• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan dukungan sosial dengan herga diri pembantu rumah tangga di komplek Bintaro Jaya Sektor 3 RW. 008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan dukungan sosial dengan herga diri pembantu rumah tangga di komplek Bintaro Jaya Sektor 3 RW. 008"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

Sektor 3 RW 008

(Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat meraih gelar Sarjana Psikologi)

Oleh: Abdul Kholiq

NIM: 101070023050

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULAH

JAKARTA

(2)

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk memenuhi syarat-syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

Abdul Kholiq

101070023050

Di Bawah Bimbingan Pembimbing I

Prof. Hamdan Yasun, M.Si

NIP. 130351146

Pembimbing II

Gazi, M.Si

NIP. 197112142007011014

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(3)

DIRI PEMBANTU RUMAH TANGGA DI KOMPLEK BINTARO JAYA

SEKTOR 3 RW 008” telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada 2 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Fakultas Psikologi.

Jakarta, 2 September 2010 Sidang Munaqasyah

Dekan/

Ketua Merangkap Anggota

Jahja Umar, Ph.D

NIP. 130 885 522

Pembantu Dekan Sekretaris merangkap Anggota

Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si

NIP. 195661223 198303 2001 Anggota :

Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi

NIP. 197303282000032003

Ikhwan Luthfi, M.Psi

NIP. 19730710200501106

Prof. Hamdan Yasun, M.Si

NIP. 130351146

Gazi, M.Si

NIP. 197112142007011014

(4)

W| á|á| ~xáâÄ|àtÇ Ñtáà| twt ~xÅâwt{tÇ

wtÇ

à|wt~ twt ~xÜ}t ~xÜtá çtÇz á|t@á|t

(5)

ABSTRAK

(A) Fakultas Psikologi

(B) Agustus 2010

(C) Abdul Kholiq

(D) Hubungan Dukungan Sosial dengan Harga Diri Pembantu Rumah Tangga

di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008

(E) xiii + 65 Halaman

(F) Tidak ada yang menyangkal bahwa pembantu rumah tangga memiliki peran yang signifikan karena mereka mengisi lowongan pekerjaan di sektor informal rumah tangga namun masyarakat kita sering lupa bahwa para pembantu rumah tangga adalah juga manusia. Secara tidak sadar kita selalu menganggap bahwa pekerjaan tersebut adalah pekerjaan kasta terendah yang bisa diperlakukan semaunya. Padahal kalau kita mau jujur, pekerjaan itu sama kedudukannya dengan pekerjaan-pekerjaan lain sehingga situasi tersebut sering memunculkan berbagai masalah, diantaranya adalah timbulnya perasaan rendah diri. Perasaan rendah diri ditimbulkan karena adanya penilaian dari orang lain yang bisa memengaruhi pencitraan terhadap dirinya sehingga diperlukan adanya dukungan sosial dari orang lain dengan harapan bisa memperkuat dan menumbuhkan harga diri pembantu. Penelitian ini didasarkan atas kondisi yang kompleks seorang pembantu rumah tangga terkait dengan dukungan sosial dan harga dirinya dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana hubungan dukungan sosial dengan harga diri pembantu rumah tangga. Dukungan sosial berarti kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang didapat seseorang dari orang lain. Selain itu dukungan sosial juga bisa diartikan adanya informasi verbal atau non-verbal berupa saran atau nasehat, tindakan yang nyata atau materi yang berasas pada hubungan sosial yang akrab dan intim. Sedangkan harga diri adalah penghargaan atas diri atau harga diri adalah: Pertama, keyakinan terhadap kemampuan untuk berpikir dan menghadapi tuntutan hidup. Kedua, keyakinan akan hak untuk bahagia, perasan berharga, pantas atau layak untuk menilai kebutuhan dan keinginan, serta menikmati hasil kerja keras.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Sedangkan metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel penelitian. Metode korelasi bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lain. Dalam penelitian ini menyertakan 57 responden yang keseluruhannya adalah perempuan dengan berbagai latar belakang pendidikan dan durasi kerja yang berbeda-beda sebagai sampel dari jumlah populasi di Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008.

(6)

Hasil penelitian dari data-data hasil penghitungan menemukan bahwa ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri pembantu rumah tangga Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008. Ini mengindikasikan bahwa harga diri pembantu rumah tangga Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008 juga dipengaruhi oleh dukungan sosial dalam lingkungan sekitarnya dimana arah hubungannya positif, semakin tinggi dan baik dukungan sosial yang diterima maka semakin meningkat pula harga dirinya.

Saran kepada penyalur jasa pembantu rumah tangga kiranya adalah mereka dapat memberikan pendidikan, tidak saja keterampilan dan pengetahuan dasar, melainkan juga keterampilan sosial agar para pembantu rumah tangga ini dapat merespon lingkungan sosial mereka dengan baik. Kepada majikan tentu diharapkan mau dan mampu memberikan bantuan baik materi maupun immateri demi kenyamanan dan terciptanya suasana kerja yang kondusif sehingga secara tak langsung meningkatkan harga diri pembantu rumah tangganya. Saran praktis, kini saatnya pemerintah menetapkan aturan yang jelas mengenai pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga ini, agar tidak terjadi kembali kasus kekerasan dan penyia-nyiaan yang seringkali dialami oleh mereka yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Saran metodologis untuk penelitian selanjutnya ada baiknya dilakukan penelaahan terhadap faktor-faktor lain selain dukungan sosial yang dapat meningkatkan harga diri pembantu rumah tangga. Perlu ditelaah mengenai dampak jam kerja dan perilaku majikan terhadap kondisi psikologis para pembantu rumah tangga. Sampel yang dipergunakan kiranya juga perlu diperbesar dengan memperlebar jangkauan penelitian

(7)

atas limpahan rahmat dan karunia-Nya telah memberikan kekuatan lahir dan batin kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah untuk Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan yang sempurna untuk seluruh umat manusia di muka bumi ini hingga akhir zaman, serta kepada keluarga dan para sahabatnya yang senantiasa mendampinginya dalam menyebarkan ajaran kebenaran.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan dedikasi dari berbagai pihak yang telah membantu kelancarannya sehingga penulis dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu, dengan penuh rasa hormat penulis akan memberikan rasa terima kasih kepada semua pihak tersebut, diantaranya:

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Jahja Umar, Ph.D beserta jajaran pimpinan lainnya.

2. Prof. Hamdan Yasun, M.Si, Dosen Pembimbing I, dan Gazi, M.Si, Dosen Pembimbing II, yang di tengah kesibukannya telah meluangkan waktu untuk memberikan pengarahan, bimbingan dan saran dalam penulisan skrispsi ini. 3. Solicha, M.Si, Dosen Penasehat Akademik penulis serta seluruh dosen Fakultas

Psikologi yang telah banyak memberikan ilmu dan arahannya.

4. Orang tua tercinta, Kasdi dan Khodijah yang telah memberikan kasih sayang dan doa yang tiada henti-hentinya dipanjatkan kepada Allah SWT guna keberhasilan dan kebahagiaan anak-anaknya. Terima kasih yang tak terhingga ananda ucapkan

dari hati yang paling dalam. Ya Allah, Berikanlah kemuliaan untuk kedua orang tuaku ini, Amin.

5. Untuk kakak-kakak tercinta; Muhamad Khoeron dan Maesaroh yang telah memberikan bantuan baik moral maupun materiil serta fasilitas yang penulis butuhkan dalam penulisan skripsi ini, kebaikan dan kemurahan hatinya akan selalu penulis ingat.

(8)

viii

baik suka maupun duka, terutama dalam penulisan skripsi ini. Terima kasih atas kepedulian, kasih sayang, bantuan moral dan materiil, saran serta kesetiaannya mendampingi dan menunggu penulis selama ini.

8. Untuk teman-teman Fakultas Psikologi angkatan 2001; Imam, Abiq, Aan, Sibul, Rahmat, Hilman, serta teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan support serta kritik yang membangun.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikannya. Amin

Jakarta, Agustus 2010

(9)

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan ... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Motto ... iv

Abstrak ... v

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... ix

Daftar Tabel ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ...1

1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ...5

1.2.1 Pembatasan Masalah ...5

1.2.2 Perumusan Masalah ...6

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ...6

1.3.1 Tujuan Penelitian ...6

1.3.2 Manfaat Penelitian ...7

1.4 Sistematika Penulisan ...7

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Harga Diri ... 9

(10)

2.1.2 Tingkatan Harga Diri ... 11

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Diri ... 13

2.1.4 Aspek-Aspek Harga Diri... 15

2.1.5 Komponen Harga Diri... 17

2.2 Dukungan Sosial ... 18

2.2.1 Definisi Dukungan Sosial ... 18

2.2.2 Bentuk-Bentuk Dukungan Sosial... 19

2.2.3 Sumber-Sumber Dukungan Sosial... 21

2.2.4 Efek Dukungan Sosial... 22

2.2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Sosial... 23

2.3 Pembantu Rumah Tangga ...24

2.4 Kerangka Berpikir ...25

2.5 Hipotesa ...27

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ...28

3.1.1 Pendekatan dan Metode Penelitian ...28

3.2 Definisi Variabel dan Operasional Variabel ...28

3.3 Pengambilan Sampel ...30

3.3.1 Populasi dan Sampel ...30

3.3.2 Teknik Pengambilan Sampel ...31

(11)

3.4.2 Teknik Uji Instrumen Penelitian ...33

3.5 Teknik Analisa Data ...36

3.6 Prosedur Penelitian ...37

3.6.1 Tahap Persiapan ...37

3.6.2 Uji Coba Instrumen Penelitian ...37

3.6.3 Pelaksanaan Penelitian...48

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Responden ... 49

4.1.1 Latar Belakang Responden ... 49

4.1.2 Kategorisasi Skor Harga Diri ... 50

4.2 Pengujian Hipotesis ... 54

4.2.1 Hasil Utama Penelitian ... 54

4.2.2 Hasil Penelitian Tambahan ...55

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ...58

5.2 Diskusi ...60

5.3 Saran ...62

DAFTAR PUSTAKA...65

(12)

Tabel 3.2 Interpretasi nilai r

Tabel 3.3 Skala harga diri (pra-try out)

Tabel 3.4 Skor validitas harga diri

Tabel 3.5 Skala harga diri (pasca-try out)

Tabel 3.6 Skala dukungan social (pra-try out)

Tabel 3.7 Skor validitas dukungan sosial

Tabel 3.8 Skala dukungan sosial (pasca-try out)

Tabel 4.1 Tingkat pendidikan

Tabel 4.2 Masa kerja responden

Tabel 4.3 Kategorisasi skor harga diri

Tabel 4.4 Tingkat harga diri berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 4.5 Tingkat harga diri berdasarkan masa kerja

Tabel 4.6 Hasil penghitungan uji korelasi antara dukungan sosial dan harga

diri

Tabel. 4.7 Hasil penghitungan uji beda tingkat harga diri berdasarkan

pendidikan responden

Tabel 4.8 Hasil penghitungan uji beda tingkat harga diri berdasarkan

lamanya responden bekerja

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan sosialnya manusia dengan segala kedirian individualitasnya

selalu berinteraksi dan bersentuhan dengan individu lainnya. Secara sederhana

hubungan yang terjalin antar individu itu menjadi kooperatif demi suatu kepentingan

yang hendak dicapai. Biasanya, hubungan ini didasarkan rasa saling membutuhkan.

Di luar konflik yang juga kadang terjadi, ini menunjukkan bahwa manusia

merupakan makhluk sosial yang satu sama lain saling membutuhkan bantuan. Akan

tetapi tidak setiap orang yang membantu orang lain dengan begitu disebut sebagai

pembantu. Meski, memiliki akar kata dasar yang sama yakni bantu.

Seiring dengan perkembangan zaman, terutama masyarakat metropolitan (polis

atau kota), yang juga sejalan dengan rutinitas masyarakatnya yang makin padat dan

memakan waktu hingga tidak sempat “mengurusi “dapur sendiri maka banyak

pekerjaan rumah tangga yang “dipercayakan” kepada orang lain dengan imbalan yang

disepakati di muka.

Kemudian, orang yang mengerjakan pekerjaan rumah tangga orang lain inilah

yang biasa disebut sebagai pembantu rumah tangga (PRT). Dalam pengaturan jam

kerja, jenis pekerjaan serta hak-haknya, PRT tidak termasuk dalam kategori buruh

baik secara formal atau informal. PRT adalah jenis pekerjaan unik yang tidak selazim

(14)

buruh yang memiliki jam kerja yang jelas, hak-hak yang dilindungi pemerintah dalam

undang-undang ketenagakerjaan, mengerjakan jenis pekerjaan dengan bidang yang

konkret dan spesifik seperti produksi atau gudang, misalnya, pembantu relatif

mengerjakan banyak pekerjaan rumah tangga seperti mencuci pakaian, mengepel

lantai, belanja, memasak atau bahkan hal sepele seperti membukakan gerbang bagi

tuannya yang berada di balik kemudi hingga tidak sedikit yang ditugaskan menjaga

keamanan rumah dengan gaji “secukupnya”. Ditambah pandangan negatif

masyarakat terhadap pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga, hal ini dapat

menyebabkan rendahnya harga diri pembantu.

Contoh kasus yang terjadi, seorang pembantu bernama Yati berumur 23 tahun,

asal dari Ponorogo, dengan pendidikan terakhir lulusan SD. Yati bekerja pada sebuah

keluarga kecil. Sebelumnya, Yati pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di

daerah dekat rumahnya tetapi kemudian mendapat tawaran untuk bekerja di Bintaro

dengan imbalan yang cukup besar untuk ukuran orang desa. Akhirnya Yati

menyanggupinya. Ketika ditanya mengenai pekerjaannya, Yati menjawab “Ya,

gajinya lebih banyak disini mas daripada di desa, terus pekerjaannya tidak terlalu

banyak, tapi saya selalu tanya yang harus saya kerjakan sama ibu (majikan

perempuan) takut salah”. Dalam bekerja Yati selalu menunggu perintah dan petunjuk

dari majikan, Yati tidak berani mengeluarkan ide-ide walaupun dalam hal kecil

seperti membersihkan dapur karena Yati takut apa yang dikerjakannnya akan

(15)

dikerjakan adalah tidak benar dan Yati selalu tergantung perintah dari majikan

walaupun dalam hal yang sangat sepele.

Dari contoh kasus diatas tampak bahwa pembantu rumah tangga mempunyai

harga diri yang rendah. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri individu dengan harga diri yang

rendah yang diungkapkan oleh Coopersmith (dalam Pamela, dkk. 2006), yaitu;

memiliki perasaan inferior, takut gagal dalam membina hubungan sosial, terlihat

sebagai orang yang putus asa dan depresi, merasa diri diasingkan, kurang dapat

mengekspresikan diri, sangat tergantung pada lingkungan, tidak konsisten, secara

pasif akan mengikuti apa yang ada di lingkungan dan mudah mengakui kesalahan.

Fenomena besarnya angka kebutuhan tenaga pembantu rumah tangga di

Indonesia, khususnya di kawasan pemukiman penduduk kelas menengah ke atas

(komplek perumahan) tidak diiringi dengan peraturan-peraturan ketenagakerjaan

yang jelas untuk melindungi hak-hak para pekerja rumah tangga dari pemerintah.

Sehingga tidak jarang kita dengar cerita-cerita memilukan mengenai nasib tragis para

pembantu rumah tangga baik di dalam negeri atau pun di luar negeri atau Tenaga

Kerja Wanita (TKW) yang umumnya berprofesi sebagai pembantu rumah tangga.

Dengan kondisi tidak adanya peraturan dari pemerintah sebagai salah satu dukungan

sosial seperti sekarang ini, image yang rendah pekerjaan sebagai pembantu rumah

tangga berimbas pada rendahnya image harga diri mereka sebagai manusia di

lingkungan sosialnya.

Manusia sebagai mahluk sosial tentunya membutuhkan bantuan atau

(16)

lain ini, tidak hanya dalam bentuk materi saja akan tetapi dapat juga berbentuk

immateri, misalnya dukungan (support) dalam melakukan sesuatu. Dengan adanya dukungan sosial ini diharapkan dapat memperkuat atau menaikkan perasaan harga

diri seseorang, membantu menghadapi dan menyelesaikan masalah. Jadi fungsi

dukungan sosial adalah memberikan bantuan dalam bentuk penyelesaian masalah,

sehingga akan memperkuat perasaan harga diri seseorang yang kemudian dapat

dengan yakin mengambil kesimpulan terhadap suatu permasalahan.

Dukungan dari lingkungan yang dapat meningkatkan harga diri pembantu

dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu majikan, orang tua dan teman-teman.

Dukungan dari majikan bisa berupa pemberian kesempatan kepada pembantu untuk

bersosialisasi misalnya dengan ikut arisan atau kegiatan sosial, diberikan kesempatan

untuk mendapatkan pendidikan seperti sekolah sore atau kursus keterampilan. Selain

dukungan dari majikan, dukungan dari orang tua dan keluarga juga dapat

meningkatkan harga diri, seperti ungkapan “pekerjaan pembantu itu halal dan mulia

daripada menjadi pengangguran atau menjadi wanita nakal”. Demikian pula peran

seorang teman tidak dapat disepelekan, karena teman dapat memberikan dukungan

secara moral berupa kehangatan dalam berkawan dan saling membantu dan menjadi

teman curhat.

Dukungan sosial digambarkan dengan kondisi ada atau tidaknya seseorang

yang dapat dipercaya dapat membantu sehingga individu mengetahui bahwa dirinya

dihargai. Jika individu diterima dan dihargai secara positif oleh orang lain, individu

(17)

lebih menerima dan menghargai diri sendiri. Menurut Sarafino (dalam bahri, 2006)

bahwa dukungan sosial berarti kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan

yang didapat seseorang dari orang lain.

Salah satu aspek yang mendukung harga diri adalah kebutuhan akan perasaan

diterima oleh orang lain, dianggap dan diperhatikan oleh orang lain (dukungan

sosial). Adanya hubungan antara perhatian keluarga, majikan dan teman akan

mempengaruhi terhadap keberhargaan diri seseorang.

Melihat fenomena pembantu rumah tangga tersebut, peneliti tertarik untuk

meneliti hubungan antara dukungan sosialdengan harga diripembantu rumah tangga,

karena fenomena tersebut cukup menarik dan kurang mendapat perhatian oleh

masyarakat pada umumnya.

1.2

Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.2.1 Pembatasan Masalah

Agar penelitian ini mencapai tujuan dan mampu menjawab pertanyaan dalam

penelitian dengan tepat maka penelitian ini kami batasi pada:

Harga diri dimaksud dalam penelitian adalah sejauhmana pembantu rumah

tangga menilai dan menghargai karakteristik, kamampuan dan perilaku yang terdapat

dalam dirinya sendiri. Ada tiga komponen terkait harga diri yang meliputi: perasaan

(18)

Dukungan sosial adalah hubungan antara pembantu rumah tangga dengan

orang lain seperti rekan kerja, majikan, keluarga dan lingkungan sekitar yang

dilandasi atas kenyamanan dan perhatian yang muncul dari hubungan yang akrab dan

intim. Terdapat lima bentuk dukungan sosial, antara lain: dukungan materi, dukungan

emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan integrasi sosial.

Pembantu rumah tangga dimaksud adalah seseorang yang bertugas

mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mengepel dan

sebagainya dan bukan tukang kebun atau baby sitter.

1.2.2 Perumusan Masalah

Adapun untuk lebih menyederhanakan dan lebih memfokuskan penelitian ini,

maka menggunakan rumusan masalah sebagai berikut: Adakah hubungan yang

signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri pembantu rumah tangga di

Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008?

1.3

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang

signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri pembantu rumah tangga di

(19)

1.3.2 Manfaat Penelitian

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah

bagi ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu psikologi pada khususnya yaitu

psikologi sosial dan psikologi kepribadian.

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada

semua pihak seperti mahasiswa, dosen serta masyarakat secara umum untuk

memberikan dukungan kepada para pembantu rumah tangga dengan sistem

pendampingan serta mengkampanyekan kepada para majikan supaya memberikan

dukungan sosial kepada pembantu rumah tangganya.

1.4

Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini penulis membagi menjadi beberapa bagian bab

untuk memudahkan pembahasan, yaitu:

Bab 1 Latar Belakang Masalah, yang berisi pembatasan dan perumusan

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.

Bab 2 Tinjauan Pustaka yang berisi pembahasan dukungan sosial diantaranya

yaitu: definisi dukungan sosial, bentuk-bentuk dukungan sosial, sumber-sumber

dukungan sosial, efek dukungan sosial, dan faktor-faktor yang mempengaruhi

dukungan sosial. Kajian teori tentang harga diri yang memuat definisi harga diri,

tingkatan harga diri, faktor-faktor yang mempengaruhi harga diri, aspek-aspek harga

(20)

Bab 3 Metode Penelitian berupa pendekatan penelitian, subyek penelitian,

teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data dan prosedur penelitian.

Bab 4 Hasil Penelitian yang berisi deskripsi mengenai dukungan sosial

dengan harga diri yang diperoleh pembantu rumah tangga di kawasan Komplek

Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008.

Bab 5 Penutup berisi kesimpulan dan saran

DAFTAR PUSTAKA

(21)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1

Harga Diri

2.1.1 Definisi Harga Diri

Istilah harga diri sesungguhnya mempunyai banyak variasi nama, misalnya

self-worth, self-regard, self-respect dan self-acceptance yang secara umum berarti harga diri.

Dalam bukunya, Minchinton (1993) mendefinisikan harga diri sebagai

penilaian yang seseorang berikan terhadap dirinya sendiri. Sementara itu,

Coopersmith (dalam Thalib, 1999) mengatakan bahwa harga diri mengarah kepada

self evaluation yang dilakukan oleh individu sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungan serta dari sejumlah penghargaan, perhatian, penerimaan, dan

perlakuan orang lain yang diterima oleh individu. Harga diri merupakan kemampuan

seseorang untuk menilai dirinya sendiri, apakah dia cukup mampu, cukup berharga

atau tidak dalam menyelesaikan problem-problem kehidupan. Branden (1992)

menyatakan bahwa harga diri merupakan pengalaman bahwa kita pantas dengan

hidup ini dan pada ketentuan hidup. Secara lebih spesifik, penghargaan atas diri

adalah:

1. Keyakinan di dalam kemampuan kita untuk berpikir dan menghadapi tuntutan

hidup.

(22)

2. Keyakinan di dalam hak kita untuk bahagia, perasaan berharga, layak, diizinkan

untuk menilai kebutuhan dan keinginan kita serta menikmati kerja keras kita.

Menurut Santrock (2002) harga diri merupakan dimensi evaluatif global dari

diri. Harga diri juga diacu sebagai nilai diri atau citra diri.

Sedangkan Abraham Maslow (dalam Goble, 1998) menjelaskan bahwa setiap

orang memiliki dua kategori kebutuhan akan penghargaan, yakni harga diri dan

penghargaan dari orang lain. Pertama, harga diri meliputi: kebutuhan akan kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi, ketidaktergantungan

dan kebebasan. Kedua, penghargaan dari orang lain meliputi: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik, serta penghargaan.

Dalam uraian tersebut tampak bahwa Abraham Maslow (dalam Goble, 1998)

membagi harga diri menjadi dua kategori: yakni harga diri dan penghargaan dari

orang lain serta memandangnya sebagai sebuah kebutuhan, sama halnya dengan

kebutuhan-kebutuhan yang berada di bawahnya, yakni: kebutuhan akan rasa cinta dan

memiliki-dimiliki, kebutuhan akan rasa aman dan kebutuhan fisiologis. Kemudian,

selain kebutuhan tersebut terdapat pula kebutuhan yang disebut dengan kebutuhan

aktualisasi diri yang berada di atas kebutuhan harga diri. Masing-masing tersusun

secara hirarki, jika kebutuhan di bawahnya belum terpenuhi maka pemenuhan

kebutuhan di atasnya menjadi tertunda.

Terpuaskannya kebutuhan akan harga diri pada individu akan menghasilkan

sikap percaya diri, rasa berharga, rasa kuat, mampu dan perasaan berguna. Akan

(23)

menimbulkan sikap rendah diri, rasa tidak pantas, rasa lemah, tak mampu, dan rasa

tak berguna sehingga menyebabkan individu tersebut mengalami kehampaan,

keputusasaan, perasaan bersalah serta penilaian yang rendah atas dirinya sendiri

dalam berinteraksi dengan orang lain.

Dengan perkataan lain, harga diri merupakan hasil usaha individu yang

bersangkutan dan merupakan bahaya psikologis yang nyata apabila seseorang lebih

mengandalkan rasa harga dirinya pada opini orang lain ketimbang pada kemampuan

dan prestasi nyata dirinya sendiri (Koswara, 1991).

Dari pengertian-pengertian tentang harga diri di atas dapat disimpulkan bahwa

harga diri adalah penilaian evaluatif, keyakinan dan penghormatan seseorang

terhadap diri –kemampuan, potensi dan keberartian diri- yang terekspresikan melalui

sikap-sikap. Harga diri bisa mengalami peningkatan atau penurunan dimana hal

tersebut tergantung dari pengalaman seseorang baik positif atau negatif.

2.1.2 Tingkatan Harga Diri

Harga diri sebagai evaluasi diri yang ditegakkan dan dipertahankan oleh

individu serta muncul dari sejumlah penghargaan, penerimaan, dan perlakuan orang

lain yang diterima individu mempunyai karakteristik tingkatan-tingkatan yang

berbeda. Coopersmith (dalam Pamela, dkk. 2006) menyusun tingkatan harga diri

menjadi tiga bagian dimana harga diri sebagai self evaluation dipertahankan seseorang dan muncul dari penghargaan, penerimaan dan perlakuan dari orang lain,

(24)

1. Tinggi

Seseorang dengan harga diri tinggi mempunyai ciri sebagai berikut, antara lain:

1). Merasa berharga dan menghargai orang lain. 2). Mampu mengendalikan

tindakan pada dunia di luar dirinya dan dapat menerima kritik. 3). Menyukai

tugas baru dan menantang dan tidak panik jika semua tugas yang dikerjakan di

luar rencana dan perkiran. 4). Berprestasi secara akademis dan dapat

mengekspresikan diri dengan baik. 5). Tidak merasa sempurna karena mengetahui

batasan dan berharap pada perbaikan diri. 6). Orientasi dan tujuan realistis serta

bersikap demokratis. 7). Bahagia dan efektif dalam menyikapi tuntutan hidup.

2. Sedang

Seseorang dengan harga diri sedang cenderung tergantung pada penerimaan

lingkungan terhadap dirinya meskipun seseorang dengan harga diri sedang

mempunyai kesamaan dengan seseorang yang harga dirinya tinggi dalam

menyikapi penerimaan diri, cenderung optimis, ekspresif dan dapat menerima

kritik.

3. Rendah

Seseorang dengan harga diri rendah tentu saja menunjukkan kondisi terbalik

dengan orang dengan harga diri tinggi. Orang dengan harga diri rendah memiliki

sifat: 1). Merasa tidak berharga dan tidak disukai dan takut gagal dalam

berhubungan dengan lingkungan sosialnya karenanya cenderung menolak dirinya,

perasaan tidak puas dan meremehkan diri. 2). Tidak mampu mengekspresikan diri

(25)

menyukai hal baru dan tantangan karena mempunyai kesulitan dalam adaptasi

terhadap sesuatu yang belum pasti. 4). Terlihat putus asa karena meerasa tidak

banyak yang bisa diharapkan dari dirinya. 5). Merasa bahwa orang lain tidak

memberikan perhatian, merasa terasing dan merasa tidak dicintai. 6).

Beranggapan bahwa apa yang dikerjakan sia-sia dan selalu buruk meski berusaha

dengan keras serta mudah menyerah.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Harga Diri

Coopersmith (1967), pembentukan harga diri seseorang dipengaruhi beberapa

aspek yaitu sebagai berikut:

1. Keberhasilan (Success)

Ada empat macam pengalaman yang dapat menimbulkan perasaan berhasil dalam

diri seseorang, yaitu: Pertama, Keberhasilan dalam area signifikan yaitu keberhasilan yang tolok ukurnya didapat dari seberapa banyak penghargaan,

perhatian, dan kasih sayang yang diterima seseorang dari orang lain. Penghargaan

dan perhatian akan memunculkan sebuah ekspresi penerimaan dan popularitas

bagi seseorang sedangkan sebaliknya akan memunculkan penolakan dan isolasi.

Kedua, keberhasilan dalam area power, yaitu kemampuan atau keberhasilan dalam mengontrol perilaku yang akan terjadi pada diri. Pengakuan dan

penghargaan yang diterima seseorang dari orang lain dapat memunculkan power

dan dapat menimbulkan perasaan menghargai pandangan secara asertif, energik

(26)

Ketiga, keberhasilan dalam area virtue, kemampuan seseorang untuk bisa menyesuaikan diri dengan standar moral dan etika yang berlaku di

lingkungannya. Kepatuhan terhadap nilai, moral dan etika yang dijalaninya

diasumsikan mengandung sikap positif.

Keempat, keberhasilan dalam area competence, yaitu keberhasilan menampilkan performa kerja dan prestasi yang sesuai dengan apa yang diharapkan.

2. Nilai (Values)

Setiap orang menyikapi dan menilai keberhasilan yang telah dicapainya dengan

berbeda-beda. Perbedaan dalam pemberian nilai dan makna terhadap pengalaman

merupakan fungsi dari nilai yang diinternalisasi orang dan lingkungan sosial.

Perlakuan menerima dan menghargai cenderung dapat menghasilkan standar nilai

yang menimbulkan harga diri serta menumbuhkan standar nilai yang stabil dan

realistis. Tepatnya bahwa standar nilai setiap orang mendapatkan pengaruhnya

dari situasi dan kondisi lingkungan sosialnya.

3. Aspirasi (Aspirations)

Ditinjau dari tujuan-tujuan pribadi seseorang memiliki perbedaan pada tingkat

aspirasi antara yang mempunyai harga diri rendah dan tinggi. Orang dengan harga

diri tinggi relatif menentukan tujuan yang lebih tinggi daripada seseorang dengan

harga diri rendah. Pasalnya, orang dengan harga diri tinggi mempunyai harapan

yang lebih dan merasa lebih berharga dengan cara merealisasikan harapan

tersebut. Intinya, orang dengan harga diri tinggi berusaha mencapai harapan

(27)

menunjukkan suatu kepercayaan terhadap kemampuan dirinya dan keyakinan

akan keberhasilan dengan ditunjukkan melalui sikap eksploratif. Sedangkan orang

dengan harga diri rendah merasa tidak yakin akan kemampuannya untuk

mencapai keberhasilan atau kesuksesan walaupun ia juga mengharapkan dapat

mencapai keberhasilan. Ini menunjukkan sikap antisipasi terhadap kegagalan

yang dapat menurunkan motivasi atau semangatnya.

4. Pertahanan (Defences)

Perilaku menghadapi ancaman kegagalan atau ketidakberhasilan merupakan cara

seseorang melindungi dan mempertahankan dirinya dari kecemasan dengan

menurunkan harga dirinya yang membuatnya merasa tidak mampu atau tidak

memiliki aspirasi. Karenanya seseorang yang memiliki pertahanan mampu

mengatasi stimulus yang menimbulkan rasa cemas serta mampu menjaga

perilakunya secara efektif.

2.1.4 Aspek-aspek Harga Diri

Harga diri bukanlah sifat atau aspek tunggal saja, melainkan sebuah

kombinasi dari beragam sifat dan perilaku. Dalam bukunya, Maximum Self-esteem, Minchinton (1993) menjabarkan tiga aspek harga diri, yaitu perasaan mengenai diri

sendiri, perasaan terhadap hidup, serta hubungan dengan orang lain.

1. Perasaan Mengenai diri sendiri

Seseorang haruslah menerima dan menghargai dirinya secara penuh, apa

(28)

bergantung pada kondisi eksternal. Jika seseorang tidak menyukai dirinya sendiri,

membiarkan orang lain merendahkannya, kerap mencela dirinya sendiri, serta

merendahkan diri, ia akan merasakan kepedihan dan penderitaan mental.

Seseorang dengan harga diri tinggi memegang kendali atas emosinya sendiri.

Sebaliknya, keadaan yang buruk dapat mempengaruhi perasaan seseorang dengan

harga diri rendah, akibatnya suasana hati akan menurun. Setiap kali orang lain

mengatakan sesuatu tentang dirinya, ia akan menerima komentar tersebut begitu saja

dan membiarkan pikiran orang melumpuhkan kehidupannya. Pada akhirnya ia akan

merasa tidak bahagia dan depresi.

2. Perasaan terhadap hidup

Perasaan terhadap hidup berarti menerima tanggung jawab atas setiap bagian

hidup yang dijalaninya. Maksudnya, seseorang dengan harga diri tinggi akan

menerima realita dengan lapang dada dan tidak menyalahkan keadaan hidup ini (atau

orang lain) atas segala masalah yang dihadapinya. Ia sadar bahwa semuanya itu

terjadi berkaitan dengan pilihan dan keputusannya sendiri, bukan karena faktor

eksternal. Karena itu, ia pun akan membangun harapan ataupun cita-cita secara

realistis sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

Perasaan seseorang terhadap hidup juga menentukan apakah dia akan

menganggap sebuah masalah adalah rintangan hebat atau kesempatan bagus untuk

mengembangkan diri. Selain itu, seseorang dengan harga diri tinggi juga tidak

berusaha mengendalikan orang lain atau situasi yang ada. Sebaliknya, ia akan dengan

(29)

3. Hubungan dengan orang lain

Seseorang dengan toleransi dan penghargaan yang sama terhadap semua

orang berarti memiliki harga diri yang bagus. Ia percaya bahwa setiap orang,

termasuk dirinya, mempunyai hak yang sama dan patut dihormati. Krena itu,

seseorang dengan harga diri tinggi mampu memandang hubungannya dengan orang

lain secara lebih bijaksana.

Saat seseorang merasa nyaman dengan dirinya sendiri, iapun akan

menghormati orang lain sebagaimana adanya mereka. Ia tidak memaksakan kehendak

atau nilai-nilai kepada orang lain karena ia tidak membutuhkan penerimaan dari

orang tersebut agar ia merasa berharga.

Ketika tidak memandang sejajar pada orang lain dan merasa tidak nyaman

dengan diri sendiri, orang akan merasa gelisah dan tidak nyaman berada disekitar

orang lain. Akibatnya, ia akan merasa sendirian, menjadi posesif dalam menjalin

suatu hubungan, serta merasa lebih nyaman bergaul dengan orang yang juga

menganggapnya tidak berharga.

2.1.5 Komponen Harga Diri

Menurut Felker (dalam Afrinanda, 2003) ada tiga komponen harga diri, yaitu:

1. Feelings of belonging

Komponen yang terkait dengan perasaan individu bahwa dirinya merupakan

bagian dari suatu kelompok dan dirinya diterima, dicintai dan dihargai oleh

(30)

2. Feelings of competence

Komponen yang melihat kerja persepsi yang dimiliki seseorang yakni

menyangkut perasaan keberhargaan atau keberhasilan ketika mencapai sesuatu

yang diharapkan.

3. Feelings of worth

Komponen yang menunjukkan perasaan akan penilaian orang lain terhadap diri

yakni perasaan tentang berharga atau tidak seorang individu di mata yang lainnya.

Ketiga komponen berdasarkan pendapat dari Felker inilah yang akan dijadikan

sebagai indikator dalam pengukuran harga diri seseorang.

2.2

Dukungan Sosial

2.2.1 Definisi Dukungan Sosial

Pengertian dukungan sosial pada dasarnya mengacu pada kedekatan interaksi

yang bersifat pemberian informasi, bantuan yang menunjukkan adanya hubungan

sosial. Sarafino (dalam bahri, 2006) menjelaskan bahwa dukungan sosial berarti

kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang didapat seseorang dari orang

lain. Menurut National Cancer Institute, dukungan sosial adalah suatu jaringan keluarga, teman, tetangga, dan anggota masyarakat yang bersedia memberikan

bantuan secara psikologis, fisik, dan finansial saat diperlukan (dalam Raharjo dkk,

2008). Sedangkan ada satu pendapat yang spesifik yang diajukan Gottlieb (1983)

(31)

atau nasehat, tindakan yang nyata atau materi yang berasas pada hubungan sosial

yang akrab dan intim. Hubungan yang akrab ini biasanya ditandai dengan kehadiran

seseorang dengan adanya hubungan yang dekat dan nyaman.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial

merupakan satu hubungan relasi antara individu dengan individu lain atau dengan

kelompok seperti keluarga, teman atau rekan kerja yang dilandasi atas pemberian

informasi verbal atau non-verbal, perhatian dan kenyamanan yang timbul dari adanya

hubungan yang akrab dan intim.

2.2.2 Bentuk-bentuk Dukungan Sosial

Ada lima bentuk dukungan sosial yang dinyatakan oleh Sarafino (dalam

Bahri, 2006), yakni:

1. Dukungan instrumental atau materi

Dukungan instrumental atau materi biasa juga disebut dengan bantuan langsung,

yaitu sebentuk pemberian bantuan nyata dimana seseorang yang mengalami

masalah diberikan barang yang dibutuhkan atau bantuan dalam mengerjakan

tugas-tugas tertentu.

2. Dukungan emosional

Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu.

Bentuknya berupa pemberian semangat, kehangatan, kasih sayang dan dukungan

emosi dimana jenis dukungan ini lebih bersifat emosional atau menjaga suatu

(32)

diwujudkan melalui perasaan positif berupa empati, perhatian dan kepedulian

yang dapat memunculkan perasaan nyaman, perasaan dicintai dan diperhatikan.

3. Dukungan penghargaan

Dukungan penghargaan menunjukkan dukungan yang dibutuhkan pada situasi

stres terhadap perasaan mampu atau harga diri individu dengan orang lain.

Dukungan ini diekspresikan melalui penghargaan positif tanpa pamrih dan apa

adanya seperti pemberian nasihat atau persetujuan yang dapat menimbulkan

perasaan berharga.

4. Dukungan informasi

Dukungan ini memperlihatkan adanya pemberian informasi, saran atau nasihat

dan bimbingan termasuk pengajaran atas suatu keterampilan yang dapat

memberikan solusi terhadap individu dan juga penilaian informasi yang

membantu seseorang mampu menilai dirinya sendiri. Dukungan ini diungkapkan

bertujuan sebagai pemecahan masalah.

5. Integritas sosial

Hubungan jenis ini menggambarkan bentuk hubungan persahabatan yang

memungkinkan seseorang melakukan aktivitas sosial. Dengannya integritas sosial

juga disebut sebagai jaringan sosial. Karenanya, dukungan ini diperoleh melalui

adanya keterlibatan dalam suatu aktivitas kelompok yang diminati individu.

Uraian fungsi dasar dukungan sosial yang diungkapkan oleh Sarafino inilah

(33)

2.2.3 Sumber-sumber dukungan sosial

Sumber dukungan sosial diperoleh dari hubungan sosial seseorang dengan

orang lain, kelompok dan masyarakat yang aspeknya lebih luas. Sumber dukungan

sosial menurut Gottlieb (1983) berasal dari hubungan profesional dan non profesional

atau significant others. Adapun yang dimaksud dengan hubungan yang bersumber pada non profesional misalnya pasangan seperti pacar, suami atau istri, anggota

keluarga, teman dan sebagainya. Sedangkan hubungan profesional misalnya

hubungan dengan psikolog, psikiater, dokter dan sebagainya.

Menurutnya (Gottlieb, 1983) bahwa hubungan non profesional sebagai

hubungan yang menempati bagian terbesar dari kehidupan seseorang dan menjadi

sumber dukungan sosial yang paling potensial. Ini karena hubungan non profesional

mudah didapat, memiliki nilai dan norma yang sesuai dengan penerimaan dukungan

mengenai apa dan bagaimana seharusnya dukungan sosial diberikan, hubungan

cenderung setara antara pemberi dan penerima, variabel yang diberikan sangat luas

dari hanya menjadi pendengar sampai pemberian dukungan materi dan bebas biaya

karena tidak ada pretensi kecuali karena beralasan atas kedekatan status, keturunan

dan seterusnya.

Dengan demikian dua dukungan sosial yang diungkapkan oleh Gottlieb

memiliki perbedaan karakteristik tetapi keduanya menandakan adanya hubungan

penerima dan pemberi.

Sedangkan menurut Rook & Dooley (dalam Kuntjoro, 2002) ada dua sumber

(34)

natural diterima seseorang melalui interaksi sosial dalam kehidupannya secara

spontan dengan orang-orang yang berada di sekitarnya, misalnya anggota keluarga,

teman dekat atau relasi. Dukungan sosial ini bersifat nonformal. Sementara itu yang

dimaksud dengan dukungan sosial artifisial adalah dukungan sosial yang dirancang

ke dalam kebutuhan primer seseorang, misalnya dukungan sosial akibat bencana alam

melalui berbagai sumbangan sosial.

Sumber dukungan sosial yang bersifat natural berbeda dengan sumber

dukungan sosial yang bersifat artifisial dalam sejumlah hal. Perbedaan tersebut

terletak dalam hal sebagi berikut: keberadaan sumber dukungan sosial natural bersifat

apa adanya tanpa dibuat-buat sehingga mudah diperoleh dan bersifat spontan,

memiliki kesesuaian dengan norma yang berlaku tentang kapan sesuatu harus

diberikan, berakar dari hubungan yang telah lama, memiliki keragaman dalam

penyampaian dukungan sosial, mulai dari pemberian barang-barang nyata hingga

sekedar menemui seseorang dengan menympaikan salam, dan dukungan sosial yang

natural itu juga terbebas dari beban dan label psikologis.

2.2.4 Efek dukungan sosial

Ada dua model efek dukungan sosial yang dinyatakan oleh Gottlieb (1983), yaitu:

1. Efek langsung (direct effect)

Dukungan sosial dengan model efek langsung adalah dukungan yang diberikan

secara langsung dan tidak terkait dengan keadaan stres sebagai peningkatan

(35)

2. Efek pelindung (bufferingeffect)

Efek pelindung menggambarkan adanya peranan penting pada dukungan sosial

dalam memelihara keadaan psikologis seseorang dalam keadaan mengalami

tekanan. Karenanya, model ini melihat sumber daya dalam hubungan sosial yang

menimbulkan pengaruh positif sebagai pelindung terhadap efek negatif dari stres.

2.2.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan sosial

Banyak faktor menentukan pada seseorang untuk memperoleh dukungan

sosial. Karenanya, tidak semua individu memperoleh dukungan sosial. Sarafino

(1990) menjelaskan bahwa faktor-faktor tersebut berkaitan dengan potensi penerima

dukungan sosial seperti: orang tidak mungkin menerima dukungan jika mereka tidak

bergaul, tidak menolong orang lain, dan tidak membiarkan orang lain mengetahui

bahwa mereka butuh pertolongan.

Menurut Sarafino (1990), ada faktor lain yang mempengaruhi dukungan

sosial, berkaitan dengan potensi pemberian dukungan, seperti ada atau tidaknya

sumber-sumber yang dipercaya, ada atau tidaknya sensitivitas akan kebutuhan dari

orang lain, komposisi dan struktur dari jaringan sosial yang merupakan pertalian yang

dimiliki dalam keluarga dan masyarakat.

Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi

dukungan sosial itu ada dua yaitu faktor penerima dukungan sosial dan faktor

(36)

2.3

Pembantu Rumah Tangga

Pembantu rumah tangga sering diidentifikasi terhadap seseorang yang

melakukan pekerjaan rumah seperti memasak, membersihkan rumah, dst. Karenanya,

pekerjaan yang ditugaskan terhadap para pekerja rumah tangga ini sering kali tidak

disertai jam kerja yang jelas. Juga, entah atas dasar apa pekerja rumah tangga

kemudian disebut dengan pembantu rumah tangga.

Pembantu rumah tangga adalah pelaku kerja kerumahtanggaan dimana

mereka memiliki peran produktif yang penting dalam membantu kelangsungan

aktivitas kehidupan sehari- hari suatu keluarga/ rumah tangga.

Terdapat dua faktor utama yang melatarbelakangi kehadiran PRT yaitu

karena kemiskinan dan faktor kebutuhan tenaga kerja domestik yang selama ini

dibebankan kepada perempuan. Kemiskinan itu sendiri bukanlah hal yang alamiah

melainkan disebabkan oleh perkembangan sistem kapitalisme dunia yang bersifat

eksploitatif. Kebijakan ekonomi internasional tersebut diikuti oleh kebijakan

pemerintah yang tidak berpihak pada kepentingan rakyat (adanya kemiskinan

struktural).

Pembantu rumah tangga sebagai salah satu kelompok pekerja yang

keberadaannya secara realitas kurang mendapat perhatian dari pemerintah

meskipun secara tidak langsung pekerjaan tersebut membantu mengatasi masalah

(37)

Pertama-tama, hak yang harus dikedepankan dari mereka adalah pengakuan

sebagai manusia, bukan mesin atau robot yang boleh diperlakukan semau

penggunanya. Juga kesadaran mereka memiliki jiwa dan akal budi. Mempekerjakan

PRT di dalam sebuah rumah tangga bukanlah sekadar menarik hubungan pembayar -

pelaku, atau majikan - buruh, tetapi selalu terdapat nilai-nilai yang memberi nuansa

hubungan tersebut. Ada hak dan kewajiban yang saling melekat. Dan, di balik

profesionalitas relasi hak - kewajiban itu masih ada pertimbangan keajekan hubungan

karena saling bertemu pada mobilitas pekerjaan di rumah.

Pembantu rumah tangga hampir sebagian besar adalah kaum perempuan. Hal

ini sering dikaitkan dengan sosok perempuan yang diidentikkan sebagai orang yang

ulet, penurut, detil, lembut, sabar serta hal lain yang dianggap sesuai karakterisasinya

dengan pekerjaan rumah tangga. Di Indonesia, pembantu rumah tangga dapat

digolongkan kepada dua kelompok. Pertama, PRT migran yakni PRT yang bekerja

dan bermigrasi hingga ke luar negeri. Kedua, PRT domestik atau lokal yaitu PRT

yang bekerja di negara asal. Untuk yang terakhir PRT ada yang bekerja dan

bertempat tinggal di rumah dimana ia bekerja dan ada pula yang bekerja kemudian

pulang ke rumahnya jika pekerjaan telah dianggap selesai.

2.4

Kerangka Berpikir

Fenomena pembantu rumah tangga merupakan gejala masyarakat modern. Ini

(38)

rumah tangga ini tidak termasuk kedalam profesi seperti profesi-profesi lain yang

biasa ditemui di lingkungan kerja.

Karena bukan profesi maka dalam hierarki jam kerja, jenis pekerjaan, dan

hak-haknya, pembantu belum bisa diklasifikasikan ke dalam golongan buruh baik

yang bersifat formal maupun informal. Buruh mempunyai jam kerja yang jelas, jenis

pekerjaannya jelas, ada hak-haknya yang dilindungi pemerintah dan yang pasti ada

status yang jelas dalam pemerintah Sedangkan pembantu, mereka merupakan pekerja

yang mempunyai keunikan tersendiri, yang tidak dimiliki oleh pekerja lainnya karena

ia bekerja tanpa ada pembagian jam yang jelas, jenis pekerjaannnya tidak pasti, gaji

yang rendah dan belum ada undang-undang yang dapat melindungi hak mereka.

Pembantu bekerja mulai dari subuh sampai malam pun dia belum berhenti

sampai kondisi rumah sudah tenang, jenis pekerjaannya bisa beragam tidak terpaku

pada satu jenis saja melainkan dia bekerja serabutan mulai dari memasak,

membersihkan rumah, dengan gaji yang rendah. Kondisi yang semacam ini dapat

menyebabkan rendahnya harga diri pembantu.

Harga diri pembantu rumah tangga juga berkaitan dengan kondisi relasi di

lingkungan sosialnya atau disebut sebagai dukungan sosial. Sarafino (dalam bahri,

2006) menjelaskan bahwa dukungan sosial berarti kenyamanan, perhatian ,

penghargaan atau bantuan yang didapat seseorang dari orang lain. Dengan demikian,

(39)

Adanya hubungan antara perhatian keluarga, majikan dan teman akan

mempengaruhi terhadap harga diri seseorang. Harga diri adalah apa yang dirasakan

mengenai diri yang akan mempengaruhi tindakan selanjutnya.

Dengan hal tersebut mengantarkan peneliti pada sebuah hipotesa sementara

bahwa ada hubungan antara dukungan sosial terhadap harga diri pembantu rumah

tangga.

Skema 2.1 hubungan dukungan sosial dengan harga diri

Dukungan Sosial

Dukungan Materi Dukungan Emosional Dukungan Penghargaan Dukungan Informasi

Dukungan Integritas Sosial

Harga Diri

Feelings of Belonging Feeling of Competence Feeling of Worth

2.5

Hipotesa

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga

diri pembantu rumah tangga.

Ha : Ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan harga diri

(40)

METODE PENELITIAN

3.1

Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan dan metode penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif

karena analisa data akhir dilakukan dengan penghitungan secara statistik. Sedangkan

metode yang digunakan adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional

yang bertujuan untuk mencari hubungan antar variabel penelitian. Metode korelasi

bertujuan untuk meneliti sejauh mana variasi pada satu faktor berkaitan dengan

variasi pada faktor lain.

Menurut Arikunto (2002) metode penelitian korelasi bertujuan untuk

menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada, berapa eratnya hubungan serta

berarti atau tidaknya hubungan itu. Alasan menggunakan metode korelasi adalah,

penelitian ini mencoba meneliti hubungan di antara variabel-variabel yang diteliti,

yaitu ada tidaknya hubungan antara dukungan sosial dengan harga diri pembantu

rumah tangga.

3.2

Definisi Variabel dan Operasional Variabel

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel. Penelitian bertujuan untuk mencari

hubungan diantara berbagai faktor. Berdasarkan hubungannya, variabel dapat

dibedakan menjadi variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat

(41)

menjadi penyebab bagi variabel lain. Variabel terikat adalah variabel yang

dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain. Namun, suatu variabel tertentu dapat

sekaligus menjadi variabel bebas dan variabel terikat (Irawan Soehartono,2008).

Sedangkan menurut Sugiyono (2009) variabel independen: variabel ini sering

disebut sebagai variabel stimulus, prediktor, antecedent. Dalam bahasa indonesia sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel bebas adalah merupakan variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel dependen: sering disebnut sebagai variabel out put, kriteria, konsekuen. Dalam Bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat.

Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah

dukungan sosial, dan variabel terikatnya adalah harga diri

Dalam penelitian ini dirumuskan definisi operasional variabel sebagai berikut:

1. Dukungan sosial adalah hasil pengukuran atau skoring dari beberapa indikator

yang menjadi penentu terbentuknya sebuah dukungan terhadap seseorang dengan

berdasarkan pada dukungan materi, dukungan emosional, dukungan penghargaan,

dukungan informasi dan adanya integritas sosial yang memungkinkan seseorang

untuk melakukan aktivitas sosial.

2. Harga diri adalah berupa kondisi yang dirasakan oleh seseorang dengan

berdasarkan penilaian terhadap perasaan memiliki dan dicintai, perasaan memiliki

kemampuan dan berharga ketika berhasil melakukan sesuatu serta adanya perasan

(42)

negatif dan dapat dilihat berdasarkan perbandingan nilai skor dengan nilai dalam

kategori skor harga diri.

3.3

Pengambilan

Sampel

3.3.1. Populasi dan sampel

Menurut Arikunto (2006) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian.

Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian,

maka penelitiannya merupakan penelitian populasi. Studi atau penelitiannya juga

disebut studi populasi atau studi sensus. Jadi populasi merupakan anggota

sekelompok objek, kejadian atau peristiwa yang dirumuskan secara jelas atau

memiliki karakteristik tertentu menjadi perhatian peneliti. Sedangkan sampel adalah

sebagain atau wakil populasi yang diteliti.

Dinamakan penelitian sampel apabila kita bermaksud untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian sampel (Arikunto, 2006). Sampel adalah

sebagian dari populasi dan diambil sesuai dengan karakteristik yang ada pada

populasi. Sampel harus benar-benar mewakili atau representatif yang berarti semua

karakteristik populasi hendaknya tercermin dalam sampel yang diambil. Artinya sifat

dari sampel ini dapat digeneralisasikan dengan populasi.

Populasi penelitian ini adalah pembantu rumah tangga yang bekerja di

komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw 008. Pada Komplek Bintaro Jaya Sektor 3 Rw

(43)

tangga yang khusus mengurusi rumah tangga yang semuanya berjenis kelamin

perempuan. Jenis pekerjaan yang dikategorikan kedalam pekerjaan rumah tangga

yaitu memasak, mencuci baju dan membersihkan rumah seperti menyapu, mengepel

dan sejenisnya. Sedangkan pekerja yang melakukan pekerjaan seperti menyopir,

mengasuh anak, dan mengurus kebun tidak termasuk dalam kategori pekerjaan rumah

tangga dan pekerjanya tidak disebut sebagai pembantu rumah tangga.

3.3.2. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel gugus

sederhana/area sampling/sampel klaster (cluster). Teknik sampling daerah digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data sangat luas,

misal penduduk dari suatu negara, propinsi atau kabupaten. Untuk menentukan

penduduk mana yang akan dijadikan sumber data, maka pengambilan sampelnya

berdasarkan daerah populasi yang telah ditetapkan (Sugiyono, 2009). Dalam

penelitian ini populasi tercakup dalam rukun warga 008 Bintaro Jaya Sektor 3

terbagi dalam beberapa kelompok atau cluster yaitu rukun tetangga.

Menurut Guy (1976) dalam penelitian korelasi jumlah sampel minimum

adalah 30 orang (dalam Sevilla et all., 1993). Di sini penulis berhasil mendapatkan sampel sebanyak 57 orang dari populasi pembantu rumah tangga yang bekerja di

(44)

3.4.1 Instrumen penelitian

Dalam pengumpulkan data, untuk mengungkap masalah dalam penelitian ini

alat ukur yang digunakan adalah kuisioner berupa instrumen angket pernyataan sikap

(skala likert) untuk memperoleh data yang berhubungan dengan sikap subyek atas

pernyataan yang diberikan mengenai kedua variabel yang akan diukur. Data

mengenai tendensi agresivitas, sikap terhadap sesuatu, self esteem, kecemasan laten, strategi menghadapi masalah, orientasi seksual, dan semacamnya merupakan contoh

data yang harus diungkap oleh skala psikologi. Pernyataan sikap mungkin berisi atau

mengatakan hal-hal yang positif mengenai obyek sikap, yaitu kalimatnya bersifat

mendukung atau memihak pada obyek sikap. Pernyataan seperti ini disebut sebagai

pernyataan yang favorabel (favorable). Sebaliknya, pernyataan sikap mungkin pula berisi hal-hal yang negatif mengenai obyek sikap, yaitu yang berifat tidak mendukung

ataupun kontra terhap obyek sikap yang hendak diungkap. Pernyataan ini disebut

sebagai pernyataan yang tak favorabel (unfavorable) (Azwar, 2003).

Pemberian skoring instrumen menggunakan skala model Likert dengan

metode summated ratings. Menurut Saifuddin Azwar (2003), yaitu pernyataan-pernyataan yang menempatkan individu pada suatu situasi yang menggambarkan

dirinya, dengan memilih salah satu dari alternatif jawaban yang disediakan, yaitu

sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).

(45)
[image:45.612.114.520.140.506.2]

1), dan untuk pernyataan unfavorable diberi nilai sebaliknya, lihat tabel 3. 1

Tabel 3.1

Instrumen Penelitian

Point Favorable Unfavorable

1

2

3

4

STS

TS

S

SS

SS

S

TS

STS

3.4.2 Teknik uji instrumen penelitian

Uji instrumen (try out) dilakukan untuk mengukur tingkat validitas dan

reliabilitas alat ukur. Uji coba dilakukan pada pembantu rumah tangga yang ada di Rt

07, 08, 09, 10, 11 yang memiliki karakterisatik yang sama dengan responden

penelitian dengan menyebarkan angket skala dukungan sosial dan harga diri kepada

75 responden. Adapun angket yang kembali dan bisa dipergunakan adalah sebanyak

50. Setelah uji coba dilakukan, penulis melakukan uji validitas dan reliabilitas. Uji

validitas skala dilakukan dengan cara melihat koefisien korelasi dengan perhitungan

(46)

1. Uji Validitas

Validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukur (tes) dalam melakukan fungsi

ukurnya. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes

tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau memberikan hasil ukur yang tepat dan

akurat sesuai dengan maksud dikenakannya tes tersebut (Azwar, 2003).

Uji validitas yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan korelasi

Product Moment dari Pearson. Dengan rumus sebagai berikut (Azwar, 2006):

(

)( )

(

)

( )

⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ − ⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ − − =

n Y Y n X X n Y X XY rxy 2 2 2 2 / Keterangan:

rxy :Koefisien Korelasi

n : Jumlah sampel

XY :Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

X : Jumlah seluruh skor X

Y : Jumlah seluruh skor Y

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi maksudnya adalah pengukuran yang dapat menghasilkan data

(47)

namun ide pokok dalam konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu

pengukuran dapat dipercaya (Azwar, 2003). Selain harus valid, suatu alat ukur

juga harus reliabel (andal). Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila alat ukur

tersebut memberikan hasil yang tetap selama variabel yang diukur tidak berubah.

Perlu diingat bahwa alat ukur yang reliabel mungkin tidak valid, sedangkan alat

ukur yang valid pasti reliabel (Soehartono, 2008). Untuk menguji reliabilitas

digunakan rumus Alpha Cronbach, dengan rumus (Azwar, 2003):

⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥⎦ ⎤ ⎢⎣ ⎡ −

=

2

2 1 1 Sx Sj K K α Keterangan:

α : Koefisien reliabilitas alpha

Sj2 : Uraian belahan

K : Jumlah belahan tes

Sx : Varian skor tes

Menurut J.P. Guilford (dalam Kuncono, 2004), prinsip umum yang digunakan

[image:47.612.112.498.276.498.2]

untuk menafsirkan nilai r adalah sebagai berikut:

Table 3.2

Interpretasi nilai r

Besarnya r Interpretasi

>0.9 Sangat reliable

0.7 – 0.9 Reliabel

0.4 – 0.7 Cukup reliable

0.2 – 0.4 Kurang reliable

(48)

Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisa statistik

dengan menggunakan rumus koefisien korelasi Product Moment dari Pearson, yang bertujuan untuk menentukan keterkaitan antara dua variable yang datanya berbentuk

interval (Sevilla, 1993) dan dihitung dengan SPSS 11.5. Koefisien korelasi ini dapat digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang berbeda agar

dapat menentukan tingkat hubungan antara variabel-variabel tersebut. Dengan rumus:

(

)( )

(

)

( )

⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ − ⎪⎭ ⎪ ⎬ ⎫ ⎪⎩ ⎪ ⎨ ⎧ − − =

n Y Y n X X n Y X XY rxy 2 2 2 2 / Keterangan:

rxy :Koefisien Korelasi

n : Jumlah sampel

XY :Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y

X : Jumlah seluruh skor X

Y : Jumlah seluruh skor Y

Hasil perhitungan diperoleh dengan menggunakan SPSS 11.5 yang hasilnya akan diinterpretasi dan dikorelasikan dengan table koefisien korelasi. Jika rhitung lebih

besar daripada rtabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%) maka H0 ditolak dan Ha

diterima. Namun apabila rhitung lebih kecil daripada rtabel pada taraf signifikansi 0,05

(49)

3.6.1 Tahap persiapan

Pada tahap persiapan ini peneliti melakukan penelusuran kepustakaan untuk

menemukan berbagai konsep dan teori ilmiah yang berkenaan dengan masalah yang

diteliti untuk membuat instrumen penelitian. Penelusuran ini dilakukan melalui

buku-buku yang menyajikan pembahasan mengenai dukungan sosial dan harga diri. Selain

buku-buku, juga dilakukan penelaahan artikel-artikel ilmiah yang terdapat di

situs-situs internet yang menyajikan bahasan-bahasan yang sesuai masalah ini. Hal ini

dilakukan untuk menemukan teori dan kelengkapan aspek yang akan diukur dalam

penelitian ini.

Selanjutnya peneliti membuat instrumen penelitian berdasarkan teori-teori

yang terkumpul. Setelah instrumen penelitian ini selesai, dilakukan observasi

lapangan guna mengumpulkan data responden penelitian, serta meminta izin untuk

melaksanakan penelitian kepada pihak-pihak yang terkait.

3.6.2 Uji coba instrumen penelitian

Uji coba validitas menggunakan uji dua sisi dengan taraf signifikansi 0,05

(5%). Kriteria pengujian adalah jika rhitung > rtabel maka instrumen atau item-item skala

berkorelasi signifikan terhadap skor total atau dinyatakan valid sedangkan jika rhitung

(50)

menggunakan SPSS versi 11.5 maka didapatkan nilai rhitung pada masing-masing item,

nilai itu lalu dibandingkan dengan nilai rtabel, rtabel pada taraf signifikansi 0,05 (5%)

dan jumlah data (n-1) = 49 maka didapat rtabel adalah 0,281. Butir-butir yang nilai

korelasinya kurang dari 0,281 dinyatakan tidak valid.

1. Skala harga diri

Harga diri, sebagaimana telah dijelaskan dalam kajian pustaka, adalah

penilaian evaluatif, keyakinan dan penghormatan seseorang terhadap diri –

kemampuan, potensi dan keberartian diri- yang terekspresikan melalui sikap-sikap.

Harga diri bisa mengalami peningkatan atau penurunan dimana hal tersebut

tergantung dari pengalaman seseorang baik positif atau negatif.

[image:50.612.113.533.180.693.2]

Harga diri terdiri atas tiga komponen dasar yaitu: feelings of belonging, feelings of competence dan feelings of worth. Adapun blue printnya seperti di bawah ini:

Tabel 3.3

(Blue print Pra-try out)

No. Komponen Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

Perasaan

dicintai

1, 9, 21, 36 3, 18, 29, 32 8

Perasaan

dihargai

10, 17, 23,

31

9, 20, 24, 38 8 1. Feelings of

Belonging

(51)

2. Feelings of

Competence

Perasaan

keberhargaan

atau

keberhasilan

ketika

mencapai

sesuatu yang

diharapkan

5, 11, 26,

35

7, 13, 22, 39 8

3. Feelings of

Worth

Perasaan

penilaian

orang lain

terhadap diri

4, 12, 27,

34

2, 14, 28, 40 8

Jumlah 20 20 40

Hasil uji coba skala harga diri didapat butir-butir pernyataan skala harga diri

yang memiliki daya beda (validitas) tinggi, yang dapat dipergunakan dalam penelitian

sebanyak 38 butir item dari 40 butir item yang diujicoba. Butir-butir tersebut adalah

butir-butir yang memiliki skor lebih dari batas nilai 0,281.

[image:51.612.116.518.82.501.2]

Hasil uji atau skor pada tiap-tiap butir yang memiliki validitas tinggi tercantum dalam

(52)

(Skor validitas harga diri)

No Aitem R Score Keterangan

1 0.4825 Valid

2 0.5570 Valid

3 0.6156 Valid

4 0.4498 Valid

5 0.1691 Tidak Valid

6 0.6821 Valid

7 0.7604 Valid

8 0.4619 Valid

9 0.4898 Valid

10 0.4933 Valid

11 0.6771 Valid

12 0.5552 Valid

13 0.7890 Valid

14 0.4667 Valid

15 0.5824 Valid

16 0.6012 Valid

17 0.6285 Valid

18 0.6345 Valid

19 0.5502 Valid

20 0.7895 Valid

21 0.4205 Valid

22 0.4660 Valid

23 0.5802 Valid

24 0.4825 Valid

25 0.7181 Valid

26 0.4681 Valid

27 0.4337 Valid

28 0.7802 Valid

29 0.4711 Valid

30 0.6815 Valid

31 0.3996 Valid

32 0.5672 Valid

33 0.7054 Valid

34 0.5235 Valid

35 0.2740 Tidak Valid

36 0.6082 Valid

37 0.5802 Valid

[image:52.612.115.501.100.712.2]
(53)

40 0.6757 Valid

Setelah diketahui validitasnya maka blue print untuk pengukuran yang

[image:53.612.114.518.181.698.2]

digunakan dalam penelitian dapat digambarkan menjadi seperti tabel berikut:

Tabel 3.5

(Blue print pasca-try out)

No. Komponen Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

Perasaan

dicintai

1, 9, 21, 36 3, 18, 29, 32 8

Perasaan

dihargai

10, 17, 23,

31

9, 20, 24, 38 8 1. Feelings of

Belonging

Perasaan

diterima

8, 16, 30,

37

6, 15, 25, 33 8

2. Feelings of

Competence

Perasaan

keberhargaan

atau

keberhasilan

ketika

mencapai

sesuatu yang

diharapkan

11, 26 7, 13, 22, 39 6

(54)

orang lain

terhadap diri

Jumlah 18 20 38

Uji reliabilitas skala harga diri dilakukan dengan menggunakan Alpha

Cronbach. Dari hasil uji reliabilitas pada skala ini didapat koefisien Alpha sebesar

0,9530. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa instrumen penelitian ini sangat

reliabel.

2. Skala dukungan sosial

Dalam kajian bahwa dukungan sosial adalah satu hubungan relasi antara

individu dengan individu lain atau dengan kelompok seperti keluarga, teman atau

rekan kerja yang dilandasi atas pemberian informasi verbal atau non-verbal, perhatian

dan kenyamanan yang timbul dari adanya hubungan yang akrab dan intim. Dalam

Sarafino (dalam bahri, 2006) bahwa jenis dukungan sosial ada lima yaitu: dukungan

materi, dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan informasi dan

[image:54.612.127.519.84.238.2]

integritas sosial. Adapun blue print-nya adalah sebagaimana table 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.6

(Pra-try out)

No Jenis Indikator Favorable Unfavorable Jumlah

1. Dukungan

materi

Mendapatkan

bantuan

(55)

Mendapatkan

rasa empati

55, 52, 66 54, 1, 45 6

Mendapatkan

perhatian

33, 3, 47 40, 25, 6 6 2. Dukungan

emosional

Mendapatkan

kepedualian

51, 18, 50 24, 35, 16 6

Mendapatkan

penghargaan

positif tanpa

syarat

29, 22, 56 61, 2, 19 6

Mendapatkan

nasehat bersifat

emosi

62, 4, 10 30, 27, 58 6 3. Dukungan

penghargaan

Mendapatkan

persetujuan

23, 36, 59 48, 7, 21 6

Mendapatkan

nasehat bersifat

pengetahuan

13, 65, 8 32, 9, 39 6

Mendapatkan

pengarahan

20, 42, 60 57, 12, 63 6 4. Dukungan

informasi

(56)

tentang apa yang

dilakukan

5. Integritas

sosial

Ikut serta dalam

aktivitas sosial

53, 15, 14 38, 28, 64 6

Jumlah 33 33 66

Hasil uji coba tersebut mendapatkan butir-butir pernyataan skala dukungan

sosial yang memiliki daya beda (validitas) tinggi, yang dapat dipergunakan dalam

penelitian sebanyak 42 butir item dari 66 butir item yang diujicobakan. Butir-butir

tersebut adalah butir-butir yang memiliki skor lebih dari batas nilai 0,281. Sedangkan

masing-masing skor dari seluruh butir yang memiliki skor validitas tinggi dan dipakai

[image:56.612.114.531.84.283.2]

dalam penelitian dijabarkan dalam tabel berikut:

Table 3.7

(Skor validitas dukungan sosial)

No. Item R Score Keterangan

1 0.2461 Tidak Valid

2 0.3018 Valid

3 0.2594 Tidak Valid

4 0.4130 Valid

5 0.1217 Tidak Valid

6 0.2721 Tidak Valid

7 0.1758 Tidak Valid

8 0.3506 Valid

9 0.4310 Valid

10 0.6884 Valid

11 0.6739 Valid

12 0.2742 Tidak Valid

13 0.0713 Tidak Valid

14 0.1283 Tidak Valid

15 -0.0494 Tidak Valid

(57)

18 0.3880 Valid

19 0.3858 Valid

20 0.5328 Valid

21 0.2205 Tidak Valid

22 0.5585 Valid

23 0.3517 Valid

24 0.5083 Valid

25 0.4264 Valid

26 0.6359 Valid

27 0.5289 Valid

28 -0.0023 Tidak Valid

29 0.2734 Tidak Valid

30 0.4265 Valid

31 0.5593 Valid

32 0.3865 Valid

33 0.1791 Tidak Valid

34 -0.7225 Tidak Valid

35 0.3762 Valid

36 0.3802 Valid

37 0.5445 Valid

38 0.3127 Valid

39 0.4389 Valid

40 0.1674 Tidak Valid

41 -0.6969 Tidak Valid

42 0.3583 Valid

43 0.3361 Valid

44 0.5124 Valid

45 0.1418 Tidak Valid

46 0.4455 Valid

47 0.3463 Valid

48 0.3537 Valid

49 0.4899 Valid

50 0.6543 Valid

51 0.6895 Valid

52 0.4427 Valid

53 0.0046 Tidak Valid

54 0.2728 Tidak Valid

55 0.2697 Tidak Valid

56 0.1736 Tidak Valid

Gambar

Tabel 3.1 Instrumen Penelitian
Table 3.2 Interpretasi nilai r
Tabel 3.3 (Blue print Pra-try out)
tabel di bawah ini:
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hanya satu variabel kontrol yang secara statistik signifikan mempengaruhi ROE yaitu variabel ukuran perusahaan sedangkan variabel komposisi aktiva dan variabel

Hasil identifikasi cacing dari 60 sampel ikan yang telah diperiksa pada saluran pencernaan ikan salem ( scomber japonicus ) di Pangkalan Pendaratan Ikan.. Muara Angke

Tujuan dalam proses pengembangan perangkat lunak ini yaitu mengembangkan sebuah rancangan perangkat lunak agar dapat mengelola data-data makan karyawan menggunakan

Untuk meningkatkan penjualan produk sebuah perusahaan diperlukan strategi dan pendekatan yang sesuai dengan kebutuan perusahaan dan dapat menembus tujuan

Hasil penelitian didapatkan ada hubungan antara usia dengan kadar Hb didapatkan p value 0,003..Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa responden usia 24 – 30 th

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan, debt default, dan kondisi keuangan berpengaruh terhadap opini audit going concern, sedangkan kualitas audit tidak

diperoleh p=0,399 yang berarti tidak ada hubungan antara beban kerja fisik dengan kebugaran jasmani pada karyawan konstruksi Jasmani. karyawan

Latar belakakang munculnya pandangan-pandangan dari para tokoh ini secara umum ada dua hal, yaitu latar belakang kondisi sosial atau kultur budaya dari para tokoh tersebut