• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan materi dan metode pelatihan pasien simulasi sebagai alat evaluasi KIE obat antidiare di Fakultas Farmasi USD.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan materi dan metode pelatihan pasien simulasi sebagai alat evaluasi KIE obat antidiare di Fakultas Farmasi USD."

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MATERI DAN METODE PELATIHAN PASIEN

SIMULASI SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT ANTIDIARE DI

FAKULTAS FARMASI USD

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Kinanti Dita Pratiwi

NIM : 138114137

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PENGEMBANGAN MATERI DAN METODE PELATIHAN PASIEN

SIMULASI SEBAGAI ALAT EVALUASI KIE OBAT ANTIDIARE DI

FAKULTAS FARMASI USD

SKRIPSI

Dijalankan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Kinanti Dita Pratiwi

NIM : 138114137

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh

selain apa yang telah diusahakannya. Dan bahwasanya

usaha itu kelak akan diperlihatkan (kepadanya)

.

(QS. An-Najm 53:39-40)

Karya ini kupersembahkan kepada :

Allah SWT,

Alm. Papa, Mama, Adik tercinta

Keluarga dan Sahabat,

(6)

v PRAKATA

Segala puji bagi Allah SWT penulis panjatkan atas limpahan rahmat dan

karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan naskah skripsi yang berjudul “Pengembangan Materi dan Metode Pelatihan Pasien Simulasi sebagai Alat Evaluasi KIE Obat Antidiare di Fakultas Farmasi USD” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Selama penyusunan skripsi ini penulis mendapat dukungan dan

bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing utama atas

arahan, bimbingan dan saran kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu Dra. T.B. Titien Siwi Hartayu, M.Kes., Ph.D., Apt. dan Ibu Putu Dyana

Christasani, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji atas saran dan masukan dalam

proses penyusunan skripsi ini.

3. Seluruh dosen yang telah membekali ilmu selama proses perkuliahan.

4. Alm. Bapak Slamet Swakiman, Ibu Eni Setiyorini dan Ilham Wahyu Analta

atas doa, cinta, teladan dan dukungan yang diberikan kepada penulis.

5. Para pemeran pasien, kakak mahasiswa PSPA, praktisi apoteker dan

teman-teman mahasiswa farmasi yang bersedia terlibat pada penelitian ini.

6. Teman-teman seperjuangan skripsi Yosephine, Yunita, Nawa, Hori, Ninda

dan Stephanie yang saling memberikan semangat.

7. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan telah membantu

dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan serta

masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata penulis berharap

semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama di bidang ilmu

farmasi.

Yogyakarta, 7 Februari 2017

(7)
(8)
(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PRAKATA ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

DAFTAR ISI ... viii

Rancangan dan Subyek Penelitian ... 3

Tahap Persiapan ... 3

Pembuatan Pedoman Pelatihan ... 3

Pembuatan Skenario ... 3

Pembuatan Instrumen Evaluasi ... 4

Pemilihan Pasien Simulasi ... 4

Implementasi Penelitian ... 5

Analisis Data ... 5

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 6

Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi ... 6

Skenario Kasus ... 6

Instrumen Evaluasi ... 7

Performa Pasien Simulasi ... 7

Uji Reliabilitas ... 9

KESIMPULAN DAN SARAN ... 10

(10)

ix

LAMPIRAN ... 12

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Informed Consent Pasien Simulasi ... 12

Lampiran 2. Informed Consent Mahasiswa PSPA ... 13

Lampiran 3. Informed Consent Apoteker ... 14

Lampiran 4. Informed Consent Mahasiswa Farmasi ... 15

Lampiran 5. Checklist Penilaian Pasien Simulasi Kasus Resep ... 16

Lampiran 6. Checklist Penilaian Pasien Simulasi Kasus Non Resep ... 18

Lampiran 7. Checklist Penilaian KIE Kasus Resep ... 20

Lampiran 8. Checklist Penilaian KIE Kasus Non Resep ... 21

Lampiran 9. Hasil Penilaian KIE Mahasiswa Farmasi Kasus Diare ... 22

Lampiran 10. Contoh Hasil Perhitungan Cohen’s Kappa ... 23

(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Rata-rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario Kasus Resep... 8 Gambar 2. Rata-rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario Kasus Non

(13)

ABSTRAK

Performa apoteker di Indonesia masih tergolong kurang baik sehingga perlu dilakukan pembenahan dari sisi perguruan tinggi. Evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan yaitu diskusi, penyusunan makalah, tes essay dan multiple choice question, sedangkan metode pasien simulasi merupakan teknik yang relatif baru dalam praktik farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi dan metode pelatihan pasien simulasi untuk kasus diare.

Penelitian ini termasuk penelitian kuasi eksperimental. Subyek penelitian yaitu pasien simulasi yang telah menjalani pelatihan untuk memerankan kasus diare. Checklist penilaian pasien simulasi berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif merupakan data pendukung untuk data kuantitatif.

Hasil penilaian KIE dihitung dengan dua cara yaitu t-test tidak berpasangan dan Cohen’s kappa. T-test tidak berpasangan kasus resep p=0,556 dan kasus non resep p=0,737. Koefisien Cohen’s kappa kasus resep 0,869 dan kasus non resep 0,897. Metode yang sesuai untuk melatih pasien simulasi yaitu pasien simulasi dilatih satu per satu, perekaman video dilakukan untuk evaluasi performa pasien simulasi, seleksi pasien simulasi dilakukan untuk mendapatkan pasien simulasi dengan performa terbaik, performa pasien simulasi dilihat dari checklist penilaian KIE, skenario dibuat berdasarkan studi literatur dan disesuaikan dengan syarat KIE, checklist penilaian pasien simulasi disesuaikan dengan skenario kasus dan checklist penilaian KIE juga telah disesuaikan berdasarkan literatur.

(14)

xiii ABSTRACT

Pharmacists performance in Indonesia is still relatively poor so it necessary to make corrective action from the university. Learning evaluations that have been done such as discussion, preparation of papers, essay tests and multiple choice question, whereas simulated patient method is a relatively new technique in pharmacy practice. The aim of the study is to develop materials and training method for simulated patients in diarrhea cases.

The study is quasi-experimental. Subjects of the study are simulated patients who have trained to portray a passion with diarrhea case. Simulated patients checklist is in the form of quantitative and qualitative data. Qualitative data is supporting data for quantitative data.

Assessment results of Communication, Information and Education are meassured by independent t-test and Cohen’s kappa. The p value of prescription case in independent t-test is p=0,556 and non-prescription case p=0.737. Cohen’s kappa coefficient of prescription cases is 0.8695 and non-prescription case is 0.8977. A suitable method to train simulated patient is to train them one by one, simulated patient performance evaluated by video recording, simulated patient selected by the best performance, simulated patient performance evaluated by Communication, Information and Education checklist. The scenarios are created based on literature study and adapted to requirements of Communication Information and Education, simulated patient checklist adapted to this case scenario and Communication, Information and Education checklist adapted based on literature.

(15)

PENDAHULUAN

Pelayanan kefarmasian telah mengalami perubahan orientasi yang semula hanya berfokus kepada pengelolaan obat (drug oriented) berkembang menjadi pelayanan komprehensif meliputi pelayanan obat dan pelayanan farmasi klinik yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup pasien. Sebagai konsekuensi perubahan tersebut apoteker dituntut untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan perilaku agar dapat melaksanakan interaksi langsung dengan pasien. Bentuk interaksi tersebut antara lain melalui pemberian informasi obat dan konseling kepada pasien yang membutuhkan (Depkes RI, 2014).

Apoteker merupakan titik kontak pertama antara pasien dan sistem pelayanan kesehatan. Apoteker menyediakan produk obat yang diperlukan untuk pengobatan kondisi pasien dan memastikan penggunaan obat yang tepat (Siregar, 2003). Apoteker harus menjalankan praktik kefarmasian sesuai dengan standar pelayanan yang diatur secara rinci dalam PMK No.35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan didukung oleh organisasi profesi yaitu Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) agar apoteker dapat melaksanakan pelayanan kefarmasian yang profesional. Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) adalah bagian dari konseling dan merupakan bentuk pelayanan dari apoteker kepada pasien sebagai konsumen obat. Diharapkan melalui KIE dapat mencegah terjadinya kesalahan pengobatan (medication error) karena apoteker telah menyampaikan informasi dan edukasi terkait obat yang diterima oleh pasien. Dengan adanya standar pelayanan diharapkan pasien dapat menerima kualitas pelayanan yang baik.

(16)

2

yaitu Kurikulum Inti Program Pendidikan Sarjana Farmasi dan Kurikulum Program Pendidikan Apoteker tahun 2008. Kurikulum Program Pendidikan Apoteker selanjutnya disepakati bersama dengan Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) pada tahun 2009. Analisis situasi saat ini menunjukkan bahwa implementasi standar kurikulum tersebut dalam penyelenggaraan pendidikan sarjana farmasi maupun pendidikan profesi apoteker masih sangat bervariasi dan terlihat dari adanya disparitas kualifikasi lulusan antar perguruan tinggi farmasi. Permasalahan yang dihadapi pendidikan tinggi farmasi Indonesia saat ini antara lain: (a) adanya kesenjangan mutu yang cukup lebar antar institusi pendidikan tinggi farmasi; (b) orientasi kurikulum pendidikan tinggi farmasi belum mampu menjawab perkembangan kebutuhan masyarakat; serta (c) belum tersedianya model uji kompetensi untuk standarisasi lulusan pendidikan tinggi farmasi. Berbagai permasalahan ini berpengaruh pada kelayakan penyelenggaraan pendidikan farmasi yang berdampak langsung pada kompetensi lulusan. Untuk menghadapi kondisi ini, diperlukan penataan sistem pendidikan tenaga kefarmasian yang mendasar agar dapat mengatasi kompleksitas permasalahan yang saat ini dialami sekaligus mengantisipasi kebutuhan di masa depan (APTFI, 2013).

Berdasarkan silabus farmakoterapi dibeberapa pendidikan tinggi diketahui bahwa evaluasi pembelajaran yang digunakan untuk menilai keberhasilan silabus dapat berupa diskusi (keaktifan bertanya, menjawab, dan penguasaan materi), penyusunan makalah, tes essay, serta melalui multiple choice question (MCQ). Metode pasien simulasi merupakan teknik yang relatif baru dalam praktik farmasi dan penerapannya mulai mengalami peningkatan (Warner dan Benrimoj, 2008). Diharapkan melalui simulasi dapat meningkatkan kompetensi mahasiswa karena dapat memberikan gambaran kasus atau situasi nyata serta memberikan paparan dan melatih mahasiswa dalam berkomunikasi maupun manajemen waktu (Gamble, Bearman dan Nestel, 2016).

Penyakit diare merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah suatu penyakit yang ditandai dengan meningkatnya frekuensi buang air besar lebih dari tiga kali sehari disertai dengan adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja penderita. Bahaya utama diare adalah kematian yang disebabkan karena tubuh banyak kehilangan air dan garam yang terlarut yang disebut dehidrasi (Harianto, 2004). Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi dengan angka CFR yang masih tinggi. CFR pada tahun 2008 yaitu 2,94% kemudian tahun 2009 dan 2010 yaitu 1,74%. Berdasarkan karakteristik penduduk, kelompok umur balita merupakan kelompok yang paling tinggi menderita diare dimana insiden diare balita di Indonesia adalah 6,7% (Depkes RI, 2011).

(17)

METODE PENELITIAN

Rancangan dan Subyek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimental, yang menjadi subyek penelitian yaitu pasien simulasi. Perlakuan yang diberikan kepada subyek uji yaitu berupa pelatihan pasien simulasi. Sebanyak 5 orang pasien simulasi yang telah dilatih hanya dipilih 2 orang untuk dihadapkan dengan mahasiswa farmasi.

Kriteria inklusi pasien simulasi pada penelitian ini yaitu individu diluar bidang pendidikan kesehatan, berusia minimal 18 tahun, menandatangani informed consent, mengikuti pelatihan sebelum akhirnya dinyatakan siap menjadi pasien simulasi, bersedia berpartisipasi minimal 3 sesi rekaman video, dapat diandalkan dan tepat waktu dalam mengikuti setiap sesi pelatihan dan mampu bekerja sama dalam tim. Kemampuan yang mendukung pasien simulasi yaitu memiliki daya ingat yang baik dan mampu berimprovisasi. Improvisasi dari pemeran pasien berupa kalimat yang diucapkan selama proses KIE tidak terlalu menghafal dari skenario, pasien simulasi dapat mengambil inti dari skenario dan dapat mengembangkannya selama proses KIE. Persetujuan untuk menjadi subyek penelitian dilakukan melalui pengajuan informed consent kepada pasien simulasi. Sebelumnya peneliti menjelaskan terlebih dahulu terkait tujuan penelitian, jadwal pelaksanaan, tugas pemeran pasien simulasi dan penjelasan terkait resiko (meluangkan waktu guna mengikuti pelatihan) apabila bersedia berpartisipasi pada penelitian ini.

Tahap Persiapan

Pembuatan Pedoman Pelatihan

Pembuatan pedoman pelatihan pasien simulasi dibuat berdasarkan studi literatur yaitu melalui Buku Saku Petugas Kesehatan (Depkes RI, 2011), Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition (Dipiro, 2009), Tatalaksana Daire Akut (Amin, 2015), dan Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan Upaya Menekan Angka Kesakitan Diare pada Anak Balita (Wulandari, 2012) terkait tanda dan gejala serta pengobatan untuk penyakit diare.

Pembuatan Skenario

(18)

4 Pembuatan Instrumen Evaluasi

Instrumen yang dibuat meliputi checklist penilaian pasien simulasi dan checklist penilaian untuk KIE obat antidiare. Untuk checklist penilaian KIE dikembangkan berdasarkan studi literatur meliputi PMK No.35 tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek dan diperoleh dari Wijoyo (2016). Komponen pada checklist penilaian KIE disesuaikan dengan PMK No.35 tahun 2014 yang berisi tentang kemampuan berkomunikasi dengan jelas dan tenang, penggunaan bahasa yang mudah dimengerti, menggali keluhan pasien, menjelaskan informasi mengenai obat yang diterima oleh pasien dan memverifikasi pemahaman pasien terhadap informasi yang telah disampaikan. Sedangkan checklist penilaian pasien simulasi berisi tentang performa pasien dalam menyampaikan keluhan terkait penyakit yang dialami, pengobatan yang akan dijalani, tindakan pencegahan serta terapi non farmakologi.

Pemilihan Pasien Simulasi

(19)

Implementasi Penelitian

Peneliti menjelaskan tentang latar belakang teori dari setiap skenario yang sesuai dengan literatur yang berisi tentang penjelasan penyakit diare, tanda dan gejala, pengobatan penyakit diare, terapi non farmakologi serta cara pencegahan kepada pemeran pasien simulasi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi bersama untuk menjelaskan tugas kepada mahasiswa Program Studi Profesi Apoteker (PSPA) sebagai pemeran apoteker. Pelatihan pasien simulasi didasarkan skenario kasus yang peneliti sediakan, dimana masing-masing pasien simulasi dilatih untuk memerankan 2 kasus yaitu kasus resep dan non resep yang didampingi dan dilatih satu per satu pasien simulasi secara independen oleh mahasiswa PSPA.

Setelah pasien simulasi menjalani pelatihan, pasien simulasi kemudian melakukan role play dengan pemeran apoteker dan performanya dinilai oleh observer (mahasiswa PSPA) dan peneliti dengan mengisi checklist penilaian pasien simulasi untuk melihat perkembangan pasien dan kelayakan pasien untuk menjalankan tugasnya dalam praktik KIE. Pada setiap pelatihan dilakukan perekaman video terhadap proses KIE. Hasil perekaman video diputar di akhir sesi pelatihan untuk dilakukan evaluasi bersama dan untuk mengantisipasi apabila peneliti tidak dapat melakukan penilaian terhadap performa pasien simulasi. Penilaian pasien simulasi dilakukan sebanyak 3 kali. Pada checklist pemeran pasien simulasi yang dinilai adalah performa pasien simulasi dalam menyampaikan keluhan penyakit, riwayat penyakit dan pengobatan, menanyakan pengobatan yang diberikan, serta mengenai terapi non farmakologi. Pada checklist yang diisi oleh peneliti terdapat kolom komentar sebagai data kualitatif untuk dijadikan masukan bagi pasien simulasi agar performa ke depannya dapat lebih baik. Kolom komentar diisi berdasarkan pengamatan terhadap pasien simulasi, mencakup komentar mengenai ekspresi wajah, cara berbicara, dan perilaku. Data kualitatif merupakan data pendukung untuk data kuantitatif.

Dari proses pelatihan dan penilaian kelayakan 5 orang pasien simulasi hanya 2 orang yang dipilih untuk dihadapkan dengan mahasiswa S1 farmasi, dimana 1 orang pasien simulasi memerankan skenario diare (resep) dan 1 orang pasien simulasi memerankan skenario diare (non resep). Mahasiswa farmasi memberikan KIE kepada pasien simulasi sesuai dengan skenario kasus yang didapat. Selama proses KIE mahasiswa farmasi dinilai performanya oleh observer independen (praktisi apoteker) dan peneliti.

Analisis Data

(20)

6 untuk skenario non resep diare yaitu 11 poin.

Hasil checklist penilaian KIE merupakan data kuantitatif berupa poin-poin checklist yang dihitung dengan dua cara yaitu dengan t-test tidak berpasangan dan melihat hasil koefisien Cohen’s kappa. Apabila hasil t-test tidak berpasangan p>0,05 maka hasil penilaian telah konsisten, bila p<0,05 maka hasil penilaian belum konsisten sehingga perlu pelatihan kembali. Untuk hasil koefisien Cohen’s kappa >0,7 maka penilaian kedua observer adalah baik; apabila >0,8 maka sangat baik. Apabila hasil koefisien Cohen’s kappa <0,7 maka kedua observer perlu pemahaman lebih lanjut sehingga diperlukan kembali pelatihan pasien simulasi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pada penelitian ini yaitu pedoman pelatihan pasien simulasi, penilaian performa pasien simulasi, dan uji reliabilitas dimana penjelasannya dijababarkan sebagai berikut:

Pedoman Pelatihan Pasien Simulasi

Pedoman pelatihan merupakan landasan dan petunjuk yang digunakan untuk melatih pasien simulasi. Pedoman pelatihan dibuat agar dalam melaksanakan pelatihan pasien simulasi sesuai dengan ranah pelayanan KIE pada penelitian ini. Pada pedoman pelatihan pasien simulasi berisi tujuan pelatihan, waktu pelaksanaan, jumlah personil, skenario kasus dan instrumen pelatihan. Pasien simulasi dilatih secara satu per satu sesuai dengan pada skenario kasus secara independen oleh mahasiswa PSPA sebagai pelatih pasien simulasi. Selama melakukan role play dengan pemeran apoteker (mahasiswa PSPA) dilakukan perekaman video terhadap performa pasien simulasi. Hasil rekaman video diputar pada setiap akhir sesi untuk evaluasi bersama serta untuk mengantisipasi apabila ada penilaian yang terlewatkan pada checklist penilaian pasien simulasi. Menurut Perera et al (2009) evaluasi dengan melibatkan individu yang dilatih dapat meningkatkan efektivitas dalam pembelajaran. Setelah menjalani pelatihan dan penilaian pasien simulasi maka pemberian KIE dilanjutkan dengan melibatkan mahasiswa farmasi dan observer independen (praktisi apoteker) sebagai penilai.

Skenario Kasus

(21)

Pharmacotherapy Handbook Seventh Edition (Dipiro, 2009), dan Penanganan Diare di Rumah Tangga Merupakan Upaya Menekan Angka Kesakitan Diare pada Anak Balita (Wulandari, 2012) terkait tanda dan gejala serta pengobatan untuk penyakit diare serta berdasarkan pengamatan/pengalaman pribadi yang dibuat semirip mungkin dengan keadaan yang sebenarnya. Pelatihan dengan skenario ini bertujuan agar pasien simulasi belajar secara spesifik dari kasus yang diberikan serta pasien simulasi menjadi akrab atau lebih terbiasa dengan skenario terkait dengan kasus diare. Skenario yang dibuat telah sesuai dengan syarat KIE yang ditetapkan berdasarkan PMK No.35 tahun 2014 meliputi dimana apoteker menggunakan three prime questions untuk memulai konseling dan pada akhir konseling apoteker harus memverifikasi kejelasan pasien terkait informasi yang telah dijelaskan tentang penggunaan obat yang pasien terima (Depkes RI, 2014).

Instrumen Evaluasi

Performa pasien simulasi dan mahasiswa farmasi dinilai menggunakan checklist penilaian. Checklist penilaian dibagi menjadi dua yaitu checklist penilaian pasien simulasi dan checklist penilaian untuk KIE obat antidiare. Untuk checklist KIE berisi tentang kemampuan berkomunikasi dengan jelas dan tenang, penggunaan bahasa yang mudah dimengerti, menggali keluhan pasien, menjelaskan informasi mengenai obat yang diterima oleh pasien dan memverifikasi pemahaman pasien terhadap informasi yang telah disampaikan sebagai data kuantitatif. Checklist penilaian KIE juga telah disesuaikan dengan poin-poin KIE pada PMK No.35 tahun 2014. Sedangkan checklist penilaian pasien simulasi berisi tentang performa pasien dalam menyampaikan keluhan terkait penyakit yang dialami, pengobatan yang akan dijalani, tindakan pencegahan serta terapi non farmakologi sebagai data kuantitatif. Pada checklist penilaian pasien simulasi terdapat kolom komentar sebagai data kualitatif untuk dijadikan masukan bagi pasien simulasi agar performa ke depannya dapat lebih baik. Data kualitatif merupakan data pendukung untuk data kuantitatif.

Performa Pasien Simulasi

(22)

8

peningkatan hasil atau menunjukkan hasil yang konsisten pada setiap penilaian dan tidak mengalami penurunan, serta ditinjau dari data kualitatif (hasil pengamatan terhadap mimik wajah, cara berbicara, dan perilaku pasien simulasi) yang dijadikan data pendukung dalam menentukan pemilihan pasien simulasi.

Gambar 1. Rata-rata nilai performa pasien simulasi skenario kasus resep

Nilai maksimal untuk kasus resep yaitu 12 poin. Berdasarkan rata-rata hasil penilaian terhadap performa pasien simulasi untuk kasus resep pada gambar 1, pasien simulasi 1 memiliki nilai yang konsisten atau mencapai hasil 100% pada pertemuan ke-1 sampai dengan pertemuan ke-3. Untuk pasien simulasi 2, 3 dan 5 menunjukkan peningkatan hasil penilaian, sedangkan pasien simulasi 4 mengalami penurunan hasil penilaian. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap mimik wajah, kontak mata, kepercayaan diri, artukulasi dan volume suara untuk pasien simulasi 1 cenderung lebih baik dibandingkan keempat pasien simulasi lainnya, sehingga pasien simulasi 1 dinyatakan siap dan layak untuk dihadapkan dengan mahasiswa S1 farmasi. Yang dimaksud dengan hasil 100% yaitu apabila pasien simulasi menanyakan atau melakukan semua poin-poin pada checklist penilaian pasien simulasi.

Gambar 2. Rata-rata nilai performa pasien simulasi skenario kasus non resep

(23)

Nilai maksimal untuk kasus non resep yaitu 11 poin. Berdasarkan rata-rata hasil penilaian terhadap performa pasien simulasi untuk kasus non resep pada gambar 2, pasien simulasi 1, 2, dan 5 menunjukkan peningkatan hasil yang sama sedangkan pasien simulasi 3 dan 4 menunjukkan penurunan hasil penilaian. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap mimik wajah, kontak mata, kepercayaan diri, artikulasi dan volume suara untuk pasien simulasi 5 cenderung memberi penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan pasien simulasi 1 dan 2. Mimik wajah pasien simulasi 1 pada kasus non resep kurang berekspresi bila dibandingkan dengan pasien simulasi 5. Untuk pasien simulasi 2 volume suara cenderung halus/kecil, sehingga pada kasus non resep pasien simulasi yang dinyatakan siap dan layak untuk berhadapan dengan mahasiswa farmasi adalah pasien simulasi 5.

Uji Reliabilitas

Kedua pasien simulasi yang terpilih kemudian dihadapkan dengan mahasiswa farmasi untuk melakukan role play KIE. Selama proses KIE, mahasiswa farmasi dinilai performanya untuk melihat seberapa baik peran pasien simulasi dalam membantu performa mahasiswa farmasi dalam memberikan KIE kepada pasien. Komunikasi yang dilakukan selama proses KIE harus baik pada setiap poin yaitu dari awal perkenalan, pemberian informasi obat, hingga akhir sesi konseling.

Mahasiswa farmasi yang dipilih untuk memberikan KIE kepada pasien simulasi yaitu mahasiswa yang telah menempuh pembelajaran ± 2 tahun dan sedang/telah memperoleh pendidikan mengenai KIE. Pada penelitian ini mahasiswa farmasi yang terlibat memberikan KIE yaitu mahasiswa farmasi semester 7 yang telah menempuh mata kuliah komunikasi farmasi (dimana terdapat materi terkait poin-poin penting dalam pemberian KIE), namun karena materi tersebut telah diperoleh pada semester sebelumnya terdapat beberapa hal yang menjadi kendala pada saat penilaian yaitu beberapa mahasiswa kurang mengingat tahapan dan poin-poin penting yang harus disampaikan pada saat memberikan KIE kepada pasien simulasi.

Penilaian terhadap performa mahasiswa farmasi dilakukan dengan cara yang sama oleh kedua penilai yaitu antara observer independen (praktisi apoteker) dan peneliti. Hasil penilaian KIE dihitung melalui dua cara yaitu dengan t-test tidak berpasangan dan perhitungan koefisien Cohen’s kappa. Hasil penilaian KIE dihitung menggunakan t-test tidak berpasangan karena penilaian KIE dilakukan oleh dua orang yang berbeda. T-test tidak berpasangan digunakan untuk melihat perbedaan atau membandingkan hasil penilaian antara observer independen dan peneliti terhadap performa KIE mahasiswa farmasi. Hasil t-test tidak berpasangan pada kasus resep yaitu p=0,556 sedangkan kasus non resep yaitu p=0,737, hasil t-test tidak berpasangan kedua kasus menunjukkan penilaian kedua penilai berbeda tidak bermakna atau dengan kata lain cara penilaian kedua penilai sudah baik.

(24)

10

yaitu dapat melihat kemungkinan kesepakatan yang diharapkan dan tidak terpengaruh jumlah nilai 0 yang dimasukkan dalam tabel (Silcocks, 1983).

Menurut Zenk et al (2007), gold standard koefisien Cohen’s kappa yaitu apabila nilai kappa menunjukkan 0,60 sampai 1,00. Pada penelitian ini rata-rata nilai kappa dari hasil penilaian antara kedua penilai pada kasus resep yaitu 0,869 dan pada kasus non resep yaitu 0,897. Menurut Viera dan Garrett (2005) apabila nilai kappa 0,81-0,99 diartikan sebagai kesepakatan hampir sempurna (almost perfect agreement), sehingga disimpulkan bahwa kesepakatan antara kedua penilai pada kasus resep dan non resep sudah baik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pasien simulasi dilatih satu per satu oleh mahasiswa PSPA, perekaman video dilakukan untuk evaluasi performa pasien simulasi, seleksi pasien simulasi dilakukan untuk mendapatkan pasien simulasi, performa pasien simulasi dilihat dari checklist penilaian KIE, skenario kasus dibuat berdasarkan studi literatur dan telah disesuaikan dengan syarat KIE, checklist penilaian pasien simulasi berupa data kuantitatif dan data kualitatif yang telah disesuaikan dengan skenario kasus, checklist penilaian KIE mahasiswa farmasi juga telah disesuaikan dengan poin-poin KIE berdasarkan literatur.

(25)

DAFTAR PUSTAKA

APTFI, 2013, Naskah Akademik Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Kurikulum Pendidikan Farmasi, APTFI, 1-3.

Cohen, J., 1960. A coefficient of agreement for nominal scales. Educational and Psychological Measurement 20: 37-46.

Damsaputra, E. (2014). Pemetaan peran apoteker dalam pelayanan kefarmasian terkait frekuensi kehadiran apoteker di Apotek di Surabaya Barat. Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya. 3, 1-5.

Depkes RI, 2011, Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan: Situasi Diare di Indonesia, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Depkes RI, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan RI No.35 Tahun 2014 Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek, Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Gamble, A., Bearman, M., dan Nestel, D. (2016). A systematic review: Children & Adolescents as simulated patients in health professional educational. Advances in simulation. http://doi.org/10.1186/s41077-015-0003-9

Harianto, 2004, Penyuluhan Penggunaan Oralit Untuk Menanggulangi Diare di Masyarakat, Departemen Farmasi, FMIPA Universitas Indonesia. Majalah Ilmu Kefarmasian.

Herman, M.J., Handayani, R.S., dan Siahaan, S.A., 2013. Kajian Praktik Kefarmasian Apoteker pada Tatanan Rumah Sakit. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol.7, No.8. 366.

Perera et al, 2009, Training Simulated Patients: Evaluation of A Training Approach Using Self-Assessment and Peer/Tutor Feedback to Improve Performance, BMC Medical Education, 9(37), 1-6. doi:10.1186/1472-6920-9-37.

Purwanti, A., Harianto dan Supardi, S., 2004, Gambaran Pelaksanaan Standar Pelayanan Farmasi di Apotek DKI Jakarta Tahun 2003, Majalah Ilmu Kefarmasian, I(2), 110, 113.

Ristiono, H., Suryawati, S., dan Danu, S.S., 2015, Gambaran Jumlah Sks Mata Kuliah Perguruan Tinggi Farmasi Indonesia yang Mendukung Penggunaan Obat yang Rasional. journal.uad.ac.id/index.php/PHARMACIANA/article/view/2674

Silcocks, 1983, Measuring repeatability and validity of histological diagnosis- a brief review with some practical examples, J Clin Pathol, 36, 1269-1275.

Siregar, C.J.P., 2003, Farmasi Rumah Sakit:Teori dan Penerapan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta, hal.4.

Viera, A. J., dan Garrett, J. M.,2005, Understanding Interobserver Agreement: The Kappa Statistic, Family Medicine, 37(5), 360-3.

Werner, J.B., dan Benrimoj, S.I. (2008). Audio taping simulated patients encounters in community pharmacy to enhance the reliability of assessments. American Journal of Pharmaceutical Education, 72(6).

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)
(33)
(34)
(35)
(36)

22

RESEP NON RESEP

Mahasiswa Penilai 1 Penilai 2 Nilai

kappa Mahasiswa

Penilai 1 Penilai 2 Nilai kappa

Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk Ya Tdk

1 19 1 19 1 1 11 16 1 16 1 1

2 20 0 20 0 1 12 17 0 16 1 0,859

3 20 0 19 1 0,644 13 17 0 17 0 1

4 20 0 20 0 1 14 17 0 16 1 0,859

5 20 0 19 1 0,644 15 16 1 17 0 0,859

6 19 1 19 1 1 16 17 0 17 0 1

7 20 0 20 0 1 17 17 0 16 1 0,859

8 19 1 18 2 0,774 18 12 5 14 3 0,8

9 19 1 18 2 0,774 19 17 0 17 0 1

10 16 4 17 3 0,859 20 17 0 15 2 0,741

Rata-rata nilai kappa 0,869 Rata-rata nilai kappa 0,897

(37)

Lampiran 10. Contoh Hasil Perhitungan Cohen’s Kappa dengan SPSS

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Penilai_1 * Penilai_2 20 100.0% 0 .0% 20 100.0%

Penilai_1 * Penilai_2 Crosstabulation

Penilai_2

Total

Tidak Ya

Penilai_1 Tidak 1 0 1

Ya 0 19 19

Total 1 19 20

Symmetric Measures

Value

Asymp. Std.

Errora Approx. Tb Approx. Sig.

Measure of Agreement Kappa 1.000 .000 4.472 .000

N of Valid Cases 20

a. Not assuming the null hypothesis.

(38)

24

Variances t-test for Equality of Means

(39)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Pengembangan Materi dan Metode Pelatihan Pasien Simulasi sebagai Alat Evaluasi KIE Obat Antidiare di Fakultas Farmasi USD” bernama lengkap Kinanti Dita Pratiwi merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan

Bapak Slamet Swakiman dan Ibu Eni Setiyorini. Penulis lahir di

Pringsewu, 18 Januari 1996 dan pendidikan formal yang ditempuh

penulis yaitu pendidikan Sekolah Dasar di SD Negeri 2 Pampangan

(2001-2003), kemudian melanjutkan di SD Negeri 1 Giham Sukamaju (2003-2007),

pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 2 Pringsewu (2007-2010),

pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Xaverius Pringsewu (2010-2013). Penulis

melanjutkan pendidikan sarjana di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

(40)

ABSTRAK

Performa apoteker di Indonesia masih tergolong kurang baik sehingga perlu dilakukan pembenahan dari sisi perguruan tinggi. Evaluasi pembelajaran yang telah dilakukan yaitu diskusi, penyusunan makalah, tes essay dan multiple

choice question, sedangkan metode pasien simulasi merupakan teknik yang relatif

baru dalam praktik farmasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi dan metode pelatihan pasien simulasi untuk kasus diare.

Penelitian ini termasuk penelitian kuasi eksperimental. Subyek penelitian yaitu pasien simulasi yang telah menjalani pelatihan untuk memerankan kasus diare. Checklist penilaian pasien simulasi berupa data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif merupakan data pendukung untuk data kuantitatif.

Hasil penilaian KIE dihitung dengan dua cara yaitu t-test tidak berpasangan dan Cohen’s kappa. T-test tidak berpasangan kasus resep p=0,556 dan kasus non resep p=0,737. Koefisien Cohen’s kappa kasus resep 0,869 dan kasus non resep 0,897. Metode yang sesuai untuk melatih pasien simulasi yaitu pasien simulasi dilatih satu per satu, perekaman video dilakukan untuk evaluasi performa pasien simulasi, seleksi pasien simulasi dilakukan untuk mendapatkan pasien simulasi dengan performa terbaik, performa pasien simulasi dilihat dari

checklist penilaian KIE, skenario dibuat berdasarkan studi literatur dan

disesuaikan dengan syarat KIE, checklist penilaian pasien simulasi disesuaikan dengan skenario kasus dan checklist penilaian KIE juga telah disesuaikan berdasarkan literatur.

(41)

ABSTRACT

Pharmacists performance in Indonesia is still relatively poor so it necessary to make corrective action from the university. Learning evaluations that have been done such as discussion, preparation of papers, essay tests and multiple choice question, whereas simulated patient method is a relatively new technique in pharmacy practice. The aim of the study is to develop materials and training method for simulated patients in diarrhea cases.

The study is quasi-experimental. Subjects of the study are simulated patients who have trained to portray a passion with diarrhea case. Simulated patients checklist is in the form of quantitative and qualitative data. Qualitative data is supporting data for quantitative data.

Assessment results of Communication, Information and Education are meassured by independent t-test and Cohen’s kappa. The p value of prescription

case in independent t-test is p=0,556 and non-prescription case p=0.737. Cohen’s

kappa coefficient of prescription cases is 0.8695 and non-prescription case is 0.8977. A suitable method to train simulated patient is to train them one by one, simulated patient performance evaluated by video recording, simulated patient selected by the best performance, simulated patient performance evaluated by Communication, Information and Education checklist. The scenarios are created based on literature study and adapted to requirements of Communication Information and Education, simulated patient checklist adapted to this case scenario and Communication, Information and Education checklist adapted based on literature.

Gambar

Gambar 2.  Rata-rata Nilai Performa Pasien Simulasi Skenario Kasus Non
Gambar 2. Rata-rata nilai performa pasien simulasi skenario kasus non resep

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa strategi nafkah ibu rumah tangga bersuami perantau di Kelurahan Lakudo Kecamatan Lakudo Kabupaten Buton Tengah yaitu dari

sqouhie hllloir rc

Sasaran kebijakan pertahanan negara tahun 2018 yang terkait dengan industry pertahanan mencakup pengintegrasian pembangunan Industri Pertahanan dengan memperhatikan

Modal sosial akan lebih dapat tumbuh pada kondisi perekonomian. yang tumbuh, karena pada perekonomian yang tumbuh

Kristalisasi dari larutan dikategorikan sebagai salah satu proses pemisahan yang efisien. Secara umum, tujuan dari proses kristalisasi adalah menghasilkan produk kristal dengan

Dengan melihat proses pengembangan modal sosial di dalam klaster cor logam Ceper mulai dari awal pertumbuhan/embrio, tumbuh dan dewasa serta penurunan dan transformasi ada

ne puryai sitdr sepeni ircd (tidak bc.sksi), kua( hh rerhadap k&amp;u$kaD, ugat baik sbagai bmicr !c.had.p bcndr pada! can, dar 96, lahm teftadap suhu linsgi.

Perhitungan dengan paket program MCNP5 dari satuan perangkat perangkat bahan bakar di dalam teras reaktor APR1400 yang terdiri dari cluster bahan bakar dengan susunan square