• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas Manajemen Resiko

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tugas Manajemen Resiko"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1

RISK MANAGEMENT PLAN

Dalam menjalani sebuah pekerjaan, risiko merupakan suatu bagian penting dari setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia, yang berpengaruh kepada tujuan setiap pekerjaan tersebut. Mulai dari menginisiasikan pekerjaan. perencanaan dan desain, pelaksanaan pekerjaan, control dan maintenance dari pekerjaan tersebut, sampai penutupan dari pekerjaan tersebut, risiko memiliki andil penting dalam kelancaran aspek-aspek pekerjaan. Tingkat risiko pun sangat berkaitan dengan besarnya biaya dari pekerjaan yang akan dilakukan, dan juga waktu yang ditentukan pada perencanaan awal mungkin bisa berubah pada tahap perencanaan tersebut akibat risiko yang memiliki probabilitas kejadian yang tinggi, terkhusus untuk proyek konstruksi (Trauner, 1993).

Beberapa pendalaman mengenai risiko bisa dilakukan dengan mengerti definisi dari kata resiko itu sendiri, beberapa definisi yang dipahami sebagai risiko adalah sebagai berikut;

 Merupakan proses formal, dimana faktor-faktor risiko secara sistematis diidentifikasi, dianalisis dan ditangani.

 Merupakan suatu metode pengelolaan sistematis yang bersifat formal, berkonsentrasi pada mengidentifikasi dan mengendalikan area atau kejadian-kejadian yang berpotensi untuk menyebabkan perubahan yang tidak diinginkan.

 Dalam pekerjaan proyek, adalah sebuah seni dan ilmu pengetahuan yang penting dalam mengidentifikasi, menganalisis dan merespon terhadap faktor-faktor risiko yang ada selama pelaksanaan suatu proyek.

Ketika dikaji ulang, didapat bahwa definisi risiko mempunyai pengertian yang berbeda dari ketidak pastian (uncertainty). Sangat penting untuk bisa membedakan kedua kata tersebut, dimana masing-masing kata tersebut mempunyai muka yang serupa namun pengertian yang jauh berbeda antar satu sama lain. Disini, risiko mempunyai hubungan dengan suatu kejadian yang mempunyai probabilitas peristiwa yang mempengaruhi proses tersebut untuk mencapai tujuan akhirnya. Sementara itu, ketidak pastian tidak memiliki data yang cukup untuk bisa dikaji atauoun dinilai. Dengan kata lain, risiko lebih mudah

(2)

untuk dievaluasi, sementara ketidakpastian lebih sulit untuk diberlakukan penilaian.

Tabel 1.1 Hubungan Risiko dan Ketidakpastian

Risiko Ketidakpastian

1 Tingkat probabilitas kejadian terdefinisi

Tingkat probabilitas tidak terdefinisi 2 Subyek memiliki ukuran kuantitas

yang jelas

Subyek tidak memiliki ukuran kuantitas 3 Adanya dara pendukung mengenai

kemungkinan kejadian

Tidak adanya data pendukung mengenai kemungkinan kejadian

Sumber: Djohanputro, 2008

Dalam kata lain, risiko juga bisa disebut sebagai paparan konsekuensi dari ketidakpastian. Sebuah bentuk dari ketidakpastian yang lebih jelas dan berdata, sehingga bisa disimpulkan penyelesaian masalah dari risiko tersebut agar pekerjaan tetap dapat terselesaikan dengan baik. Risiko sendiri mempunyai output-an yang berbeda, sehingga bisa membuat hasil dari pekerjaan semakin negatif, atau juga positif. Semuanya tergantung dari aspek-aspek yang berengaruh dari risiko itu sendiri, dan hasilnya terkait dengan adanya tindakan susulan yang akan dilakukan untuk mengolah risiko tersebut, atau tidak.

Jadi kesimpulannya adalah, manajemen risiko mempunyai kekuatan untuk mengubah perencanaan structural suatu pekerjaan, dan harus dikaji untuk bisa diarahkan menuju tujuan awal dari pekerjaan. Harus diberlakukan manajemen yang efektif terhadap peluang dan potensi dari efek samping risiko yang dihadapi melibatkan aplikasi yang sistematis dari kebijakan manejemen pekerjaan, dengan melakukan kajian identifikasi, analisis, penilaian, tindakan, dan pengawasan terhadap risiko tersebut.

1.1 Manfaat Risiko

Risiko mampu memberikan manfaat yang membantu pelaksanaan pekerjaan konstruksinya. Secara alamiah proyek konstruksi memiliki sesuatu yang unik dibandingkan bidang pekerjaan lainnya, dimana hal tersebut berkaitan dengan jangka waktu yang tidak dilakukan secara terus menerus, dibatasi dengan keterlibatan sumber daya yang bermacam-macam, seperti manusia, finansial, fasilitas alat, material, perizinan, keterkaitan hukum (contoh; IMB), dan

(3)

lain-lainnya. Dengan mengkaji risiko lebih lanjut, beberapa manfaatnya bisa dijabarkan dalam beberapa poin ini;

 Meminimalkan tidak tercapainya tujuan proyek

 Untuk mengidentifikasi dan mengambil keuntungan terhadap adanya kesempatan

 Membantu project manager secara khusus dalam membuat urutan skala prioritas, pemasukan SDA/M, dan juga implementasi penanggulangan risikonya sendiri

 Membuat sebuah kesempatan untuk pengambilan keputusan yang berdasar  Membuat kerangka sistematis untuk menanggulangi permasalahan risiko

tersebut

1.2 Tahapan Dalam Manajemen Risiko

Risiko merupakan faktor atau perisiwa yang mungkin berpotensi mengganggu kesuksesan atau jalannya suatu proyek. Setiap proyek memiliki resiko, baik internal ataupun eksternal. Resiko internal berhubungan dengan sesuatu yang dimana tim proyek dapat mengontrol atau mempengaruhinya seperti penempatan staff, lingkup proyek, dan estimasi biaya. Sedangkan resiko eksternal adalah peristiwa yang diluar kemampuan kontrol tim manajemen proyek seperti adanya peraturan baru yang menghambat proyek, dan bencana alam.

Hal paling penting dalam manajemen resiko adalah perencanaan manajemen resiko karena dengan rencana manajemen resiko yang baik, manajer proyek dan timnya dapat memperkecil dampak yang mungkin terjadi. Dokumen rencana manajemen resiko dibuat untuk manajemen resiko selama proyek untuk memudahkan tim dalam melihat rencana dan strategi dalam mengatasi risiko yang ada. Dalam proses mendokumentasikan hasil indentifikasi resiko dan analisis tiap fase, harus dicantumkan juga siapa yang akan bertanggung jawab dalam manajemen lingkup resiko tersebut, bagaimana resiko ditangani, bagaimana rencana penanggulanya dilaksanakan dan bagaimana alokasi cadangan proyek yang digunakan.

Di dalam tahap manajemen risiko, terdapat beberapa proses untuk membantu mencapai tujuan penyelesaian masalah dari risiko tersebut. Proses-proses ini mempunyai tujuan untuk memperbesar kemungkinan kejadian-kejadian yang memberikan efek positif terhadap tujuan yang ingin dicapai, dan mengurangi

(4)

kemungkinan kejadian-kejadian yang memberikan efek negative terhadap tujuan proyek tersebut. Beberapa proses ini dijabarkan sebagai berikut;

Plan Risk Management, sebuah proses untuk mengidentifikasi cara untuk melakukan kegiatan manajemen risiko dalam sebuah proyek.

Identify Risks, sebuah proses untuk mengidentifikasi risiko-risiko apasaja yang mempengaruhi proyek, dan mengerti karakteristik-karakteristik dari risiko tersebut.

Perform Qualitative & Quantitative Risk Analysis, dimana proses ini bertujuan untuk mengenal risiko-risiko yang ada dengan sistematika prioritas, dan menganalisa hubungan risiko tersebut secara numerik (berbasis data)

Plan Risk Responses, yaitu sebuah perencanaan untuk mengembangkan pilihan-pilihan tertentu yang bisa diaplikasikan kepada risiko-risiko yang sudah teridentifikasi tersebut, sebagai respon dari risiko tersebut mempengaruhi proses pekerjaan proyek.

Control Risks, yaitu sebuah proses untuk mengimplementasikan identifikasi risiko, analisis risiko (kualitatif dan kuantitatif), dan respon terhadap risiko sesuai dengan arahan dan perencanaan yang sudah dibuat. Pekerjaan-pekerjaan tersebut dilakukan pengontrolan agar hasil dari pekerjaan bisa dilakukan sejalan dengan perencanaan awal manajemen risiko.

1.3 Identifikasi Risiko

Identifikasi risiko adalah sebuah proses untuk mengidentifikasi risiko-risiko apasaja yang mempengaruhi proyek, dan mengerti karakteristik-karakteristik dari risiko tersebut. Dalam konteks proyek konstruksi, pihak-pihak yang terlibat dalam aktifitas identifikasi risiko mencakup project manager, tim proyek, owner, stakeholder, dll.

Beberapa langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi risiko yang ingin dikaji;

 Gathering Information (Mengumpulkan Informasi)

Mempunyai tujuan untuk mengidentifikasi risiko, memahami kemungkinan dan konsekuensi dari setiap risiko.

(5)

 Identifying Risk (Mengidentifikasi Risiko)

Melakukan proses identifikasi dengan mengikuti langkah-langkah tertentu, seperti Brainstorming, Checklist Analysis, melakukan Interview, dll.

 Risk List (Menuliskan Risiko)

(6)

BAB 2

RISK INDENTIFICATION

Identifikasi resiko meliputi kegiatan perkiraan akan resiko yang mungkin terjadi dan dilakukan dokumentasi terhadap resiko-resiko tersebut. Identifikasi ini merupakan alat yang dibutuhkan sepanjang proyek dimulai dari pendanaan, kontrak, dan seluruh tahapan perencanaan serta pengawasan proyek. Identifikasi dan penilaian resiko merupakan tanggungjawab seluruh anggota tim proyek. Identifikasi resiko dimulai pada awal perencanaan tahapan pelaksanaan proyek. Ringkasan profil resiko haruslah digunakan sebagai dokumen resiko. Adapun proyek yang telah dimulai tetap harus meninjau ringkasan profil resiko yang ada guna memperbarui kemungkinan resiko-resiko yang akan terjadi.

Pada kegiatan pengkajian resiko (risk assesment), hirarki pengendalian (hierarchy of control) merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan. Pemilihan hirarki pengendalian memberikan manfaat secara efektifitas dan efesiensi sehingga resiko menurun dan menjadi resiko yang bisa diterima (acceptable risk) bagi suatu organisasi. Secara efektifitas, hirarki kontrol pertama diyakini memberikan efektifitas yang lebih tinggi dibandingkan hirarki yang kedua. Hirarki pengendalian ini memiliki dua dasar pemikiran dalam menurunkan resiko yaitu melaui menurunkan probabilitas kecelakaan atau paparan serta menurunkan tingkat keparahan suatu kecelakaan atau paparan. Pada ANSI Z10: 2005, hirarki pengendalian dalam sistem manajemen keselamatan, kesehatan kerja antara lain:

Eliminasi.

Hirarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain, tujuannya adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu sistem karena adanya kekurangan pada desain. Penghilangan bahaya merupakan metode yang paling efektif sehingga tidak hanya mengandalkan prilaku pekerja dalam menghindari resiko, namun demikian, penghapusan benar-benar terhadap bahaya tidak selalu praktis dan ekonomis. Contoh-contoh eliminasi bahaya yang dapat dilakukan misalnya: bahaya jatuh, bahaya ergonomi, bahaya ruang terbatas, bahaya bising, bahaya kimia.

(7)

Metode pengendalian ini bertujuan untuk mengganti bahan, proses, operasi ataupun peralatan dari yang berbahaya menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko minimal melalui disain sistem ataupun desain ulang. Beberapa contoh aplikasi substitusi misalnya: Sistem otomatisasi pada mesin untuk mengurangi interaksi mesin-mesin berbahaya dengan operator, menggunakan bahan pembersih kimia yang kurang berbahaya, mengurangi kecepatan, kekuatan serta arus listrik, mengganti bahan baku padat yang menimbulkan debu menjadi bahan yang cair atau basah.

Pengendalian tenik/engineering control

Pengendalian ini dilakukan bertujuan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja serta untuk mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem mesin atau peralatan. Contoh-contoh implementasi metode ini misal adalah adanya penutup mesin/machine guard, circuit breaker, interlock system, start-up alarm, ventilation system, sensor, sound enclosure.

Sistem peringatan/warning system

Adalah pengendian bahaya yang dilakukan dengan memberikan peringatan, instruksi, tanda, label yang akan membuat orang waspada akan adanya bahaya dilokasi tersebut. Sangatlah penting bagi semua orang mengetahui dan memperhatikan tanda-tanda peringatan yang ada dilokasi kerja sehingga mereka dapat mengantisipasi adanya bahaya yang akan memberikan dampak kepadanya. Aplikasi di dunia industri untuk pengendalian jenis ini antara lain berupa alarm system, detektor asap, tanda peringatan (penggunaan APD spesifik, jalur evakuasi, area listrik tegangan tinggi, dll).

Pengendalian administratif/ administratif control

Kontrol administratif ditujukan pengandalian dari sisi orang yang akan melakukan pekerjaan, dengan dikendalikan metode kerja diharapkan orang akan mematuhi, memiliki kemampuan dan keahlian cukup untuk menyelesaikan pekerjaan secara aman. Jenis pengendalian ini antara lain seleksi karyawan, adanya standar operasi baku (SOP), pelatihan, pengawasan, modifikasi prilaku, jadwal kerja, rotasi kerja, pemeliharaan, manajemen

(8)

perubahan, jadwal istirahat, investigasi dll. dan Sepatu Keselamatan. Dan APD yang lain yang dibutuhkan untuk kondisi khusus, yang membutuhkan perlindungan lebih misalnya: faceshield, respirator, SCBA (Self Content Breathing Aparatus),dll. Pemeliharaan dan pelatihan menggunakan alat pelindung diripun sangat dibutuhkan untuk meningkatkan efektifitas manfaat dari alat tersebut. Dalam aplikasi pengendalian bahaya, selain kita berfokus pada hirarkinya tentunya dipikirkan pula kombinasi beberapa pengendalian lainnya agar efektifitasnya tinggi sehingga bahaya dan resiko yang ada semakin kecil untuk menimbulkan kecelakaan.

Alat pelindung diri

Pemilihan dan penggunaan alat pelindung diri merupakan merupakan hal yang paling tidak efektif dalam pengendalian bahaya,dan APD hanya berfungsi untuk mengurangi seriko dari dampak bahaya. Karena sifatnya hanya mengurangi, perlu dihindari ketergantungan hanya menggandalkan alat pelindung diri dalam menyelesaikan setiap pekerjaan. Alat pelindung diri Mandatory adalah antara lain: Topi keselamtan (Helmet), kacamata keselamatan, Masker, Sarung tangan, earplug, Pakaian (Uniform)

2.2 Perencanaan Identifikasi Resiko 2.2.1 Metodologi

Pendekatan yang dilakukan dalam proses manajemen risiko pada proyek Pembangunan Embung Kebun Raya Batam adalah menerapkan proses manajemen risiko yang telah ditetapkan oleh PT. Brantas Abipraya (Persero), yakni sebuah proses yang terus-menerus dan berulang, proses intinya terdiri atas 1) Melakukan Identifikasi Risiko, 2) Melakukan Asesmen Risiko, dan 3) Memberi Tanggapan dan Perlakuan atas Risiko. Manajemen risiko harus mampu mengakomodasi risiko teknis pekerjaan, efisiensi biaya, dan efisiensi waktu kontrak.

Sumber informasi dan teknik yang bisa digunakan dalam pelaksanaan manajemen risiko yaitu:

(9)

 Arsip/rekod proyek-proyek yang telah dilaksanakan PT. Brantas Abipraya (Persero),

 Praktek/pengalaman pihak lain dalam proyek yang relevan,  Studi kepustakaan,

 Wawancara dengan pakar terkait. 2.2.2 Kategori Risiko

Menurut penyebabnya, pengelompokan risiko yang akan diterapkan pada proyek ini adalah berdasarkan tujuh kategori, yaitu 1) material, 2) manusia, 3) metode pelaksanaan dan peralatan, 4) lingkungan, 5) manajerial, 6) keuangan dan 7) desain dan dokumentasi. Sementara, menurut tingkatnya, risiko dikategorikan menjadi enam tingkat yaitu: 1) Risiko Sangat Rendah (R1), 2) Risiko Rendah (R2), 3) Risiko Moderat Rendah (M1), 4) Risiko Moderat Tinggi (M2), 5) Risiko Tinggi (T1), dan 6) Risiko Sangat Tinggi (T2). 2.2.3 Definisi Probabilitas dan Dampak Risiko

Pendefinisian probabilitas dan dampak risiko dijelaskan sebagai berikut:  Tingkat Probabilitas, dibagi dalam tiga tingkat yaitu

Tabel 2.2 Definisi Tingkat Probabilitas Risiko

Aspek Ringan Menengah Berat

Kuantitatif Di atas 20% sampai 50% Di atas 50% sampai 80% Di atas 80% Kualitatif Kemungkinan kecil terjadi Sama kemungkinann ya antara terjadi dan tidak Cenderung dipastikan sangat mungkin terjadi

Tingkat Dampak, dibagi dalam tiga tingkat yaitu

Tabel 2.3 Tabel Definisi Tingkat Dampak Risiko

Aspek Ringan Menengah Berat

Penurunan atas sasaran Terjadi penurunan yang kecil Terjadi penurunan sebesar sekitar Terjadi penurunan yang sangat berat dan

(10)

Aspek Ringan Menengah Berat setengah dari sasaran terjadi kegagalan total Penurunan laba dibandingkan penawaran Penurunan 1% atau kurang Penurunan di atas 1% sampai 2% Penurunan lebih dari 2%

2.2.4 Matriks Probabilitas dan Dampak

Matriks Probabilitas dan Dampak adalah sebagai berikut:

Tabel 2.4 Matriks Probabilitas dan Dampak Risiko Probabilita s Dampak Ringa n Menenga h Bera t Kecil R1 R2 M2 Sedang R2 M1 T1 Besar M2 T1 T2

2.2.5 Ketentuan dalam Toleransi dan Pengambilan Keputusan untuk Menerima Risiko

Pedoman terkait toleransi dan pengambilan keputusan untuk menerima risiko yang akan diterapkan pada pelaksanaan proyek ini adalah sebagai berikut:

Tabel 2.5 Ketentuan Toleransi Risiko dan Pengambil Keputusannya

Tingkat Risiko Ketentuan

Toleransi

Pengambil Keputusan Tinggi (T1) dan

Sangat Tinggi (T2)

Hanya boleh diterima jika dipandang perlu

dan dapat

menghasilkan nilai tertentu

Boleh diputuskan oleh Manajer Proyek hanya jika mendapat

persetujuan direksi

Moderat Rendah (M1) dan Moderat

Tinggi (M2)

Boleh diterima Hanya boleh

diputuskan oleh

(11)

Sangat Rendah (R1) dan Rendah

(R2)

Boleh diterima Boleh diterima oleh personil yang bertanggungjawab melakukan asesmen resiko

Adapun jika risiko dapat dimitigasi, maka ketentuan toleransi yang berlaku untuk keputusan menerima tingkat perkiraan risiko dan langkah-langkah yang diperlukan untuk melakukan mitigasi tersebut.

2.2.6 Hasil Identifikasi Resiko

Elemen masukan (input) yang digunakan pada proses identifikasi risiko pada proyek Pembangunan Embung Kebun Raya Batam ini antara lain:

 Rencana Manajemen Risiko  Daftar stakeholder

Organizational Process Assets PT. Brantas Abipraya (Persero), berupa dokumen Prosedur Penerapan Manajemen Risiko Konstruksi (Edisi III) nomor 2-000-70-04/03.

Metode identifikasi risiko yang dipakai adalah documentation reviews berupa studi kepustakaan. Studi kepustakaan yakni mempelajari dokumen-dokumen yang memuat informasi mengenai praktik dan pengalaman manajemen risiko pada proyek-proyek yang sejenis dan relevan, seperti laporan-laporan proyek/kerja praktik, skripsi dan tesis.

Hasil akhir dari proses identifikasi risiko adalah berupa daftar risiko sebagaimana yang disajikan pada Tabel 12.6 di bawah ini:

Tabel 2.6 Daftar Risiko Hasil Proses Identifikasi Risiko

Komponen Risiko Risiko Referensi

Material Material yang dipakai tidak sesuai spesifikasi

 Jumlah material yang dibutuhkan tidak cukup.

 Kedatangan material terlambat

 Material rusak dan tidak sesuai dengan persyaratan konstruksi

Pandopa, Riza. (Tesis)

Manusia Kemampuan tenaga pengawas proyek kurang

Pandopa, Riza. (Tesis)

(12)

Komponen Risiko Risiko Referensi

 Jumlah tenaga pengawas proyek tidak memadai

 Jumlah pekerja kurang

 Keterampilan pekerja tidak memadai

 Produktifitas pekerja rendah

 Kecelakaan kerja

 Kualitas tim engineering proyek kurang baik

 Jumlah personil tim engineering proyek kurang

 Kompetensi personil tidak sesuai dengan tugasnya

 Pembagian tugas dan wewenang tidak jelas

Metode pelaksanaan dan peralatan

 Metode pelaksanaan tidak tepat

 Jenis peralatan yang digunakan tidak tepat

 Jumlah peralatan yang digunakan kurang

 Buruknya penataan site layout

Pandopa, Riza. (Tesis)

Lingkungan  Cuaca kurang baik (hujan dan banjir)

 Kerusakan oleh pihak ketiga

Pandopa, Riza. (Tesis)

Manajerial  Komunikasi antar pihak kurang baik

 Alur koordinasi antar pihak tidak jelas

 Penjadwalan proyek tidak sempurna

Pandopa, Riza. (Tesis).

Keuangan  Pembayaran oleh owner yang terlambat Pratama, Riangga Anugrah (Skripsi) Desain dan dokumentasi

 Jadwal proyek yang ketat

 Adanya perubahan desain dan lingkup pekerjaan

 Gambar kerja tidak jelas

 Pengendalian dokumen di lapangan tidak baik

Pandopa, Riza. (Tesis)

Gambar

Tabel 1.1 Hubungan Risiko dan Ketidakpastian
Tabel 2.2 Definisi Tingkat Probabilitas Risiko
Tabel 2.4 Matriks Probabilitas dan Dampak Risiko
Tabel 2.6 Daftar Risiko Hasil Proses Identifikasi Risiko

Referensi

Dokumen terkait

Pemeritahan sekitar sangat mendukung dengan adanya pondok pesantren subulul huda, karena secara langsung pondok pesantren subulul huda ikut serta dalam proses

Pelaksanaan Kompetensi pedagogik dalam mewujudkan strategi pembelajaran guru PAI An-nizam Medan dalam hal kesulitan belajar, semua peserta didik memiliki itu semua dan di

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

Jika dibandingkan dengan pola susunan konvensional lainnya, pola fcc memiliki keuntungan diantaranya adalah penggunaan volume kemasan yang lebih baik sehingga dapat

Berdasarkan uji-t bahwa variabel kepemimpinan adalah variabel yang paling dominan terhadap efektivitas pelayanan, hal ini menunjukkan bahwa kepemimpinan sesuai dengan

menentukan daya dukung ekosistem lokal dan regional. Seakan manusia mampu menentukan dengan pasti batas-batas daya dukung alam yang dianggap aman untuk sebuah tindakan

Hatay ANTALYA ﻪﻴﻟﺎﺘﻧﺁ Sancak Mrk.. Ş imdi Arnavutluk’ta Dirin nehri kenar ı nda bir nahiyedir. Arnavutluk fetholundu ğ unda bu aile Müslüman olmu ş tur..

Variabel bebas (x 2 ) yang digunakan dalam penelitian ini adalah Debt to Equity Ratio , rasio ini menggambarkan perbandingan antara jumlah modal dan jumlah hutang yang