• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspirasi Pneumonia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Aspirasi Pneumonia"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN

Pneumonia hingga saat ini masih tercatat seba

Pneumonia hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utamagai masalah kesehatan utama  pada

 pada anak anak di di negara negara berkembang. berkembang. Pneumonia Pneumonia merupakan merupakan penyebab penyebab utamautama morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5 tahun (balita). Diperkirakan morbiditas dan mortalitas anak berusia di bawah 5 tahun (balita). Diperkirakan hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, ± 2 juta anak balita meninggal hampir seperlima kematian anak diseluruh dunia, ± 2 juta anak balita meninggal setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia setiap tahun akibat pneumonia, sebagian besar terjadi di Afrika dan Asia Tenggara. Menurut Survey Kesehatan Nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian Tenggara. Menurut Survey Kesehatan Nasional (SKN) 2001, 27,6% kematian  bayi

 bayi dan dan 22,8% 22,8% kematian kematian balita balita di di Indonesia Indonesia oleh oleh penyakit penyakit sistem sistem respiratorirespiratori terutama pneumonia. Pneumonia aspirasi adalah infeksi paru-paru yang terutama pneumonia. Pneumonia aspirasi adalah infeksi paru-paru yang disebabkan oleh terhirupnya bahan-bahan ke dalam saluran pernapasan. Makanan, disebabkan oleh terhirupnya bahan-bahan ke dalam saluran pernapasan. Makanan, misalnya pada tetanus neonatorum, benda asing, kerosen (minyak tanah) dan misalnya pada tetanus neonatorum, benda asing, kerosen (minyak tanah) dan cairan amnion.

(2)

BAB II PEMBAHASAN

1. DEFINISI ASPIRASI PNEUMONIA

Pneumonia adalah inflamasi yang mengenai parenkim paru. Sebagian  besar disebabkan oleh mikroorganisme (virus/bakteri) dan sebagian kecil di

sebabkan oleh hal lain (aspirasi, radiasi, dll).1

Aspirasi merupakan proses terbawanya bahan yang ada di orofaring pada saat respirasi ke saluran napas bawah dan dapat menimbulkan kerusakan  parenkim paru. Kerusakan yang terjadi tergantung jumlah dan jenis bahan yang

teraspirasi serta daya tahan tubuh. Sindrom aspirasi dikenal dalam berbagai  bentuk berdasarkan etiologi dan patofisiologi yang berbeda dan cara terapi yang  juga berbeda.3

Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai par enkim paru, distal dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dari dalam tubuh maupun di luar tubuh penderita.4

Bayi dan anak-anak dengan refleks batuk dan menelan yang belum sempurna menyebabkan terjadinya aspirasi benda asing, maupun makanan ke dalam paru, sehingga dapat menimbulkan gejala mendadak batuk dan sesak nafas setelah makan atau minum.5

2. EPIDEMIOLOGI

Cairan amnion yang terwarnai mekonium ditemukan pada 5-15% kelahiran, tetapi sindrom ini biasanya terjadi pada bayi cukup bulan atau lewat  bulan. Pada 5% bayi yang demikian berkembang pneumonia aspirasi, dimana 30% darinya memerlukan ventilasi mekanis dan 5-10 persennya dapat meninggal. Biasanya, tetapi tidak selalu, kegawatan janin dan hipoksia terjadi bersama

(3)

dengan masuknya mekonium ke dalam cairan amnion. Bayi ini tercat mekonium dan bisa mengalami depresi serta memerlukan resusitasi pada saat lahir.6

Resiko terjadinya aspirasi berkaitan secara tidak langsung dengan tingkat kesadaran pasien (penurunan GCS berkaitan dengan tingginya resiko terjadinya aspirasi), peningkatan tekanan atau volume intragastrik, dan gangguan pada saluran gastroesofageal.5

Pada aspirasi pneumonia, komponen dari isi lambung akan teraspirasi kedalam paru-paru (isi cairan steril selama terdapat asam lambung), akibatnya terjadi respon inflamasi. Pneumonia terjadi karena flora yang terdapat pada orofaringeal juga dapat teraspirasi bersamaan dengan kejadian ini sehingga terjadi infeksi bakteri. Cairan lambung yang teraspirasi secara masif, disebut dengan sindrom mendelson, dapat menghasilkan acute respiratory distress  dalam 1  jam.4,5

3. ETIOLOGI

Terdapat 3 macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi asam lambung yang menyebabkan pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral dan oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti mineral oil   atau vegetable oil   dapat menyebabkan exogenous lipoid pneumonia. Aspirasi benda asing merupakan kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus merupakan faktor predisposisi pneumonia bakterial.4

Kondisi yang mempengaruhi pneumonia aspirasi antara lain:

 Kesadaran yang berkurang, merupakan hasil yang berbahaya dari reflex batuk

dan penutupan glottis.

 Disfagia dari gangguan syaraf

 Gangguan pada sistem gastrointestinal, seperti penyakit esophageal,

 pembedahan yang melibatkan saluran atas atau esophagus, dan aliran lambung.

 Mekanisme gangguan penutupan glottis atau sfingter jantung karena

trakeotomi, endotracheal intubations (ET), bronkoskopi, endoskopi atas dan nasogastric feeding  (NGT)

(4)

 Anestesi faringeal dan kondisi yang bermacam-macam seperti muntahan yang

diperpanjang, volume saluran cerna yang lebar, gastrostomi dan posisi terlentang.

 Lain-lain: fistula trakeo-esofageal, pneumonia yang berhubungan dengan

ventilator, penyakit periodontal dan trakeotomi.4

Pneumonia aspirasi terjadi bila cairan amnion yang mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi. Keadaan ini lebih dikenal sebagai sindrom aspirasi mekonium. Cairan amnion sendiri sampai saat ini belum dibuktikan dapat membahayakan paru bayi. Cairan amnion yang mengandung mekonium dapat terjadi bila bayi dalam kandungan menderita gawat janin. Kejadian ini merupakan 10-20% dari seluruh kehamilan.6

4. PATOFISIOLOGI

Paru terlindung dari infeksi melalui beberapa mekanisme termasuk barier anatomi dan mekanik diantaranya adalah filtrasi partikel di hidung, pencegahan aspirasi dengan reflek epiglotis, ekspulsi benda asing melalui refleks batuk,  pembersihan ke arah kranial oleh lapisan mukosilier. Sistem pertahanan tubuh

yang terlibat baik sekresi lokal imunoglobulin A maupun respon inflamasi oleh sel-sel leukosit, komplemen, sitokin, imunoglobulin, alveolar makrofag dan cell mediated immunity. Pada aspirasi pneumonia terjadi gangguan dalam refleks epiglotis, dan refleks batuk.5

Saat terjadi inhalasi atau aspirasi patogen, bakteri dapat mencapai alveoli maka beberapa mekanisme pertahanan tubuh akan dikerahkan. Saat terjadi kontak antara bakteri dengan dinding alveoli maka akan ditangkap oleh lapisan cairan epitel yang mengandung opsonin dan tergantung pada respon imunologis penjamu akan terbentuk imunoglobulin G spesifik. Kemudian terjadi fagositosis oleh makrofag alveolar, dan akan dilisis dengan perantaraan komplemen. Sebagian kuman yang tidak terlisis, leukosit PMN dengan aktifitas fagositosisnya akan direkrut dengan perantaraan sitokin sehingga terjadi respon inflamasi. Sehingga terjadi kongesti vaskular dan edema. Kuman akan dilapisi cairan edematus yang

(5)

 berasal dari alveolus, dan area edematus membesar secara sentrifugal dan membentuk area sentral yang terdiri dari eritrosit, eksudat purulen, dan bakteri. Fase ini secara histopatologi dinamakan red hepatization (hepatisasi merah).5

Tahap selanjutnya disebut hepatisasi kelabu yang ditandai fagositosis oleh leukosit PMN. Pelepasan komponen dinding bakteri dan pneumolisin melalui degradasi enzimatik meningkatkan respon inflamasi pada sel-sel pa ru.5

Resolusi konsolidasi pneumonia terjadi ketika antibodi dan leukosit PMN meneruskan aktifitas fagositosisnya, sel-sel monosit akan membersihkan debris.5

Efek patologis yang dihasilkan aspirasi cairan lambung tergantung dari pH dan volume cairan. Perburukan klinis terjadi bila volume cairan yang teraspirasi lebih dari 0,8 mg/kg dan atau pH kurang dari 2,5. Hipoksemia, hemoragik  pneumonitis, atelektasis, dan edema pulmonal akan muncul dengan cepat pada

aspirasi yang masif. Secara klinis akan terlihat dalam 1-2 jam setelah aspirasi. Lebih dari 24-48 jam terdapat peningkatan infiltrasi neutrofil, pengelupasan mukosa, pada parenkim paru, dan konsolidasi alveolar.5

Pada kelahiran yang lama dan persalinan yang sukar bayi sering memulai gerakan pernapasan yang kuat di dalam uterus akibat terganggunya masukan oksigen melalui plasenta. Pada keadaan demikian bayi dapat mengaspirasi cairan amnion yang mengandung verniks kaseosa, sel epitel, mekonium atau benda- benda dari saluran lahir, yang dapat memblokade jalan napas, yang paling kecil

serta menganggu pertukaran oksigen dan karbondioksida. Bakteri patogen yang ditemukan menyertai benda-benda yang teraspirasi, dan dapat terjadi pneumonia  bahkan pada kasus-kasus yang noninfeksi, kegawatan pernapasan yang disertai  bukti yang dapat dilihat secara rontgen akan adanya aspirasi.6

Aspirasi benda asing pada paru dapat juga terjadi pada bayi baru lahir akibat adanya fistula trakeoesofagus, obstruksi esofagus dan duodenum, refluks gastroesofagus, praktek-praktek pemberian makanan yang tidak tepat, dan  pemberian obat-obatan depresan.6

Isi lambung harus diaspirasi melalui kateter lunak tepat sebelum operasi atau prosedur-prosedur lain yang memerlukan anastesi atau yang menimbulkan gangguan berarti pada bayi. Bila aspirasi telah terjadi, pengobatannya terdiri dari memberikan dukungan umum dan pernapasan dan pengobatan pneumonia.6

(6)

5. MANIFESTASI KLINIS

Pneumonia aspirasi sering terjadi pada bayi dismaturitas (kecil untuk masa kehamilan), neonatus lebih bulan atau bayi yang menderita gawat janin pada kehamilan atau persalinan. Biasanya bayi lahir dengan asfiksia disertai riwayat resusitasi aktif. Tanda sindrom gangguan pernafasan mulai tampak dalam 24 jam  pertama setelah lahir. Kadang-kadang terdengar pula ronki pada kedua paru.

Bergantung kepada jumlah mekonium yang terinhalasi, mungkin terlihat emfisema atau atelektasis.6

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan foto rontgen toraks yang menunjukkan gambaran infiltrasi kasar di kedua paru disertai dengan bagian yang mengalami emfisema.6

Kematian dapat terjadi pada hari-hari pertama karena kegagalan  pernafasan atau asidosis berat. Pada bayi yang mengalami perbaikan, biasanya gejala hiperpnue baru dapat menghilang setelah beberapa hari dan kadang-kadang sampai beberapa minggu.6

Di dalam uterus, atau lebih sering pada pernapasan pertama, mekonium yang kental teraspirasi ke dalam paru, mengakibatkan obstruksi jalan napas kecil yang dapat menimbulkan kegawatan pernapasan dalam beberapa jam pertama dengan gejala takipnea, retraksi, mendengkur, dan sianosis pada bayi yang terkenanya berat. Obstruksi parsial pada beberapa jalan napas dapat menimbulkan  pneumotoraks atau pneumomediastinum, atau keduanya. Pengobatan tepat dapat menunda mulainya kegawatan pernapasan, yang bisa hanya terdiri atas takikardia tanpa retraksi. Distensi dada yang berlebihan dapat menonjol. Keadaan ini  biasanya membaik dalam 72 jam, tetapi bila dalam perjalanan penyakitnya bayi memerlukan ventilasi, keadaan ini dapat berat dan kemungkinan mortalitasnya tinggi. Takipnea dapat menetap selama beberapa hari atau bahkan beberapa minggu. Rontgen dada bersifat khas ditandai dengan bercak-bercak infiltrat, corakan kedua lapangan paru kasar, diameter anteroposterior tambah, dan diafragma mendatar. Rontgen dada normal pada bayi dengan hipoksia berat dan

(7)

tidak adanya malformasi jantung mengesankan diagnosis sirkulasi janin persisten. PO2 arteri dapat rendah pada penyakit lain, dan jika terjadi hipoksia, biasanya ada asidosis metabolik.6

Gejala dan tanda pneumonia dapat dibedakan menjadi: - Gejala umum infeksi (non spesifik)

- Gejala pulmonal

- Gejala pleural

Gejala non spesifik meliputi demam, menggigil, gelisah, sefalgia. Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan gastrointestinal, seperti muntah, kembung, diare atau sakit perut.5

Gejala pulmonal timbul setelah beberapa saat proses infeksi berlangsung. Akan ditemukan gejala nafas cuping hidung, takipnea, dispnea, apnea, otot bantu nafas interkostal dan abdominal. Pada anak yang lebih besar umumnya akan ditemukan batuk, namun pada neonatus bisa tanpa batuk.5

Pleuritic chest pain akibat peradangan pada pleura, ditandai dengan nyeri dada, sehingga dapat membatasi gerakan dinding dada selama inspirasi. Pada keadaan ini biasanya ditemukan pada pneumonia yang disebabkan streptococcus  pneumonia dan staphylococcus aureus.5

Frekuensi napas merupakan indeks paling sensitif untuk mengetahui  beratnya penyakit. Penilaian ini digunakan untuk mendukung diagnosis dan memantau tatalaksana pneumonia. WHO bahkan telah merekomendasikan untuk menghitung frekuensi nafas pada setiap anak dengan batuk, pada keadaan ini frekuensi napas lebih cepat dari normal serta adanya tarikan dinding dada bagian  bawah. WHO menetapkannya sebagai kasus pneumonia berat dan memerlukan  perawatan di rumah sakit untuk pemberian antibiotik.5

(8)

6. DIAGNOSIS Anamnesa

Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan disekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang ( pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang.5

Pemeriksaan fisik

Tanda-tanda vital yang dapat ditemukan adalah hipotensi (syok septik), suhu > 39oC.  pada pemeriksaan toraks didapatkan dispnea : inspiratory effort  ditandai dengan takipnea, retraksi (chest indrawing), nafas cuping hidung dan sianosis. Gerakan dinding toraks dapat berkurang pada daerah yang terkena, perkusi normal atau redup. Perkusi toraks tidak bernilai diagnostik, karena umumnya kelainan patologinya menyebar. Suara redup  pada perkusi biasanya karena adanya efusi pleura.5

Pada pemeriksaan auskultasi paru dapat terdengar suara nafas utama melemah, seringkali ditemukan bila ada proses peradangan subpleura atau mengeras (suara bronkial) bila ada proses konsolidasi. Suara nafas tambahan  berupa ronki basah halus di lapangan paru yang terkena khas pada pasien anak yang lebih besar, mungkin tidak akan terdengar pada bayi. Pada bayi dan balita kecil karena kecilnya volume toraks biasanya suara nafas saling  berbaur dan sulit diidentifikasi.5

Radiologi

Pemeriksaan foto polos dada perlu dibuat untuk menunjang diagnosis, disamping untuk melihat luasnya kelainan patologi secara lebih akurat. Posisi anteroposterior (AP) dan lateral (L), diperlukan untuk menentukan luasnya lokasi anatomik dalam paru, luasnya kelainan dan kemungkinan adanya komplikasi penebalan pleura pada pleuritis, atelektasis, efusi pleura,  pneumomediastinum, pneumotoraks, abses, pneumatokel. Akan terlihat infiltrat pada lobus superior kanan pada bayi, tetapi pada anak yang lebih  besar akan tampak di bagian posterior atau basal paru. Lobus tengah dan

(9)

 bawah paru kanan merupakan lokasi tersering ditemukan infiltrat, disebabkan karena posisi bronkus kanan yang lebih vertikal.5

Laboratorium

Pemeriksaan darah lengkap

- Pada pemeriksaan darah lengkap sering ditemukan leukositosis >15.000/UL, tanda adanya infeksi.

- Pemeriksaan hitung jenis dengan dominsai neutrofil atau adanya  pergeseran ke kiri menunjukkan bakterial pneumonia.

Pemeriksaan kultur darah jarang memberikan hasil yang positif tetapi dapat membantu pada kasus yang tidak menunjukkan respon terhadap  penanganan awal. Kultur darah direkomendasikan pada kasus pneumonia

yang berat dan pada bayi kurang dari 3 bulan.5

Pemeriksaan analisa gas darah termasuk PaO2,  PaCO2 , dan saturasi

oksigen. Menunjukkan adanya hipoksemia. Kadar PaCO2 dapat rendah. Dapat

(10)

7. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan pada aspirasi pneumonia adalah : - Penghisapan jalan nafas

- Pemberian oksigen

- Pemberian cairan dan nutrisi. Cairan rumatan diberikan mengandung gula dan elektrolit, disesuaikan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi. Pasien yang sesak dapat dipuasakan, bila sesak berkurang dapat diberikan asupan oral melalui NGT.

- Intubasi endotracheal dengan pengisapan dapat dipertimbangkan pada  pasien yang tidak dapat mempertahankan jalan nafasnya.

- Ventilasi mekanik pada kasus yang berat (gagal nafas)

- Antibiotik. Sesuai dengan kuman penyebab, namun karena kendala diagnostik etiologi, diberikan antibiotik secara empiris. Golongan beta laktam (Penisilin, sefalosporin, karbapenem, dan monobaktam), biasanya digunakan untuk terapi pneumonia yang disebabkan bakteri Streptococcus  pneumonia, Haemophillus influenza, dan Staphylococcus aureus. Pada kasus berat diberi golongan sefalosporin sebagai pilihan, terutama bila  penyebabnya belum diketahui. Pada kasus yang ringan sedang, dipilih golongan penisilin. Pada bayi kurang dari 2 bulan, WHO

merekomendasikan pemberian penisilin dan gentamisin.

Evaluasi pengobatan dilakukan setiap 48-72 jam. Bila tidak ada perbaikan klinis dilakukan perubahan pemberian antibiotik sampai anak dinyatakan sembuh. Lama pemberian antibiotik tergantung : kemajuan klinis  penderita, hasil laboratoris, foto toraks dan jenis kuman penyebab.5

Perawatan umum pada aspirasi mekonium berupa : (a) pengaturan secara adekuat suhu dam kelembapan lingkungan, (b) pembersihan jalan nafas sebaik- baiknya dan bila perlu dilakukan intubasi, (c) seluruh cairan lambung harus segera dikeluarkan untuk menghindarkan kemungkinan aspirasi ulangan. Tindakan

(11)

tersebut di atas seharusnya dikerjakan pada setiap bayi yang lahir dengan cairan amnion yang mengandung mekonium.2

Pemberian oksigen dan mengatur keseimbangan asam-basa. Oksigen diberikan sampai sianosis menhilang. Pemberian NaHCO3 untuk mengatur keseimbangan asam-basa tubuh seperti pada pengobatan penyakit membran hialin, yaitu dengan tujuan memepertahankan pH darah dalam batas normal.2

Antibiotika diberikan karena diagnosis banding antara pneumonia aspirasi dengan pneumonia bakterial sulit dibedakan dan penyelidikan menunjukkan  bahwa infeksi sekunder pada penderita ini sering ditemukan. Antibiotika yang

diberikan ialah kombinasi penisilin atau ampisilin dengan gentamisin.2

Pengobatan pneumonia aspirasi-mekonium mencakup perawatan  pendukung dan manajemen standar untuk kegawatan pernapasan. Manfaat oksigenasi PEEP harus dipertimbangkan terhadap risiko pneumotoraks. Aspirasi mekonium yang berat menyerupai sirkulasi janin persisten dan memerlukan  pengobatan yang serupa. Penderita yang refrakter terhadap ventilasi mekanis konvensional atau ventilasi frekuensi tinggi dapat memperoleh manfaat dari terapi surfaktan (tanpa memandang umur kehamilan), inhalasi nitrit oksida, atau oksigenasi membran ekstrakorporal (ECMO).6

8. PENCEGAHAN

Risiko aspirasi mekonium dapat berkurang dengan melakukan perhatian yang cermat pada kegawatan janin dan segera memulai persalinan bila ada asidosis janin, perlambatan akhir, atau bila variabilitas denyut ke denyut jelek. Infus amnion dan pengisapan DeLee orofaring sesudah kepala dilahirkan mengurangi insidens aspirasi mekonium.6

9. PROGNOSIS

Diperkirakan bahwa bayi yang tercat mekonium memiliki mortalitas yang lebih tinggi daripada mortalitas bayi tidak tercat, dan aspirasi mekonium biasanya menyebabkan proporsi kematian neonatus yang bermakna. Sisa masalah pada

(12)

 paru jarang dijumpai, tetapi meliputi batuk bergejala, mengi, dan hiperinflasi  persisten selama 5-10 tahun. Prognosis akhir bergantung pada luasnya jejas sistem saraf pusat akibat asfiksia, dan adanya masalah-masalah terkait seperti adanya sirkulasi janin.6

(13)

BAB III PENUTUP

KESIMPULAN

Pneumonia aspirasi merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat yang disebabkan oleh aspirasi benda asing baik yang berasal dari dalam tubuh maupun di luar tubuh penderita.

Terdapat 3 macam penyebab sindroma pneumonia aspirasi, yaitu aspirasi asam lambung yang menyebabkan pneumonia kimiawi, aspirasi bakteri dari oral dan oropharingeal menyebabkan pneumonia bakterial, Aspirasi minyak, seperti mineral oil   atau vegetable oil   dapat menyebabkan exogenous lipoid pneumonia. Aspirasi benda asing merupakan kegawatdaruratan paru dan pada beberapa kasus merupakan faktor predisposisi pneumonia bakterial. Pada bayi pneumonia aspirasi terjadi bila cairan amnion yang mengandung mekonium terinhalasi oleh bayi. Keadaan ini lebih dikenal sebagai sindrom aspirasi mekonium.

Gejalanya antara lain batuk, demam tinggi terus menerus, sesak, kebiruan disekitar mulut, menggigil (pada anak), kejang (pada bayi) dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka berbaring pada sisi yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala non spesifik seperti hipotermi, penurunan kesadaran, kejang.

Penatalaksanaan pada aspirasi pneumonia adalah Penghisapan jalan nafas, pemberian oksigen, pemberian cairan dan nutrisi. Intubasi endotracheal dengan pengisapan dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak dapat mempertahankan jalan nafasnya. Ventilasi mekanik pada kasus yang berat (gagal nafas) serta antibiotik.

(14)

DAFTAR PUSTAKA

1. Said, Mardjanis. Buku Ajar Respirologi Anak. IDAI . Jakarta : Badan Penerbit IDAI. 2008 : 350-364.

2. Hassan, Rusepno. Alatas, Husein.  Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak  Jilid 2 FKUI. Jakarta : Infomedika Jakarta. 2007 : 1228-1234

3. Dahlan, Zul.  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam  Jilid 2. Jakarta : Interna Publishing. 2007 : 972

4. Harmas Yulia Fara Hylda. 2011.  Aspirasi Pneumonia. FK Universitas Muhammadiyah Malang. (http://www.scribe.com/)

5. Angela Gracia. 2007.  Pneumonia Aspiras dan Penatalaksanaannyai. FK Universitas Kristen Indonesia. (http://www.scribe.com/)

6. Behrman, Richard. Kliegman, Robert. Arvin, Ann.  Ilmu Kesehatan Anak  Nelson Jilid 1. Jakarta : EGC. 2000 : 600-601

Referensi

Dokumen terkait

Pengawas ujian yang telah tercantum pada jadwal pengawas, dimohon hadir 20 menit sebelum ujian dimulai dan dapat melaksanakan tugas dengan penuh tanggung jawab, bagi yang

Penelitian ini bertujuan menganalisa keberadaa~ tari Balanse Madam dar untuk mengungkapkan makna dan fungsi di balilc tarian tersebut dalam kepidupan sosial masyarakat suku

Kendala yang dihadapi aparat kepolisian dalam melakukan penindakan terhadap para pelaku TPPO berupa kurangnya pemahaman aparat penegak hukum dalam menentukan status

Dalam hal ini merupakan permasalahan yang dihadapi dimana pengeluaran semakin meningkat sedangkan pendapatan justru semakin menurun, oleh karena itu perlunya rencana yang

Penelitian ini bertujuan untuk: mengetahui pelaksanaan bagi hasil tanah pertanian yang berlaku di Desa Blagungan Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen. Jenis

Sri Hartoyo Guru Dewasa Tk.I SMA Islam Al-Azhar 2 Kota Jakarta Selatan DKI

Bila ditelusuri lebih jauh banyak lagi masalah yang dapat diidentifikasi, namun dalam penelitian ini tidak semua permasalahan yang dikemukakan di atas dapat diteliti, agar lebih