• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MODEL GRASHA-RIECHMANN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MODEL GRASHA-RIECHMANN TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN MODEL

GRASHA-RIECHMANN

TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

Riri Syafitri Lubis1, Rina Filia Sari2, Hendra Cipta3 1,2,3

Prodi Matematika, Fakultas Sains Dan Teknologi UIN Sumatera Utara Medan

1

riri_syafitri@uinsu.ac.id, 2rinafiliasari@uinsu.ac.id, 3hendracipta@uinsu.ac.id

Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada dan berapa persen keefektifan model grasha-riechmann terhadap prestasi belajar matematika pada materi segiempat siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada keefektifan model grasha-riechmann dan berapa persen keefektifan model Grasha-Riechmann terhadap prestasi belajar matematika pada materi segiempat siswa kelas VII SMP Negeri 17 Medan”. Sampel penelitiannya adalah siswa kelas VII-7 SMP Negeri 17 yang berjulah 40 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes yang berbentuk essay test. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data dari prestasi belajar matematika siswa pada materi segiempat yang menggunakan model grasha-riechmann diperoleh rata-rata adalah 77,65 dan nilai simpangan baku adalah 6,845 sedangkan data dari prestasi belajar matematika siswa pada materi segiempat yang menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata adalah 62,12 dan nilai simpangan baku adalah 11,25. Dari perbedaan tersebut diperoleh bahwa ada keefektifan model Grasha-Riechmann terhadap prestasi belajar matematika siswa dibandingkan siswa yang memakai model pembelajaran konvensional. Adapun besar keefektifan dalam menggunakan model Grasha-Riechmann pada siswa dilakukan pada uji determinasi adalah 73%. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa model Grasha-Riechmann efektif terhadap prestasi belajar matematika atau prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan model grasha-riechmann lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan model pembelajaran konvensional pada siswa kelas VII-7 SMP Negeri 17 Medan.

Keywords : Efektivitas pembelajaran, Grasha-Riechmann, prestasi belajar

I. PENDAHULUAN

Pendidikan dan pengajaran adalah salah satu usaha yang bersifat sadar tujuan yang dengan sistematis terarah pada perubahan tingkah laku menuju ke kedewasaan anak didik. Perubahan-perubahan itu menunjukkan suatu proses yang dilalui. Tanpa proses tujuan tidak dapat tercapai. Pengajaran merupakan proses yang berfungsi membimbing anak didik si dalam kehidupan., yakni membimbing mengembangkan diri sesuai dengan tugas perkembangan yang harus dijalankan oleh para siswa itu. Manusia yang hidup dan berkembang adalah manusia yang selalu berubah dan perubahan itu merupakan hasil belajar. Di sinilah muncul peran guru. Guru dibutuhkan untuk membimbing, memberi bekal yang berguna. Guru tidak semata-mata sebagai pengajar yang melakukan transfer of knowledge, tetapi juga sebagai pendidik yang melakukan transfer of values dan sekaligus sebagai pembimbing yang memberikan pengarahan dan menuntun siswa dalam belajar.

Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang mendukung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun sampai saat ini masih banyak siswa yang merasa matematika sebagai mata pelajaran yang sulit, tidak menyenangkan, bahkan momok yang menakutkan. Hal ini dikarenakan masih banyak siswa yang mengalami kesulitan-kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika.

Pergeseran pandangan terhadap matematika menurut Trianto [14] akhir-akhir ini sudah terjadi hampir di setiap negara. Dari pandangan yang semula memandang matematika sebagai ilmu pengetahuan yang ketat dan terstruktur secara rapi ke pandangan bahwa matematika adalah aktivitas kehidupan manusia. Hal ini berpengaruh terhadap cara memperolehnya, yaitu dari penyampaian rumus-rumus, definisi, aturan, hukum, konsep, prosedur, dan algoritma, yang dikenal sebagai ready-made mathematics menjadi penyampaian konsep-konsep matematika melalui konteks yang bermakna dan yang berguna bagi siswa.

Pembelajaran matematika bukan hanya sebatas berhitung, namun membentuk logika berpikir. Berhitung dapat dilakukan dengan alat bantu atau media belajar seperti kalkulator atau komputer, namun menyelesaikan masalah perlu logika berpikir dan analisis. Oleh karena

(2)

itu, siswa yang belajar matematika harus memiliki pemahaman yang benar dan lengkap, sesuai tahapannya, melalui cara yang menyenangkan.

Menurut Faizi [1] matematika mengajarkan logika berpikir berdasarkan akal dan nalar. Pada tahap perkembangan anak berbeda-beda. Siswa khususnya sekolah dasar (7-11 tahun) menurut klasifikasi Jean Piaget, berada pada tahap konkret operasional. Sehingga secara natural, cara belajar mereka yang terbaik adalah dengan cara nyata, yaitu melihat, merasakan, dan melakukan dengan tangan mereka. Untuk tingkat sekolah, seperti SMP dan SMA, siswa sudah bisa diajak berpikir terbalik, dari konkret ke abstrak, sekalipun masih sedikit menyulitkan bagi sebagian siswa.

Pada umumnya tujuan guru dalam proses belajar mengajar adalah bagaimana agar bahan pelajaran yang disampaikan dapat dikuasai oleh siswa secara tuntas. Sebagian guru matematika ada yang mengeluh karena siswa kurang terampil bahkan tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru, padahal soal-soal yang diberi biasanya berkaitan dengan materi pelajaran. Hal ini disebabkan oleh rendahnya prestasi belajar matematika siswa dan kurangnya keefektifan siswa saat belajar .

Dalam pengajaran matematika selain menggunakan metode ceramah seorang guru juga perlu kiranya memberi model pendukung lainnya bagi suatu proses pembelajaran yang efektif. Menurut Hamdani [2], ketepatan (efektivitas) penggunaan metode pembelajaran bergantung pada kesesuaian metode pembelajaran dengan beberapa faktor yaitu tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kemampuan guru, kondisi siswa, sumber atau fasilitas, situasi kondisi dan waktu. Efektivitas berarti ketercapaian atau keberhasilan suatu tujuan sesuai dengan rencana dan kebutuhan yang diperlukan, baik dalam penggunaan data, sarana maupun waktunya. Dimana siswa dilibatkan dalam pengorganisasian dan penentu informasi (pengetahuan). Siswa tidak hanya pasif menerima pengetahuan yang diberikan guru, dan hasil belajar tidak hanya meningkatkan pemahaman siswa saja, tetapi juga meningkatkan keterampilan berfikir siswa. Sebagaimana Suydam dan Weaver dalam Turmudi [15] mencatat:

“Guru dan pendidik matematika lainnya, umumnya mempercayai bahwa siswa belajar lebih efektif manakala mereka tertarik dengan apa yang mereka pelajari dan mereka berprestasi baik kalau mereka menyukai matematika. Karenanya, perhatian yang terus menerus hendaknya diarahkan penciptaan, pengembangan, pemeliharaan, dan dorongan untuk bersikap positif terhadap matematika”.

Agar siswa bersikap positif terhadap matematika perlu ada strategi yang menarik bagi siswa, memotivasi mereka belajar , memberikan rasa aman untuk belajar, dan menyenangkan bagi mereka. Dalam kurikulum sekolah di Indonesia terutama pada mata pelajaran eksak (matematika, fisika, kimia) dan dalam pengajarannya selama ini terpatri kebiasaan dengan urutan sajian pembelajaran sebagai berikut: (1) diajarkan teori/teorema/definisi, (2) diberikan contoh-contoh, (3) diberikan latihan soal-soal [2].

Pemilihan model pembelajaran merupakan usaha guru dalam menyesuaikan berbagai tujuan. Tidak ada suatu model pembelajaran tunggal yang dapat merangkum semua tujuan. Model pembelajaran banyak jenisnya, namun tidak semua model cocok dipergunakan untuk setiap materi. Model pembelajaran yang baik adalah jika model tersebut dapat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dan untuk mencapai pembelajaran efektif, guru harus berupaya untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariasi guna mengurangi kejenuhan.

Model pembelajaran menurut Suyanto [13] dapat dipahami bahwa: (1) model pembelajaran merupakan kerangka dasar pembelajaran yang dapat diisi oleh beragam muatan mata pelajaran, sesuai dengan karakteristik kerangka dasarnya, (2) model pembelajaran dapat muncul dalam beragam bentuk dan variasinya sesuai dengan landasan filosofis dan pedagogis yang melatarbelakanginya.

(3)

Oleh karena itu, dari beberapa model pembelajaran yang ada perlu kiranya diseleksi model pembelajaran yang mana yang paling baik untuk mengajarkan suatu materi tertentu. Dalam mengajarkan suatu materi (materi) tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akan dicapai .Dengan demikian, merupakan hal yang sangat penting bagi guru untuk mempelajari dan menambah wawasan tentang model pembelajaran yang telah diketahui. Karena dengan menguasai beberapa model pembelajaran, maka seorang guru akan merasakan adanya kemudahan di dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, sehingga tujuan pembelajaran yang hendak di capai dalam proses pembelajaran dapat tercapai dan tuntas sesuai yang diharapkan. Salah satunya model pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru adalah model Grasha-Riechmann.

II. LANDASAN TEORI

A. Efektivitas Pembelajaran

Kata Efektivitas berasal dari bahasa inggris, yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau mencapai sasaran sesuai yan diiinginkan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan. Cara untuk mengukur efektivitas adalah dengan menentukan transferbilitas (kemampuan memindahkan) prinsip-prinsip yang dipelajari. Kalau tujuan dapat dicapai dalam waktu yang singkat dengan strategi tertentu daripada strategi yang lain, strategi itu efisien. Kalau kemampuan mentransfer informasi atau skill yang dipelajari lebih besar dicapai melalui suatu strategi tertentu dibandingkan strategi lain, strategi tersebut lebih efektif untuk pencapaian tujuan Jadi efektivitas berarti ketercapaian atau keberhasilan suatu tujuan sesuai dengan rencana dan kebutuhan yang diperlukan, baik dalam penggunaan data, sarana maupun waktunya [2].

Menurut Wragg dalam Susanto [10] mengemukakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang memudahkan siswa untuk mempelajari sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, ketrampilan, nilai, konsep, dan bagaimana hidup serasi dengan sesama, atau suatu hasil belajar yang diinginkan. Keefektifan pembelajaran yang dimaksud di sini bukan sekedar transfer ilmu dari guru ke siswa, melainkan suatu proses kegiatan yaitu terjadi interaksi antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa, dan antara siswa dengan lingkungannya. Menurut Dick & Reiser dalam Sutikno [12] menyatakan bahwa pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat siswa senang.

Menurut Joan Middenforf dalam Sutikno [12] memberikan saran tentang bagaimana meningkatkan keefektifan pembelajaran berikut ini:

1. Siapkanlah segala sesuatunya dengan baik. Bahan ajar harus jelas, cara memberikannya juga harus baik, bicaranya jelas, dan buatlah evaluasi agar siswa mengetahui peraturan yang harus dipatuhi dalam mengikuti proses pembelajaran

2. Buatlah motivasi di kelas agar siswa dapat berinteraksi atau berpartisipasi dalam kegiatan di kelas dan berikan kesempatan pada siswa untuk mengutarakan pendapatnya

3. Tumbuhkan dinamika, dalam arti, bahwa guru harus menyenangi pekerjaan sebagai pendidik, menyenangi dan menguasai bahan ajar yang diberikan, dan juga senang mendorong siswa untuk mempelajari tentang apa yang diberikan.

4. Ciptakan kesempatan untuk berkomunikasi dengan siswa. Guru harus meluangkan waktu untuk siswa yang barangkali menanyakan sesuatu dari bahan ajar yang tidak mereka mengerti. Konsultasi adalah cara yang baik bagi siswa dan juga bagi guru sendiri untuk mengevaluasi hasil pembelajaran yang dilakukan.

(4)

5. Perbaiki terus isi atau kualitas bahan ajar, agar bahan ajar tersebut menjadi up-to-date (mengikuti perkembangan terhadap hal-hal yang baru) atau agar tidak ketinggalan zaman. Sebaiknya, jangan memberikan pendidikan dengan isi bahan ajar yang itu-itu saja.

Sedangkan menurut Rung Kaewdang dalam Sutikno [12] menyarankan 6 (enam) teknik yang dapat dilakukan untuk mewujudkan pembelajaran efektif (mangkus),yaitu (1) mulai dengan kasih sayang, (2) belajar dengan melakukan, (3) bergerak dari yang mudah ke yang sulit, (4) membelajarkan satu persatu, (5) Guru sebagai teman baik para siswa, dan (6) membuat belajar menyenangkan.

Menurut Trianto [14] keefektifan pembelajaran adalah hasil guna yang diperoleh setelah pelaksanaan proses belajar mengajar sedangkan menurut Tim IKIP Surabaya dalam Trianto, bahwa efisiensi dan keefektifan mengajar dalam proses interaksi belajar yang baik adalah segala daya upaya guru untuk membantu para siswa agar bisa belajar dengan baik.Untuk mengetahui keefektifan mengajar, dengan memberikan tes, sebab hasil tes dapat dipakai untuk mengevaluasi berbagai aspek proses pengajaran.

Menciptakan kelas efektif dengan peningkatan efektivitas proses pembelajaran menurut Hunt dalam Rosyada [5] dalam Teori Hunt ada lima bagian penting dalam peningkatan efektivitas pembelajaran, yaitu perencanaan, komunikasi, pengajaran, pengaturan dan evaluasi. Namun Kenneth D. Moore dalam Rosyada [5] , mengemukakan ada tujuh langkah peningkatan pembelajaran efektif yakni perencanaan, perumusan berbagai tujuan, pemaparan perencanaan, pembelajaran pada siswa, proses pembelajaran dengan menggunakan strategi, penutupan proses pembelajaran dan evaluasi yang akan memberi feed back untuk perencanaan berikutnya.

Pembelajaran efektif merupakan tolak ukur keberhasilan guru dalam mengelola kelas. Guru yang efektif menurut Soemosasmito dalam Trianto [14] adalah guru yang menemukan cara dan selalu berusaha agar anak didiknya terlibat secara tepat dalam suatu mata pelajaran dengan presentasi waktu belajar akademis yang tinggi dan pelajaran berjalan tanpa menggunakan teknik yang memaksa, negatif atau hukuman. Selain itu , menurut Kardi dan Nur [10], guru yang efektif adalah orang-orang yang dapat menjalin hubungan simpatik dengan para siswa, menciptakan lingkungan kelas yang mengasuh, penuh perhatian, memiliki suatu rasa cinta belajar, menguasai sepenuhnya bidang studi mereka dan dapat memotivasi siswa untuk bekerja tidak sekadar mencapai suatu prestasi namun juga menjadi anggota masyarakat yang pengasih.

B.Model Grasha-Riechmann

Grasha-Riechmann dalam Nasution [3] memberikan penggolongan gaya belajar sebagai berikut :

1. Siswa berdikari (independent)

Siswa ini berpikir sendiri sendiri dan bekerja sendiri tanpa bantuan orang lain. 2. Siswa yang tak dapat berdiri sendiri (dependent)

Siswa ini memiliki rasa ingin tahu intelektual yang rendah, belajar hanya apa yang ditugaskan dan diharuskan serta bergantung pada atasan untuk melakukan sesuatu.

3. Siswa yang kooperatif (coolaborative)

Mereka ini suka belajar bersama dalam kelompok. 4. Siswa yang suka bersaing (kompetitif)

Mereka ini berusaha melebihi orang lain. 5. Siswa yang suka berpartipasi (partcipant)

Mereka ini yang suka belajar bila ditugaskan atau diharuskan. Siswa yang mengelakan pelajaran (avoidant)

(5)

C. Pembelajaran Grasha-Riechmann

Langkah-langkah pembelajaran setelah mengelompokkan setiap gaya belajar disusun adalah sebagai berikut [3], [9]:

1. Menjelaskan maksud dan tujuan materi sebagai pengantar.

2. Siswa diajak untuk mengingat apa itu segiempat yang bertujuan untuk menggali konsep segiempat yang dimiliki siswa.

3. Dari hasil diskusi ini guru dapat melihat konsep apa yang masih salah dan belum lengkap sehingga nantinya dapat diluruskan dan dilengkapi kekurangannya.

4. Siswa dibagi dalam beberapa kelompok diskusi sesuai dengan pengelompokan diskusi dengan pengelompokan gaya belajar.

5. Siswa secara kelompok diminta melakukan percobaan pada menghitung tentang segiempat.

6. Kelompok diskusi diminta untuk membandingkan hasil yang didapat dengan kelompok lain.

7. Guru membimbing siswa untuk mengamati hasil diskusi. 8. Guru bersama siswa membuat kesimpulan.

9. Guru dapat memberikan suatu soal yang berkaitan dengan materi selanjutnya yang bertujuan agar siswa dapat membaca/mempelajari materi tersebut sebelum diajarkan.

D. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar menurut Djamarah dalam Hamdani [2]:

a. Prestasi adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok. Prestasi tidak akan pernah dihasilkan selama seseorang tidak melakukan kegiatan

b. W.J.S. Purwadarminta berpendapat bahwa prestasi adalah hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).

c. Qohar dalam Jamarah mengatakan bahwa prestasi sebagai hasil yang telah diciptakan, hasil pekerjaan, hasil yang menyenangkan hati yang diperoleh dengan jalan keuletan. d. Harahap memberikan batasan bahwa prestasi adalah penilaian pendidikan tentang

perkembangan dan kemajuan siswa yang berkenaan dengan penguasaan bahan pelajaran yang disajikan kepada mereka serta nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum.

Sedangkan menurut Nawawi [4] mengatakan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran disekolah yang ditanyakan dalam bentuk skor (nilai) yang diperoleh dari hasil tes mengenai sejumlah pelajaran tertentu.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkat kemanusiaan yang dimiliki siswa dalam menerima, menolak, dan menilai informasi -informasi yang diperoleh dalam proses belajar mengajar. Prestasi belajar seseorang sesuai dengan tingkat keberhasilan sesuatu dalam mempelajari materi pelajaran yang dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor setiap bidang studi setelah mengalami proses belajar mengajar.

Prestasi belajar di sekolah sangat dipengaruhi oleh kemampuan umum kita yang diukur oleh IQ, IQ yang tinggi dapat meramalkan kesuksesan prestasi belajar. Namun demikian pada beberapa kasus, IQ yang tinggi ternyata tidak menjamin kesuksuksesan seseorang dalam belajar dan hidup bermasyarakat.

IQ bukanlah satu-satunya faktor penentu kesuksesan prestasi belajar seseorang. Ada faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar anak dan kurikulum berbasis kompetensi di sekolah dasar, faktor-faktor lain yang turut andil mempengaruhi perkembangan prestasi belajar. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah antara lain [5]:

a. Faktor internal (Faktor yang berasal dari siswa). 1. Kecerdasan (intelegensi)

(6)

3. Sikap 4. Minat 5. Bakat 6. Motivasi b. Faktor eksternal 1. Keadaan keluarga 2. Keadaan Sekolah 3. Lingkungan Masyarakat

Menurut Hamdani [2] ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar yaitu:

a. Norma skala angka dari 0-10 b. Norma skala angka dari 0-100

Angka terendah menyatakan kelulusan atau keberhasilan belajar (passing grade) skala 0-10 adalah 5,5 sedangkan untuk skala 0-0-100 adalah 55 atau 60. Pada prinsipnya, jika seorang siswa dapat menyelesaikan lebih dari separuh tugas atau dapat menjawab lebih dari setengah instrumen evaluasi dengan benar, ia dianggap telah memenuhi target minimal keberhasilan belajar.

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Populasi yang dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMPN 17 kelas VII terdiri dari 8 kelas yang berjumlah 314 orang. Dalam menentukan sampel penelitian yang menggunakan metode komparasi dapat dilakukan dengan teknik cluster sampling. Setiap anggota yang berada didalam cluster-cluster yang diambil secara acak tadi merupakan sampel yang diperlukan. Setelah diadakan pengacakan maka yang menjadi sampel penelitian adalah kelas VII-7 yang berjumlah 40 orang.

B. Instrumen Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dilakukan peneliti didalam kelas pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Lembar observasi digunakan untuk setiap kali pertemuan pembelajaran dilaksanakan setelah satu materi berakhir. Lembar observasi keaktifan siswa memuat 6 indikator yakni visual activities, oral activities, listening activities, writing activities, mental activities, emosioanal aktivities yang mencerminkan keaktifan siswa selama proses pembelajaran berlangsung.

2. Tes

Test diberikan kepada seluruh sampel penelitian. Test yang digunakan untuk melihat prestasi belajar siswa. Test ini berbentuk essay, test diambil dari soal materi segiempat sebanyak 10 soal. Guna melihat kesahian test yang digunakan maka peneliti menghitung validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda test tersebut [6].

C. Teknik Analisis Data

1. Deskripsi Data

a. Menentukan nilai rata-rata

n x f X   i i

(7)

b. Simpangan Baku SD ) 1 ( ) )( ( 2 2    n n x f x f n i i i i 2. Uji Prasyarat a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data kedua kelas sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Hipotesis yang telah dirumuskan akan diuji dengan statistik parametris, antara lain dengan menggunakan t-test untuk satu sampel, korelasi dan regresi, analisis varian dan t-test untuk dua sampel. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji liliefors dengan taraf signifikansi 5 % [6], [7], [8], [11].

Prosedur untuk menguji hipotesis pengujian kenormalan data adalah:

a. Hitung rata-rata (Mean) dan standar deviasi (SD) untuk masing-masing kelompok data sampel

b. Mengubah skor X1 , X2 , X3 , ….., Xn menjadi angka baku dimana Z1 , Z2 , Z3 , ….,

Zn dengan rumus sebagai berikut :

SD X X Z i i  

c. Untuk tiap angka baku, dengan menggunakan daftar distribusi normal baku dihitung peluang : F (Zi) = P(Zskor Zi)

d. Dihitung proporsi Z1 , Z2 , Z3 , …., Zn yang lebih atau sama dengan Zi. Jika proporsi

dinyatakan dengan S (Zi), maka :

S(Z ) = n Z yang Z Z Z Z banyaknya 1, 2, 3,..., ni

e. Dihitung |F(Zi) – S(Zi)| dan ambil nilai |F(Zi) – S(Zi)| yang terbesar disebut Lo, lalu

dibandingkan dengan harga kritis Ltabel Liliefors pada alpha tertentu. Jika

Lhitung Ltabel maka data yang disajikan di atas berdistribusi normal.

b. Uji Anova

Untuk menentukan variabel X dan variabel Y menggunakan persamaan regresi linier [6], [7], [8] yaitu Ŷ = 𝑎 + 𝑏X

Keterangan:

Ŷ = Nilai dari variabel terikat X = Nilai dari variabel bebas 𝑎 = Konstanta 𝑏 = Koefisien regresi 𝑎 (∑ )(∑ ) (∑ )(∑ ) ∑ (∑ ) 𝑏 ∑ (∑ )(∑ ) ∑ (∑ ) 3. Uji Hipotesis a. Uji Korelasi

Untuk menguji korelasi dapat digunakan dengan rumus [6], [7], [11]:

 

 

  2 2 2 2 X N Y Y X N Y X XY N rxy b. Uji t Fisher

(8)

2 1 2 r n r thitung   

Kriteria pengujian adalah jika thitung > ttabel dengan taraf signifikan 5% maka H0

diterima.

c. Uji Determinasi

Untuk menentukan besar pengaruh digunakan uji determinasi dengan rumus [6], [7]:

 

2100%

rxy D

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data Penelitian

Sebelum dianalisis mengenai persamaan regresi dan seberapa besar pengaruh prestasi belajar, terlebih dahulu disajikan deskripsi hasil penelitian.

Tabel 1. Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation

Model GrashaRiechmann 40 76.4000 5.10304

Test Prestasi Belajar 40 77.6500 6.84461

Valid N (listwise) 40

Dari tabel distkriptif diatas dapat disimpulkan bahwa:

a. Rata-rata nilai model Grasha-Riechmann adalah sebesar 76,4000dengan standard deviasi 5,10304.

b. Rata-rata tes prestasi belajar siswa adalah 77,6500 dengan standart deviasi 6,84461.

B. Uji Analisis a. Uji Normalitas

Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan uji liliefors. Untuk menerima atau menolak hipotesis dengan cara membandingkan Lo maks dengan L kritis yang diambil dari daftar nilai kritis uji liliefers pada taraf signifikan α = 0,05. Hasil perhitungan uji normalitas memperoleh harga Lo maks yang lebih kecil dari L tabel liliefors pada taraf signifikan 5% yaitu sebesar 0,140 sehingga dapat dinyatakan bahwa data tersebut memiliki distribusi yang normal.

Tabel diatas menujukan hasil perhitungan uji normalitas diketahui Lo maks yaitu 0,129 < Ltabel yaitu 0,140 pada taraf signifikan 5% maka data tersebut dikatakan memiliki distribusi yang normal.

Tabel 2. Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

(9)

b. Uji Anova

Uji linieritas ini dilakukan untuk mengetahui linier atau tidak setiap variabel bebas dan terikat, yang merupakan syarat untuk menggunakan teknik statistik analisis regresi.

Tabel 3. Coefficientsa Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 24.366 5.207 4.680 .000 .728 .071 .858 10.303 .000

Dari tabel coefficients diatas dapat menunjukkan bahwa persamaan regresi sebagai berikut:  Y = 𝑎 + 𝑏X (1)  Y= 24,366 + 0,728X (2) Dimana : X : Model Grasha-Riechmann Y : Prestasi Belajar

Konstanta sebesar 24,366 menyatakan jika tidak ada kenaikan nilai dari variable model grasha-riechmann (X), maka nilai prestasi belajar (Y) adalah 0,728. Koefisien regresi sebesar 0,728 menyatakan bahwa setiap penambahan (karena tanda +) satu skor atau nilai model Grasha-riechmann (X) dan memeberikan peningkatan skor sebesar 0,728.

Tabel 4 ANOVAb

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1334.613 1 1334.613 106.146 .000a

Residual 477.787 38 12.573

Total 1812.400 39

Sebagai mana tabel statistic F pada = 0,05, maka dengan dkpembilang = 1 dan dkpenyebut = 38.

Untuk uji kelinieran di dapat Fhitung = 106,146 dengan tingkat signifikan 0,000 jauh lebih

kecil dari signifikan 0,05 F(0,05 : 1 : 38), sehingga dari hasil analisis varians (ANOVA) diatas

disimpulkan bahwa keefektivan antara model Grasha-Riechmann (X) dengan prestasi belajar matematika (Y) adalah sangat signifikan dan linier.

C. Uji Hipotesis a. Uji Korelasi

Uji korelasi digunakan untuk mengukur kekuatan keefektivan antara dua variabel yakni variabel X dan variabel Y. Uji ini menggunakan teknik korelasi pearson product moment.

Tabel 5. Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .858a .736 .729 3.54589

Dari hasil output tabel diatas dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Nilai rxy = 0,858 dan nilai rtabel = 0,140 maka HO ditolak jika rhitung < rtabel dan Ha diterima

(10)

2. Karena rhitung > rtabel (0,858 > 0,140) maka Ha diterima, hal ini menunjukkan bahwa

adanya korelasi antara model belajar terhadap prestasi belajar siswa.

b. Uji t Fisher

Keefektifan antara model Garsha-Riechmann terhadap prestasi belajar siswa di analisis dengan menggunakan regresi linier sederhana dan korelasi sederhana. Untuk menguji kebenaran koefisien korelasi X dan Y maka statistik student (t) dengan rumus alpha:

thitung = 2 1 2 r n r   = 736 , 0 1 2 40 858 , 0   = 10,285 dan 𝑡tabel = 2,024

Berdasarkan hasil perhitungan uji t diatas yang menggunakan taraf signifikan = 0,05 dan n = 40 diperoleh thitung = 10,285 dan ttabel = 2,024. Maka thitung > ttabel dan dapat

disimpulkan bahwa ada keefektivan model Grasha-riechmann terhadap prestasi belajar siswa.

c. Uji Determinasi

Analisa korelasi antara X dan Y dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 6. Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .858a .736 .729 3.54589

Analisis koefisien determinasi sebesar r2 = 0,736 hal ini berarti bahwa 73% varians yang terjadi pada prestasi belajar matematika siswa ditentukan oleh aktivitas siswa dengan mengunakan model Grasha-Riechmann melalui persamaan regresi Ŷ = 24,366 + 0,728X.

Kemudian Standart Error of The Estimate (SEE) adalah 3,54589. Artinya bahwa pada penelitian ini model Grasha-Riechmann berpengaruh sebesar 73,6% terhadap prestasi belajar matematika siswa, sedangkan 26,4% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak peneliti teliti.

V. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data prestasi belajar matematika siswa pada materi segiempat yang menggunakan model Grasha-riechmann diperoleh rata-rata adalah 77,65 dan nilai simpangan baku adalah 6,845 sedangkan data dari prestasi belajar matematika siswa pada materi segiempat yang menggunakan model pembelajaran konvensional diperoleh rata-rata adalah 62,12 dan nilai simpangan baku adalah 11,25. Dari perbedaan tersebut diperoleh bahwa ada keefektifan model Grasha-riechmann terhadap prestasi belajar matematika siswa di bandingkan siswa yang memakai model pembelajaran konvensional. Untuk mengetahui berapa persen keefektifan prestasi belajar dengan menggunakan model Grasha-riechmann dilakukan uji determinasi. Dari pengujian yang telah dilakukan, didapat sebesar 73,6% keefektifan yang terjadi.

(11)

DAFTAR PUSTAKA

[1] Faizi, Mastur, 2013. Ragam Metode Mengajarkan Eksakta Pada Murid, Yogyakarta: DIVA Press. [2] Hamdani, 2011. Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Pustaka Setia.

[3] Nasution, S. 2006. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Dan Mengajar, Bandung: Bumi Aksara. [4] Nawawi, Hadari, 1990. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta, Jakarta.

[5] Rosyada, Dede, 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis, “Sebuah model Pelibatan Masyarakat dalam Penyelenggaraan Pendidikan”, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

[6] Sudjana, 2005. Metode Statistika Edisi Ke-6, Bandung: Tarsito.

[7] Sudjana, Nana, 2005 Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.

[8] Supangat, Andi, 2007. Statistika Dalam Kajian Deskriftif, Inferensi, dan Nonparametrik, Bandung: Kencana Prenada Media Group. [9] Suryosubroto, B. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah,Jakarta: Rineka Cipta.

[10] Susanto, Ahmad, 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. [11] Syahrum dan Salim, 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Citapustaka Media.

[12] Sutikno, Sobry, 2013. Belajar Dan Pembelajaran “Upaya Kreatif Dalam Mewujudkan Pembelajaran Yang Berhasil”, Lombok: Hollistica.

[13] Suyanto dan Asep Jihad, 2013. Bagaimana Menjadi Calon Guru Dan Guru Profesional, Yogyakarta: Multi Pressindo.

[14] Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif “Konsep, Landasan Dan Implementasinya Pada KTSP”, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group.

[15] Turmudi, 2009. Landasan Filsafat dan Teori Pembelajaran Matematika Berparadigma Eksploratif dan Investigatif, Jakarta: PT. Leuser Cita Pustaka.

Gambar

Tabel 1. Descriptive Statistics
Tabel 5. Model Summary b
Tabel 6. Model Summary b

Referensi

Dokumen terkait

Hal yang melatarbelakangi saya unuk membuat tugas akhir mengenai desain bangunan bertigkat dengan beton prategang karena berbagai keunggulan yang dimiliki beton prategang

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis- nya, dapat diambil kesimpulan sebagai beri- kut: 1) Hasil perhitungan unit cost layanan rawat inap utama di RS Jiwa

Berdasarkan analisis data di atas, maka di- ketahui bahwa variabel keandalan berpengaruh.. signifikan terhadap kepuasan masyarakat dengan skor 81,50%, variabel ketanggapan

Program Studi Linguistik Universitas Sumatera Utara yang telah dengan ikhlas. memberikan ilmu mereka yang sangat berguna kepada penulis

Hasil penelitian, diperoleh simpulan bahwa keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan hard Skills dan soft skills siswa kelas XI IPA

Segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah kepada penulis, sehingga penulis dapat mengerjakan dan menyelesaikan tesis ini yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa terapi radiofrequency mengurangi skor keriput dan meningkatkan elastisitas kulit wajah pada wanita paruh baya

Skema data terkode pada metode ini dibedakan menjadi 2 bagian yaitu kode dengan panjang tetap (Fixed Length Encoding) dimana pada metode ini seluruh simbol yang