• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KONSEP ID. sum, yang berarti saya berfikir, maka saya ada. Dan sejak itu timbul aliran yang mementingkan kesadaran dalam psikologi.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KONSEP ID. sum, yang berarti saya berfikir, maka saya ada. Dan sejak itu timbul aliran yang mementingkan kesadaran dalam psikologi."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KONSEP ID

A. Jiwa Perspektif Psikologi

Jiwa merupakan objek pembahasan yang tidak akan pernah berhenti. Sejak zaman Yunani kuno, jiwa sudah mulai dibahas oleh para filosof, serta menjadi tema dan topik dalam kajian filsafat, dan sampai dengan sekarang ini pembahasan tentang jiwa akan tetap ada dan terus berlanjut.

Maka mulailah timbul pandangan-pandangan kritis terhadap berbagai konsep, logika, teori dan metode yang mempelajari hakekat manusia. Pemikiran Plato (477-347 SM) yang masih mencampur-adukkan ‘ide’ (sebagai inti dari jiwa manusia) dengan ‘roh’ (sebagai zat yang masuk ke dalam jasad manusia sehingga manusia itu hidup) misalnya, ditentang oleh pendapat seorang pendeta Katholik St. Thomas Aquinas (1224-1247) yang menyatakan bahwa jiwa dan roh harus dipisahkan. Jiwa merupakan objek studi dari psikologi, sedangkan roh adalah urusan agama. Demikianlah awal dari pertumbuhan psikologi. 1

Kemudian Deskrates (1496-1650) datang dengan semboyannya ‘cogito ergo

sum’, yang berarti ‘saya berfikir, maka saya ada’. Dan sejak itu timbul aliran

yang mementingkan kesadaran dalam psikologi. 2

Dalam mempelajari jiwa, perlu sebuah alat atau ilmu sebagai bahan pendekatan untuk mengetahui objek tersebut. Jiwa merupakan objek keilmuan dan alat untuk mendekati objek itu adalah psikologi.

1

Sukanto, Nafsiologi; Suatu Pendekatan Alternatif Atas Psikologi, Jakarta: Integrita Press, 1985, hlm. t.h

2

Sarlito Wirawan Sarwono, Pengantar Umum Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1976, hlm. 13

(2)

Psikologi adalah ilmu yang masih muda. Ia terpisah menjadi ilmu yang berdiri sendiri sejak tahun 1879, yaitu pada waktu didirikannya laboratorium psikologi yang pertama oleh Wilhelm Wundt (1832-1920) di Leipzig Jerman.3

1. Pengertian Jiwa

Jiwa merupakan kajian utama pada ruang lingkup psikologi, berbeda dengan fisiologi yang mempelajari struktur dan fungsi organ fisik biologis manusia, karena psikologi secara etimologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang jiwa.

Menurut asal katanya, psikologi berasal dari kata Yunani yaitu

psyche dan logos. Mengenai kata logos kiranya sudah banyak orang yang

tahu, artinya adalah nalar, logika atau ilmu. Tetapi apakah psyche itu? Istilah Psyche mempunyai banyak arti. Dalam bahasa Inggris yaitu soul,

mind, spirit. Dalam bahasa Indonesia ketiga kata-kata tersebut dapat

diwakili oleh satu kata yaitu “jiwa”. Karena itulah kebanyakan orang cenderung mengartikan psikologi sebagai ilmu jiwa.4

Tetapi arti “ilmu jiwa” masih kabur sekali. Apa yang dimaksud dengan jiwa, tidak seorangpun yang tahu dengan sesungguhnya. Karena kekaburan arti itu, sering timbul berbagai pendapat mengenai definisi psikologi yang saling berbeda,5 sesuai dengan sudut pandang dan penafsiran masing-masing tokoh. Maka psikologi membatasi diri untuk hanya mempelajari gejala-gejala kejiwaan, khususnya kondisi, proses, dan fungsi-fungsi kejiwaan, dan untuk lebih mendapatkan kejelasan sasaran telaah metodologi dan efektifitas teknik-teknik pendekatannya, maka psikologi menyatakan diri sebagai sains yang mempelajari perilaku

3

Ibid, hlm. 12-13 4

Sarlito Wirawan Sarwono, Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan Tokoh-Tokoh Psikologi, Jakarta: Bulan Bintang, 1986, hlm. 1-2

5

(3)

manusia, dengan asumsi bahwa perilaku merupakan ungkapan dan cerminan dari kondisi, proses, dan fungsi-fungsi kejiwaan. 6

Sarlito Wirawan Sarwono dalam bukunya Pengantar Umum

Psikologi memberikan definisi tentang psikologi yang sekiranya bisa

diterima oleh semua pihak. Dia mengemukakan bahwa psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku manusia dalam hubungan dengan lingkungannya. 7

Dalam definisi di atas terdapat beberapa unsur. Pertama ilmu pengetahuan, yaitu suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematis dan mempunyai metode-metode tertentu. Kedua tingkah laku atau perbuatan mempunyai arti yang lebih konkret dari pada jiwa. Karena lebih konkret itu, maka tingkah laku lebih mudah dipelajari dari pada jiwa dan melalui tingkah laku kita dapat mengenal seseorang. Termasuk tingkah laku di sini adalah perbuatan yang terbuka dan tertutup. Tingkah laku yang terbuka adalah tingkah laku yang segera dapat dilihat oleh orang lain, misalnya makan, minum, memukul, berbicara, menangis dan sebagainya. Sedangkan tingkah laku yang tertutup adalah tingkah laku yang hanya dapat diketahui secara tidak langsung dengan melalui alat-alat atau metode-metode khusus, tingkah laku tertutup ini misalnya keadaan berfikir, sedih, berkhayal, bermimpi, takut dan sebagainya. Ketiga adalah manusia, karena makin lama objek materiil psikologi makin mengarah kepada manusia, oleh karena manusia-lah yang paling berkepentingan dengan ilmu ini dan paling membutuhkan ilmu dalam berbagai segi

6

Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam; Menuju Psikologi Islami, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1997, hlm. 34

7

(4)

kehidupan. Keempat adalah lingkungan, yaitu tempat di mana manusia itu hidup, menyesuaikan diri (beradaptasi) dan mengembangkan dirinya.8

Jadi, jiwa menurut kacamata psikologi merupakan cerminan dari perilaku yang dimunculkan oleh seseorang dalam bentuk tindakan dan perbuatan nyata yang meliputi tindakan yang dapat teramati (perilaku terbuka) maupun tindakan yang tidak dapat diamati secara langsung (perilaku tertutup) dalam hubungannya dengan realitas ekternal di luar dirinya.

2. Jiwa Menurut Aliran-Aliran Dalam Psikologi

Bertolak dari pengertian bahwa psikologi sebagai ilmu yang menelaah perilaku manusia, para ahli psikologi umumnya berpandangan bahwa kondisi ragawi, kualitas kejiwaan dan situasi lingkungan merupakan penentu-penentu utama perilaku dan corak kepribadian manusia.9 Berangkat dari sinilah maka psikologi merupakan alat untuk mengetahui jiwa manusia yang sesungguhnya.

Sampai dengan penghujung abad dua puluh ini terdapat empat aliran besar psikologi, yaitu:

a) Psikoanalisis (Psychoanalysis)

b) Psikologi Perilaku (Behavior Psychology) c) Psikologi Humanistik (Humanistic Psychology) d) Psikologi Transpersonal (Transpersonal Psychology)

Masing-masing aliran meninjau manusia dari sudut pandang berlainan, dan dengan metodologi tertentu berhasil menentukan berbagai dimensi dan asas tentang kehidupan manusia, kemudian membangun teori dan

8

Ibid, hlm. 5-6 9

(5)

filsafat mengenai manusia.10 Walaupun sebenarnya banyak sekali aliran-aliran lain dalam psikologi,11 namun dalam sejarah perkembangannya hanya empat aliran tersebut di ataslah yang mendapat tempat dan apresiasi yang menyebabkan keempat aliran tersebut tetap eksis sampai dengan sekarang.

Adapun konsep manusia menurut keempat aliran tersebut adalah sebagai berikut ini:

1) Mazhab Psikoanalisa berpendapat bahwa manusia adalah mahluk yang dikuasai oleh sistem unconsciousnes (ketidaksadaran) dalam diri manusia. Menurut Sigmund Freud, -tokoh pendiri Psikoanalisa- struktur jiwa manusia terdiri dari tiga sistem dasar yaitu id, ego dan

superego.12 Id berisi dorongan-dorongan biologis, ego berisi kesadaran terhadap realitas kehidupan, dan superego berisi kesadaran normatif, yang semuanya berinteraksi satu sama lain dan masing-masing memiliki fungsi dan mekanisme yang khas.13

Sementara itu, psikis manusia juga memiliki tiga strata kesadaran yaitu consciousnes (kesadaran), preconsciousnes (ambang sadar), dan unconsciousnes (ketidaksadaran).14

Psikoanalisa yang diperkenalkan oleh Sigmund Freud pada tahun 1909, dikenal dengan teorinya mengenai alam ketidaksadaran. Teori ini merupakan penemuan baru disaat itu, karena selama itu para ahli

10 Ibid. 11

Aliran-aliran dalam psikologi yang lain diantaranya; Strukturalisme (William Wundt 1832-1920), Fungsionalisme (William James 1842-1910), Assosiasionisme (Thomas Hobbes 1588-1679), Hormic Psychology (William Mc. Dougall 1871-1938), dan Gestalt Psychology/Configurationisme (Max Wertheimer 1880-1943). (Singgih Dirgayunarsa, Pengantar Psikologi, Jakarta: Mutiara, 1983, hlm. 3)

12

Baharuddin, Paradigma Psikologi Islami,; Studi Tentang Elemen Psikologi Dari Al-Qur’an, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, hlm. 288

13

Hanna Djumhana Bastaman. Op. Cit. hlm. 50 14

(6)

hanya sibuk dengan alam kesadaran sebagaimana yang nyata dalam teori-teori lain yang berlaku disaat itu. 15

2) Aliran Behaviorisme atau aliran psikologi S-R adalah aliran yang khususnya terdapat di Amerika Serikat. Aliran ini dikemukakan oleh John. B. Watson (1878-1958). Ia menentang pendapat yang umum berlaku saat itu bahwa dalam eksperimen-eksperimen psikologi diperlukan introspeksi. Introspeksi yang berarti mengamati perasaan sendiri, digunakan dalam eksperimen-eksperimen di laboratorium Wundt untuk mengetahui ada atau tidaknya perasaan-perasaan dalam diri orang yang diperiksa.16

Diantara tokoh utama dalam Behaviorisme adalah Burrhus Frederic Skinner (1904-1990). Dalam analisisnya, dia membuat tiga asumsi dasar. Pertama, bahwa perilaku terjadi menurut hukum (behavior

can be controlled). Memang manusia yang berperasaan dan berfikir,

namun dia tidak mencari penyebab tingkah laku itu pada jiwa, bahkan menolak alasan-alasan yang menjelaskan perilaku manusia dikendalikan oleh pikiran dan perasaan. Kedua, perilaku hanya dapat dijelaskan berkenaan dengan kejadian atau situasi-situasi antiseden yang dapat diamati. Dia berpegang teguh pada pendirian

deterministik dan meneliti sebab-sebab perilaku yang dapat diamati. Ketiga, perilaku manusia tidak ditentukan oleh pilihan individual.

Perilaku dan kepribadian manusia ditentukan oleh kejadian-kejadian masa lalu dan sekarang dalam dunia objektif. 17

3) Sementara itu, aliran psikologi Humanistik memandang manusia sebagai satu kesatuan yang utuh antara raga, jiwa dan spiritual.

15

Sarlito Wirawan Sarwono, Op. Cit, hlm. 17 16

Ibid, hlm. 15-16 17

(7)

Menurut Humanistik, susunan struktur psikis manusia terdiri dari dimensi somatis (raga), psikis (kejiwaan) dan neotik (kerohanian) atau disebut juga dengan dimensi spiritual. Hanna Djumhana Bastaman dalam mengomentari makna dimensi spiritual dalam psikologi Humanistik ini menguraikan bahwa pengertiannya sama sekali tidak mengandung konotasi agama, tetapi dimensi ini diyakini sebagai inti kemanusiaan dan merupakan sumber makna hidup dan potensi dari berbagai kemampuan dan sifat luhur manusia yang luar biasa, yang sejauh ini masih terabaikan dalam kajian psikologi. 18 Psikologi Humanistik berasumsi bahwa manusia memiliki potensi yang baik. Psikologi ini memusatkan perhatiannya untuk menelaah kualitas-kualitas insani, yaitu sifat-sifat dan kemampuan khusus manusia yang melekat pada eksistensi manusia, seperti kemampuan abstraksi, daya analisis dan sinthesis, imajinasi, relatifitas, kebebasan berkehendak, tanggung jawab, aktualisasi diri, makna hidup, pengembangan pribadi, sikap etis, rasa estetika dan lain-lain. Kualitas-kualitas ini merupakan ciri khas manusia, dan tidak dimiliki oleh makhluk lain semisal binatang. Kecuali itu, psikologi Humanistik memandang manusia sebagai pemilik otoritas atas dirinya sendiri. Asumsi ini menunjukkan bahwa manusia adalah makhluk yang sadar, mandiri, pelaku aktif, yang dapat menentukan hampir segala tingkah lakunya. 19

Psikologi Humanistik menganggap bahwa hasrat untuk hidup bermakna adalah motivasi utama manusia. Bila seseorang berhasil memenuhinya maka akan menjadikan hidupnya bermakna dan

18

Ibid, hlm. 302 19

(8)

bahagia. Sebaliknya, bila ia tak berhasil memenuhi arti hidupnya, maka akan menyebabkan hidupnya hampa tak bermakna. 20

Jadi, Psikologi Humanistik ini memandang bahwa manusia-lah yang mempunyai kehendak bebas atas dirinya, jadi tidak deterministik seperti dalam pandangan Psikoanalisa dan Behaviorime.

4) Psikologi Transpersonal adalah pengembangan dari psikologi Humanistik. Tokoh-tokoh perintis psikologi Transpersonal adalah pemuka-pemuka dalam psikologi Humanistik. Nama-nama seperti Abraham Harold Maslow, Antony Sutich, dan Charles Taart merupakan pemuka aliran psikologi Humanistik yang menjadi perintis psikologi Transpersonal. 21

Psikologi Transpersonal seperti halnya psikologi Humanistik, menaruh perhatian pada dimensi spiritual manusia yang ternyata mengandung berbagai potensi dan kemampuan luar biasa yang sejauh ini terabaikan dari telaah psikologi kontemporer. Bedanya adalah psikologi Humanistik lebih memanfaatkan potensi-potensi ini untuk meningkatkan hubungan antar manusia, sedangkan psikologi Transpersonal lebih tertarik untuk meneliti pengalaman subjektif-transendental, serta pengalaman luar biasa dari potensi-potensi spiritual ini. 22

Dua hal penting yang menjadi sasaran psikologi Transpersonal yaitu potensi-potensi luhur batin manusia (human highest potentials) dan fenomena kesadaran manusia (human states of consciousnes). Potensi-potensi luhur adalah potensi-potensi yang bersifat spiritual, seperti transendensi diri, keruhanian, dimensi di atas alam kesadaran,

20

Hanna Djumhana Bastaman, Op. Cit, hlm. 53 21

Baharuddin, Op.Cit, hlm. 179 22

(9)

pengalaman mistik, daya-daya batin, dan praktek-praktek keagamaan di kawasan dunia timur. Sedangkan fenomena kesadaran manusia adalah pengalaman seseorang melewati batas-batas kesadaran biasa, misalnya pengalaman alih dimensi, memasuki alam-alam kebatinan, kesatuan mistik, komunikasi batiniah, pengalaman meditasi, dan lain-lain. 23

Psikologi Transpersonal ini mungkin mendasarkan teorinya atas pengalaman dan pengetahuan yang didapat oleh seseorang dalam bermeditasi, kontemplasi, yoga, latihan pernafasan, dan latihan kerohanian lainnya.

B. Konsep Id

Telah dijelaskan dalam pembahasan sebelumnya, bahwa ada banyak sekali aliran dalam psikologi yang semuanya mencoba untuk mengetahui jiwa manusia berdasarkan perilakunya yang meliputi gejala-gejala kejiwaan, khususnya kondisi, proses dan fungsi-fungsi kejiwaan manusia. Oleh karena itu, pembahasan ini akan lebih spesifik pada satu konsep saja yaitu id. Dan struktur kejiwaan yang akan dijelaskan nantinya akan mengacu pada satu aliran dalam psikologi, yaitu Psikoanalisa.

1. Pengertian Id

J. P. Chaplin dalam bukunya Dictionary of Psychology yang diterjemahkan oleh Kartini Kartono, menjelaskan bahwa id adalah bagian dari jiwa atau psiche yang menjadi tempat kedudukan bagi libido. Dari id ini muncul impuls-impuls animalistis atau hewani dan khaotis yang menuntut pemuasan. Id tidak berhubungan dengan dunia luar, hanya berkontak dengan tubuh. Karena itu memusatkan tuntutannya kepada

23

(10)

tubuh sendiri. Id keseluruhannya dikuasai oleh prinsip-prinsip kesenangan dan berusaha untuk memaksa ego yang dikuasai oleh prinsip realitas untuk mengabulkan segala keinginannya, tanpa memandang konsekwensinya. 24

2. Struktur Kejiwaan Dalam Kajian Psikoanalisa

Menurut Psikoanalisa, -tokohnya yaitu Sigmund Freud 25- , struktur psikis manusia terdiri dari tiga sistem, yaitu id, ego dan superego. Id berisikan dorongan-dorongan instink biologis dan pengalaman-pengalaman traumatis pada masa kanak-kanak; ego merupakan kesadaran terhadap realitas kehidupan; dan superego merupakan kesadaran normatif. Sementara itu psikis manusia memiliki tiga strata kesadaran, yaitu

consciousnes (kesadaran), pre consciousnes (ambang sadar/pra sadar) dan unconsciousnes (ketidaksadaran).26

Cara pandang Psikoanalisa dalam menganalisa jiwa manusia adalah secara vertikal ke bawah, sehingga Psikoanalisa disebut juga dengan depth

psychology, yaitu cara pandang struktur jiwa manusia secara vertikal ke

bawah, atau dengan istilah populernya top down. Berdasarkan itu, maka susunan struktur jiwa manusia masing-masing dari atas ke bawah adalah;

concious (kesadaran), preconcious (pra sadar) dan unconcious

(ketidaksadaran). Sejalan dengan itu, maka susunan dimensi-dimensi jiwa juga berturut-turut ke bawah adalah: superego, ego dan id. 27

24

J. P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, Terj. Kartini Kartono, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2001, hlm. 236

25

Pendiri dan penentu Psikoanalisa adalah Sigmund Freud (1856-1939), seorang neurolog berasal dari Austria, keturunan Yahudi. Berangkat dari pengalaman dengan para pasien, Freud menemukan ragam dimensi dan prinsip-prinsip mengenai manusia yang kemudian menyusun teori psikologi yang sangat mendasar, majemuk, dan luas implikasinya di lingkungan ilmu-ilmu sosial, humaniora, filsafat, dan ilmu agama serta memberi ilham terhadap berbagai kreasi seni. (Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi Dengan Islam; Menuju Psikologi Islami, Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 1997, hlm. 49)

26

Baharuddin, Op. Cit, hlm. 296 27

(11)

3. Letak Id Dalam Struktur Kejiwaan

Formulasi paling awal yang dibuat Freud tentang kekuatan represif menyamakan hal itu dengan sensor. Pikiran diibaratkan dengan tempat tinggal yang bertingkat tiga. Pada lantai paling atas tinggal para anggota ‘keluarga kesadaran’ yang terhormat. Di bawahnya adalah orang-orang ‘pra kesadaran’ yang tenang dan baik-baik yang diijinkan untuk mengunjungi tetangga yang tinggal di atasnya. Memang benar ada seorang polisi yang berjaga disetiap lantai, namun dia memiliki jiwa yang baik dan jarang menghalangi jalan bagi yang mau naik dan turun. Namun penghuni yang tinggal di lantai paling bawah adalah kelompok tidak tahu aturan yang suka huru-hara dan keributan yang selalu membuat gaduh saat melewati polisi yang berjaga di lantai yang menghubungkan mereka dengan para ‘tetangga pra sadar’. Sekali waktu ia akan menyelinap dengan menyamar sebagai orang baik-baik pada malam hari ketika para polisi sedang merasa santai. Polisi dalam hal ini adalah gambaran yang indah yang memakai kekuatan represif. 28

Adapun susunan atau struktur kejiwaan manusia menurut Psikoanalisa dapat ditampilkan dalam skema sebagai berikut :

28

Reuben Osborn, Marxisme Dan Psikoanalisis, Terj. Tim Alenia, Jogjakarta: Alenia, 2005, hlm. 7

1

2

(12)

Keterangan :

1. : Conscious (kesadaran) dan superego 2. : Preconscious (bawah sadar) dan ego 3. : Unconscious (ketidaksadaran) dan id 29

Ketidaksadaran adalah bagian yang terpenting dan yang paling banyak diuraikan dalam sistem kejiwaan Freud. Bagian ini berisi proses-proses yang tidak disadari, akan tetapi tetap berpengaruh pada tingkah laku orang yang bersangkutan. Proses yang tidak disadari itu dinamakan ‘proses primer’ dan ditandai emosi, keinginan-keinginan (desire) dan instink. Realitas tidak mendapat tempat dalam ketidaksadaran. 30

Salah satu penemuan besar Psikoanalisa adalah adanya kehidupan tak sadar pada manusia. Selama ini diyakini para ilmuwan bahwa manusia adalah makhluk rasional yang sepenuhnya sadar akan segala perilakunya. Ketidaksadaran ini adalah segi pengalaman yang tidak pernah kita sadari (karena terjadi pada tahap perkembangan di mana kita belum berbahasa atau karena berlangsung cepat sekali maupun terjadi di luar pusat perhatian kita) atau kita repres (secara tidak sadar tidak ingin kita sadari karena kita anggap ‘mengganggu’ diri kita). Bagi Freud, ketidaksadaran merupakan salah satu inti pokok atau tiang pasak teorinya. Segi-segi terpenting perilaku manusia justru ditentukan oleh alam tidak sadarnya. Ia membayangkan kesadaran manusia sebagai gunung es, di mana hanya sebagian kecil saja yaitu puncak teratasnya yang tampak terapung di laut. Sebagian besar badan gunung es tersebut terendam di bawah permukaan laut. Bagian yang terendam ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu: bagian pra sadar yang dengan usaha dapat kita angkat ke kesadaran dan bagian tidak sadar yang hanya muncul dalam perbuatan-perbuatan tidak sengaja,

29

Baharuddin, Op. Cit, hlm. 297 30

Marvin E. Shaw dan Philip R. Costanzo, Teori-Teori Psikologi Sosial, Terj. Sarlito Wirawan Sarwono, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995, hlm. 121

(13)

fantasi, khayalan, mimpi, mitos, dongeng dan sebagainya. Cara membagi

psiche manusia secara ini disebut juga penggambaran psiche secara topografis. 31

Id berada dalam wilayah unconsciousnes (ketidaksadaran). Id ini

merupakan dimensi jiwa yang mengandung instink-instink bawaan, nafsu-nafsu primer, pengalaman-pengalaman traumatis masa kanak-kanak yang ditekan ke dalam wilayah ketidaksadaran, dan merupakan sumber bagi energi psikis ego dan superego. Id berbentuk semacam energi awal, asli, spontan, impulsif, irrasional dan mencari kepentingan sendiri. Id berorientasi kepada kenikmatan dan menghindari serta menolak hal-hal yang tidak mengenakkan. 32

4. Hubungan Id Dengan Unsur Kejiwaan Lain

Konsep id diperkenalkan dengan mengacu pada aspek-aspek ketidaksadaran kehidupan mental yang sangat bertentangan dengan standar-standar kesadaran yang diperoleh dari individu dari kehidupan sosial dan keluarga. Id adalah id, sesuatu yang menjalar dalam diri kita pada saat kita merasa terpaksa bertindak tidak sesuai dengan standar yang diakui oleh masyarakat.33

Id adalah segi kepribadian tertua, sistem kepribadian pertama, ada

sejak lahir (bahkan mungkin sebelum lahir), diturunkan secara genetis, langsung berkaitan dengan dorongan-dorongan biologis manusia dan merupakan sumber atau cadangan energi manusia, sehingga dikatakan juga oleh Freud sebagai jembatan antara segi biologis dan psikis manusia.

Id bekerja berdasarkan prinsip-prinsip yang amat primitif, sehingga

31

Anggadewi Maesono (Ed), Psikoanalisis Dan Sastra, Pusat Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya, Jakarta: Lembaga Penelitian Universitas Indonesia, 2003, hlm. 3

32

Baharuddin, Loc. Cit. 33

(14)

bersifat kaotik (kacau, tanpa aturan), tidak mengenal moral, tidak memiliki rasa benar salah. Satu-satunya yang diketahui id adalah perasaan senang tidak senang, sehingga dikatakan bahwa id bekerja berdasarkan prinsip kesenangan (plesure principle). 34Id adalah kebutuhan dan emosi yang

tidak tertata, tidak konsisten, kadang tidak dikenal, dan bahkan bersifat anti sosial yang melekat pada tubuh kita. 35

Organisme manusia yang seluruhnya berada dalam kekuasaan dorongan naluri id akan dengan segera mendapatkan kesulitan pada akhirnya musnah. Karena dunia luar tidak dengan segera memberikan kepuasan terhadap hasrat kita. Kita harus belajar untuk menangguhkan kepuasan ini sampai kesempatan yang mendukung ada pada saat dapat dicapai dengan aman. 36Untuk dapat bertahan hidup seseorang mutlak harus dapat membedakan mana yang khayal dan mana yang kenyataan, maka berkembanglah sistem kepribadian kedua, yaitu ego. 37

Ego adalah segi kepribadian yang harus tunduk pada id dan harus

mencari dalam realitas apa yang dibutuhkan dan pereda ketegangan. Dengan demikian ego adalah segi kepribadian yang dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan serta mau menanggung ketegangan dalam batas tertentu. Berlawanan dengan id yang bekerja berdasarkan prinsip kesenangan, ego bekerja dengan berdasarkan prinsip realitas (reality

principle), artinya ia dapat menunda pemuasan diri atau mencari bentuk

pemuasan yang lain yang lebih sesuai dengan batasan lingkungan (fisik maupun sosial) dan hati nurani. Ego menjalankan proses sekunder (secondary process), artinya ia menggunakan kemampuan berpikir secara

34

Anggadewi Maesono, Loc. Cit 35

Benjamin Nelson (Ed), Freud Manusia Paling Berpengaruh Abad Ke-20, Terj. Yurni, Surabaya: Ikon Teralitera, 2003, hlm. 17

36

Reuben Osborn, Op. Cit, hlm. 9 37

(15)

rasional dalam mencari pemecahan masalah terbaik. 38 Ego adalah sesuatu yang tertata, lebih atau kurang sadar dan lebih atau kurang konsisten terhadap prinsip dan prasangka yang secara bebas kita artikan sebagai self atau diri. 39

Karakteristik utama ego dapat disimpulkan sebagai berikut: ego menengahi antara id dan realitas eksternal. Walaupun hubungannya dengan id tetap pada batas ketidaksadaran, hubungannya dengan dunia eksternal adalah hubungan yang sadar. Hubungan itu diatur oleh prinsip realitas, suatu prinsip yang bertanggung jawab atas kemungkinan yang disajikan oleh dunia eksternal dibandingkan dengan prinsip kesenangan

id. 40

Fungsi utama ego adalah pengetesan realitas (reality testing) atau belajar membedakan antara diri sendiri dan lingkungan serta menengahi antara tuntutan id dan tuntutan superego yang berwujud aspek-aspek moral dan kritis dari pribadi. 41

Namun, ego lahir pada awal kehidupan seseorang, ketika ikatan emosional yang kuat antara orang tua dan anak sedang berada ada puncaknya. Ego dari seorang anak kecil terlalu lemah untuk sendirian menangani tuntutan id yang terlalu banyak. Ego itu harus mamperkuat diri dengan ijin dan wibawa dari orang tua. Perintah dan arahan dari orang tua secara eksternal diterapkan oleh anak, direproduksi dalam pikiran anak sebagai faktor penghambat yang kuat. Proses identifikasi terjadi di mana sikap orang tua dan standar perilaku sudah dihayati dalam pikiran anak. Itu adalah proses yang sangat rumit. Analoginya adalah seperti standar seseorang yang dicintai dan ditakuti sekaligus, dan terjadi pada tingkat

38 Ibid. 39

Benjamin Nelson (Ed), Loc. Cit. 40

Reuben Osborn, Op. Cit, hlm. 10-11 41

(16)

ketidaksadaran. Sikap orang tua yang sudah merasuk ini disebut oleh Freud dengan superego. Dengan demikian superego adalah modifikasi dari ego, ketika ego terlalu lemah untuk mengatasi masalah dan tuntutan baik dari id maupun dari realitas eksternal. Ini merupakan suatu representasi mental orang tua dan orang dewasa pada umumnya dalam pikiran. Representasi yang menurut Freud dianugerahkan dengan kualitas yang dibesar-besarkan di mana nampaknya orang tua, dalam pandangan anak, memiliki kualitas maha tahu dan hebat, kualitas yang memberikan wewenang yang tak bisa disangkal lagi. 42

Superego merupakan perwakilan dari berbagai nilai dan norma yang

ada dalam masyarakat di mana individu itu hidup. Anak mengembangkan

Superegonya melalui berbagai perintah dan larangan dari orang tuanya.

Titik perkembangan yang amat penting dalam pembentukan superego adalah dilaluinya tahap oidipal dengan baik. Freud membagi superego dalam dua sub sistem, yaitu hati nurani dan ego ideal. Hati nurani diperoleh melalui penghukuman berbagai perilaku anak yang dinilai ‘jelek’ oleh orang tua dan menjadi dasar bagi rasa bersalah (guilt feelings).

Ego ideal adalah hasil pujian dan penghadiahan atas berbagai perilaku

yang dinilai ‘baik’ oleh orang tua. Anak mengejar keunggulan dan kebaikan dan bila berhasil akan memiliki nilai diri (self esteem) dan kebanggaan diri (pride). Berbeda dengan ego yang berpegang dengan prinsip realitas, superego yang memungkinkan manusia memiliki pengendalian diri (self control) selalu akan menuntut kesempurnaan manusia dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. 43

Jadi pada dasarnya hubungan antara id, ego dan superego itu saling terkait antara satu dengan yang lainnya. Jika id itu berprinsip pada

42

Reuben Osborn, Op. Cit, hlm. 11 43

(17)

kesenangan, ego berprinsip pada kenyataan, maka superego berprinsip pada kesempurnaan. Kesempurnaan yang sesuai dengan norma dan nilai-nilai dalam masyarakat di mana individu itu hidup, yang biasanya diperoleh individu tersebut dari proses belajar, identifikasi, asimilasi dan imitasi dari lingkungan sosial paling kecil, yaitu keluarga terutama orang tua.

5. Sifat Dan Kecenderungan Id

Id mengacu pada tuntutan primitif dan naluriah sifat-sifat dasar

manusia yang tidak terpengaruh pertimbangan-pertimbangan moral dan sosial. Karakteristik dari id, di mana Freud menempatkan tekanan khusus, terletak pada tuntutan tanpa syarat bagi kepuasan, irrasionalitas dan amoralitas. Id mengandung apa yang disebut dengan naluri hidup atau mati, yang merupakan kualitas rasial yang diwariskan dan menghubungkan kita dengan kerajaan binatang. Lebih lagi, pengalaman represif yang terlalu menyakitkan bagi kehidupan sadar bergabung dengan arus impuls id. Id dikuasai oleh prinsip kesenangan, yaitu karena hal tersebut menuntut kepuasan yang segera dan tanpa syarat dengan tidak mempertimbangkan adanya kesesuaian dengan waktu dan tempat.44

Dalam garis besarnya, id mempunyai ciri-ciri: a priori (menang sendiri), self centered (egoistis), impulsif (tergesa-gesa, ingin senang),

irrasional dan asosial.45 Sedangkan kecenderungan id adalah condong ke arah pemenuhan kebutuhan dengan segera yang bertentangan dengan

superego atau dalam hal ini berupa norma dan nilai yang berlaku pada

suatu masyarakat tertentu.

44

Reuben Osborn, Op. Cit, hlm. 9 45

(18)
(19)

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap ini menentukan objek yang akan diteliti yaitu data dari daftar kolektif hasil kuisioner PPLS (Program Perlindungan Sosial) Kelurahan Karya Jaya pada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui stabilitas kimiawi dari sirup yang sudah diketahui formula optimumnya dengan parameter penurunan kadar alkaloid yang terbaca

ISOLASI SENYAWA MARKER DAN UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK KULIT BATANG TUMBUHAN MANGROVE TANCANG (Bruguiera gymnhorriza) dan API-API PUTIH (Avicennia marina) TERHADAP SEL T47D DAN

Manajer Marketing membuat usulan anggaran penjualan berdasarkan realisasi anggaran tahun sebelumnya yang disesuaikan dengan kebutuhan di tahun mendatang ditambah

Blok jantung pada pasien infark miokard akut anterior merupakan masalah yang lenih serius dari pada infark miokard inferior. Blok selektif dari

Penyelenggaraan yang baik dan lancar pada sistem pembayaran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia tercermin dari rendahnya risiko setelmen dan likuiditas, terpenuhinya

Peneliti kemudian bertemu dengan guru kolaborator dan berbicang- bincang mengenai masalah-msalah yang telah dijumpai dan mengusahakan penyelesaian masalah tersebut

KESATU : Mengangkat Panitia, Pengampu Pembelajaran, Pembuat Soal, Pengawas, Korektor modul tenggang Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas