• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjumlah sekitar 55% dari volume darah, sedangkan sel darah merupakan. 1. Sel darah merah atau eritrosit (99%)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berjumlah sekitar 55% dari volume darah, sedangkan sel darah merupakan. 1. Sel darah merah atau eritrosit (99%)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DARAH

Darah merupakan jaringan yang terdiri dari dua komponen, plasma dan sel darah. Plasma merupakan komponen intraseluler yang berbentuk cair dan berjumlah sekitar 55% dari volume darah, sedangkan sel darah merupakan komponen padat yang terdapat di dalam plasma dengan jumlah 45% dari volume darah (Evelyn C,2006). Komponen padat atau sering disebut korpuskula ini terdiri dari :

1. Sel darah merah atau eritrosit (99%)

Eritrosit mengandung hemoglobin dan berperan dalam mengedarkan oksigen.

2. Keping darah atau trombosit (0,6-1,0%)

Trombosit bertanggung jawab dalam proses pembekuan darah 3. Sel darah putih atau lekosit (0,2%)

Lekosit berperan penting dalam sistem imun dan mempunyai tugas untuk memusnahkan benda asing yang dianggap berbahaya

(Wikipedi, -).

Dalam sirkulasi, darah berfungsi sebagai media transportasi, pengaturan suhu, dan memelihara keseimbangan cairan. Warna darah berasal dari hemoglobin, protein pernapasan yang mengandung heme yang merupakan tempat melekatnya oksigen (Evelyn, 2006).

(2)

2.2 ANTIKOAGULAN EDTA

Darah merupakan jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan yang lain karena berbentuk cair dan beredar dalam pembuluh darah , fungsinya sebagai transport berbagai material dan menjalankan fungsi hemostasis (Sadikin MH, 2002).

Antikoagulan digunakan untuk mencegah terjadinya penjendalan darah, sehingga darah tetap dalam kondisi cair. Ada berbagai jenis antikoagulan yang digunakan dalam pemeriksaan hematologi, diantaranya EDTA (Ethylen Diamine Tetra Acetic Acid). EDTA digunakan dalam beberapa macam pemeriksaan hematologi seperti penetapan kadar hemoglobin, hitung jumlah lekosit, eritrosit, trombosit, retikulosit, hematokrit, dan penetapan Laju endap darah (Gandasoebrata, 2001) .

Mekanisme kerja EDTA adalah dengan menghambat kerja aktivator pada pembekuan darah. Pada proses pembekuan darah diperlukan Ca2+ untuk mengaktivasi kerja protrombin menjadi trombin. Ca2+ diperlukan kembali pada proses aktivasi fibrin lunak menjadi fibrin dengan gumpalan keras. EDTA disini berfungsi sebagai chelating agent yang dapat mengikat ion Ca2+ yang bebas dalam darah sehingga tidak dapat berperan aktif dalam proses selanjutnya (Riswanto, 2010).

Dalam pemakaiannya, EDTA digunakan dalam bentuk garam yaitu Natrium (Na2EDTA) atau Kalium (K2EDTA/K3EDTA). Semua garam EDTA bersifat hiperosmolar yang dapat menyebabakan eritrosit mengkerut. Na2EDTA dan K2EDTA bersifat lebih asam dibandingkan K3EDTA. Penggunaan

(3)

antikoagulan K3EDTA menunjukkan stabilitas yang lebih baik dari garam EDTA lain karena darah dengan antikoagulan ini menunjukkan pH yang mendekati pH darah (Wirawan R, 2002).

Pemeriksaan dengan memakai darah EDTA sebaiknya dilakukan segera, namun jika terjadi penundaan,dapat disimpan dalam lemari es(4OC) selama 24 jam. Pada umumnya darah EDTA dapat disimpan selama 24 jam pada suhu 4OC tanpa ada penyimpangan bermakna, kecuali untuk jumlah trombosit dan nilai hematokrit (Gandasoebrata, 2001).

Suatu fenomena invitro aglutinasi trombosit dengan EDTA adalah adanya antibodi dalam darah yang reaktif terhadap trombosit. Antibodi ini ditujukan pada antigen seperti kompleks glikoprotein seperti kompleks glikoprotein IIb/IIIa yang tersembunyi di dalam membran trombosit. EDTA yang bekerja sebagai chelating

terhadap kalsium akan menyingkap antigen. Antigen trombosit yang diekspose dimodifikasi pada suhu rendah dan suhu kamar, menyebabkan antibodi trombosit mengaaglutinasi trombosit. EDTA induced pseudotrombocytopenia tidak dijumpai bila spesimen darah dihangatkan pada suhu 37OC, karena kompleks glikoprotein IIb/IIIa akan terpisah pada suhu lebih tinggi. EDTA induced pseudotrombocytopenia pada suhu 4OC atau suhu kamar dapat menyebabkan hitung trombosit rendah palsu (Nurrachmat,2005)

Dosis pemakaian antikoagulan EDTA kering yaitu 1-1,5 mg/ml darah, sedangkan untuk EDTA cair yaitu 10 ul/1 ml darah ( Wirawan R dan Silman E, 1992). Pemberian antikoagulan EDTA yang kurang dari yang dibutuhkan menyebabkan jumlah trombosit menurun karena terjadi mikrotrombi di dalam

(4)

penampung yang dapat menyumbat alat, sebaliknya bila pemberian antikoagulan berlebih menyebabkan sel mengalami pembengkakan, kemudian disintegrasi, membentuk fragmen dengan ukuran yang sama dengan trombosit sehingga terhitung oleh alat sebagai trombosit. Hal ini mengakibatkan terjadinya peningkatan palsu jumlah trombosit. Begitu pula sebaliknya, bila fragmen berbeda ukuran dengan trombosit, maka menyebabkan penurunan jumlah trombosit. (Wirawan, 2004).

2.3 TABUNG VACUTAINER

Vacutainer adalah tabung reaksi hampa udara yang terbuat dari kaca atau plastik, apabila dilekatkan pada jarum, darah akan mengalir masuk ke dalam tabung dan berhenti mengalir ketika sejumlah volume tertentu telah tercapai.Tabung vacutainer yang berisi antikoagulan K3EDTA telah direkomendasi oleh NCCLS (National Committe for Clinical Laboratory Standard) untuk pemeriksaan hematologi, karena mempunyai stabilitas yang lebih baik dari EDTA lain dan mempunyai pH mendekati pH darah (Tietz, 1996).Tabung ini pertama kali diciptakan oleh Joseph Kleiner pada tahun 1947, kemudian diproduksi secara masal oleh perusahaan Becton Dickinson (Anonim, 2009).

Warna tutup tabung vacutainer digunakan untuk membedakan jenis antikoagulan dan kegunaannya dalam pemeriksaan laboratorium

1. Tabung tutup merah, tanpa penambahan zat additive, darah akan menjadi beku dan serum dipisahkan dengan pemusingan. Umumnya digunakan untuk

(5)

pemeriksaan kimia darah, imunologi, serologi dan bank darah (crossmatching test)

2. Tabung tutup kuning, berisi gel separator (serum separator tube/SST) yang fungsinya memisahkan serum dan sel darah. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah, imunologi dan serologi

3. Tabung tutup hijau terang, berisi gel separator (plasma separator tube/PST) dengan antikoagulan lithium heparin. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan kimia darah.

4. Tabung tutup ungu atau lavender, berisi EDTA. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan darah lengkap dan bank darah (crossmatch)

5. Tabung tutup biru, berisi natrium sitrat. Umumnya digunakan untuk pemeriksaan koagulasi (mis. PPT, APTT)

6. Tabung tutup hijau, berisi natrium atau lithium heparin, umumnya digunakan untuk pemeriksaan fragilitas osmotik eritrosit, kimia darah.

7. Tabung tutup biru gelap, berisi EDTA yang bebas logam, umumnya digunakan untuk pemeriksaan trace element (zink, copper, mercury) dan toksikologi.

8. Tabung tutup abu-abu terang, berisi natrium fluoride dan kalium oksalat, digunakan untuk pemeriksaan glukosa.

9. Tabung tutup hitam, berisi bufer sodium sitrat, digunakan untuk pemeriksaan LED (ESR).

10. Tabung tutup pink, berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan imunohematologi

(6)

11. Tabung tutup putih,berisi potassium EDTA, digunakan untuk pemeriksaan molekuler/PCR dan bDNA.

12. Tabung tutup kuning dengan warna hitam di bagian atas, berisi media biakan, digunakan untuk pemeriksaan mikrobiologi - aerob, anaerob dan jamur (Riswanto, 2009).

. Penggunaan vacutainer lebih menguntungkan karena tidak perlu membagi sampel darah ke dalam beberapa tabung, cukup dengan sekali penusukan dapat digunakan untuk beberapa tabung secara bergantian sesuai jenis pemeriksaan yang akan dilakukan. Untuk uji biakan kuman, cara ini lebih baik untuk mencegah kontaminasi karena darah langsung mengalir ke media biakan (Arnol A, 2012).

Vacutainer EDTA digunakan untuk pengujian parameter dalam hematologi. Permukaan Tabung bagian dalam tabung dilapisi Spray Dried

K2EDTA (dipotassium ethylenediaminetetraacetic acid) atau K3EDTA (tripotassium ethylene diamine tetra acetic acid). Tabung vacutainer K3EDTA menunjukkan secara substansial setara dengan kinerja tabung vacutainer K2EDTA dan tidak ada perbedaan yang signifikan secara klinis antara keduanya (Anonim, 2012).

Semua garam EDTA adalah hiperosmolar, yang menyebabkan air meninggalkan sel dan menyebabkan penyusutan sel.Semakin tinggi konsentrasi EDTA, semakin besar penarikan osmotik air dari sel. Oleh karena itu harus di pastikan bahwa tabung diisi sepenuhnya. Selain itu, pengisian tabung yang kurang, juga menyebabkan rasio darah dan bahan aditif menurun, mengakibatkan penyusutan sel , pengurangan Mean Corpuscular Volume, dan

(7)

meningkatkan Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration. Pada Tabung K3EDTA mungkin sedikit lebih terpengaruh, karena konsentrasi ion kalium yang lebih tinggi (Anonim,2012).

2.4 SYSMEX POUCH 100i

Sysmex pouch-100i merupakan automatic cell counter yang bekerja dengan metode flowcytometri yang prinsip dasarnya adalah impedansi elektik

(electrical impedance) dan pendar cahaya (light scattering).

1. Impedansi Elektrik

Prinsip yang digunakan adalah sebelum pemeriksaan, sampel diencerkan dengan larutan yang mempunyai konduktivitas tertentu dan merupakan konduktor listrik yang kurang baik, kemudian sel darah dialirkan melalui lubang kecil yang disebut orifice yang memunyai ukuran tertent. Pada saat yang sama, suatu arus listrik dialirkan melalui elektroda yang dipasang pada sisi lur dan sisi dalam orifice,karena sel darah adalah penghantar listrik yang buruk, maka jika sel darah masuk melalui orifice tadi , arus listrik yang mengalir juga akan terganggu. Gangguan ini menimbulkan suatu pulsa elektrik. Jumlah pulsa listrik yang terukur per satuan waktu (frekuensi pulsa) dideteksi sebagai jumlah sel yang melalui celah tersebut. Sedangkan besarnya perubahan tegangan listrik (amplitudo) yang terjadi, merupakan ukuran volume dari masing-masing sel darah. Besarnya pulsa akan sesuai dengan besarnya jumlah dan besarnya sel darah yang lewat. Jika sel darah besar, maka pulsa yang ditimbulkan besar, sebaliknya jika sel darah kecil maka pulsa pun kecil. Dengan demikian dapat mengenali jenis-jenis sel menurut ukuran dan menghitung jumlahnya (Mengko R, 2013).

(8)

2. Pendar cahaya

Prinsip yang digunakan adalah pendaran cahaya yang terjadi ketika sel mengalir melewati celah dan berkas cahaya yang difokuskan ke sensing area yang ada pada aperture tersebut. Apabila cahaya mengenai sel, maka cahaya akan dihamburkan, dipantulkan, atau dibiaskan ke semua arah. Kemudian hamburan cahaya yang mengenai sel akan ditangkap oleh detektor yang ada pada sudut-sudut tertentu sehingga menimbulkan pulsa. Pulsa cahaya yang berasal dari hamburan cahaya, inensitas warna, atau fluoresensi, akan diubah menjadi pulsa listrik. Pulsa ini dipakai untuk menghitung jumlah, ukuran, maupun inti sel yang merupakan ciri dari masing-masing sel. Hamburan cahaya dengan arah lurus (forward scettered light) mendeteksi volume dan ukuran sel. Sedangkan cahaya yang dihamburkan dengan sudut 90º menunjukkan informasi dari isi granula sitoplasma. Pada metode ini juga dapat dilakukan pewarnaan dengan cara menambahkan pewarna pada reagen. Sel yang telah diberi pewarna akan memberikan pendaran cahaya yang berbeda-beda, sehingga akan lebih banyak informasi untuk mendeteksi atau mendeteksi berbagai jenis sel (Mengko R,2013)

Alat ini cocok digunakan untuk laboratorium dengan pemeriksaan darah 15-25 tes/hari. Parameter pemeriksaan yang dapat dilakukan yaitu WBC, RBC, PLT, HGB, HCT,MCV, MCH, MCHC, RDW-SD, RDW-CV, PDW, MPV, P-LCR, LYM, MXD,NEUT. Volume darah yang diperlukan sebanyak 1 ml dan volume darah yang dihisap oleh alat sebanyak 15ul (Anonim, 2009).

Prinsip kerja alat ini dalam menghitung jumlah trombosit adalah sampel didilusi dengan larutan konduktifitas tertentu. Sel dialirkan melalui lubang

(9)

dengan ukuran tertentu – orifice. Pada saat yang sama, arus listrik dialirkan melalui elektroda yang dipasang pada sisi luar (external electrode) dan sisi dalam

(internal electrode) dari orifice. Sel darah adalah penghantar listrik yang buruk sehingga setiap sel darah yang masuk melalui orifice akan menimblkan gangguan pada orifice. Gangguan tersebut akan menimbulkan pulsa,dimana besarnya pulsa sebanding dengan ukuran sel darah yang melewatinya. Setiap pulsa listrik yang tejadi sesuai dengan satu trombosit yang melalui aperture sehingga jumlah pulsa sama dengan jumlah trombosit dan tingginya pulsa menunjukkan ukuran trombosit (Anonim,2009).

Distribusi ukuran partikel trombosit dianalisa dengan Sysmex pouch 100 i

menggunakan 3 diskriminator yaitu batas bawah 2-6 fL, batas tengah 12 fL, dan batas atas 12-30fL (Anonim, 2009). Kesalahan yang terjadi dalam hitung trombosit disebabkan oleh darah yang menjendal (sample clotting), trombosit bergerombol yang dihitung sebagaileukosit, trombosit bentuk besar dan giant platelet yang dihitung sebagai eritrosit, serta platelets satellitism (formasirosette )

yang terbentuk dari trombosit-leukosit). Keadaan tersebut menyebkan jumlah trombosit rendah palsu. Sebaliknya, adanya non platelet particles seperti debu, pecahan eritrosit, leukosit dan trombosit dapat dihitung sebagai trombosit, sehingga hasilnya menjadi tinggi palsu (Gill JE, 2000).

(10)

2.5 TROMBOSIT

Trombosit merupakan serpihan sel yang berasal dari fragmentasi sitoplasma megakariosit dalam sumsum tulang dengan lama hidup antara 7-10 hari. Setiap megakariosit menghasilkan sekitar 2000-4000 trombosit (Hoffbrand A.V.,Dkk, 2005). Ukuran trombosit bervariasi antara 1-4 mikron, sebagian sel berbentuk piringan dan tidak berinti (Sacher RA, Mc Pherson RA, 2004).

Nilai normal trombosit bervariasi sesuai metode yang dipakai. Jumlah trombosit menurut Dacie adalah 150-400 x 109/L(Dacie SJV, 1991). Nilai normal yang lebih spesifik yaitu 140-340 x 109/L bila dipakai metode Rees Ecker dan 150-350 x 109/L dengan Coulter counter (Wallach J, 1992).

Nilai trombosit di bawah 150.000/mm3 didefinisikan sebagai trombositopenia. Trombositopenia merupakan keadaan yang disebabkan oleh sequstrasi trombosit, penurunan produksi trombosit atau destruksi trombosit yang sangat cepat.

1. Trombosit sequestrasi

Sepertiga dari total trombosit secara fisiologis didestruksi oleh limpa. Pada kondisi splenomegali, lebih dari 90% trombosit terdestruksi oleh limpa, sehingga menyebabkan trombositopenia. Penyakit seperti sirosis hepatis dengan hipertensi portal atau infiltrate tumor pada limpa dapat menyebabkan destruksi trombosit oleh limpa secara signifkan. Meskipun nilai trombosit dapat rendah, fungsi trombosit biasanya normal pada destruksi akibat spenomegali kecuali kelainan hematologik atau penyakit keganansan (Stone DJ, 1997).

(11)

2. Gangguan produksi trombosit

Kondisi ini terdapat pada leukemia, kelainan hematologik lainnya, metastasis kanker, mielosupresi agen kemoterapi. Kondisi lain juga dapat ditemukan pada penggunaan obat tertentu, terutama pada golongan thiazide diuretic, ethanol, gold, dan obat golongan sulfa dapat secara selektif menghambat produksi platelet (Stone DJ,1997).

3. Percepatan destruksi trombosit

Percepatan destruksi trombosit adalah kasus yang disebabkan oleh nonimunologi atau imunologi. Penyebab nonimmunologi seperti DIC, vaskulitis dan prostetik katup jantung. Penyebab immunologi dihubungkan pada antibodi trombosit dari obat, infeksi, tranfusi trombosit sebelumnya, atau autoantibodi seperti pada SLE, immunologi trombositopenia purpura (ITP), atau evans sindrom (ITP dan anemia hemolotik). Pasien pada trombositopenia yang disebabkan oleh immunologi biasanya tidak dijumpai splenomegali dan sumsung tulang yang normal dengan peningkatan produksi megakariosit. Usia trombosit pada kelainan immunologi trombositopenia lebih rendah dari 1 hari (Stone DJ, 1997).

Fungsi trombosit adalah memelihara supaya pembuluh darah tetap utuh setelah mikro trauma yang terjadi pada endotel, membentuk sumbat primer, dan menjaga stabilitas fibrin (Waterbury, 1998). Pembentukan sumbat trombosit untuk menambal luka dilakukan melalui mekanisme adhesi, agregasi, reaksi pelepasan dan fusi trombosit (Corwin EJ, 2001).Trombosit memiliki banyak ciri khas fungsional sebagai sebuah sel, walaupun tidak mempunyai inti dan tidak dapat bereproduksi. Didalam sitoplasmanya terdapat faktor-faktor aktif seperti molekul

(12)

aktin dan myosin, sama seperti yang terdapat dalam sel sel otot, juga protein kontraktil lainnya yaitu tromboplastin, yang dapat menyebabkan trombosit berkontraksi, sisa retikulum endoplasma dan aparatus golgi yang mensintesis berbagai enzim dan menyimpan sejumlah besar ion kalsium. Enzim ini mensistesis prostaglandin yang menyebabkan berbagai jenis reaksi pembuluh darah dan reaksi jaringan setempat. Protein penstabil fibrin berhubungan dengan faktor pembekuan darah, faktor pertumbuhan yang dapat menyebabkan penggandaan dan pertumbuhan sel endotel pembuluh darah, sel otot polos pembuluh darah, dan fibroblast, sehingga dapat menimbulkan pertumbuhan sel-sel untuk memperbaiki dinding pembuluh darah yang rusak (Guyton, 1997).

Membran sel trombosit juga penting, dimana di permukaannya terdapat lapisan glikoprotein yang menyebabkan trombosit dapat menghindari perlekatan pada endotel normal dan justru melekat pada dinding pembuluh darah yang terluka, terutama pada sel endotel yang rusak, selain itu membran trombosit mengandung banyak fosfolipid yang berperan dalam mengaktifkan berbagai faktor pembekuan (Ganon , 2004)

Trombosit tersirkulasi dalam darah dan terlibat dalam mekanisme hemostasis dalam proses perbaikan terhadap pembuluh yang rusak didasarkan pada beberapa fungsi penting dari trombosit itu sendiri: pada waktu trombosit bersinggungan dengan permukaan pembuluh yang rusak,misalnya dengan serat kolagen didinding pembuluh atau bahkan dengan sel endotel yang rusak, maka sifat trombosit segera berubah secara drastis. Trombosit itu mulai membengkak, berubah bentuk menjadi iireguler dengan tonjolan-tonjolan yang mencuat dari

(13)

permukaanya, protein kontraktilnya berkontraksi dengan kuat dan menyebabkan pelepasan granula yang mengandung berbagai faktor aktif;trombosit itu menjadi lengket sehingga melekat pada serat kolagendanmensekresi sejumlah besar ADP; dan enzim enzimnya membentuk tromboksan A2, yang juga disekresikan dalam darah. ADP dan tromboksan kemudian menyebabkan agregasi trombosit ketempat semula yang sudah aktif. Dengan demikian pada setiap lubang luka atau kerusakan pada dinding pembuluh darahakan menimbulkan suatu siklus aktivasi trombosit yang jumlahnya terus meningkat yang menyebabkan menarik lebih banyak lagi trombosit tambahan, sehingga membentuk sumbatan trombosit (Guyton, 1997).

Trombosit sulit dihitung karena mudah sekali pecah dan sulit dibedakan dengan kotoran, selain itu karena sifatnya yang mudah sekali melekat pada permukaan asing dan membentuk gumpalan. Cara yang sering dipakai untuk menghitung jumlah trombosit adalah dengan cara langsung dan tak langsung. Pada cara langsung jumlah tombosit dihitung dengan cara manual atau otomatis (automatic cell counter).Cara manual dapat dilakukan dengan metode Rees Ecker

atau Brecher Cronkite sedangkan cara tak langsung dengan metode Fonio

(Gandasoebrata, 2001).

2.1.1. Metode Rees Ecker

Darah diencerkan dengan larutan BCB (BriliantCresyl Blue), trombosit akan berwarna kebiruan. Jumlah trombosit dihitung dengan bilik hitung menggunakan mikroskop (Koeswardani, 2001).

(14)

2.1.2. Metode Brecher - Cronkite

Darah diencerkan dengan Ammonium oksalat 1% yang berfungsi untuk melisiskan eritrosit, jumlah trombosit dihitung dengan bilik hitung dibawah mikroskop (Koeswardani, 2001)

Dengan metode Rees Ecker, kemungkinan kesalahan yang terjadi sebesar 16-25%, sedangkan Brecher - Cronkite 8-10%. Kesalahan yang terjadi biasanya berasal dari pengenceran dan penghitungan (Koeswardani, 2001).

2.1.3. Metode Fonio

Darah kapiler dicampur dengan Magnesium Sulfat 14%, kemudian dibuat sediaan apus dan dicat dengan Giemsa. Jumlah trombosit dihitung dalam 1000 eritrosit.

2.1.4. Metode Automatic Cell Counter

Metode ini memakai prinsip flowcytometry dimana sel-sel masuk flow chamber dan dicampur dengan diluent, kemudian dialirkan melalui aperture berukuran kecil yang memungkinkan sel lewat satu per satu. Aliran yang keluar akan dilewatkan melalui medan listrik untuk kemudian dipisahkan sesuai dengan muatannya (cell sorting) (Yukio T, 1999).

(15)

2.6 KerangkaTeori

2.7 KerangkaKonsep

2.8 Hipotesis

Ada perbedaan variasi volume darah dalam tabung vacutainer K3EDTA terhadap jumlah trombosit.

Variasi volume darah dalam

tabung Vacutainer K3EDTA JumlahTrombosit Variasi Volume Darah

Konsentrasi antikoagulan Morfologi Sel Darah Jumlah Sel Darah Ukuran Sel Darah Jumlah Trombosit

Referensi

Dokumen terkait

Spondilosis lumbalis muncul pada 27-37% dari populasi yang asimtomatis.Di Amerika Serikat, lebih dari 80% individu yang berusia lebih dari 40 tahun mengalami spondilosis

Bak bunlar ellerin senin bunlar ayakların Bunlar o kadar güzel ki artık o kadar olur Bunlar da saçların işte akşamdan çözülü Bak bu sensin çocuğum enine boyuna

Lebih lanjut, Kitab Ihya’ Ulumuddin disusun ketika umat Islam teledor terhadap ilmu-ilmu Islam, yaitu setelah al-Ghazali kembali dari rasa keragu- raguan dengan tujuan utama

spesies Hoya yang diamati memiliki epidermis bertipe satu lapis sel (uniseriat) seperti yang umumnya ditemukan pada tumbuhan dengan tipe.. daun non sukulen (Fahn,

variabel motivasi secara keseluruhan dengan angka korelasi yang dihasilkan adalah sebesar 0.708 untuk faktor stres internal kantor dan 0.485 untuk faktor stres eksternal

Dengan spesifikasi kepada sejarah lahirnya nasionalisme dari kalangan etnis Arab di Indonesia dan peran pan islamisme serta gerakan gerakan islam.. Selain itu, penulis juga

Respon masyarakat.. Hasil pengamatan yaitu 1) keadaan kandang lembab dan becek, 2) kondisi ayam banyak ayam yang sudah selayaknya diafkir (tua) dan ayam yang masih dara yang masih

pembelajaran tematik integratif memberikan pengalaman langsung kepada siswa dan memberikan pembelajaran menyeluruh dan tidak terpisah-pisan (parsial). Penelitian ini