BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
A.
A. LaLatatar Ber Belalakakangng Pe
Peran ran perperawawat at dadalam lam memembmbererikaikan n asuasuhahan n papasiesien n pre pre opoperaeratiftif, , dudukukungnganan psikolo
psikologis, gis, perawaperawatan tan segera segera pasca pasca operatif operatif dan dan persiapapersiapan n bagi bagi pasien pasien yang yang akanakan dipulangkan dari rumah sakit tidak dibatasi hanya untuk mengelola drain, mengganti dipulangkan dari rumah sakit tidak dibatasi hanya untuk mengelola drain, mengganti balutan
balutan, , dan dan mengmengangkat angkat jahitan jahitan serta serta staples. staples. DengDengan an mempermemperbesar besar peran peran perawaperawatt dalam perawatan pasien post operatif dapat mempengaruhi penyembuhan luka, maka dalam perawatan pasien post operatif dapat mempengaruhi penyembuhan luka, maka kemampuan observasi perawat sangat penting dalam deteksi awal adanya komplikasi kemampuan observasi perawat sangat penting dalam deteksi awal adanya komplikasi luka pasca operatif.
luka pasca operatif.
Perawatan luka post operasi adalah perawatan yang dilakukan untuk mencegah Perawatan luka post operasi adalah perawatan yang dilakukan untuk mencegah trauma pada kulit, membrane mukosa atau jaringan lain yang disebabkan adanya luka trauma pada kulit, membrane mukosa atau jaringan lain yang disebabkan adanya luka operasi yang merusak permukaan kulit. Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan operasi yang merusak permukaan kulit. Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe tidak hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptic hanya untuk yang memerlukan saja karena efek dan jenis luka. Penggunaan antiseptic hanya untuk yang memerlukan saja karena efek toksinn
toksinnya terhadap sel ya terhadap sel sehat. Untuk membersihsehat. Untuk membersihkan luka kan luka hanya memakai normal saline.hanya memakai normal saline. Oleh karena itu perawat harus mengetahui tentang perawatan luka post operasi dengan Oleh karena itu perawat harus mengetahui tentang perawatan luka post operasi dengan benar
benar sehinggsehingga a dapat dapat membmemberikan erikan asuhan keperawatan asuhan keperawatan pada pada pasien pasien post post operasi operasi yangyang komprehensif.
komprehensif. B
B.. TTuujjuuaann 1.
1. TuTujuajuan n UmUmumum
Mahasiswa mampu mengetahui perawatan luka post operasi. Mahasiswa mampu mengetahui perawatan luka post operasi. 2.
2. TuTujuajuan Kn Khuhusususs a.
a. Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian luka.Mahasiswa mampu mengetahui tentang pengertian luka. b.
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. PERAWATAN LUKA POST OPERASI A. Pengertian
Luka adalah suatu gangguan dari kondisi normal pada kulit ( Taylor, 1997). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau organ tubuh lain (Kozier, 1995).
B. Jenis-Jenis Luka
Luka sering digambarkan berdasarkan bagaimana cara mendapatkan luka itu dan menunjukkan derajat luka (Taylor, 1997).
1. Berdasarkan tingkat kontaminasi
a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah takterinfeksi yang mana tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan,
genital dan urinari tidak terjadi. Luka bersih biasanya menghasilkan luka yang tertutup; jika diperlukan dimasukkan drainase tertutup (misal; Jackson – Pratt). Kemungkinan terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.
b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi), merupakan luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi, kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.
c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau
kontaminasi dari saluran cerna; pada kategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi nonpurulen. Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.
d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu terdapatnya mikroorganisme pada luka.
2. Berdasarkan kedalaman dan luasnya luka
a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.
b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis, dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan sekitarnya. d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan
tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang luas.Luka dan Perawatannya 3. Berdasarkan waktu penyembuhan luka
a. Luka akut : yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen
C. Mekanisme terjadinya luka
1. Luka insisi (Incised wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misal yang terjadi akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi)
2. Luka memar (Contusion Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dan dikarakteristikkan oleh cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3. Luka lecet (Abraded Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan benda yang tidak tajam.
4. Luka tusuk (Punctured Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisau yang masuk kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5. Luka gores (Lacerated Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atau oleh kawat.
6. Luka tembus (Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanya pada bagian awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanya
lukanya akan melebar. Luka dan Perawatannya. 7. Luka Bakar (Combustio)
D. Penyembuhan Luka
Tubuh yang sehat mempunyai kemampuan alami untuk melindungi dan memulihkan dirinya. Peningkatan aliran darah ke daerah yang rusak, membersihkan sel dan benda asing dan perkembangan awal seluler bagian dari proses penyembuhan. Proses penyembuhan terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Sebagai contoh, melindungi area yang luka bebas dari kotoran dengan menjaga kebersihan membantu untuk meningkatkan penyembuhan jaringan (Taylor, 1997).
1. Prinsip Penyembuhan Luka
Ada beberapa prinsip dalam penyembuhan luka menurut Taylor (1997) yaitu:
1) Kemampuan tubuh untuk menangani trauma jaringan dipengaruhi oleh luasnya kerusakan dan keadaan umum kesehatan tiap orang.
2) Respon tubuh pada luka lebih efektif jika nutrisi yang tepat tetap dijaga. 3) Respon tubuh secara sistemik pada trauma.
4) Aliran darah ke dan dari jaringan yang luka.
5) Keutuhan kulit dan mukosa membran disiapkan sebagai garis pertama untuk mempertahankan diri dari mikroorganisme
6) Penyembuhan normal ditingkatkan ketika luka bebas dari benda asing tubuh termasuk bakteri.
2. Fase Penyembuhan Luka
Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Fase penyembuhan luka digambarkan seperti
yang terjadi pada luka pembedahan (Kozier,1995). a. Fase Inflamatori
Fase ini terjadi segera setelah luka dan berakhir 3 – 4 hari. Dua proses utama terjadi pada fase ini yaitu hemostasis dan pagositosis. Hemostasis (penghentian perdarahan)
akibat fase konstriksi pembuluh darah besar di daerah luka, retraksi pembuluh darah, endapan fibrin (menghubungkan jaringan) dan pembentukan bekuan darah di daerah luka. Bekuan darah dibentuk oleh platelet yang menyiapkan matrik fibrin yang menjadi kerangka bagi pengambilan sel. Scab (keropeng) juga dibentuk dipermukaan luka. Bekuan dan jaringan mati, scab membantu hemostasis dan mencegah kontaminasi luka oleh mikroorganisme. Dibawah scab epithelial sel berpindah dari luka ke tepi. Epitelial sel membantu sebagai barier antara tubuh dengan lingkungan dan mencegah masuknya mikroorganisme Luka dan Perawatannya. Fase inflamatori juga memerlukan pembuluh darah dan respon seluler digunakan untuk mengangkat benda-benda asing dan jaringan mati. Suplai darah yang meningkat ke jaringan membawa bahan-bahan dan nutrisi yang diperlukan pada proses penyembuhan. Pada akhirnya daerah luka tampak merah dan sedikit bengkak. Selama sel berpindah lekosit (terutama neutropil) berpindah ke daerah interstitial. Tempat ini ditempati oleh makrofag yang keluar dari monosit selama lebih kurang 24 jam setelah cidera/luka. Makrofag ini menelan mikroorganisme dan sel debris melalui proses yang disebut pagositosis. Makrofag juga mengeluarkan faktor angiogenesis (AGF) yang merangsang pembentukan ujung epitel diakhir pembuluh darah. Makrofag dan AGF bersama-sama mempercepat proses penyembuhan. Respon inflamatori ini sangat penting bagi proses penyembuhan.
b. Fase Proliferatif
Fase kedua ini berlangsung dari hari ke-3 atau 4 sampai hari ke-21 setelah pembedahan. Fibroblast (menghubungkan sel-sel jaringan) yang berpindah ke daerah luka mulai 24 jam pertama setelah pembedahan. Diawali dengan mensintesis kolagen dan substansi dasar yang disebut proteoglikan kira-kira 5 hari setelah terjadi luka.
Kolagen adalah substansi protein yang menambah tegangan permukaan dari luka. Jumlah kolagen yang meningkat menambah kekuatan permukaan luka sehingga kecil kemungkinan luka terbuka. Selama waktu itu sebuah lapisan penyembuhan nampak dibawah garis irisan luka. Kapilarisasi tumbuh melintasi luka, meningkatkan aliran darah yang memberikan oksigen dan nutrisi yang diperlukan bagi penyembuhan. Fibroblast Luka dan Perawatannya berpindah dari pembuluh darah ke luka membawa fibrin. Seiring perkembangan kapilarisasi jaringan perlahan berwarna merah. Jaringan ini disebut granulasi jaringan yang lunak dan mudah pecah.
c. Fase Maturasi
Fase maturasi dimulai hari ke-21 dan berakhir 1-2 tahun setelah pembedahan. Fibroblast terus mensintesis kolagen. Kolagen menjalin dirinya, menyatukan dalam struktur yang lebih kuat. Bekas luka menjadi kecil, kehilangan elastisitas dan meninggalkan garis putih.
3. Faktor yang Mempengaruhi Luka a. Usia
Anak dan dewasa penyembuhannya lebih cepat daripada orang tua. Orang tua lebih sering terkena penyakit kronis, penurunan fungsi hati dapat mengganggu sintesis dari faktor pembekuan darah.
b. Nutrisi
Penyembuhan menempatkan penambahan pemakaian pada tubuh. Klien memerlukan diit kaya protein, karbohidrat, lemak, vitamin C dan A, dan mineral seperti Fe, Zn. Klien kurang nutrisi memerlukan waktu untuk memperbaiki status nutrisi mereka setelah pembedahan jika mungkin. Klien yang gemuk meningkatkan resiko infeksi luka dan penyembuhan lama karena supply darah jaringan adipose tidak adekuat.
c. Infeksi
Infeksi luka menghambat penyembuhan. Bakteri sumber penyebab infeksi. d. Sirkulasi (hipovolemia) dan Oksigenasi
Sejumlah kondisi fisik dapat mempengaruhi penyembuhan luka. Adanya sejumlah besar lemak subkutan dan jaringan lemak (yang memiliki sedikit pembuluh darah). Pada orang-orang yang gemuk penyembuhan luka lambat karena jaringan lemak lebih sulit menyatu, lebih mudah infeksi, dan lama untuk sembuh. Aliran darah
dapat terganggu pada orang dewasa dan pada orang yang menderita gangguan pembuluh darah perifer, hipertensi atau diabetes millitus. Oksigenasi jaringan
menurun pada orang yang menderita anemia atau gangguan pernapasan kronik pada perokok. Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan
menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
4. Hematoma Luka dan Perawatannya
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
5. Benda asing
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
6. Iskemia
Iskemia merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
7. Diabetes
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
8. Keadaan Luka
Keadaan khusus dari luka mempengaruhi kecepatan dan efektifitas penyembuhan luka. Beberapa luka dapat gagal untuk menyatu.
Obat anti inflamasi (seperti steroid dan aspirin), heparin dan anti neoplasmik mempengaruhi penyembuhan luka. Penggunaan antibiotik yang lama dapat membuat seseorang rentan terhadap infeksi luka.
a. Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera. b. Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan
c. Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
E. Komplikasi Penyembuhan Luka
Komplikasi penyembuhan luka meliputi infeksi, perdarahan, dehiscence dan eviscerasi.
1. Infeksi Invasi bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan drainase, nyeri, kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
2. Perdarahan
Perdarahan dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku pada garis jahitan, infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti drain). Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di bawah balutan) jika mungkin harus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi, penambahan tekanan Luka dan Perawatannya
3. Dehiscence dan Eviscerasi
Dehiscence dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang nutrisi,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah, dan dehidrasi, mempertinggi resiko klien mengalami
sebelum kollagen meluas di daerah luka. Ketika dehiscence dan eviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
F. Perkembangan Perawatan Luka
Profesional perawat percaya bahwa penyembuhan luka yang terbaik adalah dengan membuat lingkungan luka tetap kering (Potter.P, 1998). Perkembangan perawatan luka sejak tahun 1940 hingga tahun 1970, tiga peneliti telah memulai tentang perawatan luka. Hasilnya menunjukkan bahwa lingkungan yang lembab lebih baik daripada lingkungan kering. Winter (1962) mengatakan bahwa laju epitelisasi luka yang ditutup poly-etylen dua kali lebih cepat daripada luka yang dibiarkan kering. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa migrasi epidermal pada luka superficial lebih cepat pada suasana lembab daripada kering, dan ini merangsang perkembangan balutan luka modern ( Potter. P, 1998). Perawatan luka lembab tidak meningkatkan infeksi. Pada kenyataannya tingkat infeksi pada semua jenis balutan le:mbab adalah 2,5 %, lebih baik dibanding 9 % pada balutan kering (Thompson. J, 2000). Rowel (1970) menunjukkan bahwa lingkungan lembab meningkatkan migrasi sel epitel ke pusat luka dan
melapisinya sehingga luka lebih cepat sembuh. Konsep penyembuhan luka dengan teknik lembab ini merubah penatalaksanaan luka dan memberikan rangsangan bagi perkembangan balutan lembab ( Potter. P, 1998). Penggantian balutan dilakukan sesuai kebutuhan tidak hanya berdasarkan kebiasaan, melainkan disesuaikan terlebih dahulu dengan tipe dan jenis luka. Penggunaan antiseptik hanya untuk yang memerlukan saja karena efek toksinnya terhadap sel sehat. Untuk membersihkan luka hanya memakai normal saline (Dewi, 1999). Citotoxic agent seperti povidine iodine, asam asetat, seharusnya tidak secara sering digunakan untuk membersihkan luka karena dapat menghambat penyembuhan dan mencegah reepitelisasi. Luka dengan sedikit debris dipermukaannya dapat dibersihkan dengan kassa yang dibasahi dengan sodium klorida dan tidak terlalu banyak manipulasi gerakan. (Walker. D, 1996) Tepi luka seharusnya bersih, berdekatan dengan lapisan sepanjang tepi luka. Tepi luka ditandai dengan
kemerahan dan sedikit bengkak dan hilang kira-kira satu minggu. Kulit menjadi tertutup hingga normal dan tepi luka menyatu. Perawat dapat menduga tanda dari penyembuhan luka bedah insisi :
1. Tidak ada perdarahan dan munculnya tepi bekuan di tepi luka.
2. Tepi luka akan didekatkan dan dijepit oleh fibrin dalam bekuan selama satu atau beberapa jam setelah pembedahan ditutup.
3. Inflamasi (kemerahan dan bengkak) pada tepi luka selama 1 – 3 hari. 4. Penurunan inflamasi ketika bekuan mengecil. Luka dan Perawatannya
5. Jaringan granulasi mulai mempertemukan daerah luka. Luka bertemu dan menutup selama 7 – 10 hari. Peningkatan inflamasi digabungkan dengan panas dan drainase mengindikasikan infeksi luka. Tepi luka tampak meradang dan bengkak.
6. Pembentukan bekas luka.
7. Pembentukan kollagen mulai 4 hari setelah perlukan dan berlanjut sampai 6 bulan atau lebih.
8. Pengecilan ukuran bekas luka lebih satu periode atau setahun. Peningkatan ukuran bekas luka menunjukkan pembentukan kelloid.
E. Tujuan Perawatan Luka
1. Memberikan lingkungan yang memadai untuk penyembuhan luka 2. Absorbsi drainase
3. Menekan dan imobilisasi luka
4. Mencegah luka dan jaringan epitel baru dari cedera mekanis 5. Mencegah luka dari kontaminasi bakteri
6. Meningkatkan hemostasis dengan menekan dressing 7. Memberikan rasa nyaman mental dan fisik pada pasien F. Perawatan Luka Operasi
pula catatan kapan benang / orave kapan dicabut atau dilonggarkan. Diperhatikan pula apakah luka sembuh perprinum atau dibawah luka terdapat eksudat. tempat perawatan pasca operasi atau bedah, setelah tindakan dikamar operasi, penderita dipindahkan dalam kamar rawat (recovery room) yang dilengkapi dengan alat pendingin kamar udara setelah beberapa hari. Bila keadaan penderita gawat segera pindahkan ke unit kamar darurat (intensive care unit)
1. Pemberian cairan, karna selama 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi (PPO), maka pemberian cairan perinfus harus cukup banyak perban mengandung elektrolit yang diperlukan, agar jangan terjadi hipertemia, dehidrasi dan komplikasi pada organ-organ tubuh lainnya.
2. Nyeri, sejak penderita sadar dalam 24 jam pertama. Rasa nyeri masih dirasakan di daerah operasi,untuk mengurangi rasa nyeri diberikan obat-obatan anti septic dan penenang seperti suntikan intramuskuler ptihidin dosis 100-150 mg atau secara perinfus atau obat lainnya.
3. Mobilisasi, segera tahap demi tahap berguna untuk membantu jalnnya penyembuhan penderita. Kemajuan mobilisasi tergantung juga pada jenis operasi yang dilakukan oleh
komplikasi yang mungkin dijumpai.
4. Pemberian obat-obatan, seperti antibiotik, kemotrapi, dan antiflamasi.
5. Perawatan putih, setelah selesai operasi dokter bedah dan anastesi telah membuat rencana pemeriksaan rutin atau (check up) bagi penderita pasca bedah yang diteruskan kepada dokter
atau nakes lain. G. Cara Mengganti Balutan 1. Alat dan bahan
Pinset anatomi Pinset cirurghi Gunting steril
Kapas sublimat / savlon dalam tempatnya Larutan H2O2
Larutan boorwater NaCl 0,9%
Gunting perban (gunting tidak steril) Plester / pembalut
Bengkok Kasa steril Mangkok kecil
Handskon steril 2. Prosedur kerja
Cuci tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan Gunakan sarung tangan steril
Buka plester dan balutan dengan menggunakan pinset
Bersihkan luka dngan menggunakan savlon / sublimat, H2O2, boorwater atau NaCl 0,9% sesuai dengan keadaan luka. Lakukan hingga bersih
Berikan obat luka
Tutup luka dengan menggunakan kasa steril Balut luka
Catat perubahan keadaan luka Cuci tangan
H. Cara mengangkat dan mengambil jahitan 1. Alat dan bahan
Pinset anatomi Pinset cirurghi Arteri klem
Gunting angkat jahitan steril Lidi kapas Kasa steril Mangkok steril Gunting pembalut Plester Alkohol 70%
Larutan H2O2, savlon atu lisol atau larutan lainnya sesuai dengan kebutuhan Obat luka Gunting perban Bengkok Handscon steril 2. Prosedur kerja Cuci tangan
Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan
Gunakan sarung tangan steril
Buka plester dan balutan menggunakan pinset
Bersihkan luka dengan menggunakan savlon / sublimat, H2O2, boorwater, NaCl
0,9% atau lainnya sesuai keadaan luka, lakukan hingga bersih
Angkat jahitan dengan menarik simpul jahitan sedikit ke atas, kemudian gunting benang dan tarik dengan hati-hati
Tekan daerah sekitar luka hingga pus / nanah tidak ada
Berikan obat luka
Tutup luka dengan menggunakan kasa steril
Lakukan pembalutan
Catat perubahan keadaan luka
Cuci tangan
I. Prinsip Management Luka Post Operasi 1. Mengatasi penyakit dan deformitas 2. Pencegahan infeksi
3. Menggunakan tehnik aseptic untuk 48 jam sampai terbentuk jaringan epitel 4. Pembalutan Luka Post Operatif
5. Menghindari komplikasi seperti infeksi, hematoma. J. Observasi luka dan pengkajian pasien
1. Adanya Eksudat.
2. Penyebaran eritema kulit sekitar garis insisi. 3. Nyeri dan edema.
4. Tanda-tanda infeksi. 5. Jaringan granulasi. K. Penatalaksanaan drain
1. Mengobservasi drain dan cairan drainase begitu pasien kembali kebangsal dari kamar operasi dan sesudahnya.
2. Catat volume dan sifat cairan drainase dalam interval yang teratur.
3. Pastikan selang drainase tidak dalam keadaan di klem ( kecuali bila ada instruksi khusus yakni hanya memberikan drainase intermiten ).
4. Pastikan drainase tidak tertutup dan aman atau tidak terbelit/
5. Menjelaskan fungsi dan perawatan kepada pasien agar pasien tidak gelisah atau cemas dan mendorong pasien untuk hidup dan bergerak secara aman dengan drain mereka selama diperlukan titik.
6. Mengganti botol atau kantong drainase untuk mencegah refluks cairan untuk memperkecil resiko infeksi. Catat volume cairan pada bagian kesimbangan cairan.
7. Mengobservasi letak drain, periksa adanya kebocoran dan tanda-tanda infeksi local.
8. Mengganti balutan drain, lakukan hal tersebut sebelum eksudat membasahi balutan. Sebuah kantong stoma dapat dipasang untuk mengumpulkan eksudat
dari drain yang terbuka.
9. Memperpendek dan melepaskan drain sesuai instruksi ahli bedah dan gunakan teknik aseptic. Volume dan sifat alamiah suatu cairan yang terus menerus di alirkan keluar, harus dicatat dan dilaporkan kepada ahli bedah.
L. Komplikasi Luka
1. Perdarahan primer dan sekunder
Perdarahan primer adalah perdarahan yang dijumpai pada saat operasi, yang lazimnya dapat di atasi oleh ahli bedah sebelum operasi diselesaikan secara keseluruhan. Sedangkan perdarahan sekunder biasanya terjadi beberapa hari setelah operasi dan mungkin akibat erosi satu atau beberapa pembuluh darah akibat infeksi, atau akibat nekrosis tekan yang disebabkan oleh letak drain luka
2. Infeksi luka
3. Dehisensi luka
Dehisensi luka adalah rusaknya sebagian atau keseluruhan luka dan dapat berhubungan atau tidak berhubungan dengan infeksi luka.
4. Pembentukan sinus
Sinus merupakan suatu saluran buntu, biasanya berakhir dalam suatu rongga abses, yang gagal untuk sembuh karena rongga tersebut mengandung benda asing.
5. Fistula
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arief. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Morison, Moya. (2004). Manajemen Luka. Jakarta: EGC.
Musrifasul, Uliyah. (2006). KDPK untuk Kebidanan. Surabaya: Salemba Medika.
Ismail. (2011). Luka dan Perawatannya. http://blog.umy.ac.id/topik/files/2011/12/Merawat-luka.pdf (diperoleh tanggal 12 Juli 2012).