• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggriawan et al, Efektivitas Penggunaan Multimedia 219

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Anggriawan et al, Efektivitas Penggunaan Multimedia 219"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS

GUIDED-DISCOVERY LEARNING

DALAM MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN MAHASISWA

TERHADAP MATERI SIMETRI MOLEKUL

The Effectiveness of Using Interactive Multimedia Based on Guided-Discovery Learning in Developing Students’ Understanding of Molecular Symmetry

Brian Anggriawan1, Effendy2, Endang Budiasih3

1Program Pascasarjana Pendidikan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang 2,3Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Malang

Jl. Semarang 5 Malang, HP 085749770700 e-mail korespondensi: brian.anggriawan89@gmail.com

ABSTRAK

Simetri Molekul merupakan materi yang dianggap sulit oleh mahasiswa sebab untuk memahaminya dibutuhkan kemampuan membangun representasi internal bentuk molekul tiga dimensi dan memanipulasinya dalam ruang yang baik. Berdasarkan hal tersebut, beberapa peneliti telah membangun multimedia yang spesifik dirancang untuk membantu mahasiswa memahami materi Simetri Molekul dengan mudah. Namun, penyampaian uraian materi Simetri Molekul dalam multimedia tersebut umumnya bersifat informatif sehingga mahasiswa bersifat pasif saat kegiatan pembelajaran. Penggunaan multimedia interaktif berbasis guided-discovery learning diduga mampu mengatasi pemasalahan tersebut karena mampu menampilkan multirepresentasi terhadap konsep kimia serta memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk aktif mengeksplorasi konsep dan membangun pemahamannya secara mandiri. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keefektifan penerapan multimedia interaktif berbasis guided-discovery learning dengan multimedia interaktif berbasis expository instruction dalam mengembangkan pemahaman mahasiswa terhadap materi Simetri Molekul. Penelitian dilakukan menggunakan rancangan eksperimen semu dengan 72 mahasiswa sebagai sampel. Instrumen tes pemahaman materi Simetri Molekul yang digunakan memiliki tingkat validitas isi sebesar 94,2% dan koefisien reliabilitas berdasarkan uji Alpha Cronbach sebesar 0,843. Analisis data dilakukan menggunakan uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman materi Simetri Molekul mahasiswa yang dibelajarkan menggunakan multimedia interaktif berbasis guided-discovery learning lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa yang dibelajarkan menggunakan multimedia interaktif berbasis expository instruction.

Kata Kunci: guided-discovery learning, multimedia interaktif, simetri molekul

ABSTRACT

Molecular Symmetry proves to be difficult topic for student because in order to understand this topic requires the ability to mentally visualize the molecule in three dimensions and manipulate them. Considering these fact, several researchers have developed multimedia to enhance learning of Molecular Symmetry topic. However, all those multimedia presented conceptual definition directly and creates a passive role for students. The use of interactive multimedia based on guided-discovery learning could be expected to overcome this problems because it provide multiple representations of chemical concepts and give students the opportunity for active exploration and construct their own understanding. The aim of this study is to compare the effectiveness of using interactive multimedia based on guided-discovery learning with interactive multimedia based on expository instruction in developing students’ understanding of Molecular Symmetry. This study used the quasi-experimental research design with 72 undergraduate students as a sample. Molecular symmetry mastering test instrument that used in this study had content validity index of 94,2% and reliability coefficient, measured with Alpha Cronbach, of 0,843. Data were analyzed using the t-test. The result of this study showed that students’ understanding in guided-discovery group is significantly higher than the expository group.

Keywords: guided-discovery learning, interactive multimedia, symmetry molecule

Simetri molekul merupakan salah satu materi kimia yang didasarkan atas visualisasi. Tuvi-Arad & Gorksy (2007) menyatakan bahwa untuk dapat memahami materi Simetri Molekul dengan baik diperlukan (1) kemampuan memvisualisasi dan memahami bentuk molekul secara tiga dimensi; (2) kemampuan untuk memvisua-lisasi dan mendeskripsikan bentuk molekul setelah dilakukan rotasi, refleksi, dan inversi; dan (3) kemampuan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya unsur simetri pada objek secara tepat. Ketiga proses kognitif tersebut dapat dilakukan

dengan baik oleh mahasiswa apabila mereka memiliki kemampuan spasial yang tinggi. Kemampuan spasial merupakan kemampuan untuk membangun representasi internal terhadap objek tiga dimensi berdasarkan representasi dua dimensi dan melakukan rotasi atau inversi terhadap representasi internal tersebut (Barnea, 2000). Faktanya, banyak mahasiswa yang masih memiliki kemampuan spasial rendah (Tuckey et al., 1999). Hal ini menyebabkan materi Simetri Molekul cenderung sulit untuk dipahami dengan baik oleh mahasiswa apabila dalam kegiatan pembalajaran tidak didukung dengan

(2)

media visualisasi yang dapat menggambarkan bentuk

molekul secara tiga dimensi dan dinamis.

Media visualisasi yang dinilai efektif menampilkan multirepresentasi terhadap bentuk molekul adalah multimedia berbasis komputer (Antonogluo, et al., 2011; Barnea & Dori, 1999; Tuvi-Arad & Gorsky, 2007). Multimedia berbasis komputer merupakan aplikasi berbasis komputer yang menginte-grasikan teks, audio, gambar, model tiga dimensi virtual, animasi, simulasi, dan video (Chiu & Wu, 2009:256). Multimedia berba-sis komputer dapat secara spesifik dirancang untuk diterapkan dalam pembelajaran kimia dalam upaya menampilkan multirepresentasi terhadap konsep dan memiliki aspek interaktif sehingga disebut sebagai multimedia pembelajaran interaktif. Aspek interaktif diintegrasikan dalam multimedia pembelajaran dengan menyediakan fitur yang memungkinkan terjadinya interaksi berupa dialoguing, controlling, manipu-lating,

searching, dan navigating (Moreno & Mayer, 2007). Wu & Shah (2004) menyatakan bahwa penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran kimia dapat mereduksi tingkat keabstrakan dan kekompleksan konsep sehingga mahasiswa dapat membangun representasi internal konsep dengan tepat.

Multimedia yang spesifik dirancang untuk pembelajaran materi Simetri Molekul telah banyak dikembangkan, dua di antaranya adalah 3D Molecular Symmetry: An Interactive Guide oleh Cass et al. (2005) dan Molecular Symmetry on the Web oleh Antonoglou et al. (2011). Namun, penyam-paian uraian materi Simetri Molekul pada multimedia pembelajaran tersebut bersifat informatif. Dengan demikian proses pembelajaran yang menerapkan multimedia tersebut cenderung menggunakan model expository instruction. Swaak et al. (2004) dalam penelitiannya yang dilakukan pada siswa SMA menjelaskan bahwa pembela-jaran yang menggunakan multimedia berbasis expository instruction kurang mendukung siswa untuk memahami materi secara mendalam walaupun telah didukung multirepresentasi. Hal ini disebabkan proses pembelajaran yang berpusat pada guru dan peran siswa dalam proses pembelajaran hanya menghafal dan memahami semua informasi yang sampaikan guru dan ditampikan pada multimedia. Di samping itu, Swaak et al. (2004) juga menemukan bahwa pembelajaran menggunakan multimedia berbasis

expository instruction kurang mendukung siswa untuk berinteraksi dengan multimedia.

Suatu multimedia pembelajaran hendak-nya juga dirancang secara spesifik untuk mendukung proses belajar mandiri, disamping untuk menampilkan multirepre-sentasi terhadap konsep. Hal ini dapat dilakukan dengan cara mengintegrasikan multimedia pembelajaran dengan suatu model pembelajaran konstruktivistik (Barnea & Dori, 1999). Salah satu model pembelajaran konstruktivistik yang cocok untuk mengajarkan materi Simetri Molekul adalah guide-discovery learning. Pengintegrasian multimedia pembelajaran interaktif dengan model pembelajaran guide-discovery dapat

dilakukan dengan menyediakan deretan pertanyaan pengiring dan simulator dalam multimedia tersebut. Pertanyaan pengiring adalah deretan pertanyaan yang dirancang khusus untuk membimbing mahasiswa mencapai pemahaman konsep atau generalisasi (Eggen & Kauchak, 2012). Sedangkan simulator merupakan model virtual atau animasi yang memungkinkan mahasiswa untuk memanipulasi parameter yang ada (Plass et al., 2009). Simulator dalam multimedia pembelajaran matei Simetri Molekul memungkinkan mahasiswa untuk merubah jenis unsur simetri dan posisinya relatif terhadap molekul kemudian mengujinya untuk mengamati pengaruh operasi tersebut terhadap molekul. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk secara aktif mengeksplorasi konsep abstrak tersebut dalam rangka membangun pemahamannya.

Pengaplikasian multimedia pembela-jaran interaktif berbasis guide-discovery learning diduga efektif dalam mengembang-kan pemahaman mahasiswa terhadap materi Simetri Molekul secara mendalam. Namun, belum ditemukan artikel atau laporan hasil penelitian yang terkait pengembangan dan penerapan multimedia pembelajaran interaktif materi Simetri Molekul berbasis

guide-discovery learning. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti melakukan penelitian terkait penerapan multimedia pembelajaran interaktif materi Simetri Molekul berbasis guide-discovery learning untuk menguji “apakah ada perbedaan pemahaman mahasiswa pada materi Simetri Molekul antara yang dibelajarkan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif berbasis guided-discovery learning dengan yang menggunakan multimedia pembelajaran interaktif berbasis expository instruction?” Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan keefektifan penerapan multimedia pembelajaran interaktif berbasis guide-discovery learning

dengan multimedia pembelajaran interaktif berbasis

expository instruction dalam mengembangkan

pemahaman mahasiswa terhadap materi Simetri Molekul.

METODE

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian eksperimental semu (quasi-experimental design) dengan pretest-posttest control group design. Penelitian dilaksanakan di jurusan Kimia Universitas Negeri Surabaya. Sampel dalam penelitian ini adalah 72 mahasiswa semester tiga yang sedang menempuh matakuliah Kimia Fisika I. Teknik yang digunakan dalam pemilihan sampel adalah

convenience sampling sebab hanya ada dua kelas yang memiliki jumlah mahasiswa yang banyak dan sebanding. Kelas eksperimen terdiri dari 35 mahasiswa dan kelas kontrol terdiri dari 37 mahasiswa. Berdasarkan hasil pretes diketahui bahwa semua sampel penelitian belum memiliki pemahaman terhadap materi Simetri Molekul.

Multimedia yang digunakan dalam penelitian merupakan hasil pengembangan peneliti. Multimedia pembelajaran yang dikembangkan berupa file executable

(3)

(.exe) yang dapat dioperasikan pada semua komputer

dengan operating system (OS) Windows tanpa tambahan

software lainnya. Cakupan materi Simetri Molekul dalam multimedia adalah (1) Pengertian Simetri, (2) Kepolaran Molekul dan Kaitannya dengan Simetri, dan (3) Kekiralan Molekul dan Kaitannya dengan Simetri. Penyajian uraian materi pada multimedia didukung dengan model molekul virtual yang dapat menampilkan bentuk molekul dan unsur simetri secara tiga dimensi serta menampilkan animasi pergerakan molekul saat dikenai suatu operasi simetri seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Multimedia didesain secara khusus agar mahasiswa dapat mempelajari materi dengan urutan yang benar. Sebagai contoh, mahasiswa tidak dapat mengakses submateri Simetri dan Kaitannya dengan Kepolaran Molekul bila mereka belum mempelajari Operasi Simetri secara tuntas.

Terdapat dua jenis multimedia pembelajaran interaktif yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu multimedia berbasis guided-discovery learning dan multimedia berbasis expository instruction. Kedua multimedia tersebut tidak berbeda dari segi isi. Perbedaan kedua multimedia terletak pada metode penyampaian uraian materi, tingkat keinteraktifannya, dan kemampuan model molekul virtual dalam menampilkan animasi seperti yang disajikan pada Tabel 1. Kedua multimedia pembelajaran tersebut dikembangkan telah divalidasi oleh dua orang dosen Universitas Negeri Malang. Multimedia pembelajaran berbasis guided-discovery learning

memiliki tingkat validitas isi sebesar 87,5% dan multimedia pembelajaran berbasis expository instruction

memiliki tingkat validitas isi sebesar 86,7%.

Gambar 1 Tampilan Multimedia Pembelajaran Interaktif Materi Simetri Molekul

Tabel 1 Perbedaan Multimedia Pembelajaran Berbasis Guided-Discovery Learning dan Multimedia Pembelajaran Berbasis

Expository Instruction

No. Faktor Pembeda Multimedia Berbasis Guided-Discovery Learning Multimedia Berbasis Expository Instruction 1 Penyampaian materi Materi disampaikan melalui pertanyaan pengiring,

bersifat induktif, dan disesuaikan dengan tahap-tahap pembelajaran guided-discovery learning.

Materi disampaikan secara langsung, bersifat deduktif, dan disesuaikan dengan tahap-tahap pembelajaran expository instruction. 2 Tingkat interaktif

a. Dialoguing Tinggi, yaitu melalui pertanyaan pengiring Rendah b. Manipulating Tinggi, karena mahasiswa dapat merubah jenis dan

posisi sumbu rotasi sejati relatif terhadap molekul pada simulator

Tidak ada

3. Kemampuan model molekul virtual dalam menampilkan animasi

Multimedia didukung dengan fitur simulator yang dapat menampilkan animasi pergerakan molekul saat dikenai suatu operasi, baik operasi simetri dari molekul terkait dan bukan operasi simetri.

Multimedia hanya menampilkan animasi pergerakan molekul saat dikenai suatu operasi simetri dari molekul terkait.

(4)

Proses pembelajaran dilakukan dalam tiga kali

pertemuan dengan total waktu 6 × 50 menit. Pada saat proses pembelajaran, pengajar menampilkan multimedia melalui proyektor. Seluruh mahasiswa membawa laptop sehingga mereka dapat berinteraksi langsung dengan multimedia pada laptopnya masing-masing. Proses pembelajaran materi Simetri Molekul pada kelas eksperimen menggunakan multimedia pembelajaran berbasis guided-discovery learning. Di samping itu, proses pembelajaran pada kelas eksperimen mengikuti tahap-tahap pembela-jaran guided-discovery learning

Menurut Eggen & Kauchak (2012), yaitu: (1) Fase pendahuluan, yaitu pengajar menarik perhatian mahasiswa melalui stimulus visual yang ditampilkan pada multimedia dan menetapkan fokus pembelajaran; (2) Fase berujung-terbuka, yaitu pengajar menampil-kan contoh-contoh melalui multimedia dan memberikan pertanyaan berujung-terbuka yang mendorong mahasiswa untuk mengamati dan membandingkan contoh-contoh tersebut; (3) Fase konvergen, pada fase ini mahasiswa menjawab pertanyaan-pertanyaan lebih spesifik yang dirancang untuk membimbing mereka mencapai pemahaman tentang konsep atau generalisasi; dan (4) Fase penutup dan penerapan, yaitu pengajar membimbing mahasiswa memahami definisi suatu konsep atau pernyataan generalisasi dilanjutkan mahasiswa menerapkan pemahaman mereka ke dalam konteks baru.

Proses pembelajaran pada kelas kontrol menggunakan multimedia pembelajaran berbasis

expository instruction. Di samping itu, proses

pembelajaran pada kelas kontrol mengikuti tahap-tahap pembelajaran expository instruction menurut Eggen & Kauchak (2012), yaitu: (1) Fase perkenalan dan review, yaitu pengajar menarik perhatian mahasiswa melalui stimulus visual yang ditampilkan pada multimedia dan mereview pengetahuan awal mahasiswa; (2) Fase presentasi, yaitu pengajar menjelaskan materi berdasarkan uraian pada tampilan multimedia atau memperagakan keteram-pilan di depan kelas; (3) Fase latihan terbimbing, yaitu mahasiswa berlatih mengerjakan soal dibawah bimbingan pengajar; dan (4) Fase latihan mandiri, pada fase ini mahasiswa berlatih mengerjakan soal secara mandiri.

Pemahaman mahasiswa terhadap materi Simetri Molekul hasil pembelajaran menggunakan multimedia interaktif diukur menggunakan instrumen tes pemahaman materi Simetri Molekul. Instrumen tes pemahaman materi Simetri Molekul berupa tes tulis uraian dan terdiri dari 10 butir soal. Instrumen tes pemahaman materi Simetri Molekul yang digunakan telah divalidasi oleh dua orang dosen Universitas Negeri Malang dan menghasilkan tingkat validitas isi sebesar 94,2%. Selanjutnya, berdasarkan hasil uji coba diketahui bahwa instrumen tes pemahaman materi Simetri Molekul memiliki koefisien reliabilitas berdasarkan uji Alpha Cronbach sebesar 0,843.

Data hasil postes selanjutnya dianalisis menggunakan uji t sampel independen dengan taraf signifikan (α) sebesar 0,05.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Skor tes pemahaman materi Simetri mahasiswa hasil pembelajaran mengguna-kan multimedia interaktif berbasis guided-discovery learning dan expository instruction diberikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Skor Tes Pemahaman Materi Simetri Mahasiswa Deskripsi Guided-Discovery Kelas

Learning Expository Instruction

x

67,5 62,1

N 35 37

SD 9,8 12,0

Keterangan: Nilai maksimal tes pemahaman materi Simetri adalah 81.

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa rata-rata skor postes pemahaman materi Simetri Molekul mahasiswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan mahasiswa pada kelas kontrol. Selanjutnya, berdasarkan uji hipotesis menggunakan uji t diperoleh nilai thitung sebesar 2,062. Nilai ttabel (α = 0,05,

df = 70) adalah 1,995. Nilai thitung lebih besar daripada nilai ttabel. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai postes materi Simetri Molekul kelas eksperimen dan kelas kontrol berbeda secara signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan multi-media berbasis guided-discovery

learning lebih efektif dalam mengembangkan

pemahaman mahasiswa terhadap materi Simetri Molekul daripada pembelajaran dengan menggunakan multimedia berbasis expository instruction.

Terdapat tiga hasil analisis yang dapat menjelaskan temuan penelitian tersebut. Analisis pertama, pada pembelajaran guided-discovery

mahasiswa dibimbing untuk membangun pemahamannya secara mandiri melalui deretan pertanyaan pengiring sehingga memungkinkan mahasiswa untuk memahami materi Simetri Molekul secara utuh dan bukan hanya sekedar menghafal definisi suatu konsep secara verbal (Trowbridge & Bybee, 1990). Sebaliknya, mahasiswa yang dibelajarkan dengan expository tidak secara aktif membangun pemahamannya sehingga memungkinkan mahasiswa untuk memahami konsep operasi simetri secara parsial atau dangkal (Swaak et al.,2004).

Analisis kedua, pembelajaran guided-discovery

lebih mendorong mahasiswa untuk berinteraksi dengan multimedia dibandingkan pembelajaran expository. Pada pembelajaran guided-discovery fase penutup dan penerapan, mahasiswa belajar mengidentifikasi operasi simetri yang ada pada molekul melalui simulator (lihat Gambar 1) dibawah bimbingan pengajar melalui pertanyaan pengiring. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa mahasiswa aktif berinteraksi dengan

(5)

multimedia saat berusaha menemukan operasi simetri

yang ada pada molekul. Interaksi antara mahasiswa dengan multimedia berupa controlling dan manipulating.

Interaksi controlling berupa aktivitas memutar-mutar model molekul virtual pada simulator untuk melihat penampilan molekul dari sudut pandang yang berbeda. Sedangkan interaksi manipulating berupa aktivitas merubah jenis unsur simetri dan posisinya relatif terhadap molekul kemudian mengujinya untuk mengamati pengaruh operasi tersebut terhadap molekul. Sebaliknya, pada multi-media berbasis expository instruction tidak disediakan fitur simulator. Artinya, multimedia berbasis expository instruction hanya dapat menampilkan animasi operasi simetri terhadap suatu molekul serta mahasiswa tidak dapat merubah jenis unsur simetri dan posisinya relatif terhadap molekul (interaksi manipulating). Berdasar-kan hasil pengamatan diketahui bahwa interaksi mahasiswa dengan multimedia sebatas memasukkan jawaban dari soal latihan yang diberikan. Mahasiswa terlihat jarang memutar-mutar model molekul virtual untuk melihat penampilan molekul dari berbagai sudut pandang saat proses latihan tersebut (interaksi controlling).

Tingginya intensitas interaksi maha-siswa dengan multimedia pada pembelajaran guided-discovery diduga mampu mendorong mahasiswa untuk mengeksplorasi pemahamannya terhadap materi Simetri Molekul secara mendalam (Moreno & Mayer, 2007). Sebagai contoh, pengujian operasi rotasi melalui sumbu rotasi C2, C3, C4,

dan C6 terhadap molekul benzena melalui simulator

memungkinkan maha-siswa untuk mengidentifikasi perbedaan antara operasi simetri dan bukan operasi simetri dari molekul benzena. Di sisi lain, interaksi mahasiswa dengan multimedia pada pembelajaran

expository relatif rendah sehingga mahasiswa diduga kurang mengeksplorasi pemahamannya terhadap materi Simetri Molekul. Akibatnya, pema-haman mahasiswa yang dibelajarkan dengan guided-discovery terhadap materi Simetri Molekul lebih baik dibandingkan dengan mahasiswa yang dibelajarkan dengan expository.

Analisis ketiga, tingginya intensitas interaksi mahasiswa dengan multimedia pada pembelajaran

guided-discovery dapat memperkaya pengalaman

mahasiswa dalam mempersepsi bentuk molekul tiga dimensi dari berbagai sudut pandang dan mempersepsikan pergerakan molekul dalam ruang. Hal ini memungkinkan mahasiswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap bentuk molekul (Barnea & Dori, 1996) dan mengasah kemampuan spasialnya (Wu & Shah, 2004). Jika pemahaman terhadap bentuk molekul dan kemampuan spasial mahasiswa meningkat, maka mahasiswa mampu memahami materi Simetri Molekul dengan baik. Di sisi lain, intensitas interaksi antara mahasiswa dan multimedia pada pembelajaran

expository relatif lebih rendah dibandingkan pada pembelajaran guided-discovery. Hal ini diduga menyebabkan mahasiswa kelas kontrol kurang meningkatkan pemahaman-nya terhadap bentuk molekul

dan mengasah kemampuan spasialnya. Akibatnya, kemam-puan mahasiswa kelas eksperimen dalam mengidentifikasi operasi simetri yang ada pada molekul lebih tinggi dibandingkan mahasiswa kelas kontrol.

Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Barnea & Dori pada tahun 1995. Tujuan penelitian Barnea & Dori tersebut adalah untuk menguji keefektifan pembelajaran materi Ikatan Kimia dan Bentuk Molekul yang mengaplikasikan multimedia

Computerized Molecular Modeling (CMM) berbasis

guided-discovery learning dalam mengem-bangkan

pemahaman materi Ikatan Kimia dan Bentuk Molekul pada siswa SMA kelas X di Haifa. Hasil penelitian Barnea & Dori menunjukkan bahwa pemahaman bentuk molekul siswa yang dibelajarkan mengguna-kan multimedia CMM lebih tinggi daripada siswa yang dibelajarkan secara konven-sional. Pada penelitian Barnea & Dori tersebut, tidak dapat diketahui besarnya pengaruh pengaplikasian multimedia CMM dan pengaruh penerapan pembelajaran guided-discovery

dalam mengembangkan pemahaman siswa secara terpisah. Di sisi lain, Barnea & Dori juga mengukur respon siswa terhadap pengaplikasian multimedia CMM. Sebagian besar siswa menilai bahwa multimedia CMM sangat membantu dalam memahami materi Ikatan dan Bentuk Molekul (Barnea & Dori, 1995).

PENUTUP Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran dengan menggunakan multimedia berbasis guided-discovery learning lebih efektif dalam mengembangkan pemahaman maha-siswa terhadap materi Simetri Molekul daripada pembelajaran dengan mengguna-kan multimedia berbasis expository instruction.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang dapat disampaikan oleh peneliti adalah sebagai berikut.

1. Hasil postes menunjukkan bahwa sebagian mahasiswa masih mengalami kendala dalam meramalkan bentuk molekul saat mempelajari materi Simetri Molekul. Oleh sebab itu, bagi peneliti lain yang ingin melakukan penelitian sejenis, pembelajaran berbasis multimedia hendaknya dimulai sejak materi Bentuk Molekul sehingga diharapkan mahasiswa tidak mengalami kendala dalam meramalkan bentuk molekul saat mempelajari materi Simetri Molekul.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk membandingkan keefektifan penggunaan multimedia pembelajaran interaktif dan model konkret dalam mengembangkan pemahaman mahasiswa terhadap materi Simetri Molekul.

(6)

DAFTAR RUJUKAN

Antonoglou, L. D., Charistos, N. D., & Sigalas, M. P. (2011). Design, Development and Implementation of a Technology Enhanced Hybrid Course on Molecular Symmetry: Students’ Outcomes and Attitudes. Chemistry Education Research and Practice, 12: 454-468.

Barnea, N. (2000). Teaching and Learning about Chemistry and Modelling with a Computer managed Modelling System. In: Gilbert, J. K., Boulter, C. J. (Eds.) Developing Models in Science Education, pp. 307-323. Netherlands: Kluwer Academic Publishers.

Barnea, N., & Dori, Y. J. (1999). High-School Chemistry Students’ Performance and Gender Differences in a Computerized Molecular Modeling Learning Environment. Journal of Science Education and Technology, 8(4):257-271.

Cass, M. E., Rzepa, H. S., Rzepa, D. R., & Williams, C. K. (2005). An Animated Interactive Overview of Molecular Symmetry. Journal of Chemical Education, 82(11):1742-1743.

Chiu, M.-H., & Wu, H.-K. (2009). The Role of Multimedia in the Teaching and Learning of Triplet Relationship in Chemistry. In: Gilbert, J. K., Boulter, C. J. (Eds.) Developing Models in Science Education, pp. 251-283. Netherlands: Springer.

Eggen, P., & Kauchak, D. (2012). Strategi dan Model

Pembelajaran: Mengajar Konten dan

Keterampilan Berpikir. Terjemahan oleh Satrio Wahono. 2012. Jakarta: PT Indeks.

Moreno, R., & Mayer, R. (2007). Interactive Multimodal Learning Environments, Spescial Issue on Interactive Learning Environment: Contemporary Issues and Trends. Educational Psychology,

19:309-326.

Plass, J. L., Homer, B. D., Milne, C., Jordan, T., Kalyuga, S., Kim, M., & Lee, H. (2009). Design Factors for Effective Science Simulations: Representation of Informaton. Journal of Gaming and Computer-Mediated Simulations, 1(1): 16-35. Swaak, J., de Jong, T., & van Joolingen, W. R. (2004).

The Effective of Discovery Learning and Expository Instruction on the Acquisition of Definitional and Intuitive Knowledge. Journal of Computer Assisted Learning, 20:225-234.

Trowbridge, L. W., & Bybee, R. W. (1990). Becoming a Secondary School Science Teacher. USA: Merrill Publishing Company.

Tuckey, H., Selvaratnam, M., & Bradley, J. (1991). Identification and Rectification of Student Difficulties Concerning Three-Dimensional Structure, Rotation and Reflektion. Journal of Chemical Education, 66(6): 460-464.

Tuvi-Arad, I., & Gorsky, P. (2007). New Visualization Tools for Learning Molecular Symmetry: a Preliminary Evaluation. Chemistry Education Research and Practice, 8(1): 61-72.

Wu, H. -K., & Shah, P. (2004). Exploring Visuospatial Thinking in Chemistry Learning. Science Education, 88(3): 465-492.

Gambar

Tabel 1   Perbedaan Multimedia Pembelajaran Berbasis Guided-Discovery Learning dan Multimedia Pembelajaran Berbasis  Expository Instruction
Tabel 2  Skor Tes Pemahaman Materi Simetri Mahasiswa

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang diajukan bahwa ada hubungan positif antara persepsi terhadap dukungan sosial dengan psychological well being pada mahasiswa

Analisis kajian yang dijalankan adalah analisis faktor-faktor yang menyebabkan pengurusan projek pembinaan tidak mengikut spesifikasi kerja oleh Pejabat Daerah Johor Bahru

Sesungguhnya seorang dokter yang mencari wajah Allah dengan profesinya, maka Anda akan menemukannya sebagai orang yang sangat mementingkan pasiennya. Dia mencurahkan

keseimbangan, berpindah/lokomotor, tolakan, putaran, ayunan, melayang, dan mendarat) dalam aktivitas senam lantai. 4.5.1 Siswa mencoba tugas gerak beladiri ke dalam

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, penulis ucapkan karena skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Locus of Control, Emotional Spiritual Quotient, Komitmen Organisasi,

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Peran Lembaga Keuangan Syari’ah dalam

Perbedaan penghitungan pada tiga kasus yang dijelaskan di atas, mengindikasikan bahwa terdapat penggunaan metode yang berbeda dalam penghitungan kerugian keuangan

Aplikasi Pengelolaan Pengajuan Kegiatan dari Masyarakat Desa Cipagalo adalah suatu aplikasi yang dibuat untuk memberikan kemudahan pada masyarakat maupun pihak Kantor