• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan media wayang untuk meningkatkan keterampilan bercerita mata pelajaran IPS kelas Va MINU Wedoro Sidoarjo.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan media wayang untuk meningkatkan keterampilan bercerita mata pelajaran IPS kelas Va MINU Wedoro Sidoarjo."

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA WAYANG

UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA TENTANG TOKOH-TOKOH SEJARAH

MASA HINDU-BUDHA DI INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA MINU WEDORO SIDOARJO

SKRIPSI

Oleh

HAFIDA AINUR ROHMAH D97213111

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Ainur Rohmah, Hafida. 2017.Penggunaan Media Wayang Untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita Tentang Tokoh-tokoh Sejarah Masa Hindu Budha di Indonesia Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo.Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing (1) M. Bahri Musthofa, M.Pd.I, M.Pd. (2) Irfan Tamwifi, M. Ag.

Kata kunci: Penggunaan Media Wayang, Meningkatkan Keterampilan Bercerita.

Penelitian ini dilatarbelakangi kesulitan siswa kelas VA untuk bercerita di depan kelas pada mata pelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia. Siswa juga merasa kesuliatan mengenali gambar wajah para tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh sumber penggunaan media yang kurang menarik dalam pembelajaran.

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) Bagaimana penggunaan media wayang dalam meningkatkan keterampilan bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia pada mata pelajaranh IPS di kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo? (2) Bagaimana peningkatan keterampilan bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu Budha di Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo setelah tindakan?

Untuk memperoleh hasil penelitian ini, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan model Kurt Lewin. Terdiri dari Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II. Pada Siklus I dan siklus II terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan Refleksi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo yang terdiri dari 42 dengan komposisi 26 siswi dan 16 siswa.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL……… i

HALAMAN JUDUL... ii

MOTTO……….. iii

PERSEMBAHAN……….. iv

PERSETUJUAN SKRIPSI………... v

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI………. vi

ABSTRAK……….. vii

KATA PENGANTAR……… viii

DAFTAR ISI……….. x

DAFTAR TABEL……….. xiii

DAFTAR GAMBAR………. xiv

DAFTAR DIAGRAM……… xv

DAFTAR LAMPIRAN……….. xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1

B. Rumusan Masalah………. 5

C. Hipotesis Tindakan………... 6

D. Tujuan Penelitian………. 6

E. Lingkup Penelitian………... 7

F. Manfaat Penelitian ……….. 7

G. DefinisiOprasional……….. 8

H. Sistematika Pembahasan………. 10

(8)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Hakikat Keterampilan………. 11

1. Pengertian Keterampilan Bercerita………. 11

2. Jenis-jenis Bercerita……….. 12

3. Indikator Keterampilan Bercerita……….. 13

4. Cara Meningkatkan Keterampilan Bercerita……….. 14

B. Media Pembelajaran……… 15

1. Pengertian Media Pembelajaran………... 15

2. Manfaat Media Pembelajaran………... 17

3. Media Wayang……….. 18

4. Tahap Penggunaan Media Wayang……….. 19

5. Kelebihan dan Kekurangan Media Wayang………. 19

C. Hakikat IPS……… 20

1. Pengertian IPS ……… 20

2. Tujuan Pembelajaran IPS……… 21

3. Ruang Lingkup IPS SD/MI………. 22

4. Materi Tokoh-Tokoh Sejarah Masa Hindu-Budha di Indonesia.. 23

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian………. 29

B. Setting Penelitian……… ………. 30

C. Variabel yang Diteliti…. …..……… . 31

D. Rencana Tindakan……… 32

E. Sumber Data……… ………..…... 34

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data……….………. 34

G. Teknik Analisis Data……….. 47

H. Indikator Kinerja……… 50

I. Tim Peneliti dan Tugasnya………. 50

(9)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian ………. 51

1. Pra Siklus……… 52

2. Siklus I……… 56

3. Siklus II……….. 81

B. Pembahasan… ………. 105

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 114

B. Saran………. 115

DAFTAR PUSTAKA……… 116

PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN……….. 118

RIWAYAT HIDUP……….. 119

LAMPIRAN-LAMPIRAN……… 120

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa……….. 37

3.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru……… 40

3.3 Kriteria Keterampilan Bercerita………. 46

3.4 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar……….. 49

4.1 Hasil Nilai Pre Tes Siswa Kelas VA……… 53

4.2 Perolehan Aktivitas Guru Siklus I……….. 61

4.3 Perolehan Aktivitas Siswa Siklus I……….. 66

4.4 Hasil Penilaian Produk Siswa Siklus I………. 71

4.5 Hasil Penilaian Keterampilan Bercerita Siklus I……… 74

4.6 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I……… 77

4.7 Perolehan Aktivitas Guru Siklus II……….. 86

4.8 Perolehan Aktivitas SiswaSiswa Siklus II……….. 90

4.9 Hasil Penilaian Produk Siswa Siklus II……… 94

4.10 Hasil Penilaian Keterampilan Bercerita Siklus II……….. 98

4.11Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II……….. 100

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

(12)

DAFTAR DIAGRAM

Diagram Halaman

4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru……….. 108

4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa………. 108

4.3 Hasil Keterampilan Bercerita Siswa Pra Siklus……… 110

4.4 Hasil Keterampilan Bercerita Siswa Siklus I……… 111

4.5 Hasil Keterampilan Bercerita Siswa Siklus II……….. 112

4.6 Peningkatan Hasil Keterampilan Bercerita Siswa……… 113

(13)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah pelajaran wajib yang harus

ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.Hal ini sesuai

dengan UU Sisdiknas pasal 37.1Pentingnya pengajaran IPS di sekolah agar

peserta didik mampu mengembangkan konsep-konsep dasar sosiologi,

geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan melalui pendekatan

pedagogis.Peserta didik juga diharapkan mampu berfikir kritis dan kreatif,

inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan sosial.Tidak hanya itu

peserta didik juga harus membangun komitmen dan kesadaran terhadap

nilai-nilai sosial dan kemanuasian serta mampu bekerjasama dalam

masyarakat majemuk baik secara nasional maupun global.2Melihat

cakupan IPS itu sangat luas, guru harus melakukan pembinaan secara

berkesinambungan mulai dari tingkat rendah sampai ke tingkat yang lebih

tinggi.Oleh karena itu, pengajaran IPS harus dimulai sejak dini dari tingkat

sekolah dasar.3

Sesuai dengan penjelasan di atas bahwa IPS mempunyai beberapa

aspek diantaranya ialah sejarah, sejarah sangat penting untuk memberikan

1

Sapriya,Pembelajaran IPS,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm 79 2

LAPIS PGMI,Pembelajaran IPS MI, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009) paket 3 3

(14)

2

nilai dan norma yang dapat dijadikan pedoman bagi kehidupan

sehari-hari.4 Dengan demikian pentingnya mempelajari materi IPS yaitu

tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia ialah mengenali

keberhasilan dan kegagalan dari para tokoh sejarah baik Hindu maupun

Budha di Indonesia ketika memimpin sebuah kerajaan, serta meneladani

kepemimpinannya yang gigih. Dari materi tersebut dapat diketahui pula

hal yang dapat mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan suatu Negara atau

sebuah peradaban.

Siswa MINU Wedoro Sidoarjo mengalami kesulitan dalam

meningkatkan keterampilan bercerita materi tokoh-tokoh sejarah masa

Hindu- Budha di Indonesia. Hal ini didasarkan atas hasil wawancara

dengan guru kelas VA . Dalam aspek ketrampilan bercerita siswa kelas

VA MINU Wedoro belum terbiasa untuk mengungkapkan suatu hal di

depan kelas, perlu adanya persiapan yang matang dari peserta didik. Jika

tidak ada persiapan, ketrampilan bercerita siswa masih kurang bagus. Guru

telah menggunakan beberapa media yaitu tebak gambar dan media ini

dirasa kurang berhasil karena ketika tebak gambar siswa tidak mengerti

gambar wajah para tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia. Hal ini

dikarenakan sumber gambar yang masih kurang jelas.5Akibat dari siswa

4

Astalog, Mengapa Belajar Sejarah Itu Penting?, https://www.astalog.com/4910/mengapa-belajar-sejarah-itu-penting.htm diakses pada tanggal 10-10-2016 pukul 19.30 WIB

5

(15)

3

yang kurang mampu mengidentifikasi gambar para tokoh, sebagian dari

siswa memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).

Nilai KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut pada pelajaran IPS pada

setiap Kompetensi Dasar (KD) yaitu 75, akan tetapi ketrampilan bercerita

siswa pada materi tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia

memperoleh nilai rata-rata 72,19 yang diperoleh dari 42 siswa, 20 siswa

yang mencapai KKM dengan prosentase 48% sedangkan 22 siswa yang

belum mencapai KKM dengan prosentase 52%. Hal tersebut menunjukkan

bahwa nilai keterampilan bercerita siswa sangat jauh dari standart yang

seharusnya diperoleh.

Sebagai alternatif penyelesaian masalah diatas, dalam penelitian

tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model Kurt Lewin dan peneliti

menggunakan wayang sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran

bercerita materi tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha. Media ini

menarik perhatian siswa dan membantu siswa untuk mengungkapkan

semua hal yang ada dipikiran mereka.Dengan media ini diharapkan siswa

mampu bercerita dengan baik bukan menghafal dan masih

mengingat-ingat.Namun siswa dapat memahami cerita tokoh-tokoh sejarah lalu

mengungkapkan kembali cerita tersebut dengan bahasa yang dimiliki oleh

siswa.Dengan adanya media yang menarik diharapkan dapat menambah

kepercayaan diri siswa sehingga siswa mampu bercerita dengan lancar dan

(16)

4

media wayang dengan memunculkan tokoh-tokoh sejarah pada masa

Hindu-Budha ke dalam gambar animasi.Serta mengilustrasikan pagelaran

wayang ke bentuk yang sederhana dan bisa di aplikasikan di dalam kelas.

Guru akan bertindak sebagai dalang untuk menyampaikan materi

menggunakan media wayang tersebut. Dengan demikian suasana belajar

menjadi hidup dan menyenangkan.

Penelitian menggunakan wayang sebagai media untuk

meningkatkan ketrampilan berbicara mendongeng dalam pembelajaran

bahasa Indonesia siswa kelas III SD Negeri Tirtoyoso Surakarta yang

ditulis oleh Nanda Setyanto mampu meningkatkan ketrampilan berbicara

mendongeng siswa. Setiap siklus menunjukkan bahwa siklus I nilai

rata-rata kelas 70,55 dengan prosentase ketuntasan kelas 65,52%. Pada siklus II

nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 81,03 dengan prosentase

ketuntasan kelas sebesar 93,10%.6

Penggunaan media wayang untuk meningkatkan aktivitas siswa

dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 1

Bandar Sakti Lampung yang ditulis oleh Siti Zaenatun pada tahun 2011

menunjukkan bahwa media wayang dapat meningkatkan aktivitas siswa

dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika dengan nilai rata-rata

6http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/8806 diakses pada tanggal 19-10-2016

(17)

5

kelas pada siklus pertama 73,07 dan mengalami peningkatan 1,80 di siklus

kedua 74,87.7

“Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Melalui Media

Wayang Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri 1

Tambak Kecamatan Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012” yang ditulis oleh

Nur Wahyuningsih. Siklus I dengan hasil prosentase 57,9% dan

mengalami peningkatan pada siklus II prosentase mencapai 89,48%.8

Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan

penelitian dengan judul “Penggunaan Media Wayang Untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita Tentang Tokoh-Tokoh Sejarah Masa Hindu-Budha Di Indonesia Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo.”

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini ada dua, yakni:

1. Bagaimana penggunaan media wayang dalam meningkatkan

keterampilan bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha

di Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas VA MINU Wedoro

Sidoarjo?

7

http://digilib.unila.ac.id/781/8/BAB%20II.pdfdiakses pada tanggal 14-10-2016 pukul 08.30 WIB

8

(18)

6

2. Bagaimana peningkatan keterampilan bercerita tentang tokoh-tokoh

sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia pada mata pelajaran IPS di

kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo setelah tindakan?

C. Hipotesis Tindakan

Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTK ini,

yaitu media wayang yang akan dimodifikasi dan diterapkan secara

sederhana dalam pembelajaran. Dengan media wayang ini, diharapkan

keterampilan bercerita dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

meningkat.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiaan sebagai

berikut :

1. Mengetahui penggunaan media wayang dalam meningkatkan

keterampilan bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha

di Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas VA MINU Wedoro

Sidoarjo.

2. Mengetahui peningkatan keterampilan bercerita tentang tokoh-tokoh

sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia pada mata pelajaran IPS di

(19)

7

E. Lingkup Penelitian

Sehubungan dengan kegiatan penelitian ini, maka perlu diberikan

batasan masalah dengan tujuan supaya penelitian ini sesuai dengan

harapan peneliti. Agar penelitian bisa tuntas dan fokus pada permasalahan

yang dibatasi hal-hal di bawah ini:

1. Fokus permasalahan yang akan diteliti yaitu peningkatan

keterampilan bercerita siswa tentang tokoh-tokoh sejarah masa

Hindu-Budha pada mata pelajaran IPS kelas VA MINU Wedoro

Sidoarjo.

2. Implementasi penelitian ini menggunakan media wayang.

3. Subjek penelitian ini hanya siswa kelas VA MINU Wedoro tahun

ajaran 2016-2017 yang berjumlah 42 siswa yang terdiri dari 26 siswa

peempuan dan 16 siswa laki-laki.

F. Manfaat Penelitian

Kegunaan secara praktis dalam penelitian ini adalah memberikan

masukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan penelitian,

yaitu sebagai berikut:

1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),. Selain itu juga

(20)

8

media pembelajaran, khususnya media wayang dalam proses belajar

mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

2. Bagi siswa, meningkatkan keterampilan siswa bercerita tentang

tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia mata pelajaran Ilmu

Pengetahuan Sosial (IPS) dalam proses pembelajaran di kelas VA

MINU Wedoro Sidoarjo.

3. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa

Hindu-Budha di Indonesia menggunakan media wayang. Serta penanaman

sikap atau karakter dasar yang perlu dimiliki siswa MI.

G. Definisi Operasional

Dalam penelitian tindakan kelas penulis mengangkat judul “

Penggunaan Media Wayang Untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita

Tentang Tokoh-tokoh Sejarah Masa Hindu-Budha di Indonesia Pada Mata

Pelajaran IPS Kelas VA MINU WedoroSidoarjo.” Agar tidak terjadi salah

paham terhadap judul penelitian ini, maka dijelaskan beberapa istilah

berikut:

1. Penggunaan merupakan aplikasi, eksploitasi, pelaksanaan,

pemakaian, pemanfaatan, pendayagunaan dan penerapan.9

9

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (online),

(21)

9

2. Media Wayang merupakan gambar, boneka tiruan manusia yang

terbuat dari kulit, atau kardus yang digunakan sebagai media

pembelajaran.

3. Peningkatan merupakan kemajuan, perubahan, proses, cara

meningkatkan usaha.

4. Keterampilan Bercerita adalah ketrampilan mengucapkan

bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata mengekspresikan, menyatakan, serta

menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.

5. Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial MI kelas V semester 1

adalah materi tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia.

Kompetensi Dasar (KD) menceritakan tokoh-tokoh sejarah masa

Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.

Jadi, penggunaan media wayang untuk meningkatkan keterampilan

bercerita adalah pemanfaatan gambar yang terbuat dari kardus sebagai

media pembelajaran untuk merubah ketrampilan mengucapkan

bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata, mengekspresikan, menyatakan, seta

menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan pada tentang tokoh-tokoh

sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia pada mata pelajaran IPS.

(22)

10

H. Sistematika Pembahasan

Sistematika pembahasan dalam skripsi ini disusun secara sistematis

dari bab ke bab yang terdiri dari lima bab dan antara bab satu dengan bab

yang lainnya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, serta

memberikan gambaran secara lengkap dan jelas tentang penelitian beserta

hasilnya.

Adapun sistematika pembahasan selengkapnya adalah sebagai berikut:

BAB I :Pendahuluan, meliputi: (a) Latar Belakang Masalah (b)

Rumusan Masalah (c) Hipotesis Tindakan (d) Tujuan

Penelitian (e) Lingkup Penelitian (f) Manfaat Penelitian

(g)Definisi Operasional (h) Sistematika Pembahasan .

BAB II : Kajian Teori, meliputi: (a) Hakikat Keterampilan

Bercerita (b) Media Pembelajaran (c) Hakikat IPS.

BAB III : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, meliputi: (a) Metode

Penelitian (b) Setting Penelitian (c) Variabel yang Diteliti

(d) Rencana Tindakan (e) Sumber Data (f) Teknik dan Alat

Pengumpulan Data (g) Teknik Analisis Data (h) Indikator

Kinerja (i) Tim Peneliti dan Tugasnya.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, (a) Hasil Penelitian

meliputi: (1) Pra Siklus (2) Siklus I (3) Siklus II, (b)

Pembahasan.

(23)

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hakikat Keterampilan Bercerita

1. Pengertian Keterampilan Bercerita

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keterampilan

adalah kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis,

membaca, menyimak, atau berbicara.Sedangkan bercerita adalah

menuturkan cerita.Dari pengertian diatas keterampilan bercerita adalah

kecakapan seseorang untuk menuturkan cerita.1

Sedangkan pengertian keterampilan bercerita menurut Marsyah

adalah ketrampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata

mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan

dan perasaan.2

Dari definisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa

keterampilan bercerita memiliki arti kecakapan seseorang dalam

menuturkan cerita dengan memperhatikan beberapa hal yaitu

1Kamus Besar Bahasa Indonesia,

(Online).https://www.google.co.id/search?q=kamus+besar+bahasa+indonesia&rlz=1C1FERN_enI D605ID605&oq=Kamus+besar+bah&aqs=chrome.0.69i59j69i57j69i61.4631j0j4&sourceid=chro me&ie=UTF-8 diakses pada tangga l 8-10-2016 pukul 12.33 WIB

2

Rauf Marsafah. Skripsi. Meningkatkan Kemampuan Siswa Bercerita Melalui Model Cooperatif Script Pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Biluhu Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo.Digilib ung.ac.id.

(24)

12

artikulasi, ekspresi, tata bahasa yang digunakan serta penyampaian

yang mudah dipahami oleh pendengar cerita.

2. Jenis-Jenis Bercerita

Kegiatan bercerita yang bersifat informal banyak dilakukan

dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini dianggap perlu bagi

manusia dan perlu dipelajari. Pada kurikulum pengajaran bahasa di

sekolah, yakni penekanan dan pengagalan kegiatan bercerita yang

bersifat informal. Kegiatan bercerita informal antara lain tukar

pengalaman, percakapan, menyampaikan berita, menyampaikan

pengalaman, bertelpon, memberi petunjuk. Disamping kegiatan

bercerita informal, ada juga yang bersifat formal meliputi ceramah,

perencanaan dan penilaian, interview,berita.Sejalan dengan pendapat

tersebut di atas berdasarkan tujuan penceritaanya, Tarigan

mengklasifikasi bercerita menjadi lima jenis sesuai dengan kutipan

Hardini sebagai berikut:3

a. Bercerita menghibur biasanya bersuasana santai, rileks dan kocak.

Soal pesan bukanlah tujuan utama. Namun tidak berarti bahwa

bercerita menghibur tidak dapat membawakan pesan.

3

Rahayu Hardini.Thesis.Penguasaan Kosakata dengan Ketrampilan Bercerita Siswa Kelas V SD Negeri Se Kecamatan Wonosari Kabupaten GunungKidul.Digilib.uny.ac.id. (online).

(25)

13

b. Bercerita menginformasikan bersuasana serius, tertib, dan hening.

Soal pesan merupakan pusat perhatian, baik pencerita maupun

pendengar berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya.

c. Bercerita mensimulasi juga bersifat serius, kadang-kadang terasa

kaku. Pencerita berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya,

status tersebut dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan,

pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi

pendengarnya.

d. Bercerita meyakinkan adalah pencerita berusaha menggugah

sikap pendengarnya dari tidak setuju, dari tidak simpati menjadi

simpati, dari tidak membantu menjadi membantu.

e. Bercerita menggerakkan merupakan kelanjutan pidato

membangkitkan semangat, pencerita dalam bercerita

menggerakkan haruslah orang yang berwibawa, tokoh idola, atau

panutan masyarakat.

3. Indikator Terampil Bercerita

Setiap kegiatan pembelajaran perlu diadakan penilaian termasuk

dalam pembelajaran kegiatan berbahasa dalam hal ini khususnya

adalah keterampilan bercerita.Cara yang digunakan untuk mengetahui

sejauh mana siswa mampu terampil dalam bercerita adalah dengan

melakukan observasi atau pengamatan keterampilan

(26)

14

evaluasi yang di dalamnya terdapat serangkaian pengamatan yang

harus dilakukan oleh peneliti atau guru.Observasi yang digunakan

dalam penelitian ini menggunakan observasi terstruktur dengan

kerangka kerja yang telah disusun berdasarkan aspek-aspek dalam

bercerita. Adapun aspek-aspek bercerita yang dinilai menurut Burhan

Nurgiyantoro sesuai dengan kutipan Rahayu Hardini meliputi:

a. Ketepatan isi cerita

b. Ketepatan penunjukan detil cerita

c. Ketepatan logika cerita

d. Ketepatan makna seluruh cerita

e. Ketepatan kata

f. Ketepatan kalimat

g. Kelancaran.4

4. Cara Meningkatkan Keterampilan

Untuk meningkatkan keterampilan bercerita seseorang harus

mampu memperhatikan tata bahasa yang digunakan termasuk

ketepatan kata dan kalimat. Selain itu perlu diperhatikan kelancaran

dalam penyampaian kalimat dalam cerita.Yang tidak kalah pentingnya

adalah kepercayaan diri seseorang ketika bercerita. Percaya diri inilah

yang harus dibangun sejak dini. Mengajarkan anak untuk berani

mengemukakan perasaan dan apapun yang ada difikiran mereka.

4

(27)

15

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru harus

menumbuhkan sikap percaya diri siswa.Guru juga harus membiasakan

siswa untuk menyampaikan gagasan secara lisan sesuai dengan

pikiran meraka.Selain itu guru juga harus membiasakan siswa

berkomunikasi dengan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar.

Dengan memperhatikan hal-hal tersebut siswa akan melatih diri untuk

bercerita dengan bahasa sehari-hari mereka dan tidak terpacu oleh

buku bacaan siswa.

B. Media Pembelajaran

1. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah

berarti ‘tengah’,’perantara’atau’pengantar’.Dalam bahasa Arab, media

adalah perantara (ﻞ ﺋﺎﺳ و) atau pengantar pesan dari pegirim kepada

penerima pesan.5Dalam kutipan buku Arsyad Gerlach &Ely

mengatakan bahwa media apabila dipahami secara grafis besar adalah

manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi grafis yang

membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau

sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah

merupakan media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan

5

(28)

16

sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,

memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.

Sementara itu sesuai dengan kutipan Sadiman, Briggs berpendapat

bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan

serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai

adalah contoh-contohnya.6

Menurut Yudhi Munadi bahwa segala sesuatu yang dapat dijadikan

sumber belajar selain guru yang disebut sebagai penyalur atau

penghubung pesan ajar yang diadakan dan diciptakan secara terencana

oleh guru atau pendidik.7

Banyak batasan yang diberikan orang tentang media.Asosiasi

Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki

pengertian yang berbeda.Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik

tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.Begitu juga dengan

Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of

Education and Communication Technology/ AECT) di Amerika,

membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan

orang untuk menyalurkan pesan/informasi.8

2. Manfaat Media dalam Pembelajaran

6

Arief S. Sadiman,Media Pendidikan,( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm 6 7

Yudhi Munadi,Media Pembelajaran,(Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm 5 8

(29)

17

Menurut Kemp & Dayton dalam kutipan Arsyad banyak

keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta

pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan

amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang

menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bahan

pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung

sebagai berikut:9

1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang

melihat atau mendengar penyajian media melalui penerima pesan

yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan

cara berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran

itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat

disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian,

latihan, dan aplikasi lebih lanjut.

2. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat dijadikan sebagai

penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga perhatiannya.

3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif.

4. Dapat mempersingkat lwaktu pemebelajaran. Dengan

menggunakan media akan lebih praktis dan cepat dalam

meyampaikan isi pembelajaran.

5. Meningkatkan kualitas pembelajaran.

9

(30)

18

6. Meningkatkan sikap positif siswa dalam pembelajaran.

7. Dapat memusatkan perhatian siswa terhadapa aspek yang penting

dalam pembelajaran.

3. Media Wayang

Pengertian Wayang Dilihat dari sudut pandang terminologi ada

beberapa pendapat mengenai asal kata wayang.Pendapat pertama

mengatakan wayang berasal dari kata wayangan atau bayangan yaitu

sumber ilham, yang maksudnya yaitu ide dalam menggambar wujud

tokoh.Sedangkan pada pendapat kedua mengatakan kata wayang

berasal dari Wad dan Hyang, artinya leluhur.Dalam Kamus Bahasa

[image:30.612.143.524.165.503.2]

Indonesia Wayang berarti sesuatu yang dimainkan ki Dalang berupa

gambar pahatan dari kulit binatang, melambangkan watak-watak

manusia. Dalam Kamus Bahasa Sunda disebutkan bahwa wayang

adalah boneka berbentuk manusia yang dibuat dari kulit atau kayu,

dan lebih ditegaskan lagi pengertian wayang sama dengan sandiwara

boneka. Dalam pengertian luas wayang bisa mengandung makna

gambar, boneka tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kardus atau

seng yang digunakan sebagai media pembelajaran.10

10

Siti Zainatun. SkripsiPengggunaan Alat Peraga Wayang Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bandar Sakti Kecamatan Terusan Nunyai Lampung Tengah.Digilib unila.ac.id. (online)

(31)

19

4. Tahap Penggunaan Media Wayang

Tahap penggunaan media ini sesuai dengan RPP yang akan dibuat

oleh peneliti, media wayang ini akan disajikan di depan kelas dan guru

bertindak sebagi dalang. Guru memberikan kata kunci mengenai

beberapa tokoh sejarah Hindu-Budha di Indonesia. Siswa merekam

kata kunci tersebut sebagai bahan untuk bercerita mengenai

tokoh-tokoh sejarah Hindu-Budha di Indonesia.Siswa juga diperbolehkan

membuat catatan pribadi dalam buku masing-masing.

5. Kelebihan dan Kekurangan Media Wayang

Wayang sebagai media pembelajaran membantu mengembangkan

analisis siswa dan membawanya ke konsep yang abstrak. Wayang

yang bentuknya menyerupai tokoh dongeng memudahkan siswa dalam

mengetahui watak para tokoh dan memahami peranan setiap tokoh

dalam sejarah.Selain itu mempermudah siswa dalam memahami isi

sejarah yang telah didengarnya, sehingga penggunaan wayang wayang

sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan

tersebut antara lain mampu meningkatkan keterampilan bercerita siswa

, efisien terhadap waktu, tempat biaya dan persiapan, dapat

(32)

20

penggunaan simbol yang sesuai langsung mengena pada sasaran serta

dapat mengembangkan suatu ide atau pesan peristiwa secara estetis.11

Selain memiliki kelebihan, media wayang juga mempunyai sedikit

kekurangan yaitu ketika proses pembuatan media wayang

memerlukan persiapan dan pembuatan yang cukup memakan waktu

dan tidak praktis. Media ini tidak mudah untuk dibawa kapan saja dan

dipakai kapan saja tentu memerlukan waktu untuk mendesain hingga

media wayang dapat dikatakan sebagai media yang menarik.

C. Hakikat IPS

1. Pengertian IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS, istilah ini mulai

dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas

akademik secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan

nasional dan kurikulum 1975. Nama IPS ini sejajar dengan nama mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam disingkat IPA.

Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen

Kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk

pendidikan di sekolah dasar dan menengah.Pendidikan IPS adalah

11

Nur wahyuningsih. Skripsi. Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Melalui Media Wayang Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri I Tambak KecamatanMojosongo Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012.Digilib ums.ac.id.(online)

(33)

21

penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan

humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan

disaksikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan

pendidikan.12

2. Tujuan Pembelajaran IPS

Tujuan IPS di sekolah dasar adalah untuk mempersiapkan para

peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan

(knowledge),ketrampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values)

yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan

masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil

keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan

agar menjadi warga Negara yang baik.13

Tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan memberi

bekal kemampuan dasar kepada siswa-siswi untuk mengembangkan

diri sesuai bakat minat dan kemampuan serta lingkungannya dalam

bidang pembelajaran IPS. Tujuan yang lebih spesifik bisa ditelaah

dibawah ini:

a. Mengembangkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi,

ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan

pedagogis dan psikologis.

12

Sapriya,Pembelajaran IPS. hlm 11 13

(34)

22

b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif,

inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan sosial.

c. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai

sosial dan kemanusiaan.

d. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan kompetensi

dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional,

maupun global.14

3. Ruang Lingkup IPS SD/MI

Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan

manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS

berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik

kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya;

memamfaatkan sumber daya yang ada dipermukaan bumi; mengatur

kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam

rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya,

IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia

di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai

anggota masyarakat.15

Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS

dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau

14

LAPIS PGMI,Pembelajaran IPS. paket 1 15

(35)

23

pada mata pelajaran Geografi dan Sejarah.Terutama gejala dan

masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar

peserta didik MI/SD.

4. Materi Tokoh-tokoh Sejarah Masa Hindu-Budha di Indonesia

Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu-Budha di Indonesia

Agama Hindu-Budha berasal dari India, yang membawa agama

Hindu adalah para pedagang. Para pedagang dari India menyebarkan

agama dan kebudayaan mereka sambil berdagang.Namun, banyak ahli

juga berpendapat bahwa kaum brahmana yang telah membawa agama

Hindu ke tanah air kita. Kita akan mengulas lebih lanjut tokoh-tokoh

sejarah pada masa Hindu di Indonesia.

a. Purnawarman

Purnawarman merupakan raja Tarumanegara.Kerajaan

Tarumanegara merupakan kerajaan tertua kedua setelah kerajaan

Kutai.Purnawarman memeluk agama Hindu yang menyembah

Dewa Wisnu.

Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara

banyak menceritakan kebesaran raja Raja Purnawarman.Prasasti

Ciaruteun terdapat jejak kai seperti tapak kaki Wisnu dan

dinyatakan sebagai tapak kaki Raja Purnawarman.Di bawah

kepemimpinan Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara dan

(36)

24

kepemimpinan ini tercermin dalam Prasasti Tugu.Di prasasti itu

diceritakan pembangunan saluran air untuk pengairan dan

pencegahan banjir.

b. Gajah Mada

Gajah Mada adalah Patih Mangkubumi (Maha Patih)

Kerajaan Majapahit.Namanya mulai dikenal setelah beliau

berhasil memadamkan pemberontakan Kunti.Gajah Mada muncul

sebagai pemuka kerajaan sejak masa pemerintahan Jayanegara

(1309-1328).Karirnya mulai dengan menjadi anggota pasukan

pegawai raja (Bahanyangkari).Mula-mula, beliau menjadi Bekel

Bahanyangkari (setingkat komandan pasukan). Karirnya terus

menanjak pada masa Kerajaan Majapahit ditandai beberapa

pemberontakan, seperti pemberontakan Rangga Lawe (1309),

Lembu Sura (1311), Nambi (1316), dan Kuti (1319).

Pada tahun 1328 Raja Jayanegara wafat.Beliau diganti oleh

Tribhuanatunggadewi.Sadeng melakukan

pembemberontakan.Pemberontakan Sadeng dapat ditumpas oleh

pasukan Gajah Mada.Atas jasanya, Gajah Mada diagkat menjadi

Maha Patih Majapahit pada tahun 1334.Pada upacara

pengangkatannya, beliau bersumpah untuk menakhlukkan seluruh

Nusantara di bawah kekuasan Majapahit.Sumpah itu dikenal

(37)

25

Gajah Mada tetap menjadi Patih Mangkubumi ketika

Hayam Wuruk naik tahta.Beliau mendampingi Hayam

Wurukmenjalankan pemerintahan.Pada masa inilah Majapahit

mengalami masa Kejayaan. Wilayah Majapahit meliputi hampir

seluruh Jawa, sebagian besar Pulau Sumatera, Semenanjung

Malaya, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur hingga Papua.

c. Hayam Wuruk

Hayam Wuruk (1334-1389) adalah raja terbesar

Majapahait.Beliau bergelar Sri Rajasanagara.Beliau adalah putra

Raja Tribhuanatunggadewi dan Kertawardana.Di bawah

pemerintahan beliau, Mahapatih Gajah Mada berhasil

mempersatukan seluruh Nusantara.Daerah kekuasaa Majapahit

kurang lebih meliputi wilayah Indonesia saat ini.Perdagangan

dengan luar Negeri, terutama Cina, mencapai kemajuan, begitu

pula bidang kesusastraan, seni pahat, seni bangun, kahakiman, dan

agama.

Nama Hayam Wuruk terkenal dalam sejarah Indonesia

karena dikisahkan dalam kitab Negarakertagama yang disusun

oleh Empu Prapanca. Peninggalan Majapahit yang terkenal dari

masa pemerintahan Hayam Wuruk anatara lain himpunan kitab

sejarah Singasari dan Majapahit hasil karya Empu Prapanca, serta

(38)

26

Tantular. Salah satu peristiwa penting ketika Hayam Wuruk

berkuasa adalah kemenangan Majapahit dalam pertempuran

melawan Kerajaan Sunda (Pajajaran) tahun 1351.Perang tersebut

dikenal dengan sebutan Perang Bubat.Setelah Hayam Wuruk

wafat (1389), Majapahit mengalami kemerosotan.

Setelah membahas tokoh-tokoh pada masa kerajaan Hindu,

mari kita bahas beberapa tokoh pada masa kejayaan Budha di

Indonesia. kita akan membahas tiga tokoh, yaitu Balaputradewa,

Sakyakirti, dan Kertanegara.

a. Balaputradewa

Balaputradewa adalah raja Sriwijaya yang memerintah

sekitar abad ke-9 atau ke-10 Masehi.Beliau berasal dari keluarga

Syailendra, yang berkuasa di Pulau Jawa mulai sekitar tahun

750.Ayah Balaputradewa bernama Samaragrawira dan ibunya

bernama Tara.Balaputradewa kemudian bergelar

Sriwiairimathana.

Pada zaman pemerintahan Balaputradewa, Sriwijaya

menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Jawa,

Semenanjung Malaya, dan Cina. Karena itu, nama Balaputradewa

juga dikenal di negeri lain. Di daerah Nalanda, India, nama

(39)

27

kuno. Di situ tercantum Suwarnadwipa, sebutan lain bagi Pulau

Sumatra atau Kerajaan Sriwijaya.

b. Sakyakirti

Sakyakirti adalah seorang mahaguru agama Budha yang

ada di Kerajaan Sriwijaya.Menurut kesaksian I-Tsing Sriwijaya

telah menjadi pusat agama Budha. Di sana ada lebih dari seribu

pendeta yang belajar agama Budha. Diperkirakan di Sriwijaya

sudah berdiri sebuah perguruan Budha.Perguruan ini mempunyai

hubungan baik dengan perguruan Budha yang ada di nalanda,

India.

c. Kertanegara

Kertanegara adalah raja terakhir dari Kerajaan

Singasari.Beliau adalah cicit Ken Arok.Kertanegara bergelar

Maharajadhiraja Sri Kertanegara Wikrama

Dharmottunggadewa.Kertanegara adalah raja yang sangat

terkenal baik dalam bidang politik maupun keagamaan.Dalam

bidang politik, Jayanegara dikenal dengan raja yang menguasai

ilmu ketatanegaraan dan mempunyai gagasan memperluas

wilayah kerajaannya.Kertanegara menganut agama Budha

Tantrayana.

Tahun 1275 Kertanegara mengirim pasukan untuk

(40)

28

dikenal dengan ekspedisi Pamalayu. Ketika Kertanegara

memerintah, Kerajaan Singasari sempat menguasai Sumatera,

Bakulapura (Kalimantan Barat), Jawa Barat (Sunda), Madura,

Bali, dan Guru (bagian Indonesia Timur).16

Pemerintah Kertanegara berakhir ketika diserang oleh

Jayakatwang dari Gelang-gelang. Setelah Kertanegara gugur,

seluruh Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang.

16

(41)

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Dalam bahasa Inggris Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebut juga

dengan Classroom Action Research (CAR).CAR memiliki peranan

penting dan strategi untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila

diimplementasikan dengan baik dan benar.

Penelitian tindakan kelas memiliki pengertian sebagai berikut:

1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui

metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis

untuk menyelesaikan suatu masalah.

2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan

tertentu yang terbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk

memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar

mengajar.

3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama

menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.

Penelitian ini adalah penelitian kolaboratif dimana peneliti

bekerjasama dengan guru mata pelajaran. Peneliti menggunakan model

(42)

30

(2) tindakan (acting), (3) observasi (observing) dan (4) refleksi

(reflecting).1

Gb. Siklus Penelitian Kurt Lewin

B. Setting Penelitian

Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu

penelitian, dan subjek penelitian tindakan kelas sebagai berikut:

1. Tempat Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MINU Wedoro Waru

Sidoarjo untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).Tepatnya

1

(43)

31

di kelas VA.Siswa kelas VA mengalami kesulitan dalam meningkatkan

ketrampilan bercerita tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di

Indonesia.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester genap yakni bulan

Januari 2016 sampai selesai.

3. Subjek Penelitian

Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas

VA yang terdiri dari 42 siswa dengan komposisi perempuan 26 siswa

dan laki-laki 16 siswa.

C. Variabel yang Diteliti

Dalam penelitian tindakan kelas ini, variabel-variabel yang

diseleidiki sebagai berikut:

1. Variabel input : siswa kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo

2. Variabel proses : penggunaan media wayang

3. Variabel output : peningkatan keterampilan bercerita materi

tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di

(44)

32

D. Rencana Tindakan

1. Pra Siklus

Pra siklus ini peneliti akan mengadakan wawancara kepada

guru mata pelajaran IPS kelas VA serta peneliti juga melakukan

observasi untuk mengetahui pembelajaran secara langsung sebelum

siklus I dan II dilakukan.

2. Siklus 1

a. Perencanaan (Planning)

1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui

kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan

menggunakan media pembelajaran berupa wayang.

2. Membuat rencana pembelajaran.

3. Membuat lembar kerja siswa.

4. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.

5. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

b. Tindakan (Acting)

Setelah dilakukan perencanaan secara memadai,

selanjutnya dilakukan tindakan dengan menggunakan media

wayang pada pembelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah masa

Hindu-Budha di Indonesia. Secara kelompok, siswa terlebih

(45)

33

dalang.Selanjutnya, secara individu siswa bercerita di kelompok

masing-masing secara bergantian.

c. Observasi (Observing)

1. Situasi pada saat pembelajaran berlangsung.

2. Keaktifan siswa.

3. Keterampilan siswa dalam bercerita.

d. Refleksi (Reflecting)

Penelitian melakukan evaluasi terhadap kekurangan atau

kelemahan dari implementasi tindakan sebagai bahan dan

pertimbangan untuk perbaikan siklus berikutnya.

3. Siklus 2

Pada siklus kedua ini dimaksudkan untuk perbaikan dari siklus

pertama. Tahapan pada siklus kedua ini sesuai dengan tahapan siklus

kedua yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi

(observasing), refleksi (reflecting). Pada tahap refleksi peneliti

bersama guru berdiskusi untuk mengevaluasi dan merefleksi siklus I

dan siklus II. Serta membuat kesimpulan pada pembelajaran mengenai

bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia,

dengan media wayang ini dalam meningkatkan keterampilan bercerita

tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia setelah

(46)

34

E. Sumber Data

Sumber data dalam PTK ini terdiri dari beberapa sumber yaitu:

1. Siswa

Untuk mendapatkan data peningkatan keterampilan bercerita siswa

dalam proses pembelajaran.

2. Guru

Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran

menggunakan media wayang dalam proses pembelajaran.

F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik

Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti melakukan

pengumpulan data dengan berbagai teknik. Teknik pengumpulan data

tersebut adalah:

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data)

untuk memotret seberapa jauh efek tindakan kelas mencapai

sasaran.Dalam PTK ini peneliti melakukan wawancara untuk

mengetahui aktivitas siswa pada saat pembelajaran IPS

berlangsung.2Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi untuk

2

(47)

35

mendapatkan informasi tentang kondisi siswa kelas VA MINU

Wedoro Sidoarjo pada saat pembelajaran berlangsung.

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang

diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat

memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang perlu dan

memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan

kelas.3Wawancara juga dapat diartikan sebagai teknik

mengumpulkan data dengan bahasa lisan baik dengan tatap muka

atau melalui media lain.4Wawancara dilakukan kepada guru kelas

VA MINU Wedoro Sidoarjo. Wawancara ini bertujuan untuk

mencari data dan menggali informasi dari narasumber tentang

proses belajar mengajar mata pelajaran IPS dalam pokok bahasan

bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di

Indonesia.

3

Ibid., hlm 157 4

(48)

36

c. Non Tes

Non tes adalah penilaian proses dan hasil belajar siswa dari

segi afektif dan psikomorik yang dapat diamati secara langsung

dalam proses pembelajaran.5

2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data sesuai dengan teknik pengumpulan

data sebagai berikut:

a. Observasi : Lembar observasi

b. Wawancara : Lembar wawancara

c. Non tes : Rubrik kriteria penilaian keterampilan bercerita

a. Observasi

Pada tahap ini, guru sebagai observer melakukan

pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan

terjadi selama tindakan berlangsung.6Untuk memudahkan

observer peneliti membuat rubrik sebagai instrument

observasi.Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data

yang dilakukan dengan teknik observasi adalah sebagai berikut:

5Mohammad Ali,Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: tp 2009) hlm 149 6

(49)

[image:49.612.126.528.113.725.2]

37

Tabel 3.1

Lembar Observasi Siswa

No Indikator yang Diamati

Kriteria Skor Hasil

1 Pendahuluan  Siswa merespon apersepsi yang diberikan oleh guru

Siswa tidak mendengarkan

apersepsi yang di berikan oleh guru dan tidak dapat merespon dengan baik

1

Sebagian kecil siswa

mendengarkan apersepsi yang diberikan oleh guru dan mampu memberikan respon dengan baik

2

Sebagian besar siswa mendengarkan apersepsi yangdiberikan oleh guru dan

mampu memberikan respon dengan baik

3

Semua siswa mendengarkan apersepsi dengan baik dan mampu merespon dengan sangat baik

4  Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru

Siswa tidak mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru

1

Sebagian kecil siswa

mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru

2

Sebagian siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru

3

Semua siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampikan oleh guru

4

2 Kegiatan Inti  Siswa

menjawab

Siswa tidak antusias ketika menjawab pertanyaan dari guru

1

(50)

38 pertanyaan yang disampaikan oleh guru

ketika menjawab pertanyaan dari guru

Sebagian besar siswa antusias ketika menjawab pertanyaan dari guru

3

Semua siswa antusias ketika menjawab pertanyaan dari guru

4  Siswa memusatkan perhatian ketika guru menunjukkan media wayang yang akan digunakan

Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru

1

Sebagian kecil memperhatikan penjelasan guru

2

Sebagian besar memperhatikan penjelasan guru

3

Seluruh siswa memperhatikan penjelasan guru

4

 Siswa

memperhatika n guru ketika menjelaskan materi

Siswa tidak memperhatikan penjelasan materi

1

Sebagian kecil siswa

memperhatikan penjelasan materi 2

Sebagian besar siswa

memperhatikan penjelasan materi 3

Semua siswa memperhatikan

penjelasan materi 4

 Siswa secara berkelompok menyelesaikan soal sesuai dengan penjelasan guru

Siswa secara berkelompok tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik

1

Sebagian kecil siswa kelompok dapat menyelesaikan soal dengan baik

2

Sebagian besar kelompok dapat menyelesaikan soal dengan baik

3

Semua kelompok dapat

menyelesaikan soal dengan baik

(51)

39  Respon kelompok terhadap hasil diskusi

Siswa secara berkelompok tidak merespon dengan baik ketika guru meminta untuk menjelaskan jawaban soal yang telah didiskusikan

1

Sebagian kecil kelompok merespon dengan baik ketika guru meminta untuk menjelaskan jawaban soal yang telah didiskusikan

2

Sebagian besar kelompok merespon dengan baik ketika guru meminta untuk menjelaskan jawaban soal yang telah didiskusikan

3

Seluruh kelompok merespon dengan baik ketika guru meminta untuk menjelaskan jawaban soal yang telah didiskusikan

4  Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang hasil diskusi

Siswa tidak mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil diskusi

4

Siswa tidak mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil diskusi

3

Siswa tidak mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil diskusi

2

Siswa tidak mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil diskusi

1

 Siswa antusias ketika guru memberikan tes lisan yaitu bercerita

Siswa tidak antusias ketika guru memberikan tes lisan

4

Siswa tidak antusias ketika guru memberikan tes lisan

3

Siswa tidak antusias ketika guru memberikan tes lisan

(52)

40

Siswa tidak antusias ketika guru memberikan tes lisan

1

Penutup

 Respon siswa terhadap ajakan guru untuk

menyimpulkan pembelajaran

Siswa tidak merespon guru untuk menyimpulkan pembelajaran

4

Siswa tidak merespon guru untuk menyimpulkan pembelajaran

3

Siswa tidak merespon guru untuk menyimpulkan pembelajaran

2

Siswa tidak merespon guru untuk menyimpulkan pembelajaran

1

[image:52.612.128.528.111.704.2]

Hasil observasi = Skor yang diperoleh X 100 Skor maksimal

Tabel 3.2

Lembar Observasi Guru

No Indikator yang Diamati Kriteria Skor Hasil

1 Pendahuluan

 Guru memberikan apersepsi

Guru tidak memberikan apersepsi

1

Guru memberikan apersepsi dengan bahasa yang sulit dipahami oleh siswa sehingga siswa tidak dapat mengaitkan pembelajaran hari ini dengan pembelajaran kemaren

2

Guru memberikan apersepsi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa namun hanya sebagian kecil saja yang memberikan respon

3

Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan semua siswa merespon dengan baik

4

 Guru Guru tidak menyampaikan

tujuan pembelajaran

(53)

41

menyampaikan tujuan

pembelajaran

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara umum sehingga siswa tidak dapat memahami tujuan pembelajaran yang akan dicapai

2

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara spesifik tapi kurang jelas

3

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas

sehingga siswa mengetahui yang akan dicapai dalam

pembelajaran

4

2 Kegiatan Inti

 Guru melakukan tanya jawab

Guru tidak melakukan tanya jawab

1

Guru jarang melakukan tanya jawab

2

Guru sering melakukan tanya jawab

3

Guru selalu melakukan tanya jawab 4  Guru menunjukkan media wayang dan menjelaskan kegunaan media wayang tersebut

Guru tidak menunjukkan dan menjelaskan kegunaan media wayang

1

Guru menunjukkan tetapi tidak menjelaskan mengenai media wayang

2

Guru menunjukkan dan menjelaskan media wayang tetapi kurang jelas

3

Guru menunjukkan dan menjelaskan kegunaan media wayang secara jelas

(54)

42

 Guru menjelaskan materi

Guru tidak menjelaskan materi tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia

1

Guru menjelaskan sebagian materi yaitu tokoh sejarah masa Hindu di Indonesia

2

Guru menjelaskan semua tokoh-tokoh sejarah Hindu-Budha di Indonesia tetapi kurang jelas

3

Guru menjelaskan seluruh

materi dengan jelas 4

 Guru memberikan lembar kerja kelompok untuk diselesaikan ketika guru menjelaskan materi menggunakan media wayang

Guru tidak memberikan LK kepada masing-masing kelompok

1

Guru memberikan LK tetapi tidak diselesaikan ketika guru menjelaskan materi

menggunakan media wayang

2

Guru memberikan LK tetapi sebagian kelompok diselesaikan ketika guru menjelaskan materi menggunakan media wayang

3

Guru memberikan LK dan diselesaikan ketika guru menjelaskan materi

menggunakan media wayang

4  Guru menginstruksikan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya

Guru tidak menginstruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi

1

Guru menginstruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi tetapi kurang jelas sehingga semua kelompok kurang memahami

(55)

43

Guru menginstruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi secara jelas tetapi sebagian kelompok kurang memahami

3

Guru menginstruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi dengan sangat jelas sehingga semua kelompok memahaminya

4

 Guru meluruskan hasil diskusi kelompok

Guru tidak meluruskan hasil diskusi kelompok

1

Guru meluruskan hasil diskusi kelompok terlalu singkat

2

Guru meluruskan hasil diskusi kelompok secara detail tetapi siswa kurang memahami penejelasan guru

3

Guru meluruskan hasil diskusi ke`lompok secara detail dan semua siswa dapat

memahaminya 4  Guru memfasilitasi siswa dengan media wayang sebagai alat bantu bercerita

Guru tidak memfasilitasi siswa menggunakan media wayang saat bercerita

1

Guru memfasilitasi siswa dengan media wayang namun tidak dapat membantu siswa ketika bercerita

2

Guru memfasilitasi siswa dengan media wayang tetapi sebagian kecil siswa yang terbantu dengan adanya media tersebut

(56)

44

Guru memfasilitasi siswa

dengan media wayang dan dapat membantu semua siswa ketika bercerita

4

Penutup

 Guru mengajak siswa

menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan

Guru tidak mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan

1

Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telak dilakukan tetapi kurrang jelas sehingga siswa kurang memahaminya

2

Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan secara jelas tetapi sebagian siswa tidak dapat memahaminya

3

Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan secara jelas dan semua siswa dapat

memahaminya

4

Hasil observasi = Skor yang diperoleh X 100 Skor maksimal

b. Wawancara

Instrumen yang digunakan untuk menyimpulkan data yang

dilakukan dengan teknik wawancara adalah wawancara terbuka

(57)

45

Format Pedoman Wawancara

1. Bagaimana kemampuan berbicara siswa dalam

mengkomunikasikan hasil diskusi atau pembelajaran ?

2. Berkaitan dengan hal diatas, bagaimana keterampilan

siswa dalam bercerita mengenai tokoh-tokoh sejarah masa

Hindu-Budha di Indonesia ?

3. Bagaimana hasil belajar siswa pada aspek keterampilan

bercerita ?

4. Apa saja hambatan dalam pembelajaran di kelas dalam

upaya meningkatkan keterampilan bercerita terhadap

materi tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di

Indonesia ?

5. Bagimana hasil dari media yang pernah digunakan?

alasandari berhasil dan tidak berhasil !

6. Berapa KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran IPS ?

c. Non Tes

Dalam penilaian non tes ada beberapa teknik yang dapat

digunakan diantaranya daftar cek, skala penilaian, angket, studi

kasus, catatan insidental, sosiometri dan inventori.7Berdasarkan

penjelasan tersebut, peneliti dalam penelitian ini menggunakan

7

(58)

46

teknik skala penilaian. Dalam skala penilaian fenomena yang

akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan tertentu yaitu

kriteria penilaian.8Peneliti membuat kriteria yang akan dinilai

dalam sebuah rubrik penilaian. Rubrik tersebut yang akan

menjadi acuan peneliti maupun guru untuk menilai

keterampilan bercerita siswa. Rubrik kriteria penilaian sebagai

[image:58.612.128.527.195.626.2]

berikut:

Tabel 3.3

KRITERIA KETERAMPILAN BERCERITA

Kriteria Sangat Baik

3 Baik 2 Cukup 1 Ketepatan isi cerita dengan materi

Isi cerita sangat tepat dengan materi

Isi cerita kurang tepat dengan materi

Isi resume tidak tepat dengan materi Ketepatan kata Siswa

menggunakan kata yang tepat saat bercerita

Terdapat kata yang kurang tepat saat bercerita

Sebagian besar kata kurang tepat saat bercerita Ketepatan kalimat Susunan kalimat

yang digunakan tidak berbelit-belit dan mudah dipahami ketika bercerita Susunan kalimat yang digunakan sedikit berbelit-belit sehingga sulit untuk dipahami Susunan kalimat yang digunakan berbelit-belit sehingga kalimat diulang beberapa kali dan sangat sulit untuk dipahami

8

(59)

47

Kelancaran Siswa bercerita sangat lancar dan tidak mengingat-ingat Siswa bercerita dengan lancar tetapi sedikit mengingat-ingat kembali Siswa tidak lancar ketika bercerita Intonasi ketika bercerita Intonasi ketika bercerita sangat tepat Intonasi ketika bercerita kurang tepa Intonasi ketika bercerita tidak tepat Percaya diri Siswa sangat percaya diri ketika bercerita Siswa kurang percaya diri ketika bercerita (malu) Siswa tidak percaya diri saat bercerita (takut)

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini, menggunakan analisis deskriptif. Data yang akan

di analisis adalah data kualitatif dan data kuantitatif, yaitu sebagai berikut:

a. Data Kualitatif ialah data yang berupa informasi berbentuk kalimat

yang memberi gambaran semua aktivitas siswa ketika pembelajaran di

kelas. Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran tentang

kegiatan pembelajaran siswa kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo

dengan menggunakan media wayang. Hal yang berkaitan dengan

aktivitas siswa dalam prosese pembelajaran yaitu perhatian, antusias

dalam belajar, kepercayaan diri. Data-data tersebut dapat dianalisis

secara deskriptif.

b. Data Kuantitatif (ketrampilan bercerita siswa) data ini dapat dianalisis

(60)

48

bercerita serta ketuntasan belajar. Analisis data tersebut dapat

dilakukan dengan cara mengubah skor yang diperoleh siswa:

1. Skor Ketrampilan Bercerita

Nilai=

Analisis data hasil dari skor yang diperoleh siswa ketika

bercerita dan prosentase hasil peningkatan ketrampilan siswa

setelah proses belajar mengajar menggunakan media wayang

tersebut perlu mencari rata-rata, untuk membuat hasil penelitian

dengan statistik sederhana yaitu:

2. Penilaian Hasil Peningkatan Keterampilan Siswa

Untuk mengetahui hasil peningkatan ketrampilan bercerita

siswa dalam proses pembelajaran, maka perlu dicari rata-rata untuk

membuat kesimpulan atau hasil penelitian menggunakan rumus

berikut:

Σ semua nilai siswa

Rata-rata yang dicari = Σ siswa

3. Ketuntasan Belajar

Skor yang diperoleh

X 100

(61)

49

Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses

pembelajaran di kelas, maka peneliti menggunakan rumus:

Σ siswa yang tuntas belajar

Prosentase ketuntasan= Σ siswa X 100%

Dengan rumus tersebut tingkat keberhasilan akan diperoleh

[image:61.612.140.527.161.556.2]

dan dapat dikelompokkan menjadi lima ketegori sebagai berikut:9

Tabel 3.4

Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar

Prosentase Nilai Huruf Kualifikasi

90% -100% A Sangat Baik

80% - 89% B Baik

65% - 79% C Cukup

55% - 64% D Kurang

<55% TL Tidak Lulus/ Gagal

9

(62)

50

H. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk

melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau

memperbaiki mutu PBM di kelas.

Sesuai dengan penjelasan di atas, penelitian ini dianggap selesai

apabila memenuhi kriteria berikut:

1. Skor aktivitas guru mencapai skor 85.

2. Skor aktivitas siswa mencapai skor 85.

3. Nilai rata-rata kelas pada materi tokoh-tokoh sejarah masa

Hindu-Budha di Indonesia mencapai skor 80.

4. Prosentase ketuntasan belajar siswa mencapai 85%.

I. Tim Peneliti dan Tugasnya

Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan berkolaborasi dengan

guru mata pelajaran IPS yaitu Ibu Zuraidatus Solichah, S.Pd. Guru sebagai

kolaborator bersama peneliti sekaligus sebagai observator selama kegiatan

penelitian tindakan kelas. Peneliti dan kolaborator bertugas penuh dalam

pelaksanaan penelitian tindakan kelas agar memenuhi hasil yang

(63)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Data hasil penelitian ini diperoleh melalui hasil observasi,

wawancara dan penilaian. Observasi bertujuan untuk mengamati aktivitas

guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang

sedang berlangsung. Selain dari hasil observasi, data juga diperoleh

melalui wawancara kepada guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS) untuk menemukan gambaran tentang hasil belajar materi

tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia yaitu dalam menceritakan

kembali dengan menggunakan bahasa sehari-hari sebelum menggunakan

media wayang.

Untuk penyajian dan penilaian ini peneliti mengelompokkan

tahap-tahap menjadi tiga kelompok yaitu:

1. Tahap Pra Siklus

2. Siklus I

(64)

✂ ✄

Berikut penyajian data pada setiap tahapnya:

1. Tahap Pra Siklus

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dari hasil wawancara

dan pre tes. Peneliti melakukan wawancara pada guru mata pelajaran

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pelaksanaan kegiatan wawancara

tersebut dilakukan pada hari Rabu tanggal 16 November 2016 pukul

09.00 WIB. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal

pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terkait media

pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPS. Selain

wawancara, peneliti juga melakukan pre tes untuk mengetahui hasil

keterampilan bercerita kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo pada mata

pelajaran IPS.

Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa media yang pernah

digunakan ialah tebak gambar. Tetapi guru merasa bahwa media ini

kurang berhasil karena ketika tebak gambar diterapkan di kelas siswa

tidak mengenal gambar wajah para tokoh sejarah masa Hindu-Budha

di Indonesia. Hal ini dikarenakan sumber gambar yang masih kurang

jelas. Akibatnya siswa kurang mampu mengidentifikasi gambar para

tokoh dan hal ini juga mempengaruhi kemampuan siswa dalam

bercerita secara lisan dengan bahasa sehari-hari. Hal tersebut dapat

(65)

☎ ✆

tanggal yang sama dengan wawancara. Ada 22 siswa yang

memperoleh nilai di bawah KKM, yaitu 75. Sedangkan siswa yang

memperoleh nilai di atas KKM dan dapat dikatakan tuntas berjumlah

20 siswa. Dari nilai yang diperoleh siswa tersebut dapat dikatakan

bahwa hasil belajar siswa kurang memuaskan. Sebagaimana dapat

[image:65.612.144.506.211.695.2]

dilihat pada Tabel 4.1 berikut:

Tabel 4.1

Hasil Nilai Pre Tes Siswa Kelas VA

No Nama

Siswa

Skor Keterangan

1 Siswa A 77 Tuntas

2 Siswa B 88 Tuntas

3 Siswa C 61 Tidak Tuntas

4 Siswa D 72 Tidak Tuntas

5 Siswa E 55 Tidak Tuntas

6 Siswa F 55 Tidak Tuntas

7 Siswa G 61 Tidak Tuntas

8 Siswa H 55 Tidak Tuntas

9 Siswa I 61 Tidak Tuntas

10 Siswa J 66 Tidak Tuntas

11 Siswa K 66 Tidak Tuntas

12 Siswa L 55 Tidak Tuntas

13 Siswa M 55 Tidak Tuntas

14 Siswa N 88 Tuntas

15 Siswa O 88 Tuntas

16 Siswa P 77 Tuntas

17 Siswa Q 88 Tuntas

18 Siswa R 88 Tuntas

19 Siswa S 94 Tuntas

20 Siswa T 100 Tuntas

21 Siswa U 83 Tuntas

22 Siswa V 72 Tidak Tuntas

(66)

✝ ✞

24 Siswa X 83 Tuntas

25 Siswa Y 83 Tuntas

26 Siswa Z 100 Tuntas

27 Siswa AA 50 Tidak Tuntas

28 Siswa AB 88 Tuntas

29 Siswa AC 66 Tidak

Gambar

gambar wajah para tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia. Hal ini
gambar pahatan dari kulit binatang, melambangkan watak-watak
Tabel 3.1Lembar Observasi Siswa
Tabel 3.2Lembar Observasi Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kurt Lewin yang dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan,

Metode penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Curt Lewin yang terdiri dari dua siklus dengan empat tahapan yaitu , 1) Perencanaan, 2)

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model kurt levin yang terdiri dari pra siklus,

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kurt Lewin yang terdiri dari dua siklus dengan empat tahap yaitu, 1) Perencanan, 2)

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dengan menggunakan model Kurt Lewin. Tindakan yang dilakukan terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya memiliki 4

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan model Kurt Lewin yang terdiri dari 2 siklus dan setiap siklusnya terdapat 4 tahapan (perencanaan, tindakan, pengamatan, dan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin. Pada siklus 1 dan siklus 2 terdiri dari 4 tahap yaitu

Metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model Kurt Lewin dilaksanakan sebanyak dua siklus. Masing-masing siklus terdiri dari