• Tidak ada hasil yang ditemukan

bioper praktikum 1.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "bioper praktikum 1.docx"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

Diajukan untuk memenuhi Laporan Praktikum Mata Kuliah Biologi Perikanan

Disusun Oleh:

Dwi Wahyuningrum 230110120002 Irfan Ahmad Firdaus 230110120026

Maki ZM 230110120051

Kelas:

Perikanan A / Kelompok 13

PROGRAM STUDI PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

SUMEDANG 2014

(2)

i

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Mata Kuliah Biologi Perikanan meskipun dengan segala keterbatasan dalam penulisan laporan ini.

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Biologi Perikanan semester genap tahun ajaran 2013/2014. Laporan ini berisi tentang pertumbuhan suatu ikan baik panjang dan bobot, identifikasi dan rasio kelamin ikan, tingkat kematangan gonad ikan, indeks kematangan gonad ikan, fekunditas telur ikan, diameter telur dan posisi inti telur ikan dan kebiasaan makan ikan.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam pembuatan laporan selanjutnya.

Jatinangor, Maret 2014

(3)

ii DAFTAR ISI BAB Halaman KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v DAFTAR GRAFIK ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Maksud dan Tujuan ... 1

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 2

2.1. Biologi Perikanan ... 2

2.2. Deskripsi Ikan Kembung ... 2

2.2.1. Klasifikasi Ikan Kembung Jantan ... 3

2.2.2. Sebaran dan Musim Penangkapan ... 4

2.3. Hubungan Panjang dan Berat Pada Ikan ... 5

2.4. Rasio Kelamin ... 6

2.5. Tingkat Kematangan Gonad (TKG) ... 7

2.6. Indeks Kematangan Gonad (IKG) ... 10

2.7. Pola Kebiasaan Makan Ikan (Food Habits) ... 11

III. METODOLOGI PRAKTIKUM ... 13

3.1. Waktu dan Tempat ... 13

3.1.1. Waktu ... 13

3.1.2. Tempat ... 13

3.2. Alat dan Bahan ... 13

3.2.1. Alat ... 13

3.2.2. Bahan ... 13

3.3. Metode Praktikum ... 14

3.3.1. Hubungan Panjang dan Berat... 14

3.3.2. Rasio Kelamin ... 14

3.3.3. Tingkat Kematangan Gonad ... 14

3.3.4. Indeks Kematangan Gonad ... 15

(4)

iii

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1. Hasil ... 16

4.1.1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Kembung Kelompok 13A ... 16

4.1.2. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kembung Kelompok 13A ... 16

4.1.3. Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan Kembung Kelompok 13A ... 18

4.1.4. Hasil Regresi Pertumbuhan Ikan Kembung Angkatan ... 27

4.1.5. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kembung Angkatan ... 30

4.1.6. Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan Kembung Angkatan ... 33

4.2. Pembahasan ... 35

4.2.1. Pembahasan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Kembung .... 35

4.2.2. Pembahasan Reproduksi Ikan Kembung ... 37

4.2.3. Pembahasan Food and Feeding Habits Ikan Kembung ... 37

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1. Kesimpulan ... 39

5.2. Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(5)

iv

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1. Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok 13A ... 16

Tabel 2. Data Reproduksi Kelompok 13A ... 16

Tabel 3. Data Food and Feeding Habits Kelompok 13A ... 18

Tabel 4. Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Angkatan ... 18

Tabel 5. Data Regresi Pertumbuhan Angkatan ... 27

Tabel 6. Data Reproduksi Angkatan ... 30

(6)

v

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1. Ikan Kembung Jantan ... 3

(7)

vi

DAFTAR GRAFIK

Nomor Judul Halaman

Grafik 1. Pertumbuhan Ikan Kembung ... 26 Grafik 2. Rasio Perbandingan Jumlah Jantan dan Betina ... 27 Grafik 3. Tingkat Kematangan Gonad ... 33

(8)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran 1. Peralatan Praktikum yang digunakan ... 41 Lampiran 2. Pembedahan Ikan Kembung ... 42 Lampiran 3. Isi dalam Usus Ikan Kembung ... 43

(9)

1

Ikan Kembung termasuk ikan pelagis kecil yang memiliki nilai ekonomis menengah, sehingga terhitung sebagai komoditas yang cukup penting bagi nelayan lokal. Pada umumnya, Ikan Kembung dijual segar atau diproses menjadi ikan pindang dan ikan asin yang lebih tahan lama. Ikan kembung yang berukuran kecil sering digunakan sebagai umpan hidup untuk memancing Ikan Cakalang. Dalam praktikum kali ini akan diamati berbagai aspek biologi dari Ikan Kembung Jantan (Rastrelliger kanagurta), meliputi pertumbuhan ikan dengan menghitung panjang dan bobot ikan, mengetahui TKG dan IKG ikan dan terakhir pengamatan dari segi kebiasaan makan ikan dan cara makan Ikan Kembung. 1.2 Maksud dan Tujuan

1. Mengetahui bentuk luar tubuh Ikan Kembung (Analisa morfometri). 2. Mengetahui kebiasaan makanan (Food habits).

3. Mengetahui Rasio Kelamin

4. Mengetahui Tingkat Kematangan Gonad (TKG) Ikan Kembung. 5. Mengatahui Indeks Kematangan Gonad (IKG) Ikan Kembung. 6. Mengetahui HSI Ikan Kembung.

7. Mengatahui nilai fekunditas Ikan Kembung.

8. Untuk melihat dan menganalisa hubungan panjang dan berat Ikan Kembung.

(10)

2

Biologi Perikanan adalah studi mengenai ikan sebagai sumberdaya yang dapat dipanen oleh manusia. Kadang pengertian istilah Biologi ikan ditujukan kepada pengertian fisiologi, reproduksi, pertumbuhan, kebiasaan makanan, tingkah laku, dan sebagainya. Usaha mengembangkan dan memajukan perikanan, pengetahuan mengenai habitat, penyebaran dan aspek biologi dari ikan menjadi dasar utama dalam usaha ini, dimana kematangan gonad sangat berhubungan dengan pemijahan. Tak terkecuali dengan fekunditas yang juga memegang peranan penting dalam penentuan kelangsungan populasi dan dinamika kehidupan. Hubungan panjang berat akan bermanfaat dalam menentukan nilai faktor kondisi dan sifat pertumbuhan ikan (Effendie, 1997).

2.2. Deskripsi Ikan Kembung

Ikan Kembung Jantan biasa dikenal sebagai Indian mackerel (Inggris) dan kembung lelaki (Indonesia). Ikan Kembung Jantan (Rastrelliger kanagurta) memiliki genus yang sama dengan Ikan Kembung betina (Rastrelliger brachysoma). Ciri yang membedakannya adalah adanya satu bintik atau totol hitam dekat sirip dada pada Ikan Kembung jantan. Selain itu, Ikan Kembung betina memiliki perut yang lebih lebar dibandingkan Ikan Kembung jantan. Ikan Kembung betina memiliki bentuk tubuh pipih dengan bagian pectoral lebih besar daripada bagian tubuh yang lain dan ditutupi oleh sisik yang berukuran kecil dan tidak mudah lepas. Warna tubuh biru kehijauan di bagian punggung dengan titik gelap atau totol-totol hitam di atas garis rusuk sedangkan bagian bawah tubuh berwarna putih perak. Sirip punggung (dorsal) terpisah nyata menjadi dua buah sirip, masing-masing terdiri atas 10 hingga 11 jari keras dan 12 hingga 13 jari-jari lemah (Direktorat Jendral Perikanan 1979).

Sirip dubur (anal) terdiri dari 12 jari-jari lemah. Di belakang sirip punggung kedua dan sirip dubur terdapat 5 sampai 6 sirip tambahan yang disebut finlet. Sirip perut (ventral) terdiri dari 1 jari-jari keras dan 5 jari-jari lemah. Sirip

(11)

ekor (caudal) bercagak dalam dan sirip dada (pectoral) lebar dan meruncing (Anwar 1970 in Ruswahyuni 1979).

Mata mempunyai selaput yang berlemak, gigi yang kecil pada tulang rahang. Tapis insang halus berjumlah 29-34 buah, pada bagian bawah busur insang pertama tapis insang panjang dan banyak terlihat seolah-olah bulu jika mulutnya dibuka (Burhanudin et al 1984 in Astuti 2007).

2.2.1. Klasifikasi Ikan Kembung Jantan

Klasifikasi ikan kembung jantan menurut Saanin (1968) adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Ikan Kembung Jantan (Sumber: Dokumentasi Praktikan Kelompok 13A) Kingdom : Animalia

Filum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Percomorpy Sub ordo : Scombridae Famili : Scombridae Genus : Rastrelliger

(12)

2.2.2. Sebaran dan Musim Penangkapan

Ikan kembung jantan yang tergolong kedalam kelompok mackerel memiliki penyebaran secara vertikal dan horizontal. Penentuan batas penyebaran secara vertikal penting sekali diketahui agar kedalaman alat tangkap ikan dapat disesuaikan dengan kedalaman renang ikan. Penyebaran ikan kembung lelaki secara horizontal perlu diketahui juga untuk penentuan daerah penangkapan ikan (Laevastu dan Hayes 1981 in Handoyo 1991).

Menurut Collette dan Nauen (1983) daerah penyebaran ikan ini mencakup Indo-Barat pasifik, Laut Merah, Afrika Timur sampai Indonesia, Ryukyu, Australia, Melanisia, Somalia, hingga memasuki Laut Mediterranean melalui Terusan Suez.

Menurut Hardenberg (1938) in Rifqie (2007) ikan kembung di Laut Jawadipengaruhi angin musim. Pada saat musim angin timur yaitu pada bulan Desember-Februari sekelompok ikan kembung bergerak dari arah Laut Jawa menuju arah Barat. Kelompok ikan kembung ini perlahan-lahan menghilang dari Laut Jawa kemudian selang beberapa minggu ikan kembung yang baru memasuki Laut Jawa dari arah Timur. Sebaliknya terjadi pada saat Musim Barat yaitu pada bulan Juni-September, dinamika stok ikan kembung yang masuk ke Laut Jawa berasal dari Laut Cina Selatan dan Samudra Hindia melalui Selat Sunda. Musim penangkapan ikan kembung lelaki di Selat Sunda pada bulan Maret hingga November. Penangkapan ikan terbanyak terjadi pada bulan Mei hingga Juni dan selanjutnya jumlah tangkapan mulai menurun. Musim paceklik ikan 7 kembung jantan terjadi pada bulan Januari hingga Februari. (Tempat Pelelangan Ikan Labuan 2011).

Menurut Lee (2010) jumlah tangkapan ikan yang tertangkap saat bulan semi gelap lebih banyak dibandingkan dengan bulan gelap dan bulan terang. Namun secara khusus ikan kembung lebih banyak tertangkap saat bulan gelap dibandingkan bulan semi gelap dan bulan terang.

(13)

2.3. Hubungan Panjang dan Berat Pada Ikan

Menurut Fujaya (2004), pertumbuhan adalah pertambahan ukuran, baik panjang maupun berat. Pertumbuhan dipengaruhi faktor genetik, hormon, dan lingkungan (zat hara). Ketiga faktor tersebut bekerja saling mempengaruhi, baik dalam arti saling menunjang maupun saling menghalangi untuk mengendalikan perkembangan ikan.

Menurut Effendi (2002), berat dapat di anggap sebagai suatu fungsi dari panjang. Hubungan panjang dan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Tetapi hubungan yang terdapat pada ikan sebenarnya tidak demikian karena bentuk dan panjang ikan berbeda-beda.

Ukuran ikan ditentukan berdasarkan panjang atau beratnya. Ikan yang lebih tua, umumnya lebih panjang dan gemuk. Pada usia yang sama, ikan betina biasanya lebih berat dari ikan jantan. Pada saat matang telur, ikan mengalami penambahan berat dan volume. Setelah bertelur beratnya akan kembali turun. Tingkat pertumbuhan ikan juga dipengaruhi oleh ketersediaan makanan dilingkungan hidupnya (Poernomo, 2002 ).

Berat dapat dianggap sebagai suatu fungsi dari panjang, sehingga model pertumbuhan berat berkaitan dengan model pertumbuhan panjang. Hubungan panjang dengan berat hampir mengikuti hukum kubik yaitu bahwa berat ikan sebagai pangkat tiga dari panjangnya. Hubungan antara panjang dan berat dinyatakan dalam bentuk: (Fafioye, 2005).

Pertumbuhan dapat dirumuskan sebagai pertambahan panjang dan berat dalam suatu waktu tertentu. Pertumbuhan dalam individu adalah pertumbuhan jaringan akibat pembelahan sel secara mitosis. Hal ini terjadi jika kelebihan input energi dan asam amino (protein) dari makanan, sebab bahan dari makanan akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan metabolisme dasar, pergerakan, reproduksi, produksi organ seksual, perawatan bagian-bagian tubuh dan sebagainya. Dalam perhitungan panjang dan berat ini ada bagian yang disebut analisis Weighted Regression. Pada analisis ini terdapat suatu persamaan garis lurus yaitu:

(14)

Yang harus ditentukan dari persamaan tersebut ialah harga a dan b, sedangkan harga W dan L diketahui. Teknik perhitungan panjang berat menurut Rousefell dan Everhart (1960) dan Lagler (1961) secara langsung adalah dengan membuat daftar tersusun dari harga L, log L, W, log W, log L x log W, dan (log L)2. Apabila N = jumlah ikan yang sedang dihitung, maka untuk mencari a:

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑

Untuk mencari b digunakan rumus:

∑ ∑

Kemudian harga log a dan b masukkan ke dalam rumus:

Hubungan Panjang Berat:

b = 3 (Isometrik), dimana pertumbuhan panjang dan berat seimbang b ≠ 3 (Alometrik); b < 3 = alometrik negatif (berat < panjang

b > 3 = alometrik positif (berat > panjang)

Harga b disini adalah harga pangkat yang menunjukkan pola pertumbuhan ikan. Dimana jika b sama dengan tiga makan ikan memiliki pola pertumbuhan isometrik, sedangkan jika b lebih kecil dari tiga maka pertumbuhan panjangnya lebih cepat dari pertumbuhan beratnya. Sedangkan jika harga b lebih besar dari tiga, menunjukkan ikan tersebut montok, dimana pertumbuhan beratnya lebih cepat dari pertumbuhan panjangnya (Effendie, 2002).

2.4. Rasio Kelamin

Berdasarkan dari fungsi reproduksinya, ikan biasa terbagi menjadi dua yakni jantan dan betina. Melakukan identifikasi jantan dan betina merupakan sesuatu yang penting, meski pada aplikasinya hal tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan. Sebagian besar jenis ikan tidak menunjukkan perbedaan tubuh luar antara ikan jantan dan ikan betina. Kondisi tersebut dinamakan dengan monomorfisme. Pembedaan kedua jenis kelamin ini dilakukan dengan pembedahan dan melihat ciri seksual primer. Ciri seksual primer ditandai dengan adanya testis pada ikan jantan dan ovarium pada ikan betina.

(15)

Selain identifikasi, perlu diketahui juga perbandingan atau rasio kelamin ikan secara alamiah di alam. Rasio ini biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase dan juga perbandingan. Lebih jauh, pemahaman mengenai rasio kelamin ini dapat digunakan untuk pemahaman sifat-sifat alamiah reproduksi seperti adanya poligami dan poliandri pada ikan, sehingga dapat dibuat langkah-langkah strategis pengelolaan.

2.5. Tingkat Kematangan Gonad (TKG)

Dalam Biologi Perikanan, pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini juga akan didapatkan keterangan bilamana ikan itu akan memijah, baru memijah atau sudah selesai memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali gonadnya menjadi masak, ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Ukuran dan umur ikan menjadi tanda masak gonad, apakah ikan sudah dewasa atau belum, memijah atau belum, kapan masa pemijahannya, berapa lama saat pemijahannya, berapa kali pemijahannya dalam satu tahun, dan sebagainya. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari berat tubuh dan pada ikan jantan sebesar 5-10% (Effendie, 1997).

Dalam penentuan tingkat kematangan gonad ikan ada dua cara. Pertama adalah secara morfologi yaitu penentuan yang dilakukan di lapangan atau di laboratorium berdasarkan bentuk, ukuran panjang dan berat, warna dan perkembangan isi gonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan daripada ikan jantan karena perkembangan diameter telur yang terdapat dalam gonad lebih mudah dilihat daripada sperma yang terdapat dalam testis. Kedua adalah secara histologis yaitu penentuan yang dilakukan di laboratorium berdasarkan kepada penelitian mikroskopik. Dari penelitian ini akan diketahui anatomi perkembangan gonad yang lebih jelas dan mendetail (Effendie, 1997).

Menurut Effendie (1997), garis besar penentuan tahap kematangan gonad adalah sebagai berikut:

(16)

1. Apabila ikan itu mempunyai seksual demorpisme yang jelas membedakan antara jantan dan betina, untuk kemudian diteliti lebih lanjut masing-masing tingkat kematangannya.

2. Apabila ikan tidak mempunyai seksual demorpisme dan tidak mempunyai sifat seksual sekunder yang jelas, maka untuk melihat jenis kelaminnya dengan jalan melihat gonad melalui pembedahan.

3. Baik untuk ikan jantan maupun ikan betina, ambilah gonadnya dan pisahkan menurut kelaminnya. Gonad ikan jantan dikelompokkan sendiri demikian pula gonad ikan betina, namun data lainnya dari masing-masing gonad tersebut jangan sampai hilang atau tercampur sehingga menyusahkan analisa selanjutnya.

4. Gonad ikan dikelompokkan kedalam beberapa kelompok mulai dari yang terendah sampai tertinggi. Pembagian kelompok ini sebaiknya hanya beberapa saja dimana untuk membedakan satu kelompok dengan kelompok lainnya yang terdekat harus jelas perbedaannya.

Menurut Effendie (1979), beberapa tanda yang dapat dijadikan pembeda dalam penentuan kelompok Tingkat Kematangan Gonad, diantaranya ialah :

 Untuk ikan betina : 1.Bentuk ovarium 2.Besar kecilnya ovaium

3.Pengisian ovarium dalam rongga perut 4.Warna ovarium

5.Halus tidaknya ovarium

6.Ukuran telur dalam ovarium secara umum

7.Kejelasan bentuk dan warna telur dengan bagian-bagian lainnya 8.Ukuran (garis tengah) telur

9.Warna telur

 Untuk ikan jantan : 1.Bentuk testis

2.Besar kecilnya testis

(17)

4.Warna testis

5.Keluar tidaknya testis dari tubuh ikan (sebelum ikan dibedah/dalam keadaan segar).

Tingkat kematangan gonad ikan menurut Kesteven (Bagenal dan Braum, 1968) :

1. Dara, Organ seksual sangat kecil berdekatan di bawah tulang punggung. Testis dan ovarium transparan, tidak berwarna sampai abu-abu. Telur tidak terlihat dengan mata biasa.

2. Dara berkembang, Testis dan ovarium jernih, abu-abu-merah. Panjangnya setengah atau lebih sedikit dari panjang rongga bawah. Telur satu persatu dapat terlihat dengan kaca pembesar.

3. Perkembangan I, Testis dan ovarium bentuknya bulat telur, kemerah-merahan dengan pembuluh darah kapiler. Mengisi kira-kira setengah ruang ke bagian bawah. Telur dapat terlihat oleh mata seperti serbuk putih.

4. Perkembangan II, Testis putih kemerah-merahan. Tidak ada pati jantan atau sperma kalau bagian perut ditekan. Ovarium berwarna oranye kemerah-merahan. Telur jelas dapat dibedakan, bentuknya bulat telur. Ovarium mengisi kira-kira 2/3 ruang bawah.

5. Bunting, Organ seksual mengisi ruang bawah. Testis warnanya putih. Telur bentuknya bulat, beberapa daripadanya jernih dan masak.

6. Mijah, Telur dan sperma keluar dengan sedikit tekanan. Kebanyakan telurnya berwarna jernih dengan beberapa yang berbentuk bulat telur tinggal dalam ovarium.

7. Mijah/salin, Belum kosong sama sekali. Tidak ada telur yang bentuknya bulat telur.

8. Salin/spent, Testis dan ovarium kosang dan berwarna merah. Beberapa telur dalam kedaan sedang dihisap kembali.

(18)

10. Kondisi salin, Produk seksual telah dikeluarkan ; lubang pelepasan kemerah-merahahan; gonad seperti kantung kempis, ovari biasanya berisi beberapa telur sisa, dan testis berisi sperma sisa.

11. Tahap istirahat, Produk seksual sudah dilepaskan, lubang pelepasan tidak kemerah-merahan lagi, gonad bentuknya kecil, telur belum dapat dibedakan oleh mata biasa.

2.6. Indeks Kematangan Gonad (IKG)

Selama proses reproduksi, sebelum pemijahan terjadi sebagian besar hasil metabolisme tertuju untuk perkembangan gonad. Gonad akan bertambah berat seiring dengan makin besar ukuran tubuhnya, termasuk pada garis tengah telurnya. Gonad mencapai berat dan ukuran maksimum sesaat sebelum ikan itu memijah, kemudian turun dengan cepat selama pemijahan berlangsung sampai proses selesai (Effendie, 1979).

Secara morfologi perubahan-perubahan ini dapat dinyatakan dalam tingkat kematangan gonad. Pengamatan morfologi meliputi warna, penampakan dan ukuran terhadap rongga tubuh. Perhitungan secara kuantitatif dinyatakan dengan Indeks Kematangan Gonad (IKG), suatu persentase perbandingan berat gonad dengan berat tubuh. Menurut Effendie (1997), nilai IKG dapat dirumuskan sebagai berikut :

IKG =

Keterangan :

IKG = Indeks Kematangan Gonad (%) Bg = Berat Gonad Ikan (gram)

Bt = Berat Tubuh Ikan (gram)

Selain gonad yang ditimbang beratnya, hati pada ikan pun ditimbang. Hal ini dilakukan karena pada hati terjadi proses vitelogenesis (pembentukan kuning telur). Perhitungan HSI pada hati menggunakan rumus :

(19)

Dimana:

IKG = Indeks Kematangan Gonad Bh = Berat Hati (gram)

Bt = Berat Tubuh (gram)

2.7. Pola Kebiasaan Makan Ikan (Food Habits)

Dalam mengelompokkan ikan berdasarkan kepada makanannya, ada ikan sebagai pemakan plankton, pemakan tanaman, pemakan dasar, pemakan detritus, ikan buas dan ikan pemakan campuran. Berdasarkan kepada jumlah variasi dari macam-macam makanan tadi, ikan dapat dibagi menjadi euryphagic yaitu ikan pemakan bermacam-macam makanan, stenophagic ikan pemakan makan yang macamnya sedikit atau sempit dan monophagic ialah ikan yang makanannya terdiri dari satu macam makanan saja (Effendie, 1979).

Analisa pola kebiasan makanan ikan dipakai dalam menentukan gizi alamiah ikan itu. Dengan mengetahui kebiasaan makanan ikan, maka dapat dilihat hubungan ekologi diantara organisme. Misalnya rantai makanan, bentuk-bentuk pemangsaan, predasi dan kompetisi. Jadi makanan dapat menjadi faktor penentu bagi pertumbuhan, kondisi ikan, dan populasi ikan tersebut. Jenis makanan satu spesies ikan biasanya tergantung pada umur, tempat dan waktu dimana ikan tersebut berada (Effendie, 1979).

Kebanyakan cara ikan mencari makanan dengan menggunakan mata, Penciuman dan peraba digunakan juga untuk mencari makanan terutama oleh ikan pemakan dasar dalam perairan yang kekurangan cahaya atau dalam perairan keruh dalam mencari makanan akan mengukur apakah makanan itu cocok atau tidak untuk ukuran mulutnya. Tetapi ikan yang menggunakan penciuman dan peraba

(20)

tidak melakukan pengukuran, melainkan kalau makanan sudah masuk mulut akan diterima atau ditolak (Effendie, 1979).

Sehubungan dengan kebiasaan ikan mencari makanannya, pada ikan terdapat apa yang dinamakan feeding periodicity masa ikan aktif mengambil makanan selama 24 jam. Bergantung kepada ikannya feeding periodicity ada yang satu atau dua kali. Lamanya ada yang satu atau dua jam, bahkan ada yang terus menerus. Pada ikan buas memakan mangsa ukuran besar interval pengambilan makanannya mungkin lebih dari satu hari. Feeding periodicity ikan nocturnal aktif pada malam hari dimulai dari matahari terbenam sampai pagi dan untuk ikan diurnal pada siang hari. Feeding periodicity ini berhubungan suplai makanan juga dengan musim. Kalau kondisi lingkungan menjadi buruk feeding periodicity dapat berubah, bahkan dapat menyebabkan terhentinya pengambilan makanan (Effendie, 1979).

(21)

13 3.1.1. Waktu

Praktikum Biologi Perikanan dilakukan pada Selasa, 25 Maret 2014 Pukul 14:30 – 16:00 WIB.

3.1.2. Tempat

Praktikum Biologi Perikanan dilakukan di Laboratorium Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.

3.2. Alat dan Bahan 3.2.1. Alat 1. Cawan Petri 2. Penggaris 3. Gunting 4. Sonde 5. Penusuk 6. Pinset 7. Timbangan 8. Mikroskop 3.2.2. Bahan

1. Gonad Ikan Kembung 2. Hati Ikan Kembung 3. Usus Ikan Kembung

(22)

3.3. Metode Praktikum

3.3.1. Hubungan Panjang dan Berat 1. Mengambil Ikan Kembung.

2. Mengukur panjang Ikan Kembung, baik TL (Total Length) dan SL (Standart Length) dengan menggunakan penggaris, satuan yang digunakan adalah milimeter.

3. Mengukur bobot ikan dengan menggunakan alat timbang, satuan yang digunakan adalah gram.

4. Mencatat dalam tabel pengamatan (terlampir).

5. Melakukan penghitungan pola pertumbuhan berdasarkan Teknik Lagler (1961).

6. Menerjemahkan nilai b kedalam pola pertumbuhan. 3.3.2. Rasio Kelamin

1. Mengambil ikan kembung.

2. Mengamati ciri-ciri seksual sekunder menurut literatur yang tersedia. 3. Melakukan pembedahan pada Ikan Kembung, lalu mencari organ gonad

ikan yang terletak pada rongga perut.

4. Mengamati gonad ikan tersebut dan menentukan ciri-ciri seksual primer, bila terdapat testis artinya ikan tersebut jantan dan bila terdapat ovarium artinya ikan tersebut betina.

5. Mengisi hasil pengamatan yang diperoleh pada tabel yang telah disediakan.

6. Melakukan penyajian data dalam bentuk persentase dan perbandingan. 3.3.3. Tingkat Kematangan Gonad

1. Mengambil Ikan Kembung.

2. Membedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi perut dapat terlihat.

3. Mengambil gonad ikan yang ada yang didalam perut, hingga terpisah dari organ lain.

(23)

4. Mengamati gonad ikan tersebut.

5. Mencatat hasil penagamatan yang diperoleh pada tabel pengamatan (terlampir).

3.3.4. Indeks Kematangan Gonad 1. Mengambil Ikan Kembung

2. Menimbang bobot Ikan Kembung dengan menggunakan alat timbang. 3. Membedah Ikan Kembung dengan menggunakan gunting dimulai dari

bagian urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi perut dapat terlihat.

4. Mengambil gonad ikan yang ada yang didalam perut, hingga terpisah dari organ lain.

5. Menimbang gonad ikan dengan menggunakan alat timbang. 6. Mencatat hasil pengamatan dalam tabel pengamatan (terlampir). 7. Menghitung Indeks Kematangan Gonad dengan rumus yang telah

ditentukan. 3.3.5. Kebiasaan Makan

1. Mengambil Ikan Kembung.

2. Membedah ikan dengan menggunakan gunting dimulai dari bagian urogenital melingkar menuju bagian rongga perut depan hingga isi perut dapat terlihat.

3. Mengambil usus, lalu mengurut usus hingga keluar isi dari usus. 4. Mengamati dengan menggunakan mikroskop.

(24)

16 Kelompok : 13 A

Hari/Tanggal : Selasa, 25 Maret 2014

Spesies ikan : Ikan Kembung Jantan (Rastrelliger kanagurta). Asal ikan : Laboratium Akuakultur FPIK

4.1.1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Kembung Kelompok 13A

Tabel 1. Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok 13A

Nama Praktikan Pertumbuhan Kelamin Panjang (mm) Berat (gr) Jantan Betina TL SL FL Dwi Wahyuningrum Irfan Ahmad Firdaus

Maki ZM

179 160 145 73,27  -

4.1.2. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kembung Kelompok 13A Tabel 2. Data Reproduksi Kelompok 13A

TKG BG (gr) IKG (%) Bh (gr) HSI (%) Fekun ditas Diameter Telur (µm) Letak Inti Dor man Tengah (butir) Menuju Kutub (butir) Meleb ur (butir) Dara Berkem bang 0,65 0,9 0,1 0,1 - - - -

(25)

Perhitungan IKG Diketahui: Bg = 0,65gram Bt = 73,27gram Ditanya: IKG = ? Jawab: Perhitungan HSI Diketahui: Bh = 0,10 gram Bt tanpa hati = 73,17 gram Ditanya: HSI = ? Jawab:

(26)

4.1.3. Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan Kembung Kelompok 13A

Tabel 3. Data Food and Feeding Habits Kelompok 13A Jenis Pakan

Kelompok Pemakan Fito Zoo Bentos Bagian

hewan

Bagian

tumbuhan Dentritus Ikan

 - - -  - - Herbivora

Hari/Tanggal : Selasa, 25 Maret 2014

Spesies ikan : Ikan Kembung Jantan (Rastrelliger kanagurta) dan Ikan Kembung Betina (Rastrellige brachysoma)

Asal ikan : Laboratorium FPIK UNPAD Jumlah ikan : 52 ekor

4.1.4. Hasil Pengamatan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Kembung Angkatan

Tabel 4. Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Angkatan

Kelompok Nama Praktikan

Pertumbuhan Kelamin Rasio Kelamin Panjang (mm) Berat (gr) Jantan Betina TL SL FL 1 A Efran A Farica M Nadia P 185 140 160 73 -  2 A Anita N Namira A Sundoro 190 155 165 89  -

(27)

3 A Deny P Stephanie Thaha Y 176 147 155 64  - 4 A Afrah H Birta B Wildan N 180 160 155 74 -  5 A Kenny P Neni S Waskita A 180 160 165 77 -  6 A Dian Fitri Ganda M M. Nofhan 175 150 155 62  - 7 A Akbar R Heru S Lidya P 195 156 172 94 -  8 A Indrie R Kiki H Rian F 165 145 152 64  - 9 A Azka I Elvira A 185 155 165 74  -

(28)

Firdha O 10 A Heru P Siti A Tiasa F 184 155 160 78.24  - 11 A Andrian A Aninda N M. Taufik N 177 152 146 76.49  - 12 A Achmad A Akhmad H Esa K 170 150 155 71.60 -  13 A Dwi W Irfan A Maki Z 179 160 145 73.27 - 14 A Alfi R Cita S Rifai D 170 135 160 67.68 -  15 A M. Surya Nur Aulia 180 145 160 72,83 -  16 A Inda A Revqy P 180 150 163 72.61  -

(29)

Satria R 17 A Krishna L M. Ghifari Respandu Z 190 150 165 83.07  - 18 A Andi A Katisya A M. Rizki M 175 150 165 76.68  - 19 A Farhan R Mutiara I Rena W 170 150 69,49  - 20 A Ahmad T Gmelina A M. Asyari 174 158 168 81,19 -  21 A Bagus H Ihsan F Shelvie M 180 145 155 71,21  - 22 A Dzinnuri K Semita S Sugih B 195 150 165 79,65  - 23 A Andri S 180 150 160 73,53 - 

(30)

Irma F M. Rizqi H 24 A Erra Dian Luthfy W M. Nu’man A 165 150 66 -  25 A M. Firmansyah Putri W Taufiq R 183 150 167 66 -  26 A Ahmad R Ika R Novel F 180 150 74,39 -  27 A Annisa D Azlhimsyah 172 140 152 67,97 -  1 B Adinda K Gagas W Raymond S 175 150 160 70   2 B Ira Sri Nur M Ridwan Ondi K 180 160 145 71  -

(31)

3 B Alvin T Tria M Ulfah N 180 145 120 56  - 4 B Attindriya Gilang K Maulana A 175 153 102 64  - 5 B Kokoh T Nizha N Sofan S 175 150 115 62  - 6 B Adi Bagus Alfina A Denny A 184 158 132 63  - 7 B Axseel F Lies A Yuni A 185 150 165 82 -  8 B Fahmi A Hanan H Ramdhani C 164 145 113 65  - 9 B Aghnia N 160 140 155 64.22  -

(32)

M. Luki Yuniar P 10 B Asep I Irenne A Robby W 180 145 162 72  - 11 B Kania M Iman B Reno Dwi 175 140 160 70.76  - 12 B Laily H Lathofah M M. Fajar 175 160 155 72.92  - 13 B Alsyafi A Andi Lia Ludfi D 164 153 180 73,73  - 14 B Hermilita A M. Fiqi F Nadhilah 177 142 158 69,93  - 15 B Ammar A Riri A Yulia A 185 150 170 80.89  -

(33)

16 B M. Faujih Sofyan Y Zhafira U 175 143 136 69.06  - 17 B Esti L Ginandya F Irfan P 173 159 167 73.18 -  18 B Arvilia H Fa’iz A Nicolas 177 150 160 77.20 -  19 B Firdausi N M. Ihsan Z Wahyuni Dwi 175 139 154 65.83  - 20 B Nadia S Safira N Teguh S 175 150 165 73.18 -  21 B Adhimukti D Fahri F Hanif M 175 155 73.80 -  22 B Larassati S Linda M 170 140 155 72,77  -

(34)

Maryono P 23 B Asri U Imelda Y M. Salman 185 140 150 66.23  - 24 B Dicky S Dwi S Irfan H 179 145 152 63.22  - 25 B Bambang P Faisal A Raichmandika 185 140 66,23  -

Grafik 1. Pertumbuhan Ikan Kembung

3 18 11 3 2 7 8 1 160-169 MM 170-179 MM 180-189 MM 190-195 MM

Grafik Pertumbuhan Ikan Kembung

(35)

Grafik 2. Rasio Perbandingan Jumlah Jantan dan Betina

Keterangan: Rasio Kelamin

Betina 19 ekor dari 52 ekor Jantan 33 ekor dari 52 ekor

4.1.4. Hasil Regresi Pertumbuhan Ikan Kembung Angkatan Tabel 5. Data Regresi Pertumbuhan Angkatan

No ikan

SL (mm)

Berat

(gr) log L log W Log L x log W (Log L)^2

1 140 73 2,146128 1,863323 3,99892943 4,605866 2 155 89 2,190332 1,94939 4,26981072 4,797553 3 147 64 2,167317 1,80618 3,91456517 4,697264 4 160 74 2,20412 1,869232 4,12001099 4,858145 5 160 77 2,20412 1,886491 4,1580519 4,858145 6 150 62 2,176091 1,792392 3,90040789 4,735373 7 156 94 2,193125 1,973128 4,32731523 4,809796 8 145 64 2,161368 1,80618 3,9038196 4,671512 Jantan, 33, 63% Betina, 19, 37%

Rasio Perbandingan Jumlah Jantan dan

Betina

Jantan Betina

(36)

9 155 74 2,190332 1,869232 4,09423749 4,797553 10 155 78,24 2,190332 1,893429 4,14723721 4,797553 11 152 76,49 2,181844 1,883605 4,10973075 4,760441 12 150 71,6 2,176091 1,854913 4,03646001 4,735373 13 160 73,27 2,20412 1,864926 4,11052108 4,858145 14 135 67,68 2,130334 1,83046 3,8994915 4,538322 15 145 72,83 2,161368 1,86231 4,02513791 4,671512 16 150 72,61 2,176091 1,860996 4,04969808 4,735373 17 150 83,07 2,176091 1,919444 4,17688577 4,735373 18 150 76,68 2,176091 1,884682 4,10124025 4,735373 19 150 69,49 2,176091 1,841922 4,00819104 4,735373 20 158 81,19 2,198657 1,909503 4,1983413 4,834093 21 145 71,21 2,161368 1,852541 4,00402281 4,671512 22 150 79,65 2,176091 1,901186 4,13715376 4,735373 23 150 73,53 2,176091 1,866465 4,06159723 4,735373 24 150 66 2,176091 1,819544 3,95949365 4,735373 25 150 66 2,176091 1,819544 3,95949365 4,735373 26 150 74,39 2,176091 1,871515 4,07258647 4,735373 27 140 6,97 2,146128 0,843233 1,80968551 4,605866 28 150 70 2,176091 1,845098 4,01510172 4,735373 29 160 71 2,20412 1,851258 4,08039552 4,858145 30 145 56 2,161368 1,748188 3,778477601 4,671511631 31 153 64 2,184691 1,80618 3,94594591 4,772877

(37)

32 150 62 2,176091 1,792392 3,90040789 4,735373 33 158 63 2,198657 1,799341 3,95613285 4,834093 34 150 82 2,176091 1,913814 4,1646336 4,735373 35 145 65 2,161368 1,812913 3,91837292 4,671512 36 140 64,22 2,146128 1,80767 3,87949191 4,605866 37 145 72 2,161368 1,857332 4,01437903 4,671512 38 140 70,76 2,146128 1,849788 3,96988151 4,605866 39 160 72,92 2,20412 1,862847 4,10593755 4,858145 40 153 73,73 2,184691 1,867644 4,08022635 4,772877 41 142 69,93 2,152288 1,844664 3,97024781 4,632345 42 150 80,89 2,176091 1,907895 4,15175327 4,735373 43 143 69,06 2,155336 1,839227 3,96415132 4,645473 44 159 73,18 2,201397 1,864392 4,10426808 4,846149 45 150 77,2 2,176091 1,887617 4,10762751 4,735373 46 139 65,83 2,143015 1,818424 3,89690923 4,592512 47 150 73,18 2,176091 1,864392 4,05708802 4,735373 48 155 73,8 2,190332 1,868056 4,09166306 4,797553 49 140 72,77 2,146128 1,861952 3,99598819 4,605866 50 140 66,23 2,146128 1,821055 3,90821666 4,605866 51 145 63,22 2,161368 1,800854 3,89230927 4,671512 52 140 66,23 2,146218 1,8210548 3,908217 4,605866 Jumlah 113,019389 94,57784 209,5346422 245,6601638

(38)

Perhitungan

Rumus Relasi Panjang dan Berat

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ Rumus mencari b ∑ ∑

4.1.5. Hasil Pengamatan Reproduksi Ikan Kembung Angkatan Tabel 6. Data Reproduksi Angkatan

Kel. TKG BG (gr) IKG (%) Bh (gr) HSI (%) Fekunditas Diameter Telur (µm) Letak Inti Dorman Tengah (butir) Menuju Kutub (butir) Melebur (butir) 1 A P. II 2 2.73 1 1.44 6.125 49.3 - -   2 A Bunting 2.1 2.4 0.7 8.3 - - - - 3 A Dara B. 0.48 0.75 0.52 0.82 - - - - 4 A P. II 2 2.7 0.41 0.59 156 47 - -  

(39)

5 A P.II 2 2.5 1 1.2 442 58 - -   6 A Dara 0.39 0.6 0.35 0.5 - - - - 7 A P.I 1,2 13 0,2 2 - - - - 8 A Dara 0.71 1.12 0.34 0.56 - - - - 9 A Dara 0.67 0.91 0.48 0.65 - - - - 10 A Dara 0.01 0.013 0.88 1.1 - - - - 11 A Dara B. 0.47 0.6 0.47 0.6 - - - - 12 A Dara B. 0.98 69.27 0.48 64.92 - - - - 13 A Dara 0.65 0.9 0.1 0.1 - - - - 14 A Bunting 4.35 6.86 0.43 0.6 26000 30 - 10 25 - 15 A Dara 1.96 2.69 0.87 1.2 - 28 - 5 18 - 16 A Dara 0.54 0.749 0.58 0.8 - - - - 17 A P.I 0.74 0.89 0.66 0.80 - - - - 18 A P. II 1.63 2.20 0.22 0.29 - - - - 19 A - - - - 20 A Dara B. 0.41 0.5 0.91 0.012 - - - - 21 A P. II 0.91 1.27 0.4 0.56 - - - - 22 A Dara B 0.15 0.188 0.51 0.64 - - - - 23 A P. I 1.02 1.4 0.54 0.73 1260 15  - - - 24 A P. II 1.20 1.87 0.71 1.07 807.69 14  - - - 25 A Dara B. 0.60 0.81 0.50 0.67 - - - - 26 A Bunting 1.12 1.5 0.89 1.21 977.5 30 -  - - 27 A Dara B. 0.47 0.069 0.26 0.004 - - - - 1 B Dara B. 9 14.75 6 9.375 - - - -

(40)

2 B Dara - 0,22 - 1,41 - - - - 3 B P. II 4 7,7 5 9,8 - - - - 4 B Dara - 8.47 - - - - 5 B Dara - 5.08 - 8.77 - - - - 6 B Dara - 5,17 - 3,33 - - - - 7 B Bunting - 28,13 - 10,81 11124 4  - - - 8 B Dara - 10,13 - 6,56 - - - - 9 B P. II - 18 - 8,4 - - - - 10 B P.II 7 11 8 12.5 - - - - 11 B Dara - 4.42 - 1.4 - - - - 12 B P. II - 14 - 10,6 - - - - 13 B P. II - 8,14 - 1,71 - - - - 14 B P. II - 1,9 - - - - 15 B P. II 15 18.5 6 7.4 - - - - 16 B P. II 4 6.14 5 7.8 - - - - 17 B P. II 3.64 5.23 0.56 0.77 1560 29.5  - - - 18 B Bunting - 3.6 - 1.2 2196 23 -  - - 19 B P. II 0.59 0.9 0.45 0.68 - - - - 20 B Bunting 3.86 5.5 0.76 1.1 3986 77  - - - 21 B P.I 1.75 2.4 1 1.3 1309 45 -  - - 22 B P. I - 0,88 - 0,84 - - - - 23 B Bunting 0.85 1.3 0.27 0.4 - - - - 24 B P. II 0.40 0.6 0.46 0.7 - - - - 25 B P. II - 1,3 - 0,4 - - - -

(41)

Grafik 3. Tingkat Kematangan Gonad

Keterangan : Dara = 12 Betina 1

Dara Berkembang = 9 betina 4 Perkembangan I = 5 betina 3 Perkembangan II = 16 betina 5 Bunting = 7 betina 5

4.1.6. Hasil Pengamatan Food and Feeding Habits Ikan Kembung Angkatan Tabel 7. Data Food and Feeding Habits Angkatan

0.35 0.05 0.16 0.22 0.06 0.16 0.35 0.27 0.06 0.27 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% Jantan Betina

Grafik Tingkat Kematangan Gonad

Dara Dara Berkembang Perkembangan I Perkembangan II Bunting

Kelompok

Jenis Pakan Kelompok

Pemakan Fito Zoo Bentos Bagian

hewan Bagian tumbuhan Dentritus Ikan 1 A  - - -  - - Herbivora 2 A - - - -  - - Herbivora 3 A  - - -  - - Herbivora 4 A  - - -  - - Herbivora 5 A   - -  - - Omnivora 6 A - - - -  - - Herbivora 7 A - - - -  - - Herbivora

(42)

8 A  - - -  - - Herbivora 9 A   - -  - - Omnivora 10 A  - - -  - - Herbivora 11 A  - - -  - - Herbivora 12 A  - - -  - - Herbivora 13 A  - - - Herbivora 14 A - - - -  - - Herbivora 15 A - - - -  - - Herbivora 16 A  - - -  - - Herbivora 17 A  - - -  - - Herbivora 18 A  - - -  - - Herbivora 19 A   - - - Omnivora 20 A   -  - - Omnivora 21 A  - - -  - - Herbivora 22 A   -    - Omnivora 23 A   - -  - - Omnivora 24 A  - - -  - - Herbivora 25 A  - - -  - - Herbivora 26 A  - - -  - - Herbivora 27 A  - - -  - - Herbivora 1 B - - -  - - - Omnivora 2 B - - - -  - - Herbivora 3 B - - -  - - - Omnivora 4 B - - - -  - - Herbivora 5 B - - -  - - - Omnivora 6 B - - -  - - - Omnivora 7 B - - -  - - - Omnvora 8 B - - -  - - - Omnivora 9 B - - -  - - - Omnivora 10 B  - - -  - - Herbivora

(43)

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pembahasan Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Ikan Kembung

Berdasarkan hasil dari praktikum yang dilakukan, didapatkan data ukuran panjang tubuh ikan dengan frekuensi jenis kelaminnya, sebagai berikut:

a) Pertumbuhan ikan kembung

Dalam mencari pertumbuhan ikan kembung, diperlukan pengerjaan menggunakan rumus persamaan Rousefell dan Everhart, dengan b sebagai indicator pertumbuhan Ikan:

Rumus Relasi Panjang dan Berat

∑ ∑ ∑ ∑ ∑ ∑ 11 B  - - - Herbivora 12 B  - - - Herbivora 13 B - - -  - - - Omnivora 14 B  - - - Herbivora 15 B - - -  - - - Omnivora 16 B  - - - Herbivora 17 B  - - - Herbivora 18 B  - - - Herbivora 19 B  - - - Herbivora 20 B  - - - Herbivora 21 B  - - - Herbivora 22 B  - - - Herbivora 23 B  - - - Herbivora 24 B  - - - Herbivora 25 B  - - -  - - Herbivora

(44)

Rumus mencari b ∑ ∑

Berdasarkan nilai b yang diperoleh dari persamaan diatas, didapatkan bahwa b=0,8 yang berarti (b˂3), yang artinya bahwa pertumbuhan ikan seluruh praktikan rata-rata bersifat alometrik positif yaitu pertumbuhan panjang ikan lebih cepat daripada pertambahan berat tubuh ikan. Pada ikan jantan pertumbuhan panjangnya lebih cepat daripada betina.

Ikan Kembung Jantan pada kelompok 13A mempunyai panjang tubuh total 179 mm. Jika dibandingkan berdasarkan dengan data grafik pertumbuhan satu angkatan, ikan kembung kelompok 13A merupakan salah satu dari 18 ikan terpanjang yang memiliki panjang tubuh 179 mm dengan Range panjang 170 – 179 mm. Perbedaan panjang tubuh ikan ini dipengaruhi oleh kebiasaan makan dari ikan kembung itu sendiri, dipengaruhi oleh genetik yang terdapat pada ikan kembung itu sendiri dan juga dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal lainnya.

b) Rasio kelamin ikan kembung

Berdasarkan data yang diperoleh terhadap pembedahan jenis kelamin ikan pada ikan kembung yang dilakukan oleh praktikan, didapatkan bahwa, data kelompok 13A mendapatkan ikan kembung jantan dari hasil praktikum. Didapatkan bahwa data angkatan Ikan kembung jantan berjumlah 33 ekor, sedangkan ikan kembung betina berjumlah 19 ekor, dipresentasikan menjadi jantan 33;63%, sedangkan betina 19;37%

(45)

yang menandakan bahwa ikan kembung jantan mendominasi ikan betina dalam suatu kelompok ikan.

4.2.2. Pembahasan Reproduksi Ikan Kembung

Berdasarkan data hasil percobaan yang diperoleh oleh praktikan, kelompok 13A mendapatkan ikan kembung jantan terlihat dari ciri – cirinya yang tidak menghasilkan telur dan mencapai tingkat kematangan gonadnya pada tahap dara berkembang dengan secara umum dan dilihat secara mata biasa testis jernih, abu-abu-merah. Berdasarkan data angkatan, ikan kembung jantan yang diteliti organ reproduksinya, secara umum berada pada tahap Perkembangan II, dilihat dari warna gonad testes ikan kembung jantan yang berwarna putih, dan tidak mengeluarkan sperma saat di tekan. Sedangkan pada pengamatan godan ikan kembung betina, secara umum telah memasuki tahap bunting, hal ini ditandai dengan ovarium yang telah menghasilkan telur yang bulat dan berwarna jernih dan masak. Pada ikan kembung betina umumnya menghasilkan telur berdiameter rata-rata 37 µm dengan fekunditas yang cukup tinggi, yaitu diatas 1500 yang dipengaruhi faktor tingkat kematangan organ reproduksi dari ikan kembung betina tersebut.

4.2.3. Pembahasan Food and Feeding Habits Ikan Kembung

Berdasarkan hasil pembedahan saluran pencernaan pada ikan kembung yang dilakukan oleh praktikan, berdasarkan data kelompok 13A didapatkan hasil bahwa ikan kembung kami merupakan herbivora dengan ditemukannya fitoplankton dan beberapa bagian tumbuhan pada saluran pencernaan ikan kembung tersebut. Berdasarkan data angkatan didapatkan hasil bahwa ikan kembung umumnya termasuk ikan herbivora dikarenakan dari setiap kelompok data yang menunjukan dominasi adalah data herbivora dan sisanya merupakan omnivora.

(46)
(47)

39

Berdasarkan hasil data percobaan dari praktikum yang telah dilakukan, didapatkan kesimplan bahwa:

 Ikan kembung terdiri dari dua jenis spesies yaitu ikan kembung jantan (Rastrelliger kanagurta) dan ikan kembung betina (Rastrelliger brachysoma), kedua spesies ini dapat dibedakan dari letak titik hitam yang dekat pangkal ekor yang menandakan ikan kembung jantan, serta organ reproduksinya. Panjang ikan kembung jantan umumnya lebih tinggi daripada ikan kembung betina, namun ikan bobot kembung betina lebih besar daripada ikan kembung jantan.

 Ikan kembung termasuk herbivore, makanan utama dari ikan ini adalah fitoplankton.

 Pada suatu kelompok ikan kembung, rasio ikan kembung jantan lebih banyak daripada ikan kembung betina, sehingga dalam kelompok tersebut ikan kembung jantang lebih mendominasi.

 Gonad ikan kembung jantan yang diamati umumnya berada pada tahap Perkembangan II, dilihat dari warna gonad yang putih dan tidak mengeluarkan sperma saat ditekan, sedangkan ikan kembung betina berada pada tahap bunting, hal ini dilihat dari ovarium yang telah menghasilkan sel telur yang berwarna jernih dan bulat, dengan fekunditas rata-rata diatas 1500 butir telur yang dipengaruhi oleh faktor kematangan gonad dari ikan tersebut.

5.2. Saran

Dalam melakukan praktikum identifikasi morfologi dan organ-organ pada ikan kembung, diperlukan kehati-hatian saat memotong bagian organ ikan tersebut, untuk menghindari kerusakan organ yang akan diamati, sehingga mempengaruhi nilai penghitungan yang didapatkan.

(48)

40

DAFTAR PUSTAKA

Effendie, Moch. Ichsan. 1997. Biologi Perikanan. Jakarta: Yayasan Putaka Nusatama

Ichsan, M. 2007. Biologi Perikanan. Bogor: Yayasan Pustaka Nusatama.

Jamil, Sabrun. 2010. Penentuan Daerah Ikan Kembung Lelaki di Perairan pantai barat Sulawesi Selatan. Jurnal Pembangunan dan Alam Lestari Vol.1 No.1.

A, Ali. 2013. Makanan dan Kebiasaan Makan.

http://npl-vedca.blogspot.com/2009/07/makanan-dan-kebiasaan-makan.html

(diakses pada hari Sabtu, 30/03/2014 pukul 20.04)

Halim, Agri. 2014. Cara Makan dan Hubungan Sifat Morfologi dengan Kebiasaan Makan. http://perikananindonesia.com/cara-makan-dan-hubungan-sifat-morfologi-dengan-kebiasaan-makanan/ (diakses pada hari Sabtu, 30/03/2014 pukul 20.20)

(49)

41 LAMPIRAN Lampiran 1. Peralatan Praktikum yang digunakan

Seluruh Peralatan Gunting

Pisau Bedah Penusuk

(50)

42 Lampiran 2. Pembedahan Ikan Kembung

Ikan Kembung Sebelum Dibedah Ikan Kembung Setelah Dibedah

Gonad Ikan Kembung Hati Ikan Kembung

(51)

43 Lampiran 3. Isi dalam Usus Ikan Kembung

Gambar

Gambar 1. Ikan Kembung Jantan  (Sumber: Dokumentasi Praktikan Kelompok 13A)  Kingdom  : Animalia
Tabel 1. Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Kelompok 13A
Tabel 4. Data Kelompok Pertumbuhan dan Rasio Kelamin Angkatan
Grafik 1. Pertumbuhan Ikan Kembung
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini, penggunaan model regresi linier berganda ditujukan untuk mengukur besarnya pengaruh “ Pertumbuhan Jumlah industri dan Pertumbuhan Produk

Bab kelima membentangkan mengenai sebab perceraian dan solusinya, jangan pernah selingkuh, bunuh diri, menangis yang manusiawi dan syar’i, hukum lupa, posisi harta menurut

Penyimpanan kekayaan Reksa Dana dihual o l eh Direksi Row Dana dengan Bank K us

pelanggaran terhadap kode etik, baik dugaan tersebut berasal dari pengetahuan Dewan Kehormatan Daerah sendiri maupun karena laporan dari Pengurus Daerah ataupun pihak lain kepada

Berdasarkan analisis data hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa bibit ulat sutra dari PSA Soppeng dan PSA Temanggung bila dipelihara dalam lingkungan panas

Diagram berjenjang (HIPO) pada Sistem Sistem informasi penilaian properti KJPP FAST Surabaya terdapat 7 proses utama, yaitu proses pengelolahan data master, proses

“Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang Undang, dengan tidak mendapat timbal balik

Titrasi adalah penambahan secara cermat suatu larutan yang mengandung zat yang konsentrasinya telah diketahui kepada larutan kedua yang mengandung zat yang konsentrasi dari zat