• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia Program Studi Sastra Indonesia"

Copied!
0
0
0

Teks penuh

(1)

i

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Barbara Wenny Primandari

NIM: 044114022

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

ii

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Barbara Wenny Primandari

NIM: 044114022

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

iii

WACANA BERITA HALAMAN A HARIAN

KOMPAS

SUPLEMEN YOGYAKARTA EDISI DESEMBER 2007

Oleh

Barbara Wenny Primandari

NIM: 044114022

Telah disetujui oleh

Pembimbing I

Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum

Tanggal 3 Februari 2009

Pembimbing II

(4)

iv

SUPLEMEN YOGYAKARTA EDISI DESEMBER 2007

Dipersiapkan dan ditulis oleh

Barbara Wenny Primandari

NIM: 044114022

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada tanggal 13 Februari 2009

Dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Ketua

: Drs. B. Rahmanto, M. Hum

...

Sekretaris

: Drs. Hery Antono, M. Hum

...

Anggota

: 1. Drs. P. Ari Subagyo, M. Hum

...

2. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum

...

3. Drs. Hery Antono, M. Hum

...

Yogyakarta, 11 Maret 2009

Dekan Fakultas Sastra,

Universitas Sanata Dharma

(5)

v

dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 27 Februari 2009

(6)

vi

Nomor Mahasiswa

: 044114022

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

KUTIPAN TUTURAN DALAM

WACANA BERITA HALAMAN A HARIAN

KOMPAS

SUPLEMEN YOGYAKARTA EDISI DESEMBER 2007

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,

mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan

data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya

sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 27 Februari 2009

Yang menyatakan,

(7)

vii

Wacana Berita Halaman A Harian

Kompas

Suplemen Yogyakarta Edisi Desember

2007”. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Sastra Indonesia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini, antara lain:

1. Dr. I. Praptomo Baryadi, M. Hum selaku pembimbing I.

2. Drs. Hery Antono, M. Hum selaku pembimbing II.

3. Drs. B. Rahmanto, M. Hum., S. E. Peni Adji, S. S., M. Hum., Drs. P. Ari

Subagyo, M. Hum., Dra. Fr. Tjandrasih Adji, M. Hum., Drs. F. X.

Santoso, M. S., Drs. Yoseph Yapi Taum, M. Hum., serta dosen tamu di

Sastra Indonesia.

4. Segenap staf dan karyawan Fakultas Sastra Universitas Sanata Dharma.

5. Ayahanda Y. Paulus S, ibunda M. C. Purwatminingsih dan adik-adik

tercinta (Ratri, Roshi, dan Refza).

6. Simbah Putri tersayang, Om Moko dan Bulik Aseh dan keluarga di

Wonosari.

7. Rekan-rekan Sastra Indonesia Universitas Sanata Dharma angkatan 2004.

8. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis telah berusaha dengan maksimal dalam penyusunan skripsi ini.

Namun, penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun terhadap skripsi ini

dari pembaca. Penulis akan bertanggung jawab atas setiap kesalahan dalam skripsi

ini Terima kasih.

Yogyakarta, 27 Februari 2009

(8)

viii

Skripsi ini Penulis persembahkan bagi:

Ayahanda Yoseph Paulus Soewignyo dan Ibunda M. C. Purwatminingsih

Adik-adik tercinta: - Cirrilya Wenny Ratri Andari,

-

Otho Wenny Roshi Andari, dan

-

Verena Wenny Refza Andari

Simbah Putri Tercinta

Keluarga besarku

(9)

ix

seperti yang ia bayangkan, maka ia akan memperoleh sukses yang tidak pernah dipikirkannya.

(Thoreau)

Rahasia dari kebijaksanaan, kekuatan dan pengetahuan adalah kerendahan hati, dan

Rahasia dari pengaruh adalah kesederhanaan.

(NN)

Selalu berpikirlah positif dan kenyataan akan membawamu ke arah pikiranmu

(10)

x

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING

...

iii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI

...

iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

...

v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI

...

vi

KATA PENGANTAR

...

vii

HALAMAN PERSEMBAHAN

...

viii

MOTTO

...

ix

DAFTAR ISI

...

x

DAFTAR SINGKATAN

...

xiii

ABSTRAK

...

xiv

ABSTRACK

...

xv

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang...

1

1.2 Rumusan Masalah...

4

1.3 Tujuan Penelitian...

5

1.4 Manfaat Penelitian...

5

1.5 Tinjauan Pustaka...

6

1.6 Landasan Teori...

7

1.6.1

Pengertian Berita Utama...

7

1.6.2

Pengertian Berita Halaman Muka...

8

1.6.3

Pengertian Kutipan...

8

1.6.4

Macam-macam Kutipan...

9

1.7 Metode Penelitian...

11

1.7.1

Metode Pengumpulan Data...

11

1.7.2

Metode Analisis Data...

12

(11)

xi

DESEMBER 2007

2.1 Pengantar...

15

2.2 Kutipan Langsung...

15

2.2.1 Jenis Kutipan langsung...

16

2.2.1.1 Kutipan Langsung Berpenanda...

16

2.2.1.2 Kutipan langsung Tidak Berpenanda...

21

2.2.2 Letak Kutipan Langsung...

23

2.2.2.1 Kutipan Langsung Setelah Penjelasan Wartawan

24

2.2.2.2 Kutipan Langsung Sebelum Penjelasan Wartawan 25

2.2.2.3 Kutipan Langsung Setelah Kutipan tidak langsung 26

2.2.2.4 Kutipan Langsung Sebelum Kutipan Tidak

Langsung...

27

2.2.2.5 Kutipan Langsung antara Penjelasan Wartawan

dan Kutipan Tidak Langsung...

28

2.2.4 Posisi Kutipan Langsung dalam Berita...

30

2.3 Kutipan Tidak Langsung...

33

2.3.1 Penanda Kutipan Tidak Langsung...

35

2.3.2 Letak Kutipan Tidak Langsung...

37

2.3.2.1 Kutipan Tidak Langsung Setelah Penjelasan

Wartawan...

37

2.3.2.2 Kutipan Tidak Langsung Sebelum Penjelasan

Wartawan...

38

2.3.2.3 Kutipan Tidak Langsung Sebelum Kutipan

Langsung...

39

2.3.2.4 Kutipan Tidak Langsung Setelah Kutipan

Langsung...

39

(12)

xii

BAB III PROPORSI JUMLAH JENIS KUTIPAN DALAM WACANA

BERITA

HALAMAN

A

HARIAN

KOMPAS

SUPLEMEN

YOGYAKARTA EDISI DESEMBER 2007

3.1 Pengantar………. 46

3.2 Satu Jenis Kutipan dalam Satu Berita... 46

3.3 Dua Jenis Kutipan dalam Satu Berita... 49

3.4 Tiga Jenis Kutipan Dalam Satu Berita... 52

BAB III PENUTUP

4.1 Kesimpulan...

55

4.2 Saran...

57

DAFTAR PUSTAKA

...

58

(13)

xiii

P

: Predikat

PTL

: Penanda Tuturan langsung

S

: Subjek

(14)

xiv

2007”.

Skripsi

Strata Satu (S1). Yogyakarta: Program Studi Sastra

Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas

Sanata Dharma.

Dalam skripsi ini dibahas tentang kutipan tuturan dalam berita halaman A

Harian

Kompas

suplemen Yogyakarta Edisi Desember 2007. Ada dua masalah

yang dibahas dalam penelitian ini. Pertama, apa saja jenis kutipan tuturan yang

ada dalam berita halaman A Harian

Kompas

Suplemen Yogyakarta Edisi

Desember 2007. Kedua, bagaimana proporsi jenis kutipan yang digunakan dalam

sebuah berita halaman A Harian

Kompas

Suplemen

Yogyakarta

Edisi Desember

2007.

Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan jenis kutipan tuturan

yang ada dalam berita halaman A Harian

Kompas

Suplemen Yogyakarta Edisi

Desember 2007 dan mendeskripsikan proporsi jumlah jenis kutipan yang

membangun berita halaman A Harian

Kompas

Suplemen

Yogyakarta

Edisi

Desember 2007.

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode simak. Penyimakan dilakukan terhadap kutipan yang ada dalam berita

halaman A Harian

Kompas

suplemen Yogyakarta Edisi Desember 2007. Pada

tahap penyimakan ini digunakan teknik sadap, kemudian dilanjutkan dengan

teknik copy paste, dan segera dilanjutkan dengan klasifikasi data. Klasifikasi data

dilakukan berdasarkan jenis kutipan dalam berita.

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

padan dan metode agih. Teknik yang digunakan dalam analisis data ini adalah

padan ortografis. Lalu dilanjutkan dengan teknik baca markah. Teknik baca

markah digunakan untuk membuktikan sebuah kutipan dapat dikatakan sebagai

kutipan tidak langsung. Dalam penyajian hasil analisis data digunakan metode

informal dan formal. Metode informal yaitu perumusan hasil analisis data yang

dirumuskan dengan kata-kata biasa dalam bentuk bahasa tertulis; sedangkan

metode formal adalah perumusan hasil analisis data dengan menggunakan

lambang-lambang.

(15)

xv

Edition”. Undergraduate Thesis. Department of Indonesian

Letter, Faculty of Letter, Sanata Dharma University, 2009.

This thesis discusses “The Cite Narrative of The News at The Page A at

Kompas

Supplement Yogyakarta Daily of December 2007 Edition”. There are two

problem investigated in the research. First is what kind of the type of citation

used in a headline news at the page A at

Kompas

supplement Yogyakarta Daily of

December 2007 edition. Second is how the proportion of citation used in

constructing a news at the page A at

Kompas

Supplement

Yogyakarta

Daily of

December 2007 edition.

The aim of this research is to describe the type of cite narrative in head

line news used in constructing a head line news at the page A at

Kompas

supplement Yogyakarta Daily of December 2007 edition and to describe the

proportion of citation used in constructing a news at the page A at

Kompas

Supplement

Yogyakarta

Daily of December 2007 edition.

The methodology of collecting data applied in this research was

distributional method. The listening attentively done towarded citation in headline

news at the page A at

Kompas

supplement Yogyakarta Daily of December 2007

edition. The technique used was tapping. It was continued with copy paste

technique. After that, data were classified. The classification was based on the

kind/type of citation in the news.

The methodology used in analyzing data was match method and

distributional method. The technique used in this method is match ortografis.

Then it is continued with reading the mark technique. Reading the mark technique

was done to prove if cite can be considered as indirect citation. In the result of

data analysis, informal and formal method was applied. Informal method is the

formulation of data analysis result which is written in common language; while

the formal method is the formulation of data analysis result which is written in

symbol.

(16)

1.1 Latar Belakang

Dalam sebuah berita sering ditemui penulisan kutipan yang dikutip dari

pendapat/tuturan seorang narasumber. Kutipan dalam sebuah berita berfungsi

menguatkan berita itu. Kutipan dapat digunakan untuk memberikan efek khusus

yakni membiarkan narasumber berbicara dengan kata-kata sendiri merupakan alat

dalam memberikan gaya menghidupkan pada tulisan berita (Kusumaningrat,

2005: 155). Hal tersebutlah yang ingin diteliti lebih lanjut oleh penulis. Maka dari

itu, penulis bermaksud meneliti jenis kutipan tuturan apa saja yang terdapat dalam

berita utama dan bagaimana proporsi jenis kutipan tuturan yang membangun

sebuah berita. Perhatikan contoh salah satu berita utama yang diambil dari harian

Kompas

Suplemen Yogyakarta tanggal 1 Desember 2007 berikut:

(1) Rekonsiliasi Pascagempa

Rencana Wisata Pejabat ke Bali Dipertanyakan

BANTUL, KOMPAS – (a) Rencana berwisata bagi kepala desa,

camat, dan pejabat setingkat kepala dinas Pemerintah Kabupaten Bantul

ke Bali sebagai bagian rekonsiliasi pascagempa mendapat sorotan banyak

pihak.

(b) Kepala Dusun Cangkring, Sumberagung, Jetis, Sulistyo langsung

menunjukkan keheranannya. Ia khawatir ketika program wisata itu

benar-benar jalan, malah timbul kembali gesekan dalam masyarakat sehingga

upaya rekonsiliasi menjadi tak kunjung selesai.

(c) "Lagipula, yang memerlukan rekonsiliasi warga di tingkat bawah,

karena yang paling terlibat konflik adalah kadus dengan warga. Tolong

rencana wisata itu dikaji," ujar Sulistyo yang juga Ketua Paguyuban

Kepala Dusun (Pandu) se-Bantul ini, Jumat (30/11).

(17)

memilih tidak ikut karena rentetan hal sesudahnya pasti panjang. Ia akan

merasa tidak enak terhadap warganya.

(e) "Kesannya nanti Pak Kades malah piknik ke Bali ramai-ramai.

Walaupun tujuan program wisata itu adalah rekonsiliasi pascagempa agar

keguyuban kembali tercipta, esensinya menjadi kurang tepat. Ini hanya

akan menghabiskan anggaran," ucap Sudirman.

Terima masukan

(f) Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul Gendut Sudarto menjelaskan,

rekonsiliasi dengan berwisata ke Bali memang sudah direncanakan untuk

tahun depan. Dananya akan mengambil sebagian dari total anggaran

rekonsiliasi sebesar Rp 10 miliar. Uang ini berasal dari pos belanja tidak

langsung Rancangan APBD Bantul 2008.

(g) Gendut belum menyinggung berapa biaya untuk program wisata

yang rencananya juga mengikutsertakan istri para pejabat di lingkungan

Pemkab Bantul tersebut. Namun, dia juga menegaskan bahwa pihaknya

akan menerima masukan dari warga terhadap rencana ini.

(h)

"Penyaluran

dana

rekonstruksi

pascagempa

tidak

hanya

menimbulkan konflik pada masyarakat bawah karena para pejabat juga

mengalami. Camat, para kades, dan kami di pemkab mengalami

disharmonisasi karena saling curiga dan berprasangka," ucapnya.

(i) Apalagi, lanjut Gendut, jajaran Pemkab Bantul dituntut untuk

bekerja ekstra keras sebagai bentuk tanggung jawab kepada warga.

Dengan demikian, program wisata ke Bali sejatinya lebih pada

penyegaran kembali secara psikologis. Anggaran juga tidak

dihambur-hamburkan percuma.

Berita (1) terdiri dari sembilan paragraf. Sebuah berita hakikatnya

mengandung kutipan dari tuturan pembicara. Kutipan tersebut berfungsi untuk

memperkokoh argumen dalam berita atau memperjelas sebuah peristiwa. Berikut

analisis kutipan yang ada dalam berita tersebut. Paragraf (a) merupakan kata-kata

wartawan dan pengetahuan wartawan tentang sebuah peristiwa yang menjadi

sorotan masyarakat, sehingga paragraf (a) tidak bisa disebut sebagai kutipan.

Paragraf (b) merupakan paragraf kutipan yang dikutip dari pembicaraan

Kadus Cangkring, Sulistyo yang khawatir jika program wisata dijalankan malah

akan menimbulkan masalah dalam masyarakat. Paragraf (b) tuturannya tidak serta

(18)

oleh wartawan. Oleh sebab itu, kutipan tersebut dinamakan kutipan parafrase atau

tidak langsung.

Paragraf (c) merupakan kutipan langsung yang diucapkan oleh Sulistyo.

Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya tanda petik yang ada pada awal dan akhir

kutipan, kemudian disusul oleh tanda pemisah koma dan diikuti penanda tuturan

tersebut diucapkan oleh siapa lengkap dengan jabatan dan waktu dituturkannya

tuturan tersebut.

Paragraf (d) berisi kutipan yang diucapkan oleh pembicara dan telah

diparafrasekan oleh wartawan. Paragraf (d) sama dengan paragraf (b), yakni

kutipan parafrase atau tidak langsung. Paragraf (e) merupakan kutipan langsung,

sama seperti paragraf (c). Kutipan tersebut diucapkan oleh Sudirman. Paragraf (f)

berisi kutipan tidak langsung karena dalam paragraf tersebut terdapat pendapat

pembicara yang telah diparafrasekan oleh wartawan. Dalam hal ini pembicara

adalah Sekretaris Daerah Kabupaten Bantul, Gendut Sudarto.

Paragraf (g) juga merupakan kutipan tidak langsung sama seperti paragraf

(f). Paragraf (h) merupakan kutipan langsung yang diucapkan oleh Gendut. Hal

tersebut dapat diketahui dengan adanya pemarkah yang berupa kata ganti persona

ketiga, yakni

ucapnya

, –

nya

menunjuk pada persona Gendut yang ada pada

paragraf sebelumnya. Paragraf (i) merupakan kutipan tidak langsung yang

dituturkan oleh Gendut.

Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa dalam contoh berita (1)

terdapat dua jenis kutipan, yakni kutipan langsung dan kutipan tidak langsung.

(19)

langsung dapat dilihat pada paragraf (b), (d), (f), (g), dan (i). Dari hasil analisis

tersebut, masih terdapat kemungkinan ditemukannya variasi kutipan lain dalam

sebuah berita. Hal tersebutlah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti berita

utama yakni jenis kutipan tuturan yang membangun sebuah berita.

Dari klasifikasi tentang kutipan yang telah dilakukan, ditemukan variasi

berita dengan jumlah jenis kutipan tertentu di dalamnya. Seperti contoh berita (1)

merupakan berita yang terdiri dari dua jenis kutipan, yakni kutipan langsung dan

kutipan tidak langsung. Oleh karena itu, rumusan kedua yang penulis temukan

adalah mengenai proporsi jumlah jenis kutipan dalam berita halaman A pada

harian

Kompas

Suplemen Yogyakarta edisi Desember 2007.

Sejauh pengamatan penulis, topik tentang kutipan tuturan dalam wacana

berita belum penulis temukan. Yang ditemukan adalah hasil penelitian tentang

interferensi dalam wacana berita yang dilakukan oleh Yeni Yulianti (2005) dan

hasil penelitian tentang kohesi dan koherensi antarkalimat dalam teras berita yang

dilakukan oleh Maria Retnoningsih (2005).

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1

Apa saja jenis kutipan tuturan yang terdapat dalam wacana berita halaman

A harian

Kompas

Suplemen Yogyakarta edisi Desember 2007?

1.2.2

Bagaimana proporsi jenis kutipan tuturan pada wacana berita halaman A

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini adalah:

1.3.1

Mendeskripsikan jenis kutipan tuturan yang ada dalam wacana berita

halaman A harian

Kompas

Suplemen Yogyakarta edisi Desember 2007.

1.3.2

Menentukan proporsi jumlah jenis kutipan tuturan yang ada dalam wacana

berita halaman A harian

Kompas

Suplemen Yogyakarta edisi Desember

2007.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini berupa deskripsi jenis kutipan dan proporsi jenis

kutipan. Deskripsi ini memberikan manfaat teoritis dan praktis. Hasil penelitian

ini bermanfaat bagi pengembangan sintaksis dan analisis wacana.

Bagi pengembangan sintaksis, hasil penelitian ini menambah referensi

tentang tuturan langsung dan pengutipannya dalam wacana berita. Bagi

pengembangan analisis wacana hasil penelitian ini menambah referensi tentang

unsur pembangun wacana berita, yaitu kutipan langsung, kutipan tidak langsung

dan tuturan wartawan.

Hasil penelitian ini bermanfaat praktis untuk menyusun pedoman menulis

berita. Pedoman tersebut berkenaan dengan menentukan jenis kutipan dan

meletakkannya pada wacana berita sehingga menjadikan suatu berita apik dan

(21)

1.5 Tinjauan Pustaka

Peneliti bahasa yang telah membahas berita utama antara lain (i) Yeni

Yulianti (2005), (ii) Maria Retnoningsih (2005). Yeni Yulianti menganalisis

interferensi yang ada dalam wacana berita pada Surat Kabar Harian

Kedaulatan

Rakyat

terbitan bulan Agustus 2003. Interferensi adalah penyimpangan berbahasa

akibat adanya unsur dari bahasa lain yang masuk dalam suatu kaidah berbahasa.

Yulianti mendeskripsikan bahasa apa saja yang menginterferensi bahasa Indonesia

dalam wacana berita, satuan lingual apa saja yang menginterferensi, dan

bagaimana cara mencari padanan unsur-unsur yang menginterferensi bahasa

Indonesia. Dari penelitian yang dilakukan oleh Yulianti dapat disimpulkan bahwa

interferensi (penyimpangan bahasa) didominasi oleh penggunaan bahasa Jawa dan

bahasa Inggris. Ada dua cara untuk mencari padanan unsur-unsur yang

menginterferensi bahasa Indonesia dalam wacana berita, yakni (i) mencari

padanannya dalam bahasa Indonesia dan (ii) menyerapnya secara utuh.

Maria Retnoningsih menganalisis teras berita pada wacana berita utama

Harian

Kompas

terbitan September 2003. Retno mendeskripsikan variasi struktur

informasi yang terdapat dalam teras berita utama, koherensi dan kohesi apa saja

yang membangun keutuhan teras berita dalam berita utama Harian

Kompas

terbitan September 2003. Dari penelitian yang dilakukan oleh Maria diperoleh

kesimpulan bahwa ada tiga belas jenis struktur informasi berdasarkan analisis

sintaksis. Selain itu ditemukan empat jenis kohesi dan enam jenis koherensi dalam

(22)

Dari tinjauan pustaka di atas, dapat dilihat bahwa penelitian tentang

kutipan dalam berita utama belum penulis temukan. Maka dari itu, dalam skripsi

ini penulis akan meneliti kutipan yang ada dalam wacana berita halaman A harian

Kompas

SuplemenYogyakarta edisi Desember 2007. Adapun hal yang akan

diteliti penulis meliputi apa saja jenis kutipan tuturan yang ada dalam berita

utama.

1.6 Landasan Teori

1.6.1

Berita

Menurut Junaedhie (1991: 26) berita adalah laporan/pemberitahuan

mengenai terjadinya peristiwa atau keadaan yang bersifat umum dan baru saja

terjadi (aktual) yang disampaikan oleh wartawan dalam media massa. Masih

menurut Junaedhie (1991: 29) berita utama lebih populer dengan headline news.

Berita yang dianggap sangat layak dipasang di halaman depan, dengan judul yang

merangsang perhatian dan menggunakan tipe huruf yang relatif lebih besar.

Pendeknya berita istimewa.

Berita utama adalah berita-berita pokok yang biasanya diletakkan di

halaman muka sebuah surat kabar. Menurut George Fox dalam bukunya

New

Survey of Jurnalism

suatu

head line

yang baik harus dapat menyajikan dan

menyingkatkan cerita dan harus dapat memperindah halaman dimana ia dimuat

(Medan Bahasa, 1954: 37 via Palupi 2000: 12-13).

Berita dalam

head line

merupakan berita faktual. Dalam surat kabar harian

(23)

bidang tersebut (Sudaryanto dan Sulistiyo (eds), 1997: 284 via Palupi, 2000: 13).

Tulisan jenis berita dalam

head line

bersifat deskriptif. Di situ wartawan atau

penulis berita semata-mata berusaha membeberkan atau memaparkan secara rinci

objek yang sedang dibicarakan. Tulisan semacam itu diharapkan mampu

membangkitkan

daya

khayal

pembaca,

sehingga

pembaca

seolah-olah

menyaksikan sendiri suatu peristiwa atau kejadian secara utuh.

1.6.2

Berita Halaman Muka

Berita halaman muka adalah berita-berita yang sengaja dipasang di

halaman depan, karena dianggap bisa memikat perhatian pembaca, punya nilai

berita tinggi, setidak-tidaknya mengandung unsur-unsur: aktualitas, keluarbiasaan,

jauh-dekat terjadinya berita, ternama-tidaknya yang diberitakan dan lain

sebagainya (Junaedhie, 1991: 27).

1.6.3

Kutipan

Menurut Keraf (1980: 179) kutipan adalah pinjaman kalimat atau pendapat

dari seorang pengarang, atau ucapan seseorang yang terkenal, baik dalam

buku-buku maupun majalah-majalah. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2005: 619) kutipan diartikan sebagai pengambilalihan satu kalimat atau lebih dari

karya tulisan lain untuk tujuan ilustrasi atau memperkokoh argumen dalam tulisan

sendiri.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kutipan adalah

(24)

maupun pendapat seorang ahli/narasumber yang digunakan untuk memperkuat

argumen dalam tulisan sendiri.

1.6.4

Macam-macam Kutipan

Kutipan digunakan untuk memberikan efek khusus bagi berita yakni

membiarkan nara sumber berbicara dengan kata-kata sendiri merupakan alat

dalam memberikan gaya menghidupkan pada tulisan berita. Menurut Luwi

Ishwara (2005: 132) variasi kutipan yang umum dipakai dalam berita dan cerita

feature

ada lima macam variasi, antara lain: (i) kutipan langsung; (ii) kutipan tidak

langsung; (iii) kutipan parafrasa (

paraphrase

); (iv) kutipan fragmentaris; dan (v)

dialog.

Kutipan langsung adalah kutipan yang menuliskan kata demi kata dari apa

yang dikatakan oleh pembicara. Kutipan ini dibuka dan ditutup dengan tanda

kutip. Deviasi kecil dari kata-kata yang eksak masih dibolehkan oleh kebanyakan

surat kabar, selama artinya tidak berubah. Misalnya, seorang anggota dewan kota,

Bambang, berkata: “

Eee, apa yang ingin saya katakan adalah, anu ahhh, mungkin

kita harus, aaah, maksud saya kita harus mempertimbangkan, anu, apakah kita

punya, itu eee, uang untuk, ahhh, membangun gedung baru

.” Memang ada orang

yang memiliki gaya bicara seperti itu. Bila ini ingin dikutip langsung maka

wartawan bisa membersihkannya tanpa mengurangi makna ucapan pejabat

(25)

Kutipan tidak langsung berisi apa yang kurang lebih dikatakan oleh

pembicara dan bagaimana cara penyampaiannya. Di sini tanda kutip tidak dipakai.

Contohnya:

Bambang mengatakan dewan harus mempertimbangkan apakah

tersedia anggaran untuk membangun gedung baru

(Ishwara, 2005: 133). Atau

dengan kata lain, kutipan tidak langsung adalah kutipan yang dirumuskan sendiri

atas dasar isi sumber asli/inti sari atau ikhtisar dari pendapat seorang tokoh yang

kemudian diintegrasikan dalam teks dan tidak diapit oleh tanda petik.

Menurut Ishwara (2005: 133) kutipan parafrasa (

paraphrase)

berisi apa

yang dikatakan oleh pembicara tetapi disajikan dengan kata-kata dari penulisnya

atau dari wartawan. Di sini kata-kata asli dari pejabat tidak dipertahankan.

Contoh:

Bambang mengajukan pertanyaan tentang pembiayaan gedung baru

.

Kutipan fragmentaris adalah gabungan dari parafrasa dan kutipan

langsung. Kutipan ini sangat baik dipakai jika pembicara memasukkan kata-kata

yang penuh warna ke dalam suatu pernyataan yang sebenarnya bisa disampaikan

biasa-biasa saja. Misalnya: Bejo menentang pembangunan gedung itu sebagai

suatu “pemborosan yang melebihi sebuah istana” (Ishwara, 2005: 133).

Masih menurut Ishwara ((2005: 133) kutipan berikutnya dapat berbentuk

dialog. Teknik dialog ini digunakan jika dua atau lebih pembicara dikutip dalam

suatu konversasi tanya-jawab, seperti misalnya di sidang pengadilan. Dialog ini

dapat membuat sebuah artikel menjadi enak dibaca.

Dari penjelasan tentang macam-macam kutipan di atas, dapat dilihat

(26)

penjelasan tentang dasar-dasar mengutip sedangkan dialog merupakan penjelasan

tentang sesuatu yang dikutip, yakni berupa dialog.

Setelah memperhatikan pengertian antara kutipan tidak langsung dan

kutipan parafrase, maka ditemukan persamaan antara pengertian keduanya, yaitu

sama-sama ucapan narasumber yang ditulis tidak sesuai sama persis dengan yang

dikatakan tetapi telah memperoleh penambahan kata-kata wartawan. Maka dari itu

dalam penelitian ini, kedua kutipan tersebut dilebur menjadi satu, yaitu menjadi

kutipan tidak langsung. Sehingga landasan teori yang digunakan untuk

menganalisis data kutipan pada penelitian ini ada tiga, yakni kutipan langsung,

kutipan tidak langsung dan kutipan fragmentaris (campuran).

1.7 Metode Penelitian

Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan.

Prosedur dalam penelitian ini meliputi tiga tahap, yakni: (1) metode pengumpulan

data, (2) metode analisis data, dan (3) metode penyajian hasil analisis data.

1.7.1 Metode Pengumpulan Data

Pada awal penelitian, penulis mencari dan mengumpulkan atau

browsing

internet

mengenai Harian

Kompas

suplemen Yogyakarta edisi Desember 2007

halaman A sebagai konteksnya. Kemudian memilih paragraf yang menyatakan

kutipan sebagai objek penelitian. Setelah itu, terkumpullah data berupa

(27)

Setelah penggunaan bahasa berupa kutipan tuturan pada wacana berita

utama disimak, kemudian dilakukan teknik penyadapan. Penyadapan dilakukan

dengan cara mencermati cara mengutip tuturan dan mengelompokkannya.

Kemudian dilanjutkan dengan meng-

copy paste

data yang berupa berita dari

media

online

ke word.

Copy paste

data dilakukan karena terlalu banyaknya data

sehingga tidak memungkinkan penulis untuk mencatat data satu per satu ke kartu

data. Selain itu,

copy paste

data dilakukan supaya pengklasifikasian data lebih

mudah dilakukan. Lalu dicatat sumber datanya yang meliputi nama surat kabar,

tanggal dan tahun terbitnya.

1.7.2

Metode Analisis Data

Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode padan dan metode

agih. Metode padan adalah metode analisis bahasa dengan alat penentunya berada

diluar bagian bahasa itu sendiri (Sudaryanto, 1993:13). Metode padan yang

digunakan dalam tahap ini adalah metode padan ortografis. Metode padan

ortografis digunakan untuk menetukan suatu kutipan dapat dikatakan sebagai

kutipan langsung. Kutipan langsung yakni kutipan dari tuturan narasumber yang

selalu diapit oleh tanda petik pada awal dan akhir tuturan., dan kemudian diikuti

oleh tanda koma (,) sebagai pemisah antara tuturan dengan narasumber.

Pembuktian teknik padan ortografis dapat dilihat pada contoh berikut:

(28)

Contoh (2) merupakan kutipan langsung. Teknik padan ortografis yang

dimaksud dapat dilihat pada penulisan tanda petik (“...”) di awal dan akhir

tuturan narasumber. Selain itu, terdapat juga penulisan tanda koma (,) sebagai

pemisah antara tuturan dengan narasumber. Dengan adanya penulisan tanda petik

dan tanda koma tersebut, maka sebuah kutipan dapat dikatakan sebagai kutipan

langsung.

Metode yang digunakan selanjutnya adalah metode agih. Metode agih

adalah metode analisis data yang alat penentunya terdapat dalam bahasa itu

sendiri (Sudaryanto, 1993: 15-16). Teknik yang digunakan dalam metode agih ini

adalah teknik bagi unsur langsung. Teknik ini dilakukan dengan membagi satuan

lingual datanya menjadi bagian atau unsur. Taknik yang digunakan selanjutnya

adalah teknik baca markah. Teknik baca markah adalah teknik membaca peranan

pemarkah (marker) (Sudaryanto, 1993: 95). Dalam teknik ini, peneliti hanya

melihat langsung pemarkahan yang bersangkutan. Penggunaan teknik ini dapat

dilihat pada contoh kutipan berikut:

(3) Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika

Yogyakarta Tiar Prasetya menyatakan, angin tersebut termasuk

kategori puting beliung kecil. Dari pemantauan citra satelit, kondisi

awan di DIY merata. Penumpukan awan pada Senin sore justru

terjadi di daerah selatan atau sekitar pantai. (

Kompas Yogyakarta,

11 Desember 2007)

Dengan melihat langsung kutipan (3), kita dapat menentukan ada tiga

bagian di dalamnya, yakni subyek/penutur, predikat/verba, dan tuturan. Subjeknya

adalah

Kepala Seksi Data dan Informasi Badan Meteorologi dan Geofisika

Yogyakarta Tiar Prasetya

, verbanya adalah

menyatakan,

dan tuturannya adalah

(29)

satelit, kondisi awan di DIY merata. Penumpukan awan pada Senin sore justru

terjadi di daerah selatan atau sekitar pantai.

Pemarkah yang dimaksud dari kutipan (4) adalah penulisan subjek dan

predikat yang berupa verba ‘menyatakan’, karena hal tersebutlah yang

membedakan penulisan antara kutipan langsung dan tidak langsung.

1.7.3

Metode Penyajian Hasil Analisis Data

Hasil analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan metode informal

dan metode formal. Metode informal adalah metode penyajian dengan perumusan

kata-kata biasa (Sudaryanto, 1993: 145). Hasil analisis data disampaikan dengan

menggunakan kata-kata yang dapat langsung dimengerti; sedangkan penyajian

formal adalah perumusan dengan tanda dan lambang-lambang.

1.8 Sistematika Penyajian

Penelitian ini akan dipaparkan menjadi tiga bab. Bab I merupakan

pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian

dan sistematika penyajian. Bab II berisi pembahasan jenis kutipan tuturan yang

ada pada wacana berita halaman A Harian

Kompas

Suplemen Yogyakarta edisi

Desember 2007. Bab III berisi pembahasan proporsi jumlah jenis kutipan yang

ada dalam berita halaman A Harian

Kompas

Suplemen Yogyakarta edisi

Desember 2007. Bab IV merupakan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian

(30)

SUPLEMEN YOGYAKARTA EDISI DESEMBER 2007

2.1 Pengantar

Dalam bab ini dibahas tentang jenis kutipan tuturan yang terdapat pada

berita halaman A Harian

Kompas

Suplemen Yogyakarta edisi Desember 2007.

Data kutipan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi (i) kutipan langsung;

(ii) kutipan tidak langsung; dan (iii) kutipan campuran.

2.2 Kutipan Langsung

Kutipan langsung adalah tuturan yang diucapkan oleh narasumber yang

ditirukan secara persis sama dengan yang diucapkan oleh orang tersebut dan

dituangkan ke dalam sebuah tulisan dengan diapit tanda petik ganda (“....”) pada

awal dan akhir kutipan. Seperti dijelaskan dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah (2004:

53) bahwa tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan

dan naskah atau bahan tertulis lain.

Selain tanda petik, ciri lain kutipan langsung adalah adanya tanda koma (,)

setelah petikan. Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung

(selanjutnya disebut tuturan langsung/TL) dari bagian lain dalam kalimat

(31)

2.2.2 Jenis Kutipan Langsung

Menurut jenisnya, kutipan langsung dapat dibedakan menjadi dua, yakni

kutipan langsung berpenanda dan kutipan langsung tidak berpenanda.

2.2.2.1 Kutipan Langsung Berpenanda

Kutipan langsung berpenanda adalah kutipan tuturan yang secara persis

sama dengan yang dituturkan oleh narasumber dan diapit tanda petik ganda

lengkap dengan keterangan dituturkan oleh siapa. Penanda yang dimaksud disini

adalah verba dan narasumber. Penulisan kutipan langsung berpenanda dapat

dilihat pada contoh kutipan berikut:

(4) "Dulu, waktu saya kecil, sepertinya malah sedikit teman-teman yang

paham seluk beluk agama. Namun, kami berteman tulus. Tanpa

gembar- gembor, kerukunan tercipta dengan sendirinya. Tak ada yang

meributkan hal-hal yang sekarang jadi bahan serang antaragama,"

ujarnya

. (

Kompas Yogyakarta

, 31 Desember 2007)

(5) (a) Tahapan perundingan dan perjuangan bersenjata kala itu

benar-benar dikoordinasikan dari Yogyakarta. (b) Keberhasilan gerilya kota,

misalnya, adalah berkat bantuan Sultan yang melindungi gerilyawan di

dalam keraton. (c) “Sultan menjadi figur demokratis meski tetap punya

karisma besar sebagai pemimpin yang dihormati rakyatnya,"

kata

Suhartono

. (

Kompas Yogyakarta

, 31 Desember 2007)

Contoh (4) dan (5c) merupakan kutipan langsung karena kalimat tersebut

diapit oleh tanda petik (“....”) pada awal dan akhir kutipan. Selain diapit tanda

petik, terdapat juga penulisan koma yang berfungsi sebagai pemisah antara

kalimat tuturan dengan PTL-nya (penanda tuturan langsung). Penanda tuturan

(32)

Kutipan (4) dan (5c) disebut kutipan langsung berpenanda karena kutipan

tuturan narasumber diapit oleh tanda petik pada awal dan akhir tuturan, kemudian

diikuti oleh tanda koma yang memisahkan tuturan sumber tuturan. Dapat dilihat

juga setelah tanda koma ada pemarkah dalam kutipan langsung yang ditunjukkan

kata

ujarnya

contoh (4) dan

kata Suhartono

pada contoh (5c). Selanjutnya akan

diuraikan mengenai pemarkah apa saja yang digunakan pada kutipan langsung.

Perhatikan contoh berikut tentang pemarkah tuturan langsungnya:

(6) "Penyaluran dana rekonstruksi pascagempa tidak hanya menimbulkan

konflik pada masyarakat bawah karena para pejabat juga mengalami.

Camat, para kades, dan kami di pemkab mengalami disharmonisasi

karena

saling

curiga

dan

berprasangka,"

ucapnya.

(

Kompas

Yogyakarta

, 1 Desember 2007)

(7) “Sasaran awal masyarakat Sleman berpenghasilan rendah dengan

perolehan pendapatannya maksimal Rp2,5 juta per bulan. Rencananya,

untuk masyarakat sekitar yang sudah berkeluarga namun belum punya

rumah,”

kata Yuni, Jumat (30/11).

(

Kompas Yogyakarta

, 1 Desember

2007)

(8) “Cabai dan sapu lidi jangan terusik atau berpindah tempat,”

kata

Mbah Widi, yang sering juga memawangi pentas musik di Jakarta

dan Yogyakarta ini.

(

Kompas Yogyakarta

, 1 Desember 2007)

(9) “Lagipula, yang memerlukan rekonsiliasi warga di tingkat bawah,

karena yang paling terlibat konflik adalah kadus dengan warga. Tolong

rencana wisata itu dikaji,”

ujar Sulistyo yang juga Ketua paguyuban

Kepala Dusun (Pandu) se-Bantul ini, Jumat (30/11).

(

Kompas

Yogyakarta

, 1 Desember 2007)

Contoh (6), (7), (8), dan (9) tidak terlihat berbeda. Yang membedakan

contoh-contoh tersebut terletak pada pemarkah tuturan langsungnya. Pemarkah

tuturan langsung adalah kata atau frasa yang berfungsi menjelaskan tuturan

tersebut dikemukakan oleh siapa dan dengan segala keterangan tentang si penutur

(33)

biasanya diawali oleh suatu verba dan diikuti si penutur baik berupa

nama

penutur, jabatan penutur, kata ganti penutur, waktu dituturkannya tuturan

tersebut, pekerjaan penutur,

dan ada yang berupa

kombinasi

kesemuanya.

Contoh (6) PTL-nya

ucapnya

, morfem

-nya

merupakan kata ganti yang

ditujukan kepada pelaku tuturan, contoh (7) PTL-nya

kata Yuni, Jumat (30/11)

,

penanda tersebut menunjukkan siapa yang mengucapkan dan waktu tuturan

diucapkan, dan contoh (8) PTL-nya

kata Mbah Widi, yang sering juga

memawangi pentas musik di Jakarta dan Yogyakarta ini,

penanda tersebut

menunjukkan siapa penutur dan pekerjaan yang digeluti penutur. Sedangkan

contoh (9) PTL-nya

ujar Sulistyo yang juga Ketua paguyuban Kepala Dusun

(Pandu) se-Bantul ini, Jumat (30/11)

, penanda tersebut menunjukkan kombinasi

antara siapa penuturnya, jabatan, dan waktu tuturan tersebut diucapkan.

Selain itu, terdapat juga variasi verba yang digunakan dalam pemarkah

tuturan langsung, antara lain:

kata

,

ucap, tutur, ungkap, papar

,

tanya

, dan

ujar

.

Variasi tersebut digunakan dengan tujuan supaya pembaca tidak jenuh terhadap

informasi berita yang disajikan. Untuk menghilangkan kebosanan maka wartawan

memberikan variasi verba sehingga tidak terkesan monoton verba yang itu-itu

saja. Penggunaan variasi verba tersebut dapat dilihat pada contoh berikut:

(10)

"Saya juga pernah mau ikut lomba menyanyi di salah satu radio.

Ketika turun dari angkot, pandangan mata panitia sudah tak

mengenakkan hati. Saya malah ditunjukkan dua kali bahwa syarat ikut

lomba adalah sehat jasmani dan rohani. Saya sakit hati,"

kata

Endang.

(

Kompas Yogyakarta

, 3 Desember 2007)

(34)

dan hak masyarakat untuk memperoleh informasi,"

paparnya.

(

Kompas Yogyakarta

, 12 Desember 2007)

(12) "Anggaran yang diwacanakan untuk rekonsiliasi Rp 10 miliar dan

program wisata ke Bali memang hanya mengambil sebagian dari

jumlah sebesar itu. Namun pertanyaannya, apakah berwisata ke Bali

itu merupakan rekonsiliasi yang tepat?"

tanya

Joko. (

Kompas

Yogyakarta

, 3 Desember 2007)

(13) “Lagipula konflik kan lebih mencemaskan yang terjadi di tingkat

bawah, bukan yang di tingkat atas. Selesaikan dulu masalah-masalah

di bawah, seperti banyak kadus yang dituntut mundur. Kalau sudah

rampung, barulah membahas masalah lain,”

tutur

Agus. (

Kompas

Yogyakarta

, 3 Desember 2007)

(14) "Mereka membuat kemajuan yang dinikmati bersama. Namun,

sekarang semua yang mengaku sebagai manusia modern, apa sih yang

sudah kita bangun untuk bangsa dan negara. Semua bergerak mundur

dengan cepat, termasuk moral,"

ucap

seniman yang tinggal di Bantul

ini. (

Kompas Yogyakarta

, 31 Desember 2007)

(15) "Selain itu, petani tambak hanya membutuhkan air dalam jumlah

besar satu kali saat pengisian kolam. Bisa jadi memang dibutuhkan

waktu 24 jam untuk mengairi kolam di awal budidaya,"

ungkap

Ade.

(

Kompas Yogyakarta

, 7 Desember 2007)

(16)

“Kami

prihatin

karena

Rancangan

Undang-Undang

tentang

Keistimewaan DIY tak jelas arahnya. Akhir Desember ini perwakilan

Ismaya akan ke Jakarta untuk menemui Presiden, DPR, dan

Departemen Dalam Negeri,”

ujar

Ismaya DIY Mulyadi, Selasa

(18/12) di Bantul. (

Kompas Yogyakarta

, 19 Desember 2007)

Dari beberapa contoh di atas dapat dilihat bagaimana wartawan

memberikan variasi verba dalam sebuah berita. Seperti contoh (10) verba yang

digunakan adalah

kata

, contoh (11) verbanya adalah

papar

, contoh (12) verbanya

adalah

tanya

, contoh (13) verbanya adalah

tutur

, contoh (14) verbanya adalah

(35)

dengan

perempuan

, maknanya sama tetapi berbeda tulisan maupun

pengucapannya. Dalam kalimat, kedua kata tersebut dapat dipertukarkan.

Sebagai catatan, kesinoniman tidak selalu mutlak. Karena kesinoniman

mutlak jarang ditemukan dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia.

Dari contoh tuturan langsung yang ada, verba-verba yang digunakan

merupakan sinonim satu sama lain. Atau dengan kata lain kata-kata yang

digunakan saling bersinonim satu sama lain, karena kata-kata tersebut dalam

kalimat dapat dipertukarkan satu sama lain. Dari contoh (10) sampai (16)

verba-verba yang dapat dipertukarkan tempatnya antara lain: kata, ucap, ujar, dan tutur.

Verba kata, ucap, ujar, dan tutur merupakan tuturan yang dilisankan secara

spontan tanpa memiliki maksud lain dari ucapan tersebut. Verba

ungkap

menurut

KBBI (2005: 1246) memiliki arti menunjukkan; membuktikan; menyingkapkan

(tentang sesuatu yang tadinya masih menjadi rahasia atau tidak banyak diketahui

orang). Dari pengertian tersebut jika dilihat lagi pada contoh (15) maka tuturan

yang diucapkan oleh Ade merupakan pengungkapan terhadap sesuatu yang masih

menjadi rahasia kepada masyarakat. Penyingkapan sesuatu tersebut dapat dilihat

dengan adanya penggunaan kata

selain itu

,

hanya

,

bisa jadi

, dan

memang

.

Verba

papar

dalam KBBI (2005: 827) memiliki arti menguraikan dengan

panjang lebar, membentangkan. Dari pengertian tersebut jika dilihat lagi pada

contoh (11) maka isi tuturannya adalah pemaparan tentang faktor yang

menghambat kebebasan pers. Hal tersebut dapat dilihat dengan penggunaan kata

padahal

. Verba

tanya

pada kutipan (12) dalam KBBI (2005: 1141) memiliki arti

meminta keterangan, meminta supaya diberitahu.

Dari penjelasan arti masing-masing verba di atas dapat diketahui bahwa

(36)

penggunaan verba itu wartawan memiliki maksud penggunaannya terhadap

tuturan narasumber.

Dari pemaparan contoh-contoh di atas dapat diketahui pola dalam

penulisan kutipan langsung. Pola tersebut dirumuskan menjadi

Tuturan

Langsung

diikuti

Penanda Tuturan langsung (TL

PTL)

. Pola ini lebih

mendahulukan tuturan langsungnya dengan diberi tanda petik pada awal dan akhir

kutipan yang kemudian diikuti dengan pemarkah tuturan langsung. Berikut contoh

pembuktiannya:

(17) "Sedangkan jawaban lain adalah PT UPA tidak bertanggung jawab

karena ada orang-orang yang sengaja melakukan penipuan dengan

kemasan T," ujar Priyo. (

Kompas Yogyakarta

, 6 Desember 2007)

"Sedangkan jawaban lain adalah PT UPA tidak bertanggung

jawab karena ada orang-orang yang sengaja melakukan penipuan

dengan kemasan T,

"

ujar Priyo

T L

P T L

(18) "Waktu pengoperasian tidak akan lama lagi, kemungkinan awal tahun

depan sudah efektif," ujarnya (

Kompas Yogyakarta

, 17 Desember

2007)

"Waktu pengoperasian tidak akan lama lagi, kemungkinan

awal tahun depan sudah efektif,"

ujarnya

TL

PTL

Pola ini sangat lazim digunakan media massa dan sering ditemui dalam

berita untuk menuliskan tuturan langsung dari narasumber.

2.2.2.2 Kutipan Langsung Tidak Berpenanda

Kutipan langsung tidak berpenanda adalah kutipan yang sama persis

(37)

yang dimaksud dalam hal ini adalah tanda petik pada awal dan akhir tuturan.

Penulisan kutipan langsung tidak berpenanda dapat dilihat pada contoh berikut:

(19) Apalagi,

lanjut Gendut

, jajaran Pemkab Bantul dituntut untuk

bekerja ekstra keras sebagai bentuk tanggung jawab kepada warga.

Dengan demikian, program wisata ke Bali sejatinya lebih pada

penyegaran kembali secara psikologis. Anggaran juga tidak

dihambur-hamburkan percuma.(

Kompas Yogyakarta

, 1 Desember 2007)

(20) "Kami selalu anjurkan kepada petani tambak dampingan untuk

membuat kolam di lahan yang berada di dekat pintu air sehingga air

mudah dikembalikan ke saluran induk," tutur Ade. Kalaupun tidak bisa

membangun di lahan yang dekat pintu air,

ujar Ade

, pihaknya

memanfaatkan air buangan sawah yang sudah diolah terkebih dahulu.

(

Kompas Yogyakarta

, 7 Desember 2007)

(21) Ide pembuatan roket tahun 1963 lalu itu,

terang Sayono

, salah

seorang pelaku, saat mahasiswa memperoleh mata kuliah tentang roket

dari dosen Amerika Serikat, Prof Petrov. Dari sana, gairah membuat

sesuatu yang berbau iptek muncul. (

Kompas Yogyakarta

, 10 Desember

2007)

Contoh (19) sampai (21) merupakan contoh kutipan langsung tidak

berpenanda, karena kutipan tersebut merupakan tuturan langsung asli narasumber

hanya saja penanda tuturannya diletakkan di antara tuturan; sedangkan tuturannya

sendiri tidak diberi tanda petik pada awal dan akhir tuturan. Dari contoh tersebut

dapat diketahui ada variasi verba yang digunakan untuk meenyatakan kutipan

langsung tidak berpenanda, antara lain:

lanjut, ujar

, dan

terang.

Verba

lanjut

digunakan untuk meneruskan apa yang dibicarakan oleh

narasumber pada paragraf sebelumnya. Dalam hal ini paragraf dibedakan dan

diberi keterangan

lanjut narasumber

karena tuturan itu sendiri terlalu panjang

dan penting sehingga tidak memungkinkan wartawan untuk memparafrasekannya

ke dalam kutipan tidak langsung. Verba

ujar

adalah tuturan yang diucapkan

(38)

meletakkannya saja yang berbeda. Verba

terang

digunakan oleh wartawan untuk

tuturan narasumber yang terlalu panjang dan masih belum jelas pada paragraf

sebelumnya, sehingga wartawan melanjutkan kutipannya yang berupa penjelasan

dengan menggunakan verba

terang.

Dari contoh di atas ditemukan rumusan dari kutipan langsung tidak

berpenanda yakni

Tuturan Langsung

diikuti dengan

Penanda Tuturan

Langsung

kemudian dilanjutkan dengan

Tuturan Langsung

(

TL

 PTL  TL).

Pola ini menempatkan penanda tuturannya berada di tengah-tengah tuturan.

Berikut contoh pembuktiannya:

(22) Dengan keluarnya hasil klarifikasi ini, lanjut Sugiyarto, Pemkab

Sleman diharapkan segera melantik Irsjadi. (

Kompas Yogyakarta

, 21

Desember 2007)

Contoh (22) tersebut dapat dibagi menjadi 3 bagian, yakni

(i) Dengan keluarnya hasil klarifikasi ini, (ii)

lanjut Sugiyarto

, (iii)

Pemkab Sleman diharapkan segera melantik Irsjadi.

Dengan keterangan (i) merupakan tuturan, (ii) merupakan penanda tuturan, dan

(iii) merupakan lanjutan dari tuturan sebelumnya.

2.2.3 Letak Kutipan Langsung

Kutipan langsung berfungsi sebagai bukti bahwa suatu peristiwa

benar-benar terjadi dan bagaimana tanggapan narasumber mengenai peristiwa tersebut.

Pada bagian ini, wartawan memberikan ruang khusus terhadap narasumber untuk

itu. Berdasarkan letaknya, dapat diketahui beberapa letak kutipan langsung dalam

sebuah berita. Letak yang dimaksud adalah (i) kutipan langsung yang terletak

(39)

penjelasan wartawan, (iii) kutipan langsung yang terletak setelah kutipan tidak

langsung, (iv) kutipan langsung yang terletak sebelum kutipan tidak langsung, dan

(v) kutipan langsung yang terletak antara penjelasan wartawan dan kutipan tidak

langsung. Berikut ini akan diuraikan letak kutipan langsung dalam wacana berita

utama:

2.2.3.1 Kutipan Langsung Setelah Penjelasan Wartawan

Kutipan langsung banyak ditemukan terletak setelah penjelasan wartawan.

Hal ini menandakan bahwa suatu peristiwa yang diberitakan oleh wartawan tidak

semata-mata kabar burung. Tetapi juga dibuktikan dengan adanya narasumber

yang mengamini tentang peristiwa yang dimaksud. Hal ini dapat dilihat dengan

adanya tuturan yang diucapkan oleh narasumber. Berikut ini ditemukan contoh

kutipan langsung yang terletak setelah penjelasan wartawan:

(23) (a) Fraksi PKS dalam pandangan umumnya mengkritik desain halte

bus

patas

yang

minimalis

dan

tidak

mencerminkan

"wajah"

Yogyakarta. (b) “

Sangat mungkin tidak nyaman dan akan

suk-sukan (berdesak-desakan) bila ada 10-15 calon penumpang secara

bersamaan menunggu

," papar Wajdi. (

Kompas Yogyakarta

, 31

Desember 2007)

Contoh (23) terdiri dari 2 kalimat, yakni kalimat (23a) dan (23b). Kalimat

(23a) merupakan kalimat penjelasan dari wartawan, sedangkan kalimat (23b)

merupakan kutipan langsung. Dari penjelasan tersebut diketahui kutipan langsung

terletak setelah kalimat penjelasan wartawan. Berikut contoh pembuktian lainnya:

(40)

Sekretaris Paguyuban Peduli Masyarakat Sariharjo Itok Suwiarto.

(

Kompas Yogyakarta

, 21 Desember 2007)

Contoh (24) diketahui terdiri dari tiga kalimat, yakni (24a), (24), dan

(24c). Kutipan langsung terdapat pada kalimat (24b) dan (24c). Kutipan tersebut

terletak setelah kalimat penjelasan wartawan, yakni kalimat (24a).

2.2.3.2 Kutipan Langsung Sebelum Penjelasan Wartawan

Selain terletak setelah kalimat penjelasan wartawan, ditemukan juga

kutipan langsung yang letaknya mendahului penjelasan wartawan. Dengan adanya

kutipan langsung yang terletak sebelum penjelasan wartawan dimaksudkan

sebagai simultan bagi wartawan untuk pencari berita selanjutnya. Hal tersebut

dapat dibuktikan dengan memperhatikan contoh berikut ini:

(25) "(a)

Rumah ambrol pukul 01.30 akibat hujan sejak Kamis sore

,"

ujar Aris lirih. (b) Hampir separuh rumahnya, meliputi ruang keluarga

dan kamar tidur, rusak dan ambrol ke sungai yang membelah Kota

Yogyakarta bagian timur itu. (c) Untung, sebagian barang berhasil

diselamatkan

sebelum

bangunan

rusak

lebih

parah.

(

Kompas

Yogyakarta

, 29 Desember 2007)

Contoh (25) terdiri dari tiga kalimat, yakni (25a), (25b), dan (25c). Dari

contoh tersebut dapat diketahui bahwa kalimat (25a) merupakan kutipan langsung,

sedangkan kalimat (25b) dan (25c) merupakan kalimat penjelasan wartawan.

Berikut contoh pembuktian lainnya:

(41)

(27) (a) “

Memang sawah sengaja dibiarkan menganggur. (b) Mau

bagaimana lagi, air memang susah. (c) Kemarin-kemarin tidak

bisa mengandalkan air hujan yang tidak tentu kapan turunnya

,"

tutur Atmo Wiyono, petani lain di Dusun Ngoro-oro. (d) Hujan deras

yang sempat turun selama beberapa hari dalam bulan November juga

tidak cukup membantu pengairan. (

Kompas Yogyakarta

, 6 Desember

2007)

Contoh (26) terdiri dari tiga kalimat, yakni (26a), (26b), dan (26c). Dari

contoh tersebut dapat diketahui bahwa kalimat (26a) dan (26b) merupakan kutipan

langsung, sedangkan kalimat (26c) merupakan kalimat penjelasan wartawan.

Demikian juga dengan contoh (27) yang terdiri dari empat kalimat, yakni (27a),

(27b), (27c), dan (27d). Dari contoh (27) dapat diketahui bahwa kalimat (27a),

(27b), dan (27c) merupakan kutipan langsung, sedangkan kalimat (27d)

merupakan kalimat penjelasan dari wartawan.

2.2.3.3 Kutipan Langsung Setelah Kutipan Tidak Langsung

Terdapat variasi lain tentang letak kutipan langsung dalam sebuah

paragraf, yakni kutipan langsung terletak setelah kutipan tidak langsung dan

sebaliknya ditemukan kutipan langsung yang terletak sebelum kutipan tidak

langsung. Letak kutipan seperti ini merupakan suatu hal yang lazim digunakan

wartawan dalam memberikan fakta berita. Fakta tersebut disajikan dengan tuturan

langsung yang kemudian diikuti dengan memparafrasekan tuturan berikutnya.

Berikut ini penjelasannya beserta contoh:

(42)

Inggris, dan Anand Patwardhan dari India. (d) Kesemuanya

merupakan sineas dokumenter kawakan di kancah internasional

,"

tutur Monika. (

Kompas Yogyakarta

, 10 Desember 2007)

(29) (a) Menurut Surjotamtomo, pola pemikiran masyarakat yang dulunya

bangga jika tidak membayar pajak harus diubah dengan budaya malu.

(b) Ibarat utang, kalau tidak dibayar, maka secara psikologis si debitur

akan malu. "(c)

Budaya malu ini harus terus dikampanyekan

supaya masyarakat lambat laun mengikutinya

," katanya. (

Kompas

Yogyakarta

, 13 Desember 2007)

Contoh (28) dan (29) merupakan contoh paragraf yang diawali dengan

kutipan tidak langsung yang kemudian diikuti dengan kutipan langsung. Dengan

kata lain kutipan langsung terletak setelah kutipan tidak langsung. Contoh (28)

terdiri dari empat kalimat, yakni kalimat (28a), (28b), (28c), dan (28d). Kalimat

(28a) dan (28b) merupakan kalimat yang berupa kutipan tidak langsung,

sedangkan kalimat (28c) dan (28d) merupakan kalimat berupa kutipan langsung.

Demikian pula dengan contoh (29) yang terdiri dari tiga kalimat, yakni (29a),

(29b), dan (29c). Kalimat (29a) dan (29b) merupakan kalimat berupa kutipan

tidak langsung, sedangkan kalimat (29c) merupakan kalimat berupa kutipan

langsung.

2.2.3.4 Kutipan Langsung Sebelum Kutipan Tidak Langsung

Kutipan langsung juga ada yang terletak mendahului kutipan tidak

langsung. Berikut ini contoh kutipan langsung yang terletak sebelum atau

mendahului kutipan tidak langsung:

(43)

Sendangsari,

Sendangmulyo,

dan

Sendangagung

itu

sudah

menyampaikan keluhan mereka kepada Dinas Permukiman Prasarana

Wilayah

dan

Perhubungan

(Kimpraswilhub)

Sleman

(

Kompas

Yogyakarta

, 7 Desember 2007)

(31) (a) “

Kami selalu anjurkan kepada petani tambak dampingan

untuk membuat kolam di lahan yang berada di dekat pintu air

sehingga air mudah dikembalikan ke saluran induk

," tutur Ade. (b)

Kalaupun tidak bisa membangun di lahan yang dekat pintu air, ujar

Ade, pihaknya memanfaatkan air buangan sawah yang sudah diolah

terkebih dahulu. (

Kompas Yogyakarta

, 7 Desember 2007)

Contoh (30) dan (31) merupakan contoh kutipan langsung yang terletak

sebelum kutipan tidak langsung. Contoh (30) terdiri dari tiga kalimat, yakni

kalimat (30a), (30b), dan (30c). Kalimat (30a) dan (30b) merupakan kalimat yang

berupa kutipan langsung, sedangkan kalimat (30c) merupakan kalimat berupa

kutipan tidak langsung. Sedangkan contoh (31) terdiri dari dua kalimat, yakni

(31a) dan (31b). Kalimat (31a) merupakan kutipan langsung, dan kalimat (31b)

merupakan kutipan tidak langsung.

2.2.3.5 Kutipan Langsung antara Penjelasan Wartawan dan Kutipan Tidak

Langsung

Ditemukan juga letak kutipan langsung yang bervariasi, yakni kutipan

langsung yang terletak di antara kutipan tidak langsung dan kalimat penjelas

wartawan. Paragraf yang demikian berfungsi untuk memberikan ruang pada

narasumber maupun wartawan dalam menanggapi sebuah peristiwa. Berikut ini

contoh pembuktiannya:

(44)

merajalela

," ujarnya. (d) Ia juga mengeluhkan kecilnya aliran air dari

Selokan Vanderwick yang menjadi sumber irigasi utama pertanian di

wilayahnya. (

Kompas Yogyakarta

, 5 Desember 2007)

Contoh (32) terdiri dari empat kalimat, yakni (32a), (32b), (32c), dan

(32d). Kalimat (32a) merupakan kalimat penjelas dari wartawan, kalimat (32b)

merupakan kalimat berupa kutipan tidak langsung, kalimat (32c) merupakan

kutipan langsung, sedangkan kalimat (32d) merupakan kutipan tidak langsung.

Berikut contoh lainnya:

(33) (a) Malam itu Riswan datang bersama istrinya, Ninik (27). (b)

Waktu kecil saya pernah makan daging ular karena sakit

gatal-gatal, nggak ingat rasanya,"

tutur Ninik. (c) Ia penasaran dan ingin

merasakan lagi daging ular. "(d)

Enak kok,

" komentarnya singkat. (e)

Ular

yang menggeliat

melilit-lilit tubuh tak ada

lagi dalam

bayangannya. (

Kompas Yogyakarta

, 5 Desember 2007)

Contoh (33) terdiri dari lima kalimat, yakni (33a), (33b), (33c), (33d), dan

(33e). Kalimat (33a) merupakan kalimat penjelasan wartawan, kalimat (33b)

merupakan kutipan langsung, kalimat (33c) merupakan kutipan tidak langsung,

kalimat (33d) merupakan kutipan langsung, dan kalimat (33e) merupakan kalimat

penjelasan dari wartawan. Perhatikan contoh lain berikut ini:

(34) (a) Senin (4/12) malam di daerah Gandekan Lor, Bernard (30)

menunggu dengan sabar tongseng ular pesanannya. (b) Ia mengaku

sudah lima tahun lebih berlangganan warung kaki lima (PKL) masakan

ular di kawasan itu. (c) “

Saya hobi makan tongseng ular, sama

seperti saya suka makan tongseng kambing

," kata Bernard. (d)

Berawal dari rasa ingin tahu yang besar, Bernard pun mencoba

masakan ular di jalan yang sering dilewatinya. "(e)

Saya cocok

masakannya, enak

," ujarnya tertawa. (

Kompas Yogyakarta

, 5

Desember 2007)

Contoh (34) terdiri dari lima kalimat, yakni (34a), (34b), (34c), (34d), dan

(34e). Kalimat (34a) merupakan kalimat penjelasan wartawan, kalimat (34b)

(45)

kalimat (34d) merupakan kalimat penjelasan wartawan, dan kalimat (34e)

merupakan kutipan langsung.

2.2.4 Posisi Kutipan Langsung dalam Berita

Posisi kutipan langsung dalam berita yang dimaksud disini adalah penting

tidaknya keberadaan kutipan dalam sebuah berita. Dikatakan penting karena

berada pada paragraf pertama dalam sebuah berita atau mengawali berita.

Paragraf pertama dalam berita merupakan lead. Menurut Suhandang (2004: 120)

lead

adalah sari berita. Selaku sari dari beritanya, lead merupakan laporan singkat

yang bersifat klimaks dari peritiwa yang dilaporkannya.

Masih menurut Suhandang (2005: 126) kutipan yang menjadi lead biasa

disebut

the statement lead

atau

the quotation lead

. Lead jenis ini beranjak dari

suatu pemberitaan yang selalu memakai tanda kutip (kalimat langsung) atau tidak

menggunakan tanda kutip (kalimat tidak langsung). Dalam penelitian ini

ditemukan lead berita yang berupa kutipan langsung. Berita yang dimaksud

adalah berita feature. Berikut berita yang dimaksud:

(35)

Jender

Beban yang Tak Pernah Bisa Berkurang

Oleh Agni Rahadyanti

"Melu kegiatan ya oleh-oleh wae. Ning aja lali kewajibane wong

wedhok neng omah. Sapa sing arep resik-resik omah, sing

nyepakake wedhang? Nek nganti lali gaweane omah, tak penging

tenan," ujar Dedi H Purwadi menirukan pernyataan seorang suami

di Pundong, Bantul, ketika menanggapi kegiatan istrinya beberapa

waktu lalu.

(46)

dilontarkan para suami yang istrinya mengikuti program pemulihan

pascagempa dampingan Dedi.

"Mengajak ibu-ibu keluar dari rumah untuk mengikuti kegiatan atau

pelatihan perempuan usaha kecil (PUK) tidaklah mudah. Mereka harus

memastikan kegiatan di luar tidak akan mengganggu

pekerjaan-pekerjaan rumah tangga," kata Dedi yang menjadi LP3Y/ Field

Coordinator Program Terpadu Pemulihan Pascagempa Bantul Jejaring

Ford Foundation 2007-2008 ini.

Karena tetap harus bertanggung jawab terhadap pekerjaan- pekerjaan

domestik tanpa adanya pembagian peran yang lebih seimbang dengan

laki-laki,

perempuan

menghadapi

beban

ganda dalam

keluarga,

teristimewa perempuan di kelas menengah ke bawah yang harus bekerja

memenuhi

kebutuhan

ekonomi

sekaligus

menyelesaikan

semua

pekerjaan domestik.

Dedi menyebutkan, dari 340 PUK di lima kecamatan di Bantul yang

ia

dampingi,

masing-masing

Banguntapan,

Pleret,

Pundong,

Bambanglipuro, dan Pandak, rata-rata bekerja selama 15 jam per hari

selama tujuh hari penuh. "Mereka biasanya bekerja dari pukul 04.00 atau

05.00 sampai pukul 20.00 atau 21.00. Mulai dari memasak di pagi hari

sampai memastikan segala pekerjaan rumah selesai di malam hari,"

ungkap Dedi.

Kondisi itu tak jauh berbeda di daerah lain. Dari penelitian Yayasan

Pikul tahun 2001 yang disebutkan dalam diskusi, jam kerja rata-rata

perempuan desa di Nusa Tenggara Timur selama 16,5 jam. Ketika suami

memiliki waktu istirahat siang pukul 13.00 sampai 15.00, pada waktu

yang sama perempuan harus mencari kayu dan bekerja di kebun.

Demikian juga di malam hari, mereka masih menjahit dan menumbuk

jagung untuk sarapan ketika suami beristirahat mendengarkan radio.

Semua itu diperparah dengan adanya pembakuan peran jender dalam

kultur masyarakar maupun pembakuan secara legal oleh negara. Dalam

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, misalnya,

disebutkan eksplisit peran suami sebagai kepala keluarga dan istri

sebagai ibu rumah tangga (Pasal 31). Atau, kewajiban suami melindungi

istri dan memberi segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga,

sedangkan kewajiban istri mengatur urusan rumah tangga (Pasal 34).

Pembakuan peran jender ini, menurut Dedi, terkadang menjadi

sebuah legitimasi atas beban ganda yang dialami perempuan. Untuk

mengatasinya,

penyadaran

jender

terhadap

laki-laki

harus

terus

dilakukan. Strategi man to man dengan mengajak pria berdiskusi

membahas kesulitan beban ganda perempuan dalam sudut pandang

laki-laki dapat dijadikan alternatif.

(47)

berada pada titik jenuh ketika konsep penghargaan jender hanya mereka

pahami sendiri tanpa keterlibatan laki-laki.

Di sisi lain peran domestik perempuan sendiri sering kali masih

diremehkan. Padahal, seperti dituturkan aktivis Koalisi Perempuan

Indonesia DIY Farsijana Adeney-Risakotta, dari pekerjaan domestik

tersebut, perempuan mampu menjadi motivator sekaligus aktor aktif

dalam membangun keluarga dan komunitasnya. Hal ini sudah dibuktikan

pula di Bantul ketika perempuan banyak berperan menangani gempa

melalui dapur umum.

(

Kompas Yogyakarta

, 19 Desember 2007)

Berita di atas merupakan berita feature yang diawali dengan kutipan pada

leadnya. Lead kutipan pada feature ini berujud kutipan yang dalam dan ringkas

dari tokoh terkenal. Kutipan harus memusatkan diri pada watak cerita. Maka dari

itu, kenapa kutipan langsung memiliki posisi yang penting dalam sebuah berita.

Selain mengawali, kutipan langsung juga dapat mengakhiri sebuah berita.

Dengan tujuan yang berbeda pula tentunya. Kutipan langsung yang mengakhiri

sebuah berita memiliki fungsi sebagai kesimpulan maupun saran dari narasumber

tentang sebuah peristiwa. Berikut ini salah satu contoh berita yang diakhiri oleh

kutipan langsung:

(36) Perumahan

Rumah Susun Gemawang Siap Dihuni Januari

SLEMAN, KOMPAS - Rumah susun sederhana sewa atau rusunawa

yang ada di Dusun Gemawang, Sinduadi, Mlati, siap dihuni awal tahun

depan. Pada bulan Januari, dua blok kembar yang masing-masing terdiri

dari 48 unit rumah mulai disewakan. Rusunawa ini diharapkan bisa

menjadi solusi atas berbagai masalah perumahan seperti kelangkaan

lahan dan banyaknya perkampungan kumuh.

Kepala Dinas Permukiman Prasarana Wilayah dan Perhubungan

(Kimpraswilhub) Sleman Yuni Zaffria mengungkapkan, Rusunawa

Gemawang yang dibangun dengan dana APBN sebesar Rp 14 miliar ini

Referensi

Dokumen terkait

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik nonpartisipasi atau teknik simak bebas libat cakap (SBLC) dengan mengamati dan mencatat data istilah-istilah politik

Kedua, kategori idiom yang terdapat dalam novel Sang Pemimpi karya Andrea Hirata, dapat dibedakan menjadi, (i) kategori idiom bertataran kata (kata berimbuhan, kata majemuk

Kategori kata yang dapat dilekati enklitik –ku , -mu , dan -nya , yaitu kata kerja aktif transitif, kata kerja sesampai dan setiba , kata kerja seingat , setahu , sesuka ,

Berdasarkan Lampiran Keputusan Kepala Dinas Pendidikan Kota Yogyakarta No: 188/145, BOSDA yang diterima oleh sekolah harus dimasukkan dan dicatat sebagai sumber penerimaan

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: langkah pertama melakukan analisis deskriptif, yaitu dengan cara mendeskripsikan sistem pengendalian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Koperasi “CU Dharma Hatiku” Yogyakarta dalam kinerja keuangan koperasi berdasarkan rasio likiuditas, solvabilitas, dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI HALAMAN JUDUL PENINGKATAN PENGETAHUAN DAN SENSITIVITAS SISWA KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA TERHADAP LINGKUNGAN MENGGUNAKAN

Berdasarkan data pada Tabel 16 halaman 59 terlihat tingkat keterlibatan seluruh siswa yang cukup dan berdasarkan Tabel 19 halaman 60 dapat dilihat tingkat prestasi belajar