ABSTRACT
LEADING TAX IDENTIFICATION IN ORDER TO IMPROVEMENT PAD IN THE CITY BANDARLAMPUNG
By
MEDIANSYAH RESAPUTRA
Revenue (PAD) is income earned and collected by local regulations based on local regulations in accordance with the legislation. The problem of this research is a source Is Local Tax Revenues and Major Components whatever local taxes are local taxes flagship Bandar Lampung city in terms of (achievement of revenue targets, in terms of growth and in terms of the contribution). Samples of the research is the realization of the revenue budget Bandar Lampung 2007 - 2011 The analysis method used in this research is descriptive quantitative method of analysis, the research that is then processed and analyzed to be concluded by using the theories and data associated with this research. The conclusion of this research is a source of tax revenue (PAD) PAD largest revenue than other such levies, the results of regional wealth, etc.; Tax seed Bandar Lampung region is a component of street lighting tax (RPM).
ABSTRAK
IDENTIFIKASI PAJAK UNGGULAN DALAM RANGKA PENINGKATAN PAD DI KOTA BANDARLAMPUNG
Oleh
MEDIANSYAH RESAPUTRA
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pendapatan yang diperoleh dan dipungut berdasarkan peraturan daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah Pajak Daerah merupakan sumber Penerimaan Utama dan Komponen pajak daerah apa saja yang merupakan pajak daerah unggulan kota Bandar Lampung dari segi (pencapaian target penerimaan, segi pertumbuhan & segi kontribusi). Sampel dari penelitian yang dilakukan adalah realisasi anggaran pendapatan daerah kota Bandar Lampung tahun 2007 - 2011. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk diambil kesimpulan dengan menggunakan teori-teori dan data-data yang berhubungan dengan penelitian ini. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah Pajak merupakan Sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD) terbesar dibanding penerimaan PAD lainnya seperti retribusi daerah, hasil kekayaan daerah, dll; Pajak Unggulan daerah Kota Bandar Lampung adalah komponen Pajak Penerangan Jalan (PPJ).
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 20 Mei 1991, sebagai anak
kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Sa’adun Siddiq dan Ridhawati.
Penulis memulai pendidikan formal di TK Dharma Wanita, Korpri, Bandar
Lampung pada tahun 1996 dan dilanjutkan di Sekolah Dasar Negeri 4 Kemiling
Permai yang diselesaikan pada tahun 2003, kemudian melanjutkan Sekolah
Menengah Pertama (SMP) Negeri 4 Bandar Lampung diselesaikan pada tahun
2006 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Bandar Lampung diselesaikan
pada tahun 2009.
Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa di jurusan Ilmu Ekonomi
Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui
jalur SNMPTN. Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi,
baik di luar maupun di dalam kampus. Pada bulan Januari 2012, penulis
melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas Lampung di
MOTO
“Hidup ini penuh perjuangan, maka perjuangkanlah hidup Anda”
(Mediansyah Resaputra)
“
Jika bukan tentang keberanian dan kemampuan bangkit karena
terjatuh, untuk apa kita bicara makna optimis?
”
PERSEMBAHAN
Dengan segala ketulusan hati, doa, serta syukur kepada Allah SWT,
kupersembahkan karya ini kepada:
Kedua orang tuaku dan kakak-adikku yang selalu memberikan cinta, kasih
sayang, doa, dukungan moral, spiritual dan material yang tak pernah berhenti dan
takkan mampu terbalas yang akan terus hadir melengkapi perjalanan hidup ini.
Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan dukungan dan semangat, terima kasih
atas kebersamaan yang telah kita lalui selama ini. Perjuangan yang kita jalani
bersama akan menjadi cerita indah nantinya.
Almamater Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan
Universitas Lampung, sebagai langkah awal untukku belajar dan berkarya agar
SANWACANA
Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang
telah melimpahkan segala kenikmatan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Identifikasi Pajak Unggulan Dalam Rangka Peningkatan
PAD Di Kota Bandar Lampung” sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Hi. Satria Bangsawan, S.E., M.Si selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
2. Bapak M. Husaini, S.E., M.Si, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi
Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi dan
Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
4. Bapak Muhiddin Sirat, S.E., M.P. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan dan semangat dalam penulisan skripsi ini.
5. Bapak Dr. Syahfirin Abdullah, S.E., M.Si selaku dosen Pembimbing
Akademik yang dengan sabar memberikan arahannya dan semangatnya.
6. Bapak dan Ibu dosen yang telah dengan tulus mengajarkan dan memberikan
7. Para staf dan pengawai di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.
8. Papah, mamah, kakak dan adikku yang selalu memberikan dukungan,
semangat dan doa kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini. Hanya rasa
syukur yang bisa terucap karena memiliki kalian.
9. Seluruh teman-teman yang mohon maaf tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu, baik teman-teman SMA yang selalu memberikan semangat dan
bantuannya, teman-teman di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Lampung, kakak tingkat, teman-teman satu angkatan dan adik tingkat di
jurusan Ekonomi Pembangunan serta teman-teman yang memiliki predikat
sebagai kaum organisatoris dalam hal ini yang pernah atau masih berjuang
bersama penulis, baik di Himpunan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan
(HIMEPA) FEB Unila, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FEB UNILA,
UKM-F Mahasiswa Ekonomi Pencinta Lingkungan (MAHEPEL) FEB
UNILA, Ikatan Mahasiswa Ekonomi Pembangunan Indonesia (IMEPI),
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Tunas Indonesia Raya (TIDAR) dan
Perhimpunan Gerakan Keadilan (PGK). Terimakasih atas kebersamaannya
selama ini, semoga ke depan kita dapat menggapai kesuksesan
masing-masing. Dan penulis berharap tali silaturahim kita semua tidak terputus
sampai disini. Amin.
10.Semua pihak yang terlibat dalam penyelesaian studi penulis.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu
perbaikan di masa yang akan datang. Penulis juga meminta maaf kepada semua
pihak atas semua kekurangan dan kesalahan yang telah penulis lakukan.
Dan akhirnya, hanya kepada Allah SWT. jualah segalanya dikembalikan. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Bandar Lampung, 8 Agustus 2014
Penulis
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... i
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 6
E. Ruang Lingkup Penelitian ... 6
F. Kerangka Pemikiran ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Otonomi Daerah ... 9
B. Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 12
C. Pajak ... 18
D. Kinerja Keuangan Daerah ... 25
E. Kinerja Keuangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) ... 29
F. Penelitian Sebelumnya ... 31
BAB III METODE PENELITIAN ... 35
A. Jenis dan Sumber Data ... 35
ii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42
A. Gambaran Umum dan Profil Wilayah Kota Bandar Lampung 42 B. Hasil Analisis ... 48
C. Pembahasan ... 57
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 65
A. Simpulan ... 65
B. Saran ... 66
i
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2012 ... 3
2. PAD, Belanja Daerah dan Rasio PAD Terhadap Belanja Daerah Kota Bandar Lampung ... 4
3. Teknik Pengidentifikasian Sumber Penerimaan Utama PAD Kota Bandar Lampung ... 37
4. Teknik Penghitungan Skor Capaian Target Tiap Komponen Pajak Daerah Kota Bandar Lampung ... 38
5. Teknik Penghitungan Skor Pertumbuhan Tiap Komponen Pajak Daerah Kota Bandar Lampung ... 39
6. Teknik Penghitungan Skor Kontribusi Tiap Komponen Pajak Daerah Kota Bandar Lampung ... 40
7. Teknik Pengidentifikasian Pajak Daerah Unggulan Kota Bandar Lampung ... 41
8. Luas Wilayah Kota Bandar Lampung ... 43
9. Distribusi Persentase Kegiatan Ekonomi Tahun 2000 ... 44
10. Kontribusi Sumber Penerimaan PAD Kota Bandar Lampung ... 48
11. Tingkat Capaian Target Pajak Daerah Kota Bandar Lampung ... 49
12. Tingkat Perumbuhan Pajak Daerah Kota Bandar Lampung ... 52
13. Tingkat Kontribusi Pajak Daerah Kota Bandar Lampung ... 54
i
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Memasuki masa reformasi, penyelenggaraan otonomi daerah semakin
dipandang perlu sebagai jawaban terhadap tuntutan penerapan prinsip-prinsip
demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta
kepedulian terhadap potensi dan keanekaragaman daerah.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
IndonesiaTahun 1945, pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran sertamasyarakat,
serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Konsekuensi dari pelaksanaan Undang-Undang tersebut adalah daerah harus
mampu mengembangkan otonomi daerah secara luas, nyata dan
2
ekonomi, lembaga politik, lembaga hukum, lembaga keagamaan, lembaga
adat dan lembaga swadaya masyarakat serta seluruh potensi masyarakat
dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah
dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, peranan Pemerintah dalam
menggali dan mengembangkan berbagai potensi daerah sebagai sumber
penerimaan daerah akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan
tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan masyarakat di daerah.
Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumber-sumber
keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan
pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli
Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah merupakan sumber pembiayaan
yang paling penting dimana di mana komponen utamanya adalah
penerimaan yang berasal dari komponen pajak daerah dan retribusi daerah.
Pajak daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
Pajak Daerah dan Retribusi adalah kontribusi wajib kepada daerah yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan
bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak
merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua
3
2002).
Retribusi daerah atau retribusi berdasarkan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah adalah pemungutan Daerah sebagai
pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan
dan/ atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan.
Dalam mengestimasi potensi PAD, diperlukan informasi dan tolok ukur
yang riil terjadi di lapangan dan secara konkrit dikehendaki oleh
masyarakat daerah. Salah satu tolok ukur finansial yang dapat
digunakan untuk melihat kesiapan daerah dalam pelaksanaan otonomi
adalah dengan mengukur seberapa jauh kemampuan keuangan suatu
daerah.
Tabel 1. APBD Kabupaten/Kota di Provinsi Lampung Tahun 2012 *) (dalam jutaan rupiah)
No. Kota/kabupaten PAD
1 Kabupaten Mesuji 4,590
2 Kabupaten Tulang Bawang Barat 5,300
3 Kabupaten Lampung Utara 13,523
4 Kabupaten Way Kanan 13,592
5 Kabupaten Lampung Barat 14,329
6 Kabupaten Tanggamus 14,409
7 Kabupaten Pesawaran 14,716
8 Kabupaten Pringsewu 21,916
9 Kabupaten Lampung Timur 25,160
10 Kabupaten Tulang Bawang 25,203
11 Kota Metro 32,760
12 Kabupaten Lampung Tengah 43,802
13 Kabupaten Lampung Selatan 58,998
14 Kota Bandar Lampung 230,920
4
Di bawah ini saya sajikan rasio antara PAD terhadap APBD dari sisi belanja
daerah di kota Bandar Lampung :
Tabel 2. PAD, Belanja Daerah dan Rasio PAD Terhadap Belanja Daerah Kota Bandar Lampung
Tahun PAD Belanja Daerah Rasio (%)
2006 45,843,383,278.16 564,988,592,647.00 8.11
2007 53,714,914,761.96 660,075,263,348.13 8.14
2008 67,661,519,021.92 778,777,514,052.53 8.69
2009 70,432,264,168.28 802,095,631,362.29 8.78
2010 86,692,399,700.41 928,170,641,481.58 9.34
Sumber : Audit BPK mengenai Laporanpertanggungjawaban APBD Kota Bandar Lampung Tahun 2007-2011 (diolah)
Dari tabel 2.., dapat dilihat bahwa dalam 5 tahun terakhir rasio PAD
terhadap belanja daerah selalu mengalami peningkatan. Namun, pada kolom
rasio memperlihatkan secara jelas bahwa peran PAD dalam memenuhi
belanja daerah masih belum dapat dikatakan sebagai sumber penerimaan
utama (masih di bawah 10%) sehingga Pemerintah Kota Bandar Lampung
dalam hal ini harus terus berupaya meningkatkan PAD Kota Bandar
Lampung. Salah satu upaya dalam rangka meningkatkan PAD adalah
dengan cara menentukan sumber pendapatan unggulan. Untuk menentukan
sumber pendapatan unggulan terdapat beberapa faktor, antara lain: a) unggul
dari segi pencapaian target penerimaan pajak daerah; b) unggul dari segi
pertumbuhan; dan c) unggul dari segi kontribusi.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, alasan peneliti mengambil pokok
penelitian tentang pajak unggulan adalah untuk mengetahui seberapa bessar
peran pakjak unggulan dalam kontribusinya untuk Pendapatan Asli Daerah
5
judul “Identifikasi Pajak Unggulan Dalam Rangka Peningkatan PAD Di Kota Bandarlampung”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dikemukakan permasalahan dalam
rencana penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah Pajak Daerah merupakan sumber Penerimaan Utama di kota
Bandar Lampung?
2. Komponen pajak daerah apa saja yang merupakan pajak daerah
unggulan kota Bandar Lampung dari segi pencapaian target
penerimaan pajak daerah?
3. Komponen pajak daerah apa saja yang merupakan pajak daerah
unggulan kota Bandar Lampung dari segi pertumbuhan?
4. Komponen pajak daerah apa saja yang merupakan pajak daerah
unggulan kota Bandar Lampung dari segi kontribusi?
5. Komponen apa saja dari masing-masing yang merupakan pajak daerah
unggulan kota Bandar Lampung dari segi capaian target, pertumbuhan
dan kontribusi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang diuraikan di atas, maka
tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bahwa pajak daerah sebagai sumber penerimaan
6
2. Untuk mengetahui komponen pajak daerah yang menjadi pajak
unggulan Kota Bandar Lampung dari segi pencapaian target
penerimaan pajak daerah.
3. Untuk mengetahui komponen pajak daerah yang menjadi pajak
unggulan Kota Bandar Lampung dari segi pertumbuhan.
4. Untuk mengetahui komponen pajak daerah yang menjadi pajak
unggulan Kota Bandar Lampung dari segi kontribusi.
5. Untuk mengetahui komponen pajak daerah yang unggul dari segi
capaian target, pertumbuhan dan kontribusi.
D. Manfaat Penelitian
1. Masukan bagi pemerintah, khususnya pemerintah Kota
Bandarlampung.
2. Sebagai sumbangan informasi dan bahan bacaan bagi
penelitian-penelitian yang akan mengkaji lebih dalam mengenai Kota
Bandarlampung.
3. Sebagai informasi untuk mengkaji lebih lanjut pemanfaatan berbagai
sumber daya dalam masyarakat untuk pengembangan pembangunan
wilayah Kota Bandarlampung.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tentang Identifikasi Pajak Unggulan Dalam Rangka Peningkatan
PAD Di Kota Bandarlampung ini mengidentifikasi kontribusi pajak,
pengaruh pajak dan menganalisis pajak unggulan daerah yang meningkatkan
7
digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder dari tahun 2007 hingga
2011 yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah kota Bandar Lampung
F. Kerangka Pemikiran
Setelah dimulainya era otonomi daerah yang berlandaskan pada UU No.32
tahun 2004 dan desentralisasi fiskal yang berlandaskan pad UU No. 33
tahun 2004 pemerintah daerah memiliki kewenangan yang luas dalam
mengelola daerahnya termasuk dalam bidang keuangan (APBD). Di sini
menandakan bahwa dalam era otonomi daerah pemerintah daerah dituntut
mandiri dalam membiayai belanja daerahnya.
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Otonomi Daerah
APBD
Pendapatan Daerah
Pendapatan Asli Daerah Pendapatan Non Asli Daerah
Pajak Daerah Retribusi Daerah Bagian Laba Usaha
Daerah
Lain-lain PAD yang sah
8
Menyangkut dengan dituntutnya peran pemerintah daerah untuk mandiri dalam
membiayai belanja daerahnya, menjadi penting untuk pemerintah daerah
berupaya melakukan peningkatan terhadap PAD. Adapun upaya untuk
meningkatkan PAD, yaitu: a) upaya ekstensifikasi, upaya peningkatan PAD
yang tergolong sulit karena harus melalui pengesahan undang-undang; dan b)
upaya intensifikasi, upaya yang dilakukan pemerintah daerah untuk
meningkatkan PAD melalui peningkatan tarif, memperbaiki manajemen
pengelolaan pajak dan menentukan sumber pendapatan unggulan. Dalam
menentukan sumber pendapatan unggulan, beberapa faktor yang harus
mendapat perhatian pemerintah daerah, antara lain: unggul dari segi pencapaian
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Otonomi Daerah
Otonomi daerah adalah kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri
terutama berkaitan dengan pemerintahan umum maupun pembangunan,
yang sebelumnya diurus pemerintahan pusat. Untuk itu, selain diperlukan
kemampuan keuangan, diperlukan juga adanya sumber daya manusia
berkualitas, sumber daya alam, modal, dan teknologi (Rudini, 1995:48
dalam Silalahi, et al, 1995).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah bahwa dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan
daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
IndonesiaTahun 1945, pemerintahan daerah, yang mengatur dan mengurus
sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan,
diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat
melalui peningkatan, pelayanan, pemberdayaan, dan peran sertamasyarakat,
serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip
demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu
daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan otonomi daerah adalah meningkatkan sumber daya manusia yang
10
manusia yang dibutuhkan tersebut antara lain adalah (Silalahi, et al,
1995:12) :
1. Mempunyai wadah, perilaku, kualitas, tujuan dan kegiatan yang
dilandasi dengan keahlian dan ketrampilan tertentu.
2. Kreatif dalam arti mempunyai jiwa inovatif, serta mampu
mengantisipasi tantangan maupun perkembangan, termasuk di
dalamnya mempunyai etos kerja yang tinggi.
3. Mampu sebagai penggerak swadaya masyarakat yang mempunyai rasa
solidaritas sosial yang tinggi, peka terhadap dinamika masyarakat,
mampu kerja sama, dan mempunyai orientasi berpikir people centered orientation.
4. Mempunyai disiplin yang tinggi dalam arti berpikir konsisten terhadap
program, sehingga mampu menjabarkan kebijaksanaan nasional
menjadi program operasional pemerintah daerah sesuai dengan
rambu-rambu pengertian program urusan yang ditetapkan.
Tujuan otonomi daerah menurut Smith (1985) dalam analisa CSIS yang
dikemukakan oleh Syarif Hidayat dibedakan dari dua sisi kepentingan, yaitu
kepentingan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Dari kepentingan
Pemerintah Pusat tujuan utamanya adalah pemdidikan politik, pelatihan
kepemimpinan, menciptakan stabilitas politik dan mewujudkan
demokratisasi sistem pemerintahan di daerah. Sementara, bila dilihat dari
sisi kepentingan Pemerintah Daerah ada tiga tujuan, yaitu:
11
kesempatan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam berbagai
aktifitas politik di tingkat lokal atau daerah.
2. Untuk menciptakan local accountability, artinya dengan otonomi akan meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam memperhatikan
hak-hak masyarakat.
3. Untuk mewujudkan local responsiveness, artinya dengan otonomi daerah diharapkan akan mempermudah antisipasi terhadap berbagai
masalah yang muncul dan sekaligus meningkatkan akselerasi
pembangunan sosial dan ekonomi daerah.
Selanjutnya jika dilihat dari tujuan otonomi daerah menurut UU No. 22
Tahun 1999 pada dasarnya adalah sama yaitu otonomi daerah diarahkan
untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, meningkatkan
kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa dan peran serta aktif
masyarakat serta peningkatan pendayagunaan potensi daerah secara optimal
dan terpadu secara nyata, dinamis dan bertanggungjawab sehingga
memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, mengurangi beban pemerintah
pusat dan campur tangan di daerah yang akan memberikan peluang untuk
koordinasi tingkat lokal.
Nyata berarti pemberian otonomi pada daerah didasarkan pada faktor-faktor,
perhitungan, tindakan dan kebijaksanaan yang benar-benar menjamin
daerah yang bersangkutan dapat mengurus rumah tangganya sendiri.
Sedangkan dinamis didasarkan pada kondisi dan perkembangan
12
diupayakan untuk memperlancar pembangunan di pelosok tanah air. Uraian
di atas merupakan tujuan ideal dari otonomi daerah. Pencapaian tujuan
tersebut tentunya tergantung dari kesiapan masing-masing daerah yang
menyangkut ketersediaan sumber daya atau potensi daerah, terutama adalah
sumber daya manusia yang tentunya akan berperan dan berfungsi sebagai
motor penggerak jalannya pemerintahan daerah.
B. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Berdasarkan UU NO 33 Tahun 2004 bahwa Pendapatan Asli Daerah (PAD)
adalah Pendapatan yang diperoleh dan dipungut berdasarkan peraturan
daerah berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan perundang-undangan.
Dalam kenyataannya PAD belum bisa memberikan kontribusi yang
siginifikan terhadap penerimaan daerah secara keseluruhan, tidak
signifikannya peran PAD dalam anggaran daerah tidak lepas dari system tax
assigment di Indonesia yang masih memberikan kewenangan penuh kepada
pemerintah pusat untuk mengumpulkan pajak-pajak potensial.
Menurut Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah “Pendapatan asli
daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh
pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi
daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli
daerah lainnya yang sah”.
Sedangkan menurut Herlina Rahman(2005:38) Pendapatan Asli Daerah
(PAD) Merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak
13
dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dalam menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otoda sebagai perwujudan asas desentralisasi.
Sebagaimana telah diuraikan terlebih dahulu bahwa pendapatan daerah
dalam hal ini pendapatan asli daerah adalah salah satu sumber dana
pembiayaan pembangunan daerah pada kenyataannya belum cukup
memberikan sumbangan bagi pertumbuhan daerah, hal ini mengharuskan
pemerintah daerah menggali dan meningkatkan pendapatan daerah terutama
sumber pendapatan asli daerah.Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan
pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi
Daerah, basil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan
keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan
otonomi daerah sebagai mewujudan asas desentralisasi. (Penjelasan UU
No.33 Tahun 2004)
Faktor keuangan merupakan hal yang penting dalam setiap kegiatan
pemerintahan, karena hamper tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak
membutuhkan biaya (Kaho, 1997: 61; Suparmoko, 2002:16). Sehubungan
dengan posisi keuangan ini, ditegaskan bahwa pemerintah daerah tidak akan
dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang
cukup untuk memberikan pelayanan terhadap masyarakat dan melaksanakan
pembangunan. Sehubungan hal tersebut, daerah hendaknya memiliki
kewenangan yang luas dan kemampuan yang optimal untuk menggali dan
14
Menurut Davey (1988), sumber pendapatan pemerintah regional adalah
sebagai berikut:
1. Alokasi dari pemerintah pusat:
a) Anggaran pusat (votes); b) Bantuan pusat (grants); c) Bagi-hasil pajak;
d) Pinjaman;
e) Penyertaan modal.
2. Perpajakan.
3. Retribusi (charging).
4. Pinjaman.
5. Perusahaan (badan usaha).
Menurut Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan
Daerah dan Undang-Undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, sumber pendapatan daerah
terdiri atas:
1. Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah
dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut
berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
a. Hasil Pajak Daerah
Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi
15
yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
Pajak daerah digolongkan ke dalam dua kategori menurut tingkat
Pemerintahan Daerah, yaitu: 1) Pajak Provinsi yang terdiri dari:
Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; Bea Balik
Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air; Pajak
Bahan Bakar Kendaraan Bermotor; dan Pajak Pengambilan dan
Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air Permukaan. 2) Pajak
Kabupaten/Kota yang terdiri dari: Pajak Hotel; Pajak Restoran;
Pajak Hiburan; Pajak Reklame; Pajak Penerangan Jalan; Pajak
Pengambilan Bahan Galian Golongan C; dan Pajak Parkir.
b. Hasil Retribusi Daerah
Retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas
jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau
diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang
pribadi atau badan. Retribusi daerah dibagi atas tiga golongan,
yaitu: Retribusi Jasa Umum; Retribusi Jasa Usaha; dan Retribusi
Perizinan Tertentu.
c. Hasil Perusahaan Milik Daerah
Hasil perusahaan milik daerah merupakan bagian dari
keuntungan/laba bersih Perusahaan Daerah baik bagi Perusahaan
16
daerah, maupun yang modalnya untuk sebagian terdiri dari
kekayaan daerah yang dipisahkan.
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah
Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah antara lain terdiri dari
hasil penjualan asset tetap daerah dan jasa giro.
2. Dana Perimbangan
Dana perimbangan merupakan sumber pendapatan daerah yang
berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan
pemerintahan daerah dalam mencapai tujuan pemeberian otonomi
kepada daerah, yaitu terutama peningkatan pelayanan kesejahteraan
masyarakat yang semakin baik (PP No.104 Tahun 2000).
Adapun pos-pos dana perimbangan tersebut terdiri dari:
a. Bagian daerah dari Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan, Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan penerimaan dari
Sumber Daya Alam, seperti: kehutanan, perikanan, pertambangan,
minyak, dan gas bumi.
b. Dana Alokasi Umum
Dana Alokasi Umum (DAU) adalah dana yang berasal dari APBN
yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan
keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan
pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi.
Dalam menghitung dana alokasi umum digunakan rumus sebagai
17
Penentuan bobot (tolok ukur) didasarkan pada: 1) Kebutuhan
wilayah otonomi daerah paling sedikit dapat dicerminkan dari
variabel jumlah penduduk, luas wilayah, keadaan geografi dan
tingkat pendapatan masyarakat dengan memperhatikan kelompok
masyarakat miskin. Dan 2) Potensi ekonomi daerah antara lain
dapat dicerminkan dengan potensi penerimaan yang diterima
daerah seperti potensi industri, SDA, SDM dan PDRB.
Selanjutnya formulasi DAU yaitu berasal dari 25% penerimaan
dalam negeri dalam APBN (penerimaan dari minyak dan gas,
penerimaan dari pajak serta penerimaan dari non migas dan non
pajak), dengan pembagian 10% untuk provinsi dan 90% untuk
kabupaten/kota.
c. Dana Alokasi Khusus
Dana Alokasi Khusus (DAK) adalah dana yang berasal dari APBN
yang dialokasikan kepada daerah untuk membantu membiayai
kebutuhan tertentu. Selanjutnya bagi daerah yang sumber daya
alamnya terbatas namun memiliki jumlah penduduk yang besar
maka memperoleh maka memperoleh DAK yang cukup besar
demikian pula sebaliknya. Pembagian DAK akan menciptakan
horizontal equity bagi daerah sedangkan pembagiannya disebut
18
3. Pinjaman Daerah
Pinjaman daerah berasal dari dalam negeri dan dari luar negeri.
Pinjaman daerah dari dalam negeri bersumber dari pemerintah pusat,
lembaga keuangan bank, lembaga keuangan bukan bank, masyarakat
dan sumber lainnya. Sedangkan pinjaman dari luar negeri dapat
berupa pinjaman bilateral atau pinjaman multilateral.
4. Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah
Lain-lain pendapatan daerah yang sah bersumber dari hibah atau
penerimaan dari daerah provinsi atau daerah kabupaten/kota lainnya.
C. Pajak
1. Pengertian Pajak
Pajak menurut Rochmat Sumitro (Mardiasmo, 2000 hal 1) adalah
iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang
dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbal balik (kontra
prestasi) yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum.
Dalam ketentuan umum PP No. 65 Tahun 2001 pasal 1, pajak daerah
adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan
usaha pada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat
dipaksa kan berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku
dan yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan
19
Pajak daerah menurut UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan
UU Nomor 18 Tahun 1997, tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah pada pasal 1 ayat 6 adalah iuran wajib yang dilakukan oleh
orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang
seimbang, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan
pemerintahan daerah dan pembangunan daerah.
2. Jenis-Jenis Pajak
Secara administrasi daerah, pajak daerah dapat digolongkan menjadi
pajak daerah tingkat provinsi dan pajak daerah tingkat kabupaten/
kota. Sesuai dengan UU No. 34 tahun 2000 tentang Perubahan Atas
UU No. 18 tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah,
jenis pajak provinsi terdiri dari:
a. Pajak Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.
b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Kendaraan di Atas Air.
c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
d. Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah dan Air
Permukaan.
Jenis pajak kabupaten/kota terdiri dari:
a. Pajak Hotel.
b. Pajak Restoran.
c. Pajak Hiburan.
d. Pajak Reklame.
20
f. Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan C.
g. Pajak Parkir.
3. Kebijaksanaan Pemerintah Kota/Kabupaten Dalam Meningkatkan Penerimaan Pajak Daerah
Pelaksanaan otonomi daerah menurut UU No.22 tahun 1999 dan UU
No.25 tahun 1999 pemerintah kota/kabupaten memiliki kewenangan
dan tanggung jawab yang lebih nyata dan sangat luas dalam
mengelola dan mengurus urusan rumah tangganya. Dalam mengelola
dan mengurus urusan rumah tangganya sendiri memerlukan
sumber-sumber pembiayaan yang sangat besar untuk mengurangi
ketergantungannya pada pemerintah pusat. Untuk itu pemerintah
kabupaten/kota perlu meningkatkan kontribusi penerimaan pajak
daerah terhadap total penerimaan anggaran pendapatan dan belanja
daerah melalui kebijaksanaan intensifikasi pajak daerah dan
ekstensifikasi pajak daerah yang bersifat komprehensif dan senantiasa
berpihak kepada rakyat.
a) Intensifikasi Pajak Daerah
Intensifikasi pajak daerah diartikan sebagai suatu usaha yang
dilakukan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk meningkatkan
penerimaan pajak daerah yang biasanya diaplikasikan dalam
bentuk:
1. Perubahan Tarif Pajak Daerah
Usaha atau kebijaksanaan perubahan tarif pajak daerah
21
pemerintah kabupaten/kota dan secara nyata dapat
meningkatkan penerimaan pajak daerah lebih besar dan sangat
cepat. Kebijaksanaan ini paling sering dilakukan oleh
pemerintah kabupaten/kota pada masa yang lalu, sekalipun
disadari bahwa kebijaksanaan ini tidak sesuai dengan syarat
ekonomis pemungutan pajak. Kebijaksanaan seperti ini dapat
menganggu perekonomian daerah tersebut khusu dalam
kegiatan produksi dan kegiatan perdagangan barang dan jasa, di
samping itu kebijaksanaan ini dapat pula menimbulkan
terjadinya pelarian modal oleh para investor (crowding out) dari daerah tersebut ke daerah lain yang tariff pajaknya lebih rendah
yang pada akhirnya akan berdampak terhadap perekonomian
masyarakat.
2. Peningkatan Pengelolaan Pajak Daerah
Pengelolaan sumber-sumber penerimaan daerah pada umumnya
dan pajak daerah pada khususnya harus dilakukan secara
professional melalui mekanisme dan prosedur yang baik dan
transparan, guna menghindari terjadinya pemborosan biaya
pemungutan dan kebocoran penerimaan pajak daerah.
Mekanisme dan prosedur penerimaan yang baik dan transparan
dalam pengelolaan sumber-sumber penerimaan keuangan
kabupaten/kota khususnya mengenai pendapatan asli daerah
idealnya ditetapkan dengan peraturan pemerintah
22
bupati/walikota sebagai petunjuk operasional bagi aparat
pengelola keuangan daerah, guna menghindari terjadinya
kebocoran dan pemborosan sumber-sumber keuangan
kabupaten/kota. Adapun tahap-tahap pengelolaan pendapatan
asli daerah adalah sebagai berikut:
a. Pendataan subjek pajak dan objek pajak daerah dan/atau
retribusi daerah.
b. Pendaftaran subjek dan objek pajak daerah dan/atau
retribusi daerah.
c. Penetapan jumlah pajak daerah dan/atau retribusi daerah
terutang.
d. Penyampaian surat ketetapan pajak daerah dan/atau
retribusi daerah kepada wajib pajak daerah dan/atau
retribusi daerah terutang.
e. Pembukuan dan pelaporan subjek dan objek pajak daerah
dan/atau retribusi daerah dan jumlah pajak daerah dan/atau
retribusi daerah terutang.
f. Tata cara pembayaran dan tempat pembayaran pajak daerah
dan/atau retribusi daerah.
g. Tata cara mengadakan/mengajukan keberatan terhadap
penetapan pajak daerah dan/atau retribusi daerah.
h. Penagihan terhadap subjek pajak daerah dan/atau retribusi
daerah yang belum melunasi kewajibannya sesuai dengan
23
i. Mengadakan penyuluhan kepada wajib pajak daerah
dan/atau retribusi daerah.
j. Memantau dan mengawasi pelaksanaan tahap-tahap
kegiatan tersebut di atas secara rutin.
Memperhatikan prosedur dan mekanisme pengelolaan pajak
daerah (Pendapatan Asli Daerah) yang transparan dan jelas,
tidaklah berarti bahwa pengelolaan pajak daerah sudah pasti
akan berjalan dengan baik, namun dalam pelaksanaannya masih
sering mengalami/dijumpai hambatan dari berbagai pihak baik
yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal. Adapun
hambatan-hambatan tersebut dapat dikemukakan sebagai
berikut:
1) Hambatan yang bersifat internal
Hambatan yang bersifat internal dalam pengelolaan pajak
daerah bersumber dari dalam organisasi pemerintah
kabupaten/kota yang disebabkan oleh hal-hal antara lain
sebagai berikut:
a) Perkembangan intelektual dan moral aparat pengelola
pajak daerah
b) Kurangnya koordinasi antara unit pengelola pajak
aerah dengan unit-unit terkait
2) Hambatan yang bersifat eksternal
Hambatan yang bersifat eksternal dalam pengelolaan
24
kabupaten/kota yang disebabkan oleh hal-hal antara lain
sebagai berikut:
a) Perkembangan intelektual dan moral masyarakat untuk
membayar pajak daerah
b) Rendahnya income per kapita masyarakat
c) Adanya usaha meringankan beban pajak daerah oleh
masyarakat sesuai ketentuan maupun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan
b) Ekstensifikasi Pajak Daerah
Ekstensifikasi merupakan suatu kebijaksanaan yang dilakukan oleh
daerah kabupaten/kota dalam upaya meningkatkan penerimaan
pajak daerah melalui penciptaan sumber-sumber pajak daerah.
Kebijaksanaan ini sesuai dengan UU No.18 tahun 1997, tentang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dalam usaha meningkatkan
kontribusi pajak daerah terhadap total dan penerimaan anggaran
pendapatan dan belanja daerah merupakan salah satu kebijaksanaan
yang sangat rasional dan tidak menyengsarakan masyarakatnya
adalah kebijaksanaan investasi.
Salah satu kebijaksanaan penciptaan sumber-sumber pajak daerah
oleh pemerintah kabupaten/kota adalah melalui kegiatan investasi
memiliki peranan yang sangat strategis bagi pemerintah
kabupaten/kota dalam upaya meningkatkan penerimaan pajak
daerah, sebab dengan adanya investasi yang ditanamkan oleh
25
menciptakan multiefek dalam sektor perekonomian seperti:
Meningkatnya laju pertumbuhan ekonomi daerah, meningkatnya
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan terciptanya
sumber/potensi pajak baru.
Kegiatan investasi memberikan kontribusi yang sangat besar dan
baik terhadap upaya peningkatan penerimaan pajak daerah pada
khususnya dan penerimaan pendapatan asli daerah pada umumnya.
Untuk itu kegiatan investasi mutlak diusahakan oleh pemerintah
kabupaten/kota melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan sebagai
berikut:
a) Menciptakan daya tarik dan iklim yang kondusif bagi investor
lokal maupun investor asing untuk
menanamkan/menginvestasikan modalnya di kabupaten/kota.
b) Member kemudahan bagi investor kmaupun investor asing
untuk menanamkan/menginvestasikan modalnya di daerah
dengan menghilangkan birokrasi yang berbelit-belit.
D. Kinerja Keuangan Daerah
Untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah,
salah satunya bias diukur melalui kinerja/kemampuan keuangan daerah.
Berikut ini disampaikan beberapa alat analisis kinerja keuangan daerah yang
didasarkan pada konsep Musgrave (1980) dalam buku Ekonomi Publik oleh
Sukanto Reksohadiprodjo (2000) yaitu:
26
Dengan Nj = kebutuhan fiskal juridiksi; Ns = biaya menyediakan
tingkat pelayanan; dan Zj = populasi target.
2. Kapasitas fiskal (fiscal capacity) dirumuskan sebagai berikut: Cj = ts Bj
Dengan Cj = kapasitas fiskal juridiksi; ts = tarif fiskal standart; dan Bj
= basis fiskal di j
3. Upaya fiskal (fiscal effort) dirumuskan sebagai berikut:
Ej
= tj:tsDengan Ej = upaya fiskal; tj = tarif fiskal; dan ts = standart fiskal.
Namun karena data di daerah tidak mendukung maka dipakai berbagai
proxy. Menurut Hikmah (1999) untuk melihat kinerja keuangan daerah dilakukan perhitungan sebagai berikut:
1. Derajat desentralisai fiskal antara pemerintah pusat dan daerah
yaitu:
a. Pendapatan Asli Daerah : Total Penerimaan Daerah
b. Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak Untuk Daerah : Total
Penerimaan Daerah
c. Sumbangan Daerah : Total Penerimaan Daerah
dengan TPD = PAD + BHPBP +SB, hasil perhitungan tinggi maka
desentralisasinya tinggi (mandiri).
27
IPPP = Pengeluaran Aktual per Kapita Untuk Jasa-Jasa Publik : Standar Kebutuhan Fiskal Daerah
PPP = Jumlah pengeluaran rutin dan pembangunan per kapita masing-masing daerah
SKF = Jumlah Pengeluaran Daerah atau Jumlah Penduduk : Jumlah Kabupaten/Kota
Semakin tinggi hasilnya, maka kebutuhan fiskal suatu daerah
semakin besar.
3. Kapasitas fiskal (fiscal capacity) dengan formula:
FC = (PDRB : KFS) x 100%
KFs = Jumlah PDRB : Jumlah Kabupaten/Kota
Semakin tinggi hasilnya, maka kapasitas fiskal suatu daerah
semakin tinggi.
4. Upaya fiskal (tax effort) dapat dihitung dengan menggunakan rumus:
UPPADj = PADj : Kapasitas atau Potensi PAD Atau
UPPADj = PADj : PDRBj (tanpa migas)
Selanjutnya dihitung tingkat PAD standart (TPADs) yaitu:
TPADs = S PAD/PDRB : S Kabupaten/Kota untuk Indeks Kinerja PAD digunakan rumus:
28
Semakin tinggi hasilnya, maka semakin besar upaya pajak daerah
sekaligus menunjukkan posisi fiskal daerah. Cara lain menentukan
posisi fiskal daerah adalah dengan mencari koefisien elastisitas
PAD terhadap PDRB. Semakin elastis PAD suatu daerah, maka
struktur PAD di daerah akan semakin baik.
Selanjutnya Tim LPEM-FEUI pada Laporan Akhir Kebijakan
Desentralisasi dalam Masa Transisi (2000) menyatakan bahwa
untuk melihat kesiapan pemerintah daerah dalam menghadapi
otonomi daerah khususnya di bidang keuangan, diukur dari
seberapa jauh kemampuan pembiayaan urusan bila didanai
sepenuhnya oleh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan bagi hasil.
Rasio yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Perbandingan PAD dengan Pengeluaran Total
2. Perbandingan PAD dengan Pengeluaran Rutin
3. Perbandingan PAD + Bagi Hasil dengan Pengeluaran Total
4. Perbandingan PAD + Bagi Hasil dengan Pengeluaran Rutin
5. Perbandingan PAD per kapita dengan Pengeluaran Rutin per
kapita
6. Perbandingan PAD per kapita dengan Pengeluaran Total per
kapita
7. Perbandingan PAD + Bagi Hasil per kapita dengan
Pengeluaran Total per kapita
8. Perbandingan PAD + Bagi Hasil per kapita dengan
29
Jika hasilnya tinggi, maka peranan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
dalam membiayai urusan daerah dinyatakan mampu untuk
menunjang kemandirian keuangan pemerintah daerah.
E. Kinerja Keuangan Pendapatan Asli Daerah
Untuk mengetahui posisi kinerja keuangan suatu daerah kabupaten/kota dari
sisi Pendapatan Asli Daerah dapat dilihat dengan menggunakan indeks
perbandingan dari tiap komponen sumber penerimaan Pendapatan Asli
Daerah itu sendiri dengan rumus :
A = Kpajak daerah : Kretribusi daerah : KPKDD : KLPADS
Dimana A = indeks perbandingan; Kpajak daerah = kontribusi pajak daerah; Kretribusi daerah = kontribusi retribusi daerah; KPKDD = kontribusi pengelolaan
kekayaan daerah yang dipisahkan; dan KLPADS = kontribusi lain-lain PAD yang sah. Sedangkan untuk mencari tingkat kontribusi dari tiap komponen
sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah digunakan rumus sebagai
berikut:
K = (realisasi sumber PAD ke i : realisasi PAD) × 100%
Dimana realisasi sumber PAD ke i adalah realisasi sumber PAD yang akan
dihitung. Untuk mengetahui posisi kinerja keuangan suatu daerah
kabupaten/kota dari sisi Pajak Daerah dapat dilihat dengan menggunakan:
1. Indeks Capaian Target
Indeks capaian target adalah perbandingan antara realisasi penerimaan
30
Rumus:
CT pajak ke i = (realisasi pajak ke i : target pajak ke i) x 100%
Kondisi yang ideal dalam capaian target adalah 100% dan/atau
mendekati 100%, karena target yang baik harus sesuai dengan
realisasi.
2. Indeks Pertumbuhan
Indeks pertumbuhan adalah perbandingan antara selisih (peningkatan
atau penurunan) realisasi penerimaan dengan realisasi penerimaan
tahun sebelumnya terhadap realisasi penerimaan tahun sebelumnya
(dalam persentase).
Rumus :
P pajak ke i = ((realisasi pajak ke i – realisasi pajak ke i tahun
sebelumnya) : realisasi pajak ke i tahun sebelumnya) x 100%
Kondisi yang ideal dalam pertumbuhan adalah terjadinya peningkatan
penerimaan dari tahun sebelumnya.
3. Indeks Kontribusi
Indeks kontribusi adalah perbandingan antara realisasi tiap komponen
sumber penerimaan terhadap realisasi penerimaan (dalam persentase).
Rumus :
K pajak ke i = (realisasi pajak ke i : realisasi pajak daerah) x 100%
Kondisi yang ideal dalam kontribusi adalah yang memberikan
31
F. Penelitian Sebelumnya
1. Penelitian yang dilakukan oleh Daru Kuncoro (2003), mengenai
Analisis Kemampuan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Di
Propinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa variabel
pengeluaran pembangunan dan PDRB per kapita berpengaruh positif
dan signifikan terhadap PAD kabupaten/kota di Provinsi Jawa
Tengah.
Judul Analisis Kemampuan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah.
Penulis/Tahun Daru Kuncoro (2003)
Tujuan Menganalisa variabel-variabel yang mempengaruhi PAD kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Metode
Analisis Deskriptif Statistik.
Variabel Pengeluaran Pembangunan (PP) dan PDRB per kapita (PKT).
Jenis data Data Kerat Lintang (2001).
Hasil dan Kesimpulan
Variabel Pengeluaran Pembangunan (PP) dan PDRB per kapita (PKT) berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah
2. Penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Tahwin (2013), mengenai
Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak
Daerah. Penelitian ini menyimpulkan bahwa pendapatan per kapita,
jumlah wisatawan dan c produk pertambangan kelompok memiliki
dampak positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak. Jumlah
industri dan hotel pemesanan kamar tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap penerimaan pajak kabupaten rembang. Variabel
pendapatan per kapita memberikan pengaruh dominan terhadap lokal
32
Judul Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah.
Penulis/Tahun Muhammad Tahwin (2013)
Tujuan
Menganalisis pendapatan pajak daerah di
Kabupaten Rembang sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan untuk periode 1992-2008.
Metode Analisis Analisis Regresi Ganda.
Variabel Pendapatan per kapita dan Pajak Penghasilan (PPh)
Jenis data Data Primer dan Sekunder.
Hasil dan Kesimpulan
Pendapatan per kapita, jumlah wisatawan dan c produk pertambangan kelompok memiliki dampak positif dan signifikan terhadap penerimaan pajak. Jumlah industri dan hotel pemesanan kamar tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan pajak kabupaten rembang. Variabel pendapatan per kapita
memberikan pengaruh dominan terhadap lokal pajak penghasilan Kabupaten Rembang..
3. Penelitian yang dilakukan oleh Yosafat Mustikoarto (2009), mengenai
Analisis Penerimaan Pajak Hotel Sebagai Komponen Pendapatan Asli
Daerah Dalam Otonomi Daerah Kota Surakarta. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa telah terjadi kenaikan realisasi penerimaan
Pajak Hotel antara tahun 2007 dan 2008 yang berdampak terjadinya
kenaikan kontribusi penerimaan Pajak Hotel terhadap PAD Kota
33
Judul
Analisis Penerimaan Pajak Hotel Sebagai Komponen Pendapatan Asli Daerah Dalam Otonomi Daerah Kota Surakarta.
Penulis/Tahun Yosafat Mustikoarto (2009)
Tujuan
Mengetahui perkembangan realisasi penerimaan pajak hotel kota Surakarta.
Mengetahui trend perubahan realisasi penerimaan pajak hotel kota Surakarta.
Menentukan proyeksi penerimaan pajak hotel kota Surakarta tahun anggaran 2009 guna menentukan target penerimaan pajak.
Mengidentifikasi kendala-kendala dalam upaya meningkatkan potensi penerimaan pajak hotel kota Surakarta guna mencari solusi yang tepat.
Metode
Analisis Analisis Deskriptif
Variabel Realisasi Penerimaan Pajak Hotel Jenis data Data Primer dan Sekunder.
Hasil dan Kesimpulan
Telah terjadi kenaikan realisasi penerimaan Pajak Hotel antara tahun 2007 dan 2008 yang berdampak terjadinya kenaikan kontribusi penerimaan Pajak Hotel terhadap PAD Kota Surakarta.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Purbayu Budi Santosa dan Retno Fuji
Rahayu (2005), mengenai Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Upaya
Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri. Penelitian ini
menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang diduga mempengaruhi
presentasi perubahan PAD adalah Total pengeluaran pembangunan,
penduduk dan PDRB sangat kuat, hal ini didukung dengan tingkat
koefisiensi determinasi (R2) sebesar 0,971. Ketiga variabel
independen (Pengeluaran Pembangunan, Penduduk, PDRB), yang
mempunyai pengaruh paling besar yaitu variable penduduk sebesar
34
Judul
Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah Di
Kabupaten Kediri
Penulis/Tahun Purbayu Budi Santosa dan Retno Puji Rahayu (2005)
Tujuan Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi PAD.
Metode
Analisis Analisis Regresi Berganda
Variabel Pengeluaran Pembangunan, Penduduk dan PDRB Jenis data Data Runtut Waktu (1989-2002)
Hasil dan Kesimpulan
Faktor-faktor yang diduga mempengaruhi presentasi perubahan PAD adalah Total
pengeluaran pembangunan, penduduk dan PDRB sangat kuat, hal ini didukung dengan
tingkat koefisiensi determinasi (R2) sebesar 0,971. Ketiga variabel independen (Pengeluaran
Pembangunan, Penduduk, PDRB), yang
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data
Penelitian dilakukan pada instansi Dinas Pendapatan Daerah Kota Bandar
Lampung yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian urusan
Pemerintahan Kota dibidang pendapatan daerah berdasarkan asas otonomi
dan tugas pembantuan seperti tercantum dalam Perda Nomor 03 Tahun
2011. Sampel dari penelitian yang dilakukan adalah realisasi anggaran
pendapatan daerah kota Bandar Lampung tahun 2007 - 2011.
1. Jenis Data Menurut Sifatnya
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif,
yaitu data yang berbentuk angka dan dapat diukur/dihitung. Data
kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah data mengenai
Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah di kota Bandar Lampung
tahun 2007-2011.
2. Jenis Data Menurut Sumbernya
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
data yang telah dikumpulkan oleh pihak sebelumnya. Data dalam
penelitian ini diperoleh dari studi kepustakaan, yaitu Dinas
Pendapatan Daerah kota Bandar Lampung serta literatur lainnya yang
36
digunakan dalam penelitian ini adalah metode dokumentasi, yaitu
metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mengambil data
dari berbagai dokumentasi atau publikasi dari berbagai pihak yang
berwenang, instansi terkait seperti Dinas Pendapatan Daerah kota
Bandar Lampung.
B. Analisis Data
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis
deskriptif kuantitatif, yaitu penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis
untuk diambil kesimpulan dengan menggunakan teori-teori dan data-data
yang berhubungan dengan penelitian ini.
1. Analisis Tingkat Kontribusi Sumber PAD di Kota Bandar Lampung
Analisis ini digunakan untuk mengidentifikasi sumber penerimaan
utama dengan cara mengukur tingkat kontribusi dari tiap komponen
sumber penerimaan Pendapatan Asli Daerah.
Rumus :
K = realisasi sumber PAD ke i × 100%
Setelah itu, membandingkan dari masing-masing komponen sumber
penerimaan PAD untuk mengetahui komponen yang merupakan
sumber penerimaan utama di Kota Bandar Lampung. Yang paling
besar tingkat kontribusinya merupakan komponen sumber penerimaan
utama (PAD) di Kota Bandar Lampung.
Rumus :
A = Kpajak daerah : Kretribusi daerah : KPKDD : KLPADS
37
Tabel 3. Teknik Pengidentifikasian Sumber Penerimaan Utama PAD Kota Bandar Lampung
2. Analisis Tingkat Capaian Target
Analisis tingkat capaian target adalah analisis yang digunakan untuk
mengukur tingkat capaian target tiap komponen pajak daerah kota
Bandar Lampung.
Target adalah suatu hasil akhir, titik akhir atau segala sesuatu yang
akan dicapai/suatu pernyataan tentang keadaan-keadaan yang
diinginkan untuk direalisasi (Handoko, 1986).
Menurut Hayden (1999), target adalah suatu kombinasi ideal bisnis
bagi perusahaan dengan seperangkat sasaran ekonomi perusahaan.
Rumus :
Realisasi Kontribusi Realisasi Kontribusi Realisasi Kontribusi Realisasi Kontribusi
2007
2008
2009
2010
38
Tabel 4. Teknik Penghitungan Skor Capaian Target Tiap Komponen Pajak Daerah Kota Bandar Lampung
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan
7. Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
8. Pajak Air Bawah Tanah
9. Pajak Parkir
Kaidah keputusan (normatif) persentase penyimpangan realisasi dari
target :
a) 0 % - 14,5 % mendapatkan skor 5 (sangat besar)
b) 14,6 % - 29,1 % mendapatkan skor 4 (besar)
c) 29,2 % - 43,7 % mendapatkan skor 3 (sedang)
d) 43,8 % - 58,3 % mendapatkan skor 2 (kecil)
e) > 58,4 % mendapatkan skor 1 (sangat kecil)
3. Analisis Pertumbuhan
Analisis pertumbuhan adalah analisis yang digunakan untuk
mengukur tingkat pertumbuhan tiap komponen pajak daerah kota
Bandar Lampung.
Rumus :
39
Tabel 5. Teknik Penghitungan Skor Pertumbuhan Tiap Komponen Pajak Daerah Kota Bandar Lampung
6. Pajak Penerangan Jalan
7. Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan
8. Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
9. Pajak Air Bawah Tanah
10. Pajak Parkir
Kaidah keputusan (normatif) persentase rata-rata pertumbuhan tiap
komponen pajak daerah terhadap persentase rata-rata pertumbuhan
pajak daerah :
a)0 % - 8,4 % mendapatkan skor 1 (sangat kecil)
b)8,5 % - 16,9 % mendapatkan skor 2 (kecil)
c) 17 % - 25,4 % mendapatkan skor 3 (sedang)
d)25,5 % - 33,39 % mendapatkan skor 4 (besar)
e) > 34 % mendapatkan skor 5 (sangat besar)
4. Analisis Kontribusi
Analisis kontirbusi adalah analisis yang digunakan untuk mengukur
tingkat kontribusi tiap komponen pajak daerah kota Bandar Lampung.
Rumus :
40
Tabel 6. Teknik Penghitungan Skor Kontribusi Tiap Komponen Pajak Daerah Kota Bandar Lampung
6. Pajak Penerangan Jalan
7. Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan
Bangunan
8. Pajak Mineral Bukan Logam Dan Batuan
9. Pajak Air Bawah Tanah
10. Pajak Parkir
Kaidah keputusan (normatif) persentase rata-rata tingkat kontribusi
tiap komponen pajak daerah terhadap persentase rata-rata tingkat
kontribusi pajak daerah :0 % - 12,2 % mendapatkan skor 1 (sangat
kecil)
a)12,3 % - 24,5 % mendapatkan skor 2 (kecil)
b)24,6 % - 36,8 % mendapatkan skor 3 (sedang)
c)36,9 % - 49,1 % mendapatkan skor 4 (besar)
d)> 49,2 % mendapatkan skor 5 (sangat besar)
5. Mengidentifikasi Pajak Daerah Unggulan di Kota Bandar Lampung
Hal ini dilakukan untuk mengukur tiap komponen pajak daerah kota
Bandar Lampung yang unggul dari segi capaian target, unggul dari
segi pertumbuhan serta unggul dari segi kontribusi.
Rumus :
PDU = CT + G + S
Dimana PDU = pajak daerah unggulan; CT = capaian target; G =
41
Tabel 7. Teknik Pengidentifikasian Pajak Daerah Unggulan Kota Bandar Lampung
No. Komponen
Pajak Daerah
Skor
Ranking Capaian Target Pertumbuhan Kontribusi Total
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Bea Perolehan Hak Atas
Tanah Dan Bangunan
7. Pajak Mineral Bukan
Logam Dan Batuan
8. Pajak Air Bawah Tanah
9. Pajak Parkir
Kaidah keputusan (normatif) :
Total skor tertinggi dari tiap komponen pajak daerah akan
mendapatkan ranking 1 atau dengan kata lain merupakan pajak daerah
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Pajak daerah merupakan sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terbesar dibandingkan dengan retribusi daerah, pengelolaan kekayaan
daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah.
2. Komponen pajak daerah yang merupakan pajak daerah unggulan kota
Bandar Lampung dari segi capaian target adalah pajak restoran dengan
persentase rata-rata capaian target sebesar 102,5%, persentase
penyimpangan sebesar 2,5% (dari capaian target ideal sebesar 100%)
dengan nilai skoring 5.
3. Komponen pajak daerah yang merupakan pajak daerah unggulan kota
Bandar Lampung dari segi pertumbuhan adalah komponen pajak parkir
dengan persentase rata-rata pertumbuhan sebesar 126.5% (dari
persentase rata-rata pertumbuhan pajak daerah sebesar 42,01%) dengan
nilai skoring 5.
4. Komponen pajak daerah yang merupakan pajak daerah unggulan kota
Bandar Lampung dari segi kontribusi yang paling besar adalah
komponen pajak penerangan jalan dengan persentase rata-rata
kontribusi sebesar 32.7% (dari persentase rata-rata kotribusi pajak
66
5. Pajak daerah unggulan kota Bandar Lampung adalah komponen pajak
penerangan jalan dengan total skor 11 (sebelas) dari ketiga segi yang
diidentifikasi.
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah diuraikan di atas, maka penulis mencoba
memberikan saran-saran yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kemajuan
Pemerintah Kota Bandar Lampung di masa yang akan datang dalam upaya
meningkatkan penerimaan daerah. Adapun saran antara lain:
1. Manajemen pengelolaan keuangan daerah yang selama ini diterapkan
masih perlu dikaji lagi dan terus diperbaharui agar di masa mendatang
potensi yang ada dapat tergarap secara optimal. Di samping itu perlu
dilakukan beberapa hal sebagai berikut :
a. Selalu berupaya bekerja optimal dengan menggali lebih jauh
sumber-sumber PAD dan tetap berusaha mempertahankan
kestabilan PDRB.
b. Meningkatkan kesadaran masyarakat melalui sosialisasi tentang
pentingnya kewajiban sebagai masyarakat yang baik yaitu dengan
tertib membayar pajak agar Pemerintah Kota Bandar Lampung
mampumeningkatkan pelayanan dan pembangunan.
c. Meningkatkan hubungan kemitraan yang saling menguntungkan
dengan pihak swasta, sehingga peran sertanya akan dapat dinikmati
oleh masyarakat Kota Bandar Lampung secara lebih luas, adil dan
67
2. Meningakatkan kembali potensi-potensi PAD, sehingga PAD akan
lebih meningkat dan berpengaruh lebih signifikan dalam membiayai
belanja daerah.
3. Pemerintah Kota Bandar Lampung dirasakan sangat perlu untuk
mengoptimalisasikan peningkatan kontribusi penerimaan pajak daerah
melalui kebijaksanaan intensifikasi pajak daerah dan ekstensifikasi
pajak daerah yang bersifat komprehensif dan senantiasa berpihak
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Purbayu Santosa & Retno Puji Rahayu. 2005. Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah Di Kabupaten Kediri. Jurnal. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.
Goedhart. 1975. Garis-garis Besar Ilmu Keuangan Negara. Penerbit Djambatan. Jakarta.
Halim, Abdul. 2001. Manajemen Keuangan Daerah. Unit Penerbit dan Percetakan (UPP) AMP YKPN. Yogyakarta.
Jawa, Berlian Kusuma. 2013. Analisis Tingkat Efektivitas Dan Kemandirian
Keuangan Daerah Kota Bandar Lampung Tahun 2008 – 2012.
Skripsi. Fakultas Ekonomi. UNiversitas Diponegoro. Semarang.
Kuncoro, Daru. 2003. Analisis Kemampuan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten/Kota Di Propinsi Jawa Tengah. Jurnal. Jawa Tengah. Mustikoarto, Yosafat. 2009. Analisis Penerimaan Pajak Hotel Sebagai Komponen
Pendapatan Asli Daerah Dalam Otonomi Daerah Kota Surakarta.
Jurnal. Surakarta.
Puji, Sri Paujiah. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap Belanja Modal. Jurnal. Fakultas Ekonomi. Universitas Siliwangi. Jawa Barat.
Soetrisno. 1984. Dasar-dasar Ilmu Keuangan Negara. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta.
Suparmoko. 1980. Asas-asas Ilmu Keuangan Negara. Bagian Penerbitan Fakultas Ekonomi UGM. Yogyakarta.
Tahwin, Muhammad. 2013. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Pajak Daerah. Jurnal. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YPPI. Rembang.
http://harrywaluya.wordpress.com/category/perimbangankeuangan/pajakretribusi-daerah/. Diakses pada tanggal 15 Juli 2014 Pukul 17.30.
http://www.negarahukum.com/hukum/pendapatan-asli-daerah.html. Diakses pada tanggal 13 Juli 2014.
http://www.teraslampung.com/2013/12/studi-banding-dprd-semarang-ingin.html diakses pada tanggal 13 Juli 2014 Pukul 15.20 WIB.
http://lampost.co/berita/pemkot-gali-pad-lewat-ppj. Diakses pada tanggal 13 Juli 2013 Pukul 20.30 WIB.
http://lamgeh.blogspot.com/2012/12/pemasukan-hanya-dari-pajak-parkir.html. Diakses pada tanggal 13 Juli 2013 Pukul 20.40 WIB.
http://lampost.co/berita/dprd-dukung-dishub-bandar-lampung-tarik-pajak-parkir-hotel-dan-restoran. Diakses pada tanggal 13 Juli 2013 Pukul 20.45 WIB.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004