• Tidak ada hasil yang ditemukan

Lp Gastritis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Lp Gastritis"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN

GASTRITIS GASTRITIS

DOSEN PENGAJAR DOSEN PENGAJAR

DIAH RETNO WULAN, S.Kep.,Ns DIAH RETNO WULAN, S.Kep.,Ns

DISUSUN OLEH: DISUSUN OLEH:  NAMA : DINA LYDIANI  NAMA : DINA LYDIANI

 NPM

 NPM : 15144011041: 15144011041

ILMU KEPERAWATAN & ILMU KESEHATAN D3 KEPERAWATAN ILMU KEPERAWATAN & ILMU KESEHATAN D3 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN

2016 2016

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN GASTRITIS

A. ANATOMI FISIOLOGI GASTRITIS

Sumber: www.study.com

B. DEFINISI

Gastritis adalah merupakan suatu keadaan peradangan atau perdarahan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difus, atau lokal. Dua jenis gastritis yang sering terjadi adalah gastritis superficial akut dan gastritis atrofik kronis. ( Price & Wilson; 2006) Gastritis adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan

kerusakan-kerusakan erosi, erosi karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. (Inayah; 2004)

Gastritis adalah proses infalamsi pada mukosa dan submukosa lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering dijumpai di klinik karena

diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan pemeriksaan hispatologi. (Hirlan, 2006 ;337)

Jadi, gastritis adalah keadaan peradagangan atau perdarahan pada mukosa dan submukosa lambung, yang dapat bersifat akut dan kronik.

(3)

C. ETIOLOGI

Menurut Wim de Jong et al: 2005 penyebab gastritis yaitu : 1. Gastritis Akut

- Gastritis akut tanpa perdarahan

- Gastritis akut perdarahan (gastritis hemoragik atau gastritis erosiva) Gastritis akut berasal dari makan terlalu banyak atau terlalu cepat, makan-makanan yang terlalu berbumbu atau yang mengandung mikroorganisme

 penyebab penyakit, iritasi bahan semacam alkohol, aspirin, NSAID, lisol, serta  bahan korosif lain, refluks empedu atau cairan pankreas.

2. Gastritis Kronik

Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh usus benigna atau maligna dari lambung, atau oleh bakteri Helicobacter pylory (H.plylory).

3. Gastiritis Bacterial

Gastritis bacterial atau yang disebut juga gastritis infektiosa, disebabkan oleh refluks dari duodenum.

D. MANIFESTASI KLINIS

Wim de Jo (2005) mengatakan tanda gejala gastritis adalah:

1. Gastritis akut : nyeri epigastrium, mual, muntah, dan perdarahan terselubung maupun nyata. Dengan edoskopi terlihat mukosa lambung hypermia dan udem, mungkin juga ditemukan erosi dan perdarahan aktif.

2. Gastritis kronik : kebanyakan gastritis asimptomatik, keluhan lebih berkaitan dengan komplikasi gastritis atrofik, seperti tukak lambung, defisiensi zat besi, anemia pernisiosa, dan karsinoma lambung.

(4)

E. PATOFISIOLOGI/ PATWAY Obat-obatan (NISAD, aspirin, sulfanomida streoid, digitalis H. phylori kafein Mengganggu pembentukan sawat mukosa lambung

Melekat pada epitel lambung Me produksi bikarbonat (HCO3-) Menghancurkan lapisan mukosa lambung Me kemampuan proteksi terhadap asam Me barrier lambung terhadap asam dan

pepsin

Menyebabkan difusi kembali asam lambung & pepsin

Kekurangan volume cairan

perdarahan

Mukosa lambung kehilangan integritas

 jaringan

Dorongan ekspulsi isi lambung ke mulut

muntah

Kekurangan volume cairan

inflamasi Erosi mukosa

lambung Nyeri epigastrum

Me tonus & peristaltic lambung Me sensori untuk

makan Refluk isi duodenum

kelambung anoreksia

N eri akut Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh

(5)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Pemeriksaan darah tes

Tes ini digunakan untuk memeriksa adanya antibodi H.pylory dalam darah. Hasil tes yang positif menunjukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya, tapi itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan untuk memeriksa anemia, yang terjadi akibat perdarahan lambung gastritis.

2. Pemeriksaan pernapasan

Tes ini dapat menentukan apakah pasien terinfeksi oleh bakteri H.pylory atau tidak.

3. Pemeriksaan feces

Tes ini memeriksa apakah terdapat H.pylory dalam feces atau tidak. Hasil yang  positif mengindikasikan terjadinya infeksi.

4. Pemeriksaan endoskpi saluran cerna bagian atas

Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran c erna bagian atas yang mungkin tidak terlihat dari sinar-x.

5. Ronsen saluran cerna bagian atas

Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya akan diminta menelan cairan barium terleb ih dahulu sebelum dilakukan ronsen. Cairan ini akan melapisi saluran cerna dan akan terlihat lebih  jelas jika dironsen.

G. PENATALAKSANAAN A. Gastritis Akut

Gastritis akut diatasi dengan menginstruksikan pasien untuk menghindari alkohol dan makanan yang menganggu dan merusak mukosa gastrik sampai gejala

 berkurang. Bila pasien mampu makan melalui mulut. Dict mengandung gizi yang dianjurkan. Bila gejala menetap cairan perlu diberikan secara parontoal. Bila  perdarahan terjadi maka penatalaksanaannya serupa dengan prosedur yang

dilakukan untuk hemozgi saluran gastomtostilal atas. Bila gastritis diakibat kan oleh mencerna makanan sangat asam atau alkali, pengobatan terdiri dari

 pengobatan penetralisasian agen penyebab.

- Untuk menetralisis asam digunakan antasida (mis. Aluminium hidrokrida) untuk menormal akali digunakan jus lemon encer atau cuka encer.

- Bila korosi luas atau berts, emolic dan lauase dihindari karena bahaya perfuasi Terapi pendukung mencakup linubasi,analgetic dan sedative, antasida serta cairan intravena. Endoskpi fibar-optik mungkin diperlukan. Pembedahan darurat

mungkin dilakukan untuk mengangkat gangguan atau jaringan perforasi. Gastrojejestemia atau reaksi lambung mungkin diperlukan untuk mengatasi obstruksi.

(6)

B. Gatritis kronik

Gastritis kronik diatasi dengan memodifikasi diet pasien, meningkatkan istirahat, mengurangi stress dan memulai farmakoterapi. H.pylory dapat diatasi dengan antibiotik (seperti tetrasiklin atau amoxicilin) dan garam bismut (pepto-bismol) .  pasien dengan gastritis tipe A biasanya mengalami metabsorbsi vitamin B12 yang

disebabkan oleh adanya antibodi terhadap faktor instinsik. H. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a. Biodata: nama, umur, alamat, jenis kelamin, status perkawinan, suku, bangsa,  pendidikan, pekerjaan dan penanggungjawabnya.

Usia: penyakit gastritis menyerang segala umur

 b. Keluhan Utama: nyeri diulu hati dan perut sebelah kanan bawah

c. Riwayat Penyakit Sekarang: meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakan klien, keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau

 bertahap, faktor pencetus upaya untuk mengatasi maslah tersebut

d. Riwayat Penyakit Dahulu: meliputi penyakit yang berhubungan dengan  penyakit sekarang, riwayat dirumah sakit dan riwayat pemakaian obat. e. Riwayat Psikososial Keluarga: dirawat akan menjadi stress pada klien itu

sendiri maupun bagi keluarga, kecemasan meningkat jika klien tidak

mengetahui prosedur dan juga pengobatan setelah menyadari penyakitnya, mereka akan bereaksi dengan marah dan merasa bersalah.

f. Pemeriksaan fisik (ROS):

Keadaan umum: tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri tekan kuadran epigastrik.

1. B1 (breath): takhikardia

2. B2 (blood): takikardia, hipertensi, disritmia, nadi penter lemah, pengikisan  penter lambat, warna kulit pucat

3. B3 (brain): sakit kepala, kelemahan, tingkat kesadaran dapat terganggu, disorientasi, nyeri epigastrum

4. B4 (bladder, ur): oliguria, gangguan keseimbangan cairan

5. B5 (bowel): anemia, anoreksia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran terhadap makanan pedas.

6. B6 (bone): kelelahan kelemahan. 2. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d masukan nutrient yang tidak adekuat (NANDA NIC-NOC hal.302)

2.  Nyeri akut b.d mukosa lambung teriritasi (NANDA NIC-NOC hal.306) 3. Kekurangan volume cairan b.d masukan cairan tidak cukup dan kehilangan

cairan berlebihan karena muntah (NANDA NIC-NOC hal.281

4. Defisiensi pengetahuan b.d penatalaksanaan diet dan proses penyakit (NANDA NIC-NOC hal.244)

(7)

3. Intervensi Keperawatan

 No. Diagnosa Intervensi Rasional

1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh  b.d masukan nutrient yang

tidak adekuat Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam kebutuhan nutrisi pasien dapat terpenuhi

Kriteria hasil :

Keadaan umum cukup Turgor kulit baik  BB meningkat

Kesulitan menelan berkurang

1. Anjurkan pasien untuk makan sedikit demisedikit dengan porsi kecil namun sering.

2. Berikan makanan yang lunak dan makanan yang di sukai pasien/di gemari. 3. lakukan oral higyne 2x sehari

4. timbang BB pasien setiap hari dan pantau turgor kulit,mukosa bibir dll

5. Konsultasi dengan tim ahli gizi dalam pemberian menu.

. Menjaga nutrisi tetap terpenuhi dan mencegah

terjadinya mual dan muntah yang  berlanjut. 2. Untuk mempermudah  pasien dalam mengunyah makanan. 3. kebersihan mulut akan merangsang nafsu makan  pasien. 4. Mengetahui status nutrisi  pasien. 5. Mempercepat  pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan pemberian menu yang tepat sasaran.

(8)

2. Nyeri akut b.d mukosa lambung teriritasi Tujuan:

Mempertahankan urine output sesuai dengan usia, BB, Bj urine normal, Ht normal

Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal.

Tidak ada tanda-tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membram mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang belebihan.

Kriteria Hasil:

Mampu mengontrol nyeri, dan dapat mengurangi nyeri, serta menegenali nyeri

seperti tanda dan gejala

1. Puasakan pasien di 6jam pertama,

2. Berikan makanan lunak sedikit demi sedikit dan  berikan minuman hangat,

3. Atur posisi yang nyaman bagi klien.

4. Ajarkan teknik distraksi dan reklasasi.

5. Kolaborasi dalam  pemberian analgetik. 1. Mengurangi inflamasi pada mukosa lambung, 2. Dilatasi gaster dapat terjadi bila  pemberian

makanan setelah  puasa terlalu cepat,

3. Posisi yang tepat dan dirasa nyaman oleh klien dapat mengurangi resiko klien terhadap nyeri.

4. Dapat membuat klien jadi lebih baik dan melupakan nyeri.

5. Analgetik dapat memblok reseptor nyeri pada susunan saraf pusat.

3. Kekurangan volume cairan  b.d masukan cairan tidak

cukup dan kehilangan cairan  berlebihan karena muntah

Tujuan:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

1x24jam,masalah

kekurangan volume cairan  pasien dapat teratasi.

Kriteria Hasil:

Mempertahankan volume cairan adekuat dengan

dibuktikan oleh mukosa bibir lembab, turgor kulit baik,  pengisian kapiler berwarna

merah muda, input dan output seimbang.

1. Penuhi kebutuhan individual. Anjurkan klien untuk minum (dewasa : 40-60 cc/kg/jam).

2.Awasi tanda-tanda vital, evaluasi turgor kulit,  pengisian kapiler dan

membran mukosa 3. Pertahankan tirah

 baring, mencegah muntah dan tegangan pada

defekasi

1. Intake cairan yang adekuat akan mengurangi resiko dehidrasi pasien 2. menunjukkan status dehidrasi atau kemungkinan  peningkatan kebutuhan  penggantian cairan. 3. Aktivitas/muntah meningkatkan tekanan intra abdominal dan dapat mencetuskan  perdarahan lanjut

(9)

4. Defisiensi pengetahuan b.d  penatalaksanaan diet dan  proses penyakit

Tujuan:

Kuragnya pengetahuan informasi kesehatan Kriteria Hasil:

Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit, mampu melaksanakan prosedur yang dijelaskan secara benar.

1.Kaji tingkat pendidikan dan pengetahuan pasien tentang gastritis

2. berikan pendidikan kesehatan tentang:  pengertian, penyebab,

gejala dan tanda akibat lanjutan pengobatan dan diet yang ditentukan 3. libatkan keluarga dalam perawatan klien

1.Mengetahui sejauh mana informasi yang telah didapat pasien terkait denagn jenis  penyuluhan yang akan diberikan dengan metode  penyuluhan. 2. memberikan informasi kepada  pasien dan keluarga

tentang penyakit gastritis dan  pengetahuan diet dan diharapkan akan terjadi  perubahan perilaku 3.keterlibatan keluarga akan memengaruhi  pasien. 4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu klien mencapai tujuan yang diharapkan.

Pelaksanaan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. Tahap pelaksanaan perawatan merupakan tindakan pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara nyata untuk membantu klien mencapai tujuan pada rencana tindakan yang telah dibuat. (Nursalam, 2001 ; 63, dikutip dari Lyer, et.al, 1996)

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan inter personal, intelektual dan teknikal, intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien  pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi

(10)

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan dan memfasilitasi koping”. (Nursalam, 2001 ; 63).

Dalam pelaksanaan tindakan ada tiga tahapan yang harus dilalui yaitu persiapan,  perencanaan dan dokumentasi.

a. Fase persiapan, meliputi:

1) Review tindakan keperawatan

2) Menganalisa pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan 3) Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul

4) Menentukan dan mempersiapkan peralatan yang diperlukan 5) Persiapan lingkungan yang kondusif

6) Mengidentifikasi aspek hukum dan etik  b. Fase intervensi:

1) Independen: Tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau perintah dokter atau tim kesehatan lain.

2) Interdependen: Tindakan perawat yang melakukan kerjasama dengan tim kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium dll).

3) Dependen: Berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan dimana tindakan medis dilaksanakan.

c. Fase dokumentasi

Merupakan suatu pencatatan lengkap dan akurat dari tindakan yang telah dilaksanakan yang terdiri dari tiga tipe yaitu:

1) Sources Oriented Records (SOR) 2) Problem Oriented Records (POR) 3) Computer Assisted Records (CAR)

(Nursalam, 2001; 53, dikutip dari Griffith, 1986)

Adapun kriteria yang diharapkan pada implementasi penyakit Gastritis adalah:

1. Memberitahukan kepada pasien untuk melakukan persiapan puasa pada 6 jam pertama. 2. Mengidentifikasi dan membatasi makanan yang dapat menimbulkan ketidak nyamanan. 3. Menganjurkan untuk makan sedikit tapi sering sesuai indikasi.

4. Penkes kepada pasien mengenai therafi yang diberikan dan indikasi dari pemberian obat-obatan .

(11)

6. Menyarankan tirah baring dan membatasi gerak selama fase akut.

7. Memberi penjelasan tentang pentingnya makanan sehingga tidak terjadi keragu –  raguan terhadap makanan yang dapat menyebabkan eksaserbarsi gejala

8. Memantau respon fisiologis untuk mengindari terjadi masalah.

9. Membuat catatan perilaku seperti gelisah, mudah marah danmmudah tersinggung. 10. Menciptakan hubungan saling percaya dengan sering mela kukan komunikasi yang

terafiutik.

11. Membantu pasien melakukan latihan nafas dalam.

5. Evaluasi

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil dicapai. Melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor “kealpaan” yang terjadi selama tahap pengkajian, analisa, perencanaan, dan pelaksanaan tindakan. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Ignatavicius & Bayne, 1994).

Evaluasi sebagai sesuatu yang direncanakan dan perbandingan yang sistematik pada status kesehatan klien. (Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Griffith dan Christensen, 1986)

Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien mencapai tujuan. Hal ini bisa dilaksanakan dengan melaksanakan hubungan dengan klien berdasarkan respon klien terhadap tindakan keperawatan yang diberikan, sehingga perawat dapat mengambil keputusan :

a. Mengakhiri rencana tindakan keperawatan (klien telah mencapai tujuan yang ditetapkan).  b. Memodifikasi rencana tindakan keperawatan (klien mengalami kesulitan untuk mencapai

tujuan).

c. Meneruskan rencana tindakan keperawatan (klien memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tujuan).

(Nursalam, 2001 ; 71, dikutip dari Iyer et. al, 1996)

Ada 2 komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan keperawatan yaitu : a. Proses (Formatif)

Adalah evaluasi yang dilaksanakan segera setelah perencanaan keperawatan dilaksanakan untuk membantu keefektifan terhadap tindakan.

(12)

Adalah evaluasi yang dapat dilihat pada perubahan perilaku atau status kesehatan klien pada akhir tindakan perawatan klien.

(Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Iyer et. al, 1996) Komponen evaluasi dapat dibagi menjadi 5 yaitu:

a. Menentukan kriteria, standar dan pertanyaan evaluasi.  b. Mengumpulkan data mengenai keadaan klien terbaru.

c. Menganalisa dan membandingkan data terhadap kriteria dan standar. d. Merangkum hasil dan membuat kesimpulan.

e. Melaksanakan tindakan yang sesuai berdasarkan kesimpulan.

( Nursalam, 2001 ; 74, dikutip dari Pinnell & Meneses, 1986 )

Adapun kriteria yang diharapkan pada evaluasi penyakit Gastritis adalah: 1. Gangguan rasa nyeri berkurang.

2. Tidak terjadi iritasi berlanjut. 3. Kebutuhan nutrisi teratatasi.

4. Tidak terjadi penurunan berat badan.

5. Klien memahami tentang perawatan dan penyakitnya.

6. Klien mampu memecahkan masalah dengan menggunakan sumber yang efekrif.

6. Catatan perkembangan

Catatan peekembangan merupakan aspek penting dari praktik keperawatan yaitu segala sesuatu yang tertulis atau tercetak yang dapat diandalkan sebagai catatan tentang bukti  bagi individu yang berwenang dan juga mendiskripsikan tentang status dan kebutuhan klien

yang komperehensif juga pelayanan yang diberikan untuk keperawatan klien (Potter & Perry 2005).

(13)

DAFTAR PUSTAKA

 Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan  Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC . Jogjakarta: MediAction

Agatha .A.D (2013). Laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan gastritis.

Referensi

Dokumen terkait

Agar perancangan typeface dengan menggunakan simbol ikan sura dan buaya Kota Surabaya sebagai gagasannya ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan Kota Surabaya, media yang

Pendidikan anak merupakan kewajiban bagi orang tua dan merupakan hak dari setiap anak. Banyak dari orang tua yang tidak mengerti bagaimana cara mendidik anak. Melihat

Bakterial vaginosis adalah keadaan abnormal pada ekosistem vagina yang dikarakterisasi oleh pergantian konsentrasi Lactobacillus yang tinggi sebagai flora normal vagina

Kesejahteraan kerja bisa didapat karena beban kerja, kemampuan sumber daya manusia dan fasilitas kerja yang seimbang dan ditunjang dengan manajemen organisasi kerja,

1) Tipe Anguiliform: pola renang ikan dimana ikan tersebut melibatkan keseluruhan bagian tubuhnya dalam berenang. Ciri-ciri ikan yang tergolong dalam tipe ini

Peraturan Pemrintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah ( Lembaran Negara Republik.. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor