• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN INSTRINSIC REWARD TERHADAP MOTIVASI KERJA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN DAN INSTRINSIC REWARD TERHADAP MOTIVASI KERJA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN, PELATIHAN

DAN

INSTRINSIC REWARD

TERHADAP

MOTIVASI KERJA

(

Studi Empiris: Pegawai Badan Kepegawaian Daerah Kota Pariaman)

ARTIKEL

Oleh:

SRI WISMA YUNI

NPM : 0910018212114

PROGRAM PASCA SARJANA

MAGISTER SAINS MANAJEMEN

UNIVERSITAS BUNG HATTA

(2)

2 THE IMPACT OF LEVEL OF EDUCATION, TRAINING AND INSTRINSIC REWARD

ON JOB MOTIVATION

Sri Wisma Yuni1, Harif Amali2, Ice Kamela3

1

Postgraduate Program of Bung Hatta University sriwismayuni@yahoo.co.id

ABSTRACT

This study is aimed to identify the effect of education, training and instrinsic reward toward job motivation. The data drawn from 35 employees who people for Local Goverment in Pariaman. The collecting data method using questionnaire. Futhermore, the data analized using multiple regression analysis. Based on the results, the study can summarize that education has positive significant effect on job motivation, training has positive significant effect on job motivation, instrinsic reward has positive significant effect on job motivation. The results of this study also shown there are contribution of education, training, and instrinsic reward toward job motivation is 91,1%, remaining 8,9% determined and explained by another variable which excluded in this model.

Keywords: Education, Training, Instrinsic Reward, Motivation

A. PENDAHULUAN

Dalam rangka merespon dinamika perubahan lingkungan strategis, setiap organisasi dituntut untuk dapat mengelola setiap perubahan yang terjadi secara tepat. Organisasi demikian adalah organisasi yang tumbuh secara dinamis yang terus menerus dalam proses perubahan, baik

untuk memenuhi kebutuhan perkembangan, ataupun untuk menghadapi tuntutan perubahan lingkungan strategis baik interen maupun eksteren organisasi. Pembinaan dan pengembangan profesionalitas sumber daya manusia menjadi salah satu upaya yang tepat untuk menghadapi dan merespon segala tantangan yang berkaitan dengan perubahan lingkungan strategis. Sebagai

upaya untuk mewujudkan tuntutan profesionalitas Pegawai Negeri Sipil, Undang-Undang Nomor 43 tahun 1999 telah menetapkan beberapa perubahan dalam manajemen Pegawai Negeri Sipil. Perubahan tersebut membawa konsekuensi bahwa setiap organisasi pemerintah baik pusat maupun daerah harus memiliki

Sumber Daya Manusia Pegawai Negeri Sipil (SDM-PNS) yang memenuhi persyaratan, baik secara kuantitas maupun kualitas, sehingga dapat melaksanakan tugas dan fungsinya secara profesional.

(3)

perubahan-3 perubahan yang tetap atau permanen di

dalam kebiasaan tingkah lakunya, pikiran

dan sikapnya. Jadi pendidikan merupakan kegiatan dinamis dalam kegiatan setiap

individu yang mempengaruhi perkembangan fisiknya, mentalnya, emosinya, sosialnya dan efeknya. Dengan perkataan lain, pendidikan merupakan

suatu kegiatan dinamis yang mempengaruhi seluruh aspek kepribadian

dan kehidupan individu.

Berikut ini gambaran mengenai

pendidikan pegawai Badan Kepegawaian Daerah dapat dilihat pada Table 1 berikut

ini: :

Tabel 1

Jumlah Pegawai Menurut Tingkat Pendidikan

No Pendidikan Jumlah %

1 S2 2 5,7

2 S1 15 42,9

3 DIPLOMA 8 22,9

4 SMU 10 28,6

Total 35 100

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Pariaman

Dari tabel diatas terlihat bahwa pendidikan tertinggi pegawai Badan Kepegawaian Daerah adalah Strata 2 dengan jumlah 2 orang atau 5,7% dan jumlah pegawai 42,9% berpendidikan Strata 1 dan 22,9% berpendidikan Diploma dan sisanya sebanyak 28,6% berpendidikan SMU. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa sebagian besar pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah sudah tamat Sarjana (S1).

Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi terhadap pengembangan karirnya dengan artian semakin tinggi tingkat pendidikan seorang pegawai

cendrung akan semakin tinggi atau akan semakin berkembang karirnya.

Selain dari tingkat pendidikan yang membuat rendahnya motivasi kerja juga disebabkan oleh pelatihan. Pelatihan mempunyai peran penting terhadap motivasi kerja karena dengan pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh seorang pegawai sudah barang tentu akan dapat meningkatkan kemampuannya dalam bekerja, dengan meningkatnya kemampuan seorang pegawai tertentu pemanfaatannya dalam bekerja oleh organisasi akan semakin meningkat perkembangan karirnya.

Berikut ini gambaran mengenai pelatihan Pegawai pada Badan

(4)

4 Tabel 2

Jumlah Pegawai Menurut Pelatihan yang telah diikuti (keadaan Tahun 2012)

No Jenis Pelatihan

Tahun 2012 %

Sudah Belum Suda

h Belum Struktural

1 Diklatpim Tk. IV 8 22 22.9 62.8

2 Diklatpim Tk. III 2 2 5.7 5.7

3 Diklatpim Tk. II 1 - 2.9 -

Jumlah 11 24 31.5 68.5

Jumlah Keseluruhan 35 100

Sumber : Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Kota Pariaman

Dari tabel diatas terlihat bahwa pelatihan yang telah diikuti pegawai Badan Kepegawaian Daerah dalam Tahun 2012 adalah Diklatpim Tk. IV yang sudah mengikuti 8 orang atau 22,9 % sedangkan yang belum 62,8 %, Diklatpim Tk. III yang

sudah dan yang belum 2 orang atau 5,7 %, dan 2,9 % pegawai yang sudah mengikuti Diklatpim Tk. II. Berdasarkan tabel tersebut terlihat bahwa masih banyak pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah yang belum mengikuti pelatihan. Kegiatan tersebut diharapkan dapat mengembangkan karir pegawai baik dalam penempatan kerja dan dapat meningkatkan motivasi kerja dalam melaksanakan tugas.

Mengenai intrinsik reward, motivasi kerja pegawai juga menurun karena tidak adanya penghargaan yang berikan oleh atasan atas prestasi kerja yang dilakukan oleh pegawai tersebut. Menurut Sculler (1997), sistem penghargaan intrinsik berisi penghargaan yang berasal

dari respon individu terhadap pekerjaan itu sendiri, yaitu berasal dari transaksi antara seorang individu dengan tugasnya tanpa ikut sertanya (campur tangan) pihak ketiga. Penghargaan intrinsik ditentukan oleh individu dalam interaksinya dengan

pekerjaannya. Contoh, penghargaan intrinsik dapat berupa rasa tanggung jawab, rasa tertantang, rasa unggul, rasa mengontrol, rasa berpartisipasi, dan sebagainya.

Untuk meningkatkan intensitas motivasi kerja perlu dilakukan usaha untuk meningkatkan tingkat pendidikan pegawai, pelatihan yang akan memotivasi pegawai, dan pemberian instrinsic reward kepada pegawai sehingga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas kerja.

Perumusan Masalah

(5)

5 dirumuskan beberapa masalah penelitian

yaitu :

1. Bagaimana pengaruh tingkat pendidikan terhadap motivasi kerja pegawai Badan

Kepegawaian Daerah ?

2. Bagaimana pengaruh pelatihan terhadap motivasi kerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah ?

3. Bagaimana pengaruh intrinsik reward terhadap motivasi kerja pegawai Badan Kepegawaian Daerah ?

A. KAJIAN TEORITIS

1. Motivasi Kerja

Menurut Robbins (2003) motivasi sebagai satu proses yang menghasilkan suatu intensitas, arah dan ketentuan individual dalam usaha untuk mencapai satu tujuan sementara motivasi umum, bersangkutan dengan upaya ke arah setiap tujuan, kami menyempitkan fokus pada tujuan organisasi agar mencerminkan minat tunggal kita dalam perilaku yang

berkaitan dengan kerja.

Siswanto (2002) motivasi kerja dapat memberikan energi yang menggerakkan segala potensi yang ada, menciptakan keinginan yang tinggi dan luhur serta meningkatkan kegairahan kebersamaan. Masing-masing bekerja menurut aturan dan ukuran yang ditetapkan dengan saling menghormati, saling membutuhkan, saling mengerti dan menghargai hak dan kewajiban

masing-masing dalam keseluruhan proses kerja operasional. Menurut Gibson (2000)

motivasi dapat didefinisikan sebagai kesiapan khusus seseorang untuk

melakukan atau melanjutkan serangkaian aktivitas yang ditujukan untuk mencapai beberapa sasaran yang telah ditetapkan. Sedangkan motivasi kerja adalah sesuatu hal yang berasal dari internal individu yang menimbulkan dorongan atau semangat untuk bekerja keras.

Indikator Variabel Motivasi

Dalam penelitian ini variabel motivasi diukur berdasarkan motivasi seseorang atau karyawan kedalam tiga aspek menurut teori Mc. Clelland yaitu : 1. Kebutuhan berprestasi, 2. Kebutuhan kekuasaan, 3. Kebutuhan afiliasi (dalam

Mas’ud, 2004).

2. Tingkat Pendidikan

Pengertian pendidikan menurut Undang-undang Nomor: 20 Tahun 2003

tentang sistem pendidikan nasional

menyatakan “Pendidikan adalah usaha

sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan, bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya di masa yang

akan datang”.

(6)

6 pengetahuan dan pengalaman yang disusun

secara logis sistematis mengenai

kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha yang di jalankan dengan tujuan mengubah tingkah laku

manusia kearah yang diinginkan.

3.Pelatihan

Handoko (2002), latihan yang dimaksud adalah untuk memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu, terinci dan rutin. Menurut Hasibuan (2007), menyatakan latihan bertujuan untuk meningkatkan keterampilan teknis pelaksanaan pekerjaan karyawan. Pelatihan menurut Notoatmojo (2003), adalah bagian dari suatu proses pendidikan yang tujuan untuk meningkatkan kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau sekelompok. Sedangkan latihan adalah salah satu cara untuk memperoleh keterampilan tertentu. Pendidikan dan latihan merupakan upaya untuk

mengembangkan SDM, terutama untuk mengembangkan kemampuan intelektual kepribadian manusia.

Sedangkan menurut Dessler (2002), latihan merupakan suatu proses mengajarkan karyawan baru atau yang akan datang, keterampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. Pelatihan adalah usaha-usaha terencana yang diselenggarakan agar tercapainya penguasaan akan keterampilan,

pengetahuan dan sikap yang relevan terhadap pekerjaan. Disamping itu dalam

manajemen pelatihan dapat diartikan sebagai suatu proses terintegrasi yang

digunakan oleh pengusaha untuk memastikan agar para karyawan bekerja untuk mencapai tujuan organisasi. Pelatihan memiliki dampak hal mempengaruhi produktifitas dan kinerja karyawan serta prestasi kerja.

Kompensasi merupakan faktor yang penting untuk dapat bekerja lebih profesional, lebih produktif dan lebih berkualitas.

2. Intrinsic Reward

Reward merupakan bentuk metode

dalam motivasi seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Reward artinya ganjaran, hadiah, penghargaan dan imbalan. Dalam konsep manajemen, reward merupakan suatu alat untuk meningkatkan motivasi

(7)

7 Menurut Handoko (2002), jika

dilihat atas dasar fungsinya motivasi dapat

dibagi berdasarkan intrinsik reward dan ekstrinsik reward. Intrinsik reward yaitu

reward yang berfungsi tanpa adanya

rangsangan dari luar, dalam diri individu sudah ada suatu dorongan untuk melakukan suatu tindakan. Ekstrinsik

reward yaitu reward yang berfungsi

dengan adanya faktor dorongan dari luar

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari objek atau subjek yang menjadi kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003). Jadi populasi merupakan objek atau subjek

yang berada pada suatu wilayah dan memenuhi syarat-syarat tertentu yang mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti.

Populasi penelitian ini adalah semua pegawai Badan Kepegawaian Daerah sebanyak 35 orang, terdiri dari 1 orang Kepala Badan, 1 orang Sekretaris, 3 orang Kepala Bidang, 9 orang Kepala Sub Bagian / Sub Bidang dan 21 orang Staf.

2. Pengujian Instrumen

a. Uji Validitas

Untuk mengetahui pertanyaan valid

atau tidak, maka digunakan nilai corrected item-total correlation. Apabila suatu butir

pertanyaan memiliki nilai Corrected item-total correlation lebih besar dari 0,3 maka

pertanyaan tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya apabila suatu butir pertanyaan memiliki nilai Corrected item-total correlation lebih kecil dari 0,3 maka

pertanyaan tersebut tidak valid. Pertanyaan yang tidak valid akan dikeluarkan atau tidak digunakan untuk mengukur suatu variabel. (Maholtra, 1993). Perhitungan ini akan dilakukan dengan program SPSS (statistical package for social science) versi 17.0.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui konsistensi jawaban responden dari waktu ke waktu yang diperoleh dengan cara menghitung koefisien alpha

dengan menggunakan metode uji statistic

cronbach’s alpha. Jika cronbach’s alpha

besar atau sama dengan 0,50 maka item-item pertanyaan tersebut memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi, begitu juga sebaliknya

3. Uji Asumsi Klasik

a. Uji

Normalitas

(8)

8 untuk melihat apakah dalam regresi,

variabel dependen dan variabel independen

atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik

adalah apabila distribusi normal atau mendekati normal. Data dapat dikatakan terdistribusi normal apabila data memiliki nilai asymp signifikan>alpha 0,05. Namun jika nilai asymp signifikan<alpha 0,05 dikatakan terdistribusi tidak normal. Alat uji yang digunakan adalah uji one-sample kolmogrov test.

b. Uji Multikolinearitas

Pengujian ini menggunakan Variance Inflation Factor ( VIF ), apabila nilai VIF lebih kecil dari 0,10 atau lebih besar dari 10 maka terjadi multikolinearitas, sebaliknya apabila nilai VIF berada pada kisaran 0,10-10 tidak terjadi multikolinearitas.

c. Uji

Heteroskedastisitas

Untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas dapat menggunakan Uji Glejser. Dalam uji ini apabila signifikansi

> α 0,05 atau kesalahan menolak data

maka tidak terdapat gejala heterokedastisitas, model yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005).

4. Alat Analisis

a. Regresi Linier Berganda

Untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan diatas, dilakukan dengan

analisis regresi linear berganda (multiple linear regression) dengan metode OLS

(Ordinary Least Square). Analisis regresi berfungsi untuk mengukur kekuatan pengaruh antara dua variabel atau lebih, juga menunjukkan arah pengaruh antara variabel dependen dengan variabel independen. Model regresi OLS dimaksud adalah sebagai berikut :

Y = β0 + β1X1+ β2X2+ β3X3

(9)

9 tidak bisa dijelaskan oleh variabel

independen.

Rumus yang digunakan untuk menghitung R2 adalah sebagai berikut :

R2 = ESS/TSS Dimana :

ESS = Explained Sum Square (jumlah kuadrat yang dijelaskan)

TSS = Total Sum Square (jumlah total kuadrat).

5. Uji Hipotesis

a. Uji t

Uji t-test digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial antara variabel independen terhadap variabel dependen dengan mengasumsikan bahwa variabel lain dianggap konstan dengan rumus (Simamora, 2005) :

t = βη / Sβη

Dimana :

βη = Koefisien regresi masing-masing variabel

Sβη = Standar error masing-masing variabel.

b. Uji

Kelayakan Model ( Uji F)

Untuk menguji kelayakan model regresi maka digunakan uji F, dimana uji F rasio ini dipakai untuk membuktikan hipotesis dengan tingkat keberartian tertentu seluruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk menentukan besarnya nilai F (F hitung) digunakan

rumus sebagai berikut (Santoso, 2002) :

F =

R2 / K

( 1 - R2 ) / ( n – K – 1)

Dimana :

F = Nilai F hitung

K = Banyak variabel bebas n = Besarnya sampel

R2 = Nilai koefisien determinasi

C. HASIL

PENELITIAN

1. Pengujian Instrumen

a. Uji Validitas

Hasil pengolahan data untuk uji validitas variabel tingkat pendidikan, pelatihan dan instrinsic reward diketahui bahwa nilai r hitung dari semua pernyataan diatas 0,3 sehingga semua item pernyataan dinyatakan valid dan tidak satupun item pernyataan yang dikeluarkan dari instrumen penelitian. Dengan demikian item pernyataan yang dimasukan ke dalam analisis.

b. Uji

Reliabilitas

(10)

10 Tabel 3

Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian

No Variabel Notasi Cronbach’s Alpha Keterangan

1 Tingkat Pendidikan (X1) 0,788 Reliabel

2 Pelatihan (X2) 0,857 Reliabel

3 Instrinsic Reward (X3) 0,847 Reliabel

4 Motivasi Kerja (Y) 0,881 Reliabel

Berdasarkan hasil uji reliabilitas

sebagaimana yang terlihat pada Tabel 3 bahwa semua variabel memiliki nilai

Cronbach’s Alpha lebih besar dari 0,7.

Variabel Tingkat Pendidikan (X1) memiliki Cronbach’s Alpha sebesar 0,788, variabel Pelatihan (X2) memiliki nilai Cronbach’s Alpha sebesar 0,857, variabel Instrinsic Reward (X3) sebesar 0,847, variabel Motivasi Kerja (Y) sebesar 0,881. Hal ini menandakan bahwa semua

variabel penelitian memiliki kuisioner

yang handal dan reliabel. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kuisioner yang

digunakan untuk mengumpulkan data penelitian sangat handal

2. Uji Asumsi

Klasik

a. Uji

Normalitas

Hasil perhitungan uji normalitas

dapat di lihat pada Tabel 4 di bawah ini :

Tabel 4

Hasil Uji Normalitas

No Variabel Sig Alpha Keterangan

1 Tingkat Pendidikan (X1) 0.568 0.05 Normal

2 Pelatihan (X2) 0,145 0.05 Normal

3 Instrinsic Reward (X3) 0,650 0.05 Normal

4 Motivasi Kerja (Y) 0,446 0.05 Normal

Dari Tabel 4 diketahui bahwa signifikansi untuk variabel Tingkat Pendidikan (X1) sebesar 0,568, variabel Pelatihan (X2) sebesar 0,145, variabel Instrinsic Reward (X3) sebesar 0,650 dan untuk variabel Motivasi Kerja (Y) sebesar 0,446. Ini berarti bahwa nilai signifikan (sig) dari variabel Tingkat Pendidikan

(X1), Pelatihan (X2), Instrinsic Reward

(X3) dan Motivasi Kerja (Y) penelitian nilainya lebih besar dari tingkat signifikan

yang digunakan pada penelitian ini (α =

0,05). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel tersebut berdistribusi normal.

(11)

11 Untuk mengetahui ada tidaknya

multikolinearitas dalam model regresi

dapat dilihat melalui VIF (Varians Inflation Factor). Bila angka tolerance >

0,1 atau nilai VIF > 10, maka terdapat gejala multikolinearitas. Hasil uji

multikolinearitas dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini :

Tabel 5

Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel bebas Tolerance VIF Keterangan

Tingkat Pendidikan (X1) 0,367 1,723 Tidak ada multikolinearitas Pelatihan (X2) 0,371 1,696 Tidak ada multikolinearitas Instrinsic Reward (X3) 0,978 1,022 Tidak ada multikolinearitas

Pada Tabel 5 di atas, terlihat bahwa

semua variabel bebas dalam penelitian ini

yaitu Tingkat Pendidikan, Pelatihan dan

Instrinsic Reward nilai tolerancenya tidak

ada yang kecil dari 0,1 dan nilai VIF tidak

ada yang besar dari 10. Dengan demikian

di antara variabel independen dinyatakan

bebas dari multikolinearitas.

c. Uji

Heteroskedastisitas

Model regresi yang baik adalah jika tidak terjadinya heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi adanya heteroskedastisitas dapat menggunakan uji Glejser. Dalam uji ini apabila hasilnya Sig > () maka tidak terdapat gejala heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005).

Tabel 6

Uji Heteroskedastisitas

No Variabel Alpha Asymp.Sig Keterangan

1 Tingkat Pendidikan 0,05 0,069 Tidak terjadi Heteroskedastisitas 2 Pelatihan 0,05 0,061 Tidak terjadi Heteroskedastisitas 3 Instrinsic Reward 0,05 0,076 Tidak terjadi Heteroskedastisitas

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa variabel Tingkat Pendidikan, variabel Pelatihan dan varibel Instrinsic Reward nilai signifikansinya berada diatas alpha 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas.

3. Uji Hipotesis

a. Regresi Linear Berganda

(12)

12 Hasil analisis regresi linear berganda dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini :

Tabel 7

Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linear Beganda

Variabel independen Koefisien t hitung Sig Keterangan

Konstanta 3,400 10,366 0,002 -

Tingkat Pendidikan 0,201 2,865 0,008 Signifikan

Pelatihan 0,767 4,256 0,000 Signifikan

Instrinsic Reward 0,084 1,476 0,000 Signifikan Koefisien Korelasi (R)

Koefisien Determinan (R2) Nilai F

Signifikan

: : : :

0,955 0,911 12,579 0,000

Tabel diatas memperlihatkan nilai

konstanta (α) adalah 3,400 sedangkan nilai

koefisien tingkat pendidikan 0,201, pelatihan 0,767 dan instrinsic reward 0,084. Dengan demikian maka persamaan regresi linear berganda adalah :

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Y =3,400+ 0,201X1 + 0,767 X2 + 0,084 X3

b. Uji R2

Berdasarkan hasil analisis data dengan regresi linear berganda diketahui bahwa nilai R-Square atau koefisien determinan adalah sebesar 0,911. Hal ini menunjukkan bahwa besarnya kontribusi variabel Tingkat Pendidikan, Pelatihan dan Instrinsic Reward terhadap Motivasi Kerja

pada Badan Kepegawaian Daerah adalah sebesar 91,1%. Sedangkan sisanya sebanyak 8,9 % lagi dipengaruhi oleh variabel bebas lainnya yang tidak diikutsertakan dalam penelitian ini.

c. Uji F

Untuk melakukan pengujian

kelayakan model dalam penelitian ini digunakan Uji F. Uji ini sering juga disebut sebagai uji secara bersama-sama, dari hasil pengujian diperoleh nilai F-statistic terlihat pada Tabel 7 adalah sebesar 12,579 dengan Sig (F-statistic) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05, ini berarti bahwa secara simultan atau bersama-sama semua variabel independen yaitu Tingkat Pendidikan, Pelatihan dan Intrinsic Reward berpengaruh signifikan terhadap Motivasi Kerja.

E. PEMBAHASAN

(13)

13 0,008<0,05 yang berarti bahwa Tingkat

Pendidikan mempunyai pengaruh positif

yang signifikan terhadap Motivasi kerja. Dengan demikian dapat disimpulkan

Hipotesis pertama diterima. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu (Fahmi, 2000; Abdullah dkk, 2009),

Nilai koefisien regresi untuk variabel Pelatihan diperoleh nilainya sebesar 0,767 bertanda positif dengan nilai t hitung sebesar 4,256 dan sig. 0,000<0,05 yang berarti bahwa Pelatihan mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Motivasi pegawai. Dengan demikian dapat disimpulkan Hipotesis kedua diterima. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu (Fahmi, 2000; Sukiman, 2000),

Nilai koefisien regresi untuk variabel Instrinsic Reward diperoleh nilainya sebesar 0,084 bertanda positif

dengan nilai t hitung sebesar 1,476 dan sig. 0,000<0,05 yang berarti bahwa Instrinsic Reward mempunyai pengaruh positif yang signifikan terhadap Motivasi pegawai. Dengan demikian dapat disimpulkan Hipotesis ketiga diterima. Hasil temuan penelitian ini sejalan dengan penelitian terdahulu (Maria, 2010; Supri, 2008)

F. PENUTUP

1. Kesimpula

n

Hasil pengujian hipotesis dan pembahasan yang telah dilakukan pada

Bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan berikut ini :

1. Tingkat Pendidikan berpengaruh positif signifikan terhadap Motivasi Kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah. Dengan semakin meningkatnya pendidikan pegawai dapat meningkatkan keahlian, pengetahuan dan perubahan sikap sehingga motivasi kerja pegawai meningkat pada Badan Kepegawaian Daerah.

2. Pelatihan berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi kerja pada Badan Kepegawaian Daerah. Dengan adanya pelatihan yang diberikan kepada pegawai dalam melaksanakan tugasnya maka akan meningkatkan motivasi kerja pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah.

3. Instrinsic Reward berpengaruh positif

signifikan terhadap motivasi kerja pada Badan Kepegawaian Daerah. Dengan adanya instrinsic reward yang diberikan oleh pimpinan kepada pegawainya akan meningkatkan motivasi kerja pada Badan Kepegawaian Daerah.

2. Implikasi

a. Implikasi Teoritis

(14)

14 sebagai acuan untuk riset-riset

mendatang.

b. Implikasi Praktis

Agar dapat digunakan Badan

Kepegawaian Daerah untuk

merencanakan program profesional dan praktek manajemen untuk mendorong

pekerjaan yang berkualitas dalam menciptakan tata kelola pemerintahan

yang baik.

G. DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Fabrizal, Meizi. (2006). Pengaruh Pelatihan dalam Tangka PeningkatanKeterampilan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Dosen pada Jurusan Administrasi Bisnis Poltek Negeri Pontianak.

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta Rineka Cipta.

Arsi, Tiaruddin. (2011). Pengaruh keadilan distributif, dukungan organisasi dan reward terhadap komitmen organisasi pada Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Kerinci.

Badros, Basir. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia, Suatu Pendekatan Makro, Bumi Aksara, Jakarta.

Blakely, G L., Andrews, M C & Fuller, J. (2003). Are Chameleons Good Citizens? A Longitudinal Study Of The Relationship Between Self monitoring And Organizational Citizenship Behavior. Journal of Business and Psychology, Vol. 18, No. 2.

Danim, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia, Bumi Aksara Jakarta.

Dessler, Gery. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia . 9th ed. Jilid 1. PT. Indeks, Jakarta. Djatmiko, Yayat Hayati. (2005). Perilaku Organisasi. Bandung : CV. Alfabeta.

Djokosantoso, Moeljono. (2005). Budaya Organisasi dalam Tantangan. Elex Media Komputindo, Jakarta

Dubrin Andrew J., (2005). Leadership (Terjemahan), Edisi Kedua, Prenada Media, Jakarta. Fahmi, Fitri. (2000) Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Serta Promosi Jabatan Terhadap

Motivasi Kerja Di Pertamina APEP Kamojang. Journal of Proceeding of The 5th Inaga Annual Scientific Conference & Exhibitions. Yogyakarta.

Fattah Nanang. (2001). Landasan Manajemen Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Ghozali, Imam., 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.

Gibson, James L John. (2002). Manajemen Organisasi : Perilaku. Struktur, Proses, Edisi ke-5, Erlangga Jakarta.

Gujarati, D. 2003. Ekonometrika Dasar. Cetakan Keenam. Jakarta : Erlangga

Handoko T. Hani (2002). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. Edisi II. Cetakan keempat Belas. Penerbit BPFE.

Hasibuan, Melayu S.P. (2007). Manajemen Sumber Daya Manusia, Edisi Revisi Jakarta : Bumi Aksara.

Hermanto. (2005). Analisis Pengaruh Pelatihan, Pendidikan dan Pembinaan Karyawan Terhadap Kinerja Pegawai Kantor Sekretariat Kabupaten Sorong. Jurnal Aplikasi Manajemen. Vol.3. No. 2.

(15)

15 Irianto, J. (2001). Isu-isu Strategis Pengembangan Sumber Daya Manusia. Surabaya : Insan

Cendikia.

Kuncoro, Mudrajad. (2003). Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta : Erlangga Leon C. Nengginson (1981), Performance Appraisal.

Luthans, Fred. (2006), Perilaku Organisasi. Yokyakarta.

Maholtra, N.K., 1993. Marketing Research. 4th ed. Prentice Hall. New Jersey.

Mangkunegara, Prabu. (2004). Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Manullang. (1981), Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta. Salemba.

Marco Van Herpen, Kees Cools, and Mirjam Van Praag, KYKLOS, Vol. 59 – 2006 – No. 3,

441–459, 2006 Blackwell Publishing Ltd.

Maslow, Abraham H., (1954), Motivation And Personality, Harper & Row Publiser, New Yor Moekijat. (2002). Dasar-Dasar Motivasi. Bandung : CV. Pionir Jaya.

Moenir. (2002). Pendekatan Organisasi dan Manajemen terhadap Pembinaan Pegawai. PT. Gunung Agung. Jakarta.

Nawawi. H. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis yang Kompetitif, Cetakan Kedua, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Nitisemito, Alex S. (1996). Manajemen Personalia, Jakarta : Ghalia Indonesia

Notoatmojo, Soekijo. (2003). Organisasi Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. PT. Gunung Agung Jakarta.

Redja Mulyaharjo. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia dalam Organisasi. Pt. Gramedia Pustaka Utama Jakarta.

Rivai. (2005). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan. PT. raja Gravindo Persada, Jakarta.

Robbins, Stephen P. (2003). Perilaku Organisasi. Jilid I, Ahli bahasa oleh Tim Indeks. Penterjemah A. Hanyana Pudjaamaja dan Benyamin Molan. Jakarta. Prenhalindo.

Sedarmayanti. (2003). Sumber Daya Manusia dan Produktivitas Kerja. Ilham Jaya. Bandung. Sculler, Randal S., Jackson, Susan E., (1997), Manajemen Sumber Daya Manusia, Erlangga,

Jakarta.

Siagian, Sondang P. (2002). Organisasi Kepemimpinan Dan Perilaku Administrasi, PT. Gunung Agung, Jakarta.

Simamora. Henry. (1999). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : STIE YKPN Siswanto. (2002). Manajemen Modern, Konsep dan Aplikasi. Bandung : Sinas Maju. Smith, Andrew., (2006). Psychology. Scott, Foresman & Company

Soetjipto, (2007). Pengaruh Faktor Pendidikan,Pelatihan, Motivasi dan Pengalaman KerjaTerhadap Kinerja Kepala Desa. Journal Aplikasi Manajemen. Volume 5. Nomor 1. Sugiyono, 2003, Metode Penelitian Administrasi, Alfabeta, Bandung

Supriyanto, (2008), Metodologi Riset Bisnis, Universitas Bandar Lampung, Jakarta, PT. Indeks.

Susanto Sukiman. (2002). Pengaruh Pelatihan, motivasi kerja,dan kompesasi terhadap kinerja pegawai dilingkungan Sekretariat Daerah Kabupaten Bangkalan.

Gambar

Tabel 2 Jumlah Pegawai Menurut Pelatihan yang telah diikuti
Tabel 3 Hasil Uji Reliabilitas Variabel Penelitian
Tabel 5 Hasil Uji Multikolinearitas
Tabel 7 Ringkasan Hasil Analisis Regresi Linear Beganda

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara dominan indeks plastis itas tanah pada lahan yang ditanami kopi, teh dan hortikultura termasuk kriteria rendah serta

Faktor yang di mempengaruhi kepuasan mahasiswa sebagai pelanggan dalam sebuah institusi pendidikan terutama di Univeritas Dian Nuswantoro, antara lain: faktor. comfort

Pengolahan data merupakan kegiatan lanjutan setelah pengumpulan data. 103) analisis data merupakan upaya pengolahan data yang sudah tersedia dengan statistik dan dapat

Jika ada beberapa buku yang dijadikan rujukan ditulis oleh orang yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama maka tahun penerbitan diikuti oleh huruf a, b, c,

Untuk terapi relaksasi indera pada ruang single body spa dimasukan inner court atau taman dalam untuk tanaman beraroma sehingga merelaksasi indera penciuman. Untuk

Pada aplikasi Belajar Aksara Sunda ini terdapat fitur-fitur utama yang digunakan untuk membantu siswa belajar aksara sunda,

B.VI.1 Pengadaan Alat Peraga Pembelajaran Bahasa Sekolah Dasar Kota Sungai Penuh (30 Sekolah) 1 Paket Kecamatan Sungai Penuh 316.500.000 Luncuran DAK 2011 3.a.4. B.VI.2

(1) Setiap orang atau penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang mengakibatkan pencemaran dan perusakan lingkungan hidup wajib melakukan penanggulangan pencemaran