• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. IiASIL DAN PEMBARASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "V. IiASIL DAN PEMBARASAN"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

V. IiASIL DAN PEMBARASAN

5.1. Daya Dukung Lahan

Metode Bayliss-Smith dengan faktor koreksi p dan k digunakan untuk menganalisis besarnya daya dukung lahan pada bagian huh, tengah dan hilir kawasan DAS Tiworo. Sebelum menggunakan rumus tersebut, dilakukan perhitungan- perhitungan sebagai berikut:

5.1.1. Luas lahan yang ditanami tanaman pangan dan produksinya

Luas lahan rata-rata yang ditanarni penduduk untuk komoditi jagung adalah 0,61 ha untuk bagian hulu kawasan DAS, bagian tengah seluas 0,56 ha untuk dan 0,71 ha untuk bagian hilir kawasan DAS. Luas lahan rata-rata tanaman kacang kacangan adalah 0,35 ha untuk bagian hulu,0,49 ha untuk bagian tengah dan 0,53 ha untuk bagian hilir. Luas rata-rata untuk sayuran adalah 0,02 ha untuk bagian huiu, 0,04 ha untuk bagian tengah dan 0,08 ha untuk bagian hilir. Luas rata-rata untuk ubi kayu bagian hulu adalah 0,12 ha, 0,14 ha untuk bagian tengah dan 0.19 untuk bagian hilir. Luas lahan rata-rata yang ditanami oleh penduduk untuk padi sawah sebesar 0,69 ha Hanya ditanami pada desa Lawada yang terletak di bagian tengah kawasan DAS, sedangkan padi ladang hanya ditanam pada Kelurahan Dana yang terletak di bagian hulu kawasan DAS dengan luas lahan rata-rata 0,95 ha.

Berdasarkan angka-angka konversi Soedanno dan Sediaoetama (1977) daZam Manik (1988) dan neraca bahan makanan oleh DepKes

RI

(1983), maka produktivitas lahan di daerah penelitian dalam ha1 ini produksi bersih (netto) dapat dilihat pada Tabel 9, 10 dan 1 I .

(2)

Tabel 9 Jumlah Produksi Jenis Tanaman Pangan Desa-Desa Contoh Bagian Hulu Kawasan DAS Tiworo

Nama Desa/ Produksi Tanaman (kkal)

No Kelurahan Padi Jagung Kacang- Umbi- Sayuran Jumlah

Kacangan Umbian w a l ) 1 Latugllo 0 2,211,404 63 1,900 347,067 22,528 3,212,899 2 Lakanaha 0 1,898,052 678,760 0 0 2,576,8 12 3 Barangka 0 1,557,790 553,800 384,533 34.540 2,530,663 4 Sawerigadi 0 1,201,980 426,000 192,400 23,540 1,843,920 5 Dana 1,122,640 4,544,800 123,540 0 94,160 5,885,140 Jumldl 1,122.640 11,414,026 2,414,000 924,000 10,244,902 16,049,434 Rata-Rata 224,528 2,282,805 482,800 184,800 34,954 3,209,887 Tabel 10. Jumlah Produksi Jenis Tanaman Pangan Desa-Desa Contoh Bagian

Tengah Kawasan DAS Tiworo

Nanla Desa/ Produksi Tanaman (kkal)

No Kelurahan Padi Jagung Kacang- Unlbi- S a y r a n Jlunlah

Kacangan Umbian ) 1 Ondoke 0 2,815,783 639,000 458,066 33,880 3,944,729 2 Nihi 0 1,831,873 639,000 457,3 13 49,720 2.977,907 3 Konawe 0 1,851,807 545,280 935,200 47,564 3,379,85 1 4 Wuna 0 3,127,540 1,150,200 0 45,320 4,323,060 5 Lawada 4,684,800 1,969.4 13 688,700 0 163,900 7,506,s 13 Jumlah 4,684,800 11,596,416 3,662,180 1,850,579 340,384 22,134,359 Rats-Rata 936,960 2,3 19,283 732,436 370,116 68,077 4;426,872

Tabei 11. Jumlah Produksi Jenis Tanaman Pangan Desa-Desa Contoh Bagian Hilir Kawasan DAS Tiworo

Nama Desd Produksi Tananlitn (kkal)

No Kelurahan Pa& Jagung Kacang- Umbi- Sayuran Jumlah

Kacangan Umb~an (kkal)

1 Lasama 0 1,130,220 481,380 289,707 40,260 1,94 1,567 2 Tlworo 0 2,152,800 968,320 1,768,666 148,060 5,037,846 3 Waumere 0 2,114,927 1,610,280 303,893 136,180 4,165,280 4 Gudi 0 2,499,640 1,038,020 1,059,520 161,480 4,758,660 5 Sidamangura 0 1,911,606 1,038,020 948,906 240,680 4,139,212 Jumlah 0 9,809,193 5,136,020 4,370,692 726,660 20,042,564 Rata-Rata 0 1,961,839 1,027,204 874,138 145,332 4,008,513

(3)

Tabel 9, 10 dan 1 1 . menunjukkan bahwa rata-rata produksi di desa-desa contoh bagian hulu dan setara kalori adalah sebesar 3.209.887 kkal tiap kepala keluarga petani setiap tahun, di bagian tengah sebesar 4.426.872 kkd setiap kepala keluarga per tahun dan di bagian hilir sebesar 4.002.030 kkal setiap kepala keluarga per tahun.

Untuk desa-desa bagian h u h kawasan DAS sumbangan produksi tertinggi adalah jagung, kemudian kacang-kacangan dan umbi-umbian. Pada bagian hulu tersebut produksi padi hanya berasal dari kelurahan Dana. Sedangkan untuk desa- desa bagian tengah kawasan DAS sumbangan produksi yang tertinggi adalah jagung kecuali desa Lawada, yang menyumbangkan produksi yang tertinggi berasal dari padi. Untuk desa-desa bagian hilir pada kawasan DAS sumbangan produksi tertinggi juga berasal dari jagung.

Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa produksi tanaman pangan yang dinyatakan setara kilo kalori yang tertinggi terdapat pada kawasan DAS bagian tengah. Hal ini disebabkan secara teknis salah satu desa di kawasan DAS bagian tengah menanam tanaman padi sawah seluas 50 ha. Desa Lawada yang merupakan desa yang terletak dibagian tengah yang menanam tanaman padi sawah pada lahan sawah yang beririgasi teknis. Luas lahan rata-rata yang ditanami oleh penduduk untuk padi sawah sebesar 0,69 ha dengan rata-rata produksi 2.203 tonha. Sedangkang produktivitas jagung yang paling tinggi terdapat di desa Ondoke sebesar 2.128 kg/ha/th

Semakin Iuas lahan yang diusahakan cenderung meningkatkan produksi asalkan didukung dengan ketersediaan unsur hara yang cukup di dalam tanah.

(4)

Menurut Sitorus (2000) untuk mengembangkan pertanian pada dasarnya ditentukan oleh kecocokan antara sifat fisik ligkungan yang mencakup iklim, tanah, terrain yang terdiri dari lereng, topografi (bentuk wilayah), hidrologi dan persyaratan penggunaan lahan atau persyaratan tumbuh tanaman. Disamping faktor fisik lahan sebagai faktor pembatas dalam penentu produktivitas lahan juga ditentukan oleh penerapan teknologi atau aspek pengelolaan lahan tersebut. Suatu iahan yang diberikan input teknologi yang sesuai akan mampu meningkatkan produktivitas lahan tersebut.

5.1.2. Tingkat Konsumsi Minimum dalam Menu Penduduk dari Jenis Tanaman Pangae

Konsumsi minimum adalah jumlah kalori yang dikonsumsi oleh masyarakat dari jenis tanaman pangan yang ditanam di lahan pertmian baik lahan sawah maupun lahan tegalan. Sernakin banyak jenis tanaman yang dikonsumsi oleh rnasyarakat maka semakin tinggi konsumsi minimum masyarakat. Konsumsi minimum juga ditentukan oleh banyaknya jumlah anggota keiuarga dalam rumah tangga, kebiasaan makan, tingkat pendapatan keluarga dan umur. Semakin banyak jumlah anggota keluarga dalam satu rumah tangga maka konsumsi pangan akan semakin tinggi. Tinggi rendahnya konsumsi minimum dalam masyarakat akan mempengaruhi besar kecilnya daya dukung lahan. Semakin rendah konsumsi minimum masyarakat maka daya dukung lahan akan semakin tinggi dan sebaliknya.

Hasil wawancara langsung dengan petani sampel untuk mengetahui tingkat konsumsi minimum untuk masing-masing jenis tanaman pangan dapat dilihat pada Tabel 12, 13 dan 14.

(5)

Tabel 12.

Tingkat konsumsi dalarn Menu Penduduk Desa-Desa Contoh Bagian Hulu Kawasan DAS Tiworo

Nama Jumlah Konsumsi

Tingkat Konsumsi Minimum untuk Jenis Tanaman yang

Jumlah

Konsumsi

No.

Desal Kalori dalam

ditanam

(%

I Tahun)

anggota

Kalori

Kelurahan Menu Penduduk

Padi

Jagung Umbi-

Sayuran Kacang-

Jumlah keluarga

Per kapita

(kkalnahun)

Umbian

Kacangan

(Jiwa)

(kkallHari)

1

Latugho

3,759,213 27.2 53.3 7.8 5.5 0.8 94.6 5.13 2,284 2

Lakanaha

3,178,817 20.4 66.4 2.5 5.6 0.6 95.5 4.8 2,026 3

Barangka

3,087,665 30 6 53.9 4.4 6.4 0.3 95.6 4.8 1,976 4

Sawerigadi

2,636,838 21.1 61.1 5.5 7.3 0.4 95.4 5.5 2,054 5

Dana

3,204,269 44.3 44.4 1.9 6.4 0.3 97.3 4.93 1,897

Jumlah

15,866,801 143 60 279.10 22.10 31.20 2.40 478.40 25.16 10,237

Rata-Rata

3,173,360 28.72 55.82 4.42 6.24 0.48 95.68 5.03 2,047

Tabel 13. Tingkat konsumsi dalam Menu Penduduk Desa-Desa Contoh

Bagian

Tengah Kawasan DAS Tiworo

Nama Jumlah Konsumsi Tingkat Konsumsi Minimum Untuk Jenis Tanarnan yang Jumlah

Konsurnsi

No.

Desal Kalori Dalam

ditanam

(%

I

Tahun)

anggota

Kalori

Kelurahan Menu Penduduk

Padi

Jagung Umbi-

Sayuran Kacang-

Jumlah keluarga

Per kapita

(kkalnahun)

Umbian

Kacangan

(Jiwa)

(kkallHari)

1

Ondoke

3,431,450 39.6 47.4 3.4 4.5 0 6 95.5 4.6 2,141 2

Nihi

2,604,197 18.5 62.7 6.3 6.8 0.2 94.5 4.69 1,541 3

Konawe

3,183,500 23.6 56.2 9.1 6.2 0.4 95.5 5 1,851 4

Wuna

3,024,860 23.2 58.6 6.4 7.3 0.4 95.9 5.27 1,740 5

Lawada

4,312,947 75.2 17 1.9 5 0.8 99.9 5.67 2,224

Jumlah

16,556,955 180.10 241.90 27.10 29.80 2.40 481.30 25.23 9,498

Rata-Rata

3,311,391 36.02 48.38 5.42 5.96 0.48 96.26 5.05 1,900

(6)

Tabel 14. Tingkat konsumsi dalam Menu Penduduk Desa-Desa Contoh Bagian

Hilir

Kawasan DAS Tiworo

Nama Jumlah Konsumsi Tingkat Konsumsi Minimum Untuk Jenis Tanaman yang Jumlah Konsumsi

No. Desal Kalori Dalam ditanam (% 1 Tahun) anggota Kalori

Kelurahan Menu Penduduk Padi Jagung Umbi- Sayuran Kacang- Jumlah , keluarga Per kapita

(kkairahun) Umbian Kacangan (Jiwa) (kkal1Hari)

1 Lasama 2,050,102 30.8 49.9 6.7 6.6 1.8 95.8 4.13 1,466 2 Tiworo 2,435,700 31.9 48.7 6.7 5.7 0.8 93.8 4.25 1,622 3 Waumere 3,412,237 31.6 50.9 5.8 4.9 0.8 94 5.63 1,858 4 Guali 3,663,482 29.6 53.1 8.1 5.7 0.4 96.9 5.06 2,138

5

Sidamangura 3,754,869 27.4 54.5 8 6.1 0.5 96.5 5.67 1,931 Jumlah 15,316,390 151.30 257.10 35.30 29.00 4.30 477.00 24.74 9,014 Rata-Rata 3,063,278 30.26 51.42 7.06 5.80 0.86 95.40 4.95 1,803

(7)

Berdasarkan Tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pada desa-desa bagian huh, ternyata jagung merupakan sumber kalori yang utama /terbesar dalam menu penduduk sebesar 55,82%. Pada desa-desa bagian tengah jagung merupakan sumber kaIori yang terbesar yaitu 48,38%, kecuali desa Lawada dimana sumber kalori yang terbesar berasal dari beras yaitu 75,2% sedangkan jagung h n y a sebesar 17% Untuk desa-desa bagian hilir, jagung merupakan sumber kalori yang utama dalam menu penduduk yaitu sebesar 51,42%.

Pada hampir semua bagian kawasan baik hulu, tengah maupun hilir, jagung merupakan konsumsi bahan pangan dominan masyarakat. Hal ini disebabkan oleh kebiasaan mengkonsumsi jagung sebagai bahan makanan pokok. Hal ini berbeda dengan daerah Jawa Barat dimana konsumsi penduduk berasal dari beras sebesar 70 - 80% (Agustono,l984). Hal serupa juga dinyatakan oleh Soedarma dan Sediaoetarna (1979) JaZm Karen (1988), dimana konsumsi penduduk di pedesaan masih didasarkan pada sumber kalori yang berasal dari pertanian terutama yang besarnya berkisar antara 70 - 80%. Beras menjadi sumber kalori dari bahan pertanian terutama pada daerah-daerah Jawa dan Sumatera karena secara umum masyarakat mengkonsumsi b a a s sebagai kebutuhan makanan pokok Sumbangan t anaman pangan dalam menu penduduk yaitu 95,6S0/o untuk bagian huh, 96,26% untuk bagian tengah dan 95,40% untuk bagian hilir.

Dari hasir tersebut dapat &lihat bahwa jagung merupakan konsumsi minimum yang paling tinggi dibandingkan beras karena secara umum makanan pokok masyarakat lokal &I kabupaten Muna kebutuhan berasal dari jagung. Berbeda halnya pada desa Lawada dimana konsumsi minimum yang tertinggi adalah beras. Hal ini

(8)

karena desa tersebut merupakan desa transmigrasi dan sebagian besar penduduknya merupakan pendatang dari daerah Jawa, Bali dan NTB yang makanan pokoknya berasal dari beras dan jagung

5.1.3. Faktor Koreksi p dan k

Faktor koreksi p dan k terhadap besarnya daya dukung yang diperoleh dapat menggambarkan/menjelaskan bahwa di dalam desa tersebut ada penduduk yang berprofesi bukan

-

petani serta adanya konsumsi dlluar sektor pertanian. Besarnya nilai p ditentukan jumlah penduduk desa yang bermata pencaharian dan jumlah penduduk yang bermata pencaharian sebagai petani , sedangkan nilai k ditentukan oleh pengeluaran untuk konsumsi di luar sektor pertanian Besarnya nilai p dan k dapat dilihat pada Tabel 15, 16 dan 17 untuk nilai p dan tabel 18, 19, 20 untuk nilai k

Tabel 15, 16 dan 17 rnenunjukkan besarnya nilai p di desa-desa bagian hulu adalah sebesar 1,17 di desa-desa bagian tengah sebesar 1,10 dan di bagian hilir

sebesar 1,1 I . Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai p berarti jumlah penduduk yang mempunyai mata pencaharian sebagai petani semakin sedikit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa desa-desa bagan tengah kawasan DAS mempunyai penduduk dengan jumlah petani yang lebih banyak kemudian diikuti bagian hilir dan bagian hulu

Proporsi jumlah petani di suatu daerah mengindikasikan bahwa seberapa jauh penggunaan lahan di wilayah tersebut. Penggunaan Iahan untuk berbagai kegiatan tergantung pada sumberdaya manusia yang mengelola lahan tersebut. Pada daerah- daerah yang jumlah penduduknya mayoritas sebagai petani maka kemungkinan besar

(9)

Tabel 15. J d a h Penduduk yang Bem~atapencal~arian d m Besamya Faktor Koreksi p Desa-Desa Contoh Bagian Hulu Kawasan DAS Tiworo Nama Desal lumbh Penduduk Mats pencaharian hhta Pencaharian

KeIuralmn Penduduk yang Bermata-

No di Luar Tani Nilai

tiiwa) pencaharian Jiwa % Jixva

O h (Tim-) 1 Lati~gho 1641 423 370 87.5 53 12.5 1.14 2 Lakanal~a 1028 417 387 92.8 30 7.2 1.08 3 Barangka 870 256 186 72.7 70 27.3 1.38 4 Sawerigadi 1362 552 496 89.9 56 10.1 1.11 5 Dana 2405 428 378 88.3 50 11.7 1.13 Jumlali 7306 2076 1817 431.1 259 68.9 5.84 Rata-Rata 1461.2 415.2 363.4 86.2 51.8 13.8 1.17

Tabel 16. Jurnlah Pe~lduduk yang Bennatapencaharian clan Besarnya Faktor Koreksi p Desa-Desa Contoh Bagian Tengah Kawasan DAS Tiworo Nanxa Desaf Junlah Penduduk Mata PencahNiai U z L i Pencaharian

Kelurahan Pendudrrk yang Bermata- Tani di Luar Tani

. No Nilai p

(jixva) pencaharian (Jiwa) ('%) (Jiwa) (%) Uiwa) - 1 Ondoke 898 309 289 93.5 20 6.5 1.07 2 Nihi 911 215 182 84.7 33 15 3 1.18 3 Konawe 1758 3 76 326 86.7 50 13.3 1.15 4 Wuoa 666 299 280 93.6 19 6.4 1.07 5 tawada 945 247 242 98.0 5 2.0 1.02 Jun~lah 5 178 1446 1319 4565 127 43.5 5.49 Rata-Fbta 1.035.6 289.2 263.8 91.3 25.4 8.7 1.10

Tabel 17. Jurnlah Penduduk yang Bennatapencaharian dan Besarnya Faktor

Koreksi p Desa-Desa Contoh Bagiau Hilir Kawasan DAS Tiwvoro Nama Desa/ Jumlah Penduduk Mala Pencaharian Mata Pencaharian

Kelurahan Penduduk yang Bermata- Tani di Luar Tani

No Nilai p

(jiwa) pencaharian (Jiwa) (%I (Jiwa) (%)

(Jiua) I Lasirna 715 180 I65 91.7 15 8.3 I .09 2 Tiworo 932 424 394 92.9 30 7.1 1.08 3 Waumere 5 90 137 108 78.8 29 21.2 1.27 4 Guali 1420 580 559 96.4 2 1 3.6 1.04 5 Sidamangura 1897 756 712 94.2 44 5.8 1.06 Jumlah 5554 2077 1938 454.0 139 46.0 5.53 Rata -Itita 1110.8 415.4 387.6 90.8 27.8 9.2 1.11

(10)

Tabel 18. Jurnlah Pengeluaran Konsumsi dan Besarnya Faktor Koreksi k Desa- Desa Contoh Ba.gian hulu Kawasan D A S T i w o r o

Jurnlah Pengeluaran Pengeluaran Nama Desal pengeluaran Konsurnsi konsumsi dari

.

--

Kelurahan (RplKWTahun) di luar sektor sektor Pertanian Nilai pertanian (R p/KK/Tah un) k

I Latugho 2,531,472 1,357.652 1.1 73,820 0.86 2 Lakanaha 1.773.912 1,029.845 744.067 0.72 3 Barangka 1.810.710 f ,059.570 751.140 0.71 4 Sawerigadi 1,456,372 852,372 604,000 0.71 5 Danah 1,705.923 644,390 1.061.533 1.65 Jurnlah 9,278,388 4,943,828 4,334,560 4.65 Rata-rata 1,855,678 988,765 866,912 0.93

Tabel 19. Jumlah Pengeluaran Konsurnsi dan Besarnya Faktor Koreksi k Desa- Desa Contoh Bagian Tengah Kawasan D A S T i w o r o

Jurnlah Pengeluaran Pengeluaran

No. Narna Desal pengeluaran Konsumsi konsumsi dari Nilai Kelurahan (RplKWahun) di luar sektor sektor pertanian k

pertanian (RpIKWa hun)

1 Ondoke 2,494,978 1.444.812 f ,050,167 0.73 2 Lawada 2,126,682 717,215 1,409,467 1.97 3 Nihi 1,27 0,713 761.080 449.633 0.59 4 Wuna 2,411,627 1,512,427 899,200 0.59 5 Konawe 1,991,882 91 7,682 1,074,200 1.17 Jurnlah 10.235.882 5,353.21 5 4,882,667 5.05 Rata-rata 2,047,176 1,070.643 976,533 1.01

Tabel 20. Jumlah Pengeluaran Konsumsi dan Besarnya Faktor Koreksi k Desa- Desa Contoh Bagian hulu Kawasan D A S T i w o r o

Jumlah Pengeluaran Pengeluaran

No. Nama Desal pengeluaran Konsurnsi konsumsi dari Nilai Kelurahan (RpfKWahun) di luar sektor sektor Perlanian k

pertanian (RplKWahun) 1 Lasama 1,740.485 759,585 980,900 1.29 2 Waumere 3,048,467 1,342,733 1.705.733 1.27 3 Tiworo 2,235,658 994,158 1,241.500 1.25 4 Guali 2,447,145 1.036,012 1.411.133 I .36 5 Sidamangura 2,493,312 1,062.778 1.430.533 1.35 Jumlah 1 1,965,067 5,195,267 6,769,800 6.52 Rata-rata 2,393,013 1.039.053 1,353,960 1.30

(11)

penggunaan lahan akan digunakan untuk kegiatan pertanian walaupun secara fisik lahan tersebut cocok untuk kegiatan diluar pertanian

Tabel 18, 19 dan 2 0 menunjukkan besarnya nilai k berturut-turut di desa- desa bagian hulu sebesar 0,93 di desa- desa bagian tengah sebesar 1,01 dan desa- desa bagian hilir sebesar 1,30.

Pengeluaran untuk konsumsi/kebutuhan di luar sektor pertanian meliputi perabot rumah tangga, pendidikan, kesehatan, pajak, pakaian, upacara keagamaan dan lain-lain .Untuk desa-desa pada bagian hulu sebesar Rp. 988.765 per tahun, untuk desa-desa bagian tengah sebesar Rp. 1.070.643 per tahun dan untuk desa-desa bagian hilir sebesar Rp. 1.039.053 per tahun. Apabila pengeluaran untuk konsumsi di Iuar sektor pertanian Iebih lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi disektor pertanian, mengindikasikan bahwa penduduk desa yang bersangkutan lebih makmur dan ini sekaligus akan meningkatkan besarnya daya dukung.

5.1.4. Besarnya Daya Dukung Lahan

Hasil penelitian daya dukung lahan dengan menggunakan Metode Bayliss- Smith dan memasukkan faktor koreksi p dan k dapat dilihat pada Tabel 21, 2 2 dan 23 dan Gambar 2.

Dari Tabel dan Gambar tersebut terlihat bahwa rata-rata daya dukung lahan untuk desa-desa bagian hulu adalah sebesar 5,75 jiwa/haa untuk desa-desa bagian

tengah sebesar 7,82 jiwa /ha dan desa-desa bagian hilii adalah 9,13 jiwa/ha

Berdasrkan uji Duncan terlihat bahwa besarnya daya dukung lahan pada berbagai posisi letak kawasan tidak berbeda nyata.

(12)

Tabel 21. Daya Dukung Lahan Desa-Desa Contoh Bagian Hulu Kawasan DAS Tiworo

Konsumsi Kebutulian Faktor Falctor Daya dukung Daya

Junlah Konsumsi kalori kalori koreksi koreksi terkoreksi dukung

No Nama D e d produksi minimum per kapita per Kapita P k Mumi

Keltuahan WaI) (%) (kkal) Per Tahun (orangha) (orangha)

(K

cal) 1 Latugho 3,212,899 94.6 2,284 833,627 1.11 0.86 3.99 4.07 2 Lakanaha 2,576,812 95.5 2,026 739,490 1.08 0.72 2.84 3.65 3 Barangka 2,530.663 95.6 1,976 721,240 1.38 0.71 3.60 3.67 4 Sawerigadi 1,843,920 95.4 2,051 749,710 1.11 0.71 2.03 2.58 5 Dana 5,885,140 97.3 1,897 692,292 1.13 1.65 16.29 8.74 Jumlah 16,049,434 478.40 10?236.60 3.736,359.00 5.84 4.65 28.75 22.71 Rata-rata 3,209,887 95.68 2:047.32 717:271.80 1.17 0.93 5.75 4.54 Standar Dmiasi 1.572,019.58 0.99 145.13 52;972.16 0.12 0.41 5.94 2.41 KK (%,) 48.97 1.03 7.09 7.09 10.33 43.82 103.30 53.06

Tabel 22. Daya Dukung Lahan Desa-Desa Contoh Bagian Tengah Kawasan DAS Tiworo

Daya

Konmnlsi Kebutulnn Faktor Faktor dukung D a y

No Jumlah Konsulnsi kalori kalori koreksi koreksi terkoreksi dukung

Nmta Desd produksi minimum per kapita per K a p h per p k Murni

Kelurahan (Mtal) (%) W l ) Tahun @al) (orangha) (orangha)

1 Ondoke 3,946,729 95.5 2,141 781,637 1.07 0.73 4.13 5.29 2 Nihi 2,977,907 94.5 1,541 562,429 1.18 0.59 3.90 5.60 3 K o n a ~ e 3!379,851 95.5 1,851 675,433 1.15 1.17 7.05 5.24 4 Wuna 4,323,060 95.9 1,740 635,173 1.07 0.59 4.48 7.10 5 Lansada 7,506,813 95.2 2,224 81 1,939 1.02 1.97 19.51 9.71 Jumlah 22,134;359 476.60 9:498 3,466,609 5.49 ' 5.05 39.08 32.94 Rata-rata 1,426,872 95,32 1,900 693,322 1 . 1 0 . 1.01 7.82 6.59 Standar Deviasi 1,797,436.19 0.52 283.08 103,324.57 0.07 0.59 6.66 1.90 KK (%) 40.60 0.55 14.90 14.90 5.95 58.12 85.24 28.90 VI N

(13)

Tabel

23,

Daya

Dukung

Lahan Desa-Desa

Contoh

Bagian Hilit Kawasan DAS

Tiworo

Konsumsi

Kebutuhan

Faktor

Faktor

Daya dukung

Daya

Jumlah

Konsumsi

kalori

kalori

koreksi koreksi

terkoreksi

dukung

No

Nama Desal produksi

minimum per kapita

per Kapita

p

k

Murni

Kelurahan

(kkal)

(%)

(kkal)

Per Tahun

(oranglha)

(oranglha)

1

Lasama

1,941,567 95.8 1,466 535,214 1.09 1.29 5.32 3.79 2

Tiworo

5,037,846 93.8 1,622 592,103 1.08 1.25 12.25 9.07

3

Waumere

4,165,280 94 1,858 678,075 1.27 1.27 10.54 6.53 4

Guali

4,727,246 96.9 2,138 780,217 1.04 1.36 8.84 6.25 5

Sidamangura

4,139,212 96.5 1,931 704,643 1.06 1.35 8.71 6.09

Jumlah

20,011,150 477.00 9,014 3,290,252 5.54 6.52 45.66 31.73

Rata-rata

4,002,230 95.40 1,803 658,050 1.11 1.30 9.13 6.35

Standar Deviasi

1,213,448.73 1.43 263.26 96,091.52 0.09 0.05 2.57 1.88

KK (%)

30.32 1.50 14.60 14.60 8.36 3.74 28.15 29.57

(14)

Namun demikian secara rata-rata masing-masing kawasan DAS cenderung berbeda daya dukung lahamya., dimana makin ke hilir daya dukung lahan cenderung semakin besar.

I

D a y dukung lahan

Hulu Tengah Hilir Bagian Kawasan

Gambar 2. Daya Dukung Lahan Rata-Rata Bagian Hulu, Tengah dan Hilir Kawasan DAS Tiworo.

Kawasan DAS bagian hilir memberikan nilai daya dukung yang tertinggi yaitu 9,13 jiwafha, kemudian disusul bagian tengah sebesar 7,82 jiwafha dan yang terendah adalah pada bagian hulu sebesar 5,75 jiwa/ha. Tingginya niIai daya dukung lahan pada bagian hilir kawasan DAS Tiworo diduga akibat tingginya produksi kalori persatuan luas , nilai k lebih tinggi serta nilai p juga tinggi. Hal ini juga dapat dimengerti karena pada bagian hilir DAS, proses geomofik yang dominan adalah sedimentasi/deposisi sehingga bagian tanah yang relatif subur yang tererosi dari bagian hulu dan tengah diendapkan di bagian bawah yang relatif beriopografi datar.

(15)

5.2. Hubungan Kepadatan Penduduk dengan Daya Dukung Lahan

Berdasarkan tabel 24, 25 dan 26 terlihat bahwa kepadatan penduduk pada semua bagian di kawasan DAS baik hulu, tengah maupun hilir belum melebihi nilai daya dukung lahan. Kepadatan penduduk bagian hulu yaitu sebesar 1,57 jiwaha dengan daya dukung lahan sebesar 5,75 jiwaha. Sedangkan kepadatan penduduk bagian tengah dan hilir yaitu masing-masing sebesar 1,33 dan 1,03 jiwa/ha dengan daya dukung lahan masing-masing sebesar 7,82 dan 9 , 1 3 jiwaka. Hal ini nampak jelas terli hat pada Gambar 3

I

B Kepadatan penduduk

/

Ull Kepadatan agraris

1

Hulu Tengah Hilir

!

Gambar 3 . Kepadatan Penduduk, Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan Rata-rata pada Bagian Hulu, Tengah dan Hilir kawasan DAS Tiworo. Hal ini menunjukkan bahwa di daerah penelitian untuk bagian hulu, tengah

dan hilir daya dukung lahan belum terlampaui oleh kepadatan penduduk yang ada sekarang, sehingga penambahan penduduk masih dimungkinkan di tiga bagian kawasan tersebut dengan syarat tidak melebihi daya dulcvng lahan yang ada.

(16)

Tabel 24. Kepadatan Penduduk, Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan Bagian Hulu Kawasan DAS Tiworo

Daya No Narna Desal Luas Luas Lahan Jurnlah Kepadatan Kepadatan Dukung

Kelurahen Desa Tanarnan Pangan Penduduk Penduduk Agraris Lahan (ha) (ha) (Jiwa) (Jiwalha) (Jiwalha) (Jiwalha)

1 Latugho 993 146 1641 1.65 11.24 3.99 2 Lakanaha 375 1 123.5 1028 0.27 8.32 2.84 3 Barangka 322 82 870 2.70 10.61 3.6 4 Sawerigadi 960 204 1 362 1.42 6.68 2.03 5 Dana 1328 806 2405 1.81 2.98 16.29 Jurnlah 7354 1361.5 7306 7.86 39.83 28.75 Rata-rata 1470.8 272.3 1461.2 1.57 7.97 5.75

Tabel 25. Kepadatan Penduduk, Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan Bagian Tengah Kawasan DAS Tiworo

Daya No Nama Desal Luas Luas Lahan Jurnlah Kepadatan Kepadatan Dukung

Keturahan Desa Tanaman Pangan Penduduk Penduduk Agraris Lahan (ha) (ha) (Jiwa) (Jiwalha) (Jiwalha) {JIwaJha)

1 Ondoke 497 74.5 898 1.81 12.05 4.13 2 Lawada 2000 100 1758 0.88 17.58 19.51 3 Nihi 1000 11 7 91 1 0.91 7.79 3.9 4 Wuna 31 3 146 666 2.13 4.56 4.48 5 Konawe 1916 250 1758 0.92 7.03 7.05 Jumlah 5726 687.5 5991 6.64 49.01 39.07 Rata-rata 1145.2 137.5 11 98.2 1.33 9.80 7.81 4

Tabel 26. Kepadatan Penduduk, Kepadatan Agraris dan Daya Dukung Lahan Bagian Hilir Kawasan DAS Tiworo

Daya Nama Desal Luas Luas Lahan Jurnlah Kepadatan Kepadatan Dukung

Kefurahan Desa Tanaman Pangan Penduduk Penduduk Agraris Lahan (ha) (ha) (Jiwa) (Jiwalha) (Jiwalha) (Jiwalha)

1 Lasama 1754 60 71 5 0.41 11.92 5.32 2 Waumere 61 0 188.5 590 0.97 3.13 10.54 3 Tiworo 950 229.75 932 0.98 4.06 12.25 4 Guali 856 271 1420 1.66 5.24 8.84 5 Sidarnangura 1707 1 73 1897 1.1 1 10.97 8.71 Jurnlah 5877 922.25 5554 5.13 35.31 45.66 Rata-rata 11 75.4 184.45 1110.8 1.03 7.06 9.13

(17)

Apabila penambahan penduduk baik akibat pertumbuhan penduduk setempat maupun tambahan dari program transmigrasi melebihi daya dukung lahan, maka tingkat kerusakan terhadap lingkungan semakin tinggi terutama penggundulan hutan dan pembukaan lahan-lahan yang kritis serta eksploitasi sumberdaya alam akan semakin meningkat. Penambahan penduduk terutama penduduk yang berprofesi sebagai petani harus diarahkan pada kawasan budidaya yang cocok untuk kegiatan pertanian temtama pada bagian hilir dan tengah. Oleh karena itu pemerintah daerah dalam mengarahkan penempatan penduduk dalam pemanfaatan ruang &I kawasan DAS harus memperhatikan besarnya daya dukung lahan di kawasan tersebut

5.3. Keragaman Sifat-Sifat Fisik dan Kimia Tanah di kawasan DAS Tiworo Hasil perhitungan nilai tengah (x), standar deviasi (s) dan koefisien keragaman (KK) dari masing-masing sifat fisik dan sifat kimia tanah yang diujikan tertera pada Lampiran 3. Masing-masing kawasan DAS dinyatakan seragam (honzogeneozrs) dalam sifat tanah yang diujikan apabila koefisien keragaman sama dengan atau kurang dari 33%. Selanjutnya dalarn penilaian keragaman ini digunakan kriteria pengkelasan keragaman yang dikemukakan oleh Sitorus (1999), yaitu sangat rendah ( F X < 16%), rendah (KK >16 - 33%), sedang O(K > 33 - 66%) dan tinggi (KK > 66%). Hasil pengelompokan sifat sifat fisik dan kimia tanah pada ketiga bagian kawasan DAS Atas dasar pengkelasan tersebut tertera pada Tabel 27.

Tabel 27. menunjukkan bahwa pada ketiga bagian kawasan DAS koefisien keragaman sifat kimia tanah lebih beragam kecuali pH.

(18)

Tabel 27. Tingkat Keragaman Beberapa SiFat Tanah pada Bagian Hulu, Tengah dan Hilir Kawasan DAS Tiworo

Kelas Keragaman Sangat rendah Rendah

Sedang

Keterangan:

KK < 16% kategori sangat rendah KK r 16 - 33 Oh kategori rendah KK 33 - 66 % kategori sedang

KK 7 66 % kategori tinggi ( Pengkelasan Menurut Sitorus (1983) dalarn

Sitorus,ef a/. (1999)).

Sifat fisik dan kima tanah kawasan DAS bagian

P- tersedia, KTK, PH

I

Tinggi

Untuk sifat fisika tanah keragamannya lebih rendah. Rendahnya tingkat Hulu

pasir, liat, kejenuhan basa

keragaman pH di daerah kawasan DAS diduga karena jenis tanahnya didominasi Podsolik Merah Kuning dengan tingkat kernasaman yang tinggi atau pH rendah

pasir, liat, P-tersedia, pH

N-Total, K-dapat ditukar, Al-dd, bahan organik

sehingga tingkat homogenitasnya tinggi. Berdasarkan hasil analisis tanah nampak

debu

1

debu

1

iiat, pH

Tengah

N- total

K- dapat ditukar, Al-dd, KTK, bahan organik

bahwa kandungan pH di semua desa pada kawasan DAS tergolong rendah. Berbeda dengan daerah yang mempunyai jenis tanah yang beragam, akan menyebabkan keragaman pH. Hal ini sesuai dengan temuan Campbell (1978) d a l m Sitorus (1998) dalam studi analisis keragaman ditemukan bahwa keragaman pH tanah dari suatu

Hilir

pasir, debu, P-tersedia, KTK, bahan organik

L

tempat bersifat acak dan tidak ada pola perubahan yang dapat diidentifikasikan N-total, Kejenuhan

basa

K-dapat ditukar, Al-dd, kejenuhan basa

(19)

Sebagian besar sifat-sifat tanah di lokasi penelitian baik pada bagian hulu, tengah maupun hilir menunjukkan sifat yang tidak seragam. Sifat-sifat tanah tersebut yaitu kejenuhan basa, KTK (pada bagian tengah dan hilir), bahan organik, Al-dd dan N - total (pada bagian hulu dan tengah). N- total pada bagian hulu dan tengah keragamannya tinggi sedangkan N- total pada bagian hilir keragamannya rendah. Hal ini diduga karena sifat nitrogen yang mudah larut, mobil sehingga apabila ada erosi pada bagian huiu dan tengah maka nitrogen tersebut akan terangkut kebagian hilir sehingga bagian hilir keragaman nitrogen rendah Menurut Manan, e l

at.

(2000) erosi yang tejadi pada kawasan DAS secara rata-rata tergolong n~asih rendah yaitu 19,14 ton/ha/th meskipun ada juga dengan tingkat bahaya erosi sedang seluas 930 ha dan tingkat bahaya erosi berat seluas 300 ha. Erosi yang tejadi seringkali pada bagian hulu dan tengah terutama pada lahan yang pertanian dengan kelerengan diatas 8% serta kondisi lahan yang terbuka. Menurut Areola (1982) dalarn Sitorus (1998) beberapa sifat tanah seperti basa-basa dapat dipertukarkan, kapasitas tukar kation, karbon organik, nitrogen, fosfor dan kalium sangat beragam dalam satuan lahan yang digunakan, sedangkan pH menunjukkan keseragaman yang tinggi.

Menurut Sitorus (1998) keragaman menurut ruang baik secara vertikal maupun lateral sifat-sifat tanah dalam sebidang lahan atau satuan peta tanah sangat menentukan terhadap perencanaan penggunaan lahan dan penentuan berbagai tindakan yang berhubungan dengan aspek pengelolaan pertanian, seperti penggunaan pupuk dan kapur, kebutuhan air irigasi dan sebagainya.

(20)

5.4. Faktor- Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Daya Dukung Lahan di Kawasan DAS Tiworo

Rasil analisis dari berbagai alternatif fbngsi regresi berganda yang terbebas dari mu7tico7i?illearzfy terhadap daya dukung lahan oleh faktor-faktor lingkungan yang diduga berpengaruh diperoteh fungsi regresi berganda terbaik yang menunjukkan koefisien detenninasi ( R ~ ) = 0.96. Setelah diuji, hanya lima peubah yang berpengaruh nyata. Secara matematis, persamaan regresi berganda daya dukung lahan di kawasan DAS Tiworo dapat ditulis sebagai berikut:

Bebas

Y=Dava

1

Konstanta

1

-16.582

1

0.029

Tabel 28. Hasil Analisis Regresi Berganda Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Daya Dukung Lahan di Kawasan DAS Tiworo

L

Keterangan :

*)

berbeda nyata pada taraf 5% (p<0.05) R~ = 0.96

**)

berbeda nyata pada taraf 1% @<0.01) Variabel

Tidak

dukung lahan

Hal ini berarti daya dukung lahan di kawasan DAS Tiworo sangat dipengaruhi B

Variabel Bebas

oleh lima peubah. Kelima peubah yang dimaksud adalah:

Nilai P

XI = Curah hujan bulanan X6 = Persentase luas Iadang desa X7 = Persentase luas sawah desa X9 = Persentase luas ladang desa yang

menerapkan teknologi 0.042 0.112 5.808 0.329 0.006** 0.003** 0.001** 0.0001**

(21)

1). Curah hujan bulanan (XI)

Peubah ini berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap daya dukung lahan Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata curah hujan yang tinggi di kawasan DAS akan meningkatkan daya dukung lahan terutama desa-desa yang mengembangkan padi ladang dan sayuran. Dari hasil tersebut narnpak bahwa dengan penambahan curah hujan bulanan di kawasan DAS sebanyak 1 mrnhulan akan menaikkan daya dukung lahan sebanyak 0 042 orang per hektar.

Hal ini dapat dipaharni karena curah hujan bulanan di kawasan DAS Tiworo cukup rendah bila dibandingkan dengan curah hujan di daerah Jawa Barat dengan curah hujan 300 mmhulan. Menurut hasil penelitian Agustono (1984) di Kabupaten Cianjur dan Karawang Jawa Barat curah hujan yang tinggi pada daerah yang mengembangkan tanaman sayuran dan padi ladang dapat meningkatkan daya dukung lahan.

Menurut Manan, el

a/.

(2000) curah hujan di kawasan DAS Tiworo sangat tidak menentu sehingga menyulitkan dalam perencanaan pertanian terutama pada penentuan waktu tanarn, pengendalian hama penyakit dan gulma serta penerapan pola tanam. Sitoms (200 1) rnengemukakan bahwa curah hujan sebagai bagian dari faktor

iklirn merupakan salah satu faktor yang rnempengaruhi kualitas sumberdaya lahan Tinggi rendahnya curah hujan dalam suatu wilayah akan rnempengaruhi produktivitas lahan

2) Persentase Luas Ladang Desa (X6)

Peubah ini berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap daya dukung lahan

.

Hal ini rnenunjukkan semakin luas ladang yang ada di desa-desa pada kawasan DAS

(22)

Tiworo semakin tinggi daya dukung lahan. Hasil tersebut menunjukkan bahwa penambahan luas ladang di desa sebesar 1% pada kawasan DAS akan menaikkan daya dukung lahan sebanyak 0.112 Orangha. Semakin luas lahan untuk kegiatan perladangan maka total produksi lahan tersebut akan meningkat seiring dengan pemberian input teknologi. Tingginya persentase luas ladang pada desa-desa contoh disebabkan Iahan-lahan di kawasan DAS sebagian besar mempunyai kelerengan antara 04% terutama pada bagian tengah dan hilir kawasan DAS sehingga dengan kemiringan lereng tersebut rnasih cocok untuk ditanami jenis tanaman pangan. Sedangkan pada bagian hulu kawasan DAS persentase Iuas ladang dengan kelerengan 0-8% relatif lebih rendah.

3) Persentase luas sawah desa (X7)

Peubah ini berpengaruh positif dan sangat nyata, serta menghasilkan koefisien regresi yang sangat tinggi terhadap daya dukung lahan. Halini menunjukkan bahwa semakin luas lahan sawah di desa pada kawasan DAS Tiworo semakin tinggi daya dukung lahan. Semakin luas lahan sawah untuk kegiatan persawahan maka total produksi akan meningkat. Dari hasil tersebut nampak bahwa penambahan luas areal persawahan di desa pada kawasan DAS sebesar 1% akan meningkatkan daya dukung lahan sebesar 5.808 orang per hektar. Bila dibandingkan pengamh terhadap daya dukung lahan penambahan persentase lahan sawah dengan persentase lahan ladang di desa terdapat perbedaan yang sangat besar dimana penambahan persentase areal persawahan memberikan tambahan daya dukung yang jauh lebih tinggi. Hal ini dapat terlihat dari kenaikan daya dukung lahan dengan perluasan satu persen lahan sawah di desa besamya 5 1.86 Mi dari penambahan daya dukung lahan apabila dilaksanakan

(23)

penambahan satu persen dari lahan ladang di desa. Desa yang mempunyai lahan sawah dan menanam tanaman padi dengan tingkat produksi yang tinggi mempunyai daya dukung lahan lebih tinggi dibandingkan dengan lahan kering yang menanam palawija.

4) Persentase luas ladang yang menerapkan teknologi (X9)

Peubah ini berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap daya dukung lahan. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan luas persentase ladang yang menerapkan teknologi pertanian akan meningkatkan daya dukung lahan. HasiI analisis regresi menunjukkan dengan penambahan persentase ladang yang menerapkan teknologi pertanian sebesar satu persen akan meningkatkan daya dukung lahan sebesar 0.329 orangha.

Semakin luas persentase Lahan dalam menerapkan teknologi maka tingkat produktivitasnya semakin tinggi. Hal i~ sesuai dengan pernyataan Soewardi (1976)

dafclm Soebijanto (1993) bahwa tingkat penerapan teknologi mempengaruhi produktivitas usahatani Menurut Soehartoyo (1987) perbedaan produktivitas usahatani pada daerah dengan keadaan alam yang relatif sama terutama disebabkan oleh perbedaan teknik bercocok tanam dan jumlah sarana produksi yang diinvestasikan.

5) Kapasitas Tukar Kation (KTK) (XIS)

Peubah ini berpengaruh positif dan sangat nyata terhadap daya dukung lahan Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi niIai KTK tanah pada Iahan di kawasan DAS Tiworo semakin tin& daya dukung lahan Dengan meningkatkan nilai KTK tanah sebesar 1 me/100 g akan meningkatkan daya dukung lahan sebesar 0,817

(24)

orang/ha. peningkatan nilai KTK di dalam tanah akan menyebabkan kemampuan pengikatan dan pertukaran kation-kation di dalam tanah yang lebih besar sehingga unsur hara yang dibutuhkan tanaman dapat lebih tersedia.

Dengan demikian pertumbuhan tanaman menjadi lebih baik. Pertumbuhan tanaman yang baik akan menyebabkan produksi tanaman meningkat

5.5. Analisis Optimasi

Hasil analisis optimasi dengan menggunakan analisis program linier disajikan pada Tabel 29.

Tabel 29. Hasil Analisis Optimasi Produksi Tanaman Pangan Desa-Desa Contoh pada Kawasan DAS Tiworo (kkal)

Hasil analisis program linier menu jukkan bahwa nilai potensial produksi maksimum (2) tanaman pangan dalam kilo kalori adalah sebesar

(25)

8.383 -53 8.829,9 kkal. Sementara itu produksi tanaman pangan dalam kilo kalori yang diperoleh sekarang ini hanya mencapai 58.226.357 kkal. Apabila dibandingkan antara produksi tanaman pangan hasil analisis program linier dengan produksi tanaman pangan yang ada sekarang maka terdapat sisa kapasitas produksi tanaman pangan sebesar 7.801.275.472,9 kkal. Dengan demikian besarnya kenaikan produksi dalam kilo kalori yang dapat dicapai pada kondisi produksi maksimum sebesar 133,98 kali jumlah produksi tanaman pangan yang ada saat ini.

Secara umum sebaran penggunaan lahan di kawasan DAS Tiworo berdasarkan analisis program linier menunjukkan bahwa hampir semua penggunaan lahan yang sesuai akan memberikan produksi dalam kilo kalori yang optimal apabila lahan yang sesuai ditanami dengan jagung, kecuali didesa Lawada hams ditanami dengan padi sawah. Hal ini juga didukung oleh tingkat konsumsi masyarakat terhadap jagung yang tinggi. Tingginya konsumsi tersebut disebabkan masyarakat Kabupaten Muna secara umum mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok. Sedangkan pada desa Lawada secara umum masyarakatnya merupakan pendatang dari Jawa, BaIi dan Nusa Tenggara yang makanan pokoknya beras. Disamping itu desa Lawada juga merupakan salah satu desa sentra produksi beras diKabupaten Muna. Sebaran penggunaan lahan di lokasi penelitian menunjukkan bahwa bagian hulu dan bagian hilir memberikan produksi dalam kilo kalori yang optimal dikembangkan tanaman jagung. Demikian juga pada bagian tengah, pa& hampir semua desa produksi tanaman dalam kkal yang paling optimal adalah apabila dikembangkan tanaman jagung kecuali pada desa Lawada dimana jenis tanaman yang memberikan produksi dalam kkd yang paling optimal berasal dari tanaman padi

(26)

sawah. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan pada sepuluh desa-desa contoh dibagian hulu dan hilir memberikan daya dukung lahan yang optimal apabila ditanami tanaman jagung. Oleh karena itu pengembangan tanaman jagung hams mendapat perhatian yang serius pemerintah terutama subsidi diarahkan pada pengembangan komodi jagung. Implikasi perubahan kebijakan penggunaan lahan dengan tujuan optimasi produksi dibagian hulu berdasarkan hasil analisis program linier yang diarahkan pada pengembangan tanaman jagung hams dibarengi dengan tindakan konservasi untuk mengurangi tingkat degradasi tanah dan mengurangi kerusakan lingkungan. Menurut Sitorus (2000) tindakan pengelolaan lahan untuk mengurangi kerusakan lingkungan secara umum dan kerusakan lahan secara khusus mencakup lima unsur yaitu melalui: (1) perencanaan penggunaan lahan sesuai dengan kemampuannya, (2) tindakan-tindakan khusus konservasi tanah dan air, (3) menyiapkan tanah dalam keadaan olah yang baik, (4) menggunakan sistem pergiliran tanaman yang tersusun baik dan (5) menyediakan unsur hara yang cukup dan seimbang bagi pertumbuhan tanaman

Pada bagian hulu hams diarahkan pada sistem pertanian konservasi untuk menghindari erosi yang tinggi sehingga produksi yang optimal bisa dicapai dan tingkat kerusakan Iingkungan dapat dikurangi. Metode konservasi yang bisa diterapkan sesuai dengan kondisi fisik lahan dan tingkat kemampuan sumberdaya manusia serta teknologi yang ada di kawasan DAS Tiworo adalah metode vegetatif berupa pergiliran tanarnan dengan tanaman pupuk hijau, penggunaan sisa-sisa tanaman (reszd~~e management) dan penanaman tanaman dalam strip

(27)

Untuk kawasan DAS bagian tengah khususnya desa Lawada akan memberikan potensi daya dukung lahan yang optimal apabila penggunaan lahan untuk pengembangan tanaman padi sawah. Hal ini juga didukung oleh ketersediaan sarana dan prasarana seperti adanya irigasi dan persawahan yang ada di desa tersebut. Oleh karena itu pembukaan persawahan dan penerapan intensifikasi pertanian perlu diupayakan oleh pemerintah daerah setempat. Untuk mendukung kegiatan persawahan dibagian kawasan tersebut maka perlu diupayakan pengadaan irigasi, baik berupa irigasi semi teknis maupun irigasi teknis.

lmplikasi pengembangan pertanian pada bagian tengah kawasan DAS terhadap lingkungan dengan apabila dikembangkan tanaman padl sawah adalah akan menimbulkan eutrofikasi dan pencemaran pada badan sungai akibat penggunaan pupuk yang berlebihan. Untuk menghindari ha1 tersebut perlu dilakukan penggunaan pupuk yang berimbang, penggunaan pupuk organik, pupuk kandang dan pupuk hijau. Selain berimplikasi terhadap lingkungan, juga terhadap kebiasaan masyarakat yang masih asing dengan budidaya padi sawah terutama penduduk lokal, sehingga periu upaya-upaya penyuluhan dan pelatihan mengenai teknik budidaya padi sawah di bagian tengah kawasan DAS Tiworo.

Dual activity menunjukkan penambahan produksi dalam kkal yang diperoleh akibat penambahan satu hektar lahan yang sesuai untuk tanaman pangan. Hasil analisis menunjukkan bahwa dual activity desa Lawada paling tinggi dari seIuruh desa contoh pada kawasan DAS Tiworo yaitu sebesar 4.684.800 kkal. Dual activity bagian hulu yang tertinggi adalah kelurahan Dana sedangkan desa dengan dual

(28)

activity yang tertinggi pada bagian tengah dan hilir berturut-turut adalah desa Lawada dan desa Guali.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa perbaikan kuditas surnberdaya lahan dl desa-desa pada tiga bagian kawasan DAS Tiworo paling strategis dalam upaya peningkatan produksi tanarnan pangan atau daya dukung Lahan di daerah kawasan DAS Tiworo Perbaikan kualitas sumberdaya lahan meliputi pemupukan, pengolahan tanah yang baik, penggunaan bahan organik dan pengapuran karena tanah di kawasan tersebut rnempunyai pH yang sangat rendah.

Gambar

Tabel  9  Jumlah Produksi Jenis Tanaman Pangan Desa-Desa  Contoh Bagian  Hulu  Kawasan DAS Tiworo
Tabel 12.  Tingkat konsumsi  dalarn Menu Penduduk Desa-Desa Contoh Bagian Hulu Kawasan DAS Tiworo
Tabel 14. Tingkat konsumsi  dalam Menu Penduduk Desa-Desa Contoh Bagian  Hilir  Kawasan DAS Tiworo
Tabel  15.  J d a h   Penduduk yang Bem~atapencal~arian  d m   Besamya Faktor  Koreksi  p  Desa-Desa Contoh Bagian Hulu Kawasan  DAS  Tiworo  Nama Desal  lumbh  Penduduk  Mats pencaharian  hhta  Pencaharian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tim Penerjemah Pustaka Firdaus (Jakarta: Pustaka Firdaus, 1996), h.. aqidah dan persoalan yang berkaitan dengannya, misalnya tentang keesaan Tuhan, hari akhir dan kerasulan Nabi,

Hasil uji aktivitas xilanase (Gambar 3) menunjukkan bahwa isolat ESW-D4 mempunyai nilai aktivitas xilanase tertinggi (2.66 U/ml) pada media jerami padi dengan

Matrik penelitian merupakan perwujudan ide awal dari topik atau judul serta rencana penelitian yang secara substansial menjabarkan secara ringkas dan jelas program

Dari gugatan perceraian yang masuk ke pengadilan, apabila hanya salah satu pihak saja yang ingin bercerai dan pihak lain tidak ingin bercerai, bagaimana sikap

Edukasi yang diberikan pada pasien dengan kondisi frozen shoulder antara lain : (1) pasien diminta melakukan kompres panas (jika pasien tahan) ± 15 menit pada bahu yang sakit

Dalam paper ini dibahas mengenai kandungan logam berat Pb dan Cu dalam air laut, ikan, dan sedimen di kawasan Pantai Serangan beserta bioavailabilitasnya.Tujuan penelitian ini

Komponen yang sering mengalami kegagalan (failure dan repair) pada proses peleburan polimer antara lain weighing control feeder (S1F1-WIC01) dilihat dari penurunan kehandalan

Perlindungan Saksi dan Korban telah memberikan sedikit kelegahan bagi para saksi untuk memberikan keterangan di depan pengadilan tanpa adanya suatu ancaman yang dapat