• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Serologis Toksoplasmosis pada Wanita Usia Subur di Delapan Puskesmas di Kota Palu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Gambaran Serologis Toksoplasmosis pada Wanita Usia Subur di Delapan Puskesmas di Kota Palu"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Gambaran Serologis Toksoplasmosis pada Wanita Usia Subur

di Delapan Puskesmas di Kota Palu

a, a b a

Intan Tolistiawaty *, Rosmini , Ketut Suarayasa , Gunawan ,

a

dan Phetisya Pamela Frederika Sumolang

a

Balai Litbang P2B2 Donggala, Badan Litbang Kesehatan, Kementerian Kesehatan R.I

b

FKIK, Universitas Tadulako

Toksoplasmosis merupakan penyakit yang sangat serius terutama pada ibu hamil karena dapat menyebabkan keguguran hingga bayi yang dilahirkan cacat. Dan juga tidak terlihat gejala klinis yang khas sehingga sering disamakan dengan penyakit lainnya. Penelitian mengenai Toksoplasmosis ini dilakukan di delapan Puskesmas Di Kota Palu, Sulawesi Tengah. Desain penelitian yang digunakan yakni Cross sectional studi dengan melakukan pengambilan sampel darah Wanita Usia Subur (WUS) yang datang ke Puskesmas. Sampel darah yang diujikan dengan Metode ELISA sebanyak 412 sampel. Dari hasil pengujian ini didapatkan, WUS yang menunjukkan hasil positif Imunoglobulin M sebanyak 3 orang (0,7 %) dan positif Imunoglobulin G sebanyak 177 orang (42,47 %).

© 2013 Jurnal Vektor Penyakit. All rights reserved A B S T R A C T / A B S T R A K

INFO ARTIKEL

Toxoplasmosis is a highly serious disease, especially for pregnant woman, because it can cause miscarriage to birth defect. Moreover, no visible typical clinical symptoms makes toxoplasmosis often confused with other diseases. This study was aimed to know how many women in the eight primary health care across Palu Municipality infected by Toxsoplasma gondii. This was a cross-sectional study where blood were collected from 412 child-bearing age women and then examined by using ELISA method. 3 samples (0,7%) were identified as Ig M positive and 177 samples (42,47%) were Ig G positive

Kata kunci : Toxoplasma gondii, lg G dan lg M, WUS Keywords : Toxoplasma gondii, lg G and lg M, WUS

*Alamat Korespondensi : email : drh.intantolis@gmail.com

(Toxoplasmosis in Child-Bearing Age Women in Eight

Primary Health Care in Palu Municipality)

PENDAHULUAN

Toxoplasmosis adalah penyakit zoonosis yang disebabkan oleh parasit intra seluler Toxoplasma gondii. Penyebaran penyakit ini sangat luas, diperkirakan bahwa 30-50% populasi manusia di dunia telah terinfeksi oleh T. gondii dan lebih dari 1000 bayi yang lahir terinfeksi. Angka prevalensi penyakit ini

1

di indonesia mencapai 2-63% . Pada tahun 1978, prevalensi toksoplasmosis di daerah Sulawesi Tengah mencapai 6-27%, DKI Jakarta 10-12,5%, dimana untuk daerah Sulawesi Tengah pada tahun 1995, jumlah kasus menjadi 76, 47% dan daerah DKI Jakarta tahun 2003 terjadi peningkatan

2

prevalensi menjadi 70% . Parasit ini tersebar

secara kosmopolit pada daerah subtropis, tropis maupun yang beriklim dingin. I n d o n e s i a d e n ga n i k l i m t ro p i s d a n kelembapannya yang tinggi serta faktor lingkungan seperti sanitasi, kebiasaan makan dan banyaknya sumber penularan terutama ku c i n g ( ge n u s f e l i d a e ) m e n u n j a n g

3,4

perkembangan parasit ini .

Toxoplasmosis pada manusia terjadi melalui saluran pencernaan yaitu dengan cara memakan daging yang kurang matang atau s u s u d a r i h e w a n y a n g t e r i n f e k s i toxoplasmosis ataupun melalui ookista yang menempel pada daging atau sayuran. Manusia dapat terinfeksi dengan ookista ketika membersihkan kandang kucing, saat

Article History : Received : 12 Sep. 2013 Revised : 18 Nov. 2013 Accepted : 1 Dec. 2013

(2)

berkebun, atau saat bermain dengan binatang

5

peliharaannya, khususnya kucing . Kasus kejadian yang tinggi di wilayah Lindu, Sulawesi Tengah disebabkan kucing yang merupakan inang antara hidup bebas berkeliaran di sekitar lingkungan. Hal ini dilihat dari jumlah titer yang tinggi pada keluarga yang berinteraksi dengan kucing dibandingkan dengan keluarga yang tidak.

D i a g n o s a s e c a r a k l i n i s u n t u k toxoplasmosis ini jarang dilakukan karena gejala yang mirip dengan penyakit lain, sehingga dilakukan uji laboratorium yaitu pemeriksaan serologis. Dasar pemeriksaan serologis ialah antigen toxoplasmosis bereaksi dengan antibodi spesifik yang terdapat dalam serum darah penderita. Uji seroligis yang sering digunakan yaitu ELISA

dengan teknik sandwich. Berdasarkan

kurangnya data yang ada maka akan dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui tingkat kejadian toxoplasmosis di wilayah Kota Palu dengan cara studi serologis.

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan di delapan puskesmas Kota Palu pada bulan April hingga November tahun 2012 yaitu PKM Tipo, PKM Kawatuna, PKM Kamonji, PKM Singgani, PKM Talise, PKM Bulili, PKM Pantoloan, dan PKM Birobuli. Desain penelitian ini adalah cross sectional study dimana variabel dependent dan independent diukur secara bersamaan. Sebanyak 412 Wanita Usia Subur (WUS) di delapan PKM dipilih berdasarkan total kunjungan WUS yang datang ke PKM dan bersedia untuk dilakukan pengambilan sampel. Pada setiap WUS dilakukan pengambilan sampel sebanyak 2-3 cc dan kemudian disimpan di dalam vacuntainer 6 ml. Sampel darah yang terkumpul tadi di inkubasi kurang lebih 1 malam hingga terpisah antara serum dan sel darah merah

kemudian dipindahkan ke dalam eppendroph

dan disimpan ke dalam freezer. Pemeriksaan

sampel darah dilakukan di Laboratorium Biomolekuler Balai Litbang P2B2 Donggala.

Pemeriksaan serologis yang digunakan untuk pemeriksaan sampel darah yakni metode ELISA. Dibuat pengenceran 1 : 40 untuk kalibrator, kontrol positif, kontrol

negative dan spesimen (5 µl specimen + 200 µl sampel diluents). Dipipet 100 µl kalibrator, control positif, control negative, dan specimen

yang telah diencerkan ke dalam well yang sudah disiapkan, secara berurutan yaitu : blanko, kalibrator, control negative, control

positif, kemudian specimen yang akan

diperiksa. Untuk blanko, pipet 100 µl sampel diluents ke dalam well 1A. tutup bagian atas

well dengan penutup yang tersedia.

0

Diinkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Di akhir periode inkubasi, buang seluruh cairan dari dalam well dengan cara mengibaskan secara cepat, kemudian keringkan dengan tissue. Bilas sebanyak 5 kali dengan washing buffer. Keringkan dengan tissue dan diulangi hingga 4x. Dipipet 100 µl enzim conjugate ke dalam masing-masing well. Dicampurkan dengan hati-hati selama 10 detik. Tutup bagian atas well dengan penutup

0

yang tersedia. Inkubasi pada suhu 37 C selama 30 menit. Enzim yang berada dalam well dibuang dan dibilas dengan washing buffer, diulangi hingga 4 kali. Dipipet 100 µl TMB reagent ke dalam masing-masing well dan dicampurkan secara hati-hati selama 10 detik. Tutup bagian atas well dengan penutup

0

yang tersedia. Inkubasi pada suhu 37 C selama 15 menit. Setelah tahap inkubasi ini selesai, jangan dibuang cairan yang ada di dalam well, tambahkan 100 µl stop solution (HCN I N) selama 30 detik. Pastikan bahwa semua warna biru benar-benar menjadi kuning. Catatan : pastikan tidak ada gelembung udara di masing-masing well sebelum dibaca. Dibaca pada O.D pada 450 nm dalam waktu 15 menit dengan pencatat microwell. Interpretasi hasil tes : Negatif : index kurang dari 0,90 menunjukkan negative untuk antibody Ig M atau Ig G terhadap

Toxoplasmagondii (<28.8 IU/ml). Equivocal : index antara ≤ 0,9 - <1,1 (≤ 28,8 - < 35,2 IU/ml) sampel harus dites ulang. Positif : index ≥ 1,1 atau nilai WHO IU/ml ≥ 35.2 IU/ml adalah sero positif, ini menunjukkan adanya antibodi terhadap T. gondii.

HASIL

P a d a p e n e l i t i a n i n i , d i l a k u k a n pemeriksaan sampel darah pada delapan Puskesmas yang ada di Kota Palu yaitu PKM Tipo, PKM Kawatuna, PKM Singgani, PKM

(3)

Tabel 1. Jumlah WUS sampel darah dan wawancara di delapan PKM di Kota Palu Tahun 2012

No Puskesmas Sampel Darah Wawancara

1. Puskesmas Tipo 49 WUS 49 WUS

2. Puskesmas Kawatuna 50 WUS 50 WUS

3. Puskesmas Singgani 57 WUS 57 WUS

4. Puskesmas Talise 54 WUS 54 WUS

5. Puskesmas Kamonji 50 WUS 50 WUS

6. Puskesmas Bulili 50 WUS 50 WUS

7. Puskesmas Pantoloan 50 WUS 50 WUS

8. Puskesmas Birobuli 52 WUS 52 WUS

Total 412 WUS 412 WUS

Hasil yang didapatkan berupa kadar

Imunoglobulin M dan Imunoglobulin G yang

menunjukkan derajat infeksi dari Toxoplasma gondii. Dari 8 Puskesmas yang ada di Kota Palu, didapatkan hasil Wanita Usia Subur

(WUS) yang positif terdeteksi Imunoglobulin M terhadap toksoplasmosis sebanyak 3 orang dan yang positif Imunoglobulin G sebanyak 177 dari total sampel 412 WUS terlihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Jumlah WUS Positif Ig M dan Ig G di Delapan Puskesmas di Kota Palu Talise, PKM Kamonji, PKM Pantoloan, PKM

Bulili, dan PKM Birobuli dengan jumlah

keseluruhan sampel sebanyak 412 sampel (Tabel 1).

No Puskesmas Imunoglobulin M Imunoglobulin G

Positif Negatif Positif Negatif

1. Puskesmas Tipo - 49 19 30 2. Puskesmas Kawatuna - 50 19 31 3. Puskesmas Singgani - 57 29 28 4. Puskesmas Talise - 54 19 35 6. Puskesmas Bulili - 50 27 23 7. Puskesmas Pantoloan 2 48 20 30 8. Puskesmas Birobuli 1 51 25 27 Total 3 412 177 235 PEMBAHASAN

Hasil pemeriksaan sampel darah dengan

mendeteksi kadar Imunoglobulin M dan

Imunoglulin G dalam darah terhadap agen

Toxoplasma gondii, didapatkan masing-masing sebanyak 3 orang dan 177 orang, yang m e n u n j u k k a n m a s i h a d a n y a k a s u s Toksoplasmosis di Kota Palu. Adanya antibodi dalam serum menunjukkan manifestasi dari respon hospes terhadap keberadaan parasit

Toxoplasma gondii di dalam tubuh.

Infeksi T. gondii masuk ke dalam tubuh melalui makanan yang tercemar ookista sehingga usus menjadi lokasi infeksi pertama. Pada tahap awal respon, makrofag akan berusaha memfagositosis mikroorganisme yang masuk dan juga terjadi pengaktivasian komplemen. Tetapi untuk T. gondii akan sulit untuk difagositosis karena parasit ini menutupi diri dengan laminin dan matriks protein ekstraselular yang tujuannya untuk mencegah fagositosis dan kerusakan

(4)

6

oksidatif . Selanjutnya terjadi pelepasan sitokin dari makrofag atau sel B dan pelepasan mediator lain yang memicu respon inflamasi. Produksi sitokin akan mengaktivasi sel yang mengekspresikan antibodi spesifik terhadap antigen tersebut. Sel B akan berproliferasi dan berdiferensiasi membentuk sel plasma yang k e m u d i a n a k a n m e m p r o d u k s i

7

immunoglobulin spesifik . Immunoglobulin yang pertama terbentuk pada respon imun primer ini adalah immunoglobulin M (Ig M). Kadar Ig M menyatakan bahwa infeksi T. gondii

masih sedang berlangsung atau infeksi akut, dapat dideteksi setelah 5 hari pasca infeksi. Peningkatan kadar Ig M ini akan berlangsung selama 2 minggu dan akan menghilang setelah 2-3 bulan serta Ig M juga penting untuk pertahanan terhadap virus dan bakteri d e n g a n m e n c e g a h p e r g e r a k a n d a r i mikroorganisme patogen, memudahkan fagositosis. Seiring dengan penurunan kadar Ig M, terjadi peningkatan kadar Ig G pada 1-2 minggu setelah infeksi dan akan terus meningkat hingga 6-8 minggu yang akan bertahan hingga 1-2 tahun bahkan pada

8

beberapa kasus akan bertahan seumur hidup . Pada stadium akut parasit berbentuk takizoit. Takizoit ini akan bereplikasi dengan cepat dan akan segera menginvasi serta melisiskan sel inang. Takizoit yang telah menginfeksi sel akan hidup dalam suatu vakuola parasitoforus. Vakuola ini sudah termodifikasi sehingga tidak dapat berfusi dengan kompartemen intrasel misalnya lisosom dan menyebabkan parasit mampu bertahan hidup serta berkembang biak dalam sel. Semua sel berinti memiliki potensi untuk terinfeksi. Jika infeksi terus berlanjut maka akan terjadi kerusakan sel sehingga menyebabkan kerusakan secara ekstensif. Infeksi akan berjalan kronis ketika system imun berkembang dan menghambat proliferasi takizoit sehingga terbentuk sista yang berisi bradizoit. sista ini apabila pecah akan menimbulkan reaksi peradangan m i s a l n y a t e r b e n t u k n y a n o d u l d a n menyebabkan ensefalitis kronis, miokarditis,

9

serta pneumonia.

Pada ibu hamil, T. gondii dapat menembus barier plasenta sehingga ketika menginfeksi pada trimester pertama akan menghasilkan pathogenesis yang hebat berupa kematian

pada janin. Dan bila penularan pada fetus terjadi pada trimester yang ketiga akan dimanifestasikan dengan adanya retardasi

9

mental dan retinokoroiditis .

Data tahun 1995 menyatakan kasus kejadian toksoplasmosis di wilayah Sulawesi Tengah sebanyak 76.47 % dan kemudian tidak ada lagi pelaporan mengenai data kasus. Pada penelitian ini didapatkan data kasus khusus untuk Kota Palu sebanyak 42.47 % atau sebanyak 177 orang dari total sampel 412 yang didapatkan dari pengambilan sampel darah di delapan Puskesmas yang ada di Kota Palu.

P a d a s e b a g i a n W U S , u j i E L I S A menunjukkan hasil IgM negatif hasil Ig G yang positif, ini menandakan sudah pernah terjadi infeksi terhadap T. gondii sekitar 1 tahun atau lebih tergantung tinggi rendahnya titer Ig G. Jika hasil yang terlihat kedua titer Ig M dan Ig G bernilai positif maka itu menandakan bahwa

10.

WUS sedang dalam infeksi akut oleh T. gondii

A p a b i l a y a n g t e r d e t e k s i p o s i t i f toksoplasmosis adalah wanita yang sedang hamil maka perlu memeriksakan kembali u n t u k m e l i h a t a p a k a h b a y i y a n g dikandungnya mengalami kecacatan atau tidak. Untuk remaja atau wanita yang tidak sedang mengandung disarankan untuk melakukan pengobatan dan mengurangi atau menghilangkan kebiasaan yang mengarah ke resiko terkena kembali seperti menjaga kebersihan diri dan tidak memakan makanan yang kurang matang.

Persentase kejadian toksoplasmosis yang selalu meningkat setiap tahunnya seperti kejadian toksoplasmosis di Surabaya, yang semula pada tahun 1995 dilaporkan oleh Ma'roef dan Soemantri sebanyak 48.78 % dan dilakukan penelitian kembali oleh Eiji Konishi dkk didapatkan prevalensi sebanyak 58 % dan hasil ini cukup tinggi dibandingkan dengan prevalensi di daerah Asia tenggara yang berkisar antara 2-39 %. Menurut Eiji Konishi dkk, kejadian toksoplasmosis yang terjadi karena transmisi secara kongenital, memakan daging setengah matang yang terinfeksi kista dari T.gondii, dan secara tidak sengaja termakan ookista yang tertempel di hewan

11

peliharaan terutama kucing . Untuk kasus toksoplasmosis di Kota Palu ditemukan sebanyak 42,47 % WUS terinfeksi. Data ini

(5)

lebih rendah dibandingkan dengan data tahun 1995 untuk daerah Sulawesi Tengah prevalensi kejadian penyakit ini sebesar 76,47%. Kejadian penyakit ini berkaitan dengan pola hidup bersih dan sehat dari WUS tersebut. Data yang didapatkan masih merupakan data dasar karena di Kota Palu sendiri belum ada data yang pasti mengenai penyakit ini.

KESIMPULAN

Kasus kejadian toksoplasmosis pada Wanita Usia Subur Di Delapan Puskesmas yang ada Di Kota Palu sebanyak 3 orang (0,7 %) WUS teridentifikasi IgM positif dan 177 orang (42,47 %) positif IgG .

SARAN

Diperlukan pendidikan atau penyuluhan mengenai penyakit toksoplasmosis pada masyarakat terutama pada wanita usia subur sehingga dapat mengurangi tingkat kejadian penyakit ini., Dilakukan pemeriksaan toksoplasmosis pada WUS sebelum menikah untuk mengetahui status kesehatan reproduksi sehingga bisa terhindar dari resiko terinfeksi penyakit ini. Dan adanya perhatian khusus pada setiap ibu hamil misalnya pemeriksaan sampel darah untuk mengurangi kejadian abortus yang mungkin salah satunya disebabkan oleh Toxoplasma gondii

UCAPAN TERIMA KASIH

Terima kasih kami ucapkan kepada Kepala Balai Litbang P2B2 Donggala atas izin dan dukungannya dalam pelaksanaan p e n e l i t i a n i n i , t a k l u p a p u l a k a m i mengucapkan terima kasih kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah, Kepala Dinas Kesehatan Kota Palu, Kepala P u s ke s m a s T i p o , Ke p a l a P u s ke s m a s Kawatuna, Kepala Puskesmas Kamonji, Kepala Puskesmas Talise, Kepala Puskesmas Singgani, Kepala Puskesmas Bulili, Kepala Puskesmas Pantoloan, dan Kepala Puskesmas Birobuli atas izin melaksanakan penelitian. Terima kasih pula kepada Max Joseph Herman, Rini Sasanti Handayani, Anna Maria S, Amrul Munif (Badan Litbangkes) atas bimbingannya selama penelitian, Lysna

(Pengelola KIA Dinas Kesehatan Kota Palu), serta teman-teman dari Balai Litbang P2B2 Donggala yang membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

1. Indrawati A. Toxoplasmosis, Aspek Kesehatan dan Penatalaksanaannya. (Online), Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana/ S3 I P B , B o g o r , 5 J a n u a r i . 2 0 0 2 . (http://rudyct.250.com/sem1_012/agustin_i ndrawati.htm

2. Terazawa A, Muljono R, Susanto L, Margono SS, Konishi E. High Toxoplasma Antibody Prevalence Among Inhabitants In Jakarta, Indonesia. Jpn. J Infect. Dis.,2003. 56, 107-109 3. Adyatma. Kebijaksanaan Pemberantasan

Penyakit Parasit di Indonesia. Cermin Dunia Kedokteran, 1-4.1980.

4. Levine. N.D. Buku Pelajaran Parasitologi veteriner. Universitas Gajah Mada Press, Yogyakarta. 1990.

5. Kasper L.H. Toxoplasma Infection. Dalam Eugene Braunwald, Anthony S. Fauci, dkk (eds.), Harrison's Principles of internal medicine 15th Edition Volume 1. USA : McGraw-Hill Companies, Inc.2001. P.1222-1227

6. Baratawidjaja, K. G. Imunologi Dasar edisi ketujuh. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2006

7. Geo. F. Brooks, Janet S. Butel. Stephen A. Morse. Medical Microbiology. Mc GrawHill Book co. Singapura. 2005.

8. Cossart, P., Boquet, P., Normark, S., and Rappuoli, R. (Eds.), Cellular Microbiology, ASM Press, Washington D.C, 2000, 23-24, 139, 145, 178.

9. Robert, L.S and Jr. Janovy. Gerald Schmidt and Larry S. Robert's Foundation of Parasitology, 6 th ed.,pp : 127-132. Mc GrawHill Book co. Singapura. 2000

10. Medows, RM. Toxoplasmosis Fact Sheet. Georgia Departement Of Community Health. 2 0 0 5 . A v a i l a b l e f r o m : http://www.health.state.ga.us/pdfs/epi/zvb d/Toxoplasmosis%20FS.pdf. Diakses pada tanggal 9 Mei 2011.

11. Konishi E, Houki Y, Harano K, Miwabani R.S, Marsudi D, Alibasjah S, Dachlan Y.P. 2000. High Prevalence of Antibody to Toxoplasma gondii Among humans in Surabaya, Indonesia. Jpn. J Infect. Dis., 53, 238-241.

Gambar

Tabel 1. Jumlah WUS sampel darah dan wawancara di delapan PKM  di Kota Palu Tahun 2012

Referensi

Dokumen terkait

Pada gambar di atas merupakan hasil sketsa konsep desain karakter Nakula dan Sadewa desain gambar hanya satu dikarenakan Nakula dan Sadewa merupakan saudara kembar dengan

Dengan adanya pengembangan karir dapat meningkatkan pelayanan yang lebih baik dari karyawan kepada nasabah perusahaan, karena pemberian pelayanan yang baik merupakan daya penarik

Sumber anggaran berasal dari penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP), sumber Rupiah Murni (RM) meliputi RM mengikat, dan RM tidak mengikat, Bantuan operasional perguruan

PT Traktor Timika menanggung iuran Jaminan Hari Tua (JHT) setiap bulan sebesar 3,70% dari gaji sedangkan Pak Arifuddin membayar iuran Jaminan Hari Tua sebesar 2,00% dari gaji

Pada hari ke-3 ketinggian tanaman yang tumbuh di tempat gelap mncapai 6 cm sementara tanaman yang tumbuh di tempat terang mencapai 4 cm, daun telah muncul pada tanaman yang tumbuh

Hasil penelitian Sularso et al (2013) menyatakan bahwa terdapat perbedaan return yang terjadi pada hari senin sampai dengan hari jumat, tidak terjadi Monday

Dan di dalam sistem pendidikan negara amerika serikat terdapat beberapa pola struktur di antaranya ialah: mualai dari sekola taman kanak kanak + pendidikan dasar

Kesimpulan dalam penelitian ini ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan Sadari dengan pelaksanaan Sadari pada wanita usia 20-40 tahun di BPRB Dharma Husada