar saham di
b
ursa efek atau pasar sekunder, apabila harga saham naik ini berarti menunjukkannilai perusahaan juga naik, sebaliknya apabila harga saham turun ini berarti
menunjukan nilai perusahaan juga turun. Nilai perusahaan adalah total nilai pasar
utang ditambah nilai pasar saham. Dalam studi ini nilai perusahaan diukur dengan
Price Book Value (PBV), di mana rasio ini mengukur nilai perusahaan dengan
membandingkan harga pasar perlembar saham dan nilai buku perlembar saham.
Secara matematis dapat ditulis:
PBV = Harga Pasar per Lembar Saham/Nilai Buku per Lembar Saham
Dividen sebagai variabel independen (eksogen)
Rasio pembayaran dividen adalah persentase laba yang dibayarkan kepada para
pemegang saham dalam bentuk kas. Dalam studi digunakan Dividend Payout Ratio
(DPR).
DPR = Dividen per Lembar Saham/Laba per Lembar Saham
Profitabilitas sebagai variabel independen (eksogen)
Variabel ini merupakan ukuran hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh internal
perusahaan selama satu periode. Profitabilitas perusahaan dihitung de-ngan
menggunakan rasio Return On Investment (ROI) dan Return On Equity (ROE). Secara
matematis dapat ditulis formulasinya sebagai berikut:
ROI = EAT (Earning After Tax)/Total Assets
ROE = EAT (Earning After Tax)/Total Equity
Aset Perusahaan sebagai variabel independen (eksogen)
Aset Perusahaan diukur dengan menggunakan Total Assets Turn Over (TATO), rasio
ini mengukur efisiensi dari penggunaan aset untuk menghasilkan pendapatan, secara
TATO = Net sales/total asset
Alat Analisis Data dan Olah data.
Studi ini alat analisis datanya menggunakan alat bantu software SPSS versi 12.0 for
Windows. Melalui regresi dan korelasi hasil olah data adalah sebagai berikut:
Pengujian Asumsi Klasik
Dalam penggunaan analisis regresi, untuk menunjukan hubungan yang valid atau tidak
bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada model regresi yang digunakan yaitu
multikolinieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Pengujian ini dapat dilakukan
dengan alat bantu software SPSS versi 12.0 for windows.
Multikolinearitas.
Multikolinieritas menunjukkan adanya hubungan linier yang sempurna diantara variabel
independen. Pengujian multikolinieritas menggunakan VIF (variance inflate-on factor)
dengan batas nilai toleransi adalah terendah 0,10 dan tertinggi 10. Gujarati (2003)
mengatakan bila nilai VIF lebih besar dari 10 berarti terdapat kolinearitas sangat tinggi.
Berdasarkan hasil pengujian dengan software SPSS versi 12.0 for windows,
menunjukkan bahwa nilai VIF untuk TATO adalah 1.222, DPR adalah 1.077, ROE
adalah 4.379 dan ROI adalah 4.261 ini berarti model regresi tidak terjadi
multikolinieritas karena nilai VIF terletak diantara nilai batas toleransi.
Tabel 1 Koefisien
Autokorelasi menunjukkan adanya kondisi yang berurutan diantara gangguan atau
disturbance ui atau ei yang masuk ke dalam fungsi regresi. Pengujian terjadi
menguji autokorelasi, Gunawan (1999) menjelaskan bahwa autokorelasi tidak terjadi
bila DW terletak diantara du (4-du) dan (du<DW<4-du).
Berdasarkan hasil pengujian regresi pada Model summary dengan software SPSS
versi 12.0 for windows, menunjukkan bahwa nilai Durbin-Watson (DW) adalah 1.818,
ini berarti model regresi tidak mengalami autokorelasi karena rata-rata nilai Durbin
Watson mendekati 4. Hasil uji autokorelasi menunjukkan bahwa Dw = 1.818; atau
dapat dituliskan sebagai berikut: 0< 1.818< 4; ini berarti tidak ada autokorelasi.
Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas menunjukkan variansi antar variabel tersebar dan tidak sama.
Untuk mendeteksinya dapat menggunakan uji Glejser. Uji Glejser meregresikan nilai
absolut residual dengan variabel independennya. Jika nilai t signifikan berarti terjadi
heteroskedastisitas.
Berdasarkan hasil pengujian dengan software SPSS versi 12.0 for windows,
menunjukkan bahwa signifikansi nilai t dari keempat variabel independen sebesar
kurang dari 1 (lihat Tabel 1) artinya model regresi tidak terjadi heteroskedastisitas. Dari
uji asumsi klasik pada penelitian ini telah memberikan hasil bahwa independent
variable memiliki hubungan dan pengaruh terhadap dependent variable.
Pengujian Linier Regresi Berganda
Dari hasil analisis statistik dengan software SPSS versi 12.0 for windows didapat
keterangan seperti terlihat pada tabel 1:
Persamaan regresi berganda linier untuk kasus yang diteliti berdasarkan nilai B
(constant) dan konstanta variabel bebas (Dividen, TATO, ROI dan ROE) adalah
sebagai berikut:
LEV = 0.446 + 0.035 TATO – 0.016 DPR + 0.013 ROE – 0.031 ROI
Persamaan tersebut menunjukkan :
- Arah hubungan variabel bebas (TATO, DPR, ROE dan ROI) bersifat positif (searah)
terhadap variabel terikat (LEV).
- Pengaruh perubahan variabel bebas TATO terhadap variabel terikat (LEV) lebih
besar dibandingkan pengaruh perubahan variabel bebas lainnya.
- Masing-masing variabel bebas mempunyai besaran perubahan:
Selanjutnya koefisien regresi berganda linier diatas diuji tingkat signifikansinya dengan
uji t (ttest) untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara partial terhadap variabel
terikat, sebagai berikut:
Untuk Variabel TATO
Ho : TATO = 0 (signifikan) H1: TATO ≠ 0 (tidak signifikan)
ttabel untuk df = n – 5 = 100- 5 = 95, uji 1 pihak dengan α = 5% diperoleh ttabel = 1.661.
Dari table 1, thitung diperoleh. = 1.240
thitung berdasarkan uji dua pihak : -1.661< thitung <1.661, diterima
Untuk Variabel DPR
Ho : DPR= 0 (signifikan) H1: DPR≠ 0 (tidak signifikan)
ttabel untuk df = n –5= 100-5 = 95, uji 1 pihak dengan α = 5% diperoleh ttabel = 1.661. Dari
Tabel 1 thitung diperoleh = -0.346
thitung berdasarkan uji dua pihak : -1.661< thitung <1.661, diterima.
Untuk Variabel ROE
Ho : ROE= 0 (signifikan) H1: ROE≠ 0 (tidak signifikan)
ttabel untuk df = n –5 = 100-5 = 95, uji 1 pihak dengan α = 5% diperoleh ttabel = 1.661.
Dari Tabel 1 thitung diperoleh = 6.057
thitung berdasarkan uji dua pihak : thitung >1.661, ditolak
Untuk Variabel ROI
Ho : ROI= 0 (signifikan) H1: ROI≠ 0 (tidak signifikan)
ttabel untuk df = n–5 = 100-5 = 95, uji 1 pihak dengan α = 5% diperoleh ttabel =1.661. Dari
Tabel 2 thitung diperoleh =-6.915, thitung <1.661, ditolak .
Uji F (Ftest) untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara simultan berpenga-ruh
tehadap variabel terikat, sebagai berikut:
Ho: b1 = b2 = 0 (signifikan) Ha: bj ≠ 0 (tidak signifikan) V1=K–1= 5–1 =4 dan V2 = K–5 = 95 maka Ftabel: F 0.05(4,95)= 13.552.
Hasil Fhitung melalui analisis regresi software SPSS versi 12.0 for windows didapat
12.413 (lihat tabel 2), berdasarkan uji dua pihak : -13.552< Fhitung <13.552, diterima
Tabel 2 ANOVA
Berdasarkan uji statistik parsial (uji t), menggunakan analisis statistik koefisien regresi
linier berganda, didapat TATO, DPR, ROE dan ROI signifikan dengan Leverage. Untuk
TATO berpengaruh positif dan signifikan terhadap Leverage (sesuai hipotesa 2: H2),
untuk DPR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Leverage (sesuai hipotesa 3:
H3), sedangkan ROE berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Leverage, dan
ROI berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Leverage (keduanya tidak
sesuai dengan hipotesa1: H1).
Hasil analisis statistik koefisien regresi berganda linier secara simultan nilai multiple
R=0.586 atau 58.6% (lihat tabel 3), dan Ftest :-13.552< Fhitung <13.552. Dengan nilai
R=58.6%, menurut Sudjana (2005) dikatakan memiliki tanda positif berarti ada korelasi
langsung antara TATO, DPR, ROE dan ROI terhadap Leverage. Dan nilai Ftes:
-13.552< Fhitung <13.552, berarti terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
semua variabel independent: TATO, DPR, ROE dan ROI terhadap variabel dependen:
Leverage, dengan tingkat keyakinan 95% (sesuai hipotesa 4: H4).
Tabel 3 Model Summary
a Predictors: (Constant), ROI, DPR, TATO, ROE
b Dependent Variable: LEV
Sedangkan anailisis statistik koefisien regresi linier untuk mengetahui pengaruh
Leverage terhadap PBV berdasarkan nilai B (constant) dan konstanta variabel bebas
Tabel 4 Koefisien
diperoleh ttabel =124.28. Dari hasil analisis regresi dengan software SPSS versi 12.0 for
windows didapat thitung =0.818 (lihat tabel 4), berdasarkan uji dua pihak didapat :
-124.28< thitung <124.28, diterima.
Hasil Uji F didapat Ftabel: F 0.05(3,96)= 19.4896, dan Fhitung melalui analisis regresi dengan
software SPSS versi 12.0 for windows didapat 0.669, berdasarkan uji dua pihak :
-19.4896< Fhitung <19.4896, diterima (signifikan). Dari uji t dan dan uji F dan R=0.082
atau 8.2% Leverage berpengaruh positif dan signifikan terhadap PBV, dengan tingkat
keyakinan 95% (sesuai hipotesa 5: H5).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Kebijakan utang merupakan keputusan keuangan yang sangat penting dalam
perusahaan dan banyak faktor mempengaruhi kebijakan tersebut. Dalam peneilitian ini
faktor-faktor yang digunakan untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kebijakan utang
adalah profitalitas (ROE dan ROI), asset perusahaan (TATO) dan dividen (DPR).
Dalam penelitian ini juga menguji pengaruh kebijakan utang (leverage) terhadap nilai
perusahaan melalui Price Book Value (PBV)..
Pengaruh profitalitas (ROE dan ROI) hasilnya tidak sesuai dengan hipotesa1: H1,
tetapi sesuai dengan bukti empiris dari studi sebelumnya, terdapat hubungan negatif
dan positif antara profitabilitas dan struktur modal. Petersen dan Rajan, (1994)
menemukan asosiasi positif yang signifikan antara profitabilitas dan utang. Menurut
Friend dan Lang (1988); Barton et al (1989); Shydam dan Myers (1999); Van der Wijst
dan Thurik (1993); Chittenden et al (1996); Mishra dan Mc Conanghy, (1999); dan
Michaelas et al.(1999), menemukan hubungan negatif antara pro-fitabilitas dan struktur
modal.
Pengaruh TATO, DPR, ROE dan ROI secara simultan terhadap Leverage, hasilnya
sesuai dengan hipotesa (H4) dengan tingkat keyakinan 95%.
Pengaruh Leverage terhadap nilai perusahaan (Price Book Value/PBV) hasilnya sesuai
dengan hipotesa (H5) dengan tingkat keyakinan sebesar 95%.
Saran
Penelitian ini belum menggunakan semua faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kebijakan utang perusahaan, dan belum menggunakan semua perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEJ. Untuk peneliti yang ingin melanjutkan penelitian ini dapat
menggunakan semua faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan utang, dan dapat
menggunakan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ. Tidak tertutup
kemungkinan menggunakan data perusahaan nonmanufaktur untuk penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
Barton, SL, Ned, CH and Sundaram, S., 1989, An Empirical Test of Stakeholder Theory Predictions of Capital Financial Management, 18 (1), pp.36-44.
Bradley, Michael, Gregg A. Jarrel, and E. Han Kim, 1984, On the existence of an optimal capital structure: Theory and evidence, The Journal of Finance 39, pp.857-880.
Cassar, G. and Holmes S., 2003, Capital structure and financing of SMEs: Australian evidence, Journal of Accounting and Finance 43, pp.123–147.
Chittenden, F., Hall, G., & Hutchinson, P., 1996, Small Firm Growth, Access to CapitalMarkets and Financial Structure: Review of Issues and an Empirical Investigation, Small Business Economics, 8, pp.59–67.
Copeland, Thomas E., & Weston, J.Fred, 1992, “Finacial Theory and Corporate
Policy”, 2th Ed ,By Addison-Wesley Publishing Company, Inc.
Esperanca JP, Ana PMG & Mohamed AG., 2003, Corporate debt policy of small firms: an empirical (re)examination, Journal of Small Business and Enterprise Develop-ment, 10(1), pp.62-80.
Euis Soliha dan Taswan, 2002, “Pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perushaan
serta beberapa faktor yang mempengaruhi”, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, pp.1-18
Fama, E.F, and French, K.R., 1998, “Taxes, Financing Decision, and Firm Value”, The
Journal of Finance vol.LIII no.3, June, p 819-843.
Frank H. Easterbrook, 1984, Two Agency-Cost Explanations of Dividends,The American Economic Review, Vol.74, no. 4, pp.650-659.
F. Voulgaris D. Asteriou and G. Agiomirgianakis, 2002, Capital Structure, Asset Utili-zation, Profitability and Growth in the Greek Manufacturing sector, Applied Economic
34, pp.1379-1388.
Guanqun Tong and Christopher J. Green, 2005, Pecking order or Trade off hypothesis? Evidence on the capital structure of Chinese companies, Applied Economic 37, pp.2179-2189.
Holmes, S. and Kent, P., (1991), „An Empirical Analysis of the Financial Structure of
Small and Large Australian Manufacturing Enterprises‟, Journal of Small Business
Finance, 1 (2), pp.141-154.
Hsiao Tien Pao and Yao Yu Chih, 2005, Comparison of linear and non-linear models for panels data forecasting: Debt Policy in Taiwan, Review of Pacific Basin Financial Markets and Policies, Vol. 8, No.3, pp.525-541
Jensen M. & W. Meckling, 1976, “Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure”, Journal of Financial Economics, 3: pp.305-360 Jian Chen, and Roger Strange, 2006, The Determinants of Capital Structure: Evidence from Chinese Listed Companies, Economic Change and Restructring 38: pp.11-35.
Jones, Stewart, & Sharma, Rohit, 2001, “The Association Between the Investment
Opportunity Set and Corporate Financing and Dividend Decisions: Some Australian Evidence, Journal of Managerial Finance, vol.27, no.3, pp.48-61.
Karro, Hermeindito, 2002, “Prediksi Kinerja Perusahaan Berbasis Investment
Opportunity Setdan Rasio Keuangan Tertimbang”, Jurnal Bisnis Akuntansi Vol.4 No.1, pp.36-53.
Marsh, P., 1982, The Choice between Equity and Debt: An Empirical Study. Journal of Finance, 37(1), pp.121–144.
Michaelas, N., F. Chittenden, and P. Poutziouris, 1999, Financial policy and capital structure Choice in UK SMEs: Empirical Evidence from Company Panel Data, Small Bu-siness Economics, 12, pp.113-130
Mishra, CS and DL McConaughy, 1999, Founding family control and capital structure: The Risk of Loss of Control and the Aversion to Debt, Entrepreneurial Theory and Practice, 23, pp.53-64
Myers, S., 1977, “Determinants of corporate borrowing’’, Journal of Financial
Economics”, Vol. 5 No. 5, pp.147-175
Myers SC, 1984, “The Capital Structure Puzzle”, Journal of Finance, 39, pp.575–592
Myers SC & NS Majluf, 1984, “Corporate Financing and Investment Decisions when Firms have Information that Investors do not have”, Journal of Financial Economics, 13, pp.187-221.
Petersen, Mitchell A., and Raghuram G. Rajan, 1994, The Benefits of lending relationships: Evidence from Small Business Data, The Journal of Finance, 49, pp.3-37
Shyam-Sunder, Lakshmi, and Stewart C. Myers, 1999, Testing static tradeoff against pecking order models of Capital Structure, Journal of Financial Economics, 51,pp.219-244
Sanjay Deshmukh, 2002, The Effect of Asymmetric Information on Dividend Policy, Quarterly Journal of Business & Economics, Vol. 4, pp.107-125
.
Sudipto Sarkar and Fernando Zapatero, 2003, The Trade off Model with Mean Reverting Earnings: Theory and Empirical Test, The Economic Journal, 113, pp.834-860.
Sudjana, 2005, “Metoda Statistika”, Penerbit Tarsito Bandung.
Titman, S., 1984, The Effect of Capital Structure on a Firm’s Liquidation Decisions, Journal of Financial Economics, 13, pp.137–151
Titman, S. and Wessels, R., 1988, “The Determinants of Capital Structure Choice”
Journal of Finance”, 43(1), pp.1–19.
Van der Wijst, N., & Thurik, R., 1993, Determinants of Small Firm Debt Ratios: An Analysis of Retail Panel Data. Small Business Economics, 5(1), pp.55-65
Wald, JK., 1999, “How Firm Characteristics Affect Capital Structure: An International Comparison”, Journal of Financial Research, 22, pp.161-187.