• Tidak ada hasil yang ditemukan

TERAPI RADIOFREQUENCY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TERAPI RADIOFREQUENCY"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

i

TERAPI RADIOFREQUENCY MENGURANGI SKOR KERIPUT DAN MENINGKATKAN ELASTISITAS KULIT WAJAH PADA WANITA PARUH

BAYA LEBIH BANYAK DIBANDINGKAN TERAPI ULTRASOUND ABSTRAK

Penuaan merupakan rangkaian proses alami yang akan terjadi pada semua makhluk hidup. Penuaan menyebabkan gangguan pada kulit seperti peningkatan skor keriput dan penurunan elastisitas kulit wajah. Belakangan ini banyak berkembang metode noninvasif untuk mengencangkan kulit. Metode-metode noninvasif yang banyak berkembang antara lain ultrasound dan radiofrequency. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa terapi radiofrequency mengurangi skor keriput dan meningkatkan elastisitas kulit wajah pada wanita paruh baya lebih banyak dibandingkan terapi ultrasound.

Penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancanganpretest-post test control group design. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah wanita paruh baya usia 55-65 yang berkeriput dan berkulit kendur, dan datang ke Le’Diz Beauty Clinic, Bogor selama bulan Maret-April 2017. Jumlah sampel yang digunakan adalah 14 orang, yang kemudian dibagi menjadi 2 kelompok dengan jumlah masing-masing 7 orang yaitu kelompok yang diberikan perlakuan terapi ultrasound (P1) dan kelompok yang diberikan perlakuan terapi radiofrequency (P2). Pemeriksaan keriput dan elastisitas kulit wajah dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan selama 3 minggu. Pemeriksaan kulit keriput wajah berdasarkan metode skoring terhadap foto pada kulit wajah bagian sudut mata dan dahi (Skor 0-5). Pemeriksaan elastisitas kulit wajah dilakukan dengan menggunakan Skin Analyzer.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rerata skor keriput sesudah perlakuan selama 3 minggu (posttest) pada P1 adalah 2,79±0,57, dan pada kelompok P2 adalah 2,07±0,35 (p<0,05). Selain itu, rerata elastisitas wajah sesudah perlakuan selama 3 minggu (posttest) pada kelompok P1 adalah 54,57±15,37%, dan pada kelompok P2 adalah 62,00±17,94% (p<0,05). Hasil penelitian menunjukkan tidak terjadi penurunan skor keriput (p>0,05) (3,07±0,53vs 2,79±0,57) dan peningkatan elastisitas pada kelompok terapi ultrasound (P1) ini (p>0,05) (45,71±9,16 vs 54,57±15,37). Namun pada kelompok terapi radiofrequency (P2) dapat diamati terjadinya penurunan skor keriputyang signifikan (p<0,05) setelah diberikan perlakuan selama 3 minggu (3,21±0,49vs 2,07±0,35), dan juga terjadi peningkatan elastisitas kulit yang signifikan (p<0,05) (49,71±11,06% vs 62,00±17,94%).

Dapat disimpulkan bahwa terapi terapi ultrasound tidak mengurangi skor keriput dan meningkatkan elastisitas, terapi radiofrequency mengurangi skor keriput dan meningkatkan elastisitas kulit wajah, dan efektivitas terapi radiofrequencylebih baik dibandingkan terapi ultrasound.

(2)

ii ABSTRACT

RADIOFREQUENCY THERAPY REDUCES SKIN WRINKLE AND INCREASES ELASTICITY OF MIDDLE-AGED WOMEN SKIN BETTER

THAN ULTRASOUND THERAPY

Aging is a natural processes that occurs in all living things. Aging causes skin disorders such as an increasing wrinkle and decreasing elasticity of the skin. Lately, several developing noninvasive methods are available to tighten the skin. Noninvasive methods that are popular in the world lately are ultrasound and radiofrequency. The purpose of this study was to prove that radiofrequency therapy reduces skin wrinkle and increases elasticity of middle-aged women skin better than ultrasound therapy.

This research was a true experimental research using pretest-posttest control group design. Subjects used in this study were middle aged women of 55-65 years old and came to Le'Diz Beauty Clinic, Bogor during period of March-April 2017. The number of samples used was 14 people, which was then divided into 2 groups with a total of 7 individuals respectively. The first group were treated with ultrasound (P1) and the second group were treated with radiofrequency (P2). The examination of facial wrinkles and elasticity were done before and after treatment for 3 weeks. Examination of facial skin wrinkles were performed by scoring on photographs on the skin in the corner of the eye and forehead (Score 0-5). Examination of facial skin elasticity was done by Skin Analyzer.

The results showed that the mean score of facial wrinkles after treatment for 3 weeks (posttest) in P1 group was 2,79±0,57, while in the P2 group was 2,07±0,35 (p<0.05). In addition, the mean face elasticity after 3 weeks (posttest) treatment in the P1 group was 54.57 ± 15.37, and in the P2 group was 62.00 ± 17.94 (p <0.05). The results showed a no significant decrease in the number of wrinkles (p> 0.05) (3,07±0,53vs 2,79±0,57) and a no significant increase in elasticity in group treated with ultrasound (P1) (p > 0.05) (45.71 ± 9.16 vs 54.57 ± 15.37). However, in the group treated with radiofrequency (P2), there was a significant decrease in the number of facial wrinkles (p <0.05) after 3 weeks treatment (3,21±0,49vs 2,07±0,35), and also a significant increase in skin elasticity (p <0.05) (49.71±11.06% vs 62.00±17.94%).

It can be concluded that ultrasound therapy did not reduce skin wrinkle and did not increase skin elasticity, while radiofrequency therapy reduced skin wrinkle and increased skin elasticity, and the effectivity of radiofrequency therapy was better than ultrasound therapy.

(3)

iii DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM ... ... ii LEMBAR PENGESAHAN ... iv PENETAPAN PENGUJI ... v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT ... vi

UCAPAN TERIMA KASIH ... vii

ABSTRAK ... ... x

ABSTRACT ... ... xi

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Proses Penuaan ... 9

2.1.1 Definisi Penuaan ... 9

2.1.2 Penyebab Penuaan ... 10

2.1.3 Anti Aging Medicine (AAM) ... 13

(4)

iv

2.2.1 Extracellular Matrix (ECM) ... 14

2.2.2 Kolagen ... 15

2.3 Penuaan Kulit ... 18

2.2.3 Penuaan Kulit Kronologis ... 18

2.2.4 Manifestasi Penuaan Kulit ... 20

2.4 Perawatan Anti Aging ... 24

2.5 Terapi Ultrasound untuk mengurangi keriput dan meningkatkan elastisitas ... 25

2.6 Terapi Radiofrequency untuk Mengurangi Keriput dan meningkatkan Elasatisitas ... 27

2.7 Wanita Paruh Baya ... 32

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS ... 33

3.1 Kerangka Berpikir ... 33

3.2 Konsep Penelitian ... 35

3.3 Hipotesis Penelitian ... 36

BAB IV METODE PENELITIAN ... 37

4.1 Rancangan Penelitian ... 37

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 38

4.3 Populasi dan Sampel ... 38

4.3.1 Populasi penelitian ... 38

4.3.2 Sampel penelitian ... 39

4.3.3 Penentuan Besaran sampel ... 40

4.4 Variabel ... 41

(5)

v

4.4.2 Definisi Operasional Variabel ... 42

4.5 Metode Pengumpulan Data ... 44

4.6 Instrumen Penelitian ... 45

4.7 Prosedur Penelitian ... 45

4.7.1 Prosedur Perlakuan ... 45

4.7.2 Prosedur Pemeriksaan Skor Kulit Keriput... ... 47

4.7.3. Prosedur Pemeriksaan Elastisitas Kulit.. ... 48

4.8 Alur Penelitian ... ... 51

4.9 Analisis Data ... ... 52

BAB V HASIL PENELITIAN ... 53

5.1 Analisis Deskriptif ... 53

5.2 Uji Normalitas Data ... 55

5.3 Uji Homogenitas Data ... 55

5.4 Uji Komparabilitas ... 56

5.4.1 Uji Komparabilitas sebelum perlakuan ... 56

5.4.2 Uji Komparabilitas sesudah perlakuan ... 57

5.5 Analisis Efek Perlakuan ... 58

BAB VI PEMBAHASAN ... 61

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ... 67

7.1 Simpulan ... 67

7.2 Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68

(6)

vi

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1 Struktur Anatomi Kulit Manusia ... 14

Gambar 2.2 Gambaran Kolagen Pada Kulit Muda dan Kulit Tua ... 16

Gambar 2.3 Kulit Keriput (Skin Wrinkle)... ... 21

Gambar 2.4 Menurunnya Elastisitas Kulit (Skin Sagging)... ... 23

Gambar 3.1 Konsep Penelitian ... 35

Gambar 4.1 Rancangan Penelitian ... 37

Gambar 4.2 Hubungan antar Variabel ... 42

Gambar 4.3 Metode Skoring Kerutan Kulit pada Sudut Mata dan Dahi .... 47

Gambar 4.4 Metode Pemeriksaan Elastisitas Wajah... 48

Gambar 4.5 Skin Analysis saat Shooting ... 48

Gambar 4.6 Skin Analysis saat Freeze ... 49

Gambar 4.7 Analisis kulit untuk mendapatkan hasil pengecekan ... 50

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 5.1 Hasil analisis deskriptif data hasil penelitian ... 53

Tabel 5.2 Hasil uji normalitas data ... 55

Tabel 5.3 Hasil uji homogenitas data ... 55

Tabel 5.4 Perbandingan variabel penelitian sebelum perlakuan ... 56

Tabel 5.5 Perbandingan variabel penelitian sesudah perlakuan ... 57

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Ethical Clearance ... 73

Lampiran 2. Informed Consent ... 74

Lampiran 3. Hasil Penelitian Pendahuluan ... 77

Lampiran 4. Dokumentasi Hasil Penelitian Pendahuluan ... 78

Lampiran 5. Hasil Penelitian ... 78

(9)

9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setelah mencapai usia dewasa seluruh komponen tubuh makhluk hidup, termasuk manusia, secara alami tidak akan dapat berkembang lagi, melainkan akan terjadi penurunan fungsi karena proses penuaan. Proses penuaan (aging) adalah suatu proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya. Penuaan merupakan rangkaian proses alami yang akan terjadi pada semua makhluk hidup. Hingga saat ini masih banyak orang yang percaya bahwa penuaan merupakan takdir yang tidak dapat dihindari.

Seiring dengan perkembangan jaman, angka harapan hidup seseorang semakin meningkat, yang merupakan awal munculnya konsep Anti Aging Medicine (AAM). Konsep AAM menganggap bahwa penuaan adalah suatu penyakit yang dapat dicegah, dihindari, dan diobati sehingga dapat berfungsi kembali ke keadaan semula. Dengan demikian, manusia tidak lagi harus membiarkan begitu saja proses penuaan dengan segala keluhannya, dan bila perlu mendapatkan pengobatan dan perawatan (Pangkahila, 2011).

Ada banyak faktor yang menyebabkan orang menjadi tua, dan dengan semakin bertambahnya usia, maka akan terjadi penurunan berbagai fungsi organ tubuh dan terjadinya perubahan fisik, baik tingkat seluler, organ, maupun sistem pada tubuh, karena terjadinya proses penuaan (Baskoro dan Konthen, 2008). Pada dasarnya

(10)

10

penyebab penuaan dikelompokkan menjadi faktor internal dan eksternal. Beberapa faktor internal adalah radikal bebas, hormon yang berkurang, proses glikosilasi, metilasi, apoptosis, sistem kekebalan yang menurun dan genetik. Faktor eksternal yang utama adalah gaya hidup tidak sehat, diet tidak sehat, kebiasaan salah, polusi lingkungan, stres dan ekonomi (Pangkahila, 2007).

Anti aging erat kaitannya dengan perawatan kecantikan kulit, perawatan tersebut bisa dalam bentuk kosmetika ataupun metode perawatan. Kulit merupakan bagian tubuh manusia paling luar yang berperan penting, baik ditinjau dari segi kesehatan maupun dari segi keindahan/kecantikan. Kulit manusia terdiri dari dua lapisan yaitu lapisan epidermis yang merupakan lapisan atas/luar dan lapisan dermis yang merupakan lapisan bawah/dalam. Peran kulit bagi kecantikan adalah sebagai daya tarik seksual dan penampilan. Selain itu, kulit merupakan lapisan terluar penutup tubuh yang berfungsi sebagai pelindung terhadap segala bentuk trauma dari luar baik fisik, mekanik maupun kimiawi (Ganceviciene, 2012).

Gangguan pada lapisan pelindung kulit dapat menyebabkan berbagai masalah kulit. Peningkatan jumlah keriput yang disebabkan oleh penurunan jumlah dan fungsi kolagen, dan penurunan fungsi dari elastisitas wajah dapat menyebabkan kulit mengalami pengenduran. Seiring dengan bertambahnya usia maka kulit akan menjadi lebih tipis, lebih kering, kulit mengalami pengurangan penurunan kelenturan dan kelembaban. Hal tersebut akan menimbulkan garis-garis halus, tekstur kulit yang tidak halus dan keriput pada kulit. Beberapa keriput dapat nampak jelas disekitar area mata, mulut dan leher (Kurniawan, 2011).

(11)

11

Wanita dewasa madya menurut Hurlock (2007) adalah rentang kehidupan manusia yang terbagi menjadi dua bagian, meliputi: usia madya dini dari usia 40 tahun sampai dengan 50 tahun dan usia dewasa usia madya lanjut yang dimulai dari usia 50 tahun sampai dengan 60 tahun. Pada masa dewasa madya akan terjadi perubahan fisik maupun psikologis yang tampak pada awal usia 40 tahun. Penurunan penampilan fisik seiring usia yang paling sering diamati pada wanita paruh baya adalah meningkatnya jumlah kerutan kulit dan penurunan elastisitas kulit.

Namun, keriput tidak hanya datang akibat bertambahnya usia saja, tetapi beberapa faktor lain juga mempengaruhi kondisi kulit seseorang. Hal ini disebabkan oleh tingginya stres, tingkat polusi, perokok, pencemaran lingkungan, pancaran sinar matahari, radikal bebas, dan sinar UV. Dalam keadaan tersebut apabila kulit tidak dirawat dengan baik maka kulit akan bertambah kering dan tampak lebih tua. Kulit yang mulus dan halus akan menjadi kusam, keriput atau kurang elastis. Garis kerut pada kulit ini menjadi hal yang banyak dihindari, karena dianggap tidak menariknya penampilan (Kurniawan, 2011).

Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan kulit wajah yang sehat, halus dan tentunya selalu tampak muda. Berbagai produk dan perawatan telah dicoba oleh para wanita untuk penampilan agar selalu tampak muda. Kemajuan teknologi terus berkembang untuk memenuhi kebutuhan para wanita. Saat ini dengan berkembangannta teknologi, termasuk di bidang estetika, maka kerut wajah bisa dihilangkan atau disamarkan dengan alat yang sehari-hari disebut dengan radiofrequency (RF).

(12)

12

Ultrasound adalah alat yang banyak sekali digunakan dalah dunia kecantikan. Mekanisme kerja ultrasound adalah dengan menimbulkan phonophoresis. Ultrasound adalah gelombang suara dengan frekuensi lebih dari 20.000 Hz yang dapat menyebabkan getaran mekanik pada substansi yang berinteraksi dengan ultrasound tersebut. Saat ultrasound diaplikasikan ke dalam kulit, getaran ultrasound mengakibatkan gerakan-gerakan sel-sel kulit dan menyebabkan vibrasi pada komponen intraseluler serta memungkinkan terjadinya tumbukan antar komponen seluler (Or and Kimmel, 2009). Hal ini memunculkan panas yang merupakan efek thermal dan efek mekanik dari ultrasound yang akan menghasilkan variasi tekanan didalam jaringan yang kemudian menimbulkan micromassage, yang dapat menimbulkan adanya peregangan dan pemampatan didalam jaringan. Hal ini dapat meningkatkan elastisitas kulit dan membantu metabolisme sel yang akan mendukung reparasi jaringan sehingga terjadi permeabilitas dinding dan meningkatkan metabolisme sel-sel fibroblas dan jaringan (Ferraro et al., 2008; Laubach et al., 2008; Fabi, 2015).

Selain efek thermal, mekanik dan biologis, ultrasound juga mempunyai efek non thermal yang berupa kavitasi dan microstreaming. Kavitasi merupakan proses dimana terdapat bentukan gelembung udara yang dapat membesar dalam jaringan, dapat menyebabkan perforasi pada membran plasma dan meningkatkan transportasi ion sodium ke dalam sel (Schlicher et al., 2010). Dan microstrearning merupakan desakan gelombang suara pada membran sel yang dapat meningkatkan kerja pompa

(13)

13

sodium sel yang dapat meningkatkan produksi kolagen dan elastin sehingga dapat membantu proses pengembalian kulit keriput (Dubinsky et al., 2008; Fabi, 2015)

Penggunaan ultrasound dalam dunia kecantikan memiliki tingkatan level frekuensi dan manfaat yang berbeda-beda. Penggunaanultrasound dengan frekuensi 1 MHz adalah pada area selain wajah, frekuensi 3 MHz adalah pada area wajah (pipi, dagu, dahi), sedangkan untuk daerah sekitar area mata digunakan frekuensi sebesar 5MHz. Dalam menggunakan ultrasound untuk perawatan kulit sebaiknya frekuensi yang digunakan sebesar 3MHz atau 10 MHz. Hal tersebut dapat meningkatkan penampilan visual yang lebih halus dari kulit yang mengalami kerutan (Laubach et al., 2008; Alam et al., 2010).

Terapi ultrasound lebih ditujukan untuk penggunaan satu kali pengobatan, dan menargetkan jaringan yang lebih dalam. Namun saat ini penggunaan radiofrequency dalam dunia kecantikan mulai berkembang sebagai alternatif yang menggantikan penggunaan ultrasound. Hal ini karena penggunaan teknologi radiofrequency sangat nyaman dan dapat diulang pada interval mingguan, tetapi menargetkan kulit (jaringan lebih dangkal). Secara umum, pasien mendapatkan keuntungan dengan menggabungkan kedua perawatan, tetapi dapat memilih satu atau yang lain berdasarkan jadwal pasien, tingkat kerutan kulit, tingkat kekenduran kulit, dan faktor lainnya (David, 2013).

Radiofrequency adalah sebuah perawatan kulit, perawatan ini telah mendapat rekomendasi dari FDA (Food and Drug Administration - Departemen Kesehatan Amerika). Radiofrequency dikatakan sebagai terapi yang paling banyak diminati dan

(14)

14

memberikan kepuasan paling tinggi terhadap pasien (Persky, 2013). radiofrequency adalah bentuk energi yang dapat menyebabkan kulit menjadi lebih hangat dan menstimulasi kolagen, efeknya adalah akan mengencangkan kulit. Penggunaan medis radiofrequency (RF) berdasarkan arus listrik berosilasi menyebabkan terjadinya tabrakan antara molekul bermuatan dan ion, yang kemudian berubah menjadi panas. Pemanasan RF tidak dipengaruhi oleh jenis kulit (kandungan kromofor) dan tidak tergantung pada photothermolysis. Radiofrequency dapat digunakan pada kulit dengan menggunakan perangkat monopolar, bipolar, atau unipolar, dan masing-masing metode memiliki batas penetrasi yang bervariasi. Efek dari RF mengakibatkan proses mikro-inflamasi yang menginduksi pembentukan kolagen baru (Weiss, 2013). Hal ini didukung hasil penelitian pada 26 orang wanita berusia 25 sampai 65 tahun (rata-rata usia 57 tahun) yang menunjukkan bahwa terapi RF setelah 3 bulan dapat meningkatkan jumlah kolagen dengan pemeriksaan jaringan kulit secara histopatologi dengan menggunakan pewarnaan Masson pada sampel biopsi kulit bagian submentum (bawah dagu) sebesar 2 mm (McDaniel et al., 2014).

Dengan meningkatkan suhu kulit, RF juga dapat digunakan untuk pemanasan dan pengurangan lemak. Saat ini, penggunaan yang paling umum dari perangkat berbasis RF adalah untuk merawat dan mengencangkan kulit kulit longgar (termasuk kendur rahang, perut, paha, dan lengan), serta pengurangan kerut, dan contouring tubuh secara noninvasif (Weiss, 2013).

Telah banyak dilakukan penelitian untuk membuktikan efektivitas penggunaan teknologi berbasis ultrasound dan radiofrequency terhadap keriput dan

(15)

15

kekencangan kulit wajah secara terpisah. Namun penelitian komparatif yang membandingkan efektivitas kedua modalitas terapi yang berbeda tersebut masih belum ada hingga saat ini, sehingga perlu dilakukan penelitian komparatif secara simultan untuk mengetahui teknologi mana yang memberikan efek terapi lebih baik pada pasien.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut.

1. Apakah terapi radiofrequency dapat mengurangi skor keriput wajah pada wanita paruh baya lebih banyak dibandingkan terapi ultrasound?

2. Apakah terapi radiofrequency dapat meningkatkan elastisitas kulit wajah pada wanita paruh baya lebih banyak dibandingkan terapi ultrasound?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk membuktikan bahwa terapi radiofrequencydan ultrasound dapat menurunkan skor keriput dan meningkatkan elastisitas kulit wajah padawanita paruh baya, dan untuk membandingkan efektivitas kedua terapi tersebut.

(16)

16

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk membuktikan bahwa terapi radiofrequency dapat mengurangi skor keriput wajah pada wanita paruh baya lebih banyak dibandingkan terapi ultrasound.

2. Untuk membuktikan bahwa terapi radiofrequency dapat meningkatkan elastisitas kulit wajah pada wanita paruh baya lebih banyak dibandingkan terapi ultrasound.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat ilmiah: memberikan informasi mengenai efektivitas terapi radiofrequency terhadap kulit, yang meliputi efektivitas terhadap pengurangan skor keriput dan meningkatkan elastisitas kulit wajah.

2. Manfaat klinis: memberikan informasi, pengetahuan dan pemahaman

Referensi

Dokumen terkait

APLIKASI TEKNOLOGI BERBASIS PEROXIDASE SYSTEM DARI DAUN TOMAT UNTUK PRODUKSI POWDERIZED YOGURT BERCITARASA BUAH LOKAL KHAS JAWA TENGAH GUNA DISTRIBUSI YOGURT BERSKALA NASIONAL.

Qualitative data were used to describe the result of classroom observations and interviews to answer question related with the implementation of portfolio assessment in

dan hasil kurikulum diukur dari pencapaian kompetensi. Keberhasilan kurikulum diaratikan sebagai pencapaian kompetensi yang dirancang dalam dokumen kurikulum oleh seluruh

[r]

Meskipun tingkat pendidikan masyarakat merupakan hal yang sangat penting, tetapi sebagian pengrajin gula tapo masih menganggap bahwa pendidikan bukanlah hal yang mendasar

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufik, hidayah dan rahmat-Nya sehingga skripsi dengan judul “Membangun Internet

Penelitian ini menggunakan variabel terikat yaitu rasio ketersediaan beras, sementara variabel bebas yang digunakan adalah stok beras, luas areal panen padi, produktivitas

Mataram, IFC dan PT Bumi Mekar Sari (PT BMT). menganalisis stabilitas traktor roda dua multipurpose pada budidaya kacang tanah; 2). menganalisis performansi traktor roda