• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara ethnosentrisme konsumen dan kecenderunga pembelian impulsif terhadap produk fashion impor pada remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Hubungan antara ethnosentrisme konsumen dan kecenderunga pembelian impulsif terhadap produk fashion impor pada remaja"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA ETHNOSENTRISME KONSUMEN DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF TERHADAP PRODUK FASHION IMPOR PADA REMAJA. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi. Disusun oleh: Katharina Ariezsa Eka Yudharini NIM : 109114007. PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. MOTTO Akan selalu ada jalan, Ketika kamu percaya bahwa kamu bisa Melewati segala kesusahanmu. “the struggle you’re in today is developing the strength you need for tommorow”. WAKTU TIDAK AKAN PERNAH MENUNGGUMU ! Selama Kamu Masih bisa berusaha, Jangan pernah malas untuk mengejar impianmu. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Skripsi ini kupersembahkan kepada:. “Yesusku” tanpaNya semua tidak akan bisa terlewati dengan baik Mama, Papa, Bram “KELUARGA KECILKU” Untuk dukungan dan semangatnya Yang selalu memberikan doa agar cepat berkumpul kembali di rumah dosen pembimbing tercinta “P. Henrietta PDADS, ” Terima kasih atas segala perhatian selayaknya orang tua yang menyayangi anaknya, Terimakasih selalu mengingatkan saat aku jauh dan sedikit melupakan skripsiku, Terimakasih sudah mau membimbingku untuk mendapatkan hasil yang baik Dan proses yang menyulitkan namun penuh pembelajaran keluarga besar di Bali dan di Bandung, I love you, guys :D Terimakasih atas bantuan dan dukungan kalian semua Martinus Agung Priyanto Yang selalu menemani dan mengingatkan ku untuk cepat selesai Terimakasih untuk semuanya. Saranghae ^^ Terimakasih untuk teman-teman yang telah membantu secara maksimal dalam pengerjaan skripsi Felicia Anindita, Veriska Claudine, Bayu Setiawan, dek Pipin, Vivin “jawa” psi’10, Claudia Metha, Ranie Tupen Terimakasih untuk seluruh sahabat-sahabat dan teman-teman angkatan 2010 Tutut, Maya, Yovidia, Desianty, Gregroriana Anindita, Ajeng Christi Terimakasih untuk dukungan dan semangat yang penuh arti Bersama kalian aku memahami senangnya “masa perkuliahan”. YANG SELALU NANYA SKRIPSI KAPAN SELESAI ? INI JAWABANNYA ! v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HUBUNGAN ANTARA ETHNOSENTRISME KONSUMEN DAN KECENDERUNGAN PEMBELIAN IMPULSIF TERHADAP PRODUK FASHION IMPOR PADA REMAJA. Katharina Ariezsa Eka Yudharini. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ethnosentrisme dan perilaku pembelian impulsif terhadap produk fashion impor pada remaja. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang negatif antara ethnosentrisme dengan pembelian impulsif terhadap barang impor. Subyek penelitian ini adalah remaja usia 12 tahun hingga 22 tahun yang berjumlah 212 subyek. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah skala kecenderungan pembelian impulsif dan skala ethnosentrisme dalam model Likert. Valitidas penelitian ini menggunakan validitas isi. Skala ethnosentrisme (M=68,10; SD=14,124; 26aitem; rix=0,252-0,788) memiliki koefisien reliabilitas Alpha sebesar 0,922 dan skala kecenderungan pembelian impulsif (M=47,00; SD=12,256; 22aitem; rix=0,295-0,745) memiliki koefisien reliabilitas Alpha sebesar 0,930. Metode analisis data menggunakan tektik korelasi Spearman’s Rho. Berdasarkan uji korelasi, didapatkan hasil korelasi antara ethnosentrisme dengan kecenderungan pembelian impulsif sebesar -0,576 dengan p = 0,000 (p<0,05) yang berarti terdapat hubungan negatif dan signifikan antara ethnosentrisme dengan kecenderungan pembelian impulsif.. Kata Kunci : ethnosentrisme, kecenderungan pembelian impulsif, impulsive buying, remaja. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. THE CORRELATION BETWEEN CONSUMER ETHNOCENTRISM AND IMPULSIVE BUYING TENDENCY OF IMPORT FASHION PRODUCT IN ADOLESCENTS. Katharina Ariezsa Eka Yudharini. ABSTRACT. The purpose of this research was to find out the correlation between ethnocentrism and impulsive buying tendency of import fashion product in adolescents. The hypothesis suggested that there is a negative correlation between ethnocentrism and impulsive buying tendency of import fashion product in adolescents. The subjects of this research were 212 adolescents male and female with age range between 12 until 22 years old. The method used to collect data in this study was Impulsive buying tendency scale and Ethnocentrism Attitude scale in Likert’s model. The Validity of this Research was used the content validity. The coefficient reliability of ethnocentrism scale (M=68,10; SD=14,124; 26 item; rix=0,252-0,788) was 0,922 and the coefficient correlation of impulsive buying tendency scale (M=47,00; SD=12,256; 22 item; rix=0,295-0,745) was 0,930. The data of this research were analysis using Spearman Rho analysis. The coefficient correlation between ethnocentrism and impulsive buying tendency of import fashion product was -0,576 with significant level (p) was 0,000. This means there was a negative correlation between ethnocentrism and impulsive buying tendency of import fashion product in adolescents.. Key words : ethnocentrism, impulsive buying tendency, impulsive buying, adolescents. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR. Saya ucapkan rasa puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda. Maria,. karena. berkat. dan penyertaanNya. saya. mampu. untuk. menyelesaikan skripsi saya ini. Terimakasih Yesus, Engkau memberikanku berbagai macam cobaan untukku, agar aku menjadi lebih sabar, bijaksana dalam mengambil keputusan dan juga kuat dalam hal yang terburuk sekalipun, sehingga saya mampu untuk menyelesaikan skripsi saya yang berjudul “Hubungan Antara Ethnosentrisme Konsumen dan Kecenderungan Pembelian Impulsif terhadap Produk Fashion Impor pada Remaja”. Saya menyadari bahwa masih ada kekurangan dalam skripsi ini. Oleh karena itu, saya masih mengharapkan saran, masukan dan koreksi yang bersifat membangun untuk menjadi lebih baik. Dalam penyususnan skripsi ini banyak pihak yang telah terlibat dalam memberikan bantuan dan dukungan kepada saya. Maka dari itu, dengan segala kerendahan hati saya ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1. Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 2. P. Eddy Suhartanto, M.Si. selaku Ketua Program Studi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma. 3. P. Henrietta P.D.A.D.S., M.A. selaku dosen Pembimbing Akademik dan Pembimbing Skripsi atas kepedulian untuk membentuk saya. Terimakasih atas pengetahuan dan ajarannya. Terimakasih atas x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. keyakinan yang diberikan kepada saya sehingga saya lebih mantap untuk menjadi lebih baik dan lebih matang untuk melangkah ke depan. 4. Minta Istono, M.Si. selaku dosen penguji yang banyak memberikan kritik dan saran yang membangun. 5. TM. Raditya Hernawa, M.Si. selaku dosen penguji yang banyak memberikan kritik dan saran yang membangun. 6. Bapak dan Ibu doesen Program Studi Psikologi Universitas Sanata Dharma yang telah membimbing dan memberikan ilmu untuk menambah wawasan yang sangat berguna untuk masa depan saya. 7. Seluruh Karyawan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, khususnya Ibu Nanik, Mas Gandung, Mas Mudji, Mas Doni yang telah memberikan pelayanan selama saya menempuh studi, serta Karyawan Perpustakaan USD yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan kepada saya dalam memperoleh informasi yang saya butuhkan. 8. Papa dan Mama sudah membesarkan dan mencintai dengan cara kalian sendiri. Terimakasih sudah membiarkan saya memilih jurusan yang saya inginkan sehingga saya lebih mengenal lebih dalam siapa saya dan juga keterbatasan yang saya miliki. Sebisa mungkin saya akan menjadi lebih baik untuk kalian dan membuat kalian bangga. Terimakasih sudah mau mendidik, mendukung secara moril dan materiil, selalu mengingatkan untuk bahwa untuk hasil yang besar memang dibutuhkan pengorbanan yang besar pula. Terima kasih sudah. xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. mau menunggu tanpa lelah dan bosan hingga saya pulang nanti ke rumah. 9. Adekku tercinta, Germanos Bramantia D.Y yang sudah menunjukkan keinginan yang tulus untuk aku segera berkumpul denganmu lagi di rumah, setelah 6 tahun merantau. 10. Keluarga besar di Bali dan Bandung atas bantuan kalian semua sehingga pengambilan data dalam skripsi ini dapat berjalan dengan cepat dan lancar. Terimakasih juga atas doa dan dukungan kalian yang tak pernah putus untuk saya. 11. Pacarku saat ini, Martinus Agung Priyanto yang ada disaat saya sedang merasa putus asa dengan skripsi ini. Terimakasih atas segala dukungannya. Terimakasih atas pinjaman ragamu dalam menemaniku begadang ketika mengerjakan skripsi. Terimakasih masih mau cerewet untuk mengatakan “Jangan banyak mengeluh! Dikerjain sebisamu dulu” Terima kasih untuk hari-hari yang begitu luar biasa untuk bisa kita syukuri, Terima kasih sudah memberikan saya cinta dan perhatian yang begitu besar sehingga menjadi energi disaat saya sudah lelah. 12. Teman dan sahabat tercinta: Dita, Riska, dek Pipin, Vivin, Metha, Yovidia, Ranie, Tutut, Maya, TBZ (Laras, Vivin, Debi, Putri), Desianty, Mba Ndudh (Gregroriana Anindita), Ajeng Christi. Terimakasih atas bantuan dan dukungan yang telah kalian berikan tanpa henti selama pengerjaan skripsi ini. I will miss you all moment guys. xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 13. Teman-teman satu bimbingan yang membantu dan saling berbagi informasi serta mendukung satu sama lain. 14. Seluruh. informan. yang. bersedia. untuk. berpartisipasi. dalam. pengambilan data skripsi ini.. Saya. menyadari. bahwa. karya. penelitian. ini. tidak. lepas. dari. ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, saya dengan segala kerendah-hatian memohon kritik dan saran yang membangun. Semoga karya ini dapat berguna bagi masyarakat dan para pembaca.. Yogyakarta, ………………. Penulis,. Katharina Ariezsa Eka Yudharini. xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL .......................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING .................................. ii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii HALAMAN MOTTO ........................................................................................ iv HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ....................................... vi ABSTRAK ........................................................................................................ vii ABSTRACT ....................................................................................................... viii HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...................... ix KATA PENGANTAR ........................................................................................ x DAFTAR ISI .................................................................................................... xiv DAFTAR TABEL .......................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xix BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1 A. Latar belakang ........................................................................................... 1 B. Rumusan masalah .................................................................................... 11 C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 11 D. Manfaat Penelitian................................................................................... 11 1. Manfaat Teoritis............................................................................. 11 2. Manfaat Praktis ............................................................................... 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 13 xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. A. Pembelian Impulsif .............................................................................. 13 1. Pengertian Pembelian Impulsif .................................................... 13 2. Aspek Pembelian Impulsif .......................................................... 15 3. Faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif ......................... 16 a. Faktor Internal ................................................................... 16 b. Faktor Eksternal ................................................................ 18 B. Ethnosentrisme Konsumen .................................................................. 20 1. Pengertian Ethnosentrisme Konsumen ....................................... 20 2. Aspek Sikap ................................................................................ 20 3. Dampak Ethnosentrisme Konsumen .......................................... 24 C. Remaja ................................................................................................. 26 1. Pengertian Remaja ...................................................................... 26 2. Karakteristik Remaja .................................................................. 27 a. Segi Kognitif ..................................................................... 27 b. Segi Sosial ......................................................................... 29 D. Produk Fashion Impor ......................................................................... 30 E.. Dinamika. Hubungan. antara. Ethnosentrisme. Konsumen. dan. Kecenderungan Pembelian Impulsif terhadap Produk Fashion Impor pada Remaja ........................................................................................ 31 F.. Skema. Hubungan. antara. Ethnosentrisme. Konsumen. dan. Kecenderungan Pembelian Impulsif terhadap Produk Fashion Impor pada Remaja ........................................................................................ 36 G. Hipotesis ............................................................................................. 37 xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 38 A. Jenis Penelitian..................................................................................... 38 B. Identitas Variabel Penelitian ................................................................ 38 C. Definisi Operasional.............................................................................. 39 1. Kecenderungan Pembelian Impulsif ........................................... 39 2. Ethnosentrisme Konsumen ......................................................... 40 D. Subjek Penelitian ................................................................................. 41 E. Metode dan Alat Pengumpulan Data .................................................. 41 1. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif ................................ 42 2. Skala Ethnosentrisme Konsumen .............................................. 44 F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur .................................................... 46 1. Validitas Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif dan Ethnosentrisme ............................................................................ 46 2. Seleksi Aitem .............................................................................. 46 a. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif ....................... 47 b. Skala Ethnosentrisme Konsumen ...................................... 48 3. Reliabilitas .................................................................................. 50 G. Metode Analisis Data .......................................................................... 52 1. Uji Asumsi ................................................................................... 52 a. Uji Normalitas .................................................................... 52 b. Uji Linearitas ..................................................................... 52 2. Uji Hipotesis ................................................................................ 53 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 55 xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. A. Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 55 B. Deskripsi Subyek Penelitian ............................................................... 55 1. Usia ............................................................................................. 55 2. Jenis Kelamin ............................................................................. 56 C. Data Deskripsi Penelitian .................................................................... 56 D. Hasil Penelitian ................................................................................... 60 1. Uji Asumsi ................................................................................. 60 a. Uji Normalitas ................................................................... 60 b. Uji Linearitas .................................................................... 61 2. Uji Hipotesis .............................................................................. 62 3. Analisis Tambahan ..................................................................... 64 E. Pembahasan ......................................................................................... 67 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 71 A. Kesimpulan .......................................................................................... 71 B. Keterbatasan ........................................................................................ 71 C. Saran ..................................................................................................... 72 1. Bagi Penelitian Selanjutnya ......................................................... 72 2. Bagi Subjek Penelitian ................................................................ 72 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 73 LAMPIRAN ..................................................................................................... 82. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel 1. Blueprint Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif (Sebelum Uji Coba) ............................................................... 42 Tabel 2. Blueprint Skala Ethnosentrisme Konsumen (Sebelum Uji Coba) ..... 44 Tabel 3. Blueprint Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif (Setelah Uji Coba) ................................................................. 48 Tabel 4. Blueprint Skala Ethnosentrisme Konsumen (Setelah Uji Coba) ......... 49 Tabel 5. Deskripsi Usia Subyek Penelitian ....................................................... 56 Tabel 6. Deskripsi Jenis Kelamin Subyek Penelitian ........................................ 56 Tabel 7. Data Teoritis dan Empiris .................................................................. 57 Tabel 8. Hasil Uji One Sample t-test Kecenderungan Pembelian Impulsif .......................................................... 58 Tabel 9. Hasil Uji One Sample t-test Ethnosentrisme Konsumen …………. 59 Tabel 10. Hasil Uji Normalitas .......................................................................... 60 Tabel 11. Hasil Uji Linearitas ............................................................................ 61 Tabel 12. Kriteria Korelasi ................................................................................ 62 Tabel 13. Hasil Uji Hipotesis ............................................................................. 63 Tabel 14. Hasil Uji Beda Mean Jenis Kelamin Subyek pada Variabel Ethnosentrisme Konsumen ............................................................... 65 Tabel 15. Hasil Uji Beda Mean Jenis Kelamin Subyek pada Variabel Kecenderungan Pembelian Impulsif .................................................. 66. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Skala Try Out .............................................................................. 83. Lampiran 2 Reliabilitas dan Seleksi Aitem Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif terhadap Produk Fashion Impor ……….. . 95 Lampiran 3 Reliabilitas dan Seleksi Aitem Skala Ethnosentrisme Konsumen 97 Lampiran 4 Hasil Uji Reliabilitas Setelah Seleksi Aitem pada Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif terhadap Produk Fashion Impor ............................................... 100 Lampiran 5. Hasil Uji Reliabilitas Setelah Seleksi Aitem pada Skala Ethnosentrisme Konsumen ..................................... 102 Lampiran 6. Skala Penelitian (Skala Online) .................................................. 104 Lampiran 7. Uji Normalitas ............................................................................ 117 Lampiran 8. Uji Linearitas .............................................................................. 119 Lampiran 9. Uji Hipotesis ............................................................................... 121. xix.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Produk yang beredar di Indonesia, saat ini didominasi dengan produk impor (Aghnia, 2014). Banyaknya produk impor yang masuk ke suatu negara dapat mengkhawatirkan produsen lokal (Hasnin, 2011). Hal ini dikarenakan produk impor mendapat banyak respon positif dari konsumen di Indonesia. Mereka lebih bangga menggunakan produk impor dibandingkan dengan produk dalam negeri, termasuk juga dengan konsumen remaja (Aghnia, 2014). Banyak orang atau lembaga yang membeli produk dari luar negeri yang sering disebut dengan impor. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008), impor berarti pemasukan barang dan sebagainya dari luar negeri. Banyaknya merek terkenal yang masuk sebagai produk impor ke dalam pasar Indonesia menjadi pilihan untuk dikonsumsi oleh remaja. Hal ini dikarenakan remaja memiliki kesadaran yang tajam akan merek dan nilai harga suatu produk (Riski, 2012). Merek yang terkenal dan popular di masyarakat menjadi daya tarik bagi remaja untuk menunjukkan identitas dirinya. Membeli produk yang sedang popular tersebut akan membuat remaja menjadi lebih percaya diri dan terlihat kekinian. Dengan begitu, remaja mampu untuk diterima dan bertahan dalam eksistensi di 1.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. lingkungan sosialnya (Chen-Yu & Seock dalam Sihotang, 2009; Youn dan Faber, 2001 dalam Alagoz & Ekici, 2011; Erkmen & Yuksel dalam Alagoz & Ekici, 2011; Holmberg & Öhnfeldt, 2010; Clamp, Liz & Bohdanowicz dalam Zeb, Rashid & Javeed, 2011). Berkaitan dengan produk impor yang disukai remaja, peneliti menyebarkan 100 kuisioner sederhana, khususnya di kalangan remaja yang berusia 13 – 21 tahun. Kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui produk impor yang paling banyak dikonsumsi oleh kebanyakan remaja pada umumnya. Kuisioner tersebut disebar di beberapa sekolah dan Universitas di Bali pada hari Selasa, tanggal 5 Agustus 2014. Kuisioner tersebut berisi pertanyaan produk impor apa yang sering remaja beli dengan pilihan a) fashion (baju, celana, topi, tas dan sepatu), b) elektronik (handphone dan laptop) dan c) makanan. Hasil survey tersebut mengatakan bahwa 62 diantara mereka memilih pilihan pertama, yaitu fashion sebagai produk impor yang sering mereka beli. Produk fashion yang dimaksud meliputi baju, tas, sepatu, topi dan celana. Sedangkan 38 remaja lainnya memilih pilihan kedua atau ketiga, yaitu elektronik yang meliputi handphone dan laptop atau makanan. Hasil survey tersebut didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan pada tanggal 10 & 12 Agustus 2014. Wawancara dengan 4 subyek yang dipilih oleh peneliti secara acak dengan isi wawancara mengenai kegemaran belanja terhadap produk impor. Subyek I (usia 18 tahun) dan subyek II (usia 20 tahun) memilih produk fashion berupa.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 3. sepatu, sedangkan subyek III (usia 21 tahun) dan subyek IV (usia 21 tahun) memilih produk fashion berupa baju dan celana yang paling sering mereka konsumsi. Hal ini dikarenakan produk fashion yang subyek pakai dapat menunjang penampilannya. Alasan lain mengapa subyek memilih produk impor adalah dikarenakan kualitas produk impor yang lebih baik daripada produk lokal, dianggap lebih modis dan banyak model yang lebih menarik. Fashion sering dianggap sebagai produk hedonistik (Fiske and Taylor; Zimbardo et al. dalam Pentecost & Andrews, 2010). Penelitian Parks, Kim & Forney (dalam Pentecost & Andrews, 2010) menemukan bahwa produk hedonistik berkaitan dengan respon emosional yang akan menentukan sikap konsunen selanjutnya. Sumarwan (dalam Anggasari, Yuiati & Retnaningsing, 2013) mengungkapkan bahwa sikap konsumen terhadap produk merupakan suatu gambaran yang mengungkapkan perasaan dan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk. Pada. konsumen. generasi. muda,. mereka. cenderung. mengekspresikan perasaan dan keinginan mereka dengan membeli produk luar negeri untuk mengikuti perkembangan zaman, khususnya fashion yang dianggap sebagai suatu cerminan dari dirinya (Riswan, 2014; Holmberg & Öhnfeldt, 2010). Demi mempertahankan eksistensi di lingkungan sosialnya, remaja tidak dapat menahan dirinya dan mampu untuk menghabiskan uang sakunya untuk menunjang penampilannya, seperti membeli pakaian, sepatu, kosmetik dan aksesoris (Riski, 2012)..

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Artikel yang ditulis oleh Riski (2012) juga mengatakan bahwa remaja jaman sekarang cenderung memiliki perilaku mengkonsumsi suatu produk secara berlebih. Hal ini dikarenakan pada masa ini merupakan masa penuh gejolak dan ketidakseimbangan emosi yang mudah untuk dipengaruhi lingkungan luar. Artikel ini juga menyebutkan bahwa remaja menggunakan produk yang dikonsumsinya secara berlebih tersebut untuk menunjang eksistensi di lingkungannya, sehingga mereka akan membeli produk yang sedang populer dikalangannya (Riski, 2012). Remaja dalam rentang tahap perkembangan merupakan masa disaat kematangan emosinya belum stabil (Utami & Sumaryono, 2008). Masa remaja juga disebutkan sebagai masa peralihan yang dimulai dari usia 12 atau 13 hingga dua puluh tahunan yang melibatkan perubahan fisik, kognitif serta psikososialnya (Papalia, 2009). Hal ini menyebabkan remaja mengambil keputusan secara tidak efektif dan efisien serta melakukan segala tindakan dengan respon emosional yang dimilikinya (David Elkind dalam Papalia, 2008; Wulfert, Block, Santa Ana, Rodriguez, & Colsman dalam Lai, 2010; Gunarsa, 2003). Kurang mampu untuk mengendalikan diri untuk membeli suatu produk dan tanpa pertimbangan tersebut dapat mengindikasikan adanya kecenderungan pembelian impulsif. Rawlings dan Bellenger (dalam Ghani, Imran, & Jan, 2011) menyatakan bahwa orang yang lebih muda menunjukkan perilaku impulsif yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan orang yang lebih tua. Hal ini dikarenakan orang yang lebih muda.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 5. masih mementingkan penampilan mereka dengan cara membeli produk baru yang sedang trend di kalangan masyarakat (Mai dalam Ghani, Imran, & Jan, 2011). Secara khusus, hasil penelitian Lin & Lin (2005) menegaskan bahwa remaja memiliki tingkat pembelian impulsif yang tinggi. Dalam penelitiannya, ia mengatakan bahwa individu pada usia 19 tahun memiliki skor tertinggi pada pembelian impulsif, selanjutnya individu pada usia 15 tahun, dan individu pada usia 17 tahun. Selain secara emosional yang belum stabil pada remaja, keterlibatan Fashion juga memiliki efek yang positif terhadap pembelian impulsif (Park, Kim & Forney, 2006). Konsumen akan lebih sering membeli produk-produk pakaian (Fairhurst et al. & Seo et al. dalam Park, Kim & Forney, 2006). Hal ini dikarenakan selain dipandang sebagai penunjang penampilan, pakaian juga merupakan simbol status yang memiliki efek terhadap konsep diri remaja (Hurlock dalam Astasari & Sahrah, 2009). Pembelian impulsif beberapa tahun ini sering menjadi topik penelitian. Hal ini dikarenakan data statistik kecenderungan pembelian impulsif cukup tinggi. Seperti misalnya pada studi di Amerika Utara yang menunjukkan bahwa terdapat pembelian secara impulsif sebesar 75% (Bosnjak, Bandl & Bratko, 2007). Data statistik Amerika Serikat juga menunjukkan bahwa pembelian secara impulsif menyumbang hampir 60% melalui transaksi supermarket dan 80% pada pembelian kategori produk tertentu (Abrahams dalam Lee & Yi, 2008). Penelitian lainnya di Amerika.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 6. Serikat menemukan bahwa 90% konsumen mendapatkan dorongan untuk melakukan pembelian impulsif (Ghani & Ali Jan, 2010). Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Nielsen pada bulan juni 2011 terhadap konsumen Indonesia, menyatakan bahwa konsumen menjadi lebih impulsif dengan indikasi, sebagai berikut: (1) pada tahun 2003 sampai dengan 2011 terdapat penurunan sebesar 10% (dari 15% menjadi 5%) diantara pembeli Indonesia yang menyatakan bahwa mereka melakukan perencanaan dalam berbelanja dan tidak pernah membeli produk tambahan dan tidak terencana, (2) dari tahun 2003 sampai 2011, terdapat juga peningkatan sebesar 11% (dari 10% menjadi 21%) diantara pembeli yang mengatakan bahwa mereka tidak pernah merencanakan halhal yang ingin mereka beli sebelum belanja, (3) dari tahun 2003 sampai 2011, mengalami peningkatan sebesar 26% (dari 13% menjadi 39%) diantara pembeli yang mengatakan bahwa mereka membeli produk tambahan meskipun mereka memiliki daftar belanjaan, (4) dari tahun 2003 sampai 2011, mengalami perubahan pola berbelanja, terdapat pergeseran sebesar 69% dari para konsumen di tahun 2003 yang mungkin membeli produk tambahan menjadi 39% dari konsumen di tahun 2011 yang mengatakan bahwa mereka selalu membeli produk tambahan, juga (5) dari tahun 2008 sampai 2011, terdapat kenaikan sebesar 16% (dari 5% menjadi 21%) diantara konsumen yang mengaku mengunjungi toko-toko yang memberikan penawaran menarik dan memberikan kupon promosi melalui.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 7. surat kabar dan brosur (Industri Post, dalam Dameyasani & Abraham, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Nielsen (dalam Dameyasani & Abraham, 2013) tersebut ingin menegaskan adanya peningkatan pembelian impulsif dari tahun 2003 sampai dengan 2011. Hal tersebut ditunjukkan dengan penurunan perencanaan dalam melakukan pembelian dan juga peningkatan dalam melakukan pembelian tidak terencana. Pembelian tidak terencana tersebut ditunjukkan dengan cara konsumen menambahkan produk yang tidak ada dalam daftar belanjaan mereka, maupun mengunjungi toko-toko yang memberikan penawaran menarik dengan kupon promosi yang didapat dari surat kabar dan brosur. Data penelitian tersebut menunjukkan bahwa pembelian yang tidak terencana dan tidak ada dalam daftar belanja sebelumnya, dapat menimbulkan pembelian impulsif. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Rook (1987) yang menyebutkan bahwa pembelian impulsif merupakan pembelian yang tidak direncanakan sebelumnya. Alagoz & Ekici (2011) menambahkan bahwa pembelian impulsif merupakan suatu tindakan pembelian suatu produk yang tidak ada dalam daftar belanjaan. Pembelian impulsif dikatakan suatu kecenderungan merespon dengan cepat stimulus yang datang, tanpa pertimbangan dan evaluasi terhadap konsekuensi, juga. tidak bisa membedakan mana yang disukai,. menguntungkan, harga, dan lain-lain (Mehta & Chugan, 2013; Gerbing, Ahadi & Patton dalam Park & Choi, 2013)..

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Rook (1987) mengatakan bahwa pembelian impulsif cenderung lebih menggunakan emosional daripada rasional, dan cenderung untuk dikatakan “buruk” daripada “baik”, sehingga pembelian yang dilakukan terjadi secara spontan dan tidak hati-hati. Hal yang serupa dikatakan oleh Weinberg & Gottwald (dalam Park & Choi, 2013) yang berkata bahwa pembelian impulsif ditandai dengan tingginya aktivitas emosional, dan rendahnya kontrol kognitif. Hal ini diperkuat oleh sebuah penelitian yang dilakukan untuk mengidentifikasikan hubungan pembelian secara impulsif dengan indikator dari Big Five personality membuktikan bahwa impulsif berkorelasi. positif. dengan. neurotisisme. atau. dengan. kata. lain. ketidakstabilan emosional. Hal ini mengakibatkan perilaku pembelian impulsif berkaitan dengan tidak stabilnya emosional individu (Shahjehan, Qureshi, Zeb & Saifullah, 2012). Pembelian impulsif juga timbul dikarenakan adanya faktor internal yang mempengaruhi, seperti halnya suasana hati dalam diri individu. Ketika individu merasa stress atau depresi, maka ia akan cenderung untuk melakukan pembelian impulsif (Youn & Faber dalam Alagoz & Ekici, 2011). Keinginan untuk menunjukkan identitas diri, meningkatkan rasa kepercayaan diri serta sebagai bentuk penghargaan terhadap diri juga menjadi faktor internal penyebab timbulnya pembelian impulsif (Youn & Faber dalam Alagoz & Ekici, 2011; Beatty & Ferrel dalam Alagoz & Ekici, 2011)..

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. Selain faktor internal yang memiliki peran sebagai penyebab timbulnya. pembelian. impulsif,. terdapat. faktor. eksternal. yang. mempengaruhi. Atmosfer toko, lokasi rak, bau dan warna dari produk sebagai faktor lingkungan penyebab terjadinya pembelian impulsif (Alagoz & Ekici, 2011). Faktor budaya juga menjadi salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembelian impulsif (Wood; Dittmar, Beattie, & Friese dalam Lai, 2010; Yang, Huang & Feng, 2011; Lin & Lin, 2005; Kacen & Lee, 2002). Hofstede dan Minkov (dalam Dameyasani & Abraham, 2013) mendefinisikan budaya sebagai suatu program yang terdapat dalam pikiran manusia yang digunakan untuk mengevaluasi dan membedakan kelompok satu dengan yang lainnya. Berkaitan dengan budaya sebagai evaluasi, sikap kebangsaan dalam studi lintas budaya diukur dan digunakan sebagai salah satu variabel yang berfungsi dalam mengevaluasi suatu produk, juga menjadi penentu dalam orientasi budaya (Chen, 2008). Salah satunya adalah ethnosentrisme konsumen (Alsughayir, 2013; Chen, 2008). Ethnosentrisme konsumen dianggap memiliki dampak terhadap evaluasi produk (Hooley, Graham, Shipley & Nathalie dalam Chen 2008). Ethnosetrisme. konsumen. juga. merupakan. faktor. penting. dalam. pengambilan keputusan membeli pada konsumen terhadap produk tertentu (Khan & Rahman, 2012; Yaprak, Attila, Baughn & Christopher dalam Chen, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Chen (2008) juga menunjukkan bahwa ethnosentrisme memiliki pengaruh terhadap niat.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. membeli, bahkan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif (Worchel & Cooper, dalam Shimp & Sharma, 1987). Konsumen Ethnosentrisme melakukan pemilihan secara khusus terhadap suatu produk, khususnya produk impor yang akan dikonsumsi. Ketika melakukan pembelian terhadap produk impor maka dapat dikatakan sebagai suatu hal yang salah (Lundstrom, Lee & White dalam Candan, Aydin & Yamamoto, 2008; Shimp & Sharma dalam Anggasari, Yuiati & Retnaningsing, 2013; Lantz dan Loeb dalam Watson & Wright, 2000). Dengan ethnosentrisme yang dimiliki individu, maka individu akan mampu untuk mengevaluasi produk yang akan dibelinya terlebih dahulu, sehingga kecenderungan pembelian impulsif semakin berkurang. Hal ini dikarenakan orang yang dengan ethnosentrisme tinggi akan membeli produk yang dijual di negaranya, terlebih apabila produk lokal memiliki kelebihan tersendiri. Hal ini dapat menyebabkan tingkat ethnosentrisme semakin tinggi (Chen, 2008; Anggasari, Yuiati & Retnaningsing,. 2013).. Berbeda. dengan. individu. yang. memiliki. ethnosentrisme yang rendah. Mereka akan cenderung untum membeli produk yang dijual oleh negara lain atau dengan kata lainnya produk impor (Chen, 2008). Penelitian sebelumnya mengenai hubungan antara kecenderungan pembelian impulsif dan ethnosentrisme pernah dilakukan oleh Grety (2014). Hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak adanya hubungan.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 11. antara kecenderungan pembelian impulsif dengan ethnosentrisme. Hasil tersebut. dicurigai. karena. adanya. keterbatasan. pada. variabel. kecenderungan pembelian impulsif, yaitu kurangnya pengkhususan terhadap produk impor. Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian yang sama. dengan menambahkan produk impor pada. variabel. kecenderungan pembelian impulsif.. B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah yang akan diteliti adalah apakah ada hubungan antara ethnosentrisme konsumen dengan perilaku pembelian impulsif terhadap produk fashion impor pada remaja ?. C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara ethnosentrisme konsumen dengan perilaku pembelian impulsif terhadap produk fashion impor pada remaja.. D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memperluas dan menambah pengetahuan di dalam bidang psikologi konsumen dan juga psikologi perkembangan terkait dengan ethnosentrisme konsumen dengan.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 12. perilaku pembelian impulsif terhadap produk fashion impor pada remaja.. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi para remaja berkaitan dengan ethnosentrisme konsumen dan perilaku pembelian impulsif, khususnya terhadap produk fashion impor, sehingga remaja dapat merefleksikannya pada pribadi masing-masing..

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelian Impulsif 1. Pengertian Pembelian Impulsif Pembelian impulsif dikembangkan dan dikatakan sebagai suatu kecenderungan oleh Beatty dan Ferrell (dalam Park & Lennon, 2006). Pembelian impulsif didefinisikan sebagai suatu tindakan membeli secara spontan dan tidak terencana (Rook, 1987; Dameyasani & Abraham, 2013; Stern dalam Alagoz & Ekici, 2011). Hal ini dilihat dari tindakan konsumen yang melakukan pembelian produk yang tidak ada dalam daftar belanjaan yang dikarenakan adanya dorongan kuat untuk membeli secara tiba-tiba sebuah produk dengan segera (Rook dalam Verplanken & Herabadi, 2001; Beatty dan Ferrell dalam Strack & Deutsch, 2006; Baumeister, 2002: Alagoz & Ekici, 2011). Studi yang dilakukan oleh Rook dan Fisher (dalam George & Yaoyuneyong, 2010) menunjukkan bahwa pembelian impulsif dikarenakan. oleh. dorongan. psikologis.. Dorongan. tersebut. menyebabkan individu akan cepat menanggapi secara langsung suatu stimulus tanpa adanya pertimbangan secara menyeluruh dan juga perencanaan sebelumnya (Kroeber-Riel dalam Niu & Wang, 2009; Baumeister, 2002; Beatty & Ferrell dalam Alagoz & Ekici, 2011). 13.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 14. Pembelian. impulsif. dinyatakan. sebagai. suatu. tindakan. pembelian berdasarkan respon emosional yang sulit untuk dikontrol (Dameyasani & Abraham, 2013). Hal yang serupa juga dikatakan oleh Weinberg & Gottwald (dalam Park & Choi, 2013) yang mengatakan bahwa pembelian impulsif adalah suatu tindakan yang ditandai dengan tingginya aktivitas emosional dan rendahnya kontrol kognitif. Hal ini menyebabkan individu akan segera membuat keputusan dengan cepat secara emosional untuk membeli produk tersebut tanpa memikirkan konsekuensi atas pembelian yang telah dilakukan (Kroeber-Riel dalam Niu & Wang, 2009; Baumeister, 2002; Beatty & Ferrell dalam Alagoz & Ekici, 2011; Rook, 1987). Akan tetapi, emosional yang paling menonjol pada saat melalukan pembelian secara impulsif adalah rasa senang dan gembira (Verplanken & Herabadi, 2001). Pembelian impulsif juga dapat dikatakan sebagai suatu tindakan yang reaktif. Hal ini dikarenakan pembelian impulsif memiliki konsep untuk mencapai kepuasan dengan segera, terutama sebagai sarana pemuas hedonistik. Dengan begitu, konsumen akan mendapatkan kesenangan dan gairah tersendiri yang tidak dapat diberikan oleh pembelian yang direncanakan (Kroeber-Riel dalam Niu & Wang, 2009; Rook, 1987; Holbrook & Hirschman dalam George & Yaoyuneyong, 2010; Lee & Yi, dalam George & Yaoyuneyong, 2010; Strack & Deutsch, 2006)..

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 15. Berdasarkan beberapa definisi yang telah dipaparkan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pembelian impulsif merupakan pembelian yang dilakukan secara tidak terencana, karena adanya dorongan yang kuat secara spontan dan tiba-tiba, sehingga konsumen melakukan pembelian tanpa pertimbangan untuk mendapatkan kepuasan dengan segera.. 2. Aspek Pembelian Impulsif Verplanken dan Herabadi (2001) mengatakan bahwa terdapat dua aspek psikologis dalam pembelian impulsif, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. 1) Aspek kognitif Aspek ini berfokus pada konflik yang terjadi pada kognitif individu pada saat melakukan pembelian impulsif, meliputi: tidak adanya pertimbangan mengenai harga dan kegunaan produk, tidak melakukan evaluasi terhadap suatu produk dan tidak melakukan perbandingan produk terlebih dahulu.. 2) Aspek afektif Aspek ini berfokus pada kondisi emosional individu saat melakukan pembelian impulsif, meliputi: dorongan perasaan untuk melakukan pembelian dengan segera, adanya.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 16. perasaan senang dan puas setelah melakukan pembelian, dan perasaaan menyesal setelah melakukan pembelian.. Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa aspek yang terdapat pada pembelian impulsif adalah aspek kognitif, yaitu tidak melakukan pertimbangan sebelumnya ketika membeli suatu produk, dan juga aspek afektif, yaitu perasaan senang dan puas ketika melakukan pembelian.. 3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi munculnya pembelian impulsif pada invididu, antara lain: a. Faktor Internal Rook (dalam Park & Lennon, 2006) menyebutkan bahwa terdapat berbagai dorongan psikologis yang menimbulkan terjadinya pembelian impulsif. Chen (dalam Yang, Huang & Feng, 2011) menyebutkan bahwa kepribadian merupakan salah satu faktor dari persepsi intern dalam individu yang mempengaruhi pembelian impulsif. Akan tetapi, kecenderungan pembelian impulsif juga dianggap sebagai suatu ciri kepribadian (Dholakia; Murray dalam Park & Lennon, 2006; Sharma et. al dalam Brici, Hodkinson & Sullivan-Mort, 2013)..

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. Penelitian yang dilakukan oleh Lin & Chuang (2005) mengatakan bahwa Emotional Intelligence memiliki pengaruh terhadap pembelian impulsif. Orang yang memiliki Emotional Intelligence yang tinggi memiliki tingkat pembelian impulsif yang rendah. Akan tetapi, orang yang memiliki Emotional Intelligence rendah memiliki tingkat pembelian impulsif yang tinggi. Selain itu, suasana hati dalam diri individu juga menjadi salah satu faktor penyebab pembelian impulsif (Youn & Faber dalam Alagoz & Ekici, 2011). Misalnya saja, ketika individu merasa stres atau depresi, maka ia akan cenderung untuk melakukan. pembelian. impulsif. yang. berguna. mengatasi. ketegangan dalam dirinya (Alagoz & Ekici, 2011; Youn & Faber dalam Alagoz & Ekici, 2011). Keinginan untuk menunjukkan identitas diri, meningkatkan rasa kepercayaan diri serta sebagai bentuk penghargaan terhadap diri juga menjadi faktor penyebab timbulnya pembelian impulsif (Youn & Faber dalam Alagoz & Ekici, 2011; Beatty & Ferrel dalam Alagoz & Ekici, 2011). Berdasarkan pernyataan tersebut, faktor-faktor internal yang dapat mempengaruhi pembelian impulsif, antara lain: kepribadian, Emotional Intelligence, suasana hati, serta keinginan untuk menunjukkan identitas, meningkatkan kepercayaan diri serta penghargaan terhadap diri..

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 18. b. Faktor Eksternal Chen (dalam Yang, Huang & Feng, 2011) dalam artikelnya menjelaskan bahwa pembelian impulsif terjadi karena adanya stimulasi eksternal. Salah satu contohnya adalah strategi promosi yang menyebabkan konsumen berkeinginan untuk melakukan pembelian dengan segera (Yang, Huang & Feng, 2011; Chen dalam Yang, Huang & Feng, 2011). Gambar, desain kemasan produk dan peletakan produk di dekat kasir juga dapat dikatakan menjadi faktor timbulnya pembelian impulsif (Hoyer & Maclnnis; Jones et al dalam Niu & Wang, 2009; Torlak & Tiltay dalam Alagoz & Ekici, 2011). Hal serupa juga dikatakan oleh Alagoz & Ekici (2011) yang mengatakan bahwa kemasan serta gambar. produk. dapat. menyebabkan. individu. melakukan. pembelian impulsif. Selain itu, pemasaran kontemporer seperti toko 24 jam, saluran televisi dan belanja menggunakan internet, juga dikatakan menjadi faktor penyebab meningkatnya jumlah pembelian impulsif (Hoyer & Maclnnis; Jones et al dalam Niu & Wang, 2009).. Alagoz & Ekici (2011) menambahkan atmosfer toko,. lokasi rak, bau dan warna dari produk sebagai faktor lingkungan penyebab terjadinya pembelian impulsif. Musik yang terdengar didalam toko juga menjadi faktor timbulnya pembelian impulsif (Beatty & Ferrel dalam Alagoz & Ekici, 2011)..

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 19. Faktor lain yang ditemukan adalah demografi, seperti: usia, jenis kelamin. Ditemukan bahwa pembelian impulsif pada wanita lebih tinggi daripada pria. Sedangkan, untuk usia ditemukan bahwa usia 15 – 19 tahun sangat signifikan terhadap pembelian impulsif. Selain itu, faktor ekonomi, seperti pendapatan, uang saku dan uang dari hasil kerja paruh waktu. Semakin tinggi uang saku yang dimiliki, semakin tinggi pula tingkat pembelian impulsifnya (Yang, Huang & Feng, 2011; Lin & Lin, 2005). Budaya juga menjadi salah satu faktor yang memiliki pengaruh terhadap pembelian impulsif (Wood; Dittmar, Beattie, & Friese dalam Lai, 2010; Yang, Huang & Feng, 2011; Lin & Lin, 2005; Kacen & Lee, 2002). Salah satunya adalah ethnosentrisme (Alsughayir, 2013; Chen, 2008). Ethnosentrisme dikatakan memiliki pengaruh terhadap niat membeli dan menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi pembelian impulsif (Chen, 2008; Worchel & Cooper, dalam Shimp & Sharma, 1987). Ethnosentrisme juga disebut sebagai salah satu faktor penting dalam pengambilan keputusan dalam pembelian suatu produk (Khan & Rahman, 2012; Yaprak, Attila, Baughn & Christopher dalam Chen, 2008). Berdasarkan penjelasan tersebut, faktor-faktor eksternal yang dapat mempengaruhi munculnya pembelian impulsif antara lain: strategi promosi, gambar dan desain produk, pemasaran.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20. kontemporer, faktor lingkungan seperti: atmosfer toko, lokasi rak, bau dan warna dari produk, faktor demografi, seperti: usia dan jenis kelamin, faktor ekonomi, seperti: pendapatan, uang saku dan uang dari hasil kerja paruh waktu, dan faktor budaya, salah satunya adalah ethnosentrisme.. B. Ethnosentrisme Konsumen 1. Pengertian Ethnosentrisme Konsumen G.. A.. Sumner. pertama. kali. memperkenalkan. konsep. ethnosentrisme pada tahun 1906 (Alsughayir, 2013; Chen, 2008; Shimp & Sharma, 1987). Ehtnosentrisme merupakan fenomena mengenai hubungan antarkelompok (Lewis dalam Sharma, Shimp & Shin,. 1995).. Beberapa. penulis. juga. berpendapat. bahwa. ethnosentrisme merupakan bagian dari sifat manusia (Lynn; Mihalyi; Rushton dalam Sharma, Shimp & Shin, 1995). Definisi ehtnosentrisme dapat dilihat dari beberapa pandangan ilmu. Menurut sosiologi, ethnosentrisme didefinisikan sebagai suatu pandangan yang membedakan antara ingrup (individu-individu yang mengidentifikasi grup yang lain) dan outgrup (individu-individu yang dianggap memusuhi ingrup) dan menganggap bahwa kelompok mereka sendiri (ingrup) adalah superior dan pusat dari segala sesuatu (Alsughayir, 2013; Chen, 2008; Lantz & Loeb, dalam Chen 2008). Sedangkan menurut psikologi, ethnosentrisme diartikan sebagai.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 21. kecenderungan dalam menilai diri sendiri adalah benar dan menilai orang lain menurut kehendak mereka sendiri (Ueltschy, dalam Chen 2008). Pada psikososial, ethnosentrisme juga menjadi konstruk yang memiliki relevansi dengan kepribadian individu dan analisis kultural serta sosial secara umum (Levine & Campbell dalam Shimp & Sharma, 1987). Konsep umum dari ethnosentrisme adalah sikap individu yang melihat bahwa kelompok mereka sebagai pusat dari segalanya dan menilai kelompok lain menurut perseptif kelompok mereka sendiri dan menolak budaya lainnya (Booth; Worchel & Cooper dalam Shimp & Sharma, 1987). Secara lebih spesifik, LeVine & Campbell (dalam Sharma, Shimp & Shin, 1995) menyebutkan kecenderungan ethnosentrisme. merupakan. kecenderungan. sikap. untuk:. (1). membedakan berbagai kelompok, (2) yang hanya tertarik dengan urusan kelompoknya sendiri, (3) melihat kelompok sendiri sebagai pusat dari dunia dan menganggap cara hidupnya lebih unggul dibandingkan dengan yang lain, (4) menjadi curiga dan meremehkan kelompok lain, (5) melihat kelompok sendiri sebagai superior, kuat dan jujur, (6) melihat kelompok lain sebagai inferior, lemah dan pembuat masalah yang tidak jujur. Pradesta (2014) yang mengatakan bahwa ethnosentrisme merupakan suatu kecenderungan dalam memandang norma dan nilai budaya yang ada dalam kelompok sendiri sebagai yang terbaik dan.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. standar untuk mengukur serta mengambil sikap terhadap kebudayaan lain. Selain itu, ethnosentrisme merujuk pada sikap, kepercayaan, standar, dan perilaku individu yang berlebih pada sesuatu (Summer dalam Zhaki, 2014). Dalam. dunia konsumen, ethnosentrisme. dikatakan sebagai konstruk yang mampu menjelaskan mengapa konsumen menilai produk dalam negeri lebih unggul daripada produk impor.. Ethnosentrisme. konsumen. didefinisikan. sebagai. suatu. kepercayaan konsumen mengenai kesesuaian dan moralitas dalam membeli produk impor dan dengan pembelian produk impor itu sendiri merupakan suatu kesalahan karena menimbulkan kerusakan ekonomi lokal (Shimp & Sharma, 1987). Berdasarkan. paparan. definisi. ethnosentrisme. dalam. konsumen, sikap dipilih karena merupakan suatu bentuk tindakan akan kepercayaan konsumen dalam menilai dan membeli suatu produk. Oleh karena itu, definisi ethnosentrisme konsumen dapat disimpulkan sebagai suatu sikap yang memandang kelompok sendiri lebih unggul dari kelompok lain yang berbeda budaya dan akan membeli produk yang sesuai dengan budayanya.. 2. Aspek Sikap Sikap merupakan suatu keadaan mental yang dipengaruhi oleh pengalaman yang akan memberikan respon terhadap objek dan situasi yang terkait dengannya. Akan tetapi sikap juga dapat diartikan sebagai.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 23. organisasi yang bersifat menetap dari proses motivasional, emosional, perceptual dan kognitif mengenai beberapa aspek dunia inidividu (Allport & Krech dan Crutchfield dalam Sears, Freedman & Peplau, 2009). Pendapat. lain,. Thurstone. (dalam. Kurnianto,. 2015). mengemukakan istilah sikap dalam lingkup pemasaran sebagai suatu konsep mengenai jumlah pengaruh yang dimiliki individu dan menempatkannya pada suatu kerangka pemikiran mengenai suka atau tidaknya individu pada sesuatu, mendekati atau menjauhi mereka. Selain itu, sikap juga dikatakan mampu untuk menggambarkan kepercayaan konsumen terhadap berbagai atribut dan manfaat dari obyek tersebut. Aspek sikap menurut Sears, Freedman & Peplau (2009), antara lain: 1) Aspek Kognitif Aspek ini berkaitan dengan pemikiran, yang terdiri dari seluruh kognisi yang dimiliki individu mengenai obyek sikap tertentu (fakta), pengetahuan dan keyakinan mengenai obyek tersebut. Indikator ethnosentrisme dalam aspek kognitif berupa pemikiran yang dimiliki individu mengenai keunggulan yang dimiliki oleh produk lokal dan membeli produk impor merupakan suatu hal yang salah..

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 24. 2) Aspek Afektif Aspek ini berkaitan dengan perasaan atau emosi individu terhadap obyek, terutama penilaian. Indikator ethnosentrisme dalam aspek afektif berupa kesenangan individu akan produk lokal.. 3) Aspek Konatif Aspek ini berkaitan dengan kesiapan individu untuk bereaksi atau kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek. Indikator ethnosentrisme dalam aspek konatif berupa tindakan membeli produl lokal. Berdasarkan pemaparan tersebut dapat berarti aspek sikap adalah aspek kognitif yang berupa pemikiran, aspek afektif yang berupa perasaan terkesan atau emosi, dan aspek konatif yang berupa reaksi atau tindakan.. 3. Dampak Ethnosentrisme Konsumen Penelitian. yang. dilakukan. oleh. Chen. (2008). juga. menunjukkan bahwa ethnosentrisme memiliki pengaruh terhadap niat membeli.. Akan. tetapi,. konsumen. Ethnosentrisme. melakukan. pemilihan secara khusus terhadap produk impor untuk dikonsumsi..

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. Mereka akan lebih berkenan pada produk yang memiliki budaya yang sama. Ketika melakukan pembelian terhadap produk impor maka dapat dikatakan sebagai suatu hal yang salah (Lundstrom, Lee & White dalam Candan, Aydin & Yamamoto, 2008; Shimp & Sharma dalam Anggasari, Yuiati & Retnaningsing, 2013; Lantz dan Loeb dalam Watson & Wright, 2000). Orang yang dengan ethnosentrisme tinggi akan membeli produk yang dijual di negaranya. Tingkat ethnosentris akan semakin tinggi apabila produk lokal memiliki kelebihan tersendiri (Chen, 2008; Anggasari, Yuiati & Retnaningsing, 2013). Sebagai contoh, survey yang dilakukan oleh Soegiono (dalam Setiawan, 2014). Hasil survey menemukan bahwa di Indonesia terdapat dua konsumen fanatik. Salah satunya adalah konsumen yang fanatik terhadap produk lokal dikarenakan bagi mereka produk lokal cenderung lebih murah, mudah didapat, dan lebih sesuai dengan kondisi masyarakat di Indonesia. Sedangkan, orang yang dengan ethnosentrisme rendah akan membeli produk yang dijual oleh negara lain (Chen, 2008). Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ethnosentrisme memiliki pengaruh terhadap niat beli dan konsumen ethnosentrisme lebih tertarik dengan produk yang memiliki budaya yang sama..

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 26. C. Remaja 1. Pengertian Remaja Bagian dari suatu tahapan perkembangan manusia adalah remaja. Adolecentia yang diartikan dengan “remaja” merupakan suatu tahapan dalam perkembangan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak ke masa dewasa dan dapat disebut dengan masa peralihan atau masa transisi (Gunarsa, 2003; Lai, 2010; Sarwono, 2011; Papalia, Olds & Feldman, 2009). Hal ini ditandai dengan adanya perkembangan biologis, psikologis, moral, agama, kognitif dan sosial (Sarwono, 2011; Papalia, Olds & Feldman, 2009). Perkembangan yang terjadi tersebut menyebabkan remaja mengalami tahapan kritis dalam membangun kesadaran diri (Steinberg dalam Niu & Wang, 2009). Rentang usia pada remaja berkisar antara 12 sampai 21 tahun (Gunarsa, 2003). Sedangkan rentang usia remaja menurut Steinberg (dalam Niu & Wang, 2009) adalah 12 hingga 20 tahun. Berbeda dengan Gunarsa dan Steinberg, menurut Hurlock (dalam Santrock, 2007) masa remaja berlangsung pada usia 10 tahun hingga 22 tahun. Sedangkan, menurut WHO (dalam Sarwono, 2011) kurun waktu usia remaja adalah 10 tahun hingga 20 tahun..

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 27. Berdasarkan definisi mengenai remaja tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa peralihan dari masa kanakkanak menuju dewasa dengan rentang usia 12 hingga 22 tahun. Selain itu, remaja mengalami perkembangan secara biologis, kematangan secara psikologis dan psikososial.. 2. Karakteristik Remaja a. Segi Kognitif Piaget (Papalia, Olds & Feldman, 2009) mengatakan bahwa. dalam. masa. remaja,. individu. memasuki. tingkat. perkembangan kognitif tertinggi yang disebut dengan operasional formal. Perubahan secara kognitif tersebut melibatkan perubahan pada pemikiran, kemampuan berpikir abstrak, serta kemampuan berpikir secara lebih luas (Hurlock dalan Santrock, 2007; Papalia, Olds & Feldman, 2009). Dengan kemampuan berpikir secara abstrak yang dimilikinya, remaja akan memiliki konsekuensi emosional berupa hal-hal ideal yang menarik bagi pemikiran dan perasaan mereka (H. Ginsburg & Opper dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009). Selain itu, selama masa pubertas, remaja mengalami emosi yang kuat secara kognitif (Wulfert, Block, Santa Ana, Rodriguez, & Colsman dalam Lai, 2010). Dalam hal ini, emosi yang dimiliki oleh remaja belum stabil, dikarenakan mereka masih.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 28. memiliki gejolak perasaan yang tinggi dan mengalami perubahan suasana hati (Utami & Sumaryono, 2008; Gunarsa, 2003; Santrock, 2012). Akibatnya, remaja akan cenderung untuk melakukan hal secara sembarangan dan melakukan segala tindakan berdasarkan dengan respon emosional yang dimilikinya (Wulfert, Block, Santa Ana, Rodriguez, & Colsman dalam Lai, 2010; Gunarsa, 2003). Disisi lain, dalam tahap perkembangan cara berpikirnya, remaja berusaha untuk memahami apa yang terjadi dalam diri mereka dan memahani bagaimana mereka harus bersikap (Pappalia, 2008; H. Ginsburg & Opper dalam Papalia, Olds & Feldman, 2009). Dalam proses transisi ini, remaja mengalami ketidakmatangan cara berpikir yang ditunjukkan dengan salah satu sikapnya adalah kurang mampunya mereka dalam memutuskan suatu hal secara efektif dan efisien (David Elkind dalam Pappalia, 2008). Berdasarkan. pernyataan. tersebut,. remaja. mengalami. perkembangan pada aspek kognitifnya, seperti perubahan pada pemikiran, ketidakstabilan emosional dan ketidakmatangan cara berpikir. Hal ini mampu menyebabkan remaja melakukan hal secara sembarangan dan beresiko, dikarenakan mereka kurang mampu untuk memutuskan suatu hal secara efektif dan efisien..

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 29. b. Segi Sosial Remaja memiliki kebutuhan yang kuat untuk disukai dan diterima teman sebaya atau kelompok (Santrock, 2007). Oleh karena kebutuhannya dan dikarenakan adanya gejolak emosi dan ketidakseimbangan, remaja mudah untuk terkena pengaruh dari lingkungan sosialnya, seperti halnya dipengaruhi oleh kelompok (Stanley Hall dalam Gunarsa, 2003; Niu & Wang, 2009). Remaja dapat memenuhi kebutuhan pribadi mereka dengan menghargai, menyediakan informasi, menaikan harga diri, dan memberi mereka suatu identitas di dalam suatu kelompok. Remaja yang bergabung dalam keanggotaan suatu kelompok menganggap kelompok sebagai hal yang menyenangkan dan menarik serta bisa memenuhi kebutuhan mereka atas hubungan dekat dan kebersamaan serta menerima penghargaan baik berupa meteri. maupun. psikologi.. Pengaruh. kelompok. tersebut. menyebabkan remaja menjadi ikut-ikutan. Perilaku tersebut dapat terlihat misalnya saja dalam hal memilih pakaian (Santrock, 2007). Salah satu contoh adalah komformitas (Sihotang, 2009). Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat disimpulkan bahwa dari segi sosial, remaja memiliki kebutuhan untuk disukai dan diterima oleh kelompok dan teman sebaya, sehingga remaja bergabung. ke. dalam. suatu. kelompok. untuk. memenuhi.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 30. kebutuhannya yang berdampak pada perilaku remaja yang menjadi ikut-ikutan, contohnya memilih pakaian.. D. Produk Fashion Impor. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Sugono, 2008), impor berarti pemasukan barang dan sebagainya dari luar negeri. Barang yang dimasukkan ke dalam daerah pabean disebut sebagai barang impor. Produk yang diimpor dinilai lebih menarik konsumen jika dibandingkan dengan produk yang diproduksi oleh dalam negeri dikarenakan banyak pilihannya serta nilai jual yang juga lebih tinggi dari produk dalam negeri. Contohnya: bahan tekstil, sepatu. Produk impor juga memiliki kualitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produk lokal. Hal ini menyebabkan konsumen cenderung untuk memilih produk impor daripada produk lokal dengan melihat dari segi kualitas. Tidak hanya dari segi kualitas, konsumen cenderung membeli produk impor dikarenakan desain yang menarik dan merek yang bergengsi dan sesuai dengan harga yang dikeluarkan (Setiawan, 2014). Adanya merek pada setiap produk digunakan untuk membedakan produk dari satu produsen dengan produsen lainnya (Zeb, Rashid & Javeed, 2011). Merek disebut sebagai sebuah janji dari atributnya akan kepuasan si pembeli (Ambler dalam Zeb, Rashid & Javeed, 2011). Hal ini menyebabkan konsumen sering kali memiliki pilihan merek tersendiri dan mempercayainya seperti halnya mereka mempercayai teman-teman dan.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. keluarga mereka dengan tujuan untuk menghindari ketidakpastian dan kualitas yang buruk. Salah satu contohnya dalam industri fashion (Elliot & Yannopoulou dalam Zeb, Rashid & Javeed, 2011). Fashion dapat mencerminkan suatu masyarakat dan budaya . Selain itu, fashion juga dapat mencerminkan bagaimana orang mendefinisikan dirinya dan memiliki efek yang positif terhadap pembelian impulsif (Holmberg & Öhnfeldt, 2010; Park, Kim & Forney, 2006). Clamp, Liz & Bohdanowicz (dalam Zeb, Rashid & Javeed, 2011) menyebutkan yang termasuk dalam fashion antara lain pakaian, sepatu dan aksesoris lainnya seperti konsmetik dan bahkan perabotan. Berdasarkan penjelasan mengenai barang impor tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa barang impor lebih diminati oleh konsumen, khususnya konsumen Indonesia dikarenakan kualitasnya, terlebih pada industri fashion yang termasuk didalamnya: pakaian, sepatu dan aksesoris seperti konsmetik serta perabotan.. E. Dinamika. Hubungan. antara. Ethnosentrisme. Konsumen. dan. Kecenderungan Pembelian Impulsif terhadap Produk Fashion Impor pada Remaja Ethnosentrisme merupakan suatu sikap individu yang melihat bahwa kelompok mereka sebagai pusat dari segalanya dan menilai kelompok lain menurut perseptif kelompok mereka sendiri dan menolak budaya lainnya (Booth; Worchel & Cooper dalam Shimp & Sharma,.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 32. 1987). Ethnosentrisme juga diyakini sebagai sikap konsumen yang melakukan pemilihan serta pengambilan keputusan secara khusus terhadap suatu produk. Ketika konsumen akan membeli produk tersebut, mereka akan melakukan evaluasi terlebih dahulu, khususnya terhadap produk impor (Lundstrom, Lee & White dalam Candan, Aydin & Yamamoto, 2008; Shimp & Sharma dalam Anggasari, Yuiati & Retnaningsing, 2013; Khan & Rahman, 2012; Yaprak, Attila, Baughn & Christopher dalam Chen, 2008). Konsumen ethnosentris akan lebih berkenan pada produk yang memiliki budaya yang sama. (Lantz dan Loeb dalam Watson & Wright, 2000). Konsumen dengan ethnosentrisme tinggi akan memilih produk lokal. Kecenderungan ethnosentrisme akan semakin tinggi, apabila produk lokal memiliki kelebihan tersendiri (Anggasari, Yuiati & Retnaningsing, 2013; Chen, 2008). Mereka lebih nyaman menggunakan produk lokal dikarenakan sesuai dengan budaya mereka (Setiawan, 2014). Konsumen dengan ethnosentrisme rendah akan lebih memilih produk impor, jika dibandingkan dengan produk lokal. Mereka merasa lebih bangga menggunakan produk impor jika dibandingkan dengan produk lokal (Aghnia, 2014). Produk impor juga dikatakan memiliki kualitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produk lokal. Oleh sebab itu, konsumen Indonesia lebih senang memakai produk impor, tidak terkecuali dengan konsumen remaja (Setiawan, 2014)..

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 33. Produk impor yang diinginkan konsumen remaja dengan mudah didapatkannya. Hal ini dikarenakan pasar Indonesia didominasi oleh produk impor. Banyaknya merek terkenal yang masuk dalam pasar Indonesia menjadi pilihan konsumen, tidak terkecuali remaja. Merek yang terdapat dalam sebuah produk dapat dikatakan sebagai sebuah janji dari atributnya akan kepuasan si pembeli. Dengan begitu, merek-merek terkenal akan menarik setiap remaja untuk selalu membeli merek tersebut sebagai tanda kepercayaan yang diberikan (Ambler dalam Zeb, Rashid & Javeed, 2011). Hal ini dikarekan remaja memiliki kesadaran yang tajam akan merek dan nilai harga pada suatu produk (Riski, 2012). Sebagaian besar remaja tidak dapat menahan dirinya dan mampu menghabiskan uang sakunya untuk menunjang penampilannya, seperti pakaian, sepatu, kosmetik dan aksesoris (Riski, 2012). Merek terkenal dan populer di masyarakat yang dibeli oleh remaja membuat remaja mampu untuk menunjukkan identitas dirinya. Membeli produk yang sedang populer juga dikatakan dapat membuat remaja menjadi lebih percaya diri. Dengan begitu, remaja akan terlihat kekinian. Selain itu, remaja akan mampu untuk diterima dan dapat mempertahankan eksistensi di lingkungan sosialnya (Chen-Yu & Seock dalam Sihotang, 2009; Youn dan Faber, 2001 dalam Alagoz & Ekici, 2011; Erkmen & Yuksel dalam Alagoz & Ekici, 2011; Holmberg & Öhnfeldt, 2010; Clamp, Liz & Bohdanowicz dalam Zeb, Rashid & Javeed, 2011)..

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. Remaja dalam masanya masih mengalami tahapan krisis yang penuh gejolak dan ketidakseimbangan emosional. Hal ini dapat menyebabkan remaja mengambil keputusan secara tidak efektif dan efisien. Ikut-ikutan dalam suatu kelompok juga menyebabkan remaja ingin membeli produk yang sesuai dengan lingkungan sosialnya tanpa adanya pertimbangan. Hal ini berdampak pada konsumsi produk yang secara berlebih untuk memperkuat identitas remaja dalam lingkungannya (David Elkind dalam Pappalia, 2008; Riski, 2012; Stanley Hall dalam Gunarsa, 2003; Niu & Wang, 2009). Kurang mampu untuk mengendalikan diri untuk membeli suatu produk dan tanpa pertimbangan tersebut dapat mengindikasikan adanya kecenderungan pembelian impulsif. Rook (1987) menyebutkan bahwa pembelian impulsif merupakan suatu tindakan pembelian tidak terencana dan tanpa berpikir bijak ataupun adanya pertimbangan secara keseluruhan. Selain itu, dapat dikatakan juga bahwa pembelian impulsif adalah tindakan membeli yang berdasarkan respon emosional yang sulit untuk dikontrol (Dameyasani & Abraham, 2013; Weinberg & Gottwald dalam Park & Choi, 2013). Berdasarkan. pernyataan. tersebut,. dapat. dikatakan. bahwa. ethnosentrisme memiliki pengaruh pada sikap konsumen saat akan membeli suatu produk. Konsumen remaja yang memiliki ethnosentrisme tinggi akan memilih untuk membeli produk lokal. Hal ini dikarenakan mereka merasa nyaman dan bangga menggunakan produk lokal yang lebih.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 35. sesuai dengan budaya mereka, dibandingkan dengan produk impor. Dengan demikian, tingkat pembelian impulsif terhadap produk impor menjadi rendah. Akan tetapi, konsumen remaja yang memiliki ethnosentrisme rendah akan memilih untuk membeli produk impor. Hal ini dikarenakan produk impor membuat mereka merasa lebih bergengsi dan kekinian di dalam lingkungannya dengan cara mengikuti sesuatu yang sedang populer. Hal tersebut dapat menyebabkan remaja mengkonsumsi produk impor secara berlebih..

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 36. F. Skema. Hubungan. antara. Ethnosentrisme. Konsumen. dan. Kecenderungan Pembelian Impulsif terhadap Produk Fashion Impor. ETHNOSENTRISME. RENDAH. TINGGI. 1. Menyukai Produk Fashion Impor 2. Membeli Produk Fashion Impor 3. Merasa bangga memakai Produk Fashion Impor. 1. Nyaman terhadap produk lokal 2. Membeli produk lokal 3. Bangga memakai produk lokal. Pembelian Impulsif terhadap Produk Fashion Impor tinggi. Pembelian Impulsif terhadap Produk Fashion Impor rendah.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 37. G. HIPOTESIS Berdasarkan penjelasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka hipotesis yang dapat diajukan adalah terdapat hubungan yang negatif antara ethnosentrisme dengan pembelian impulsif terhadap barang impor. Semakin tinggi ethnosentrisme, maka akan semakin rendah rendah pembelian impulsif terhadap barang impor. Sebaliknya, semakin rendahnya ethnosentrisme, maka pembelian impulsif terhadap barang impor akan semakin tinggi..

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif korelasional. Penelitian kuantitatif merupakan pendekatan analisis yang digunakan untuk menguji teori-teori dengan cara meneliti hubungan antar variabel dengan data numerik yang akan diolah menggunakan perhitungan statistik (Creswell, 2010; Zechmeister, Zechmeister, & Shaughnessy, 2001). Penelitian korelasional adalah penelitian untuk mengukur kekuatan hubungan antar variabel dan mengetahui ada atau tidaknya hubungan antar variabel (Supardi, 2013). Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara ethnosentrisme konsumen dengan kecenderungan pembelian impulsif terhadap produk fashion impor pada remaja.. B. Identifikasi Variabel Penelitian Penelitian korelasional membutuhkan beberapa variabel yang akan dicari hubungan diantara variabel-variabel tersebut. Variabel merupakan suatu simbol atau konsep yang memiliki nilai yang berbeda atau bervariasi (Sarwono, 2009). Penelitian ini menggunakan dua variabel, yaitu variabel bebas dan variabel tergantung. Variabel bebas merupakan 38.

(58) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 39. variabel yang menjadi penyebab timbulnya variabel lain atau dapat dikatakan juga variabel yang mempengaruhi variabel lain (Supardi, 2013; Sarwono, 2009). Sedangkan variabel terikat atau tergantung merupakan variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain atau dapat dikatakan juga variabel yang memberikan respon/reaksi terhadap variabel bebas jika kedua variabel dihubungkan (Supardi, 2013; Sarwono, 2009). Berdasarkan judul penelitian ini, yaitu “Hubungan Antara Ethnosentrisme Konsumen dengan Kecenderungan Pembelian Impulsif terhadap Produk Fashion Impor pada Remaja”, maka variabel dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel bebas. : Ethnosentrisme. 2. Variabel tergantung : Kecenderungan Pembelian Impulsif. C. Definisi Operasional Menurut Noor (2011), definisi operasional merupakan bagian yang berisi definisi dari variabel/konsep yang akan diukur dengan indikator yang telah ditentukan, seperti sifat, perilaku, dan aspek. Definisi operasional dalam skala penelitian ini, yaitu: 1. Kecenderungan Pembelian Impulsif Kecenderungan pembelian impulsif adalah kecenderungan dalam hal pembelian yang dilakukan oleh remaja secara tidak terencana, karena adanya dorongan yang kuat secara spontan dan tibatiba, sehingga remaja melakukan pembelian tanpa pertimbangan untuk.

(59) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 40. mendapatkan kepuasan dengan segera. Kecenderungan pembelian impulsif ini diukur dengan menggunakan skala kecenderungan pembelian impulsif. Skala ini terdiri dari 2 aspek pembelian impulsif, yaitu aspek kognitif dan aspek afektif. Semakin tinggi skor yang diperoleh dalam skala tersebut menunjukkan bahwa subyek memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang tinggi. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh dalam skala tersebut manunjukkan bahwa subyek memiliki kecenderungan pembelian impulsif yang rendah pula.. 2. Ethnosentrisme Ethnosentrisme. didefinisikan sebagai. suatu sikap yang. memandang kelompok sendiri lebih unggul dari kelompok lain yang berbeda budaya dan akan membeli produk yang sesuai dengan budayanya. Hal ini menyebabkan remaja yang memiliki sikap ethnosentris akan memilih produk lokal dibandingkan dengan produk impor. Sikap ethnosentrisme ini diukur dengan menggunakan skala ethnosentrisme. Skala ini terdiri dari 3 aspek, yaitu aspek kognitif, aspek afektif, dan aspek konatif. Semakin tinggi skor yang diperoleh dalam skala tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi juga sikap ethnosentrisme yang dimiliki oleh subyek. Sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh dalam skala tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah juga sikap ethnosentrisme yang dimiliki oleh subyek..

(60) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 41. D. Subjek Penelitian Subyek penelitian merupakan orang-orang yang menjadi sumber data dari penelitian, memiliki karakteristik yang sesuai variabel penelitian dan pada dasarnya yang akan dikenai kesimpulan hasil penelitian (Azwar, 2011). Subyek diambil dengan menggunakan metode nonprobability atau convenience sampling, yaitu para subyek yang digunakan akan dipilih oleh peneliti berdasarkan sampel yang tersedia atau mudah untuk diperoleh (Kountour, 2003). Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia 12 tahun hingga 22 tahun. Pada rentang usia ini, remaja diasumsikan sedang mengalami emosi yang belum stabil atau reaktif. Hal ini dapat membuat remaja mengambil keputusan secara tidak efektif dan efisien. E. Metode dan Alat Pengumpulan Data Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyebaran skala. Skala adalah alat ukur psikologis dalam bentuk pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan karakteristik variabel. Skala ini diharapkan dapat membuat respon individu terhadap pertanyaan atau pernyataan tersebut menghasilkan penilaian atau skor yang dapat diinterpretasikan (Azwar, 2011)..

(61) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 42. Skala yang digunakan adalah: a. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Skala yang digunakan untuk mengukur kecenderungan pembelian impulsif adalah skala kecenderungan pembelian impulsif. Skala kecenderungan pembelian impulsif diukur berdasarkan aspek kognitif dan aspek afektif yang sesuai dengan teori Verplanken dan Herabadi (2001). Pada skala kecenderungan pembelian impulsif, peneliti menyusun 28 butir pernyataan yang terdiri dari 14 butir pernyataan favorable dan 14 butir pernyataan unfavorable. Tabel 1. Blueprint Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif Sebelum Seleksi Aitem Nomor Aitem No. Aspek Jumlah Bobot Favorable Unfavorable Aspek 1, 3, 5, 7, 9, 2, 4, 6, 8, 10, 50% 1. 14 2.. Kognitif Aspek Afektif. 11, 13 16, 18, 20, 22, 24, 26, 28. 12, 14 15, 17, 19, 21, 23, 25, 27. Total. 14. 50%. 28. 100%. Skala Kecenderungan Pembelian Impulsif terdiri dari pernyataan favorable dan unfavorable. Pernyataan favorable adalah pernyataan yang mendukung objek sikapnya sedangkan pernyataan. unfavorable. adalah. pernyataan. yang. tidak. mendukung objek sikapnya (Supratiknya, 1998b). Pernyataanpernyataan yang disajikan kepada subyek memiliki 4 kategori,.

(62) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 43. yaitu Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan Sangat Tidak Sesuai (STS). Penggunaan 4 kategori respon tanpa adanya kategori respon “netral” digunakan dengan pertimbangan bahwa penyajian titik tengah hanya memberikan kemudahan bagi subjek yang tidak bersedia mengerjakan tugas dengan serius atau yang defensif dalam menunjukkan karakteristik pribadinya (Friedenberg, 1995). Pada. pernyataan. favorable. skor. tinggi. mengindikasikan bahwa subjek memiliki kecenderungan pembelian impulsif pada skala pembelian impulsif. Sedangkan jawaban rendah mengindikasikan bahwa subjek cenderung tidak memiliki kecenderungan pembelian impulsif pada skala pembelian impulsif. Pada pernyataan favorable, jawaban Sangat Sesuai (SS) mendapatkan skor 4, jawaban Sesuai (S) mendapatkan skor 3, jawaban Tidak Sesuai (TS) mendapatkan skor 2, dan jawaban Sangat Tidak Sesuai (STS) mendapatkan skor 1. Sebaliknya pada pernyataan unfavorable skor tinggi mengindikasikan bahwa subjek tidak memiliki kecenderungan pembelian. impulsif. pada. Skala. Pembelian. Impulsif.. Sedangkan jawaban rendah mengindikasikan bahwa subjek memiliki kecenderungan pembelian impulsif pada Skala Pembelian. Impulsif.. Pada. jawaban. Sangat. Sesuai.

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat persidangan, majelis hakim telah mene- mukan fakta dalam persidangan yang pada pokoknya bahwa semua syarat pernikahan telah dipenuhi, kec- uali syarat

Tingkat kebangsawanan atau garis keturunan bangsawan atau raja, tidak lagi merupakan suatu hal penting atau ukuran utama untuk menentukan tingkat pelapisan sosial

Paling tidak ada tiga sarana atau jalan untuk mencari, menghampiri dan menemukan kebenaran itu, yaitu: melalui filsafat, melalui ilmu pengetahuan dan melalui agama, yaitu melalui

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada peubah daya dukung pakan dari lima model trend tidak ada model trend yang sesuai untuk alat pendugaan dan peramalan.. Hal ini

Arduino adalah kit elektronik atau papan rangkaian elektronik open source yang di dalamnya terdapat komponen utama yaitu sebuah chip mikrokontroler dengan jenis AVR dari perusahaan

Konstruksi sosial teknologi telematika dan perayaan seks media massa..

Perlu dilakukan analisis kebutuhan air untuk irigasi dan air bersih agar diketahui kekurangan sehingga kekurangan dapat di atasi. Untuk dapat mengetahui kebutuhan air bersih

Konflik pemanfaatan yang terjadi di kawasan mangrove, terkadang disebabkan belum diketahuinya manfaat dan fungsi dari potensi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa