• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tebu di Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka (PT. PG. Rajawali II Jatitujuh)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kesesuaian Lahan untuk Tanaman Tebu di Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka (PT. PG. Rajawali II Jatitujuh)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

i

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU DI KECAMATAN JATITUJUH KABUPATEN MAJALENGKA

(PT. PG. RAJAWALI II JATITUJUH)

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Geografi Fakultas Geografi

Oleh :

AYU TRI NASTITI E100130088

PROGRAM STUDI GEOGRAFI FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

1

KESESUAIAN LAHAN UNTUK TANAMAN TEBU DI KECAMATAN JATITUJUH KABUPATEN MAJALENGKA

(PT. PG. RAJAWALI II JATITUJUH) Abstrak

Kesesuaian lahan untuk tanaman tebu dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan kandungan pada tanah akibat pengolahan tanah yang kurang tepat. Tanaman tebu termasuk tanaman perkebunan semusim, sebagai salah satu bahan baku utama dalam industri gula. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka, dengan menentukan kesesuaian lahan berdasarkan pedoman klasifikasi kesesuaian lahan tanaman tebu. Penelitian ini yang bertujuan untuk : (1) Menganalisis kesesuaian lahan untuk tanaman tebu di Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka, (2) Mengetahui faktor pembatas dominan yang berpengaruh terhadap kesesuaian lahan untuk tanaman tebu di Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka. Metode penelitian yang digunakan adalah survei. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesesuaian lahan untuk tanaman tebu di daerah penelitian keseluruhannya merupakan kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2). Kelas kesesuaian lahan S2,r,f,a terdapat pada satuan lahan S-I-Al-Htn, S-I-Gl-Pmk, S-I-Al-Kbn, S-I-Gl-Kbn, S-I-Al-Swh, S-I-Gl-Swh, S-I-Al-Pmk, dengan luas wilayah 36,45 km2 atau sekitar 49% dari luas wilayah Kecamatan Jatitujuh. Kelas kesesuaian lahan S2,f,a terdapat pada satuan lahan S-II-Gr-Pmk, S-II-Gr-Kbn, S-II-La-Pmk, S-II-Gr-Swh, S-II-La-Swh, dengan luas wilayah 38,14 km2 atau sekitar 51% dari luas wilayah Kecamatan Jatitujuh. Lahan tersebut mempunyai faktor penghambat yang dapat mengurangi produktivitas tanaman. Faktor penghambat lebih dominan pada kedalaman perakaran yang kurang ideal, pH tanah sedang, dan waktu tumbuh.

Kata kunci :Tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman tebu, faktor pembatas. Abstract

Land suitability for sugar cane plant can be known by the change of content on soil due to improper soil tillage. Sugarcane plantations include seasonal plantation crops, as one of the main raw materials in the sugar industry. This research was conducted in District Jatitujuh Majalengka District, by determining the suitability of land based on land suitability guidelines of sugar cane fields. This research is suitable for: (1) Analyzing the suitability of land for sugar cane in Jatitujuh Sub-district of Majalengka Regency, (2) Knowing the dominant limiting factor that is heading for land suitability for sugar cane plantation in Jatitujuh Sub-district Majalengka Regency. The research method used is. The results showed that the suitability of the land for sugarcane in the research area was a suitably suitable land suitability class (S2). Land suitability class S2, r, f, exist on S-I-Al-Htn land, S-I-Gl-Pmk, S-I-Al-Kbn, S-I-Gl-Kbn, S-I-Al-Swh, S-I-Gl-Swh, S-I -Al-Pmk, with an area of 36.45 km2 or about 49% of the total area Jatitujuh District. Land suitability class S2, f, an entity in units of land Gr-Pmk, Gr-Kbn,

(6)

S-II-2

La-Pmk, S-II-Gr-Swh, S-II- Swh, with an area of 38.14 km2 or about 51% of the

total area Jatitujuh District. This land has an inhibiting factor that can reduce crop productivity. The inhibiting factor is more dominant at less ideal root depth, moderate soil pH, and growing time.

Keywords: Land suitability level for sugar cane plant, limiting factor. 1. PENDAHULUAN

Secara geografis Kecamatan Jatitujuh terletak di sebelah utara Kabupaten Majalengka, dengan batas-batas wilayahnya:

1) Sebelah selatan, berbatasan dengan Kecamatan Dawuan.

2) Sebelah barat, berbatasan dengan Kecamatan Kertajati.

3) Sebelah utara, berbatasan dengan Kabupaten Indramayu.

4) Sebelah timur, berbatasan dengan Kecamatan Ligung.

Kecamatan Jatitujuh mempunyai luas wilayah 73,66 Km2, yang berarti Kecamatan Jatitujuh hanya sekitar 6,12 % dari luas wilayah Kabupaten

Majalengka (yaitu kurang lebih 1.204,24 Km2) dengan memiliki 4 jenis tanah

yaitu tanah alluvial, tanah glei, tanah podsolik, tanah grumosol. Kesesuaian lahan untuk tanaman tebu dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan kandungan pada tanah akibat pengolahan tanah yang kurang tepat.Tanaman tebu termasuk tanaman perkebunan semusim, sebagai salah satu bahan baku utama dalam industri gula.Tanaman tebu dapat diolah menjadi gula, dan tubuh manusia memerlukan asupan gula cukup yang dirombak dalam bentuk energi. Oleh sebab itu, gula merupakan salah satu hasil pertanian bermanfaat sebagai sumber energi yang dibutuhkan oleh manusia.

Tabel 1. Luas Penggunaan Lahan dan Hasil Produksi Tanaman Tebu Tahun 2006-2015 Tahun Luas Panen (Ha) Produksi (Ton) 2006 8.015,10 504.360 2007 8.073,00 570.425 2008 8.231,85 420.515 2009 7.166,10 340.047 2010 8.461,50 654.760 2011 7.653,29 395.241

(7)

3

2012 8.394,52 483.782

2013 8.219,83 502.598

2014 8.625,31 402.329

2015 8.343,10 489.203

Sumber : PT. PG. Rajawali II Jatitujuh Majalengka

Berdasarkan data penggunaan lahan dan hasil produksi tanaman tebu di Kecamatan Jatitujuh tahun 2006 - 2015 menunjukkan bahwa produksi tanaman tebu tahun 2009 dengan luas panen 7.166,10 hektar dan produksi 340.047 ton merupakan panen yang terendah. Jika dibandingkan dengan tahun 2010 merupakan hasil produksi tanaman tebu yang tertinggi dengan luas panen 8.461,50 hektar dan produksi 654.760 ton. Hingga di tahun 2015, hasil produksi tanaman tebu mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya. Dari sini dapat dilihat bahwasannya tanaman tebu di Kecamatan Jatitujuh tidak stabil. Dari tahun ke tahun daerah penelitian ini mengalami pengurangan jumlah luas tanam alhasil produksi tebu pun sedikit. Kualitas budidaya tanaman ditengarai sebagai salah satu penyebab merosotnya produktivitas gula. Pada dasarnya tebu dapat tumbuh baik di berbagai jenis tanah yang dapat menjamin kecukupan unsur hara dan air (namun tidak tergenang).

2. METODE PENELITIAN

Metode penelitian ini menggunakan metode survei serta melakukan analisis laboratorium. Metode pengambilan sampel di daerah penelitian menggunakan

purposive sampling dengan menentukan sampel yang dipilih sendiri secara cermat, titik sampel dipilih berdasarkan satuan lahan. Metode pengumpulan data menggunakan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan secara langsung dilapangan dan hasil analisis laboratorium. Data sekunder diperoleh dari instansi.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian secara langsung dilapangan dan hasil uji laboratorium dengan pengambilan 4 sampel tanah menurut jenis tanah dan menganalisis bentuk satuan lahan guna mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman

(8)

4

tebu dan faktor pembatas yang menghambat kesesuaian lahan untuk tanaman tebu di daerah penelitian tersebut. Berikut hasil penelitian yang dilakukan:

3.1 Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu

Kesesuaian lahan lebih menekankan pada kesesuaian lahan untuk jenis tanaman tertentu. Kesesuaian lahan untuk tanaman tebu dapat dipengaruhi oleh adanya perubahan kandungan pada tanah akibat pengolahan tanah yang kurang tepat. Tanah yang mempunyai kualitas tinggi selain dapat meningkatkan produksi tanaman tebu juga dapat mengefisienkan fungsi unsur hara di dalam tanaman. Sering terjadi perbedaan antara lahan satu dengan lahan yang lainnya untuk dapat menumbuhkan suatu tanaman. Hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan karakteristik dari lahan tersebut.

Tabel 2. Satuan Lahan Daerah Penelitian

Satuan Lahan Bentuk

Lahan Jenis Tanah Kemiringan Lereng Penggunaan Lahan

S - I -Al - Htn Fluvial Aluvial 0-3% Hutan

S - II - Gr - Pmk Fluvial Grumosol 3-8% Pemukiman

S - I - Gl -Pmk Fluvial Glei 0-3% Pemukiman

S - I -Al - Kbn Fluvial Aluvial 0-3% Kebun

S - I - Gl - Kbn Fluvial Glei 0-3% Kebun

S - II - Gr - Kbn Fluvial Grumosol 3-8% Kebun

S - II - La - Kbn Fluvial Latosol 3-8% Kebun

S - I -Al - Swh Fluvial Aluvial 0-3% Sawah

S - I - Gl - Swh Fluvial Glei 0-3% Sawah

S - II - La - Pmk Fluvial Latosol 3-8% Pemukiman

S - I -Al - Pmk Fluvial Aluvial 0-3% Pemukiman

S - II - Gr - Swh Fluvial Grumosol 3-8% Sawah

S - II - La - Swh Fluvial Latosol 3-8% Sawah

(9)

5

Kecamatan Jatitujuh berada pada ketinggian kurang dari 50 mdpl, kemiringan lereng 0-15% termasuk relief datar, dan daerah penelitian memiliki bentuk lahan fluvial (dataran alluvial). Memperoleh satuan lahan dengan tumpang susun dari peta bentuk lahan, peta lereng, peta jenis tanah dan peta penggunaan lahan skala 1:70.000. Kelas kesesuaian lahan di daerah penelitian keseluruhannya termasuk dalam kategori kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2) yang mempunyai pembatas agak berat untuk penggunaan yang lestari. Kelas kesesuaian lahan S2,r,f,a terdapat pada satuan lahan S-I-Al-Htn, Pmk, S-I-Al-Kbn, S-I-Gl-Kbn, S-I-Al-Swh, S-I-Gl-Swh, S-I-Al-Pmk, dengan luas wilayah 36,45 km2 atau sekitar 49% dari luas wilayah Kecamatan Jatitujuh. Kelas kesesuaian lahan S2,f,a terdapat pada satuan lahan Pmk, S-II-Gr-Kbn, S-II-La-Pmk, S-II-Gr-Swh, S-II-La-Swh, dengan luas wilayah 38,14 km2 atau sekitar 51% dari luas wilayah Kecamatan Jatitujuh.

3.2 Faktor Pembatas Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Tebu

Faktor pembatas yang mempengaruhi kesesuaian lahan di daerah penelitian yaitu pada waktu tumbuh, kondisi perakaran dan pH tanah.

3.2.1. Waktu Tumbuh

Umur tanaman tebu hingga siap panen mencapai kurang lebih 11 - 14 bulan tergantung varitesnya. Tanaman ini memerlukan 8 – 9 bulan masa vegetatifnya dan 2 - 4 bulan masa generative. Masa vegetative tebu adalah pada fase perkecambahan (30 - 45 hari dari umur 0 – 5 minggu), pertunasan (75 hari dari umur 5 – 3 bulan) dan pemanjangan batang (120 – 150 hari dari umur 3 – 9 bulan). Sedangkan masa generative tebu adalah masa kemasakan (3 - 4 bulan dari umur 9 – 14 bulan). Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan bahwa waktu tumbuh di daerah penelitian termasuk cukup sesuai (S2).

3.2.2. Kedalaman Perakaran

Makin dalam solum tanah memungkinkan pertumbuhan akar baik sehingga dapat mengambil air dan hara dengan baik. Berdasarkan

(10)

6

penelitian di lapangan bahwa kedalaman efektif tanah/kedalaman perakaran lahan tebu adalah 63-97cm maka dalam kelas kesesuaian lahan di daerah penelitian termasuk sangat sesuai (S1) dan cukup sesuai (S2). Sangat sesuai (S1) tersebar di satuan lahan S-II-Gr-Pmk, S-II-Gr-Kbn, S-II-La-Kbn, S-II-La-Pmk, S-II-Gr-Swh, S-II-La-Swh. Cukup sesuai tersebar disatuan lahan Htn, S-I-Gl-Pmk, S-I-Al-Kbn, S-I-Gl-S-I-Al-Kbn, S-I-Al-Swh, S-I-Gl-Swh, S-I-Al-Pmk.

3.2.3. pH Tanah

pH tanah yang paling sesuai untuk tebu berkisar antara 5,5 – 7,0, namun masih toleran pada kisaran 4,5 – 8,5. Berdasarkan hasil analisis laboratorium pH tanah di daerah penelitian berkisar 5,4 – 4,5 yang termasuk kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2).

Tabel 3. Data Hasil Laboratorium di Kecamatan Jatitujuh Kabupaten Majalengka

No Satuan Lahan Tekstur

Unsur Hara (f) Unsur Hara (n) Keracunan

(x) KTK (me/100g tanah) pH tanah Ntotal P2O5 K2O Salinitas (dS m-1) 1 S II Gr Kbn Liat 52.57 4.64 0.7 47.68 24.1 0.035 2 S II La Kbn Liat 89.12 4.51 1.11 51.52 31.33 0.042 3 S I Al Swh Lempung Berliat 52.86 5.05 1.1 66.86 19.28 0.071 4 S I Gl Swh Lempung Berliat 47.95 4.46 1.07 43.3 21.69 0.039 Sumber : Penulis, 2018

(11)

7 4. PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Kesesuaian lahan di daerah penelitian keseluruhannya termasuk dalam kategori kelas kesesuaian lahan cukup sesuai (S2). Kelas kesesuaian lahan S2,r,f,a terdapat pada satuan lahan Al-Htn, Gl-Pmk, Al-Kbn, S-I-Gl-Kbn, S-I-Al-Swh, S-I-Gl-Swh, S-I-Al-Pmk, dengan luas wilayah 36,45 km2 atau sekitar 49% dari luas wilayah Kecamatan Jatitujuh. Kelas kesesuaian lahan S2,f,a terdapat pada satuan lahan Pmk, S-II-Gr-Kbn, S-II-La-Pmk, S-II-Gr-Swh, S-II-La-Swh, dengan luas wilayah 38,14 km2 atau sekitar 51% dari luas wilayah Kecamatan Jatitujuh.

Lahan tersebut mempunyai faktor penghambat yang dapat mengurangi produktivitas tanaman. Faktor penghambat lebih dominan pada kedalaman perakaran yang kurang ideal, pH tanah sedang, dan waktu tumbuh.

4.2. Saran

Dalam pengambilan sampel guna mengetahui tingkat kesesuaian lahan untuk

tanaman tebu sebaiknya menggunakan metode purposive sampling dengan

menentukan sampel yang dipilih sendiri selain itu lebih mudah dan lebih murah dalam segi biaya. Lahan yang kurang baik perlu adanya perbaikan lahan sebab akan menjadi faktor utama dalam penentu sekaligus faktor pembatas produktivitas tebu.

DAFTAR PUSTAKA

Widiatmaka, S, Hardjowigeno. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan

Winarso, Sugeng 2005. Kesuburan Tanah Dasar Kesehatan dan Kualitas Tanah. Yogyakarta: Gava Media.

Sitorus, Santun R.P. 1998. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Tarsito.

Apridayanti. 2016. Analisis Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Padi Sawah dan Kedelai di Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten. Skripsi Sarjana Surakarta: Fakultas Geografi UMS.

Widiatmaka, S, Hardjowigeno. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan & Perencanaan Tataguna Lahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(12)

8

Ritohardoyo Su. 2013. Penggunaan dan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Penerbit Ombak (Angota IKAPI).

Hermon Dedi. Geografi Bencana Alam. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Yunianto, T dan S. Woro. 1991. Kesesuaian Lahan, Kursus Evaluasi Sumberdaya Lahan. Fakultas Geografi, Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

Arsyad S. 1989. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor.

Taryono. 2002. Potensi Lahan dan Perencanaan Tata Ruang. Surakarta: Universitas Muhammadiyah Surakarta

Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Jakarta: PT. Bumi Aksara Jamulya dan Suratman Woro Suprojo. 1983. Pengantar geografi tanah.

Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada

PT. PG. Rajawali II Jatitujuh. Data Luas Penggunaan Lahan dan Hasil Produksi Tanaman Tebu Tahun 2006-2015. Majalengka

Bintarto, R dan Surastopo Hadi sumarmo. Metode Analisis Geografi. 1982. Jakarta: LP3ES

Nazir Moh. Metode Penelitian. 2005. Bogor Selatan: Ghalian Indonesia

Tjasyono Bayong. 1987. Iklim dan Lingkungan. Jakarta : PT Cendekia Jaya Utama

Gambar

Tabel 2. Satuan Lahan Daerah Penelitian
Tabel  3.  Data  Hasil  Laboratorium  di  Kecamatan  Jatitujuh  Kabupaten  Majalengka

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian menunjukkan bahwa daerah Kecamatan Teluk Batang terdiri atas satu satuan bentuk lahan yang dapat dibagi menjadi dua belas satuan lahan, dan

Untuk menentukan kelas dan sub kelas kesesuaian lahan bagi tanaman tebu diperlukan data persyaratan tumbuh yang meliputi: drainase lahan, pH tanah, kemiringan

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa semua Satuan Peta Tanah (SPT) di Kecamatan Jatisrono memiliki kelas kesesuaian lahan aktual S3 (sesuai marginal) dengan

Titik Pengambilan Sampel tanah di Kecamatan Hamparan Perak... Peta Administrasi Kecamatan

Untuk menentukan kelas dan sub kelas kesesuaian lahan bagi tanaman tebu diperlukan data persyaratan tumbuh yang meliputi: drainase lahan, pH tanah, kemiringan

Kondisi hara tersedia yang menentukan kesesuaian lahan untuk tanaman tebu diterangkan sebagai berikut: Hasil analisis sampel tanah di laboratorium menunjukkan

terdiri dari sub menu MPE untuk pemilihan alternatif produk turunan tebu dan sub menu AHP untuk pembobotan kriteria dan pengembangan strategi diversifikasi tebu, menu

Menurut Menurut Ghojali (2005) mengemukakan bahwa analisis deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar