• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FILSAFAT BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK):

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FILSAFAT BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK):"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEPSI PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FILSAFAT BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI (TIK): Implementasinya pada Jurusan

Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Mataram

Abdul Fattah

Abstraksi: Jamak dimaklumi bahwa bahan ajar yang dikembangkan

berdasarkan teori desain instruksional memegang peranan penting dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Paling tidak terdapat tiga alasan mengapa bahan ajar itu memiliki posisi sentral, yakni (1) sebagai representasi sajian tenaga pengajar, (2) sebagai sarana pencapaian tujuan pembelajaran, dan (3) sebagai pengoptimalan pelayanan terhadap peserta didik. Untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif dan efisien baik yang berlangsung secara face to face di dalam ruang kelas maupun untuk kebutuhan pembelajaran mandiri, maka perlu didukung dengan rancangan dan pengembangan bahan ajar yang dapat mengintegrasikan kemampuan kognisi, afeksi, dan psikomototik. Oleh karena itu, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Bagaimanakah model bahan ajar Filsafat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di Jurusan PAI FITK IAIN Mataram? 2) Bagaimanakah upaya mengembangkan model bahan ajar Filsafat yang dapat membantu mahasiswa meningkatkan pemahaman konsep filsafat? 3) Bagaimanakah efektivitas model bahan ajar Filsafat yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi?.

Kata Kunci: Pengembangan bahan ajar, Filsafat berbasis TIK,

Jurusan PAI FITK IAIN Mataram, Web blog, E-book, dan Hand Out

Para pakar kerap menegaskan hasil penelitian akurat bahwa efektivitas suatu pembelajaran sangat ditentukan oleh sejauh

Penulis adalah Dosen Tetap Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Mataram. Sekarang sedang menempuh Program Doktor Teknologi Pendidikan Kerjasama Universitas Negeri Jakarta dan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Mataram. E-mail: fath_smart@yahoo.com.

(2)

mana perencanaan yang dilakukan oleh tenaga pengajar. Perencanaan pembelajaran tidak hanya sekedar untuk melengkapi kebutuhan administrasi dan kurikulum, tetapi harus didesain dengan melibatkan komponen-komponen desain instruksional yang meliputi tujuan instruksional yang diawali dengan analisis instruksional, analisis peserta didik dan kontek, merumuskan sasaran kinerja, pengembangan instrumen penilaian, mengembangkan strategi pembelajaran, mengembangkan dan memilih materi, dan mengembangkan dan melakukan evaluasi formatif dan sumatif (Dick and Carey, 2005:1). Namun, pengembangan bahan ajar yang dilakukan selama ini baru dalam batas pengadaan bahan cetak berupa hand out, ringkasan materi, dan materi penyajian dalam bentuk Powerpoint. Bahan cetak lain seperti buku dan modul masih sangat terbatas dihasilkan apalagi kalau bahan ajar berupa audio, visual, dan multi media yang mengintegrasikan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Pengembangan modul hanya sekedar mengumpulkan materi yang langsung diajarkan kepada peserta didik tanpa melakukan analisis kebutuhan dan berbagai proses yang sistemik dan sistematis. Proses penyusunan seperti ini tidak dapat menjangkau kebutuhan peserta didik yang sesungguhnya sehinga materi pembelajaran yang disampaikan cenderung tidak dapat menarik minat peserta didik. Begitu pula, pembelajaran yang hanya mengandalkan

handout dan ringkasan materi memang dapat memberikan

ringkasan pelajaran yang bisa disampaikan dalam waktu singkat dan dapat dipahami lebih cepat. Akibatnya, peserta didik hanya dapat memahami secara sederhana aplikasi pembelajaran yang bersifat dangkal. Sedangkan, secara konseptual, teori-teori, postulat, dan rumus-rumus yang membangun pemahaman secara mendalam tidak dapat dijabarkan dengan sistematis dan berkelanjutan. Bahan ajar yang dikembangkan berdasarkan teori desain instruksional memegang peranan penting dalam menciptakan kondisi belajar yang kondusif. Paling tidak terdapat

(3)

tiga alasan mengapa bahan ajar itu memiliki posisi sentral, yakni (1) sebagai representasi sajian tenaga pengajar, (2) sebagai sarana pencapaian tujuan pembelajaran, dan (3) sebagai pengoptimalan pelayanan terhadap peserta didik (Zulkarnaini, (http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2009/06/28/pembelajaran -dengan-bahan-ajar-buatan-guru/).

Pertama, bahan ajar sebagai representasi dari penjelasan tenaga pengajar di depan kelas. Keterangan-keterangan, uraian-uraian yang harus disampaikan, dan informasi yang harus disajikan tenaga pengajar dihimpun di dalam bahan ajar. Dengan demikian, tenaga pengajar akan dapat mengurangi aktivitas untuk menjelaskan sehingga memiliki banyak waktu untuk membimbing pemelajar dalam melakukan aktivitas pembelajaran. Kedua, bahan ajar berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ketiga, bahan ajar juga merupakan wujud pelayanan satuan pendidikan terhadap peserta didik. Peserta didik berhadapan dengan bahan yang terdokumentasi dan berhubungan dengan informasi yang konsisten sehingga bagi peserta didik yang cepat belajar, akan dapat mengoptimalkan kemampuannya dengan mempelajari bahan ajar tersebut. Sebaliknya, bagi peserta didik yang lambat belajar, akan dapat mempelajari bahan ajar secara berulang-ulang. Dengan demikian, optimalisasi pelayanan belajar terhadap peserta didik dapat terselenggara dengan baik melalui penggunaan bahan ajar.

Konsepsi Pengembangan Bahan Ajar

Pengembangan adalah salah satu domain teknologi pembelajaran yang berfungsi sebagai proses penerjemahan spesifikasi desain ke dalam bentuk fisik (Seels, and Richey, 1994:35). Kawasan pengembangan mencakup banyak variasi teknologi yang digunakan dalam pembelajaran yang dapat diorganisasi ke dalam empat kategori, yakni (1) teknologi cetak yang menyediakan

(4)

landasan untuk kategori yang lain, (2) teknologi audio visual, (3) teknologi yang berasaskan komputer, dan (4) teknologi terpadu. Dalam kawasan pengembangan terdapat keterkaitan yang kompleks antara teknologi dan teori yang mendorong baik desain pesan maupun strategi pembelajaran. Pada dasarnya kawasan pengembangan dapat dijelaskan melalui; (1) pesan yang memberikan informasi, (2) strategi pembelajaran, dan (3) manifestasi fisik dari teknologi perangkat keras, perangkat lunak, dan bahan pembelajaran.

Dalam melakukan kegiatan pengembangan, beberapa pertimbangan penting yang perlu dipahami mencakup (1) mengidentifikasi tujuan pembelajaran (standar kompetensi), (2) melakukan analisis pembelajaran, (3) menganalisis peserta didik dan konteks, (4) menulis tujuan instruksional khusus (kompetensi dasar), (5) mengembangkan instrument asesment, (6) mengembangkan strategi pembelajaran, (7) mengembangkan dan menyeleksi materi pembelajaran, (8) mendesain dan melakukan evaluasi formatif, (9) melakukan revisi, dan (10) mendesain dan melakukan evaluasi sumatif (Dick, Carey, and Carey, 2005:6).

Kesepuluh komponen tersebut dapat dijabarkan lebih jauh sebagai berikut.

Pertama, langkah pertama dalam model pendekatan sistem

adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran dengan maksud untuk menganalisis aktivitas apa yang sesungguhnya dapat dilakukan oleh siswa setelah mereka menyelesaikan pembelajaran.

Kedua, setelah mengidentifikasi tujuan pembelajaran, secara

bertahap menunjukkan apa yang sedang dilakukan orang ketika mereka melaksanakan tujuan itu. Langkah terakhir dalam proses analisis pembelajaran adalah untuk menunjukkan keterampilan, pengetahuan, dan sikap apa yang diketahui sebagai entry behavior, pengetahuan awal, yang diperoleh peserta didik untuk dapat memulai pembelajaran. Pada tahap analisis pembelajaran, yang

(5)

dilakukan adalah menjabarkan perilaku umum menjadi perilaku khusus yang disusun secara sistematis.

Ketiga, menganalisis peserta didik dan konteks. Sebagai

tambahan di dalam menganalisis tujuan pembelajaran, terdapat suatu analisis paralel terhadap pebelajar, konteks di mana mereka akan belajar keterampilan itu, dan konteks yang mana yang mereka akan digunakan. Keterampilan yang dimiliki pebelajar, kesukaan, dan sikap ditunjukkan bersama dengan karakteristik terhadap penentuan pembelajaran dan penentuan di mana keterampilan itu pada akhirnya digunakan.

Keempat, merumuskan sasaran kinerja atau tujuan

instruksional khusus. Tujuan instruksional menjadi pedoman bagi pengembangan instruksional karena di dalamnya tercantum rumusan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang akan dicapai oleh peserta didik pada akhir proses instruksional.

Kelima, mengembangkan instrumen penilaian misalnya

dengan menyusun butir tes yangbertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik untuk mencapai apa yang telah dicantumkan dalam rumusan tujuan.

Keenam, mengembangkan strategi pembelajaran, yang

merupakan prosedur yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pembelajaran terhadap peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu, yang dalam hal ini tujuan pembelajaran khusus.

Ketujuh, mengembangkan dan memilih materi

pembelajaran. Pengembangan bahan ajar mengacu pada tujuan khusus pembelajaran, dan strategi pembelajaran. Strategi yang dimaksud adalah pembelajaran yang digunakan oleh peserta didik baik dengan bantuan guru maupun tanpa bantuan guru, sehingga bahan ajar dapat digunakan oleh peserta didik secara mandiri.

Kedelapan yakni merancang dan melakukan evaluasi formatif.

(6)

tingkat keefektifan dan efisiensi, dan daya tarik dari strategi pembelajaran.

Kesembilan, melakukan revisi produk dilakukan berdasarkan

data yang diperoleh dari kegiatan evaluasi. Selanjutnya data tersebut ditafsirkan sebagai usaha untuk mengenali kesulitan-kesulitan dan kekurangan yang terdapat dalam bahan ajar.

Kesepuluh, melakukan evaluasi sumatif yang

dilaksanakan untuk mengetahui apakah bahan ajar yang akan dikembangkan layak atau tidak digunakan oleh peserta di lingkungan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Mataram. Untuk mengetahui kelayakan tersebut perlu kiranya dibandingkan dengan bahan ajar lain yang digunakan oleh peserta didik di tempat lain dengan standar yang sama.

Konsepsi Belajar dan Pembelajaran Filsafat: Aplikasinya dalam Kurikulum PAI

Banyak sekali teori-teori belajar yang sudah dikembangkan tetapi yang paling umum adalah teori belajar behaviorisme, kognitivisme, dan konstruksitivisme. Pada bagian ini hanya menjelaskan ketiga teori ini dengan maksud untuk menjadi acuan dasar dalam mengembangkan bahan ajar yang yang menjadi fokus penelitian ini. Teori-teori (behavioristik tentang belajar) yang dimaksud dapat dijelaskan berikut.

Belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon (Gredler, 1986:42). Belajar menurut kaum behavioris menekankan pada perubahan perilaku yangdapat diamati dari hasil hubungan timbal balik antara guru sebagai pemberistimulus dan murid sebagai perespon tindakan stimulus yang diberikan. Beberapa teori belajar yang dikembangkan dari teori behavioris adalah teori classical conditioning dari Ivan Pavlov, Connectionism dari Thorndike, dan teori operant conditioning dari Skinner. Pertama, teori classical conditioning didasarkan atasreaksi sistem tak

(7)

terkontrol di dalam diri seseorang dan reaksi emosional yang dikontrol oleh sistem syaraf otonom serta gerak refleks setelah menerima stimulus dari luar (Woolfolk, 2004:20-203). Kedua, teori connectionism, menekankan pada jaringan asosiasi atau hubungan antara stimulus dan respon yang kemudian disebut S-R

bond theory. Dalam hubungan antara stimulus dan respon ini

dipengaruhi oleh beberapa faktor, usaha untuk mengenali kesulitan-kesulitan dan kekurangan yang terdapat dalam bahan ajar.

Belajar dengan adanya perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon tersebut, sesungguhnya diskenariokan oleh kurikulum yang handal dan terpadu. Dalam konteks Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Mataram, konsep kurikulumnya disusun berdasarkan kurikulum Institut, Fakultas, dan Jurusan dengan tujuan agar mahasiswa dapat menguasai pengetahuan, keterampilan dan sikap sesuai tujuan pendidikan. Para dosen yang melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar berkualifikasi pendidikan pada jurusan PAI sekurang-kurangnya S2. Pada tataran ini, mata kuliah filsafat berada dalam kategori kurikulum institut. Artinya, bahwa mata kuliah filsafat tersebut menjadi mata kuliah wajib tidak hanya di Jurusan PAI saja, namun juga menjadi wajib pada semua jurusan/ prodi di lingkup IAIN Mataram.

Jumlah SKS yang ditawarkan bagi jurusan Program Pendidikan Agama Islam (PAI) IAIN Mataram pada Konsentrasi Fiqh adalah 152 SKS, Konsentrasi Qur’an Hadits 150 SKS, dan Konsentrasi Aqidah Akhlak 150 SKS. Beban studi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam ditempuh sekurang-kurangnya 8 semester dan sebanyak-banyaknya 14 semester. Dalam hal ini, mata kuliah filsafat berbobot 2 SKS saja.

(8)

Rancangan, isi, dan implementasi kurikulum diniscayakan sesuai dengan visi, misi, sasaran, dan tujuan Jurusan PAI dengan pertimbangan:

a. Dasar yang mengatur kurikulum tersebut berpedoman pada peraturan perundang-undangan yang ditetapkan pemerintah, terutama Surat Keputusan Dirjen Kelembagaan Islam Nomor: Dj.II/114/2005 tertanggal 24 Juni 2005 tentang penetapan standar minimal kompetensi dasar dan kompetensi utama lulusan program S1 Perguruan Tinggi Agama Islam.

b. Perpanjangan izin penyelenggaraan Program Studi Jenjang Strata S1 pada Jurusan Program Pendidikan Agama Islam (PAI) mengacu pada Undang-undang, yakni Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam Nomor Dj.I/221/2007 tertanggal 29 Mei 2007. Serta memperhatikan aspirasi yang berkembang dalam masyarakat dengan melihat tuntutan dan kebutuhan

stakeholder/user.

Posisi mata kuliah Filsafat pada Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) berdasarkan Kurikulum 2007, baik pada konsentrasi Fiqih, Qur’an Hadits, Aqidah-Akhlaq, adalah berada pada semester I (satu) sebagaimana berikut:

Semester I Jurusan PAI No. Kode

MK Mata Kuliah SKS Prasyarat

1. INS 1011 Ulumul Qur’an 2

2. INS 1021 Ulumul Hadits 2

(9)

4. INS 1091 Bahasa Indonesia 2 5. PAI 1411 Landasan Kependidikan 2

6. INS 2141 Filsafat 2

7. PAI 3711 Psikologi Agama 2

8. INS 3171 Praktik Komputer 0

9. INS 2071 Sejarah Peradaban Islam 2

10. TAR

2261 IAD 2

Jumlah 18

Keterangan:

INS = Kode mata kuliah Institusi IAIN Mataram

TAR = Kode mata kuliah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)

PAI = Kode mata kuliah Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI)

Model Bahan Ajar dan Teknik Pembelajaran Filsafat di Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Mataram

Untuk mengetahui jenis/model bahan ajar Filsafat di Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Mataram dapat dipahami dari perencanaan pembelajaran Filsafat yang dituangkan dalam silabus. Dalam tiga tahun terakhir, sesungguhnya bahan ajar Filsafat disuguhkan dalam bentuk buku-buku filsafat, hand out, dan slide powerpoint presentation. Bahan pustaka yang menjadi rujukan, sungguh pun banyak, tidak serta-merta menjadikan cakrawala pemahaman mahasiswa menjadi lebih luas terhadap pemahaman materi filsafat. Namun, justru dengan banyaknya bahan bacaan—daftar rujukan yang

(10)

ditawarkan oleh dosen pengampu mata kuliah yang dicantumkan dalam silabus perkuliahan—yang disuguhkan membalikkan fakta, dalam arti belajar filsafat menjenuhkan, dan membingungkan, sebagaimana yang dituturkan oleh Mubae’ah, mahasiswa PAI/V (Wawancara, 19 Oktober 2012), “belajar filsafat itu seru-seruan sih, tapi lebih banyak membuat kita bingung”. Sementara Ahmad Ihsan (Wawancara, 19 Oktober 2012) bertutur, “belajar filsafat Ok, tapi kalo’ monoton hanya presentase gak karu-karuan ma teman-teman mahasiswa, mau dapat apa, paling itu-itu doang, mestinya, ada banyak waktu untuk penguraian dosen yang ngampu, suapaya lebih mengena dan lebih mengigit persoalannya”. Kesan demikian dikarenakan,

pertama, buku sebagai sumber utama bukan hak miliki

mahasiswa sehingga mahasiswa tidak bisa secara leluasa memanfaatkannya (Hasil angket, 18 Oktober 2012); kedua, minat baca mahasiswa rendah sehingga “syahwat” bertanya dan menanggapi dalam belajar dan diskusi lemah. Rendahnya minat baca mahasiswa selalu menjadi keluhan hampir setiap dosen di lingkup jurusan PAI (Wawancara: Abdullah Fuadi, Nazaruddin, Abdul Quddus, Akhmad Asyari, dan Mukhlis, Oktober 2012).

Dalam pelaksanaannya, pembelajaran Filsafat, secara umum terbagi menjadi dua cara, yakni: dosen sebagai pengajar, dan mahasiswa sebagai penyaji. Dosen sebagai pengajar memberikan perkuliahan secara total menyajikan materi-materi pengantar, biasanya ini dilakukan pada pertemuan awal dengan terlebih dahulu melakukan kontrak perkuliahan. Selanjutnya pada pertemuan berikutnya materi dipresentasikan oleh mahasiswa sesuai dengan pembagian materi yang disepakati (Dokumentasi, Silabus dan SAP Filsafat PAI T.A. 2010, 2011,

2012). Dalam pelaksanaannya, “seringkali mahasiswa

menghabiskan hampir 90% dari 2 kali 45 menit waktu pembelajaran dalam melakukan presentasi makalah, sementara 10% dari siswa waktu digunakan oleh dosen pengampu untuk

(11)

memberikan uraian penguatan materi” (Wawancara, Moh. Ihsan, Mahasiswa PAI VII/A, 5 Oktober 2012).

Model Pengembangan Bahan Ajar Filsafat berbasis Teknologi, Informasi, dan Komunikasi (TIK)

Memperhatikan model pembelajaran dan bahan ajar Filsafat pada jurusan PAI sebagaimana paparan data di atas, perlu dikembangkan model bahan ajar berbasis TIK sebuah model bahan ajar bersifat mandiri (self learning materials) dan mampu menjaga komunikasi antara mahasiswa dengan dosen dan antarmahasiswa, baik secara langsung (synchronous) atau pun tidak langsung (e-synchronous).

Dalam mengembangkan bahan ajar berbasis TIK ini ada beberapa tahapan yang dilakukan yaitu:

1. Analisis Kebutuhan (Need Analysis)

Visi Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) adalah “terkemuka dalam pengembangan Pendidikan Agama Islam berbasis keislaman, keindonesiaan, dan kemanusiaan”. Maka, untuk mewujudkan visi tersebut, salah satu, misi Jurusan PAI adalah “menyelenggarakan pendidikan agama Islam berbasis kemanusiaan, IPTEKS (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni), dan keindonesiaan”. Berangkat dari visi dan misi jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) tersebut, bahan ajar Filsafat berbasis TIK sangatlah urgen, dan dianggap sesuai dengan tuntutan kebutuhan mahasiswa masa kini.

Di samping itu, penggunaan TIK hampir di semua sisi kehidupan, ekonomi, sosial, politik, agama dan juga pendidikan. Mahasiswa sebagai salah satu subjek dalam dunia pendidikan, mengambil peran dalam memanfaatkan pelayanan TIK, baik dalam interaksi komunikasi, informasi, maupun bisnis. 99% mahasiswa PAI sudah akrab dengan dunia maya (internet), 45% sering berinteraksi melalui facebook dan memiliki e-mail, 3%

(12)

memuat catatan/tulisan melalui blog, dan 85% mahasiswa PAI menjadikan internet sebagai sumber dalam menyelesaikan tugas perkuliahan (Angket kuesioner, 18 Oktober 2012).

Pengenalan mahasiswa terhadap fungsi TIK bukanlah suatu hal yang tabu lagi, di sisi lain, penggunaan TIK dalam proses pembelajaran telah banyak diupayakan. Maka pengembangan bahan ajar Filsafat berbasis TIK sudah semestinya diupayakan untuk mengkonstruk pemahaman secara komprehensif.

Secara teknis, kebutuhan internet di jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) belum tersedia. Karena pelayanan internet masih terbatas, dan hanya bisa diakses di kampus induk yang berlokasi di Jalan Pendidikan Nomor 35 Mataram. Pun persediaan komputer dalam jumlah yang relatif sedikit (15 unit ?). Namun bukan berarti, akses internet di Jurusan PAI tidak dapat dilakukan, pelayanan internet hotspot gratis masih dapat diakses. Di samping hotspot gratis, akses internet dapat dilakukan dengan perangkat bantu Modem, IPad, dan Handphone yang memiliki fitur-fitur akses internet seperti Blackberry dan sejenisnya. Dengan demikian keterbatasan ketersediaan sumberdaya pendukung (komputer dan jaringan internet) dapat ditanggulangi dan digantikan dengan perangkat

hotspot dan lainnya seperti yang telah disebutkan di atas.

Secara ekonomis, jika pembelajaran filsafat berbasis TIK ini menjadi pilihan, akan menguras banyak tenaga dan keuangan. Lagi-lagi disebabkan karena keterbatasan sumberdaya (komputer dan internet) kampus. Jika setiap kali tatap muka di kelas mahasiswa diharuskan untuk mengakses internet melalui

hotspot, atau fitur handphone, ini akan memberatkan mahasiswa

dan secara ekonomis terhitung boros. Namun, dosen bisa mengupayakan presentasi secara sentral melalui penggunaan proyektor LCD. Ini dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan oleh mahasiswa. Dengan demikian bahan ajar berbasis TIK

(13)

dalam hal ini blog, youtube, dan hand out merupakan suatu kebutuhan bagi mahasiswa untuk mendukung pembelajaran mandiri; belajar tanpa terikat oleh waktu dan ruang, sehingga dapat memaksimalkan kompetensi yang dimilikinya untak dapat memahami materi filsafat secara lebih komprehensif.

2. Rancangan Instruksional

Rancangan instruksional bahan ajar Filsafat berbasis TIK ini dikonstruk dengan mempertimbangkan course content and

learning unit analysis, seperti isi materi, ruang lingkup cakupan,

dan topik-topik yang relevan sesuai dengan Satuan Kredit Semester SKS). Di samping itu, latar belakang pendidikan mahasiswa, usia, jenis kelamin (seks), status pekerjaan, dan sebagainya.

Latar belakang mahasiswa jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) semester I sangat heterogen. Di lihat dari aspek pendidikan, masih didominasi oleh mahasiswa lulusan madrasah dan pondok pesantren. Ditinjau dari aspek usia, mahasiswa PAI semester I berkisar di antara 19 – 23 tahun, yang demikian diantara mahasiswa ada yang telat mengenyam pendidikan dan juga faktor-faktor lain yang menghambatnya untuk masuk ke perguruan tinggi.

Topik-topik kefilsafatan yang dibahas selama satu semester pada Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) dengan volume 2 (dua) SKS, ialah sebagai berikut:

a. Pengertian, Ruang Lingkup, Dasar dan Ciri Berfikir Kefilsafatan

b. Faedah Mempelajari, Cara Mempelajari dan Obyek Penelitian Filsafat

c. Cabang-cabang Filsafat

d. Mengkaji Hakikat Kefilsafatan; Telaah Konsep Ontologi, Epistemologi, dan Aksiologi

(14)

e. Perangkat-Perangkat Metodologi Kefilsafatan; Logika, Induksi, Deduksi, Analogi, dan Komparasi

f. Filsafat Yunani Kuno: Zaman Pra Sokrates/ Lahirnya Peradaban Yunani

g. Zaman Pra-Sokrates/ Mazhab Milesian

h. Negara Utopia dan Teori Ide dalam Filsafat Plato i. Filsafat Metafisika dan Politik Aristoteles

j. Filsafat Patristik k. Filsafat Skolastik

l. Filsafat Islam (Definisi, Nilai-Nilai, Obyek-Obyek dan Tujuan)

m. Pemikiran para Filsuf Muslim

n. Renaissance: Awal Perkembangan Filsafat Modern

o. Filsafat Modern: Rasionalisme (Descartes) dan Idealisme (Hegel)

p. Modern: Empirisme (Locke) dan Pragmatisme (William James)

q. Filsafat Modern: Eksistensialisme (Sartre)

Mata kuliah Filsafat merupakan mata kuliah yang berusaha menggali atau mengetahui dasar-dasar penyusunan serta alur pemikiran seseorang yang disampaikan melalui pendapat atau pandangan dalam bidang ilmu pengetahuan. Dalam lingkup yang lebih luas, mahasiswa, termasuk di dalamnya mahasiswa Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) akan berhadapan dengan berbagai pendapat yang kadang–kadang tidak saja sejalan, tetapi mungkin bertentangan satu sama lainnya, di samping itu juga akan menemukan teori-teori atau metode–metode baru dalam kependidikan. Oleh karena itu, dengan kuliah filsafat mahasiswa yang bersangkutan mampu menghayati, membandingkan, dan menyimpulkan produk akal manusia sebagi modal untuk meningkatkan kemampuan berfikir kritis.

(15)

3. Tahap Pengembangan

Topik-topik bahasan filsafat di atas kemudian dibagi berdasarkan ciri, dan kebutuhan pembelajaran yang diinginkan. Maka, kelima topik di atas dikembangkan menjadi webblog, dan

e-book sesuai dengan tujuan yang diinginkan. a. Webblog

Untuk membuat bahan ajar filsafat berbentuk webblog ini, perangkat yang dibutuhkan adalah microsoft office publisher 2007. Materi-materi filsafat yang ingin dipublikasikan melalui

webblog, harus didesain terlebih dahulu, sehingga tampilan dan

juga muatan pesan/informasi pengetahuan yang hendak disampaikan dapat mencapai tujuan pembelajaran filsafat.

Dalam penelitian ini, materi yang telah dipublish melalui

webblog adalah sebagai berikut:

• Pengantar filsafat, Definisi, Faedah, Cara Mempelajari, Objek Penelitian, Sistematika dan Cabang Filsafat

• Mengkaji hakikat kefilsafatan: telaah ontologi, epistemologi, dan aksiologi

• Perangkat dan Metodologi kefilsafatan, meliputi Logika, Induksi, Deduksi, dan Analogi.

b. E-book

Untuk membuat bahan ajar filsafat berbentuk e-book ini, perangkat yang dibutuhkan adalah addobe acrobat 8.0. untuk memmbuat file materi ajar berbentuk PDF. Materi-materi filsafat yang ingin dipublikasikan melalui e-book harus didesain terlebih dahulu, sehingga tampilan dan juga muatan pesan/informasi pengetahuan yang hendak disampaikan dapat mencapai tujuan pembelajaran filsafat. Dalam penelitian ini, materi yang telah dikembangkan dengan e-book adalah sebagai berikut:

(16)

Peradaban Yunani.

• Negara Utopia dan Teori Ide dalam Filsafat Plato.

• Filsafat Metafisika dan Politik Aristoteles. Filsafat Patristik.

• Filsafat Skolastik.

• Filsafat Islam (Definisi, Nilai-Nilai, Obyek-Obyek dan Tujuan).

• Pemikiran para Filsuf Muslim.

• Renaissance: Awal Perkembangan Filsafat Modern. • Filsafat Modern: Rasionalisme (Descartes) dan Idealisme

(Hegel).

• Modern: Empirisme (Locke) dan Pragmatisme (William James).

• Filsafat Modern: Eksistensialisme (Sartre). 4. Evaluasi

Sebelum di-share bahan ajar elektronik yang telah dibuat diujicoba terlebih dahulu apakah bahan ajarnya benar-benar memenuhi standar bahan ajar mandiri. Baru kemudian bahan ajar elektronik (e-learnig) yang telah lengkap bisa di-share melalui

email. Dalam kegiatan evaluasi, dilakukan dengan mengambil

beberapa sampel orang yang dimintai tolong untuk ikut mengevaluasi. Proses dari kelima tahapan di atas diperlukan waktu yang relatif lama, karena prototype perlu dievaluasi secara terus menerus. Masukan dari orang lain atau dari mahasiswa perlu diperhatikan secara serius.

Efektivitas Model Bahan Ajar Filsafat Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK)

Pembelajaran filsafat berbasis TIK merupakan suatu inovasi yang cukup membantu mahasiswa dan dosen dalam proses belajar mengajar. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Judarta, mahasiswa I/A PAI (Wawancara, 22 Oktober 20121),

(17)

“belajar jadi lebih mudah dan menyenangkan, tidak terikat dengan waktu, jadinya bisa online kapan saja”. Sementara, Saknah, mahasiswa I/A PAI (Wawancara, 22 Oktober 20121) mengemukakan, “e-book yang ditampilkan bisa diakses gratis dan kapan mau dibaca, ya... jadi lebih gampang”. Tanggapan demikian itu tidaklah berlebihan, karena melalui internet dapat ditemukan berbagai informasi yang dapat diakses secara mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja, pengguna internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah. Ini relatif lebih efisien dalam penggunaan waktu. Dosen pengampu, ketika melaksanakan tugas diluar kota, dapat memberikan perkuliahan, penugasan dan penilaian jarak jauh.

Dalam pembelajaran filsafat berbasis TIK di Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), terbukti dapat menguntungkan bagi dosen dan mahasiswa. Baik dosen maupun mahasiswa dapat melaksanakan diskusi melalui internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Dengan demikian peran mahasiswa menjadi lebih aktif. dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang tersruktur dan terjadwal melalui internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari. Bagi mahasiswa dapat belajar atau mereviu bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan dikomputer.

Walaupun demikian pemanfaatan TIK (internet atau

e-learning) untuk pembelajaran juga tidak terlepas dari berbagai

kekurangan, antara lain, kurangnya interaksi tatap muka antara dosen dan mahasiswa bahkan antarmahasiswa memberi kesan, kecenderungan mengabaikan aspek akademik atau aspek sosial antara dosen dengan mahasiswa. Karena anggapan perkuliahan bisa dilakukan jarak jauh dan belajar mandiri dapat dijadikan

(18)

alasan bagi dosen maupun mahasiswa untuk tidak hadir dalam kelas perkuliahan yang telah di atur secara formal oleh lembaga, dan sebaliknya mendorong tumbuhnya penilaian miring, dosen lebih mementingkan bisnis. Sebagaimana yang dituturkan oleh Abdurrahman Yahya, mahasiswa I/A PAI (Wawancara, 22 Oktober 2012), menyebutkan “model pebelajaran yang demikian terkesan pragmatis dan dosen lebih mementingkan bisnis”. Begitu juga Zoratun Nisa, mahasiswa I/A PAI (Wawancara, 22 Oktober 2012), menyebutkan:

Wawancara dengan Zoratun Nisa (mahasiswa semester I A PAI), 22 Oktober 2012. Ia menyebutkan, “dengan model perkuliahan semacam ini, kita jadi jarang ketemu sama dosen maupun dengan teman-teman kelas.

Kelemahan dalam pembelajaran filsafat berbasis TIK sebagaimana dikemukakan oleh Abdullah Fuadi adalah:

“Proses belajar dan mengajarnya cenderung kearah pelatihan daripada memberikan bimbingan dan pendidikan kepada mahasiswanya. Belum lagi guru yang semulanya hanya menguasai teknik pembelajaran konvensional, kini juga dituntut mengetahui teknik pembelajaran yang menggunakan teknologi IT, iya kalau dosennya memahami dan menguasai teknologi IT, kalau tidak..., kan gagal pembelajaran yang diinginkan” (Wawancara, Abdullah Fuadi, dosen PAI, 21 Oktober 2012).

Belajar mandiri tidak berarti belajar sendiri. Hal yang terpenting dalam proses belajar mandiri ialah peningkatan kemauan dan keterampilan mahasiswa dalam proses belajar tanpa bantuan orang lain, sehingga pada akhirnya mahasiswa tidak tergantung pada dosen, pembimbing, teman, atau orang lain dalam belajar. Dalam belajar mandiri mahasiswa akan berusaha sendiri dahulu untuk memahami isi pelajaran yang

(19)

dibaca atau dilihatnya melalui media pembelajaran. Kalau mendapat kesulitan barulah bertanya atau mendiskusikannya dengan teman, dosen atau orang lain. Mahasiswa yang mandiri akan mampu mencari sumber belajar yang dibutuhkannya.

Proses belajar mandiri memberi kesempatan mahasiswa untuk mencerna materi ajar dengan sedikit bantuan dosen. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat serta melatih kemandirian mahasiswa agar tidak bergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari dosen.

Catatan Akhir

Berdasarkan temuan data dan bahasan hasil penelitian di atas, maka dapat disimpulkan, bahwa:

1. Model bahan ajar filsafat yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) adalah berupa buku-buku paket filsafat,

hand out, dan slide powerpoint.

2. Untuk dapat meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami materi filsafat adalah dengan menggunakan bahan ajar filsafat berbasis TIK, yakni webblog, dan e-book. Hal ini terutama telah dilakukan mahasiswa Jurusan PAI minimal dengan mengunjungi dan menelaah webblog dan e-book yang telah disiapkan oleh Dosen Pengampu mata kuliah filsafat (Abdul Fattah, M.Fil.I.).

3. Dengan menggunakan bahan ajar Filsafat berbasis TIK yang mengintegrasikan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memberi ruang kepada mahasiswa Jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) IAIN Mataram untuk belajar mandiri. Proses belajar mandiri memberi kesempatan mahasiswa untuk mencerna materi ajar dengan sedikit

(20)

bantuan dosen. Mereka mengikuti kegiatan belajar dengan materi ajar yang sudah dirancang khusus sehingga masalah atau kesulitan belajar sudah diantisipasi sebelumnya. Model belajar mandiri ini sangat bermanfaat, karena dianggap luwes, tidak mengikat, serta melatih kemandirian mahasiswa agar tidak bergantung atas kehadiran atau uraian materi ajar dari dosen

Senafas dengan uraian dan simpulan di atas, peneliti memberikan saran sebagai berikut:

1. Dosen dan mahasiswa hendaknya menggunakan model bahan ajar berbasis TIK ini sebagai salah satu bahan ajar mandiri, dalam arti, bukan melepas tanggung jawab utama secara moral akademik, namun memberi ruang kepada mahasiswa untuk lebih kreatif dan inisiatif belajar dengan tidak bergantung penuh kepada dosen.

2. Lembaga, dalam hal ini IAIN Mataram yang menaungi jurusan PAI Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK), hendaknya mengadakan, dan menyediakan fasilitas yang mendukung proses pembelajaran berbasis TIK.

3. Peneliti yang berminat untuk mendalami model pengembangan bahan ajar, khususnya bahan ajar berbasis TIK dan filsafat, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk pengembangan model pembelajaran berbasis TIK lebih lanjut.

Daftar Pustaka

Anita Woolfolk, Educational Psychology. Boston: Pearson Education Inc, 2004.

(21)

Antony Karl Betrus dalam Alan Januszewski dan Michael Molenda, Educational technology: ADefinition with

Commentary. New York: Lawrence Erlbaum Associates,

2008.

Barbara Seels, dan Rita Richey, The Defination And Domain Of

The Field. Association ForEducational Communication

And Technonology: Washington DC, 1994.

Christopher Butcher, Clara Davies, dan Melissa Highton, From Module Outline to EffectiveTeaching. New York: Routledge, 2006.

Conny Semiawan, “Perkembangan Anak Usia Dini”, Makalah dalam Seminar Pendidikan Nasional Anak Usia Dini. Jakarta: Ditjen PLS dan Pemuda Depdiknas dengan UNJ, 9 - 11Oktober. 2004.

H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif : Metodologi

Penelitian untuk Ilmu-ilmu Sosial dan Budaya.

Surakarta: Pusat Penelitian UNS, 1988.

Heinich, R., Molenda, M., Russell, J. D., & Smaldino, S. E. ( Instructional media and technologies for learning. Seventh edition. Upper Saddle River, New Jersey: PearsonEducation, 2002.

Jean Piaget. “Approach to Learning and the Development of the Intelect” dalam Robert M.W. Travers, Essentials of

Learning. Fourth Edition. New York: Macmillan

Publishing Co., Inc.1977.

Julia Branner, Mixing Methods: Qualitative and Quantitative

Research. USA: AshgatePublishing Company, 1995.

Leigh Zeitz, Technology Integration Plan, unpublished paper. UIN: USA, 2005.

M.B.Miles dan A.M. Huberman, Qualitative Data Analysis : A

Sourcebook of New Methods. London New Delhi: Sage

(22)

M.Q. Patton, Qualitative Evaluation Methods. London : Sage Publications, 1983.

Margaret Bell Gredler, Learning and Instruction Theory Into Practice. New York: McMillanPublishing Company: 1986.

Robert K. Yin, Case Study Research : Design and Methods. Baverly Hills, London New Delhi :Sage Publications, 1987.

S.E. Frost, JR. Basic Teachings of The Great Philosophers. USA: Anchor Book Edition, 1989.

Sukmadinata, N.A., Pengembangan Kurikulum Teori dan

Praktek. Bandung: PT RemajaRosdakarya, 2001.

Vigotsky. Thought and Language. Combridge. The Mitt Press. London, 1977.

W.R. Borg . & Gall, M.D., Educationnal Research. London: Longman, 1983.

Walter Dick, Lou Carey, and James O. Carey, The Systemstic

Design of Instruction, Sixth Edition. New York:

Pearson, 2005.

Internet:

Doshisha Kenji Kitao and Doshisha S. Kathleen Kitao, Selecting

and Developing Teaching/ Learning Materials, 2009

dalam http://iteslj.org/Articles/Kitao-Materials.html. http://en.wikipedia.org/wiki/Blog)2007.

http://en.wikipedia.org/wiki/Information_technology

Zulkarnaini, Pembelajaran dengan Bahan Ajar Buatan Guru, (http://zulkarnainidiran.wordpress.com/2009/06/28/pem belajaran-dengan-bahan-ajar-buatan-guru/).

Referensi

Dokumen terkait

tanah, persentase insektisida yang berasal daTi fonnulasi dengan pengisi kaolin daD silika dalam daun pada saat paneD tidak berbeda nyata, yaitu antara 8 daD 10%

Berdasarkan hasil yang tertera di tabel 1 didapatkan bahwa pasien perempuan pada DR NPDR lebih banyak di bandingkan pasien laki- laki.. Hal ini sesuai dengan

Persoalan- persoalan tersebut dapat memperjelaskan tentang sejauhmanakah kemudahterancaman penduduk negeri Selangor ini yang diakibatkan oleh perubahan guna tanah yang

Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa (1) terdapat pengaruh yang positif dan signifikan kompetensi guru dan lingkungan keluarga secara bersama- sama terhadap prestasi

Dari penelitian ini ditemukan, bahwa pada umumnya sebagian masyarakat desa Betung Kecamatan Lubuk Keliat mengetahui akan kewajiban mengeluarkan zakat mal, akan

Permasalahan yang akan diteliti adalah, pertama, bagaimana implementasi dari kebijakan ruang udara terbuka (open sky policy) dalam rangka liberalisasi perdagangan jasa

Peran pemerintah dalam mengembangkan UMKM maupun lembaga lain yang terkait dengan pemberdayaan UMKM seperti koperasi, Asosiasi, Perguruan Tinggi, dan Lembaga Keuangan,

Hal ini sesuai dengan pendapat Terry Beehr dan John Newman (1978) ( Rini, 2002) yang menyatakan prokrastinasi dapat menimbulkan stres kerja pada seseorang karena ketika