• Tidak ada hasil yang ditemukan

komunikasi antar budaya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "komunikasi antar budaya"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

MATA KULIAH KOMUNIKASI AGRIBISNIS

“KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA” KELAS C KELOMPOK 5 WILDAN RIDHAR R. 150510110067 ENENG LINDA W. 150510110074 LOVLYANI DOROTA M. 150510110078 AFNI APRIYANTI 150510110087

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PADJADJARAN NOVEMBER

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal sangat heterogen dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adat istiadat dan sebagainya. Di lain pihak, perkembangan dunia yang sangat pesat saat ini dengan mobilitas dan dinamika yang sangat tinggi, telah menyebabkan dunia menuju ke arah “desa dunia” (global village) yang hampir tidak memiliki batas-batas lagi sebagai akibat dari perkembangan teknologi modern. Oleh karenanya masyarakat harus sudah siap menghadapi situasi-situasi baru dalam konteks keberagaman kebudayaan atau apapun namanya. Interaksi dan komunikasi harus pula berjalan satu dengan yang lainnya, adakah sudah saling mengenal atau pun belum pernah sama sekali berjumpa apalagi berkenalan.

Dalam berkomunikasi dengan konteks keberagaman kebudayaan kerap kali menemui masalah atau hambatan-hambatan yang tidak diharapkan sebelumnya. Misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang, nilai atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya. Padahal syarat untuk terjalinnya hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau makna antara satu dengan lainnya. Dari itu mempelajari komunikasi dan budaya merupakan satu hal yang tidak dapat dipisahkan.

Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari prilaku komunikasi dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya seperti yang dikatakan Edward T. Hall bahwa komunikasi adalah Budaya dan Budaya adalah komunikasi. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara “horizontal” dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain, budaya merupakan norma-norma atau nilai-nilai yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu.

(3)

Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah

1. Mengetahui definisi komunikasi antar budaya. 2. Mengetahui manfaat dari komunikasi antar budaya. 3. Mengetahui hambatan dalam komunikasi antar budaya.

(4)

PENGERTIAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Kata “budaya” berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti “budi” atau “kaal”. Kebudayaan itu sendiri diartikan sebagai “ hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal”.

Istilah culture, yang merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengan kebudayaan, berasal dari kata “colere” yang artinya adalah “mengolah atau mengerjakan”, yaitu dimaksudkan kepada keahlian mengolah dan mengerjakan tanah atau bertani. Kata colere yang kemudian berubah menjadi ulture diartikan sebagai “segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah alam”. Seorang Antropolog yang bernama E.B. Taylor (1871), memberikan defenisi mengenai kebudayaan yaitu “kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiada, lain kemampuankemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat”. Antropolog ini menyatakan bahwa kebudayaan mencakup semua yang didapatkan dan dipelajari dari pola-pola perilaku normatif, artinya mencakup segala cara atau pola berpikir, merasakan dan bertindak.

Berbicara mengenai komunikasi antar budaya, maka kita harus melihat dulu beberapa defenisi menurut pendapat para ahli antara lain :

a. Sitaram (1970) : Seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan (intercultural communication…….. the art of understanding and being understood by the audience of mother culture).

b. Samovar dan Porter (1972) : Komunikasi antar budaya terjadi manakalah bagian yang terlibat dalam kegiatan komunikasi tersebut membawa serta latar belakang budaya pengalaman yang berbeda yang mencerminkan nilai yang dianut oleh kelompoknya berupa pengalaman, pengetahuan, dan nilai (intrcultural communication obtains whenever the parties to a communications act to bring with them different experiential backgrounds that reflect a long-standing deposit of group experience, knowledge, and values).

c. Rich (1974) : Komunikasi antar budaya terjadi ketika orang-orang yang berbeda kebudayaan (communication is intercultural when accuring between peoples of different cultures).

d. Stewart (1974) : Komunikasi antara budaya yang mana terjadi dibawah suatu kondisi kebudayaan yang berbeda bahasa, norma-norma, adat istiada dan kebiasaan

(5)

(interculture communications which accurs under conditions of cultural difference-language, cunstoms, and habits).

e. Sitaram dan Cogdell (1976) : Komunikasi antar budaya …interaksi antara para anggota kebudayaan yang berbeda (intercultural communications …….interaction between members of differing cultures).

f. Carley H.Dood (1982) : Komunikasi antar budaya adalah pengiriman dan penerimaan pesan-pesan dalam konteks perbedaan kebudayaan yang menghasilkan efek-efek yang berbeda (intercultural communication is the sending and receiving of message within a context of cultural differences producing differential effects).

g. Young Yun Kim (1984) : Komunikasi antar budaya adalah suatu peristiwa yang merujuk dimana orang – orang yang terlibat di dalamnya baik secara langsung maupun tak tidak langsung memiliki latar belakang budaya yang berbeda (inercultural communication…refers ti the communications phenomenon in which participant, different in cultural background, come into direct or indirect contact which ane another).

Seluruh defenisi diatas dengan jelas menerangkan bahwa ada penekanan pada perbedaan kebudayaan sebagai faktor yang menentukan dalam berlangsungnya proses komunikasi antar budaya. Komunikasi antar budaya memang mengakui dan mengurusi permasalahan mengenai persamaan dan perbedaan dalam karakteristik kebudayaan antar pelaku-pelaku komunikasi, tetapi titik perhatian utamanya tetap terhadap proses komunikasi individu-individu atau kelompokkelompok yang berbeda kebudayaan dan mencoba untuk melakukan interaksi.

Komunikasi dan budaya yang mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya, seperti yang dikatakan Edward T.Halll, bahwa „komuniaksi adalah budaya‟ dan „budaya adalah komunikasi‟. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Pada sisi lain budaya menetapkan norma-norma (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk kelompok tertentu. Komunikasi antarbudaya tidak dapat terlepas dari faktor-faktor budaya yang melekat pada diri individu.Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh.Budaya bersifat kompleks, abstrak dan luas. Dalam bahasa Sansekerta kata

(6)

budaya berasal dari kata buddhayah yang berarti akal budi.Dalam filsafat Hindu, akal budi melibatkan seluruh unsur panca indera, baik dalam kegitan pikiran (kognitif), perasaan (afektif), maupun perilaku (psikomotori). Sedangkan kata lain yang juga memiliki makna yang sama dengan budaya adalah ‟kultur‟ yang berasal dari Romawi, cultura, biasanya digunakan untuk menyebut kegiatan manusia mengolah tanah atau bercocok tanam. Kultur adalah hasil 4 penciptaan, perasaan dan prakarsa manusia berupa karya yang bersifat fisik maupun nonfisik (Andrik Purwasito,2003:95)

FUNGSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA 1. Fungsi Pribadi

Fungsi pribadi adalah fungsi-fungsi komunikasi yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu. Contohnya, pendeta Budha Jepang menyatakan identitas melalui baju yang dikenakan

 Menyatakan Identitas Sosial

Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial. Perilaku itu dinyatakan melalui tindakan berbahasa baik secara verbal dan nonverbal. Dari perilaku berbahasa itulah dapat diketahui identitas diri maupun sosial, misalnya dapat diketahui asal-usul suku bangsa, agama, maupun tingkat pendidikan seseorang.

 Menyatakan Integrasi Sosial

Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur. Perlu dipahami bahwa salah satu tujuan komunikasi adalah memberikan makna yang sama atas pesan yang dibagi antara komunikator dan komunikan. Dalam kasus komunikasi antarbudaya yang melibatkan perbedaan budaya antar komunikator dengan komunikan, maka integrasi sosial merupakan tujuan utama komunikasi. Dan prinsip utama dalam proses pertukaran pesan komunikasi antarbudaya adalah: saya memperlakukan anda sebagaimana kebudayaan anda memperlakukan anda dan bukan sebagaimana yang saya kehendaki. Dengan demikian komunikator dan komunikan dapat meningkatkan integrasi sosial atas relasi mereka.  Menambah Pengetahuan

Seringkali komunikasi antarpribadi maupun antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.

(7)

 Melepaskan Diri atau Jalan Keluar

Kadang-kadang kita berkomunikasi dengan orang lain untuk melepaskan diri atau mencri jalan keluar atas masalah yang sedang kita hadapi. Pilihan komunikasi seperti itu kita namakan komunikasi yang berfungsi menciptakan hubungan yang komplementer dan hubungan yang simetris.

Hubungan komplementer selalu dilakukan oleh dua pihak mempunyai perlaku yang berbeda. Perilaku seseorang berfungsi sebagai stimulus perilaku komplementer dari yang lain. Dalam hubungan komplementer, perbedaan di antara dua pihak dimaksimumkan. Sebaliknya hubungan yang simetris dilakukan oleh dua orang yang saling bercermin pada perilaku lainnya.Perilaku satu orang tercermin pada perilaku yang lainnya.

2. Fungsi Sosial  Pengawasan

Funsi sosial yang pertama adalah pengawasan. Praktek komunikasi antarbudaya di antara komunikator dan komunikan yang berbada kebudayaan berfungsi saling mengawasi. Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.

 Menjembatani

Dalam proses komunikasi antarbudaya, maka fungsi komunikasi yang dilakukan antara dua orang yang berbeda budaya itu merupakan jembatan atas perbedaan di antara mereka. Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh pelbagai konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.

 Sosialisasi Nilai

Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.

 Menghibur

Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian hula-hula dan "Hawaian" di taman kota yang terletak di

(8)

depan Honolulu Zaw, Honolulu, Hawai. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.

HAMBATAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Menurut Chaney & Martin (2004, p. 11), hambatan komunikasi (communication barrier) adalah segala sesuatu yang menjadi penghalang untuk terjadinya komunikasi yang efektif. Salah satu contoh dari hambatan komunikasi adalah gerakan menganggukan kepala, dimana di Amerika Serikat anggukan kepala menandakan bahwa orang tersebut mengerti sedangkan di Jepang anggukan kepala tidak berarti seseorang setuju, melainkan hanya berarti bahwa orang tersebut mendengarkan.

Terdapat dua hambatan dalam pergaulan lintas budaya, yaitu hambatan diatas air (above waterline) dan dibawah air (below waterline). Hambatan komunikasi antarbudaya yang berada di dalam air sulit untuk dilihat karena merupakan sikap atau perilaku seseorang. Yang termasuk ke dalam hambatan ini adalah persepsi (perceptions), norma (norms), stereotip (stereotypes), filosofi bisnis (business philosophy), aturan (rules), jaringan (networks), nilai (values), dan grup cabang (subcultures group). Sedangkan hambatan di atas air lebih bersifat hambatan fisik, yaitu :

1. Fisik (Physical)

Hambatan komunikasi semacam ini berasal dari hambatan waktu, lingkungan, kebutuhan diri, dan juga media fisik.

2. Budaya (Cultural)

Hambatan ini berasal dari etnik yang berbeda, agama, dan juga perbedaan sosial yang ada antara budaya yang satu dengan yang lainnya.

3. Persepsi (Perceptual)

Jenis hambatan ini muncul dikarenakan setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai suatu hal. Sehingga untuk mengartikan sesuatu setiap budaya akan mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.

4. Motivasi (Motivational)

Hambatan semacam ini berkaitan dengan tingkat motivasi dari pendengar, maksudnya adalah apakah pendengar yang menerima pesan ingin menerima pesan tersebut atau apakah pendengar tersebut sedang malas dan tidak punya motivasi sehingga dapat menjadi hambatan komunikasi.

(9)

Experiental adalah jenis hambatan yang terjadi karena setiap individu tidak memiliki pengalaman hidup yang sama sehingga setiap individu mempunyai persepsi dan juga konsep yang berbeda-beda dalam melihat sesuatu.

6. Emosi (Emotional)

Hal ini berkaitan dengan emosi atau perasaan pribadi dari pendengar. Apabila emosi pendengar sedang buruk maka hambatan komunikasi yang terjadi akan semakin besar dan sulit untuk dilalui.

7. Bahasa (Linguistic)

Hambatan komunikasi yang berikut ini terjadi apabila pengirim pesan (sender)dan penerima pesan (receiver) menggunakan bahasa yang berbeda atau penggunaan kata-kata yang tidak dimengerti oleh penerima pesan.

8. Nonverbal Hambatan nonverbal adalah hambatan komunikasi yang tidak berbentuk kata-kata tetapi dapat menjadi hambatan komunikasi. Contohnya adalah wajah marah yang dibuat oleh penerima pesan (receiver) ketika pengirim pesan (sender) melakukan komunikasi. Wajah marah yang dibuat tersebut dapat menjadi penghambat komunikasi karena mungkin saja pengirim pesan akan merasa tidak maksimal atau takut untuk mengirimkan pesan kepada penerima pesan.

9. Kompetisi (Competition)

Hambatan semacam ini muncul apabila penerima pesan sedang melakukan kegiatan lain sambil mendengarkan. Contohnya adalah menerima telepon selular sambil menyetir, karena melakukan 2 (dua) kegiatan sekaligus maka penerima pesan tidak akan mendengarkan pesan yang disampaikan melalui telepon selularnya secara maksimal.

Keragaman kulutur dan budaya yang ada merupakan salah satu hambatan yang pada akhirnya menimbulkn pantangan bagi komponen komunikasinya. Karena jika seluruh umat manusia memiliki budaya yang sama maka tidak akan sulit untuk melakukan komunikasi yang efektif dan efisien. Namun pada kenyataannya tidak seperti itu maka dibuat pantangan-pantangan agar komunikasi antar budaya yang kita lakukan dapat bersifat efektif dan efisien. Pada intinya pantangan dalam komunikasi antar budaya adalah menyampaikan suatu pesan yang mendobrak atau mengganggu kedaulatan suatu budaya.

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA YANG EFEKTIF

Hambatan dalam berkomunikasi antarpersona dalam konteks perbedaan budaya tidak berarti menutup kemungkinan untuk tidak berkomunikasi sama sekali dengan orang lain.

(10)

Hambatan tersebut mungkin sulit kita hilangkan, namun bisa kita minimalkan dengan mengerti dan memahami prinsip-prinsip dalam berkomunikasi antarbudaya.

1. Relativitas budaya.

Bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku. Karakteristik bahasa pun akan mempengaruhi proses kognitif kita sehingga orang yang menggunakan bahasa yang berbeda akan berbeda pula cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia. Perbedaan bahasa ini akan membuat komunikasi antarbudaya terlihat jelas pada awal interaksi sehingga penting untuk menggunakan teknik-teknik yang efektif dengan mendengarkan secara aktif, pengecekan persepsi, berbicara secara spesifik, serta mencari umpan balik.

2. Bahasa sebagai cermin budaya.

Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin besar perbedaan komunikasi yang akan terjadi. Artinya, makin sulit komunikasi efektif dilakukan. Oleh karena itu, kita harus peka terhadap hambatan komunikasi antarbudaya dan menggunakan teknik-teknik sebagai pembantu melestarikan serta meningkatkan komunikasi antarbudaya. 3. Mengurangi ketidakpastian.

Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar ketidakpastian dan ambiguitas dalam komunikasi. Maka diperlukan lebih banyak waktu dan upaya untuk mengurangi ketidakpastian sehingga komunikasi menjadi bermakna.

4. Kesadaran diri dan perbedaan antarbudaya.

Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri para partisipan selama komunikasi. Konsekuensi positifnya, kesadaran diri ini akan membuat kita lebih waspada sehingga mencegah kita mengatakan hal-hal yang tidak patut. Sementara konsekuensi negatifnya membuat kita terlalu berhati-hati, tidak spontan, dan kurang percaya diri.

5. Interaksi awal dan perbedaan antarbudaya.

Interaksi awal yang tidak efektif dalam berkomunikasi karena perbedaan budaya berangsur-angsur akan berkurang seiring hubungan yang lebih akrab. Caranya, cobalah hindari menilai orang lain secara tergesa-gesa dan pemanen. Apalagi hanya didasarkan pada informasi yang terbatas.

6. Memaksimalkan hasil interaksi.

Dalam komunikasi antarbudaya, kita berusaha memaksimalkan hasil interaksi. Ada tiga konsekuensi yang mengisyaratkan implikasi yang penting dalam hal ini. Pertama, orang akan berinteraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif.

Kedua, bila kita mendapat hasil positif, kita terus melibatkan diri dalam komunikasi.

(11)

Ketiga, kita membuat prediksi tentang mana perilaku kita yang mungkin akan memberi hasil

positif. Belajarlah sebanyak mungkin tentang isyaratisyarat sistem komunikasi dari lawan bicara karena akan membantu memperkirakan hasil dari perilaku kita secara lebih akurat.

STUDI KASUS

Di dalam jurnal yang berjudul FUNGSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MENGURANGI KONFLIK HORIZONTAL DAN SENGKETA TANAH PADA PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU dijelaskan jika salah satu penyebab terjadinya konflik adalah kurangnya komunikasi. Kegagalan dalam berkomunikasi menyebabkan kedua pihak petani dan masyarakat lokal tidak dapat menyampaikan fikiran, perasaan dan tindakan sehingga membuka jurang perbedaan informasi di antara mereka, sehingga petani kebun kelapa sawit menjadi salah paham dan menimbulkan terjadinya konflik. Petani kebun kelapa sawit yang jarang berbaur dengan masyarakat lokal atau berbeda dalam agama, etnis, dan asal usul orientasi kedaerahnnya sangat sensitif dan merasa bahwa dirinya adalah yang terbaik dibanding dengan orang lain.

Salah satu model penyelesaian konflik yang diterapkan adalah komunikasi antar budaya karena masyarakat Rokan Hilir memiliki keragaman budaya. Setiap budaya memiliki kearifan-kearifan tersendiri dalam menyikapi permasalahan hidup yang dihadapi, termasuk di dalamnya kearifan dalam menyelesaikan konflik. Kearifan-kearifan seperti inilah sebagai kearifan lokal (local wisdom). Model penyelesaian konflik melalui kearifan lokal menjadi salah satu cara yang sangat efektif ditempuh oleh masyarakat untuk menemukan bentuk dan jenis masalah dengan mempertimbangkan aspek penyelesaian yang dapat diterima semua pihak. Mengurangi resiko dan biaya sosial yang tinggi, karena masingmasing pihak berusaha membangun dialog dan keterbukaan terhadap pentingnya kesepakatan damai daripada proses pembuktian terhadap fakta hukum itu sendiri.

Oleh karena itu, banyak pihak menaruh perhatian terhadap proses penyelesaian sengketa berbasis pada nilai-nilai dan kearifan lokal. Dalam memahami konteks nilai dan budaya lokal dalam merumuskan alternatif strategi dalam penyelesaian sengketa, masyarakat melibatkan diri untuk mencari informasi yang berhungan dengan tingkat kebutuhan mereka melalui berbagai informasi ditengah keterbukan akses baik melalui informasi dari aparat pedesaan maupun melalui berbagai media massa baik cetak maupun elektronik. Kegiatan inilah yang dilakukan dan yang akan membantu masyarakat dan para pihak yang terlibat

(12)

langsung dalam sengketa dalam merumuskan masa depan dan pilihan penyelesaian sengketa dengan mengacu pada proses dan mekanisme adat, budaya dan nilai-nilai yang bersifat lokal.

KESIMPULAN

Komunikasi Antar Budaya merupakan seni untuk memahami dan saling pengertian antara khalayak yang berbeda kebudayaan. Komunikasi antar budaya ini memberikan manfaat bagi individunya sendiri maupun bagi kelompok sosial. Dalam melakukan proses komunikasi antar kelompok tentunya ditemui hambatan-hambatan.

Terdapat dua hambatan dalam pergaulan lintas budaya, yaitu hambatan diatas air (above waterline) dan dibawah air (below waterline). Hambatan komunikasi antarbudaya yang berada di dalam air sulit untuk dilihat karena merupakan sikap atau perilaku seseorang. Yang termasuk ke dalam hambatan ini adalah persepsi (perceptions), norma (norms), stereotip (stereotypes), filosofi bisnis (business philosophy), aturan (rules), jaringan (networks), nilai (values), dan grup cabang (subcultures group). Sedangkan hambatan di atas air lebih bersifat hambatan fisik.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, L. 2002. KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara. Diunduh melalui http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3785/1/komunikasi-lusiana.pdf.

Taufik, R dkk. 2011. KOMUNIKASI AGRIBISNIS. Agribisnis Faperta UNPAD. Diunduh melalui http://www.scribd.com/doc/67595811/Komunikasi-Agribisnis

Tinambunan, W E dkk. FUNGSI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA DALAM MENGURANGI KONFLIK HORIZONTAL DAN SENGKETA TANAH PADA PETANI KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ROKAN HILIR PROVINSI RIAU. Universitas Riau. Diunduh melalui http://repository.unri.ac.id/ bitstream/123456789/2733/1/Draf%20Jurnal.pdf

Andriana Noro Iswari, Pawito. Komunikasi Antar Budaya di Kalangan Mahasiswa ( Studi tentang Komunikasi Antar Budaya di Kalangan Mahasiswa Etnis Batak dengan Mahasiswa etnis Jawa di Universitas Sebelas Maret Surakarta). Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Diunduh melalui http://jurnal-kommas.com/docs/jurnalku%201.pdf

Anonim. HAND OUT KOMUNIKASI LINTAS BUDAYA. Diunduh melalui http://sbektiistiyanto.files.wordpress.com/2008/07/ho-klb1.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik dalam doa, bimbingan, material dan dukungan sehingga penulis

GURU PENASIHAT KELAB PING PONG SEKOLAH MENENGAH KEBANGSAAN TANJONG BUNGA. GURU KELAS SEKOLAH MENENGAH

Program utama pengembangan agribisnis komoditas unggas sangat terkait dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Guna menjamin penyediaan pasokan d.o.c. ayam ras yang

Tanjungpura Pontianak sebagian besar berada pada tingkat sedang (63,24%), serta terdapat hubungan yang rendah dan signifikan antara kecerdasan visual-spasial

Hal ini berarti hipotesis pertama ditolak sehingga dapat dikatakan bahwa agency problem tidak berpengaruh terhadap voluntary disclosure level karena tingkat

Perbaikan Mesin Kendaraan Ringan Memperbaiki sistem injeksi bahan bakar diesel Menganalisa penyebab terjadinya knocking pada mesin

Vinyl acetate dari Acetylene dan Acetic acid dengan proses liquid phase. Vinyl acetate dari Acetylene dan Acetic acid dengan proses

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satusyarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Biologi. Sekolah