• Tidak ada hasil yang ditemukan

IMPRESI REINFORCEMENT BAGI SISWA KELAS V SD ARIYA METTA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA ARTIKEL SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IMPRESI REINFORCEMENT BAGI SISWA KELAS V SD ARIYA METTA PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA ARTIKEL SKRIPSI"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

IMPRESI REINFORCEMENT

BAGI SISWA KELAS V SD ARIYA METTA

PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA

ARTIKEL SKRIPSI

Disusun dan Diajukan sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Jurusan Dharmacarya

Oleh:

PUPUT PURNAMA SARI NIM 0250113010531

SEKOLAH TINGGI AGAMA BUDDHA NEGERI SRIWIJAYA TANGERANG BANTEN

(2)
(3)

Impresi Reinforcement

Bagi Siswa Kelas V SD Ariya Metta Pada Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha

Oleh:

Puput Purnama Sari Puputpurnamasari11@gmail.com

Abstract

Problems in the research is known impression of reinforcement in 5th Grade Ariya Metta Elementary School. The purpose of this study was to describe the impression of reinforcement for the 5th grade students of Ariya Metta Elementary School on the learning of Buddhist education.

This study uses qualitative methods. The object and scope of the research is the Buddhist Education learning activity and break time in 5th Grade of Ariya Metta Elementary school. Techniques used are non-test, observasion, interview, and documentation. Data collection instruments in the form of guidelines for observation, interview guidelines, and documentation. Data validity technique in this research is extension of observation, persistence improvement, triangulation, negative case analysis, member check, and reference material. The researcher used data analysis of Miles and Huberman interactive analysis, namely, data collection, data reduction, and presentation, and the withdrawal of the conclusion.

The result of this study indicate that: (a) the impact of reinforcement on the study of Buddhist Education in Ariya Metta Elementary School, both from teachers and students, coming from internal and external, ie inhibiting factors (feeling lazy, jealous and jealous, friends who invite to play in the class, lessons, less reprimand or punishment from teachers, and less good grades) and supporting factors (self-motivated and self-motivated), external factors of teacher direction, motivation, and achievement); (b) the way the teacher provides reinforcement for the 5th grade students in Buddhist education subjects is divided into types of reinforcement (verbal, approach, touch, mark or object, gestural and sentence) and time of reinforcement (in writing and non-writing); and (c) the impression of reinforcement of 5th grade students on the learning of Buddhism Education is the definition of reinforcement (fostering memory in learning, increasing motivation, passion, and appreciation in students); Internal impact (learning difficulties and arousal); And external impacts (achievements are increasing and practicing Buddhism).

(4)

Abstrak

Permasalahan dalam penelitian ini adalah belum dipahaminya impresi reinforcement di Sekolah Dasar Ariya Metta kelas V. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan impresi reinforcement bagi siswa kelas V SD Ariya Metta pada pembelajaran Pendidikan Agama Buddha.

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Objek dan ruang lingkup penelitian ini adalah aktivitas pembelajaran Pendidikan Agama Buddha dan waktu istirahat yang ada di SD Ariya Metta kelas V. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah nontes, dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data berupa pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumen. Teknik keabsahan data pada penelitian ini yaitu perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan, triangulasi, analisis kasus negatif, member check, dan bahan referensi. Analisis data yang digunakan peneliti adalah dengan analisis model interaktif Miles & Huberman, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (a) dampak penguatan (reinforcement) pada pembelajaran Pendidikan Agama Buddha di SD Ariya Metta, baik dari guru maupun siswa, yang berasal dari internal dan eksternal, yaitu faktor penghambat (rasa malas, iri dan cemburu, teman yang mengajak bermain di dalam kelas, kurang memahami materi pelajaran, mendapat teguran atau hukuman dari guru, dan nilai yang kurang bagus) dan faktor pendukung (memotivasi diri dan muncul semangat dalam diri), faktor eksternal yaitu adanya pengarahan dari guru, motivasi, dan prestasi yang baik); (b) cara guru dalam memberikan penguatan (reinforcement) bagi siswa kelas V pada mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha terbagi dalam jenis-jenis penguatan (verbal, dengan cara mendekati, sentuhan, berupa tanda atau benda, gestural dan kalimat) dan waktu pemberian penguatan (secara tertulis dan nontertulis); dan (c) impresi reinforcement siswa kelas V pada mata pembelajaran Pendidikan Agama Buddha yaitu pengertian penguatan (menumbuhkan ingatan dalam pembelajaran, meningkatkan motivasi, semangat, dan apresiasi pada siswa); dampak internal (kesulitan belajar dan timbul semangat); dan dampak eksternal (prestasi meningkat dan mempraktikkan ajaran Agama Buddha).

Kata kunci: Reinforcement, Pendidikan Agama Buddha. Pendahuluan

Dalam rangka membangun bangsa yang berkualitas dan berkompeten perlu adanya sebuah revolusi mental. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan menempuh pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan manusia untuk menuju pada pendewasaan yang berlangsung seumur hidup dan mengubah sikap dari tidak tahu menjadi tahu. Pendidikan dapat

(5)

diperoleh dari berbagai macam pengalaman ataupun sumber yang ada di lingkungan sekitar. Beberapa sumber pendidikan dapat diperoleh dari lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Sumber-sumber tersebut merupakan akses yang digunakan untuk menggali informasi dan pengetahuan tentang berbagai macam pendidikan yang harus dipahami.

Pasal 1 ayat 1 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 tahun 2007 tentang Standar Proses untuk satuan pendidikan dasar dan menengah menyatakan bahwa standar proses pembelajaran mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran. Ini berarti bahwa sistem pendidikan nasional harus menggunakan standar proses pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan standar proses. Standar proses pendidikan merupakan kesepakatan-kesepakatan yang telah didokumentasikan dan suatu proses pembelajaran yang di dalamnya telah dirancang atau didesain sesuai rencana pelaksanaan pembelajaran.

Pada dasarnya pelaksanaan proses pembelajaran berpengaruh besar terhadap hasil belajar. Proses belajar siswa dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu faktor intern dan ekstern. Faktor intern muncul dari dalam diri individu, meliputi jasmani, rohani, dan kelelahan. Faktor ekstern muncul dari luar individu yang meliputi lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pentingnya penguatan (reinforcement) bagi siswa dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar. Motivasi belajar merupakan salah satu hal terpenting dalam belajar. Seseorang akan termotivasi untuk belajar apabila mendapat penguatan (reinforcement) yang tepat.

(6)

Pembelajaran pada mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha di SD Ariya Metta guru masih jarang memberikan penguatan (reinforcement). Hanya sekali atau dua kali guru memberikan penguatan (reinforcement) bagi siswa yang sulit diatur. Guru cenderung menarik perhatian siswa dengan menggunakan berbagai macam permainan tepukan, seperti tepuk diam, tepuk balon, dan tepuk semangat. Permainan tepukan tersebut digunakan apabila siswa mulai gaduh dan tidak memperhatikan materi pelajaran. Jika ada salah satu siswa yang sulit diatur biasanya guru akan memarahi dan menyuruh untuk ke ruangan kepala sekolah. Hal ini tentu saja membuat siswa merasa takut. Apabila dalam pemberian penguatan (reinforcement) kurang maksimal, maka dampak yang dihasilkan akan sangat sulit untuk dilihat.

Kurangnya penguatan (reinforcement) memiliki dampak besar bagi keberhasilan siswa di sekolah. Jika masalah tersebut dibiarkan dan kurang mendapat perhatian dikhawatirkan siswa tidak bisa mengatasi kesulitan belajar yang dialami. Dengan demikian, perlu adanya penanaman penguatan (reinforcement) secara optimal membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar. Adanya dampak penguatan (impresi reinforcement) bagi siswa kelas V SD Ariya Metta pada pembelajaran Pendidikan Agama Buddha diharapkan mampu mengatasi kesulitan belajar siswa di sekolah, khususnya di SD Ariya Metta.

Menurut Sugono, dkk (2008: 529) “impresi adalah kesan, efek atau pengaruh yang dalam terhadap pikiran atau perasaan.” Penguatan (reinforcement) menjadi salah satu hal terpenting dalam suatu pembelajaran. Impresi reinforcement adalah dampak yang dihasilkan dari pemberian penguatan

(7)

(reinforcement) dari guru kepada siswa. Buchari Alma dkk, (2010: 40) menyatakan bahwa reinforcement adalah respons positif terhadap suatu tingkah laku tertentu dari siswa yang memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali. Penguatan (reinforcement) merupakan salah satu bentuk perhatian guru atas pekerjaan yang dikerjakan oleh siswa. Dari penguatan (reinforcement) tersebut siswa akan merasa lebih dihargai dan merasa bermakna apabila hasil kerjanya mendapat respons positif dari guru.

Hasibuan dan Moedjiono (2009: 58) menyatakan bahwa tujuan pemberian penguatan (reinforcement) mencakup: meningkatkan perhatian siswa; melancarkan atau memudahkan proses belajar; membangkitkan dan mempertahankan motivasi; mengontrol atau mengubah sikap yang mengganggu ke arah tingkah laku belajar yang produktif; mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam belajar; dan mengarahkan kepada cara berpikir yang baik/divergen dan inisiatif pribadi. Beberapa tujuan tersebut menunjukkan bahwa pemberian penguatan (reinforcement) difokuskan terhadap siswa, khususnya untuk mengatasi kesulitan belajar.

Menurut Hasibuan dan Moedjiono (2009: 60) prinsip penggunaan penguatan mencakup sebagai berikut: penuh kehangatan dan keantusiasan; menghindari penggunaan respons negatif; bermakna bagi siswa; dan dapat bersifat pribadi atau kelompok. Penggunaan penguatan (reinforcement) harus memperhatikan prinsip yang sesuai. Pada dasarnya prinsip penggunaan penguatan berpusat pada kebutuhan siswa. Rusman (2011: 85) menyatakan ada empat cara dalam memberikan penguatan yaitu: penguatan kepada pribadi tertentu dan harus jelas; penguatan kepada kelompok siswa; pemberian penguatan dengan cara

(8)

segera: dan variasi dalam penggunaan. Cara pemberian penguatan dapat dilakukan sesuai dengan kondisi siswa dan suasana pembelajaran di kelas.

Daryanto dan Tasrial (2015: 94-95) menyebutkan jenis-jenis penguatan mencakup: penguatan verbal; penguatan gestural; penguatan dengan cara mendekatinya; penguatan dengan cara sambutan; penguatan dengan memberikan kegiatan yang menyenangkan; dan penguatan berupa tanda atau benda. Banyaknya jenis-jenis penguatan menjadi pilihan yang menarik bagi guru dalam mengondisikan proses belajar menjadi lebih bermakna. Jenis penguatan tersebut memiliki cara dan variasi yang berbeda dalam pengaplikasiannya terhadap siswa.

Slameto (2015: 2) menyatakan bahwa “belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Melalui belajar seseorang akan mengetahui perubahan dalam dirinya dari sebelum mengenal, memperoleh, dan memahami pengalaman maupun pengetahuan yang didapat. Menurut Oemar Hamalik (2015: 57) “pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.” Pembelajaran merupakan gabungan yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling mempengaruhi. Unsur-unsur tersebut merupakan satu kesatuan yang mempunyai peran dalam suatu pembelajaran. Pendidikan Agama Buddha merupakan salah satu pendidikan yang diterima oleh siswa dari sebelum mengenal dunia sekolah. Biasanya Pendidikan Agama Buddha pertama kali dikenalkan oleh orangtua. Sebelum

(9)

mengenal pendidikan secara formal anak akan diajarkan tentang pengetahuan keagamaan secara mendasar.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penyusunan skripsi ini adalah kualitatif (qualitative research). Peneliti akan meneliti dan mencatat setiap kejadian yang berhubungan dengan impresi reinforcement atau dampak penguatan bagi siswa kelas V SD Ariya Metta pada Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha. Penelitian ini dilaksanakan di SD Ariya Metta yang berada di Jalan Neglasari, Tangerang Banten. Subjek penelitian yaitu siswa Sekolah Dasar kelas V, guru Pendidikan Agama Buddha kelas V, dan Kepala Sekolah SD Ariya Metta. Objeknya meliputi dampak penguatan pada pembelajaran Pendidikan Agama Buddha, seperti pada saat memulai dan mengikuti proses pembelajaran di kelas, mengerjakan tugas, dan mengerjakan ulangan.

Teknik pengumpulan data yaitu nontes, dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Instrumen pengumpulan data berupa pedoman observasi, dan pedoman wawancara. Observasi adalah kegiatan mengamati suatu kejadian atau fenomena dengan menggunakan mata dan kemampuan pancaindera lainnya. Wawancara dilakukan dengan memberi pertanyaan yang berhubungan dengan impresi reinforcement bagi siswa SD. Dokumen yang dijadikan sebagai sumber data penelitian berupa gambar atau foto kegiatan belajar siswa di kelas, hasil belajar siswa, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan impresi reinforcement bagi siswa SD pada Pembelajaran Pendidikan Agama Buddha.

Teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan cara dari Sugiyono (2011: 270), yaitu: perpanjangan pengamatan; peningkatan ketekunan;

(10)

triangulasi; analisis kasus negatif; member check; dan bahan referensi. Teknik analisis data menggunakan model analisis dari Miles dan Huberman, yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi.

Pembahasan

Yayasan Ariya Metta adalah sebuah yayasan yang bergerak pada sektor pendidikan umum bercirikan Buddhis. Yayasan Ariya Metta didirikan pada tanggal 30 April 1997, berdasarkan Akta Yayasan (Notaris Ny. Haryanti Tono, S.H.) Nomor 63, dengan Nomor 5 tanggal 16 Agustus 2004 (Notaris Charles Hermawan, S.H.). Yayasan Ariya Metta memulai cikal bakal dengan mendirikan Taman Kanak-kanak (TK) pada bulan Juli 1997. Adanya respons yang baik dari masyarakat mendorong yayasan untuk melengkapi jenjang pendidikan seperti SD pada bulan Juli 1998, SMP bulan Juli 2004, dan SMK bulan bulan Juli 2008. Sekolah Ariya Metta menempati area seluas ± 3300 m², yang terletak di Jalan Utama 1, Nomor 2, Kelurahan Neglasari, Kecamatan Neglasari, Kota Tangerang, Provinsi Banten, Kode Pos 15129.

Sekolah Dasar Ariya Metta memiliki enam belas tenaga guru berkualifikasi sarjana dan tiga guru honorer. Fasilitas SD Ariya Metta terdiri dari gedung sekolah dengan ruang kelas, perpustakaan, ruang komputer, sarana bermain, kantin, dan lapangan olahraga beserta kelengkapannya. Sekolah Dasar Ariya Metta memiliki mata pelajaran unggulan, seperti budi pekerti, Bahasa Mandarin, dan Bahasa Inggris. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SD Ariya Metta sebagai wadah penyaluran bakat dan minat meliputi taekwondo, futsal,

(11)

pramuka, seni tari. Muatan lokal berupa pengajaran Bahasa Mandarin, Bahasa Inggris, dan Tikom (Teknik Informatika dan Komputer).

Dampak penguatan dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu penghambat dan pendukung. Faktor penghambat guru dan siswa Kelas V SD Ariya Metta, yaitu internal dan eksternal. Faktor internal yang menghambat guru dan siswa pada dampak penguatan yaitu rasa malas. Rasa malas yang dialami oleh siswa di antaranya tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan tidak serius dalam belajar. Hal tersebut terlihat ketika peneliti melakukan wawancara dan observasi kepada guru dan siswa. Faktor internal selanjutnya yaitu adanya rasa iri dan cemburu yang dialami oleh siswa.

Faktor eksternal yang menghambat guru dan siswa pada dampak penguatan yaitu teman yang mengajak bermain/berisik di dalam kelas. Kondisi kelas yang ramai dan siswa yang berbicara dengan teman menyebabkan proses pembelajaran menjadi tidak kondusif. Kelas yang tidak kondusif juga mengakibatkan proses pembelajaran menjadi terhambat karena sebagian waktu belajar digunakan untuk mengatur siswa. Faktor eksternal lainnya yang menghambat dampak penguatan, yaitu kurang memahami materi pelajaran, mendapat teguran/hukuman dari guru, dan mendapat nilai kurang bagus. Kurang memahami materi pelajaran menjadi permasalahan utama bagi siswa. Pemahaman materi merupakan dasar bagi siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Pada dasarnya tingkat pemahaman siswa dalam menerima materi pelajaran berbeda-beda. Siswa yang dengan mudah menangkap materi pelajaran akan merasa lebih fokus ketika belajar di dalam kelas. Berbeda dengan siswa yang tidak begitu cepat menangkap materi pelajaran membutuhkan penjelasan berulang-ulang dari guru.

(12)

Faktor internal yang mendukung guru dan siswa pada dampak penguatan yaitu memotivasi diri dan muncul semangat dalam diri. Faktor eksternal yang mendukung dampak penguatan yaitu adanya pengarahan dari guru dalam mengerjakan pekerjaan rumah (PR), belajar yang rajin, penjelasan materi, pemberian dan mengerjakan tugas, dan perbaikan perilaku. Faktor eksternal lainnya yang mendukung dampak penguatan yaitu adanya motivasi dan prestasi yang baik.

Cara guru dalam memberikan penguatan (reinforcement) terbagi menjadi dua bagian, yaitu jenis-jenis penguatan (reinforcement) dan waktu pemberian penguatan (reinforcement). Jenis-jenis penguatan (reinforcement) terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu verbal, dengan cara mendekati, sentuhan, berupa tanda atau benda, gestural, dan berupa kalimat. Waktu pemberian penguatan (reinforcement) terbagi menjadi dua bagian yaitu tertulis dan nontertulis. Waktu tertulis terbagi menjadi beberapa bagian yaitu mengerjakan ulangan harian dan remedial, mengerjakan soal dan menjawab pertanyaan, pemberian soal dan kesimpulan, pemberian tugas, tanya jawab, dan mendapat nilai bagus. Waktu nontertulis terbagi menjadi pemberian penguatan pada proses pembelajaran dan materi yang sulit dipahami, ceramah (penjelasan materi), pemberian penguatan secara berkelompok pada satu kelas, pada awal dan akhir pembelajaran, upacara bendera, waktu istirahat, dan komunikasi dengan orangtua.

Dalam Majjhima Nikaya Catuma Sutta (Ñānamoli & Bodhi, 2007: 1170) Sang Buddha memberikan contoh penguatan verbal yaitu “Yang Mulia Bhante, saya tadi berpikir demikian: Sangha para Bhikkhu telah ditolak oleh Yang Terberkahi, Yang terberkahi sekarang akan berdiam tak aktif, membaktikan diri

(13)

dalam kediaman yang menyenangkan di sini dan kini. Sekarang Y.M. Sāriputta dan aku harus memimpin Sangha para bhikkhu. Bagus, bagus Moggallāna, aku akan memimpin Sangha para bhikkhu, atau kalau tidak demikian Sāriputta atau Moggallāna akan memimpinnya.” Dari uraian tersebut menunjukkan bahwa pada zaman kehidupan Sang Buddha sudah ada contoh pemberian penguatan verbal yang diberikan kepada murid-Nya. Sang Buddha memberikan penguatan verbal dengan kata “bagus” kepada Moggallāna karena menjawab dengan tepat. Contoh penguatan tersebut diberikan oleh Sang Buddha kepada Sāriputta dan Moggallāna sebagai bentuk penghargaan atas usaha yang sudah dilakukan.

Dalam Majjhima Nikaya Ambalațțhikārāhulovāda Sutta (Ñānamoli & Bodhi, 2007: 1081 dan 1083) Sang Buddha memberi nasihat kepada Y.M. Rahula yaitu “demikian pula Rahula, mereka yang tidak malu mengucapkan kebohongan yang disengaja membuang kepetapaan mereka, demikian juga, Rahula suatu tindakan melalui tubuh seharusnya dilakukan setelah refleksi berulang kali, tindakan melalui ucapan seharusnya dilakukan setelah refleksi berulang kali, tindakan melalui pikiran seharusnya dilakukan setelah refleksi berulang kali.” Nasihat yang diberikan Sang Buddha kepada Y.M. Rahula bertujuan untuk mengarahkan agar tidak berkata bohong baik melalui tubuh, ucapan ataupun pikiran. Nasihat ini diberikan dengan tujuan untuk memperbaiki perilaku Y.M Rahula agar tidak mengulangi kesalahan dikemudian hari.

Nasihat yang diberikan oleh Sang Buddha kepada Y.M. Rahula merupakan pemberian penguatan dalam kategori verbal. Hal ini ditunjukkan dengan pemberian nasihat yang positif dengan tujuan untuk memberi arahan kepada Y.M. Rahula agar selalu berbuat baik. Nasihat yang diberikan menjadi

(14)

bentuk perhatian guru kepada siswanya untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialami, baik secara tertulis maupun non tertulis. Secara tertulis misalnya belajar memahami materi pelajaran, sedangkan non tertulis yaitu perbaikan pola perilaku.

Dampak penguatan dapat terlihat ketika siswa menunjukkan peningkatan atau perubahan yang telah dilakukan. Dampak penguatan terbagi menjadi tiga bagian yaitu pengertian penguatan (reinforcement), dampak internal, dan dampak eksternal. Pengertian penguatan (reinforcement) dari hasil wawancara dengan informan yaitu pemberian penguatan untuk menumbuhkan ingatan dalam pembelajaran, meningkatkan motivasi pada siswa, dan pemberian semangat dan apresiasi. Dampak internal yang timbul yaitu adanya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa. kesulitan belajar tersebut berupa pertanyaan yang sulit, mengerjakan/menjawab soal, mendapat pertanyaan dari guru, dan materi pelajaran. Beberapa kesulitan belajar tersebut menjadi dampak dari pemberian penguatan. Siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dapat diatasi dengan pemberian penguatan yang secara bertahap. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kesulitan belajar yang dialami oleh siswa.

Dampak internal selanjutnya adalah timbul semangat yang terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu kesadaran diri dalam belajar. timbulnya semangat akan mendorong siswa untuk lebih giat dalam belajar tanpa harus disuruh oleh guru ataupun orangtua. Dampak eksternal pada pemberian penguatan yaitu prestasi meningkat dan mempraktikkan ajaran agama Buddha. Prestasi meningkat yang diraih oleh siswa di antaranya giat dan rajin belajar serta prestasi / nilai meningkat. Giat dan rajin belajar menjadi cara utama bagi siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif dan rasa ingin tahu yang tinggi.

(15)

Dampak eksternal berikutnya yaitu mempraktikkan ajaran agama Buddha. Praktik ajaran agama Buddha yang dilakukan oleh siswa yaitu mengamalkan Pañcasīla Buddhis. Pañcasīla Buddhis menjadi dasar dalam mempraktikkan ajaran agama Buddha, karena setiap melakukan tindakan siswa akan berpegang pada hal tersebut. Praktik lain yang dilakukan oleh siswa di antaranya membantu ayah dan ibu, membuang sampah pada tempatnya, bertegur sapa dengan guru dan teman (bersalaman dengan guru), menumbuhkan rasa percaya diri dan semangat, dan siswa mulai diam dan fokus belajar. Praktik yang dilakukan juga mengajarkan siswa untuk mengubah pola pikir dari negatif menuju ke arah yang positif. Praktik-praktik tersebut merupakan contoh nyata yang dilakukan oleh siswa pada dampak penguatan.

Penutup

Faktor penghambat dan pendukung guru dan siswa Kelas V SD Ariya Metta pada dampak dalam melaksanakan penguatan berasal dari faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang menghambat dampak munculnya penguatan yaitu rasa malas, iri, dan cemburu. Rasa malas disebabkan oleh siswa tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) dan tidak serius dalam belajar. Faktor eksternal yang menghambat guru dan siswa pada munculnya dampak penguatan yaitu teman yang mengajak bermain/berisik di dalam kelas, kurang memahami materi pelajaran, mendapat teguran/hukuman dari guru, dan mendapat nilai kurang bagus. Teman yang mengajak bermain/berisik di dalam kelas disebabkan oleh beberapa hal yaitu kondisi kelas yang ramai, siswa berbicara dengan temannya, dan mengerjakan ulangan masih bertanya dengan teman. Faktor internal yang mendukung guru dan siswa pada munculnya dampak penguatan

(16)

yaitu memotivasi diri dan semangat dalam diri. Faktor eksternal yang mendukung guru dan siswa pada dampak penguatan yaitu adanya pengarahan dari guru, adanya motivasi, dan prestasi yang baik.

Cara guru dalam memberikan penguatan (reinforcement) kepada siswa Kelas V SD Ariya Metta pada mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha terbagi menjadi jenis-jenis penguatan (reinforcement) dan waktu pemberian penguatan (reinforcement). Jenis-jenis penguatan (reinforcement) yang ada di SD Ariya Metta pada siswa Kelas V khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha, yaitu verbal, dengan cara mendekati, sentuhan, berupa tanda atau benda, gestural, dan kalimat. Penguatan verbal dilakukan dengan mengucapkan selamat, bagus, benar, baik, tepat, hebat, pintar, dan pemberian motivasi/nasihat dari guru. Penguatan dengan cara mendekati dilakukan guru sambil berkeliling melihat hasil kerja siswa. Penguatan dengan sentuhan di antaranya pemberian acungan jempol dan mengusap rambut. Penguatan berupa tanda atau benda terdiri dari hadiah, permen, gambar untuk diwarnai, penambahan nilai, penghargaan, medali, piala, dan beasiswa bagi siswa yang berprestasi, serta mendapat hadiah dari orangtua. Penguatan gestural berupa ekspresi wajah dan anggota badan di antaranya tepuk tangan, tepuk diam, tepuk balon, tepuk anjali, dan tepuk semangat. Penguatan berupa kalimat dituliskan pada papan tulis nama siswa yang berprestasi sehingga memberi motivasi bagi siswa lain. Waktu pemberian penguatan (reinforcement) terbagi menjadi tertulis dan nontertulis. Waktu tertulis dalam pemberian penguatan (reinforcement) yaitu mengerjakan ulangan harian dan remedial, mengerjakan soal dan menjawab pertanyaan, pemberian soal dan kesimpulan, pemberian tugas, tanya jawab, dan mendapat nilai bagus. Waktu nontertulis dalam

(17)

pemberian penguatan (reinforcement) pada proses pembelajaran dan materi yang sulit dipahami, ceramah (penjelasan materi), secara berkelompok pada satu kelas, pada awal dan akhir pembelajaran, upacara bendera, waktu istirahat, dan komunikasi dengan orangtua.

Impresi reinforcement siswa Kelas V SD Ariya Metta pada mata pelajaran Pendidikan Agama Buddha terbagi menjadi pengertian penguatan (reinforcement), dampak internal, dan eksternal. Pengertian penguatan (reinforcement) merupakan pemberian penguatan dengan menumbuhkan ingatan dalam pembelajaran, meningkatkan motivasi pada siswa, dan pemberian semangat serta apresiasi. Dampak internal pada penguatan (reinforcement) terbagi menjadi kesulitan belajar dan timbulnya semangat. Kesulitan belajar yang dialami oleh siswa di antaranya pertanyaan yang sulit, mengerjakan/menjawab soal, mendapat pertanyaan dari guru, dan materi pelajaran. Timbulnya semangat dalam diri siswa di antaranya kesadaran diri dalam belajar, timbulnya cita-cita dan harapan, perubahan tingkah laku, dan muncul semangat dalam diri. Dampak eksternal pada penguatan (reinforcement) yaitu prestasi meningkat dan mempraktikkan ajaran agama Buddha. Prestasi meningkat pada siswa di antaranya giat dan rajin belajar dan prestasi / nilai meningkat. Mempraktikkan ajaran agama Buddha yaitu membantu ayah dan ibu, membuang sampah pada tempatnya, bertegur sapa dengan guru dan teman (bersalaman dengan guru), serta siswa mulai diam dan fokus belajar.

Saran yang disampaikan berdasarkan hasil penelitian: Kepala Sekolah SD Ariya Metta agar mengupayakan dan memberi arahan kepada guru Pendidikan Agama Buddha untuk membimbing, memotivasi, dan meningkatkan mutu proses

(18)

pembelajaran agar pengetahuan tentang Buddha Dharma dapat dipahami serta dipraktikkan oleh siswa dengan mudah. Guru Pendidikan Agama Buddha untuk selalu memberikan penguatan (reinforcement) kepada siswa sesuai dengan kebutuhan dan dapat meningkatkan motivasi belajar. Siswa agar meningkatkan semangat dan kesadaran diri dalam belajar dengan adanya pemberian penguatan (reinforcement) oleh guru. Bagi pemerintah meningkatkan profesionalisme guru Pendidikan Agama Buddha melalui pelatihan-pelatihan yang diadakan guna membentuk tenaga pendidik yang berkompeten untuk mendukung impresi reinforcement bagi siswa, baik dari segi teori maupun perilaku. Bagi peneliti yang akan melakukan penelitian dengan tema yang sama untuk melanjutkan dengan hasil lebih mendetail, khususnya pada pendalaman informasi sebagai data penelitian, sehingga menjadi bahan referensi yang komprehensif bagi pembaca.

Daftar Pustaka

Buchari Alma. Dkk. 2010. Guru Profesional Menguasai Metode dan Terampil Mengajar. Bandung: Alfabeta.

Daryanto dan Tasrial. 2015. Pengembangan Karir Profesi Guru. Yogyakarta: Gava Media.

Hasibuan dan Moedjiono. 2009. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ñānamoli dan Bodhi. 2007. Majjhima Nikaya 4 Kitab Suci Agama Buddha Bagian Kedua: Lima puluh Khotbah Bagian Tengah (Bhikkhuvagga) dan Bagian tentang Kelana (Paribbājakavagga), Terjemahan oleh Wena Cintiawati dan Lanny Anggawati. Klaten: Vihara Bodhivamsa Wisma Dhammaguna.

Oemar Hamalik. 2015. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Rusman. 2011. Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme

Guru. Jakarta: Rajawali Pers PT Rajagrafindo Persada.

Slameto. 2015. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.

(19)

Sugono, dkk. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Undang-undang Republik Indonesia. Nomor 41 Tahun 2007. Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan utama berkaitan dengan masalah ini adalah adanya kelangkaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang menguasai reka oles bernuansa marmer dan granit baik

Bachelor degree & below 2.86 0.24 0.02 Postgraduate degree 3.27 4.5.2 Frequency of purchase As the table 4.5 shows the construct of perceived risk for the statement of

Lebih jauh lagi diyakinkan baliwa apabila TI dikombinasikan dengan jaringan pendukung akan menghasilkan Teknologi infor~nasi dan Sistem (TI/S). Dalam perkembangannya

An evolving concept that involves the victim in it is called Restorative Justice The purpose of this research is to applicate a model of legal protection for the victims of

lAi vnm$[

Selain itu, hubungan antara kepala sekolah denga para ustadz serta ustadzah (sebutan untuk para guru) juga tidak diragukan. Selain dengan pihak sekolah kepala

selaku dosen atas semua ilmu yang telah penulis dapatkan.... dan Bapak Edwin Azwar, S.T.,

Oleh karena itu penegasan Irwandi untuk tidak bermain mata dengan pihak yang berkecimpung dalam pengadaan barang jasa dalam rangka menciptakan keterbukaan, transparansi,

Arang yang dipakai terbuat dari bambu wulung : Bola baja yang digunakan berukuran ¼, Pembuatan partikel nano menggunakan modifikasi alat shaker mils, Kecepatan