i
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Barbara Wenny Primandari
NIM: 044114022
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia
Program Studi Sastra Indonesia
Oleh
Barbara Wenny Primandari
NIM: 044114022
PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA
JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iii
WACANA BERITA HALAMAN A HARIAN
KOMPAS
SUPLEMEN YOGYAKARTA EDISI DESEMBER 2007
Oleh
Barbara Wenny Primandari
NIM: 044114022
Telah disetujui oleh
Pembimbing I
Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum
Tanggal 3 Februari 2009
Pembimbing II
iv
SUPLEMEN YOGYAKARTA EDISI DESEMBER 2007
Dipersiapkan dan ditulis oleh
Barbara Wenny Primandari
NIM: 044114022
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji
Pada tanggal 13 Februari 2009
Dan dinyatakan memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Ketua
: Drs. B. Rahmanto, M. Hum
...
Sekretaris
: Drs. Hery Antono, M. Hum
...
Anggota
: 1. Drs. P. Ari Subagyo, M. Hum
...
2. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum
...
3. Drs. Hery Antono, M. Hum
...
Yogyakarta, 11 Maret 2009
Dekan Fakultas Sastra,
Universitas Sanata Dharma
v
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 27 Februari 2009
vi
Nomor Mahasiswa
: 044114022
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
KUTIPAN TUTURAN DALAM
WACANA BERITA HALAMAN A HARIAN
KOMPAS
SUPLEMEN YOGYAKARTA EDISI DESEMBER 2007
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan
kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 27 Februari 2009
Yang menyatakan,
vii
Wacana Berita Halaman A Harian
Kompas
Suplemen Yogyakarta Edisi Desember
2007”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh
gelar Sarjana Sastra Indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, antara lain:
1. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum selaku pembimbing I.
2. Drs. Hery Antono, M. Hum selaku pembimbing II.
3. Drs. B. Rahmanto, M. Hum., S. E. Peni Adji, S. S., M. Hum., Drs. P. Ari
Subagyo, M. Hum., Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M. Hum., Drs. F. X.
Santoso, M. S., Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum., serta dosen tamu di
Sastra Indonesia.
4. Segenap staf dan karyawan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.
5. Ayahanda Y. Paulus S, ibunda M. C. Purwatminingsih dan adik-adik
tercinta (Ratri, Roshi, dan Refza).
6. Simbah Putri tersayang, Om Moko dan Bulik Aseh dan keluarga di
Wonosari.
7. Rekan-rekan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan 2004.
8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Penulis telah berusaha dengan maksimal dalam penyusunan skripsi ini.
Namun, penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun terhadap skripsi ini
dari pembaca. Penulis akan bertanggung jawab atas setiap kesalahan dalam skripsi
ini Terima kasih.
Yogyakarta, 27 Februari 2009
viii
Skripsi ini Penulis persembahkan bagi:
Ayahanda Yoseph Paulus Soewignyo dan Ibunda M. C. Purwatminingsih
Adik-adik tercinta: - Cirrilya Wenny Ratri Andari,
-
Otho Wenny Roshi Andari, dan
-
Verena Wenny Refza Andari
Simbah Putri Tercinta
Keluarga besarku
ix
seperti yang ia bayangkan, maka ia akan memperoleh sukses yang tidak pernah dipikirkannya.
(Thoreau)
Rahasia dari kebijaksanaan, kekuatan dan pengetahuan adalah kerendahan hati, dan
Rahasia dari pengaruh adalah kesederhanaan.
(NN)
Selalu berpikirlah positif dan kenyataan akan membawamu ke arah pikiranmu
x
HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING
...
iii
HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI
...
iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
...
v
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI
...
vi
KATA PENGANTAR
...
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
...
viii
MOTTO
...
ix
DAFTAR ISI
...
x
DAFTAR SINGKATAN
...
xiii
ABSTRAK
...
xiv
ABSTRACK
...
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...
1
1.2 Rumusan Masalah...
4
1.3 Tujuan Penelitian...
5
1.4 Manfaat Penelitian...
5
1.5 Tinjauan Pustaka...
6
1.6 Landasan Teori...
7
1.6.1
Pengertian Berita Utama...
7
1.6.2
Pengertian Berita Halaman Muka...
8
1.6.3
Pengertian Kutipan...
8
1.6.4
Macam-macam Kutipan...
9
1.7 Metode Penelitian...
11
1.7.1
Metode Pengumpulan Data...
11
1.7.2
Metode Analisis Data...
12
xi
DESEMBER 2007
2.1 Pengantar...
15
2.2 Kutipan Langsung...
15
2.2.1 Jenis Kutipan langsung...
16
2.2.1.1 Kutipan Langsung Berpenanda...
16
2.2.1.2 Kutipan langsung Tidak Berpenanda...
21
2.2.2 Letak Kutipan Langsung...
23
2.2.2.1 Kutipan Langsung Setelah Penjelasan Wartawan
24
2.2.2.2 Kutipan Langsung Sebelum Penjelasan Wartawan 25
2.2.2.3 Kutipan Langsung Setelah Kutipan tidak langsung 26
2.2.2.4 Kutipan Langsung Sebelum Kutipan Tidak
Langsung...
27
2.2.2.5 Kutipan Langsung antara Penjelasan Wartawan
dan Kutipan Tidak Langsung...
28
2.2.4 Posisi Kutipan Langsung dalam Berita...
30
2.3 Kutipan Tidak Langsung...
33
2.3.1 Penanda Kutipan Tidak Langsung...
35
2.3.2 Letak Kutipan Tidak Langsung...
37
2.3.2.1 Kutipan Tidak Langsung Setelah Penjelasan
Wartawan...
37
2.3.2.2 Kutipan Tidak Langsung Sebelum Penjelasan
Wartawan...
38
2.3.2.3 Kutipan Tidak Langsung Sebelum Kutipan
Langsung...
39
2.3.2.4 Kutipan Tidak Langsung Setelah Kutipan
Langsung...
39
xii
BAB III PROPORSI JUMLAH JENIS KUTIPAN DALAM WACANA
BERITA
HALAMAN
A
HARIAN
KOMPAS
SUPLEMEN
YOGYAKARTA EDISI DESEMBER 2007
3.1 Pengantar………. 46
3.2 Satu Jenis Kutipan dalam Satu Berita... 46
3.3 Dua Jenis Kutipan dalam Satu Berita... 49
3.4 Tiga Jenis Kutipan Dalam Satu Berita... 52
BAB III PENUTUP
4.1 Kesimpulan...
55
4.2 Saran...
57
DAFTAR PUSTAKA
...
58
xiii
P
: Predikat
PTL
: Penanda Tuturan langsung
S
: Subjek
xiv
2007”.
Skripsi
Strata Satu (S1). Yogyakarta: Program Studi Sastra
Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas
Sanata Dharma.
Dalam skripsi ini dibahas tentang kutipan tuturan dalam berita halaman A
Harian
Kompas
suplemen Yogyakarta Edisi Desember 2007. Ada dua masalah
yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, apa saja jenis kutipan tuturan yang
ada dalam berita halaman A Harian
Kompas
Suplemen Yogyakarta Edisi
Desember 2007. Kedua, bagaimana proporsi jenis kutipan yang digunakan dalam
sebuah berita halaman A Harian
Kompas
Suplemen
Yogyakarta
Edisi Desember
2007.
Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis kutipan tuturan
yang ada dalam berita halaman A Harian
Kompas
Suplemen Yogyakarta Edisi
Desember 2007 dan mendeskripsikan proporsi jumlah jenis kutipan yang
membangun berita halaman A Harian
Kompas
Suplemen
Yogyakarta
Edisi
Desember 2007.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode simak. Penyimakan dilakukan terhadap kutipan yang ada dalam berita
halaman A Harian
Kompas
suplemen Yogyakarta Edisi Desember 2007. Pada
tahap penyimakan ini digunakan teknik sadap, kemudian dilanjutkan dengan
teknik copy paste, dan segera dilanjutkan dengan klasifikasi data. Klasifikasi data
dilakukan berdasarkan jenis kutipan dalam berita.
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
padan dan metode agih. Teknik yang digunakan dalam analisis data ini adalah
padan ortografis. Lalu dilanjutkan dengan teknik baca markah. Teknik baca
markah digunakan untuk membuktikan sebuah kutipan dapat dikatakan sebagai
kutipan tidak langsung. Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode
informal dan formal. Metode informal yaitu perumusan hasil analisis data yang
dirumuskan dengan kata-kata biasa dalam bentuk bahasa tertulis; sedangkan
metode formal adalah perumusan hasil analisis data dengan menggunakan
lambang-lambang.
xv
Edition”. Undergraduate Thesis. Department of Indonesian
Letter, Faculty of Letter, Sanata Dharma University, 2009.
This thesis discusses “The Cite Narrative of The News at The Page A at
Kompas
Supplement Yogyakarta Daily of December 2007 Edition”. There are two
problem investigated in the research. First is what kind of the type of citation
used in a headline news at the page A at
Kompas
supplement Yogyakarta Daily of
December 2007 edition. Second is how the proportion of citation used in
constructing a news at the page A at
Kompas
Supplement
Yogyakarta
Daily of
December 2007 edition.
The aim of this research is to describe the type of cite narrative in head
line news used in constructing a head line news at the page A at
Kompas
supplement Yogyakarta Daily of December 2007 edition and to describe the
proportion of citation used in constructing a news at the page A at
Kompas
Supplement
Yogyakarta
Daily of December 2007 edition.
The methodology of collecting data applied in this research was
distributional method. The listening attentively done towarded citation in headline
news at the page A at
Kompas
supplement Yogyakarta Daily of December 2007
edition. The technique used was tapping. It was continued with copy paste
technique. After that, data were classified. The classification was based on the
kind/type of citation in the news.
The methodology used in analyzing data was match method and
distributional method. The technique used in this method is match ortografis.
Then it is continued with reading the mark technique. Reading the mark technique
was done to prove if cite can be considered as indirect citation. In the result of
data analysis, informal and formal method was applied. Informal method is the
formulation of data analysis result which is written in common language; while
the formal method is the formulation of data analysis result which is written in
symbol.
1.1 Latar Belakang
Dalam sebuah berita sering ditemui penulisan kutipan yang dikutip dari
pendapat/tuturan seorang narasumber. Kutipan dalam sebuah berita berfungsi
menguatkan berita itu. Kutipan dapat digunakan untuk memberikan efek khusus
yakni membiarkan narasumber berbicara dengan kata-kata sendiri merupakan alat
dalam memberikan gaya menghidupkan pada tulisan berita (Kusumaningrat,
2005: 155). Hal tersebutlah yang ingin diteliti lebih lanjut oleh penulis. Maka dari
itu, penulis bermaksud meneliti jenis kutipan tuturan apa saja yang terdapat dalam
berita utama dan bagaimana proporsi jenis kutipan tuturan yang membangun
sebuah berita. Perhatikan contoh salah satu berita utama yang diambil dari harian
Kompas
Suplemen Yogyakarta tanggal 1 Desember 2007 berikut:
(1) Rekonsiliasi Pascagempa
Rencana Wisata Pejabat ke Bali Dipertanyakan
BANTUL, KOMPAS – (a) Rencana berwisata bagi kepala desa,
camat, dan pejabat setingkat kepala dinas Pemerintah Kabupaten Bantul
ke Bali sebagai bagian rekonsiliasi pascagempa mendapat sorotan banyak
pihak.
(b) Kepala Dusun Cangkring, Sumberagung, Jetis, Sulistyo langsung
menunjukkan keheranannya. Ia khawatir ketika program wisata itu
benar-benar jalan, malah timbul kembali gesekan dalam masyarakat sehingga
upaya rekonsiliasi menjadi tak kunjung selesai.
(c) "Lagipula, yang memerlukan rekonsiliasi warga di tingkat bawah,
karena yang paling terlibat konflik adalah kadus dengan warga. Tolong
rencana wisata itu dikaji," ujar Sulistyo yang juga Ketua Paguyuban
Kepala Dusun (Pandu) se-Bantul ini, Jumat (30/11).
memilih tidak ikut karena rentetan hal sesudahnya pasti panjang. Ia akan
merasa tidak enak terhadap warganya.
(e) "Kesannya nanti Pak Kades malah piknik ke Bali ramai-ramai.
Walaupun tujuan program wisata itu adalah rekonsiliasi pascagempa agar
keguyuban kembali tercipta, esensinya menjadi kurang tepat. Ini hanya
akan menghabiskan anggaran," ucap Sudirman.
Terima masukan
(f) Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul Gendut Sudarto menjelaskan,
rekonsiliasi dengan berwisata ke Bali memang sudah direncanakan untuk
tahun depan. Dananya akan mengambil sebagian dari total anggaran
rekonsiliasi sebesar Rp 10 miliar. Uang ini berasal dari pos belanja tidak
langsung Rancangan APBD Bantul 2008.
(g) Gendut belum menyinggung berapa biaya untuk program wisata
yang rencananya juga mengikutsertakan istri para pejabat di lingkungan
Pemkab Bantul tersebut. Namun, dia juga menegaskan bahwa pihaknya
akan menerima masukan dari warga terhadap rencana ini.
(h)
"Penyaluran
dana
rekonstruksi
pascagempa
tidak
hanya
menimbulkan konflik pada masyarakat bawah karena para pejabat juga
mengalami. Camat, para kades, dan kami di pemkab mengalami
disharmonisasi karena saling curiga dan berprasangka," ucapnya.
(i) Apalagi, lanjut Gendut, jajaran Pemkab Bantul dituntut untuk
bekerja ekstra keras sebagai bentuk tanggung jawab kepada warga.
Dengan demikian, program wisata ke Bali sejatinya lebih pada
penyegaran kembali secara psikologis. Anggaran juga tidak
dihambur-hamburkan percuma.
Berita (1) terdiri dari sembilan paragraf. Sebuah berita hakikatnya
mengandung kutipan dari tuturan pembicara. Kutipan tersebut berfungsi untuk
memperkokoh argumen dalam berita atau memperjelas sebuah peristiwa. Berikut
analisis kutipan yang ada dalam berita tersebut. Paragraf (a) merupakan kata-kata
wartawan dan pengetahuan wartawan tentang sebuah peristiwa yang menjadi
sorotan masyarakat, sehingga paragraf (a) tidak bisa disebut sebagai kutipan.
Paragraf (b) merupakan paragraf kutipan yang dikutip dari pembicaraan
Kadus Cangkring, Sulistyo yang khawatir jika program wisata dijalankan malah
akan menimbulkan masalah dalam masyarakat. Paragraf (b) tuturannya tidak serta
oleh wartawan. Oleh sebab itu, kutipan tersebut dinamakan kutipan parafrase atau
tidak langsung.
Paragraf (c) merupakan kutipan langsung yang diucapkan oleh Sulistyo.
Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tanda petik yang ada pada awal dan akhir
kutipan, kemudian disusul oleh tanda pemisah koma dan diikuti penanda tuturan
tersebut diucapkan oleh siapa lengkap dengan jabatan dan waktu dituturkannya
tuturan tersebut.
Paragraf (d) berisi kutipan yang diucapkan oleh pembicara dan telah
diparafrasekan oleh wartawan. Paragraf (d) sama dengan paragraf (b), yakni
kutipan parafrase atau tidak langsung. Paragraf (e) merupakan kutipan langsung,
sama seperti paragraf (c). Kutipan tersebut diucapkan oleh Sudirman. Paragraf (f)
berisi kutipan tidak langsung karena dalam paragraf tersebut terdapat pendapat
pembicara yang telah diparafrasekan oleh wartawan. Dalam hal ini pembicara
adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul, Gendut Sudarto.
Paragraf (g) juga merupakan kutipan tidak langsung sama seperti paragraf
(f). Paragraf (h) merupakan kutipan langsung yang diucapkan oleh Gendut. Hal
tersebut dapat diketahui dengan adanya pemarkah yang berupa kata ganti persona
ketiga, yakni
ucapnya
, –
nya
menunjuk pada persona Gendut yang ada pada
paragraf sebelumnya. Paragraf (i) merupakan kutipan tidak langsung yang
dituturkan oleh Gendut.
Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam contoh berita (1)
terdapat dua jenis kutipan, yakni kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.
langsung dapat dilihat pada paragraf (b), (d), (f), (g), dan (i). Dari hasil analisis
tersebut, masih terdapat kemungkinan ditemukannya variasi kutipan lain dalam
sebuah berita. Hal tersebutlah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti berita
utama yakni jenis kutipan tuturan yang membangun sebuah berita.
Dari klasifikasi tentang kutipan yang telah dilakukan, ditemukan variasi
berita dengan jumlah jenis kutipan tertentu di dalamnya. Seperti contoh berita (1)
merupakan berita yang terdiri dari dua jenis kutipan, yakni kutipan langsung dan
kutipan tidak langsung. Oleh karena itu, rumusan kedua yang penulis temukan
adalah mengenai proporsi jumlah jenis kutipan dalam berita halaman A pada
harian
Kompas
Suplemen Yogyakarta edisi Desember 2007.
Sejauh pengamatan penulis, topik tentang kutipan tuturan dalam wacana
berita belum penulis temukan. Yang ditemukan adalah hasil penelitian tentang
interferensi dalam wacana berita yang dilakukan oleh Yeni Yulianti (2005) dan
hasil penelitian tentang kohesi dan koherensi antarkalimat dalam teras berita yang
dilakukan oleh Maria Retnoningsih (2005).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini
dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.2.1
Apa saja jenis kutipan tuturan yang terdapat dalam wacana berita halaman
A harian
Kompas
Suplemen Yogyakarta edisi Desember 2007?
1.2.2
Bagaimana proporsi jenis kutipan tuturan pada wacana berita halaman A
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:
1.3.1
Mendeskripsikan jenis kutipan tuturan yang ada dalam wacana berita
halaman A harian
Kompas
Suplemen Yogyakarta edisi Desember 2007.
1.3.2
Menentukan proporsi jumlah jenis kutipan tuturan yang ada dalam wacana
berita halaman A harian
Kompas
Suplemen Yogyakarta edisi Desember
2007.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini berupa deskripsi jenis kutipan dan proporsi jenis
kutipan. Deskripsi ini memberikan manfaat teoritis dan praktis. Hasil penelitian
ini bermanfaat bagi pengembangan sintaksis dan analisis wacana.
Bagi pengembangan sintaksis, hasil penelitian ini menambah referensi
tentang tuturan langsung dan pengutipannya dalam wacana berita. Bagi
pengembangan analisis wacana hasil penelitian ini menambah referensi tentang
unsur pembangun wacana berita, yaitu kutipan langsung, kutipan tidak langsung
dan tuturan wartawan.
Hasil penelitian ini bermanfaat praktis untuk menyusun pedoman menulis
berita. Pedoman tersebut berkenaan dengan menentukan jenis kutipan dan
meletakkannya pada wacana berita sehingga menjadikan suatu berita apik dan
1.5 Tinjauan Pustaka
Peneliti bahasa yang telah membahas berita utama antara lain (i) Yeni
Yulianti (2005), (ii) Maria Retnoningsih (2005). Yeni Yulianti menganalisis
interferensi yang ada dalam wacana berita pada Surat Kabar Harian
Kedaulatan
Rakyat
terbitan bulan Agustus 2003. Interferensi adalah penyimpangan berbahasa
akibat adanya unsur dari bahasa lain yang masuk dalam suatu kaidah berbahasa.
Yulianti mendeskripsikan bahasa apa saja yang menginterferensi bahasa Indonesia
dalam wacana berita, satuan lingual apa saja yang menginterferensi, dan
bagaimana cara mencari padanan unsur-unsur yang menginterferensi bahasa
Indonesia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Yulianti dapat disimpulkan bahwa
interferensi (penyimpangan bahasa) didominasi oleh penggunaan bahasa Jawa dan
bahasa Inggris. Ada dua cara untuk mencari padanan unsur-unsur yang
menginterferensi bahasa Indonesia dalam wacana berita, yakni (i) mencari
padanannya dalam bahasa Indonesia dan (ii) menyerapnya secara utuh.
Maria Retnoningsih menganalisis teras berita pada wacana berita utama
Harian
Kompas
terbitan September 2003. Retno mendeskripsikan variasi struktur
informasi yang terdapat dalam teras berita utama, koherensi dan kohesi apa saja
yang membangun keutuhan teras berita dalam berita utama Harian
Kompas
terbitan September 2003. Dari penelitian yang dilakukan oleh Maria diperoleh
kesimpulan bahwa ada tiga belas jenis struktur informasi berdasarkan analisis
sintaksis. Selain itu ditemukan empat jenis kohesi dan enam jenis koherensi dalam
Dari tinjauan pustaka di atas, dapat dilihat bahwa penelitian tentang
kutipan dalam berita utama belum penulis temukan. Maka dari itu, dalam skripsi
ini penulis akan meneliti kutipan yang ada dalam wacana berita halaman A harian
Kompas
SuplemenYogyakarta edisi Desember 2007. Adapun hal yang akan
diteliti penulis meliputi apa saja jenis kutipan tuturan yang ada dalam berita
utama.
1.6 Landasan Teori
1.6.1
Berita
Menurut Junaedhie (1991: 26) berita adalah laporan/pemberitahuan
mengenai terjadinya peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja
terjadi (aktual) yang disampaikan oleh wartawan dalam media massa. Masih
menurut Junaedhie (1991: 29) berita utama lebih populer dengan headline news.
Berita yang dianggap sangat layak dipasang di halaman depan, dengan judul yang
merangsang perhatian dan menggunakan tipe huruf yang relatif lebih besar.
Pendeknya berita istimewa.
Berita utama adalah berita-berita pokok yang biasanya diletakkan di
halaman muka sebuah surat kabar. Menurut George Fox dalam bukunya
New
Survey of Jurnalism
suatu
head line
yang baik harus dapat menyajikan dan
menyingkatkan cerita dan harus dapat memperindah halaman dimana ia dimuat
(Medan Bahasa, 1954: 37 via Palupi 2000: 12-13).
Berita dalam
head line
merupakan berita faktual. Dalam surat kabar harian
bidang tersebut (Sudaryanto dan Sulistiyo (eds), 1997: 284 via Palupi, 2000: 13).
Tulisan jenis berita dalam
head line
bersifat deskriptif. Di situ wartawan atau
penulis berita semata-mata berusaha membeberkan atau memaparkan secara rinci
objek yang sedang dibicarakan. Tulisan semacam itu diharapkan mampu
membangkitkan
daya
khayal
pembaca,
sehingga
pembaca
seolah-olah
menyaksikan sendiri suatu peristiwa atau kejadian secara utuh.
1.6.2
Berita Halaman Muka
Berita halaman muka adalah berita-berita yang sengaja dipasang di
halaman depan, karena dianggap bisa memikat perhatian pembaca, punya nilai
berita tinggi, setidak-tidaknya mengandung unsur-unsur: aktualitas, keluarbiasaan,
jauh-dekat terjadinya berita, ternama-tidaknya yang diberitakan dan lain
sebagainya (Junaedhie, 1991: 27).
1.6.3
Kutipan
Menurut Keraf (1980: 179) kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat
dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik dalam
buku-buku maupun majalah-majalah. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005: 619) kutipan diartikan sebagai pengambilalihan satu kalimat atau lebih dari
karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam tulisan
sendiri.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kutipan adalah
maupun pendapat seorang ahli/narasumber yang digunakan untuk memperkuat
argumen dalam tulisan sendiri.
1.6.4
Macam-macam Kutipan
Kutipan digunakan untuk memberikan efek khusus bagi berita yakni
membiarkan nara sumber berbicara dengan kata-kata sendiri merupakan alat
dalam memberikan gaya menghidupkan pada tulisan berita. Menurut Luwi
Ishwara (2005: 132) variasi kutipan yang umum dipakai dalam berita dan cerita
feature
ada lima macam variasi, antara lain: (i) kutipan langsung; (ii) kutipan tidak
langsung; (iii) kutipan parafrasa (
paraphrase
); (iv) kutipan fragmentaris; dan (v)
dialog.
Kutipan langsung adalah kutipan yang menuliskan kata demi kata dari apa
yang dikatakan oleh pembicara. Kutipan ini dibuka dan ditutup dengan tanda
kutip. Deviasi kecil dari kata-kata yang eksak masih dibolehkan oleh kebanyakan
surat kabar, selama artinya tidak berubah. Misalnya, seorang anggota dewan kota,
Bambang, berkata: “
Eee, apa yang ingin saya katakan adalah, anu ahhh, mungkin
kita harus, aaah, maksud saya kita harus mempertimbangkan, anu, apakah kita
punya, itu eee, uang untuk, ahhh, membangun gedung baru
.” Memang ada orang
yang memiliki gaya bicara seperti itu. Bila ini ingin dikutip langsung maka
wartawan bisa membersihkannya tanpa mengurangi makna ucapan pejabat
Kutipan tidak langsung berisi apa yang kurang lebih dikatakan oleh
pembicara dan bagaimana cara penyampaiannya. Di sini tanda kutip tidak dipakai.
Contohnya:
Bambang mengatakan dewan harus mempertimbangkan apakah
tersedia anggaran untuk membangun gedung baru
(Ishwara, 2005: 133). Atau
dengan kata lain, kutipan tidak langsung adalah kutipan yang dirumuskan sendiri
atas dasar isi sumber asli/inti sari atau ikhtisar dari pendapat seorang tokoh yang
kemudian diintegrasikan dalam teks dan tidak diapit oleh tanda petik.
Menurut Ishwara (2005: 133) kutipan parafrasa (
paraphrase)
berisi apa
yang dikatakan oleh pembicara tetapi disajikan dengan kata-kata dari penulisnya
atau dari wartawan. Di sini kata-kata asli dari pejabat tidak dipertahankan.
Contoh:
Bambang mengajukan pertanyaan tentang pembiayaan gedung baru
.
Kutipan fragmentaris adalah gabungan dari parafrasa dan kutipan
langsung. Kutipan ini sangat baik dipakai jika pembicara memasukkan kata-kata
yang penuh warna ke dalam suatu pernyataan yang sebenarnya bisa disampaikan
biasa-biasa saja. Misalnya: Bejo menentang pembangunan gedung itu sebagai
suatu “pemborosan yang melebihi sebuah istana” (Ishwara, 2005: 133).
Masih menurut Ishwara ((2005: 133) kutipan berikutnya dapat berbentuk
dialog. Teknik dialog ini digunakan jika dua atau lebih pembicara dikutip dalam
suatu konversasi tanya-jawab, seperti misalnya di sidang pengadilan. Dialog ini
dapat membuat sebuah artikel menjadi enak dibaca.
Dari penjelasan tentang macam-macam kutipan di atas, dapat dilihat
penjelasan tentang dasar-dasar mengutip sedangkan dialog merupakan penjelasan
tentang sesuatu yang dikutip, yakni berupa dialog.
Setelah memperhatikan pengertian antara kutipan tidak langsung dan
kutipan parafrase, maka ditemukan persamaan antara pengertian keduanya, yaitu
sama-sama ucapan narasumber yang ditulis tidak sesuai sama persis dengan yang
dikatakan tetapi telah memperoleh penambahan kata-kata wartawan. Maka dari itu
dalam penelitian ini, kedua kutipan tersebut dilebur menjadi satu, yaitu menjadi
kutipan tidak langsung. Sehingga landasan teori yang digunakan untuk
menganalisis data kutipan pada penelitian ini ada tiga, yakni kutipan langsung,
kutipan tidak langsung dan kutipan fragmentaris (campuran).
1.7 Metode Penelitian
Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.
Prosedur dalam penelitian ini meliputi tiga tahap, yakni: (1) metode pengumpulan
data, (2) metode analisis data, dan (3) metode penyajian hasil analisis data.
1.7.1 Metode Pengumpulan Data
Pada awal penelitian, penulis mencari dan mengumpulkan atau
browsing
internet
mengenai Harian
Kompas
suplemen Yogyakarta edisi Desember 2007
halaman A sebagai konteksnya. Kemudian memilih paragraf yang menyatakan
kutipan sebagai objek penelitian. Setelah itu, terkumpullah data berupa
Setelah penggunaan bahasa berupa kutipan tuturan pada wacana berita
utama disimak, kemudian dilakukan teknik penyadapan. Penyadapan dilakukan
dengan cara mencermati cara mengutip tuturan dan mengelompokkannya.
Kemudian dilanjutkan dengan meng-
copy paste
data yang berupa berita dari
media
online
ke word.
Copy paste
data dilakukan karena terlalu banyaknya data
sehingga tidak memungkinkan penulis untuk mencatat data satu per satu ke kartu
data. Selain itu,
copy paste
data dilakukan supaya pengklasifikasian data lebih
mudah dilakukan. Lalu dicatat sumber datanya yang meliputi nama surat kabar,
tanggal dan tahun terbitnya.
1.7.2
Metode Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode padan dan metode
agih. Metode padan adalah metode analisis bahasa dengan alat penentunya berada
diluar bagian bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan yang
digunakan dalam tahap ini adalah metode padan ortografis. Metode padan
ortografis digunakan untuk menetukan suatu kutipan dapat dikatakan sebagai
kutipan langsung. Kutipan langsung yakni kutipan dari tuturan narasumber yang
selalu diapit oleh tanda petik pada awal dan akhir tuturan., dan kemudian diikuti
oleh tanda koma (,) sebagai pemisah antara tuturan dengan narasumber.
Pembuktian teknik padan ortografis dapat dilihat pada contoh berikut:
Contoh (2) merupakan kutipan langsung. Teknik padan ortografis yang
dimaksud dapat dilihat pada penulisan tanda petik (“...”) di awal dan akhir
tuturan narasumber. Selain itu, terdapat juga penulisan tanda koma (,) sebagai
pemisah antara tuturan dengan narasumber. Dengan adanya penulisan tanda petik
dan tanda koma tersebut, maka sebuah kutipan dapat dikatakan sebagai kutipan
langsung.
Metode yang digunakan selanjutnya adalah metode agih. Metode agih
adalah metode analisis data yang alat penentunya terdapat dalam bahasa itu
sendiri (Sudaryanto, 1993: 15-16). Teknik yang digunakan dalam metode agih ini
adalah teknik bagi unsur langsung. Teknik ini dilakukan dengan membagi satuan
lingual datanya menjadi bagian atau unsur. Taknik yang digunakan selanjutnya
adalah teknik baca markah. Teknik baca markah adalah teknik membaca peranan
pemarkah (marker) (Sudaryanto, 1993: 95). Dalam teknik ini, peneliti hanya
melihat langsung pemarkahan yang bersangkutan. Penggunaan teknik ini dapat
dilihat pada contoh kutipan berikut:
(3) Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika
Yogyakarta Tiar Prasetya menyatakan, angin tersebut termasuk
kategori puting beliung kecil. Dari pemantauan citra satelit, kondisi
awan di DIY merata. Penumpukan awan pada Senin sore justru
terjadi di daerah selatan atau sekitar pantai. (
Kompas Yogyakarta,
11 Desember 2007)
Dengan melihat langsung kutipan (3), kita dapat menentukan ada tiga
bagian di dalamnya, yakni subyek/penutur, predikat/verba, dan tuturan. Subjeknya
adalah
Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika
Yogyakarta Tiar Prasetya
, verbanya adalah
menyatakan,
dan tuturannya adalah
satelit, kondisi awan di DIY merata. Penumpukan awan pada Senin sore justru
terjadi di daerah selatan atau sekitar pantai.
Pemarkah yang dimaksud dari kutipan (4) adalah penulisan subjek dan
predikat yang berupa verba ‘menyatakan’, karena hal tersebutlah yang
membedakan penulisan antara kutipan langsung dan tidak langsung.
1.7.3
Metode Penyajian Hasil Analisis Data
Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan metode informal
dan metode formal. Metode informal adalah metode penyajian dengan perumusan
kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145). Hasil analisis data disampaikan dengan
menggunakan kata-kata yang dapat langsung dimengerti; sedangkan penyajian
formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang.
1.8 Sistematika Penyajian
Penelitian ini akan dipaparkan menjadi tiga bab. Bab I merupakan
pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian
dan sistematika penyajian. Bab II berisi pembahasan jenis kutipan tuturan yang
ada pada wacana berita halaman A Harian
Kompas
Suplemen Yogyakarta edisi
Desember 2007. Bab III berisi pembahasan proporsi jumlah jenis kutipan yang
ada dalam berita halaman A Harian
Kompas
Suplemen Yogyakarta edisi
Desember 2007. Bab IV merupakan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
SUPLEMEN YOGYAKARTA EDISI DESEMBER 2007
2.1 Pengantar
Dalam bab ini dibahas tentang jenis kutipan tuturan yang terdapat pada
berita halaman A Harian
Kompas
Suplemen Yogyakarta edisi Desember 2007.
Data kutipan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi (i) kutipan langsung;
(ii) kutipan tidak langsung; dan (iii) kutipan campuran.
2.2 Kutipan Langsung
Kutipan langsung adalah tuturan yang diucapkan oleh narasumber yang
ditirukan secara persis sama dengan yang diucapkan oleh orang tersebut dan
dituangkan ke dalam sebuah tulisan dengan diapit tanda petik ganda (“....”) pada
awal dan akhir kutipan. Seperti dijelaskan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa
Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2004:
53) bahwa tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan
dan naskah atau bahan tertulis lain.
Selain tanda petik, ciri lain kutipan langsung adalah adanya tanda koma (,)
setelah petikan. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung
(selanjutnya disebut tuturan langsung/TL) dari bagian lain dalam kalimat
2.2.2 Jenis Kutipan Langsung
Menurut jenisnya, kutipan langsung dapat dibedakan menjadi dua, yakni
kutipan langsung berpenanda dan kutipan langsung tidak berpenanda.
2.2.2.1 Kutipan Langsung Berpenanda
Kutipan langsung berpenanda adalah kutipan tuturan yang secara persis
sama dengan yang dituturkan oleh narasumber dan diapit tanda petik ganda
lengkap dengan keterangan dituturkan oleh siapa. Penanda yang dimaksud disini
adalah verba dan narasumber. Penulisan kutipan langsung berpenanda dapat
dilihat pada contoh kutipan berikut:
(4) "Dulu, waktu saya kecil, sepertinya malah sedikit teman-teman yang
paham seluk beluk agama. Namun, kami berteman tulus. Tanpa
gembar- gembor, kerukunan tercipta dengan sendirinya. Tak ada yang
meributkan hal-hal yang sekarang jadi bahan serang antaragama,"
ujarnya
. (
Kompas Yogyakarta
, 31 Desember 2007)
(5) (a) Tahapan perundingan dan perjuangan bersenjata kala itu
benar-benar dikoordinasikan dari Yogyakarta. (b) Keberhasilan gerilya kota,
misalnya, adalah berkat bantuan Sultan yang melindungi gerilyawan di
dalam keraton. (c) “Sultan menjadi figur demokratis meski tetap punya
karisma besar sebagai pemimpin yang dihormati rakyatnya,"
kata
Suhartono
. (
Kompas Yogyakarta
, 31 Desember 2007)
Contoh (4) dan (5c) merupakan kutipan langsung karena kalimat tersebut
diapit oleh tanda petik (“....”) pada awal dan akhir kutipan. Selain diapit tanda
petik, terdapat juga penulisan koma yang berfungsi sebagai pemisah antara
kalimat tuturan dengan PTL-nya (penanda tuturan langsung). Penanda tuturan
Kutipan (4) dan (5c) disebut kutipan langsung berpenanda karena kutipan
tuturan narasumber diapit oleh tanda petik pada awal dan akhir tuturan, kemudian
diikuti oleh tanda koma yang memisahkan tuturan sumber tuturan. Dapat dilihat
juga setelah tanda koma ada pemarkah dalam kutipan langsung yang ditunjukkan
kata
ujarnya
contoh (4) dan
kata Suhartono
pada contoh (5c). Selanjutnya akan
diuraikan mengenai pemarkah apa saja yang digunakan pada kutipan langsung.
Perhatikan contoh berikut tentang pemarkah tuturan langsungnya:
(6) "Penyaluran dana rekonstruksi pascagempa tidak hanya menimbulkan
konflik pada masyarakat bawah karena para pejabat juga mengalami.
Camat, para kades, dan kami di pemkab mengalami disharmonisasi
karena
saling
curiga
dan
berprasangka,"
ucapnya.
(
Kompas
Yogyakarta
, 1 Desember 2007)
(7) “Sasaran awal masyarakat Sleman berpenghasilan rendah dengan
perolehan pendapatannya maksimal Rp2,5 juta per bulan. Rencananya,
untuk masyarakat sekitar yang sudah berkeluarga namun belum punya
rumah,”
kata Yuni, Jumat (30/11).
(
Kompas Yogyakarta
, 1 Desember
2007)
(8) “Cabai dan sapu lidi jangan terusik atau berpindah tempat,”
kata
Mbah Widi, yang sering juga memawangi pentas musik di Jakarta
dan Yogyakarta ini.
(
Kompas Yogyakarta
, 1 Desember 2007)
(9) “Lagipula, yang memerlukan rekonsiliasi warga di tingkat bawah,
karena yang paling terlibat konflik adalah kadus dengan warga. Tolong
rencana wisata itu dikaji,”
ujar Sulistyo yang juga Ketua paguyuban
Kepala Dusun (Pandu) se-Bantul ini, Jumat (30/11).
(
Kompas
Yogyakarta
, 1 Desember 2007)
Contoh (6), (7), (8), dan (9) tidak terlihat berbeda. Yang membedakan
contoh-contoh tersebut terletak pada pemarkah tuturan langsungnya. Pemarkah
tuturan langsung adalah kata atau frasa yang berfungsi menjelaskan tuturan
tersebut dikemukakan oleh siapa dan dengan segala keterangan tentang si penutur
biasanya diawali oleh suatu verba dan diikuti si penutur baik berupa
nama
penutur, jabatan penutur, kata ganti penutur, waktu dituturkannya tuturan
tersebut, pekerjaan penutur,
dan ada yang berupa
kombinasi
kesemuanya.
Contoh (6) PTL-nya
ucapnya
, morfem
-nya
merupakan kata ganti yang
ditujukan kepada pelaku tuturan, contoh (7) PTL-nya
kata Yuni, Jumat (30/11)
,
penanda tersebut menunjukkan siapa yang mengucapkan dan waktu tuturan
diucapkan, dan contoh (8) PTL-nya
kata Mbah Widi, yang sering juga
memawangi pentas musik di Jakarta dan Yogyakarta ini,
penanda tersebut
menunjukkan siapa penutur dan pekerjaan yang digeluti penutur. Sedangkan
contoh (9) PTL-nya
ujar Sulistyo yang juga Ketua paguyuban Kepala Dusun
(Pandu) se-Bantul ini, Jumat (30/11)
, penanda tersebut menunjukkan kombinasi
antara siapa penuturnya, jabatan, dan waktu tuturan tersebut diucapkan.
Selain itu, terdapat juga variasi verba yang digunakan dalam pemarkah
tuturan langsung, antara lain:
kata
,
ucap, tutur, ungkap, papar
,
tanya
, dan
ujar
.
Variasi tersebut digunakan dengan tujuan supaya pembaca tidak jenuh terhadap
informasi berita yang disajikan. Untuk menghilangkan kebosanan maka wartawan
memberikan variasi verba sehingga tidak terkesan monoton verba yang itu-itu
saja. Penggunaan variasi verba tersebut dapat dilihat pada contoh berikut:
(10)
"Saya juga pernah mau ikut lomba menyanyi di salah satu radio.
Ketika turun dari angkot, pandangan mata panitia sudah tak
mengenakkan hati. Saya malah ditunjukkan dua kali bahwa syarat ikut
lomba adalah sehat jasmani dan rohani. Saya sakit hati,"
kata
Endang.
(
Kompas Yogyakarta
, 3 Desember 2007)
dan hak masyarakat untuk memperoleh informasi,"
paparnya.
(
Kompas Yogyakarta
, 12 Desember 2007)
(12) "Anggaran yang diwacanakan untuk rekonsiliasi Rp 10 miliar dan
program wisata ke Bali memang hanya mengambil sebagian dari
jumlah sebesar itu. Namun pertanyaannya, apakah berwisata ke Bali
itu merupakan rekonsiliasi yang tepat?"
tanya
Joko. (
Kompas
Yogyakarta
, 3 Desember 2007)
(13) “Lagipula konflik kan lebih mencemaskan yang terjadi di tingkat
bawah, bukan yang di tingkat atas. Selesaikan dulu masalah-masalah
di bawah, seperti banyak kadus yang dituntut mundur. Kalau sudah
rampung, barulah membahas masalah lain,”
tutur
Agus. (
Kompas
Yogyakarta
, 3 Desember 2007)
(14) "Mereka membuat kemajuan yang dinikmati bersama. Namun,
sekarang semua yang mengaku sebagai manusia modern, apa sih yang
sudah kita bangun untuk bangsa dan negara. Semua bergerak mundur
dengan cepat, termasuk moral,"
ucap
seniman yang tinggal di Bantul
ini. (
Kompas Yogyakarta
, 31 Desember 2007)
(15) "Selain itu, petani tambak hanya membutuhkan air dalam jumlah
besar satu kali saat pengisian kolam. Bisa jadi memang dibutuhkan
waktu 24 jam untuk mengairi kolam di awal budidaya,"
ungkap
Ade.
(
Kompas Yogyakarta
, 7 Desember 2007)
(16)
“Kami
prihatin
karena
Rancangan
Undang-Undang
tentang
Keistimewaan DIY tak jelas arahnya. Akhir Desember ini perwakilan
Ismaya akan ke Jakarta untuk menemui Presiden, DPR, dan
Departemen Dalam Negeri,”
ujar
Ismaya DIY Mulyadi, Selasa
(18/12) di Bantul. (
Kompas Yogyakarta
, 19 Desember 2007)
Dari beberapa contoh di atas dapat dilihat bagaimana wartawan
memberikan variasi verba dalam sebuah berita. Seperti contoh (10) verba yang
digunakan adalah
kata
, contoh (11) verbanya adalah
papar
, contoh (12) verbanya
adalah
tanya
, contoh (13) verbanya adalah
tutur
, contoh (14) verbanya adalah
dengan
perempuan
, maknanya sama tetapi berbeda tulisan maupun
pengucapannya. Dalam kalimat, kedua kata tersebut dapat dipertukarkan.
Sebagai catatan, kesinoniman tidak selalu mutlak. Karena kesinoniman
mutlak jarang ditemukan dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia.
Dari contoh tuturan langsung yang ada, verba-verba yang digunakan
merupakan sinonim satu sama lain. Atau dengan kata lain kata-kata yang
digunakan saling bersinonim satu sama lain, karena kata-kata tersebut dalam
kalimat dapat dipertukarkan satu sama lain. Dari contoh (10) sampai (16)
verba-verba yang dapat dipertukarkan tempatnya antara lain: kata, ucap, ujar, dan tutur.
Verba kata, ucap, ujar, dan tutur merupakan tuturan yang dilisankan secara
spontan tanpa memiliki maksud lain dari ucapan tersebut. Verba
ungkap
menurut
KBBI (2005: 1246) memiliki arti menunjukkan; membuktikan; menyingkapkan
(tentang sesuatu yang tadinya masih menjadi rahasia atau tidak banyak diketahui
orang). Dari pengertian tersebut jika dilihat lagi pada contoh (15) maka tuturan
yang diucapkan oleh Ade merupakan pengungkapan terhadap sesuatu yang masih
menjadi rahasia kepada masyarakat. Penyingkapan sesuatu tersebut dapat dilihat
dengan adanya penggunaan kata
selain itu
,
hanya
,
bisa jadi
, dan
memang
.
Verba
papar
dalam KBBI (2005: 827) memiliki arti menguraikan dengan
panjang lebar, membentangkan. Dari pengertian tersebut jika dilihat lagi pada
contoh (11) maka isi tuturannya adalah pemaparan tentang faktor yang
menghambat kebebasan pers. Hal tersebut dapat dilihat dengan penggunaan kata
padahal
. Verba
tanya
pada kutipan (12) dalam KBBI (2005: 1141) memiliki arti
meminta keterangan, meminta supaya diberitahu.
Dari penjelasan arti masing-masing verba di atas dapat diketahui bahwa
penggunaan verba itu wartawan memiliki maksud penggunaannya terhadap
tuturan narasumber.
Dari pemaparan contoh-contoh di atas dapat diketahui pola dalam
penulisan kutipan langsung. Pola tersebut dirumuskan menjadi
Tuturan
Langsung
diikuti
Penanda Tuturan langsung (TL
─
PTL)
. Pola ini lebih
mendahulukan tuturan langsungnya dengan diberi tanda petik pada awal dan akhir
kutipan yang kemudian diikuti dengan pemarkah tuturan langsung. Berikut contoh
pembuktiannya:
(17) "Sedangkan jawaban lain adalah PT UPA tidak bertanggung jawab
karena ada orang-orang yang sengaja melakukan penipuan dengan
kemasan T," ujar Priyo. (
Kompas Yogyakarta
, 6 Desember 2007)
"Sedangkan jawaban lain adalah PT UPA tidak bertanggung
jawab karena ada orang-orang yang sengaja melakukan penipuan
dengan kemasan T,
"
ujar Priyo
T L
P T L
(18) "Waktu pengoperasian tidak akan lama lagi, kemungkinan awal tahun
depan sudah efektif," ujarnya (
Kompas Yogyakarta
, 17 Desember
2007)
"Waktu pengoperasian tidak akan lama lagi, kemungkinan
awal tahun depan sudah efektif,"
ujarnya
TL
PTL
Pola ini sangat lazim digunakan media massa dan sering ditemui dalam
berita untuk menuliskan tuturan langsung dari narasumber.
2.2.2.2 Kutipan Langsung Tidak Berpenanda
Kutipan langsung tidak berpenanda adalah kutipan yang sama persis
yang dimaksud dalam hal ini adalah tanda petik pada awal dan akhir tuturan.
Penulisan kutipan langsung tidak berpenanda dapat dilihat pada contoh berikut:
(19) Apalagi,
lanjut Gendut
, jajaran Pemkab Bantul dituntut untuk
bekerja ekstra keras sebagai bentuk tanggung jawab kepada warga.
Dengan demikian, program wisata ke Bali sejatinya lebih pada
penyegaran kembali secara psikologis. Anggaran juga tidak
dihambur-hamburkan percuma.(
Kompas Yogyakarta
, 1 Desember 2007)
(20) "Kami selalu anjurkan kepada petani tambak dampingan untuk
membuat kolam di lahan yang berada di dekat pintu air sehingga air
mudah dikembalikan ke saluran induk," tutur Ade. Kalaupun tidak bisa
membangun di lahan yang dekat pintu air,
ujar Ade
, pihaknya
memanfaatkan air buangan sawah yang sudah diolah terkebih dahulu.
(
Kompas Yogyakarta
, 7 Desember 2007)
(21) Ide pembuatan roket tahun 1963 lalu itu,
terang Sayono
, salah
seorang pelaku, saat mahasiswa memperoleh mata kuliah tentang roket
dari dosen Amerika Serikat, Prof Petrov. Dari sana, gairah membuat
sesuatu yang berbau iptek muncul. (
Kompas Yogyakarta
, 10 Desember
2007)
Contoh (19) sampai (21) merupakan contoh kutipan langsung tidak
berpenanda, karena kutipan tersebut merupakan tuturan langsung asli narasumber
hanya saja penanda tuturannya diletakkan di antara tuturan; sedangkan tuturannya
sendiri tidak diberi tanda petik pada awal dan akhir tuturan. Dari contoh tersebut
dapat diketahui ada variasi verba yang digunakan untuk meenyatakan kutipan
langsung tidak berpenanda, antara lain:
lanjut, ujar
, dan
terang.
Verba
lanjut
digunakan untuk meneruskan apa yang dibicarakan oleh
narasumber pada paragraf sebelumnya. Dalam hal ini paragraf dibedakan dan
diberi keterangan
lanjut narasumber
karena tuturan itu sendiri terlalu panjang
dan penting sehingga tidak memungkinkan wartawan untuk memparafrasekannya
ke dalam kutipan tidak langsung. Verba
ujar
adalah tuturan yang diucapkan
meletakkannya saja yang berbeda. Verba
terang
digunakan oleh wartawan untuk
tuturan narasumber yang terlalu panjang dan masih belum jelas pada paragraf
sebelumnya, sehingga wartawan melanjutkan kutipannya yang berupa penjelasan
dengan menggunakan verba
terang.
Dari contoh di atas ditemukan rumusan dari kutipan langsung tidak
berpenanda yakni
Tuturan Langsung
diikuti dengan
Penanda Tuturan
Langsung
kemudian dilanjutkan dengan
Tuturan Langsung
(
TL
PTL TL).
Pola ini menempatkan penanda tuturannya berada di tengah-tengah tuturan.
Berikut contoh pembuktiannya:
(22) Dengan keluarnya hasil klarifikasi ini, lanjut Sugiyarto, Pemkab
Sleman diharapkan segera melantik Irsjadi. (
Kompas Yogyakarta
, 21
Desember 2007)
Contoh (22) tersebut dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni
(i) Dengan keluarnya hasil klarifikasi ini, (ii)
lanjut Sugiyarto
, (iii)
Pemkab Sleman diharapkan segera melantik Irsjadi.
Dengan keterangan (i) merupakan tuturan, (ii) merupakan penanda tuturan, dan
(iii) merupakan lanjutan dari tuturan sebelumnya.
2.2.3 Letak Kutipan Langsung
Kutipan langsung berfungsi sebagai bukti bahwa suatu peristiwa
benar-benar terjadi dan bagaimana tanggapan narasumber mengenai peristiwa tersebut.
Pada bagian ini, wartawan memberikan ruang khusus terhadap narasumber untuk
itu. Berdasarkan letaknya, dapat diketahui beberapa letak kutipan langsung dalam
sebuah berita. Letak yang dimaksud adalah (i) kutipan langsung yang terletak
penjelasan wartawan, (iii) kutipan langsung yang terletak setelah kutipan tidak
langsung, (iv) kutipan langsung yang terletak sebelum kutipan tidak langsung, dan
(v) kutipan langsung yang terletak antara penjelasan wartawan dan kutipan tidak
langsung. Berikut ini akan diuraikan letak kutipan langsung dalam wacana berita
utama:
2.2.3.1 Kutipan Langsung Setelah Penjelasan Wartawan
Kutipan langsung banyak ditemukan terletak setelah penjelasan wartawan.
Hal ini menandakan bahwa suatu peristiwa yang diberitakan oleh wartawan tidak
semata-mata kabar burung. Tetapi juga dibuktikan dengan adanya narasumber
yang mengamini tentang peristiwa yang dimaksud. Hal ini dapat dilihat dengan
adanya tuturan yang diucapkan oleh narasumber. Berikut ini ditemukan contoh
kutipan langsung yang terletak setelah penjelasan wartawan:
(23) (a) Fraksi PKS dalam pandangan umumnya mengkritik desain halte
bus
patas
yang
minimalis
dan
tidak
mencerminkan
"wajah"
Yogyakarta. (b) “
Sangat mungkin tidak nyaman dan akan
suk-sukan (berdesak-desakan) bila ada 10-15 calon penumpang secara
bersamaan menunggu
," papar Wajdi. (
Kompas Yogyakarta
, 31
Desember 2007)
Contoh (23) terdiri dari 2 kalimat, yakni kalimat (23a) dan (23b). Kalimat
(23a) merupakan kalimat penjelasan dari wartawan, sedangkan kalimat (23b)
merupakan kutipan langsung. Dari penjelasan tersebut diketahui kutipan langsung
terletak setelah kalimat penjelasan wartawan. Berikut contoh pembuktian lainnya:
Sekretaris Paguyuban Peduli Masyarakat Sariharjo Itok Suwiarto.
(
Kompas Yogyakarta
, 21 Desember 2007)
Contoh (24) diketahui terdiri dari tiga kalimat, yakni (24a), (24), dan
(24c). Kutipan langsung terdapat pada kalimat (24b) dan (24c). Kutipan tersebut
terletak setelah kalimat penjelasan wartawan, yakni kalimat (24a).
2.2.3.2 Kutipan Langsung Sebelum Penjelasan Wartawan
Selain terletak setelah kalimat penjelasan wartawan, ditemukan juga
kutipan langsung yang letaknya mendahului penjelasan wartawan. Dengan adanya
kutipan langsung yang terletak sebelum penjelasan wartawan dimaksudkan
sebagai simultan bagi wartawan untuk pencari berita selanjutnya. Hal tersebut
dapat dibuktikan dengan memperhatikan contoh berikut ini:
(25) "(a)
Rumah ambrol pukul 01.30 akibat hujan sejak Kamis sore
,"
ujar Aris lirih. (b) Hampir separuh rumahnya, meliputi ruang keluarga
dan kamar tidur, rusak dan ambrol ke sungai yang membelah Kota
Yogyakarta bagian timur itu. (c) Untung, sebagian barang berhasil
diselamatkan
sebelum
bangunan
rusak
lebih
parah.
(
Kompas
Yogyakarta
, 29 Desember 2007)
Contoh (25) terdiri dari tiga kalimat, yakni (25a), (25b), dan (25c). Dari
contoh tersebut dapat diketahui bahwa kalimat (25a) merupakan kutipan langsung,
sedangkan kalimat (25b) dan (25c) merupakan kalimat penjelasan wartawan.
Berikut contoh pembuktian lainnya:
(27) (a) “
Memang sawah sengaja dibiarkan menganggur. (b) Mau
bagaimana lagi, air memang susah. (c) Kemarin-kemarin tidak
bisa mengandalkan air hujan yang tidak tentu kapan turunnya
,"
tutur Atmo Wiyono, petani lain di Dusun Ngoro-oro. (d) Hujan deras
yang sempat turun selama beberapa hari dalam bulan November juga
tidak cukup membantu pengairan. (
Kompas Yogyakarta
, 6 Desember
2007)
Contoh (26) terdiri dari tiga kalimat, yakni (26a), (26b), dan (26c). Dari
contoh tersebut dapat diketahui bahwa kalimat (26a) dan (26b) merupakan kutipan
langsung, sedangkan kalimat (26c) merupakan kalimat penjelasan wartawan.
Demikian juga dengan contoh (27) yang terdiri dari empat kalimat, yakni (27a),
(27b), (27c), dan (27d). Dari contoh (27) dapat diketahui bahwa kalimat (27a),
(27b), dan (27c) merupakan kutipan langsung, sedangkan kalimat (27d)
merupakan kalimat penjelasan dari wartawan.
2.2.3.3 Kutipan Langsung Setelah Kutipan Tidak Langsung
Terdapat variasi lain tentang letak kutipan langsung dalam sebuah
paragraf, yakni kutipan langsung terletak setelah kutipan tidak langsung dan
sebaliknya ditemukan kutipan langsung yang terletak sebelum kutipan tidak
langsung. Letak kutipan seperti ini merupakan suatu hal yang lazim digunakan
wartawan dalam memberikan fakta berita. Fakta tersebut disajikan dengan tuturan
langsung yang kemudian diikuti dengan memparafrasekan tuturan berikutnya.
Berikut ini penjelasannya beserta contoh:
Inggris, dan Anand Patwardhan dari India. (d) Kesemuanya
merupakan sineas dokumenter kawakan di kancah internasional
,"
tutur Monika. (
Kompas Yogyakarta
, 10 Desember 2007)
(29) (a) Menurut Surjotamtomo, pola pemikiran masyarakat yang dulunya
bangga jika tidak membayar pajak harus diubah dengan budaya malu.
(b) Ibarat utang, kalau tidak dibayar, maka secara psikologis si debitur
akan malu. "(c)
Budaya malu ini harus terus dikampanyekan
supaya masyarakat lambat laun mengikutinya
," katanya. (
Kompas
Yogyakarta
, 13 Desember 2007)
Contoh (28) dan (29) merupakan contoh paragraf yang diawali dengan
kutipan tidak langsung yang kemudian diikuti dengan kutipan langsung. Dengan
kata lain kutipan langsung terletak setelah kutipan tidak langsung. Contoh (28)
terdiri dari empat kalimat, yakni kalimat (28a), (28b), (28c), dan (28d). Kalimat
(28a) dan (28b) merupakan kalimat yang berupa kutipan tidak langsung,
sedangkan kalimat (28c) dan (28d) merupakan kalimat berupa kutipan langsung.
Demikian pula dengan contoh (29) yang terdiri dari tiga kalimat, yakni (29a),
(29b), dan (29c). Kalimat (29a) dan (29b) merupakan kalimat berupa kutipan
tidak langsung, sedangkan kalimat (29c) merupakan kalimat berupa kutipan
langsung.
2.2.3.4 Kutipan Langsung Sebelum Kutipan Tidak Langsung
Kutipan langsung juga ada yang terletak mendahului kutipan tidak
langsung. Berikut ini contoh kutipan langsung yang terletak sebelum atau
mendahului kutipan tidak langsung:
Sendangsari,
Sendangmulyo,
dan
Sendangagung
itu
sudah
menyampaikan keluhan mereka kepada Dinas Permukiman Prasarana
Wilayah
dan
Perhubungan
(Kimpraswilhub)
Sleman
(
Kompas
Yogyakarta
, 7 Desember 2007)
(31) (a) “
Kami selalu anjurkan kepada petani tambak dampingan
untuk membuat kolam di lahan yang berada di dekat pintu air
sehingga air mudah dikembalikan ke saluran induk
," tutur Ade. (b)
Kalaupun tidak bisa membangun di lahan yang dekat pintu air, ujar
Ade, pihaknya memanfaatkan air buangan sawah yang sudah diolah
terkebih dahulu. (
Kompas Yogyakarta
, 7 Desember 2007)
Contoh (30) dan (31) merupakan contoh kutipan langsung yang terletak
sebelum kutipan tidak langsung. Contoh (30) terdiri dari tiga kalimat, yakni
kalimat (30a), (30b), dan (30c). Kalimat (30a) dan (30b) merupakan kalimat yang
berupa kutipan langsung, sedangkan kalimat (30c) merupakan kalimat berupa
kutipan tidak langsung. Sedangkan contoh (31) terdiri dari dua kalimat, yakni
(31a) dan (31b). Kalimat (31a) merupakan kutipan langsung, dan kalimat (31b)
merupakan kutipan tidak langsung.
2.2.3.5 Kutipan Langsung antara Penjelasan Wartawan dan Kutipan Tidak
Langsung
Ditemukan juga letak kutipan langsung yang bervariasi, yakni kutipan
langsung yang terletak di antara kutipan tidak langsung dan kalimat penjelas
wartawan. Paragraf yang demikian berfungsi untuk memberikan ruang pada
narasumber maupun wartawan dalam menanggapi sebuah peristiwa. Berikut ini
contoh pembuktiannya:
merajalela
," ujarnya. (d) Ia juga mengeluhkan kecilnya aliran air dari
Selokan Vanderwick yang menjadi sumber irigasi utama pertanian di
wilayahnya. (
Kompas Yogyakarta
, 5 Desember 2007)
Contoh (32) terdiri dari empat kalimat, yakni (32a), (32b), (32c), dan
(32d). Kalimat (32a) merupakan kalimat penjelas dari wartawan, kalimat (32b)
merupakan kalimat berupa kutipan tidak langsung, kalimat (32c) merupakan
kutipan langsung, sedangkan kalimat (32d) merupakan kutipan tidak langsung.
Berikut contoh lainnya:
(33) (a) Malam itu Riswan datang bersama istrinya, Ninik (27). (b)
“
Waktu kecil saya pernah makan daging ular karena sakit
gatal-gatal, nggak ingat rasanya,"
tutur Ninik. (c) Ia penasaran dan ingin
merasakan lagi daging ular. "(d)
Enak kok,
" komentarnya singkat. (e)
Ular
yang menggeliat
melilit-lilit tubuh tak ada
lagi dalam
bayangannya. (
Kompas Yogyakarta
, 5 Desember 2007)
Contoh (33) terdiri dari lima kalimat, yakni (33a), (33b), (33c), (33d), dan
(33e). Kalimat (33a) merupakan kalimat penjelasan wartawan, kalimat (33b)
merupakan kutipan langsung, kalimat (33c) merupakan kutipan tidak langsung,
kalimat (33d) merupakan kutipan langsung, dan kalimat (33e) merupakan kalimat
penjelasan dari wartawan. Perhatikan contoh lain berikut ini:
(34) (a) Senin (4/12) malam di daerah Gandekan Lor, Bernard (30)
menunggu dengan sabar tongseng ular pesanannya. (b) Ia mengaku
sudah lima tahun lebih berlangganan warung kaki lima (PKL) masakan
ular di kawasan itu. (c) “
Saya hobi makan tongseng ular, sama
seperti saya suka makan tongseng kambing
," kata Bernard. (d)
Berawal dari rasa ingin tahu yang besar, Bernard pun mencoba
masakan ular di jalan yang sering dilewatinya. "(e)
Saya cocok
masakannya, enak
," ujarnya tertawa. (
Kompas Yogyakarta
, 5
Desember 2007)
Contoh (34) terdiri dari lima kalimat, yakni (34a), (34b), (34c), (34d), dan
(34e). Kalimat (34a) merupakan kalimat penjelasan wartawan, kalimat (34b)
kalimat (34d) merupakan kalimat penjelasan wartawan, dan kalimat (34e)
merupakan kutipan langsung.
2.2.4 Posisi Kutipan Langsung dalam Berita
Posisi kutipan langsung dalam berita yang dimaksud disini adalah penting
tidaknya keberadaan kutipan dalam sebuah berita. Dikatakan penting karena
berada pada paragraf pertama dalam sebuah berita atau mengawali berita.
Paragraf pertama dalam berita merupakan lead. Menurut Suhandang (2004: 120)
lead
adalah sari berita. Selaku sari dari beritanya, lead merupakan laporan singkat
yang bersifat klimaks dari peritiwa yang dilaporkannya.
Masih menurut Suhandang (2005: 126) kutipan yang menjadi lead biasa
disebut
the statement lead
atau
the quotation lead
. Lead jenis ini beranjak dari
suatu pemberitaan yang selalu memakai tanda kutip (kalimat langsung) atau tidak
menggunakan tanda kutip (kalimat tidak langsung). Dalam penelitian ini
ditemukan lead berita yang berupa kutipan langsung. Berita yang dimaksud
adalah berita feature. Berikut berita yang dimaksud:
(35)
Jender
Beban yang Tak Pernah Bisa Berkurang
Oleh Agni Rahadyanti
"Melu kegiatan ya oleh-oleh wae. Ning aja lali kewajibane wong
wedhok neng omah. Sapa sing arep resik-resik omah, sing
nyepakake wedhang? Nek nganti lali gaweane omah, tak penging
tenan," ujar Dedi H Purwadi menirukan pernyataan seorang suami
di Pundong, Bantul, ketika menanggapi kegiatan istrinya beberapa
waktu lalu.
dilontarkan para suami yang istrinya mengikuti program pemulihan
pascagempa dampingan Dedi.
"Mengajak ibu-ibu keluar dari rumah untuk mengikuti kegiatan atau
pelatihan perempuan usaha kecil (PUK) tidaklah mudah. Mereka harus
memastikan kegiatan di luar tidak akan mengganggu
pekerjaan-pekerjaan rumah tangga," kata Dedi yang menjadi LP3Y/ Field
Coordinator Program Terpadu Pemulihan Pascagempa Bantul Jejaring
Ford Foundation 2007-2008 ini.
Karena tetap harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan- pekerjaan
domestik tanpa adanya pembagian peran yang lebih seimbang dengan
laki-laki,
perempuan
menghadapi
beban
ganda dalam
keluarga,
teristimewa perempuan di kelas menengah ke bawah yang harus bekerja
memenuhi
kebutuhan
ekonomi
sekaligus
menyelesaikan
semua
pekerjaan domestik.
Dedi menyebutkan, dari 340 PUK di lima kecamatan di Bantul yang
ia
dampingi,
masing-masing
Banguntapan,
Pleret,
Pundong,
Bambanglipuro, dan Pandak, rata-rata bekerja selama 15 jam per hari
selama tujuh hari penuh. "Mereka biasanya bekerja dari pukul 04.00 atau
05.00 sampai pukul 20.00 atau 21.00. Mulai dari memasak di pagi hari
sampai memastikan segala pekerjaan rumah selesai di malam hari,"
ungkap Dedi.
Kondisi itu tak jauh berbeda di daerah lain. Dari penelitian Yayasan
Pikul tahun 2001 yang disebutkan dalam diskusi, jam kerja rata-rata
perempuan desa di Nusa Tenggara Timur selama 16,5 jam. Ketika suami
memiliki waktu istirahat siang pukul 13.00 sampai 15.00, pada waktu
yang sama perempuan harus mencari kayu dan bekerja di kebun.
Demikian juga di malam hari, mereka masih menjahit dan menumbuk
jagung untuk sarapan ketika suami beristirahat mendengarkan radio.
Semua itu diperparah dengan adanya pembakuan peran jender dalam
kultur masyarakar maupun pembakuan secara legal oleh negara. Dalam
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, misalnya,
disebutkan eksplisit peran suami sebagai kepala keluarga dan istri
sebagai ibu rumah tangga (Pasal 31). Atau, kewajiban suami melindungi
istri dan memberi segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga,
sedangkan kewajiban istri mengatur urusan rumah tangga (Pasal 34).
Pembakuan peran jender ini, menurut Dedi, terkadang menjadi
sebuah legitimasi atas beban ganda yang dialami perempuan. Untuk
mengatasinya,
penyadaran
jender
terhadap
laki-laki
harus
terus
dilakukan. Strategi man to man dengan mengajak pria berdiskusi
membahas kesulitan beban ganda perempuan dalam sudut pandang
laki-laki dapat dijadikan alternatif.
berada pada titik jenuh ketika konsep penghargaan jender hanya mereka
pahami sendiri tanpa keterlibatan laki-laki.
Di sisi lain peran domestik perempuan sendiri sering kali masih
diremehkan. Padahal, seperti dituturkan aktivis Koalisi Perempuan
Indonesia DIY Farsijana Adeney-Risakotta, dari pekerjaan domestik
tersebut, perempuan mampu menjadi motivator sekaligus aktor aktif
dalam membangun keluarga dan komunitasnya. Hal ini sudah dibuktikan
pula di Bantul ketika perempuan banyak berperan menangani gempa
melalui dapur umum.
(
Kompas Yogyakarta
, 19 Desember 2007)
Berita di atas merupakan berita feature yang diawali dengan kutipan pada
leadnya. Lead kutipan pada feature ini berujud kutipan yang dalam dan ringkas
dari tokoh terkenal. Kutipan harus memusatkan diri pada watak cerita. Maka dari
itu, kenapa kutipan langsung memiliki posisi yang penting dalam sebuah berita.
Selain mengawali, kutipan langsung juga dapat mengakhiri sebuah berita.
Dengan tujuan yang berbeda pula tentunya. Kutipan langsung yang mengakhiri
sebuah berita memiliki fungsi sebagai kesimpulan maupun saran dari narasumber
tentang sebuah peristiwa. Berikut ini salah satu contoh berita yang diakhiri oleh
kutipan langsung:
(36) Perumahan
Rumah Susun Gemawang Siap Dihuni Januari
SLEMAN, KOMPAS - Rumah susun sederhana sewa atau rusunawa
yang ada di Dusun Gemawang, Sinduadi, Mlati, siap dihuni awal tahun
depan. Pada bulan Januari, dua blok kembar yang masing-masing terdiri
dari 48 unit rumah mulai disewakan. Rusunawa ini diharapkan bisa
menjadi solusi atas berbagai masalah perumahan seperti kelangkaan
lahan dan banyaknya perkampungan kumuh.
Kepala Dinas Permukiman Prasarana Wilayah dan Perhubungan
(Kimpraswilhub) Sleman Yuni Zaffria mengungkapkan, Rusunawa
Gemawang yang dibangun dengan dana APBN sebesar Rp 14 miliar ini