• Tidak ada hasil yang ditemukan

prioritas mslh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "prioritas mslh"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

2.4. Perencanaan asuhan keperawatan 2.4. Perencanaan asuhan keperawatan

Pengkajian keperawatan dan

Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa perumusan diagnosa keperawatan mengawali lkeperawatan mengawali langkahangkah  perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan  perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuatlah sebuah keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuatlah sebuah  prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota  prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat berkonsul dengan anggota

tim perawatan kesehatan lainnya, menelaah literatur yang berkaitan, memodifikasi asuhan, dan tim perawatan kesehatan lainnya, menelaah literatur yang berkaitan, memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan

mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan  penatalaksanaan klinik.

 penatalaksanaan klinik.

2.4.1 Cara- cara Menetapkan Prioritas Masalah 2.4.1 Cara- cara Menetapkan Prioritas Masalah

Menetapkan prioritas bukan semata-mata memberikan nomor pada diagnosa Menetapkan prioritas bukan semata-mata memberikan nomor pada diagnosa keperawatan dengan dasar keparahan at

keperawatan dengan dasar keparahan atau au kepentingan fisiologis. kepentingan fisiologis. Sebaliknya, prioritasSebaliknya, prioritas

 pemilihan adalah metode yang digunakan perawat dan klien untuk secara mutualisme membuat  pemilihan adalah metode yang digunakan perawat dan klien untuk secara mutualisme membuat  peringkat diagnosa dalam urusan kepentingan yang didasarkan pada keinginan, k

 peringkat diagnosa dalam urusan kepentingan yang didasarkan pada keinginan, k ebutuhan, danebutuhan, dan keselamatan klien.

keselamatan klien.

Hierarki Maslow (1970) tentang kebutuhan merupakan metode yang sangat berguna Hierarki Maslow (1970) tentang kebutuhan merupakan metode yang sangat berguna untuk merancang prioritas. Prioritas diklasifikasikan sebagai tinggi, menengah, atau rendah. untuk merancang prioritas. Prioritas diklasifikasikan sebagai tinggi, menengah, atau rendah. Prioritas bergantung pada urgensi dari masalah, sifat dari pengobatan

Prioritas bergantung pada urgensi dari masalah, sifat dari pengobatan yang diberikan, danyang diberikan, dan interaksi diantara diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang jika tidak diatasi, dapat interaksi diantara diagnosa keperawatan. Diagnosa keperawatan yang jika tidak diatasi, dapat mengkibatkan ancaman bagi klien atau orang lain.

mengkibatkan ancaman bagi klien atau orang lain. Prioritas Tinggi

Prioritas Tinggi

Diagnosa keperawatan: diare yang berhubungan dengan penyebab yang tidak diketahui Diagnosa keperawatan: diare yang berhubungan dengan penyebab yang tidak diketahui Rasional: penyembuhan diare dengan cepat dan penyebabnya mencegah penurunan status Rasional: penyembuhan diare dengan cepat dan penyebabnya mencegah penurunan status fisiologis dan emosional lebih lanjut.

fisiologis dan emosional lebih lanjut. Prioritas Menengah

Prioritas Menengah

Diagnosa keperawatan: perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan Diagnosa keperawatan: perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan diare kronis selama 3 minggu)

(2)

Rasional: diagnosa keperawatan ini tidak mempeangaruhi status fisiologis atau emosional klien. Kemungkinan pembedahan juga akan membantu dalam menghilangkan diagnosis. Prioritas Rendah

Diagnosa keperawatan: risiko terhadap infeksi yang berhubungan dengan riwayat merokok  selama 20 tahun.

Rasional: diagnosa keperawatan ini mencerminkan kebutuhan jangka panjang klien. Diagnosa keperawatan prioritas menengah mencakup kebutuhan klien yang non emerjensi, tidak mengancam kehidupan. Diagnosa keperawatan prioritas rendah adalah kebutuhan klien yang mungkin tidak secara langsung berhubungan dengan penyakit secara spesifik atau prognosis spesifik,

Bila memungkinkan, klien hraus dilibatkan dalam membuat prioritas. Dalam beberapa situasi klien dan perawat membuat peringkat prioritas yang berbeda u ntuk diagnosaa

keperawatan . Jika keduanya mempunyai perbedaan yang bermakna terhadap kebutuhan  perawatan kesehatan dan pengobatan, maka perbedaan ini dapat diatasi melalui ko munikasi

terbuka. Namun demikian, ketika kebutuhan fisiologis dan emosinal klien yang dipertaruhkan, maka perawat harus menerima tanggung jawab utama untuk membuat prioritas.

2.4.2 Berpikir Kritis Dalam Menyusun Perencanan Asuhan Keperawatan

Berpikir kritis dalam menyusun perencanaan asuhan keperawatan utamanya adalah menetapkan tujuan dan hasil yang diperkirakan mengharuskan perawat untuk secara kritis mengevaluasi prioritas diagnosa yang sudah ditetapkan sebelumnya, keurgensian masalah, dan sumber klien serta sistem pelayanan perawatan kesehatan. Maksud dari penulisan tujuan dan hasil yang diperkirakan ada dua, yaitu:

1. Tujuan dan hasil yang diperkirakan memberikan arahan untuk intervensi keperawatan yang individual.

(3)

Tujuan dan hasil yang diharapkan digunakan untuk menunjukkan respon klien. Setiap  pernyataan tujuan dan hasil yang diharapkan harus memiliki batasan waktu untuk evaluasi.

Elemen waktu bergantung dari sifat masalah, etiologi, kondisi keseluruhan klien, dan lingkup  pengobatan.

Asuhan keperawatan direncanakan sesuai dengan diagnosa keperawatan dan prioritas yang dibuat untuk setiap diagnosa. Dalam pembuatan tujuan, tujuan harus tidak hanya

memenuhi kebutuhan klien tetapi juga harus mencakup pencegahan dan rehabilitasi. Dua tipe tujuan dikembangkan klien, yaitu:

1. Tujuan jangka pendek 

Tujuan jangka pendek adalah sasaran yang diharapkan dapat tercapai dalam periode singkat,  biasanya kurang dari satu minggu.

2. Tujuan jangka panjang

Tujuan jangka panjang adalah sasaran yang diperkirakan untuk dicapai sepanjang periode waktu yang lebih lama, biasanya lebih dari satu minggu.

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang perawat harus mampu membuat skala  prioritas dalam proses asuhan keperawatan, Dalam membuat skala prioritas ini perawat dapat

melibatkan klien,namun bila kondisi klien tidak memungkinkan, keseluruhan proses ini menjadi tanggung jawab perawat. Selain itu seorang perawat dituntut untuk mampu berpikir kritis dalam  proses asuhan keperawatan, hal ini sangat penting sekali karena dapat mempengaruhi kondisi

fisiologis dan emosional klien. Oleh karena itu sejak dini, seorang calon perawat harus belajar  untuk membuat skala prioritas serta mampu

2.4.3 Menulis Rencana Asuhan Keperawatan

Sebagai langkah awal dalam perencanaan, perawat membuat prioritas pada setiap diagnose keperawatan; prioritas dapat didasarkan pada hirarki kebutuhan menurut Maslow, urgensi

kebutuhan fisiologis dan keselamatan, dan kebutuhan penting yang dirasakan klien. Diagnose keperawatan dengan prioritas tertinggi adalah titik awal untuk rencana asuhan keperawatan dan diikuti oleh diagnose keperawatan lain sesuai den gan prioritas yang telah ditetapkan.

(4)

Metode penulisan rencana asuhan keperawatan yang lazim digunakan adalah metode lima kolom (Potter and Perry. Fundamental of Nursing Vol 1. Edisi 4) . kolom 1 adalah kolom

 pengkajian , pada kolom ini perawat mencakupkan semua data yang relevan mengenai diagnose keperawatan yang berhubungan dengan klien. Sedangkan pada kolom kedua perawat

mencakupkan semua tujuan yang telah ditetapkan sebelmunya. Sampai disini perawat

menuangkan tujuan rencana jangka panjang dan jangka pendek ke dalam rencana tindakan yang mengantisipasi kebutuhan klien, mengkoordinasikan asuhan keperawatan, dan memilih tindakan keperawatan yang sesuai.

Perawat menuliskan rencana tindakan pada kolom implementasi dari rencana

keperawatan. Setiap tindakan keperawatan dituliska untuk memasukan informasi yang diperlukan untuk mengimplementasikan asuhan keperawatan. Selain itu, perawat harus memahami rasional untuk intervensi spesifik. Terdapat tiga kategori intervensi keperawatan: intervensi yang

diprakarsai oleh perawat, dokter, dan intervensi kolaboratif. Komponen terakhir yang harus dituliskan dalam rencana asuhan keperawatan adalah kriteria hasil yang ditetapkan dan identifikasi sebelumnya. Penulisan kriteria pada rencana asuhan kep erawatan memberikan  perkiraan tertulis ketika tujuan perawatan telah dicapai, dengan demikian menandakan kapan

diagnosa keperawatan tertentu tidak lagi relevan dengan perawatan kilen.

2.4.4 Konsultasi dan Kolaborasi dengan Profesi Kesehatan Lain

Rencana asuhan keperawatan mencakup konsultasi dengan anggota tim perawatan kesehatan lain. Konsultasi dapat terjadi pada setiap langkah dalam proses keperawatan, tetapi konsultasi paling diperlukan dalam langkah perencanaan dan intervensi ketika perawat lwbih mungkin untuk mengidentifikasi masalah yang membutuhkan pengetahuan,keterampilan, atau sumber- sumber tambahan (Lund, 1994).

Konsultasi adalah proses dimana keahlian dari seorang spesialis dicari untuk 

mengidentifikasi cara- cara untuk mengatasi masalah dalam pen atalaksanaan klien atau dalam merencanakan dan mengimplementasikan program. Konsultasi terjadi ketika perawat telah mengidentifikasi suatu masalah dan tidak dapat diatasi dengan menggunakan pengetahuan, keterampilan dan sumber- sumber pribadi. Konsultasi juga dilakukan k etika masalah yang sebenarnya tidak terselesaikan.

(5)

Konsultasi dapat dilakukan melalui beberapa langkah. Langkah pertama adalah identifikasi area masalah yang umum, yang akan memberi konsultan suatu titik awal dalam mengidentifikasi masalah. Kedua, konsultasi dirahkan pada professional yang t epat. Ketiga,  perawat memberikan konsultan informasi yang berkaitan dengan bidang masalah. Keempat,  perawat tidak boleh memberikan informasi yang bias kepada konsultan. Kelima, perawat yang

membutuhkan konsultasi, harus selalu menyediakan diri untuk mendiskusikan temuan-temuan dan rekomendasi. Akhirnya, perawat memadukan rekomendasi konsultasi dalam rencana asuhan. Keberhasilan saran dari konsultan, tergantung pada implementasi teknik pemecahan masalah yang disarankan.

2.5 Implementasi asuhan keperawatan

2.5.1 Jenis-jenis intervensi keperawatan

Perencanaan asuhan keperawatan, tidak lepas dari adanya intervensi dari perawat itu sendiri. Untuk itu seorang perawat perlu untuk men getahui sejauh mana intervensi yang dapat mereka lakukan dan implementasi yang seperti apakah yang dapat mereka perbuat. Selain itu,  berpikir kritis adalah salah satu kunci keberhasilan dari asuhan keperawatan.

Intervensi keperawatan adalah semua tindakan yang dilakukan oleh perawat untuk  membantu klien beralih dari status kesehatan saat ini ke status kesehatan yang diuraikan dalam hasil yang diharapkan (Gordon, 1994). Klien mungkin membutuhkan intervensi dalam bentuk  dukungan, medikasi, pengobatan, edukasi klien-keluarga, dan pencegahan masalah kesehatan. Intervensi tersebut harus bersifat spesifik dan dinyatakan dengan jelas. Pengkua lifikasian dari intervensi tersebut seperti bagaimana, kapan, dimana, frekuensi, dan besarnya, memberikan isi dari aktivitas yang direncanakan.

Intervensi dalam keperawatan dapat dilakukan secara mandiri (dilakukan oleh perawat) dan kolaboratif (dilakukan oleh perawat bersama dengan pemberi keperawatan lainnya).

Menentukan target dari suatu hasil yang ingin dic apai adalah keputusan bersama antara perawat dan klien (Yura dan Walsh, 1988).

(6)

Selain itu, intervensi dalam keperawatan didasarkan pada:

1. Protokol adalah rencana tertulis atau prosedur keperawatan dengan situasi klinis tertentu dan berbentuk tindakan dan diagnostik, contohnya pada pasien yang pasca operasi. Protokol digunakan untuk mengkaji dan mengidentifikasi abnormalitas yang dialami klien serta menjabarkan kondisi yang mengizinkan perawat untuk mengambil tindakan, seperti mengendalikan hipertensi, dan menjabarkan tipe pengobatan yang mengizinkan  perawat untuk mengambil tindakan, seperti imunisasi untuk bayi sehat.

2. Standing othersadalah dokumen yang berisi tentang instruksi untuk melakukan terapi rutin, pedoman pemantauan, dan prosedur diagnostik untuk klien spesifik dengan masalah klinis yang telah diidentifikasi, disahkan, dan ditandatangani o leh dokter yang  bertanggung jawab sebelum perawatan diimplementasikan.Standing othersini

digunakan saat lingkungan perawatan klinis dimana klien membutuhkan pertolongan segera dan saat situasi yang tidak memungkinkan untuk melakukan kontak dengan dokter. Standing othersini memberikan perlindungan hukum bagi perawat untuk  melakukan intervensi secara tepat untuk kebutuhan klien (Potter dan Perry, 1997).

2.5.2 Berpikir kritis dalam implementasi keperawatan

Implementasi adalah kebersinambungan dan interaktif dengan komponen lain dari  proses keperawatan dengan cara mengkaji kembali keadaan klien, memodifikasi rencana asuhan, dan menuliskan kembali hasil yang diharapkan sesuai kebutuhan. Berpikir kritis dalam implementasi keperawatan antara lain:

Perawat menimbang implementasi, konsekuensi, dan strategi keperawatan sebelum menerapkan rencana asuhan keperawatan. Rencana asuhan keperawatan, termasuk tujuan dan hasil akhirnya, didasari oleh kebutuhan, kepercayaan, dan budaya klien. Kegagalan dalam berpikir kritis akan menga kibatkan intervensi perawat yang tidak  efektif, seperti pembinaan klien yang hanya berpusat pada perbaikan pengetahuan klien akan prosedur pengobatan. Perawat yang kritis harus menyadari bahwa pembinaan  pengetahuan kepada klien bukan satu-satunya masalah yang ada (Paul dan Elder, 1995).

Perawat dapat membuat diagnostik dengan cara menentukan kekuatan dan masalah klien dengan menggunakan pendekatan metodis, sistematis, dan didasarkan

(7)

 pada riset untuk merencanakan dan memilih intervensi yang sesuai (Bulechek dan McCloskey, 1995; Gordon, 1987, 1994). Implementasi dalam keperawatan adalah membuat rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan dan prioritas klien, kemudian

mengambil tindakan dan intervensi keperawatan spesifik melalui tindakan perawat dan tindakan dokter.

2.5.3 Metode implementasi asuhan

Terdapat beberapa metode implementasi yaitu,

1. Membantu dalam Aktivitas Kehidupan Sehari-hari (AKS), kegiatan yang biasa nya diperlukan bantuan AKS terbagi menjadi sifat akut, kronis, temporer, tau rehabilitative. Contoh nya, klien pascaoperatif yang tidak mampu melakukan AKS sendiri. Sementara melewati periode pascaoperatif , klien akan mulai berkurang tahap ketergantungan terhadap perawat untuk menyelesaikan AKS. Dengan mengumpulkan data yang dibutuhkan untuk menentukan waktu kebutuhan bantuan dalam AKS melalui proses  pengkajian. Kebutuhan klien akan AKS terdapat bersifat sementara, permanen, atau

rehabilitative.

2.  Konseling , metode implementasi yang membantu klien menggunakan proses  pemecahan masalah untuk mengenali dan menagani stress dan memudahkan hubungan

interpersonal di antara klien, keluarganya dan tim perawatan kesehatan (potter& perrry, 2005). Konseling sendiri membantu klien untuk memelihara ketersediaan alternative (pertumbuhan kognitif, perilakuk, perkembanagn, emosional, dan metal). dam untuk  memeutskan mana yang bermanfaat dan sesuai bagi kehidupannya. Tentu terdapat teknik  untuk perawat mampu mengidentifikasikebutuhan konselingdan memiliki keterampilan komunikasi untuk mengembangkan hubungan tereapeutik (Sundees, et all. 1995: Potter  &perry.2005).

3.  Penyuluhan, difokuskan untuk perubahan yaitu dalam pertumbuhan intelektual atau mendapatkan pengetahuan atau keterampilan psikomotor baru ( Redma,1993:  potter&perry, 2005). Penyuluhan adalah metode implementasi yang digunakan untuk 

menyajikan prinsip, p yrosedur, dan teknikyang tepat tentang perawatan kesehatan untuk  klien dan untuk menginformasikan klien tentang status kesehatannya. Serta terjadi proses

(8)

 belajar-mengajar. Tujuan dari proses belajar mengajar sendiri adalah mengembangkan dan melakukan rencana penyuluhan berdasarkan apa yang dibutuhkan.

4. Memberikan Asuhan Keperawatan Langsung . Terdapat rincian prosedur keperawatan ini yaitu:

a)Kompensasi untuk Reaksi yang Merugikan, adalah efek yang berbahaya dalam kegiatan medikasi, pemeriksaan diagnostic, atai intervensi terapeutik. Serta perawat harus mengantisipasi segala kemungkinan efek samping yang terjadi pada klien.

 b) Tindakan Preventif, diarahkan pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit agar terhindari dari perawatan rehabilitative aku ataupun kronis,. Di dalam mencakup  pengkajian dan promosi potensi kesehatan klien, penetapan tindakan yang harus

dilakukan, penyuluhan kesehatan, dan diagnosa dini serta pengobatan.

c) Teknik Tepat dalam Memberikan Perawatan dan meyiapkan klien untuk prosedur, d) Tindakan Menyelamatkan Jiwa, bertujuan untuk memulihkan keadaan fisiologis dan  psikologis dari keadaan klien yang kritis.

e) Mencapai Tujuan Perawatan, untuk mencapai suatu kesembuhan ada banyak hal yang harus di dilakukan. Yaitu dengan membuat kepatuhan klien, membantu meningkatkan  pengetahuan klien tentang proses pengobatan.

f) Mengawasi dan Mengevaluasi Kerja dari Anggota lain.

2.5.4 Proses implementasi asuhan keperawatan

Proses implementasi asuhan keperawatan dibagi dalam lima tahapan, yaitu:

1) Mengkaji Ulang Klien, dilakukan terhadap komponen-komponen implementasi yang diusulkan dalam bentuk tindakan apa masih sesuai dengan pengkajian awal. Pengkajian adalah suatu proses yang berkelanjutan , yang hanya di fokuskan pada sebuah sitem atau dimensi (potter&perrry.2005).

2) Menelaah dan Memodifikasi Rencana Asuhan Keperawatan yang Ada,diagnose akan terjadi perubahan seiring dengan perkembangan keadaan klien. Adapun tahap modifikasi

(9)

rencana asuhan, yaitu Pertama, data klom pengkajian direvisi dengan status kesehatan terbaru serta diberikan tanggal revisi tersebut. Kedua, diagnose keperawatan di revisi karena perubahan status mempengaruhi perubahan kebutuhan klien dan di tulis tanggal revisinya. Ketiga, metode implementasi spesifik diubah untuk dihubungkan dengan diagnose keperawatan yang baru dan tujuan baru kliennya. Dan yang terakhir, mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan.

3) Mengidentifikasi Bidang Bantuan, tentu perawat akan membutuhkan bantuan sesuai dengan kondisi dari klien nya tersebut. Bantuan ini dapat berupa tenaga, pengetahuan, atau keterampian keperawatan.

4)  Mengimplementasikan Intervensi Keperawatan, dilakukan dengan metode berikut untuk mencapai tujuan asuhan keperawatan, yaitu membantu dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari, mengkonsulkan dan menyuluh klien dan keluarganya, member  asuhan keperawatan langsung, dan mengawasi dan mengevaluasi kerja anggota staf  lainnya. Praktik keperawatan terdiri dari keteranpilan kognitif mencangkup pengetahuan keperawatan seperti mengetahui repon fisiologis dan lain-lain, interpersonal mencan gkup kemapuan berkomunikasi kepada klien, keluarga klien dan tim keperawatan , dan terakhir psikomotor kenutuhan langsung yang dibutuhkan perawatan klien seperti  perban. Dan yang terakhir 

5) Mengkomunikasikan Intervensi Keperawatan, dari semua data yang sudah di revisi, hasil dari reaksi pergantian diagnose sebaiknya bukan hanya di tulikms, tetapi juga diucapkan secara verbal misalnya saat pergantian jam perawat.

2.6 Evaluasi asuhan keperawatan

2.6.1 Dinamika mengevaluasi proses keperawatan

Tugas perawat yang paling penting adalah melakukan tindakan evaluasi terhadap klien. Langkah evaluasi dari proses keperawatan mengukur respon klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah pencapaian tujuan.

Data dikumpulkan dengan dasar berkelanjutan untuk mengukur perubahan dalam fungsi, dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam ketersediaan atau penggunaan sumber  eksternal (Carnevali & Thomas, 1993). Aspek lain dari evaluasi mencakup pengukuran

(10)

kualitas asuhan keperawatan yang diberikan dalam lingkungan perawatan kesehatan. Perawat mengevaluasi setiap kemajuan dan pemulihan klien, tetapi hal tidaklah cukup. (Potter-Perry, 2005)

Evaluasi dan mengumpulkan informasi tentang pasien setelah melakukan proses keperawatan adalah ketetapan yang harus dilaksanakan. Bekerja sama dengan pasien untuk menentukan apakah hasil dari pemeriksaannya telah mencukupi atau seberapa  baikkah mereka akan memenuhi hal tersebut. Setelah mengumpulkan semua data tentang  pasien, seorang perawat telah bisa untuk mencari fakta-fakta dari penyakit klien tersebut.

(Gaie Rubenfold-Barbara, 1999)

Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematik dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara

 bersinambungan dengan melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Penilaian dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam melaksanakan rencana tindakan yang telah

ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien secara optimal dan mengukur  hasil dari proses keperawatan. (yunichrist, nurseview.com, 2008)

Seorang perawat yang profesional, selalu berusaha untuk bertanggung jawab dan memperbaiki kualitas keperawatan dan layanan keperawatan klien lainnya. Menurut organisasi kesehatan dunia, mendefinisikan kualitas perawatan sebagai tin gkat sampai dimana pelayanan kesehatan untuk individual dan populasi meningkatkan kecendrungan dari hasi kesehatan yang diinginkan dan sesuai dengan pengetahuan profesional terbaru.

Setiap tenaga medis harus kompeten, tetapi untuk mencapai asuhan yang

 berkualitas tinggi, suatu organisasi harus mempunyai sistem yang paling tepat. (Potter-Perry, 2005).Sementara merawat klien, perawat yang lain harus melakukan asuhan

lainnya kepada keluarga klien untuk menentukan tingkat keberhasilan tugasnya. Jika hasil terpenuhi, tujuan keseluruhan dari klien akan terpenuhi. Selama proses evaluasi perawat secara kontinu mengarahkan kembali asuhan keperawatan kearah yang lebih baik untuk  memenuhi kebutuhan klien. Evaluasi positif itu terjadi ketika hasil yang diinginkan terpenuhi, sehingga perawat mampu untuk menyimpulkan bahwa dosis medikasi dan intervensi keperawatan secara efektif memenuhi tujuan klien untuk meningkatkan

(11)

kenyamanan. Evaluasi negatif menandakan bahwa masalah tidak terpecahkan atau

terdapay masalah potensial yang lebih rumit. Akibatn ya perawat harus merubah rencana asuhan dan mencoba terapi atau pendekatan yang berbeda dalam memberikan terapi yang dilaksanakan.

2.6.2 Evaluasi pencapaian tujuan asuhan keperawatan

Tujuan dari diagnosa keperawatan itu sendiri adalah untuk menguraikan perilaku atau respons yang menandakan resolusi diagnosa keperawatan atau pemeliharaan status yang sehat. Tujuan adalah pernyataan ringkas tentang apa yang harus diselesaikan ketika semua hasil yang diharapkan telah terpenuhi. Setelah tujuan terpenuhi, perawat

mengetahui bahwa intervensi telah berhasil dan bahwa klien mengalami kemajuan. Tujuan lain dari evaluasi adalah menjamin asuhan keperawatan secara optimal serta meningkatkan asuhan keperawatan.

Hasil yang diharapkan adalah akibat yang ditimbulkan dari proses yang

 berorientasi pada tujuan. Pernyataan tentang prilaku atau respon progresif, tahap demi tahap yang harus diselesaikan pasien untuk mencapai tujuan keperawatan yang

diinginkan. Setelah tujuan tercapai tidak ada lagi faktor-faktor yang berhubungan untuk  diagosa keperawatan. Evaluasi dari setiap hasil yang diharapkan dan dilakukan dalam urutan asuhan merupakan hal yang penting. Ketidakberhasilan untuk mengevaluasi setiap hasil yang diharapkan mengakibatkan ketidakmampuan untuk menentukan dimana urutan yang terputus. Sebaliknya jika berhasil, perawat bisa melanjutkan asuhan keperawatan atau menghentikan intervensi karena tujuan dari asuhan itu sendiri telah terpenuhi.

Evaluasi terhadap pencapaian tujuan asuhan keperawatan perlu dilakukan agar   perawat mengetahui apakah tujuannya telah tercapai secara maksimal atau belum.

Tujuannya antara lain membantu klien menyelesaikan masalah kesehatan actual,

mencegah kekambuhan dari masalah potensial, dan mempertahankan status kesehatan. Untuk mengevaluasi secara objektif tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan, perawat harus melakukan langkah-langkah sebagai berikut;

1. Meneliti tujuan untuk mengidentifikasi prilaku atau respon klien yang benar-benar  diinginkan, 2. Kaji klien terhadap adanya perilaku atau respon tersebut

(12)

3. Bandingkan kriteria yang ditetapkan dengan respons yang ditemukan 4. Nilai tingkat kesamaan antara kriteria hasil dan perilaku atau respons

5. Jika terdapat perbedaan antara kriteria hasil dan respons, cari apa yang menjadi hambatan dan penyebabnya apa.(Potter-Perry, 2005)

2.6.3 Revisi rencana asuhan keperawatan

Revisi adalah peninjauan (pemeriksaan) kembali untuk perbaikan. Setelah suatu tujuan keperawatan dievaluasi dengan baik, penyesuaian terhadap rencana asuhan dibuat sesuai dengan keperluan. Jika suatu tujuan telah terpenuhi, maka bagian dari rencana tersebut harus dihentikan. Tujuan yang tidak terpenuhi dan tujuan yang sudah terpenuhi mengharuskan perawat untuk melakukan revisi ulang terhadap rencana asuhan

keperawatan sehingga perawat akan mendapatkan hasil yang sesuai dalam menangani kliennya. Hal ini merupakan suatu proses dalam berpikir kritis di dunia keperawatan.

Perawat dengan cermat memantau dan deteksi dini terhadap masalah adalah  pertahankan garis depan klien (Benner, 1984). Selain itu, rencana keperawatan harus

direvisi dikarenakan oleh intervensi yang tidak da pat dilakukan, serta klien tidak  mengalam kemajuan dalam mencapai kriteria hasil yang ditetapkan.

Ketika tujuan tidak terpenuhi, perawat mengidentifikasi faktor-faktor apa saja yang mengganggu tercapainya tujuan, sehingga perawat menggunakan intervensi baru. Setelah memodifikasi rencana asuhan, perawat melakukan pengkajian ulang yang menghubungkan dengan diagnosa keperawatan dan etiologi adalah langkah pertama

dalam mengaktifkan kembali proses keperawatan. Dalam pengkajian ini dibutuhkan suatu  pemikiran yang kritis ketika perawat membandingkan data baru tentang kondisi klien

dengan data yang telah dikaji sebelumnya.

2.6.4 Peningkatan kualitas asuhan keperawatan

Evaluasi dalam pelayanan kesehatan merupakan sesuatu yang penting untuk  menentukan bagaimana kualitas asuhan dan pelayanan yang diberikan oleh seorang

(13)

 perawat terhadap kliennya. Perawat yang profesional diharapkan dapat mengevaluasi dirinya sendiri sehingga ke depannya bisa memberikan asuhan keperawatan yang lebih efektif lagi. Namun demikian, hasil klien yang bai k adalah produk dari semua kerja individual dan intervensi yang berhubungan langsung atau tidak langsung terhadap asuhan yang diterima klien (Scoble dan Hembrough, 1993).

Tujuan dilaksanakannya evaluasi ini adalah agar terjadinya perbaikan kualitas dalam diri perawat. Perbaikan kualitas adalah pendekatan disiplin untuk menemukan cara-cara untuk memperbaiki proses dan hasil perawatan kesehatan. Ada tiga tipe indikator  kualitas, yaitu struktur, proses, dan hasil. Indikator struktur mengevaluasi struktur atau sistem untuk pemberian asuhan keperawatan. Indikator proses mengevaluasi cara  bagaimana asuhan keperawatan itu diberikan. Indikator hasil mengevaluasi hasil akhir 

dari asuhan yang diberikan (Patton & Stanley, 1993). JCAHO (1995) mendefinisikan  perbaikan kualitas sebagai suatu pendekatan terhadap studi dan perbaikan berkelanjutan

dari proses pemberian pelayanan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan klien dan orang terdekat.

Tujuan dari perbaikan kualitas bukan untuk mengidentifikasi masalah secara retrospektif, tetapi untuk mengidentifikasi kesempatan yang secara p rospektif 

memperbaiki kualitas asuhan atau pelayanan (Patton dan Stanley, 1993). Fokus yang sebenarnya dari perbaikan kualitas ini adalah apakah organisasi telah melakukan hal yang  benar atau melakukan hal yang benar dengan baik. S etiap perawat juga harus bisa

mempertanggungjawabkan hal-hal yang telah dilakukan terhadap seorang klien, dengan  begitu seorang perawat sudah bisa menunjukkan profesionalitasnya.

Dengan adanya revisi (perbaikan kembali) dan juga evaluasi terhadap diri perawat diharapkan tujuan keperawatan akan tercapai dan mendapatkan hasil yang sesuai. Selain itu, juga adanya peningkatan kualitas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap klien sehingga terjadi asuhan keperawatan yang lebih efektif dari sebelumnya. Berpikir kritis sangat diperlukan dalam dunia keperawatan untuk mengidentifikasi apa saja yang membuat tujuan suatu asuhan keperawatan terganggu dan bagaimana cara untuk  mengatasi terganggunya tujuan tersebut.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Kun painot oli korjattu luokitellun tilakeskiarvon suhteen ja regres- siokorjattu punnitusiän suhteen, saatiin kolmen päivän ja kuuden viikon painojen välisiksi geno-

Menjelaskan keterkaitan hadis tentang waktu utama untuk memerdekakan budak dengan hadis ini, Ibnu Ḥ ajar al- „Asqalānī (vol 5:150), mengatakan bahwa

Stress karena temperatur yang ekstrim tinggi, atau sistem managemen misalnya kandang dapat meningkatkan kematian embrio, lama menyusui yang kurang dari tiga minggu

Manfaat penyusunan Masterplan Pembangunan Desa Mandiri (MPDM), adalah sebagai pedoman atau landasan bagi masyarakat, swasta, dan pemerintah dalam rangka pembangunan desa

bahwa mengelola uang itu suatu yang penting dan juga bisa menabung dari usia dini.

Pendidikan anak merupakan kewajiban bagi orang tua dan merupakan hak dari setiap anak. Banyak dari orang tua yang tidak mengerti bagaimana cara mendidik anak. Melihat

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Dedy Syahputra Lambe (2014) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku keputusan pembelian melalui

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan pelanggan terhadap kualitas pelayanan jasa pada asuransi AJB Bumiputera 1912 cabang Solo Gladag berdasarkan dimensi