• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Stabilitas dan Performansi Trak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Analisis Stabilitas dan Performansi Trak"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS STABILITAS DAN PERFORMANSI TRAKTOR

RODA DUA

MULTIPURPOSE

PADA BUDIDAYA KACANG

TANAH (

Arachis Hypogaea L

)

Joko Sumarsono*), Cahyawan Catur Edi Margana *), Sirajuddin H.A.*) dan Hidayatus Sakinah **)

*) Program Studi Teknik Pertanian, Faperta, Universitas Mataram, Lombok, NTB **) Alumnus Program Studi Teknik Pertanian, Faperta, Universitas Mataram, Lombok, NTB

email : sumarsonoj@gmail.com

ABSTRAK/ABSTRACT

Penelitian tentang Analisis Stabilitas dan Performansi Traktor Roda Dua Multipurpose

pada Budidaya Kacang Tanah (Arachis Hypogaea L), yang dapat dipergunakan sebagai alat

pengolah tanah, pengendali gulma dan sebagai alat panen, telah dilaksanakan pada Program

Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram. Adapun traktor roda dua

yang diuji adalah traktor hasil desain kerjasama antara Program Studi Teknik Pertanian (PS

TEP), Pusat Penelitian dan Pengembangan Lahan Kering Tropika (P3LKT) Universitas

Mataram, IFC dan PT Bumi Mekar Sari (PT BMT). Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1).

menganalisis stabilitas traktor roda dua multipurpose pada budidaya kacang tanah; 2).

menganalisis performansi traktor roda dua multipurpose serta 3). menentukan kapasitas

lapang dan efisiensi alat. Sedangkan hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai

bahan pertimbangan dalam pemanfaatan traktor roda dua multipurpose pada budidaya kacang

tanah. Hasil penelitian diperoleh optimalisasi traktor dalam membajak lahan, efisiensi

pembajakan, slip roda mempengaruhi kinerja pembajakan traktor. Pada penelitian ini jenis

tanah entisol, kadar tanah liat tinggi, dan konfigurasi lahan yang fluktuatif dan tidak seragam,

menimbulkan slip yang besar pada kecepatan berjalan traktor, besarnya overlapping akan

mempengaruhi lama waktu pembajakan. Ada perbedaan nyata dengan tingkat kepercayaan

95%, persentase hasil penyiangan dan panen tanaman kacang tanah antara lahan vertisol dan

entisol. Hal ini diduga disebabkan tanah vertisol lebih lunak dibandingkan tanah entisol.

Kata Kunci: Traktor roda dua multipurpose, kinerja, tanah vertisol dan entisol

PENDAHULUAN

Pangan adalah kebutuhan utama bagi manusia di samping papan dan sandang.

(2)

Indonesia yang kini mencapai 200 juta jiwa lebih. Pemenuhan kebutuhan pangan akan

terpenuhi apabila ada pemasokan pangan, baik melalui produksi pangan maupun melalui

impor. Dalam hal ini, diutamakan pemenuhan kebutuhan pangan melalui produksi pangan

oleh karena Indonesia masih tergolong negara agraris yang berpotensi untuk meningkatkan

produksi pangan. Untuk dapat meningkatkan produksi pangan tersebut perlu digalakkan

upaya-upaya yang mengarah ke peningkatan produksi pangan nasional.

Pengolahan tanah menjadi awal kegiatan budidaya pertanian sebelum kegiatan lainnya

dilakukan sehingga pada kegiatan ini perlu diupayakan secara efektif dan efisien, oleh karena

menyangkut kualitas hasil dan ketepatan waktu pengolahan tanah. Pengolahan tanah secara

efektif dan efisien bisa ditempuh dengan cara mekanis menggunakan traktor-traktor pertanian.

Pengolahan tanah secara efektif dan efisien akan dapat dicapai apabila traktor dan alat

pengolah tanahnya cocok dengan kondisi tanah yang diolah, kualitas hasil pengolahan

tanahnya tinggi, dan tempo pengolahan tanahnya singkat sehingga hasil olahan tanahnya

cocok untuk tanaman yang akan ditanam dan hemat biaya operasi traktor.

Tiga hal mendasar yang sering digunakan untuk menilai hasil pengolahan tanah

dengan menggunakan traktor, yaitu besarnya gaya penarikan alat (draft), slip roda traktor, dan

efisiensi lapang. Kenyataan menunjukkan bahwa banyak operator traktor yang sering

mengoperasikan traktor yang hanya didasarkan atas kebiasaan memenuhi target

menyelesaikan pekerjaan pada waktu tertentu. Mereka mengolah tanah dengan mengabaikan

besarnya daya yang hilang, waktu hilang, slip tinggi dan konsumsi bahan bakar yang tinggi.

Hal ini bisa menyebabkan efisiensi lapangnya rendah, biaya operasinya tinggi, dan umur

pakai traktornya pendek (Anonim, 1983 ).

Di sisi lain, ternyata diperoleh data efisiensi lapang yang mencapai lebih dari 100 %,

sedangkan umumnya berkisar antara 60 hingga 80 %. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada

operator traktor yang mengolah tanah dengan kualitas yang buruk karena masih banyak tanah

tak terolah. Kinerja traktor dalam pengolahan tanah selama ini masih tergolong rendah

efisiensinya. Untuk itu, untuk meningkatkan efisiensi dalam pengolahan maka didesain suatu

alat pengolahan tanah traktor roda dua multipurpose.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis stabilitas traktor roda dua

multipurpose pada budidaya kacang tanah, menganalisis performansi traktor roda dua

multipurpose, menentukan kapasitas lapang dan efisiensi alat. Hasil penelitian ini diharapkan

dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam pemanfaatan traktor roda dua

(3)

Traktor-traktor roda dua yang ada di Indonesia terdiri atas traktor yang dilengkapi

dengan kopling belok dan traktor yang tidak dilengkapi dengan kopling belok. Traktor yang

dilengkapi dengan kopling belok umumnya terdiri atas 3 tingkat kecepatan maju pada kotak

gigi transmisinya (gearbox), yaitu rendah, sedang, dan tinggi, sedangkan traktor tanpa kopling

belok hanya mempunyai 1 tingkat kecepatan maju. Tingkat kecepatan tinggi pada traktor

dengan kopling belok biasanya digunakan untuk transportasi menggunakan kereta angkut

(trailer) sehingga tingkat kecepatan ini tidak dipakai untuk membajak tanah. Pada penelitian

ini akan digunakan traktor yang dilengkapi kopling belok. Untuk itu, kelima pengaturan

kecepatan putar enjin tersebut akan diterapkan dengan 2 tingkat kecepatan maju traktor

(rendah dan sedang), sehingga secara keseluruhan akan diperoleh total perlakuan sebanyak

2x5x2 = 20 (Kartika, 1994).

Umumnya traktor digerakkan oleh motor diesel yang 15% dari daya yang dihasilkan

telah diserap oleh mekanisme pendukung motor seperti sistem pendingin yang isi dan

sebagian traktor roda empat umumnya telah didesain untuk bekerja dengan kecepatan 5-6

km/jam dan traktor tangan roda dua beroperasi dengan kecepatan 2,0-3,5 km/jam yang telah

diperhitungkan traktor tersebut, efisiensi maksimal dilihat dari daya yang dapat dimanfaatkan

untuk pengolahan tanah.

Stabilitas didasari oleh alat dimensi tertentu, dari perhitungan secara teknis, dapat

diprediksi sudut kemiringan traktor, hubungan antara kedalaman pembajakan maksimum

(Hmax) dengan spesifikasi traktor, jarak bajak(S), ketinggian setang kemudi yang lebih tinggi

(HhL), ketinggian efektif setang kemudi, jarak horizontal titik bajak dengan poros roda (Lp),

jarak horizontal titik bajak dengan poros roda (LP).

METODOLOGI

Penelitian dilaksanakan di Desa Labuhan Haji Kabupaten Lombok Timur, pada bulan

November 2010 sampai bulan desember 2010. Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian

ini adalah tanaman kacang yang masih belum dipanen, solar, pelumas(oli), air. Alat-alat yang

digunakan pada penelitian ini adalah traktor roda dua multipurpose, meteran, timbangan

(4)

Gambar 1. Traktor roda dua multipurpose pengolahan kacang tanah

Metodologi Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan

melakukan percobaan di lapangan. Lahan yang digunakan adalah lahan kering dengan

menggunakan traktor tangan JTP-FP UNRAM-BMT. Selanjutnya data dianalisis dengan

menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan kelompok berdasarkan dua jenis

tanah yaitu tanah vertisol dan tanah entisol. Adapun perlakuannya adalah : P1 = persnelling I,

P2 = persnelling II, P3 = persnelling III, P4 = persnelling IV. Masing-masing perlakuan

diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 24 unit sampel. Data hasil pengamatan dianalisis

dengan analisis ragam (analysis of variance) pada taraf nyata 5%. Apabila terdapat beda

nyata dilakukan uji lanjut dengan BNT pada taraf nyata yang sama.

A. Parameter stabilitas traktor

Analisis stabilitas dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

1. Sudut kemiringan traktor

𝜃=sin−1(𝐻

𝐿ʹ) ... (1)

θ adalah sudut kemiringan traktor, H kedalaman pembajakan (cm), Lʹ Jarak roda kiri dan kanan (cm)

2. Hubungan antara kedalaman pembajakan (Hmax) dengan spesifikasi traktor.

3. Jarak maksimal bajak (Smax)

𝑆𝑚𝑎𝑥=𝐿ʹ2+𝐿0+tan𝜃𝐻ʹ ... (2)

L0 jarak antara roda kiri dan kanan (bagian luar) (cm),

(5)

4. Ketinggian efektif setang (Kes)

5. Hubungan antara titik bajak dengan titik terendah roda (HpL)

6. Jarak horizontal titik bajak dengan poros roda (Lp)

B. Parameter kecepatan berjalan traktor

Kecepatan berjalan traktor dibagi menjadi dua yaitu kecepatan berjalan traktor tanpa

beban pada media jalan beraspal, tanah berumput, tanah vertisol, dan tanah entisol. Dan

kecepatan berjalan traktor dengan beban pada media tanah vertisol dan tanah entisol.

C. Parameter pengolahan tanah

𝐾𝑡=𝑊 ×𝑉×10−1, ha/jam ... (3) 𝐾𝑎=(𝑊 ×𝑉×10−1)×𝐸, ha/jam ... (4)

𝐸=𝐾𝑎

𝐾𝑡×100%, atau ... (5)

𝐾𝑎=𝐾𝑡×𝐸, ha/jam ... (6) Dalam pengujian lapang besar Ka dapat ditentukan dengan rumus :

𝐾𝑎=𝐴𝑇×100% ... (7)

Kt kapasitas kerja teoritis (ha/jam), Ka kapasitas kerja aktual (ha/jam), W lebar kerja (m),

V kecepatan kerja (km/jam), E efisiensi kerja (%), A luas lahan total yang dikerjakan (ha),

T waktu total yang digunakan (jam).

Cara pendekatan perhitungan waktu hilang, untuk digunakan sebagai dasar

menentukan besarnya harga efisiensi kerja dilakukan dengan memperhitungkan harga-harga:

a. Waktu hilang karena terjadinya tumpang-tindih kerja pengolahan tanah (L1) : dengan

mengukur lebar kerja teoritis (W1) dan lebar kerja aktual/efektif di lapangan (W2). 𝐿1=𝑊1𝑊−𝑊2

1 ×100% ... (8)

b. Waktu hilang karena slip roda (L2) : dengan mengukur panjang lintasan yang ditempuh

traktor tanpa beban untuk 10 kali putaran roda (M1) dan mengukur panjang lintasan yang

ditempuh traktor dengan beban untuk 10 kali putaran roda(M2).

𝐿2=𝑀1𝑀−𝑀12×100% ... (9)

Harga L2 dapat didekati dengan : mengukur diameter roda belakang traktor (D),

ditentukan jarak lurus (M), jalankan traktor dengan beban sepanjang M, putaran roda (N)

𝐿2=∑𝐷𝑁−𝑀∑𝐷𝑁 ×100% ... (10)

c. Waktu hilang untuk belok di ujung lapangan (L3) : dihitung waktu untuk belok di ujung

lapangan kemudian dijumlahkan (T1), juga dihitung waktu total yang diperlukan untuk

(6)

𝐿3=𝑇𝑇1×100% ... (11)

Secara cuplikan (sampling), harga L3 dapat didekati dengan mengukur : rerata waktu

untuk belok di ujung lapangan, yang alat dan mesin tidak secara aktif digunakan untuk

mengolah tanah (t1), dan mengukur rerata waktu untuk jalan lurus, yang alat dan mesin secara

aktif digunakan untuk mengolah tanah (t2). 𝐿3=𝑡𝑡1

1+𝑡2×100% ... (12)

d. Waktu hilang untuk pengaturan, mengatasi kemacetan atau kerusakan-kerusakan kecil (L4)

dihitung dengan total waktu yang dipergunakan untuk pengaturan, mengatasi kemacetan atau

kerusakan-kerusakan kecil, dan sebagainya (T2).

𝐿3=𝑇𝑇2×100% ... (13)

Dengan T adalah waktu total yang dipergunakan untuk kerja di lapangan.

Dengan hasil pendekatan perhitungan waktu hilang di atas harga efisiensi kerja (E), dapat

dihitung dengan rumus :

𝐸=(1−𝐿1)(1−𝐿2)(1−𝐿3−𝐿4)×100% ... (14) D. Parameter penyiangan

berat yang tersiangi

berat yang tersiangi+berat yang tid ak tersiangi×100% ... (15)

E. Parameter panen

berat yang terpanen

berat yang terpanen+berat yang tid ak terpanen×100% ... (16)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Stabilitas Traktor

Pada pembajakan standar menggunakan traktor tangan poros roda dua traktor sedikit

sedikit dimiringkan terhadap garis horizontal ada dua jenis kemiringan poros pada traktor

yaitu kemiringan yang diproyeksikan sepanjang arah laju pembajakan (θ) dan kemiringan

yang diproyeksikan sepanjang arah, sepanjang garis penggeseran traktor.

Tabel 1. Hasil pengamatan dan analisis stabilitas traktor

(7)

Dari data hasil lapangan pada analisis stabilitas traktor pada lahan basah, digunakan

tiga perlakuan kemiringan yaitu, kemiringan I, kemiringan II, kemiringan III, dengan

perlakuan sudut yang berbeda-beda. Pada kemiringan I dengan sudut kemiringan 9,5 derajat,

rata-rata tinggi setang yang diperoleh saat pengangkatan (HhL) 76,5 cm, rata-rata jarak tegak

antara bajak dengan bawah roda (HpL) 1,5 cm, rata-rata jarak tegak bajakan dengan setang

kemudi (Hpk) 92,9 cm. Pada kemiringan II dengan sudut kemiringan 13,3 derajat, rata-rata

tinggi setang yang diperoleh saat pengangkatan (HhL) 113,4 cm, rata-rata jarak tegak antara

bajak dengan bawah roda (HpL) 3,3 cm, rata-rata jarak tegak bajakan dengan setang kemudi

(Hpk) 86,7 cm. Pada kemiringan III dengan sudut kemiringan 15,08 derajat, rata-rata tinggi

setang yang diperoleh saat pengangkatan (HhL) 119,7 cm, rata-rata jarak tegak antara bajak

dengan bawah roda (HpL) 3,5 cm, rata-rata jarak tegak bajakan dengan setang kemudi (Hpk)

82,7 cm. Pada kondisi kemiringan I, kemiringan II, kemiringan III, traktor masih dalam

keadaan stabil tidak oleng dan aman bagi operator dalam pengoperasian traktor.

Setelah mempertimbangkan nilai ergonomika untuk analisis stabilitas traktor guna

memberikan kenyamanan, keselamatan, dan mengurangi kelelahan operator, secara umum

besar sudut kemiringan pada analisis stabilitas traktor berkisar 12-15 derajat, pada kondisi H

= 15-18 cm dengan Lʹ= 70 cm dan nilai “Ground Clearance” Hc harus lebih dari 5 cm.

Performansi TraktorRoda Dua Multipurpose pada Tanaman Kacang Tanah

A. Uji Kecepatan Berjalan Traktor Roda Dua Multipurpose Tanpa beban

Pada penelitian ini digunakan empat medium sebagai bahan uji di antaranya adalah uji

kecepatan berjalan di atas jalan raya (beraspal), uji kecepatan berjalan di jalan berumput, uji

kecepatan berjalan di lahan kering vertisol dan lahan kering entisol.

Dari penelitian uji kecepatan berjalan traktor roda dua multipurpose diperoleh hasil

pengamatan dan perhitungan sebagai berikut :

Tabel 2. Hasil pengamatan kecepatan berjalan traktor tanpa beban

Perlakuan Rata-rata kecepatan berjalan traktor (km/jam)

Aspal Tanah Berumput Tanah Vertisol Tanah Entisol

Persnelling I 1,46 1,57 2,39 2,36

Persnelling II 1,75 2,32 2,54 2,50

Persnelling III 1,86 2,43 2,79 2,79

Persnelling IV 2,36 2,71 3,11 3,07

(8)

Menurut Soedarmo (1985), tenaga maksimum pada efisiensi traksi maksimum dicapai

pada perbandingan yang tepat antara beban, slip, kecepatan kerja, dan tenaga tarik. Grafik

menggambarkan kenaikan laju kecepatan berjalan traktor pada masing-masing kondisi.

Gambar 2. Grafik kecepatan berjalan traktor tanpa beban

Dari Gambar 2 memperlihatkan bahwa kecepatan berjalan traktor pada

masing-masing media berbeda-beda. Kecepatan berjalan traktor yang paling kecil adalah pada jalan

beraspal hal ini karena adanya pengaruh gesekan cengkeraman pada roda. Umumnya traktor

berjalan pada aspal menggunakan ban karet supaya gesekan yang timbul tidak terlalu besar

sehingga mempermudah operator dalam pengoperasian. Sedangkan pada tanah berumput,

tanah vertisol, tanah entisol menggunakan ban besi.

Berdasarkan analisis keragaman yang menguraikan variasi dari data menjadi dua

komponen yaitu komponen antara kelompok dan komponen dalam kelompok, didapatkan

hasil nilai F-Ratio 4,49 dan nilai P-value 0,025, dengan tingkat kepercayaan 95%. Sehingga ada

perbedaan yang signifikan antara kecepatan berjalan traktor pada masing-masing kondisi.

B. Uji Kecepatan Berjalan Traktor dengan beban

Dari uji ini didapatkan hasil seperti yang tersaji pada Tabel 3 dan Gambar 3

Tabel 3. Hasil pengamatan kecepatan berjalan traktor dengan beban

Perlakuan Rata-rata kecepatan berjalan traktor (km/jam)

(9)

Gambar 3. Grafik kecepatan berjalan traktor dengan beban

Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa terdapat kenaikan kecepatan berjalan traktor

pada lahan kering vertisol dan entisol. Pada lahan vertisol kecepatan berjalan traktor dengan

beban laju kecepatan maksimum 2,36 km/jam dan laju kecepatan minimum 2,14 km/jam.

Pada lahan entisol kecepatan berjalan traktor dengan beban laju kecepatan maksimum 2,04

km/jam dan laju kecepatan minimum 1,89 km/jam. Perbedaan kecepatan ini disebabkan oleh

perbedaan jenis tekstur tanah, yang pada tanah vertisol jenis tanahnya agak berpasir dan tanah

entisol jenis tanahnya agak liat.

Berdasarkan analisis keragaman didapatkan hasil nilai F-ratio 23,29 dan nilai P-value

0,0029 dengan tingkat kepercayaan 95%. Sehingga ada perbedaan yang signifikan antara

kecepatan berjalan traktor pada masing-masing kondisi.

C. Uji traktor untuk pengolahan tanah

Berdasarkan uji ini didapatkan hasil yang tersaji pada Tabel 4 dan Tabel 5.

Tabel 4. Hasil pengamatan pengolahan lahan vertisol

Perlakuan V

berdasarkan waktu hilang disebabkan karena saat mengolah tanah terjadi kemacetan pada

traktor yang timbul akibat adanya faktor alam seperti sampah-sampah yang berserakan pada

lahan, bekas akar-akar tanaman yang tertinggal. Dengan penurunan efisiensi kerja alat

(10)

berdasarkan waktu hilang maka terjadi juga penurunan terhadap nilai efisiensi berdasarkan Kt

dan Ka.

Kapasitas kerja aktual dari alat dan mesin pengolah tanah merupakan fungsi dari lebar

kerja yang aktual, kecepatan jalan aktual, serta waktu efektif terpakai selama bekerja.

Besarnya lebar kerja aktual, ditentukan oleh terjadinya tumpang tindih (overlapping) hasil

kerja pengolahan tanah, yang disebabkan pengaruh ketrampilan operator, sistem

penggandengan peralatan, kecepatan kerja serta kondisi lahan. Besarnya kecepatan aktual,

ditentukan oleh antara lain besarnya slip roda yang harganya dipengaruhi oleh sistem

rancangan roda, besarnya daya, jenis dan kondisi tanah, keterampilan operator serta kecepatan

kerja maksimumnya Menurut (Haryono, 1982)

Waktu efektif terpakai selama bekerja, besarnya sangat ditentukan oleh besarnya

kerugian waktu yang tidak efektif digunakan atau biasa disebut waktu hilang selama bekerja.

Waktu hilang merupakan ubahan yang sukar dinilai dalam menentukan kapasitas kerja.

Waktu pekerjaan lapang dari alat dan mesin pengolah tanah dapat hilang karena untuk :

pengaturan, mengatasi kemacetan atau kerusakan-kerusakan kecil, untuk membelok di ujung

lapangan, dan sebagainya. Untuk perawatan harian, pemasangan atau kerusakan besar tidak

dimasukkan dalam waktu hilang. Waktu yang digunakan untuk angkutan dari dan lapangan

juga tidak dimasukkan dalam perhitungan kapasitas dan efisiensi tetapi untuk menentukan

ongkos kerja alat dan mesin (Soedarmo, G.D., 1985).

Tabel 5. Hasil pengamatan pengolahan lahan entisol

Perlakuan V

kering vertisol. Pada persnelling III terjadi penurunan efisiensi kerja alat berdasarkan waktu

hilang disebabkan karena saat mengolah tanah terjadi kemacetan pada traktor yang timbul

akibat adanya faktor alam seperti sampah-sampah yang berserakan pada lahan, bekas

akar-akar tanaman yang tertinggal.

Dari hasil perhitungan yang didapat dapat kita ketahui terjadi perbedaan yang sangat

signifikan antara keduanya. Kapasitas lapang dipengaruhi oleh beban kerja dari bajak

(11)

kerja dipengaruhi oleh alat dan mesin pengolah tanah dan persen dari alat yang sebenarnya.

Persentase yang hilang antara lain oleh pengisian bahan bakar/pelumas, waktu belok, slip

roda, tumpang tindih hasil kerja pengolahan tanah dan waktu hilang karena mengatasi

kemacetan dan kerusakan-kerusakan kecil.

Jika dilihat dari perhitungan efisiensi yang berdasarkan waktu hilang terlihat hasilnya

lebih besar bila dibandingkan dengan yang berdasarkan perbandingan Ka dengan Kt. Hal ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya yaitu : lebar kerja aktual kecil sehingga akan

menambah besarnya waktu hilang, jumlah waktu untuk belok di ujung relatif besar karena

pada waktu membelok operator masih belum menguasai traktor, sehingga akan menambah

persentase besarnya waktu hilang. Waktu hilang juga juga bertambah dengan adanya

kesalahan/kekurangtelitian dalam mengukur lebar kerja. Pada efisiensi yang diukur

berdasarkan kapasitas kerja lapang, efisiensinya kecil sekali. Efisiensi di sini akan sebanding

dengan kapasitas kerja aktual dan berbanding terbalik dengan kapasitas kerja teoritis.

Semakin besar Ka maka akan semakin besar efisiensinya, sedangkan semakin besar Kt maka

efisiensi akan semakin kecil. Pada data Ka lebih kecil dibandingkan dengan Kt sehingga

efisiensinya kecil.

D. Performansi Penyiangan dan Pemanenan

Penyiangan merupakan salah satu tahapan dari budidaya kacang tanah. Penyiangan

dilakukan dua kali pada saat tanaman berumur 20 hari dan tinggi tanaman berkisar 25-30 cm.

Tabel 6. Persentase hasil penyiangan dan pemanenan traktor roda dua multipurpose.

Jenis tanah Persentase hasil penyiangan (%) Persentase hasil pemanenan (%)

Tanah vertisol 90,07 93,05

Tanah entisol 89,50 90,05

Dari Tabel 6 dapat kita lihat persentase hasil penyiangan dan pemanenan dengan

menggunakan alat. Persentase hasil penyiangan menggunakan mesin diperoleh hasil pada

lahan kering vertisol pada penyiangan 90,07 % dan pada pemanenan 93,05 %. Sedangkan

pada lahan kering entisol pada penyiangan 89,5 % dan pemanenan 90,05 %. Pada

pengamatan ini digunakan lahan kering vertisol dan entisol. Persentase hasil penyiangan dan

pemanenan lebih bagus pada lahan vertisol hal ini dikarenakan pada lahan vertisol tanahnya

(12)

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam analisis stabilitas traktor dilakukan tiga perlakuan kemiringan yaitu kemiringan

I, kemiringan II, kemiringan III, yang pada ketiga kemiringan tersebut kondisi traktor masih

stabil/tidak oleng dan aman bagi operator dalam pengoperasian traktor. Semakin besar

kapasitas kerja aktual maka semakin besar nilai efisiensi alat sebaliknya semakin semakin

besar kerja teoritis maka semakin kecil nilai efisiensi alat. Efisiensi kerja berdasarkan nilai Kt

dan Ka pada lahan entisol pada kecepatan pada persnelling III 54,5 % dan persnelling IV 52,6

% , pada lahan vertisol pada kecepatan persnelling III 60,7 % dan persnelling IV 58,9 %.

Umumnya pada lahan pertanian jenis tanah entisol, kadar tanah liat tinggi, dan konfigurasi

lahan yang fluktuatif/tidak seragam, menimbulkan slip yang besar pada laju traktor.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2003, Petunjuk Praktikum Mesin Produksi Pertanian, Lab. Daya dan Mesin

Pertanian FTP UGM, Yogyakarta

Braja M. Das, 1993, Mekanika Tanah Jilid 1 (Prinsip – Prinsip Rekayasa GeoTehnis),

Erlangga, Jakarta.

Ciptohadijoyo, S., 1998, Alat dan Mesin Pertanian I (Hand Out Kuliah), FTP UGM,

Yogyakarta.

Soedarmo, G.D., 1985. Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah, Universitas Merdeka, Malang.

Hanafiah, K.A., 2005, Dasar –Dasar Ilmu Tanah, PT Raja GrafindoPersada, Jakarta

Haryono, 1982, Mekanisasi Pertanian, C.V. Genep Jaya Baru, Jakarta

Kartika, I., 1994, Rancangan dan Uji Performansi Alat Pengepres Minyak Tanah Tipe Kempa

Hidrolik., Skripsi, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor

Sastrahidayat, I.R. dan Soemarmo, 1991, Budidaya Tanaman Tropis, Usaha Nasional,

Gambar

Gambar 1. Traktor roda dua multipurpose pengolahan kacang tanah
Tabel 1. Hasil pengamatan dan analisis stabilitas traktor
Tabel 2. Hasil pengamatan kecepatan berjalan traktor tanpa beban
Tabel 3. Hasil pengamatan kecepatan berjalan traktor dengan beban
+4

Referensi

Dokumen terkait

selanjutnya surat tersebut diproses oleh kepala dinas dan didisposisi kemudian bagian kepegawaian membuat surat cuti pegawai yang telah ditandatangani kepala dinas

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : usaha penggemukan temak sapi potong hasil lB jenis Simental yang

bahwa dalam rangka pelaksanaan ketentuan Pasal 84 Peraturan Daerah Kabupaten Sumedang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Sumedang,

bank akibat dari kegagalan kredit yang di berikan dalam arti bahwa dana yang telah di keluarkan untuk kredit kemudian kredit tersebut mengalami kemacetan, akan dapat kembali

Dampak positif yang diperoleh adalah bahwa OSCE dapat mengembangkan performa mahasiswa dalam melakukan keterampilan klinik, dapat mendorong mahasiswa untuk menghabiskan

Buku tersebut berisi tentang penjelasan Nadirsyah Hosen terhadap metode penafsiran Alquran beserta penjelasan yang ditulis oleh Nadirsyah berkaitan dengan tafsir

Kepala Puskesmas Gilingan juga memberikan kepercayaan serta ruang kepada seluruh pegawai untuk menyampaikan ide serta gagasan dalam proses pencapaian akreditasi

berdasar urutan nukleotida terhadap spesies mamalia air pembanding selanjutnya divisualisasikan dalam bentuk filogram menggunakan metode Neighbor joining dengan