• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK SAMPING OBAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "EFEK SAMPING OBAT"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK SAMPING

OBAT

A. Efek Samping Obat

Pengertian Efek Samping Obat

Efek samping obat menurut WHO adalah tiap respon terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan, yang terjadi pada dosis yang digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi.

Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran.

Interaksi obat juga merupakan salah satu penyebab efek samping. Hal ini terjadi ketika tenaga kesehatan (dokter, apoteker, perawat) lalai dalam memeriksa obat yang dikonsumsi oleh pasien, sehingga terjadi efek-efek tertentu yang tidak diharapkan di dalam tubuh pasien. Bertambah parahnya penyakit pasien yang dapat berujung kematian merupakan kondisi yang banyak terjadi di seluruh dunia akibat interaksi obat ini.

Interaksi ini dapat terjadi antar obat atau antara obat dengan makanan/minuman. Bahkan tanaman yang digunakan dalam pengobatan alternatif yang disangka aman oleh sebagian besar masyarakat juga dapat berinteraksi dengan obat lainnya. Contohnya adalah tanaman St. John's wort (Hypericum perforatum), yang digunakan untuk pengobatan depresi sedang. Tanaman ini menyebabkan peningkatan enzim sitokrom P450 yang berperan dalam metabolisme dan eliminasi banyak obat-obatan di tubuh, sehingga pasien yang mengkonsumsi St John's wort akan mengalami pengurangan kadar obat lain dalam darah yang digunakan bersamaan.

Obat, selain memberikan efek terapi yang diharapkan, juga dapat memberikan efek yang tidak diinginkan yaitu efek samping obat, atau “adverse drug reaction”. Efek samping merupakan efek sekunder, efek yg tidak diinginkan, dapat diprediksi. Kedua efek muncul dengan frekuensi dan durasi yang berbeda pada setiap individu, tergantung dari dosis obat, frekuensi penggunaan, cara pakai, kondisi fisik, dan faktor genetis sang pengguna.

(2)

Hampir sebagian besar obat memiliki efek samping karena jarang sekali obat yang beraksi cukup selektif pada target aksi tertentu. Suatu obat bisa bekerja pada suatu reseptor tertentu yang terdistribusi luas dalam berbagai jaringan di tubuh. Sehingga walaupun sasarannya adalah reseptor pada pembuluh darah jantung misalnya, ia bisa juga bekerja pada reseptor serupa yang ada di saluran nafas, sehingga menghasilkan efek yang tak diinginkan pada saluran nafas. Contohnya, obat anti hipertensi propanolol dapat memicu serangan sesak nafas pada pasien yang punya riwayat asma. Misalnya Digitalis : meningkatkan konstraksi miokard, Efek sampingnya: mual, muntah.

Semakin selektif suatu obat terhadap target aksi tertentu, semakin kecil efek sampingnya. Dan itulah yang kemudian dilakukan pada ahli produsen obat untuk membuat suatu obat yang semakin selektif terhadap target aksi tertentu, sehingga makin kurang efek sampingnya.

Efek samping tidak dapat dihindari atau dihilangkan sama sekali, tetapi dapat ditekan atau dicegah seminimal mungkin dengan menghindari factor-faktor resiko yang sebagian besar sudah diketahui.

Efek Samping Obat Dapat Dibagi Menjadi 2 Yaitu : 1) Efek samping yang dapat diperkirakan

a. Efek farmakologik yang berlebihan

Terjadinya efek farmakologik yang berlebihan (disebut juga efek toksik) dapat disebabkan karena dosis relative yang terlalu besar bagi pasien yang bersangkutan. Keadaan ini dapat terjadi karena dosis yang diberikan memang besar, atau karena adanya perbedaan respons kinetic atau dinamik pada kelompok-kelompok tertentu, contoh pada pasien dengan gangguan faal ginjal, gangguan faal jantung, perubahan sirkulasi darah, usia, genetic dsb., sehingga dosis yang diberikan dalam takaran lazim, menjadi relative terlalu besar pada pasien-pasien tertentu. Selain itu efek ini juga bias terjadi karena interaksi farmakokinetik maupun farmakodinamik antar obat yang diberikan bersamaan, sehingga efek menjadi lebih besar. Efek samping jenis ini umunya dijumpai pada pengobatan dan depresansia susunan saraf pusat.

(3)

Gejala penghentian obat adalah munculnya kembali gejala penyakit semula atau reaksi pembalikan terhadap efek farmakologik obat, karena penghentian pengobatan. Contoh :

1. Agitasi ekstrim,takikardi, rasa bingung, delirium dan konvulasi ang mungkin terjadi pada penghentian pengobatan dengan depresansia susunan saraf pusat seperti barbitrat, benzodiazepine dan alkohol.

2. Krisis Addison akut yang muncul karena penghentian terapi kortikosteroid,hipertensi berat dan gejala aktivitas simpatetik yang berlebihan karena penghentian terapi klonidin,gejala putus obat karena narkotika.

Reaksi putus obat ini terjadi karena selama pengobatan telah berlangsung adaptasi pada tingkat reseptor. Adaptasi ini menyebabkan toleransi terhadap efek farmakologik obat,sehingga umumnya pasien memerlukan dosis yang makin lama makin besar (sebagai contoh berkurangnya respons penderita epilepsy terhadap fenobarbital/fenitoin,sehingga dosis perlu diperbesar agar serangan tetap terkontrol). Reaksi putus obat dapat dikurangi dengan cara menghentikan pengobatan secara bertahap misalnya dengan penurunan dosis secara berangsur-angsur, atau dengan menggantikan dengan obat sejenis ang mempunyai aksi lebih panjang atau kurang poten,dengan gejala putus obat yang lebih ringan.

c. Efek samping yang tidak berupa efek farmakologik utama

Efek-efek samping yang berbeda dari efek farmakologik utamnya,untuk sebagian besar obat umumnya telah dapat diperkirakan berdasarkan penelitian- penelitian ang telah dilakukan secara sistematik sebelum obat mulai digunakan untuk pasien. Efek-efek ini umumna dalam derajad ringan namun angka kejadiannya bias cukup tinggi. Sedangkan efek samping yang lebih jarang dapat diperoleh dari laporan-laporan setelah obat dipakai dalam populasi yang lebih luas. Data efek samping berbagai obat dapat ditemukan dalam buku-buku standard,umumnya lengkap dengan perkiraan angka kejadiannya. Sebagai contoh misalnya:

(4)

1. Iritasi lambung yang menyebabkan keluhan pedih, mual dan muntah pada obat-obat kortikosteroid oral, analgetika-antipiretika, teofilin, eritromisin, rifampisin

2. Rasa ngantuk (drowsiness) setelah pemakaian antihistaminika untuk anti mabok perjalanan (motion sickness)

3. Kenaikan enzim-enzim transferase hepar karena pemberian rifampisin 4. Efek teratogenik obat-obat tertentu sehingga obat tersebut tidak boleh

diberikan pada wanita hamil.

5. Penghambatan agregasi trombosit oleh aspirin ,sehingga memperpanjang waktu pendarahan

6. Ototoksisitas karena kinin/kinidin 2) Efek samping yang tidak dapat diperkirakan

a. Reaksi alergi

Alergi obat atau reaksi hipersensitivitas merupakan efek samping ang terjadi, dan terjadi akibat reaksi imunologik. Reaksi ini tidak dapat diperkirakan sebelumnya ,seringkali sama sekali tidak tergantung dosis dan terjadi pada sebagian kecil dari populasi yang menggunakan suatu obat. Reaksinya dapat bervariasi dari bentuk yang ringan seperti reaksi kulit eritama sampai yang paling berat berupa sok anafilaksi yang bias fatal. Reaksi alergi dapat dikenali berdasarkan sifat-sifat khasna, yaitu:

1. Gejalana sama sekali tidak sama dengan efek farmakologinya

2. Seringkali terdapat tenggang waktu antara kontak pertama terhadap obat dengan timbulnya efek

3. Reaksi dapat terjadi pada kontak ulangan, walaupun hana dengan sejumlah sangat kecil obat

4. Reaksi obat hilang bila obat dihentikan

5. Keluhan/gejala ang terjadi dapat ditandai sebagai reaksi imunologik, misalna rash (ruam) di kulit

6. Serum sickness, anafilaksis, asma, urtikaria, angio-edema, dll. b. Reaksi karena faktor genetik

Pada orang-orang tertentu dengan variasi atau kelainan genetic, suatu obat mungkin member efek Farmakologik ang berlebihan. Efek obatnya sendiri dapat diperkirakan, namun subjek yang mempunyai kelainan genetik seperti ini yang mungkin sulit dikenali tanpa pemeriksaan spesifik (yang juga tidak mungkin dilakukan pada pelayanan kesehatan rutin) sebagai contoh misalnya:

(5)

1. Pasien ang menderita kekurangan pseudokolinesterase herediter tidak dapat memetabolasime uksinilkolin (suatu pelemas otot), sehingga bila diberikan obat ini mungkin akan menderita paralisis dan apnea yang berkepanjangan.

2. Pasien yang mempunyai kekurangan enzim G6PD (glukosa-6-fosfat dehidrogenase) mempunyai potensi untuk menderita anemia hemolitika akut pada pengobatan dengan primakuin, sulfonamide dan kinidin.

Kemampuan metabolism obat suatu individu juga dapat dipengaruhi oleh faktor genetik . Contoh yang paling popular adalah perbedaan metabolism isoniazid, hidralazin dan prokainamid karena adana peristiwa polimorfisme dalam proses asetilasi obat-obat tersebut. Berdasarkan sifat genetik yang dimiliki, populasi terbagi menjadi 2 kelompok akni individu-individu yang mampu mengasetilasi secara cepat (aselitator cepat) dan individu-individu yang mengasetilasi secara lambat (aselitator lambat). Di Indonesia, 65% dari populasi adalah asetilator cepat, sedangkan 35% adalah asetilator cepat, sedangkan 35% adalah asetilator lambat. Pada kelompok-kelompok etnik/sub-etnik lain, proporsi distribusi ini berbeda-beda. Efek samping umumnya lebih banyak dijumpai pada asetilator lambat dari pada asetilator cepat. Sebagai contoh misalnya:

1. Neuropati perifer karena isoniazid lebih banyak dijumpai pada asetilator lambat.

2. Sindroma lupus karena hidralazin atau prokainamid lebih sering terjadi pada asetilator lambat.

Pemeriksaan untuk menentukan apakah seseorang termasuk dalam kelompok asetilator cepat atau lambat Sampai saat ini belum dilakukan sebagai kebutuhan rutin dalam pelayanan kesehatan, namun sebenarnya prosedur pemeriksaanya tidak sulit.dan dapat dilakukan di laboratorium Farmakologi.

c. Reaksi idiosinkratik

Istilah idiosinkratik digunakan untuk menunjukan suatu kejadian efek samping yang tidak lazim, tidak di harapkan atau aneh ,yang tidak dapat diterangkan atau di perkirakan mengapa biasa terjadi. Untungnya reaksi idiosinkratik ini relatif sangat jarang terjadi.beberapa contoh misalnya :

(6)

1. Kanker pelvis ginjal yang dapat diakibatkan pemakaian analgetika secara serampangan

2. Kanker uterus yang dapat terjadi karena pemakaian estrogen jangka lama tanpa pemberian progestin sama sekali

3. Obat-obat imunosupresi dapat memacu terjadinya tumor limfoid

4. Preparat-preparat besi intramuskuler dapat menyebabkan sarcomata pada tempat penyuntikan

Kanker tiroid yang mungkin dapat timbul pada pasien-pasien yang pernah menjalani perawatan iodium-radioaktif sebelumnya

Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Efek Samping Obat a. Faktor bukan obat

Faktor-faktor pendorong yang tidak berasal dari obat antara lain adalah:

1. Intrinsik dari pasien, yakni umur, jenis kelamin, genetik, kecenderungan untuk alergi, penyakit, sikap dan kebiasaan hidup

2. Ekstrinsik di luar pasien, yakni dokter (pemberi obat) dan lingkungan, misalnya pencemaran oleh antibiotika

b. Faktor obat

1. Intrinsik dari obat, yaitu sifat dan potensi obat untuk menimbulkan efek samping

2. Pemilihan obat

3. Cara penggunaan obat 4. Interaksi antar obat

Berikut Ini Adalah Contoh Dari Efek Samping Obat Yang Biasanya Terjadi 1. Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane.

2. Pendarahan usus, akibat Aspirin.

3. Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2. 4. Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin. 5. Kematian, akibat Propofol.

6. Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon.

7. Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik. 8. Diare, akibat penggunaan Orlistat.

9. Disfungsi ereksi, akibat antidepresan. 10. Demam, akibat vaksinasi.

11. Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid.

12. Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia.

13. Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan.

(7)

14. Kerusakan hati akibat Parasetamol.

15. Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin. 16. Stroke atau serangan jantung akibat penggunaan Sildenafil (Viagra).

17. Bunuh diri akibat penggunaan Fluoxetine, suatu antidepresan B. Tanda dan Gejala Yang Timbul

Tanda dan gejala dari efek samping obat ada 2 yaitu :

1. Tanda dan gejala yang timbul karena efek samping obat yang dapat diperkirakan yaitu, pedi, mual, muntah dan rasa ngantuk

2. Tanda dan gejala yang timbul karena efek samping obat yang tidak dapat diperkirakan yaitu:

a) Gatal-gatal b) Syok anafilaksis.

c) Demam, Umumnya dalam derajad yang tidak terlalu berat, dan akan hilang dengan sendirinya setelah penghentian obat beberapa hari. d) Ruam kulit (skin rashes), dapat berupa eritema (kulit berwarna merah),

urtikaria (bengkak kemerahan), fotosensitifitasi.

e) Penyakit jaringan ikat, merupakan gejala lupus eritematosus sistemik, kadang-kadang melibatkan sendi.

f) Gangguan sistem darah, trombositopenia, neutropenia (atau agranulositosis), anemia hemolitika, dan anemia aplastika. merupakan efek yang kemungkinan akan dijumpai, meskipun angka kejadiannya mungkin relatif jarang.

g) Gangguan pernafasan. Asma akan merupakan kondisi yang sering dijumpai, terutama karena aspirin. Pasien yang telah diketahui sensitif terhadap aspirin kemungkinan besar juga akan sensitif terhadap analgetika atau antiinflamasi lain.

Tanda dan gejala efek samping pemberian obat amoksisilin

Efek samping amoksisilin yang paling serius dan berbahaya adalah timbulnya reaksi anafilaksis. Reaksi anafilaksis didefinisikan sebagai reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang mengancam jiwa, yang muncul akibat reaksi obat yang diberikan secara internal maupun secara oral. Sekitar 1500 pasien meninggal setiap tahun karena reaksi anafilaksis di Amerika Serikat.

(8)

1. Tanda dan gejala reaksi anafilaktik mulai muncul dalam waktu 72 jam setelah eksposur.

2. Tanda awal terlihat pada kulit berupa gatal-gatal, ruam kulit, serta kulit memerah. Demam sering pula muncul mengiringi ruam kulit.

3. Pembengkakan bibir, lidah dan/atau tenggorokan juga terlihat sebagai cara tubuh merespon dan melawan peradangan.

4. Tekanan pernapasan dalam bentuk kesulitan bernafas, sesak napas, dan mengi.

5. Beberapa pasien mungkin juga mengeluhkan masalah pencernaan seperti kram perut yang parah, nyeri perut, diare.

6. Efek serius lain yang mungkin terjadi jika tindakan tidak segera diambil meliputi kejang arteri koroner yang bisa menyebabkan myocardial infarction.

7. Akibatnya, terdapat resiko penurunan mendadak tekanan darah yang menyebabkan pusing, kelelahan, bersama dengan hilangnya kesadaran.

C. Cara Mengatasi dan Mencegahnya  Cara Mengatasi Efek Samping Obat

Segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping. Bukanlah tindakan yang tepat bila mengatasi efek samping dengan menambah konsumsi obat untuk mengobati efek yang timbul tanpa disertai dengan penghentian obat yang dicurigai berefek samping. Hal ini justru akan bernilai tidak efektif , dan efek samping tetap terus terjadi.

Upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi penderita. Pada bentuk-bentuk efek samping tertentu diperlukan penanganan dan pengobatan yang spesifik. Misalnya untuk syok anafilaksi (suatu reaksi alergi) diperlukan pemberian adrenalin dan obat serta tindakan lain untuk mengatasi syok. Contoh lain misalnya pada keadaan alergi, diperlukan penghentian obat yang dicurigai, pemberian antihistamin atau kortikosteroid (bila diperlukan)  Cara Mencegah

(9)

Agar kejadian efek samping dapat ditekan serendah mungkin, selalu dianjurkan untuk melakukan hal-hal berikut:

1. Selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri.

2. Baca dosis dan aturan pakai penggunaan obat sesuai dengan yang tertera di leafleat atau yang diresepkan dokter.

3. Pergunakan obat sesuai indikasi yang jelas dan tepat sesuai yang tertera di leafleat atau yang diresep dokter.

4. Hindari pengobatan dengan berbagai jenis obat dan kombinasi sekaligus. 5. Beritahukan ke dokter apabila anda sedang hamil, menyusui, alergi obat

tertentu, memiliki penyakit diabetes, penyakit ginjal atau liver, sedang meminum obat lain atau suplemen herbal

6. Berikan perhatian khusus terhadap dosis dan respons pengobatan pada: anak dan bayi, usia lanjut, dan pasien-pasien yang juga menderita gangguan ginjal, hepar dan jantung. Pada bayi dan anak efek samping seringkali sulit dideteksi karena kurangnya kemampuan komunikasi.

7. Mintalah dokter mengevaluasi penggunaan obat dalam jangka panjang D. Bahaya Penggunaan Atau Pemberian Obat Pada Pasien

Berikut adalah bahaya penggunaan atau pemberian obat pada pasien: a. Reaksi anafilaktik

Ditandai syok anafilaktik (bahkan meninggal) dengan urtikaria akut, edema larings, asma akut, hipotensi. Obat yang menyebabkan reaksi anafilaktik paling sering adalah penisilin, dekstran, kantras beryodium (radiologi), tiopenton, relaksan otot.

b. Reaksi Sitotoksik

Reaksi ini ditandai penghancuran seldarah merah dan trombosit. Contoh reaksi ini adalah penyakit hemolitik pada neonates, reaksi transfuse darah, anemia hemolitik tertentu, purpura akibat obat, agranulositosis akibat obat. Obat penyebab yang paling sering adalah penisilin, sefalotin, quinidine, rifampicin, metildopa.

(10)

Tipe ini jarang ditemukan, ditandai oleh demam, urtikaria, arthralgia, trombi, hemoragi, nefritis, artritis rheumatoid. Obat penyebab yang paling sering : 1. Penisilin 2. Sulfonamide 3. Streptomisin 4. Hidralazin 5. Tiourasil 6. Isoniazid 7. Rifampisin

d. Reaksi Hipersensitivitas Tertunda

Paling sering, berupa dermatitis kontak, reaksi penolakan, reaksi autoimun.

KESIMPULAN

Obat, selain memberikan efek terapi yang diharapkan, juga dapat memberikan efek yang tidak diinginkan yaitu efek samping obat, atau “adverse drug reaction”. Efek samping merupakan efek sekunder, efek yg tidak diinginkan, dapat diprediksi. Kedua efek muncul dengan frekuensi dan durasi yang berbeda pada setiap individu, tergantung dari dosis obat, frekuensi penggunaan, cara pakai, kondisi fisik,

(11)

dan faktor genetis sang pengguna. Jadi efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat, seperti halnya efek obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada organ sasaran.

Efek samping obat ada dua yaitu, efek samping yang dapat diperkirakan dan efek samping yang tidak dapat diperkirakan. Efek samping yang dapat diperkirakan ada tiga yaitu, efek farmakologik yang berlebihan, gejala penghentian obat, dan efek samping yang tidak berupa efek farmakologik utama . sedangkan efek samping yang tidak dapat diperkirakan yaitu, reaksi alergi, reaksi karena faktor genetic dan reaksi idiosinkratik.

Tanda dan gejala dari efek samping obat yaitu tanda dan gejala yang timbul karena efek samping obat yang dapat diperkirakan yaitu, pedi, mual, muntah dan rasa ngantuk dan tanda dan gejala yang timbul karena efek samping obat yang tidak dapat diperkirakan yaitu, gatal-gatal, syok anafilaksis, demam, ruam kulit, penyakit jaringan ikat, dan gangguan pernafasan

Efek samping obat dapat diatasi dengan cara segera hentikan semua obat bila diketahui atau dicurigai terjadi efek samping dan upaya penanganan klinik tergantung bentuk efek samping dan kondisi penderita. Cara mencegah efek samping obat salah satunya adalah selalu harus ditelusur riwayat rinci mengenai pemakaian obat oleh pasien pada waktu-waktu sebelum pemeriksaan, baik obat yang diperoleh melalui resep dokter maupun dari pengobatan sendiri.

Bahaya penggunaan atau pemberian obat pada pasien ada empat, yaitu reaksi anafilaktik, reaksi sitotoksik, reaksi kompleks imun, dan reaksi hipersensitivitas tertunda.

DAFTAR PUSTAKA

Muttaqin, M.Miftahul . 2014. Makalah Kimia Farmasi : Efek

Samping Obat

http://iftahal- muttaqin.blogspot.com/2014/11/makalah-kimia-farmasi-efek-samping-obat.html (diakses pada tanggal 7 April 2015 pukul 16.00 WITA)

(12)

Moretha , Rina. 2013. Tips Menghindari Efek Samping Obat. http://www.husadautamahospital.com/artikel_57.php (diakses pada tanggal 7 April 2015 pukul 16.35 WITA)

Widati, Alfa. 2014 Efektifitas Obat.

https://www.academia.edu/9405649/efek_obat (diakses pada tanggal 7 April 2015 pukul 17.05 WITA)

A, Yusnita. 2011. Efek Samping Obat. http://kumpulan-farmasi.blogspot.com/2011/01/efek-samping-obat.html

(diakses pada tanggal 7 April 2015 pukul 17.35 WITA)

Hermansyah, Heri dan Ramadhy, Asep Sufyan. 2011. Perawat Dan Pemakaian Obat Secara Rasion http://www.stikku.ac.id/wp- content/uploads/2011/02/PERAWAT-DAN-PEMAKAIAN-OBAT-SECARA-RASIONAL.pdf (diakses pada tanggal 8 April 2015 pukul 05.07 WITA)

http://www.amazine.co/22703/antibiotik-5-efek-samping-amoksisilin/ (diakses pada tanggal 8 April 2015 pukul 05.20 WITA)

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, kalangan feminis menyimpulkan bahwa hadis yang menjelaskan perbandingan dalam kesaksian antara perempuan dan laki-laki (2:1) bersifat khusus dan temporal.

Dalam upaya meningkatkan kebijakan pengelolaan DAS Ciliwung Hulu maka instansi yang bertanggung jawab terhadap pengembangan kelembagaan pengelolaan DAS harus memperhatikan

Pemerintah juga mampu memberi kepastian hukum yang pro-pasar (investasi) dan menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri, sehinga para investor yakin untuk

Jika dilihat dari nilai signifikansi yang diperoleh yaitu sebesar 0,000 < 0,05 dengan demikian dapat disimpulkan Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan

Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya yang pernah penulis baca, Penelitian Gusti Ayu Anggreni Permatasari, I nengah Kerta Besung, Hapsari Mahatmi tahun 2013 dengan judul

Hal ini karena Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar pokok untuk mengembangkan materi pokok, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi yang

Berikut pembahasan hasil penelitian berdasarkan hasil analisis data mengenai pengaruh kunjungan wisatawan terhadap kesejahteraan masyarakat lokal Desa Rumbia dengan

PDI Perjuangan adalah partai yang ikut mendukung tercetusnya kebijakan kuota keterwakilan perempuan, sebagai partai senior yang memiliki keterikatan sejarah dengan proses