PENGGUNAAN MEDIA WAYANG
UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERCERITA TENTANG TOKOH-TOKOH SEJARAH
MASA HINDU-BUDHA DI INDONESIA PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VA MINU WEDORO SIDOARJO
SKRIPSI
Oleh
HAFIDA AINUR ROHMAH D97213111
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
ABSTRAK
Ainur Rohmah, Hafida. 2017.Penggunaan Media Wayang Untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita Tentang Tokoh-tokoh Sejarah Masa Hindu Budha di Indonesia Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo.Skripsi. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing (1) M. Bahri Musthofa, M.Pd.I, M.Pd. (2) Irfan Tamwifi, M. Ag.
Kata kunci: Penggunaan Media Wayang, Meningkatkan Keterampilan Bercerita.
Penelitian ini dilatarbelakangi kesulitan siswa kelas VA untuk bercerita di depan kelas pada mata pelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia. Siswa juga merasa kesuliatan mengenali gambar wajah para tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha di Indonesia. Hal ini disebabkan oleh sumber penggunaan media yang kurang menarik dalam pembelajaran.
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) Bagaimana penggunaan media wayang dalam meningkatkan keterampilan bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia pada mata pelajaranh IPS di kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo? (2) Bagaimana peningkatan keterampilan bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu Budha di Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo setelah tindakan?
Untuk memperoleh hasil penelitian ini, peneliti melakukan penelitian tindakan kelas menggunakan model Kurt Lewin. Terdiri dari Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II. Pada Siklus I dan siklus II terdiri dari 4 tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan Refleksi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu data kualitatif dan kuantitatif. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo yang terdiri dari 42 dengan komposisi 26 siswi dan 16 siswa.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL……… i
HALAMAN JUDUL... ii
MOTTO……….. iii
PERSEMBAHAN……….. iv
PERSETUJUAN SKRIPSI………... v
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI………. vi
ABSTRAK……….. vii
KATA PENGANTAR……… viii
DAFTAR ISI……….. x
DAFTAR TABEL……….. xiii
DAFTAR GAMBAR………. xiv
DAFTAR DIAGRAM……… xv
DAFTAR LAMPIRAN……….. xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… 1
B. Rumusan Masalah………. 5
C. Hipotesis Tindakan………... 6
D. Tujuan Penelitian………. 6
E. Lingkup Penelitian………... 7
F. Manfaat Penelitian ……….. 7
G. DefinisiOprasional……….. 8
H. Sistematika Pembahasan………. 10
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hakikat Keterampilan………. 11
1. Pengertian Keterampilan Bercerita………. 11
2. Jenis-jenis Bercerita……….. 12
3. Indikator Keterampilan Bercerita……….. 13
4. Cara Meningkatkan Keterampilan Bercerita……….. 14
B. Media Pembelajaran……… 15
1. Pengertian Media Pembelajaran………... 15
2. Manfaat Media Pembelajaran………... 17
3. Media Wayang……….. 18
4. Tahap Penggunaan Media Wayang……….. 19
5. Kelebihan dan Kekurangan Media Wayang………. 19
C. Hakikat IPS……… 20
1. Pengertian IPS ……… 20
2. Tujuan Pembelajaran IPS……… 21
3. Ruang Lingkup IPS SD/MI………. 22
4. Materi Tokoh-Tokoh Sejarah Masa Hindu-Budha di Indonesia.. 23
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian………. 29
B. Setting Penelitian……… ………. 30
C. Variabel yang Diteliti…. …..……… . 31
D. Rencana Tindakan……… 32
E. Sumber Data……… ………..…... 34
F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data……….………. 34
G. Teknik Analisis Data……….. 47
H. Indikator Kinerja……… 50
I. Tim Peneliti dan Tugasnya………. 50
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil penelitian ………. 51
1. Pra Siklus……… 52
2. Siklus I……… 56
3. Siklus II……….. 81
B. Pembahasan… ………. 105
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ……….. 114
B. Saran………. 115
DAFTAR PUSTAKA……… 116
PERNYATAAN KEASLIHAN TULISAN……….. 118
RIWAYAT HIDUP……….. 119
LAMPIRAN-LAMPIRAN……… 120
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Lembar Observasi Aktivitas Siswa……….. 37
3.2 Lembar Observasi Aktivitas Guru……… 40
3.3 Kriteria Keterampilan Bercerita………. 46
3.4 Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar……….. 49
4.1 Hasil Nilai Pre Tes Siswa Kelas VA……… 53
4.2 Perolehan Aktivitas Guru Siklus I……….. 61
4.3 Perolehan Aktivitas Siswa Siklus I……….. 66
4.4 Hasil Penilaian Produk Siswa Siklus I………. 71
4.5 Hasil Penilaian Keterampilan Bercerita Siklus I……… 74
4.6 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus I……… 77
4.7 Perolehan Aktivitas Guru Siklus II……….. 86
4.8 Perolehan Aktivitas SiswaSiswa Siklus II……….. 90
4.9 Hasil Penilaian Produk Siswa Siklus II……… 94
4.10 Hasil Penilaian Keterampilan Bercerita Siklus II……….. 98
4.11Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Siklus II……….. 100
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Hasil Observasi Aktivitas Guru……….. 108
4.2 Hasil Observasi Aktivitas Siswa………. 108
4.3 Hasil Keterampilan Bercerita Siswa Pra Siklus……… 110
4.4 Hasil Keterampilan Bercerita Siswa Siklus I……… 111
4.5 Hasil Keterampilan Bercerita Siswa Siklus II……….. 112
4.6 Peningkatan Hasil Keterampilan Bercerita Siswa……… 113
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah pelajaran wajib yang harus
ada dalam kurikulum pendidikan dasar dan menengah.Hal ini sesuai
dengan UU Sisdiknas pasal 37.1Pentingnya pengajaran IPS di sekolah agar
peserta didik mampu mengembangkan konsep-konsep dasar sosiologi,
geografi, ekonomi, sejarah dan kewarganegaraan melalui pendekatan
pedagogis.Peserta didik juga diharapkan mampu berfikir kritis dan kreatif,
inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan sosial.Tidak hanya itu
peserta didik juga harus membangun komitmen dan kesadaran terhadap
nilai-nilai sosial dan kemanuasian serta mampu bekerjasama dalam
masyarakat majemuk baik secara nasional maupun global.2Melihat
cakupan IPS itu sangat luas, guru harus melakukan pembinaan secara
berkesinambungan mulai dari tingkat rendah sampai ke tingkat yang lebih
tinggi.Oleh karena itu, pengajaran IPS harus dimulai sejak dini dari tingkat
sekolah dasar.3
Sesuai dengan penjelasan di atas bahwa IPS mempunyai beberapa
aspek diantaranya ialah sejarah, sejarah sangat penting untuk memberikan
1
Sapriya,Pembelajaran IPS,(Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012), hlm 79 2
LAPIS PGMI,Pembelajaran IPS MI, (Surabaya: Amanah Pustaka, 2009) paket 3 3
2
nilai dan norma yang dapat dijadikan pedoman bagi kehidupan
sehari-hari.4 Dengan demikian pentingnya mempelajari materi IPS yaitu
tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia ialah mengenali
keberhasilan dan kegagalan dari para tokoh sejarah baik Hindu maupun
Budha di Indonesia ketika memimpin sebuah kerajaan, serta meneladani
kepemimpinannya yang gigih. Dari materi tersebut dapat diketahui pula
hal yang dapat mempengaruhi kemajuan dan kejatuhan suatu Negara atau
sebuah peradaban.
Siswa MINU Wedoro Sidoarjo mengalami kesulitan dalam
meningkatkan keterampilan bercerita materi tokoh-tokoh sejarah masa
Hindu- Budha di Indonesia. Hal ini didasarkan atas hasil wawancara
dengan guru kelas VA . Dalam aspek ketrampilan bercerita siswa kelas
VA MINU Wedoro belum terbiasa untuk mengungkapkan suatu hal di
depan kelas, perlu adanya persiapan yang matang dari peserta didik. Jika
tidak ada persiapan, ketrampilan bercerita siswa masih kurang bagus. Guru
telah menggunakan beberapa media yaitu tebak gambar dan media ini
dirasa kurang berhasil karena ketika tebak gambar siswa tidak mengerti
gambar wajah para tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia. Hal ini
dikarenakan sumber gambar yang masih kurang jelas.5Akibat dari siswa
4
Astalog, Mengapa Belajar Sejarah Itu Penting?, https://www.astalog.com/4910/mengapa-belajar-sejarah-itu-penting.htm diakses pada tanggal 10-10-2016 pukul 19.30 WIB
5
3
yang kurang mampu mengidentifikasi gambar para tokoh, sebagian dari
siswa memperoleh nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
Nilai KKM yang ditetapkan di sekolah tersebut pada pelajaran IPS pada
setiap Kompetensi Dasar (KD) yaitu 75, akan tetapi ketrampilan bercerita
siswa pada materi tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia
memperoleh nilai rata-rata 72,19 yang diperoleh dari 42 siswa, 20 siswa
yang mencapai KKM dengan prosentase 48% sedangkan 22 siswa yang
belum mencapai KKM dengan prosentase 52%. Hal tersebut menunjukkan
bahwa nilai keterampilan bercerita siswa sangat jauh dari standart yang
seharusnya diperoleh.
Sebagai alternatif penyelesaian masalah diatas, dalam penelitian
tindakan kelas ini, peneliti menggunakan model Kurt Lewin dan peneliti
menggunakan wayang sebagai media pembelajaran dalam pembelajaran
bercerita materi tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha. Media ini
menarik perhatian siswa dan membantu siswa untuk mengungkapkan
semua hal yang ada dipikiran mereka.Dengan media ini diharapkan siswa
mampu bercerita dengan baik bukan menghafal dan masih
mengingat-ingat.Namun siswa dapat memahami cerita tokoh-tokoh sejarah lalu
mengungkapkan kembali cerita tersebut dengan bahasa yang dimiliki oleh
siswa.Dengan adanya media yang menarik diharapkan dapat menambah
kepercayaan diri siswa sehingga siswa mampu bercerita dengan lancar dan
4
media wayang dengan memunculkan tokoh-tokoh sejarah pada masa
Hindu-Budha ke dalam gambar animasi.Serta mengilustrasikan pagelaran
wayang ke bentuk yang sederhana dan bisa di aplikasikan di dalam kelas.
Guru akan bertindak sebagai dalang untuk menyampaikan materi
menggunakan media wayang tersebut. Dengan demikian suasana belajar
menjadi hidup dan menyenangkan.
Penelitian menggunakan wayang sebagai media untuk
meningkatkan ketrampilan berbicara mendongeng dalam pembelajaran
bahasa Indonesia siswa kelas III SD Negeri Tirtoyoso Surakarta yang
ditulis oleh Nanda Setyanto mampu meningkatkan ketrampilan berbicara
mendongeng siswa. Setiap siklus menunjukkan bahwa siklus I nilai
rata-rata kelas 70,55 dengan prosentase ketuntasan kelas 65,52%. Pada siklus II
nilai rata-rata kelas meningkat menjadi 81,03 dengan prosentase
ketuntasan kelas sebesar 93,10%.6
Penggunaan media wayang untuk meningkatkan aktivitas siswa
dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika kelas IV SD Negeri 1
Bandar Sakti Lampung yang ditulis oleh Siti Zaenatun pada tahun 2011
menunjukkan bahwa media wayang dapat meningkatkan aktivitas siswa
dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika dengan nilai rata-rata
6http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdsolo/article/view/8806 diakses pada tanggal 19-10-2016
5
kelas pada siklus pertama 73,07 dan mengalami peningkatan 1,80 di siklus
kedua 74,87.7
“Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Melalui Media
Wayang Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri 1
Tambak Kecamatan Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012” yang ditulis oleh
Nur Wahyuningsih. Siklus I dengan hasil prosentase 57,9% dan
mengalami peningkatan pada siklus II prosentase mencapai 89,48%.8
Dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “Penggunaan Media Wayang Untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita Tentang Tokoh-Tokoh Sejarah Masa Hindu-Budha Di Indonesia Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo.”
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini ada dua, yakni:
1. Bagaimana penggunaan media wayang dalam meningkatkan
keterampilan bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha
di Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas VA MINU Wedoro
Sidoarjo?
7
http://digilib.unila.ac.id/781/8/BAB%20II.pdfdiakses pada tanggal 14-10-2016 pukul 08.30 WIB
8
6
2. Bagaimana peningkatan keterampilan bercerita tentang tokoh-tokoh
sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia pada mata pelajaran IPS di
kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo setelah tindakan?
C. Hipotesis Tindakan
Metode pemecahan masalah yang akan digunakan dalam PTK ini,
yaitu media wayang yang akan dimodifikasi dan diterapkan secara
sederhana dalam pembelajaran. Dengan media wayang ini, diharapkan
keterampilan bercerita dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
meningkat.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiaan sebagai
berikut :
1. Mengetahui penggunaan media wayang dalam meningkatkan
keterampilan bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha
di Indonesia pada mata pelajaran IPS di kelas VA MINU Wedoro
Sidoarjo.
2. Mengetahui peningkatan keterampilan bercerita tentang tokoh-tokoh
sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia pada mata pelajaran IPS di
7
E. Lingkup Penelitian
Sehubungan dengan kegiatan penelitian ini, maka perlu diberikan
batasan masalah dengan tujuan supaya penelitian ini sesuai dengan
harapan peneliti. Agar penelitian bisa tuntas dan fokus pada permasalahan
yang dibatasi hal-hal di bawah ini:
1. Fokus permasalahan yang akan diteliti yaitu peningkatan
keterampilan bercerita siswa tentang tokoh-tokoh sejarah masa
Hindu-Budha pada mata pelajaran IPS kelas VA MINU Wedoro
Sidoarjo.
2. Implementasi penelitian ini menggunakan media wayang.
3. Subjek penelitian ini hanya siswa kelas VA MINU Wedoro tahun
ajaran 2016-2017 yang berjumlah 42 siswa yang terdiri dari 26 siswa
peempuan dan 16 siswa laki-laki.
F. Manfaat Penelitian
Kegunaan secara praktis dalam penelitian ini adalah memberikan
masukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam pelaksanaan penelitian,
yaitu sebagai berikut:
1. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS),. Selain itu juga
8
media pembelajaran, khususnya media wayang dalam proses belajar
mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
2. Bagi siswa, meningkatkan keterampilan siswa bercerita tentang
tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS) dalam proses pembelajaran di kelas VA
MINU Wedoro Sidoarjo.
3. Bagi peneliti, sebagai sarana untuk mengetahui peningkatan keterampilan siswa bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa
Hindu-Budha di Indonesia menggunakan media wayang. Serta penanaman
sikap atau karakter dasar yang perlu dimiliki siswa MI.
G. Definisi Operasional
Dalam penelitian tindakan kelas penulis mengangkat judul “
Penggunaan Media Wayang Untuk Meningkatkan Keterampilan Bercerita
Tentang Tokoh-tokoh Sejarah Masa Hindu-Budha di Indonesia Pada Mata
Pelajaran IPS Kelas VA MINU WedoroSidoarjo.” Agar tidak terjadi salah
paham terhadap judul penelitian ini, maka dijelaskan beberapa istilah
berikut:
1. Penggunaan merupakan aplikasi, eksploitasi, pelaksanaan,
pemakaian, pemanfaatan, pendayagunaan dan penerapan.9
9
Kamus Besar Bahasa Indonesia, (online),
9
2. Media Wayang merupakan gambar, boneka tiruan manusia yang
terbuat dari kulit, atau kardus yang digunakan sebagai media
pembelajaran.
3. Peningkatan merupakan kemajuan, perubahan, proses, cara
meningkatkan usaha.
4. Keterampilan Bercerita adalah ketrampilan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata mengekspresikan, menyatakan, serta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan.
5. Materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial MI kelas V semester 1
adalah materi tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia.
Kompetensi Dasar (KD) menceritakan tokoh-tokoh sejarah masa
Hindu-Budha dan Islam di Indonesia.
Jadi, penggunaan media wayang untuk meningkatkan keterampilan
bercerita adalah pemanfaatan gambar yang terbuat dari kardus sebagai
media pembelajaran untuk merubah ketrampilan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata, mengekspresikan, menyatakan, seta
menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan pada tentang tokoh-tokoh
sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia pada mata pelajaran IPS.
10
H. Sistematika Pembahasan
Sistematika pembahasan dalam skripsi ini disusun secara sistematis
dari bab ke bab yang terdiri dari lima bab dan antara bab satu dengan bab
yang lainnya merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, serta
memberikan gambaran secara lengkap dan jelas tentang penelitian beserta
hasilnya.
Adapun sistematika pembahasan selengkapnya adalah sebagai berikut:
BAB I :Pendahuluan, meliputi: (a) Latar Belakang Masalah (b)
Rumusan Masalah (c) Hipotesis Tindakan (d) Tujuan
Penelitian (e) Lingkup Penelitian (f) Manfaat Penelitian
(g)Definisi Operasional (h) Sistematika Pembahasan .
BAB II : Kajian Teori, meliputi: (a) Hakikat Keterampilan
Bercerita (b) Media Pembelajaran (c) Hakikat IPS.
BAB III : Prosedur Penelitian Tindakan Kelas, meliputi: (a) Metode
Penelitian (b) Setting Penelitian (c) Variabel yang Diteliti
(d) Rencana Tindakan (e) Sumber Data (f) Teknik dan Alat
Pengumpulan Data (g) Teknik Analisis Data (h) Indikator
Kinerja (i) Tim Peneliti dan Tugasnya.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, (a) Hasil Penelitian
meliputi: (1) Pra Siklus (2) Siklus I (3) Siklus II, (b)
Pembahasan.
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Keterampilan Bercerita
1. Pengertian Keterampilan Bercerita
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) keterampilan
adalah kecakapan seseorang untuk memakai bahasa dalam menulis,
membaca, menyimak, atau berbicara.Sedangkan bercerita adalah
menuturkan cerita.Dari pengertian diatas keterampilan bercerita adalah
kecakapan seseorang untuk menuturkan cerita.1
Sedangkan pengertian keterampilan bercerita menurut Marsyah
adalah ketrampilan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan
dan perasaan.2
Dari definisi diatas, peneliti dapat menyimpulkan bahwa
keterampilan bercerita memiliki arti kecakapan seseorang dalam
menuturkan cerita dengan memperhatikan beberapa hal yaitu
1Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Online).https://www.google.co.id/search?q=kamus+besar+bahasa+indonesia&rlz=1C1FERN_enI D605ID605&oq=Kamus+besar+bah&aqs=chrome.0.69i59j69i57j69i61.4631j0j4&sourceid=chro me&ie=UTF-8 diakses pada tangga l 8-10-2016 pukul 12.33 WIB
2
Rauf Marsafah. Skripsi. Meningkatkan Kemampuan Siswa Bercerita Melalui Model Cooperatif Script Pada Siswa Kelas V SD Negeri 6 Biluhu Kecamatan Biluhu Kabupaten Gorontalo.Digilib ung.ac.id.
12
artikulasi, ekspresi, tata bahasa yang digunakan serta penyampaian
yang mudah dipahami oleh pendengar cerita.
2. Jenis-Jenis Bercerita
Kegiatan bercerita yang bersifat informal banyak dilakukan
dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini dianggap perlu bagi
manusia dan perlu dipelajari. Pada kurikulum pengajaran bahasa di
sekolah, yakni penekanan dan pengagalan kegiatan bercerita yang
bersifat informal. Kegiatan bercerita informal antara lain tukar
pengalaman, percakapan, menyampaikan berita, menyampaikan
pengalaman, bertelpon, memberi petunjuk. Disamping kegiatan
bercerita informal, ada juga yang bersifat formal meliputi ceramah,
perencanaan dan penilaian, interview,berita.Sejalan dengan pendapat
tersebut di atas berdasarkan tujuan penceritaanya, Tarigan
mengklasifikasi bercerita menjadi lima jenis sesuai dengan kutipan
Hardini sebagai berikut:3
a. Bercerita menghibur biasanya bersuasana santai, rileks dan kocak.
Soal pesan bukanlah tujuan utama. Namun tidak berarti bahwa
bercerita menghibur tidak dapat membawakan pesan.
3
Rahayu Hardini.Thesis.Penguasaan Kosakata dengan Ketrampilan Bercerita Siswa Kelas V SD Negeri Se Kecamatan Wonosari Kabupaten GunungKidul.Digilib.uny.ac.id. (online).
13
b. Bercerita menginformasikan bersuasana serius, tertib, dan hening.
Soal pesan merupakan pusat perhatian, baik pencerita maupun
pendengar berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya.
c. Bercerita mensimulasi juga bersifat serius, kadang-kadang terasa
kaku. Pencerita berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya,
status tersebut dapat disebabkan oleh wibawa, pengetahuan,
pengalaman, jabatan atau fungsinya yang memang melebihi
pendengarnya.
d. Bercerita meyakinkan adalah pencerita berusaha menggugah
sikap pendengarnya dari tidak setuju, dari tidak simpati menjadi
simpati, dari tidak membantu menjadi membantu.
e. Bercerita menggerakkan merupakan kelanjutan pidato
membangkitkan semangat, pencerita dalam bercerita
menggerakkan haruslah orang yang berwibawa, tokoh idola, atau
panutan masyarakat.
3. Indikator Terampil Bercerita
Setiap kegiatan pembelajaran perlu diadakan penilaian termasuk
dalam pembelajaran kegiatan berbahasa dalam hal ini khususnya
adalah keterampilan bercerita.Cara yang digunakan untuk mengetahui
sejauh mana siswa mampu terampil dalam bercerita adalah dengan
melakukan observasi atau pengamatan keterampilan
14
evaluasi yang di dalamnya terdapat serangkaian pengamatan yang
harus dilakukan oleh peneliti atau guru.Observasi yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan observasi terstruktur dengan
kerangka kerja yang telah disusun berdasarkan aspek-aspek dalam
bercerita. Adapun aspek-aspek bercerita yang dinilai menurut Burhan
Nurgiyantoro sesuai dengan kutipan Rahayu Hardini meliputi:
a. Ketepatan isi cerita
b. Ketepatan penunjukan detil cerita
c. Ketepatan logika cerita
d. Ketepatan makna seluruh cerita
e. Ketepatan kata
f. Ketepatan kalimat
g. Kelancaran.4
4. Cara Meningkatkan Keterampilan
Untuk meningkatkan keterampilan bercerita seseorang harus
mampu memperhatikan tata bahasa yang digunakan termasuk
ketepatan kata dan kalimat. Selain itu perlu diperhatikan kelancaran
dalam penyampaian kalimat dalam cerita.Yang tidak kalah pentingnya
adalah kepercayaan diri seseorang ketika bercerita. Percaya diri inilah
yang harus dibangun sejak dini. Mengajarkan anak untuk berani
mengemukakan perasaan dan apapun yang ada difikiran mereka.
4
15
Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa guru harus
menumbuhkan sikap percaya diri siswa.Guru juga harus membiasakan
siswa untuk menyampaikan gagasan secara lisan sesuai dengan
pikiran meraka.Selain itu guru juga harus membiasakan siswa
berkomunikasi dengan menggunakan tata bahasa yang baik dan benar.
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut siswa akan melatih diri untuk
bercerita dengan bahasa sehari-hari mereka dan tidak terpacu oleh
buku bacaan siswa.
B. Media Pembelajaran
1. Pengertian Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti ‘tengah’,’perantara’atau’pengantar’.Dalam bahasa Arab, media
adalah perantara (ﻞ ﺋﺎﺳ و) atau pengantar pesan dari pegirim kepada
penerima pesan.5Dalam kutipan buku Arsyad Gerlach &Ely
mengatakan bahwa media apabila dipahami secara grafis besar adalah
manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi grafis yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau
sikap. Dalam pengertian ini guru, buku teks, dan lingkungan sekolah
merupakan media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan
5
16
sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap,
memproses, dan menyusun kembali informasi visual dan verbal.
Sementara itu sesuai dengan kutipan Sadiman, Briggs berpendapat
bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan
serta merangsang siswa untuk belajar. Buku, film, kaset, film bingkai
adalah contoh-contohnya.6
Menurut Yudhi Munadi bahwa segala sesuatu yang dapat dijadikan
sumber belajar selain guru yang disebut sebagai penyalur atau
penghubung pesan ajar yang diadakan dan diciptakan secara terencana
oleh guru atau pendidik.7
Banyak batasan yang diberikan orang tentang media.Asosiasi
Pendidikan Nasional (National Education Association/NEA) memiliki
pengertian yang berbeda.Media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audiovisual serta peralatannya.Begitu juga dengan
Asosiasi Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Association of
Education and Communication Technology/ AECT) di Amerika,
membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan
orang untuk menyalurkan pesan/informasi.8
2. Manfaat Media dalam Pembelajaran
6
Arief S. Sadiman,Media Pendidikan,( Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2007), hlm 6 7
Yudhi Munadi,Media Pembelajaran,(Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), hlm 5 8
17
Menurut Kemp & Dayton dalam kutipan Arsyad banyak
keuntungan penggunaan media pembelajaran, penerimaannya serta
pengintegrasiannya ke dalam program-program pengajaran berjalan
amat lambat. Mereka mengemukakan beberapa hasil penelitian yang
menunjukkan dampak positif dari penggunaan media sebagai bahan
pembelajaran di kelas atau sebagai cara utama pembelajaran langsung
sebagai berikut:9
1. Penyampaian pelajaran menjadi lebih baku. Setiap pelajar yang
melihat atau mendengar penyajian media melalui penerima pesan
yang sama. Meskipun para guru menafsirkan isi pelajaran dengan
cara berbeda-beda, dengan penggunaan media ragam hasil tafsiran
itu dapat dikurangi sehingga informasi yang sama dapat
disampaikan kepada siswa sebagai landasan untuk pengkajian,
latihan, dan aplikasi lebih lanjut.
2. Pembelajaran bisa lebih menarik. Media dapat dijadikan sebagai
penarik perhatian dan membuat siswa tetap terjaga perhatiannya.
3. Pembelajaran menjadi lebih interaktif.
4. Dapat mempersingkat lwaktu pemebelajaran. Dengan
menggunakan media akan lebih praktis dan cepat dalam
meyampaikan isi pembelajaran.
5. Meningkatkan kualitas pembelajaran.
9
18
6. Meningkatkan sikap positif siswa dalam pembelajaran.
7. Dapat memusatkan perhatian siswa terhadapa aspek yang penting
dalam pembelajaran.
3. Media Wayang
Pengertian Wayang Dilihat dari sudut pandang terminologi ada
beberapa pendapat mengenai asal kata wayang.Pendapat pertama
mengatakan wayang berasal dari kata wayangan atau bayangan yaitu
sumber ilham, yang maksudnya yaitu ide dalam menggambar wujud
tokoh.Sedangkan pada pendapat kedua mengatakan kata wayang
berasal dari Wad dan Hyang, artinya leluhur.Dalam Kamus Bahasa
[image:30.612.143.524.165.503.2]Indonesia Wayang berarti sesuatu yang dimainkan ki Dalang berupa
gambar pahatan dari kulit binatang, melambangkan watak-watak
manusia. Dalam Kamus Bahasa Sunda disebutkan bahwa wayang
adalah boneka berbentuk manusia yang dibuat dari kulit atau kayu,
dan lebih ditegaskan lagi pengertian wayang sama dengan sandiwara
boneka. Dalam pengertian luas wayang bisa mengandung makna
gambar, boneka tiruan manusia yang terbuat dari kulit, kardus atau
seng yang digunakan sebagai media pembelajaran.10
10
Siti Zainatun. SkripsiPengggunaan Alat Peraga Wayang Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 1 Bandar Sakti Kecamatan Terusan Nunyai Lampung Tengah.Digilib unila.ac.id. (online)
19
4. Tahap Penggunaan Media Wayang
Tahap penggunaan media ini sesuai dengan RPP yang akan dibuat
oleh peneliti, media wayang ini akan disajikan di depan kelas dan guru
bertindak sebagi dalang. Guru memberikan kata kunci mengenai
beberapa tokoh sejarah Hindu-Budha di Indonesia. Siswa merekam
kata kunci tersebut sebagai bahan untuk bercerita mengenai
tokoh-tokoh sejarah Hindu-Budha di Indonesia.Siswa juga diperbolehkan
membuat catatan pribadi dalam buku masing-masing.
5. Kelebihan dan Kekurangan Media Wayang
Wayang sebagai media pembelajaran membantu mengembangkan
analisis siswa dan membawanya ke konsep yang abstrak. Wayang
yang bentuknya menyerupai tokoh dongeng memudahkan siswa dalam
mengetahui watak para tokoh dan memahami peranan setiap tokoh
dalam sejarah.Selain itu mempermudah siswa dalam memahami isi
sejarah yang telah didengarnya, sehingga penggunaan wayang wayang
sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan. Kelebihan
tersebut antara lain mampu meningkatkan keterampilan bercerita siswa
, efisien terhadap waktu, tempat biaya dan persiapan, dapat
20
penggunaan simbol yang sesuai langsung mengena pada sasaran serta
dapat mengembangkan suatu ide atau pesan peristiwa secara estetis.11
Selain memiliki kelebihan, media wayang juga mempunyai sedikit
kekurangan yaitu ketika proses pembuatan media wayang
memerlukan persiapan dan pembuatan yang cukup memakan waktu
dan tidak praktis. Media ini tidak mudah untuk dibawa kapan saja dan
dipakai kapan saja tentu memerlukan waktu untuk mendesain hingga
media wayang dapat dikatakan sebagai media yang menarik.
C. Hakikat IPS
1. Pengertian IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial yang disingkat IPS, istilah ini mulai
dikenal sejak tahun 1970-an sebagai hasil kesepakatan komunitas
akademik secara formal mulai digunakan dalam sistem pendidikan
nasional dan kurikulum 1975. Nama IPS ini sejajar dengan nama mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam disingkat IPA.
Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen
Kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk
pendidikan di sekolah dasar dan menengah.Pendidikan IPS adalah
11
Nur wahyuningsih. Skripsi. Peningkatan Kemampuan Menyimak Cerita Melalui Media Wayang Pada Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Kelas V SD Negeri I Tambak KecamatanMojosongo Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012.Digilib ums.ac.id.(online)
21
penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disaksikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan
pendidikan.12
2. Tujuan Pembelajaran IPS
Tujuan IPS di sekolah dasar adalah untuk mempersiapkan para
peserta didik sebagai warga Negara yang menguasai pengetahuan
(knowledge),ketrampilan (skill), sikap dan nilai (attitudes and values)
yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan
masalah pribadi atau masalah sosial serta kemampuan mengambil
keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan
agar menjadi warga Negara yang baik.13
Tujuan pembelajaran IPS adalah untuk mendidik dan memberi
bekal kemampuan dasar kepada siswa-siswi untuk mengembangkan
diri sesuai bakat minat dan kemampuan serta lingkungannya dalam
bidang pembelajaran IPS. Tujuan yang lebih spesifik bisa ditelaah
dibawah ini:
a. Mengembangkan konsep-konsep dasar sosiologi, geografi,
ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan
pedagogis dan psikologis.
12
Sapriya,Pembelajaran IPS. hlm 11 13
22
b. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif,
inkuiri, memecahkan masalah dan ketrampilan sosial.
c. Membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai
sosial dan kemanusiaan.
d. Meningkatkan kemampuan bekerja sama dan kompetensi
dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional,
maupun global.14
3. Ruang Lingkup IPS SD/MI
Secara mendasar, pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan
manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS
berkenaan dengan cara manusia memenuhi kebutuhannya, baik
kebutuhan untuk memenuhi materi, budaya, dan kejiwaannya;
memamfaatkan sumber daya yang ada dipermukaan bumi; mengatur
kesejahteraan dan pemerintahannya maupun kebutuhan lainnya dalam
rangka mempertahankan kehidupan masyarakat manusia. Singkatnya,
IPS mempelajari, menelaah, dan mengkaji sistem kehidupan manusia
di permukaan bumi ini dalam konteks sosialnya atau manusia sebagai
anggota masyarakat.15
Pada jenjang pendidikan dasar, ruang lingkup pengajaran IPS
dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau
14
LAPIS PGMI,Pembelajaran IPS. paket 1 15
23
pada mata pelajaran Geografi dan Sejarah.Terutama gejala dan
masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar
peserta didik MI/SD.
4. Materi Tokoh-tokoh Sejarah Masa Hindu-Budha di Indonesia
Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu-Budha di Indonesia
Agama Hindu-Budha berasal dari India, yang membawa agama
Hindu adalah para pedagang. Para pedagang dari India menyebarkan
agama dan kebudayaan mereka sambil berdagang.Namun, banyak ahli
juga berpendapat bahwa kaum brahmana yang telah membawa agama
Hindu ke tanah air kita. Kita akan mengulas lebih lanjut tokoh-tokoh
sejarah pada masa Hindu di Indonesia.
a. Purnawarman
Purnawarman merupakan raja Tarumanegara.Kerajaan
Tarumanegara merupakan kerajaan tertua kedua setelah kerajaan
Kutai.Purnawarman memeluk agama Hindu yang menyembah
Dewa Wisnu.
Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara
banyak menceritakan kebesaran raja Raja Purnawarman.Prasasti
Ciaruteun terdapat jejak kai seperti tapak kaki Wisnu dan
dinyatakan sebagai tapak kaki Raja Purnawarman.Di bawah
kepemimpinan Raja Purnawarman, Kerajaan Tarumanegara dan
24
kepemimpinan ini tercermin dalam Prasasti Tugu.Di prasasti itu
diceritakan pembangunan saluran air untuk pengairan dan
pencegahan banjir.
b. Gajah Mada
Gajah Mada adalah Patih Mangkubumi (Maha Patih)
Kerajaan Majapahit.Namanya mulai dikenal setelah beliau
berhasil memadamkan pemberontakan Kunti.Gajah Mada muncul
sebagai pemuka kerajaan sejak masa pemerintahan Jayanegara
(1309-1328).Karirnya mulai dengan menjadi anggota pasukan
pegawai raja (Bahanyangkari).Mula-mula, beliau menjadi Bekel
Bahanyangkari (setingkat komandan pasukan). Karirnya terus
menanjak pada masa Kerajaan Majapahit ditandai beberapa
pemberontakan, seperti pemberontakan Rangga Lawe (1309),
Lembu Sura (1311), Nambi (1316), dan Kuti (1319).
Pada tahun 1328 Raja Jayanegara wafat.Beliau diganti oleh
Tribhuanatunggadewi.Sadeng melakukan
pembemberontakan.Pemberontakan Sadeng dapat ditumpas oleh
pasukan Gajah Mada.Atas jasanya, Gajah Mada diagkat menjadi
Maha Patih Majapahit pada tahun 1334.Pada upacara
pengangkatannya, beliau bersumpah untuk menakhlukkan seluruh
Nusantara di bawah kekuasan Majapahit.Sumpah itu dikenal
25
Gajah Mada tetap menjadi Patih Mangkubumi ketika
Hayam Wuruk naik tahta.Beliau mendampingi Hayam
Wurukmenjalankan pemerintahan.Pada masa inilah Majapahit
mengalami masa Kejayaan. Wilayah Majapahit meliputi hampir
seluruh Jawa, sebagian besar Pulau Sumatera, Semenanjung
Malaya, Kalimantan, dan Indonesia bagian timur hingga Papua.
c. Hayam Wuruk
Hayam Wuruk (1334-1389) adalah raja terbesar
Majapahait.Beliau bergelar Sri Rajasanagara.Beliau adalah putra
Raja Tribhuanatunggadewi dan Kertawardana.Di bawah
pemerintahan beliau, Mahapatih Gajah Mada berhasil
mempersatukan seluruh Nusantara.Daerah kekuasaa Majapahit
kurang lebih meliputi wilayah Indonesia saat ini.Perdagangan
dengan luar Negeri, terutama Cina, mencapai kemajuan, begitu
pula bidang kesusastraan, seni pahat, seni bangun, kahakiman, dan
agama.
Nama Hayam Wuruk terkenal dalam sejarah Indonesia
karena dikisahkan dalam kitab Negarakertagama yang disusun
oleh Empu Prapanca. Peninggalan Majapahit yang terkenal dari
masa pemerintahan Hayam Wuruk anatara lain himpunan kitab
sejarah Singasari dan Majapahit hasil karya Empu Prapanca, serta
26
Tantular. Salah satu peristiwa penting ketika Hayam Wuruk
berkuasa adalah kemenangan Majapahit dalam pertempuran
melawan Kerajaan Sunda (Pajajaran) tahun 1351.Perang tersebut
dikenal dengan sebutan Perang Bubat.Setelah Hayam Wuruk
wafat (1389), Majapahit mengalami kemerosotan.
Setelah membahas tokoh-tokoh pada masa kerajaan Hindu,
mari kita bahas beberapa tokoh pada masa kejayaan Budha di
Indonesia. kita akan membahas tiga tokoh, yaitu Balaputradewa,
Sakyakirti, dan Kertanegara.
a. Balaputradewa
Balaputradewa adalah raja Sriwijaya yang memerintah
sekitar abad ke-9 atau ke-10 Masehi.Beliau berasal dari keluarga
Syailendra, yang berkuasa di Pulau Jawa mulai sekitar tahun
750.Ayah Balaputradewa bernama Samaragrawira dan ibunya
bernama Tara.Balaputradewa kemudian bergelar
Sriwiairimathana.
Pada zaman pemerintahan Balaputradewa, Sriwijaya
menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan di Jawa,
Semenanjung Malaya, dan Cina. Karena itu, nama Balaputradewa
juga dikenal di negeri lain. Di daerah Nalanda, India, nama
27
kuno. Di situ tercantum Suwarnadwipa, sebutan lain bagi Pulau
Sumatra atau Kerajaan Sriwijaya.
b. Sakyakirti
Sakyakirti adalah seorang mahaguru agama Budha yang
ada di Kerajaan Sriwijaya.Menurut kesaksian I-Tsing Sriwijaya
telah menjadi pusat agama Budha. Di sana ada lebih dari seribu
pendeta yang belajar agama Budha. Diperkirakan di Sriwijaya
sudah berdiri sebuah perguruan Budha.Perguruan ini mempunyai
hubungan baik dengan perguruan Budha yang ada di nalanda,
India.
c. Kertanegara
Kertanegara adalah raja terakhir dari Kerajaan
Singasari.Beliau adalah cicit Ken Arok.Kertanegara bergelar
Maharajadhiraja Sri Kertanegara Wikrama
Dharmottunggadewa.Kertanegara adalah raja yang sangat
terkenal baik dalam bidang politik maupun keagamaan.Dalam
bidang politik, Jayanegara dikenal dengan raja yang menguasai
ilmu ketatanegaraan dan mempunyai gagasan memperluas
wilayah kerajaannya.Kertanegara menganut agama Budha
Tantrayana.
Tahun 1275 Kertanegara mengirim pasukan untuk
28
dikenal dengan ekspedisi Pamalayu. Ketika Kertanegara
memerintah, Kerajaan Singasari sempat menguasai Sumatera,
Bakulapura (Kalimantan Barat), Jawa Barat (Sunda), Madura,
Bali, dan Guru (bagian Indonesia Timur).16
Pemerintah Kertanegara berakhir ketika diserang oleh
Jayakatwang dari Gelang-gelang. Setelah Kertanegara gugur,
seluruh Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang.
16
BAB III
PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian
Dalam bahasa Inggris Penelitian Tindakan Kelas (PTK) disebut juga
dengan Classroom Action Research (CAR).CAR memiliki peranan
penting dan strategi untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila
diimplementasikan dengan baik dan benar.
Penelitian tindakan kelas memiliki pengertian sebagai berikut:
1. Penelitian adalah aktivitas mencermati suatu objek tertentu melalui
metodologi ilmiah dengan mengumpulkan data-data dan dianalisis
untuk menyelesaikan suatu masalah.
2. Tindakan adalah suatu aktivitas yang sengaja dilakukan dengan tujuan
tertentu yang terbentuk siklus kegiatan dengan tujuan untuk
memperbaiki atau meningkatkan mutu atau kualitas proses belajar
mengajar.
3. Kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru.
Penelitian ini adalah penelitian kolaboratif dimana peneliti
bekerjasama dengan guru mata pelajaran. Peneliti menggunakan model
30
(2) tindakan (acting), (3) observasi (observing) dan (4) refleksi
(reflecting).1
Gb. Siklus Penelitian Kurt Lewin
B. Setting Penelitian
Setting dalam penelitian ini meliputi: tempat penelitian, waktu
penelitian, dan subjek penelitian tindakan kelas sebagai berikut:
1. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MINU Wedoro Waru
Sidoarjo untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).Tepatnya
1
31
di kelas VA.Siswa kelas VA mengalami kesulitan dalam meningkatkan
ketrampilan bercerita tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di
Indonesia.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada awal semester genap yakni bulan
Januari 2016 sampai selesai.
3. Subjek Penelitian
Dalam PTK ini yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas
VA yang terdiri dari 42 siswa dengan komposisi perempuan 26 siswa
dan laki-laki 16 siswa.
C. Variabel yang Diteliti
Dalam penelitian tindakan kelas ini, variabel-variabel yang
diseleidiki sebagai berikut:
1. Variabel input : siswa kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo
2. Variabel proses : penggunaan media wayang
3. Variabel output : peningkatan keterampilan bercerita materi
tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di
32
D. Rencana Tindakan
1. Pra Siklus
Pra siklus ini peneliti akan mengadakan wawancara kepada
guru mata pelajaran IPS kelas VA serta peneliti juga melakukan
observasi untuk mengetahui pembelajaran secara langsung sebelum
siklus I dan II dilakukan.
2. Siklus 1
a. Perencanaan (Planning)
1. Peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui
kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan
menggunakan media pembelajaran berupa wayang.
2. Membuat rencana pembelajaran.
3. Membuat lembar kerja siswa.
4. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.
5. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.
b. Tindakan (Acting)
Setelah dilakukan perencanaan secara memadai,
selanjutnya dilakukan tindakan dengan menggunakan media
wayang pada pembelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah masa
Hindu-Budha di Indonesia. Secara kelompok, siswa terlebih
33
dalang.Selanjutnya, secara individu siswa bercerita di kelompok
masing-masing secara bergantian.
c. Observasi (Observing)
1. Situasi pada saat pembelajaran berlangsung.
2. Keaktifan siswa.
3. Keterampilan siswa dalam bercerita.
d. Refleksi (Reflecting)
Penelitian melakukan evaluasi terhadap kekurangan atau
kelemahan dari implementasi tindakan sebagai bahan dan
pertimbangan untuk perbaikan siklus berikutnya.
3. Siklus 2
Pada siklus kedua ini dimaksudkan untuk perbaikan dari siklus
pertama. Tahapan pada siklus kedua ini sesuai dengan tahapan siklus
kedua yaitu: perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi
(observasing), refleksi (reflecting). Pada tahap refleksi peneliti
bersama guru berdiskusi untuk mengevaluasi dan merefleksi siklus I
dan siklus II. Serta membuat kesimpulan pada pembelajaran mengenai
bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia,
dengan media wayang ini dalam meningkatkan keterampilan bercerita
tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia setelah
34
E. Sumber Data
Sumber data dalam PTK ini terdiri dari beberapa sumber yaitu:
1. Siswa
Untuk mendapatkan data peningkatan keterampilan bercerita siswa
dalam proses pembelajaran.
2. Guru
Untuk melihat tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran
menggunakan media wayang dalam proses pembelajaran.
F. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik
Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti melakukan
pengumpulan data dengan berbagai teknik. Teknik pengumpulan data
tersebut adalah:
a. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data)
untuk memotret seberapa jauh efek tindakan kelas mencapai
sasaran.Dalam PTK ini peneliti melakukan wawancara untuk
mengetahui aktivitas siswa pada saat pembelajaran IPS
berlangsung.2Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi untuk
2
35
mendapatkan informasi tentang kondisi siswa kelas VA MINU
Wedoro Sidoarjo pada saat pembelajaran berlangsung.
b. Wawancara
Wawancara merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat
memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang perlu dan
memiliki relevansi dengan permasalahan penelitian tindakan
kelas.3Wawancara juga dapat diartikan sebagai teknik
mengumpulkan data dengan bahasa lisan baik dengan tatap muka
atau melalui media lain.4Wawancara dilakukan kepada guru kelas
VA MINU Wedoro Sidoarjo. Wawancara ini bertujuan untuk
mencari data dan menggali informasi dari narasumber tentang
proses belajar mengajar mata pelajaran IPS dalam pokok bahasan
bercerita tentang tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di
Indonesia.
3
Ibid., hlm 157 4
36
c. Non Tes
Non tes adalah penilaian proses dan hasil belajar siswa dari
segi afektif dan psikomorik yang dapat diamati secara langsung
dalam proses pembelajaran.5
2. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data sesuai dengan teknik pengumpulan
data sebagai berikut:
a. Observasi : Lembar observasi
b. Wawancara : Lembar wawancara
c. Non tes : Rubrik kriteria penilaian keterampilan bercerita
a. Observasi
Pada tahap ini, guru sebagai observer melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan
terjadi selama tindakan berlangsung.6Untuk memudahkan
observer peneliti membuat rubrik sebagai instrument
observasi.Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data
yang dilakukan dengan teknik observasi adalah sebagai berikut:
5Mohammad Ali,Evaluasi Pendidikan,(Jakarta: tp 2009) hlm 149 6
[image:49.612.126.528.113.725.2]
37
Tabel 3.1
Lembar Observasi Siswa
No Indikator yang Diamati
Kriteria Skor Hasil
1 Pendahuluan  Siswa merespon apersepsi yang diberikan oleh guru
Siswa tidak mendengarkan
apersepsi yang di berikan oleh guru dan tidak dapat merespon dengan baik
1
Sebagian kecil siswa
mendengarkan apersepsi yang diberikan oleh guru dan mampu memberikan respon dengan baik
2
Sebagian besar siswa mendengarkan apersepsi yangdiberikan oleh guru dan
mampu memberikan respon dengan baik
3
Semua siswa mendengarkan apersepsi dengan baik dan mampu merespon dengan sangat baik
4  Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
Siswa tidak mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
1
Sebagian kecil siswa
mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
2
Sebagian siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru
3
Semua siswa mendengarkan tujuan pembelajaran yang disampikan oleh guru
4
2 Kegiatan Inti  Siswa
menjawab
Siswa tidak antusias ketika menjawab pertanyaan dari guru
1
38 pertanyaan yang disampaikan oleh guru
ketika menjawab pertanyaan dari guru
Sebagian besar siswa antusias ketika menjawab pertanyaan dari guru
3
Semua siswa antusias ketika menjawab pertanyaan dari guru
4  Siswa memusatkan perhatian ketika guru menunjukkan media wayang yang akan digunakan
Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru
1
Sebagian kecil memperhatikan penjelasan guru
2
Sebagian besar memperhatikan penjelasan guru
3
Seluruh siswa memperhatikan penjelasan guru
4
 Siswa
memperhatika n guru ketika menjelaskan materi
Siswa tidak memperhatikan penjelasan materi
1
Sebagian kecil siswa
memperhatikan penjelasan materi 2
Sebagian besar siswa
memperhatikan penjelasan materi 3
Semua siswa memperhatikan
penjelasan materi 4
 Siswa secara berkelompok menyelesaikan soal sesuai dengan penjelasan guru
Siswa secara berkelompok tidak dapat menyelesaikan soal dengan baik
1
Sebagian kecil siswa kelompok dapat menyelesaikan soal dengan baik
2
Sebagian besar kelompok dapat menyelesaikan soal dengan baik
3
Semua kelompok dapat
menyelesaikan soal dengan baik
39  Respon kelompok terhadap hasil diskusi
Siswa secara berkelompok tidak merespon dengan baik ketika guru meminta untuk menjelaskan jawaban soal yang telah didiskusikan
1
Sebagian kecil kelompok merespon dengan baik ketika guru meminta untuk menjelaskan jawaban soal yang telah didiskusikan
2
Sebagian besar kelompok merespon dengan baik ketika guru meminta untuk menjelaskan jawaban soal yang telah didiskusikan
3
Seluruh kelompok merespon dengan baik ketika guru meminta untuk menjelaskan jawaban soal yang telah didiskusikan
4  Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang hasil diskusi
Siswa tidak mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil diskusi
4
Siswa tidak mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil diskusi
3
Siswa tidak mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil diskusi
2
Siswa tidak mendengarkan penjelasan guru mengenai hasil diskusi
1
 Siswa antusias ketika guru memberikan tes lisan yaitu bercerita
Siswa tidak antusias ketika guru memberikan tes lisan
4
Siswa tidak antusias ketika guru memberikan tes lisan
3
Siswa tidak antusias ketika guru memberikan tes lisan
40
Siswa tidak antusias ketika guru memberikan tes lisan
1
Penutup
 Respon siswa terhadap ajakan guru untuk
menyimpulkan pembelajaran
Siswa tidak merespon guru untuk menyimpulkan pembelajaran
4
Siswa tidak merespon guru untuk menyimpulkan pembelajaran
3
Siswa tidak merespon guru untuk menyimpulkan pembelajaran
2
Siswa tidak merespon guru untuk menyimpulkan pembelajaran
1
[image:52.612.128.528.111.704.2]Hasil observasi = Skor yang diperoleh X 100 Skor maksimal
Tabel 3.2
Lembar Observasi Guru
No Indikator yang Diamati Kriteria Skor Hasil
1 Pendahuluan
 Guru memberikan apersepsi
Guru tidak memberikan apersepsi
1
Guru memberikan apersepsi dengan bahasa yang sulit dipahami oleh siswa sehingga siswa tidak dapat mengaitkan pembelajaran hari ini dengan pembelajaran kemaren
2
Guru memberikan apersepsi dengan bahasa yang mudah dipahami oleh siswa namun hanya sebagian kecil saja yang memberikan respon
3
Guru memberikan apersepsi kepada siswa dan semua siswa merespon dengan baik
4
 Guru Guru tidak menyampaikan
tujuan pembelajaran
41
menyampaikan tujuan
pembelajaran
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara umum sehingga siswa tidak dapat memahami tujuan pembelajaran yang akan dicapai
2
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara spesifik tapi kurang jelas
3
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran secara jelas
sehingga siswa mengetahui yang akan dicapai dalam
pembelajaran
4
2 Kegiatan Inti
 Guru melakukan tanya jawab
Guru tidak melakukan tanya jawab
1
Guru jarang melakukan tanya jawab
2
Guru sering melakukan tanya jawab
3
Guru selalu melakukan tanya jawab 4  Guru menunjukkan media wayang dan menjelaskan kegunaan media wayang tersebut
Guru tidak menunjukkan dan menjelaskan kegunaan media wayang
1
Guru menunjukkan tetapi tidak menjelaskan mengenai media wayang
2
Guru menunjukkan dan menjelaskan media wayang tetapi kurang jelas
3
Guru menunjukkan dan menjelaskan kegunaan media wayang secara jelas
42
 Guru menjelaskan materi
Guru tidak menjelaskan materi tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia
1
Guru menjelaskan sebagian materi yaitu tokoh sejarah masa Hindu di Indonesia
2
Guru menjelaskan semua tokoh-tokoh sejarah Hindu-Budha di Indonesia tetapi kurang jelas
3
Guru menjelaskan seluruh
materi dengan jelas 4
 Guru memberikan lembar kerja kelompok untuk diselesaikan ketika guru menjelaskan materi menggunakan media wayang
Guru tidak memberikan LK kepada masing-masing kelompok
1
Guru memberikan LK tetapi tidak diselesaikan ketika guru menjelaskan materi
menggunakan media wayang
2
Guru memberikan LK tetapi sebagian kelompok diselesaikan ketika guru menjelaskan materi menggunakan media wayang
3
Guru memberikan LK dan diselesaikan ketika guru menjelaskan materi
menggunakan media wayang
4  Guru menginstruksikan setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusinya
Guru tidak menginstruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi
1
Guru menginstruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi tetapi kurang jelas sehingga semua kelompok kurang memahami
43
Guru menginstruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi secara jelas tetapi sebagian kelompok kurang memahami
3
Guru menginstruksikan presentasi kelompok setelah melakukan diskusi dengan sangat jelas sehingga semua kelompok memahaminya
4
 Guru meluruskan hasil diskusi kelompok
Guru tidak meluruskan hasil diskusi kelompok
1
Guru meluruskan hasil diskusi kelompok terlalu singkat
2
Guru meluruskan hasil diskusi kelompok secara detail tetapi siswa kurang memahami penejelasan guru
3
Guru meluruskan hasil diskusi ke`lompok secara detail dan semua siswa dapat
memahaminya 4  Guru memfasilitasi siswa dengan media wayang sebagai alat bantu bercerita
Guru tidak memfasilitasi siswa menggunakan media wayang saat bercerita
1
Guru memfasilitasi siswa dengan media wayang namun tidak dapat membantu siswa ketika bercerita
2
Guru memfasilitasi siswa dengan media wayang tetapi sebagian kecil siswa yang terbantu dengan adanya media tersebut
44
Guru memfasilitasi siswa
dengan media wayang dan dapat membantu semua siswa ketika bercerita
4
Penutup
 Guru mengajak siswa
menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan
Guru tidak mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan
1
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telak dilakukan tetapi kurrang jelas sehingga siswa kurang memahaminya
2
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan secara jelas tetapi sebagian siswa tidak dapat memahaminya
3
Guru mengajak siswa untuk menyimpulkan pembelajaran yang telah dilakukan secara jelas dan semua siswa dapat
memahaminya
4
Hasil observasi = Skor yang diperoleh X 100 Skor maksimal
b. Wawancara
Instrumen yang digunakan untuk menyimpulkan data yang
dilakukan dengan teknik wawancara adalah wawancara terbuka
45
Format Pedoman Wawancara
1. Bagaimana kemampuan berbicara siswa dalam
mengkomunikasikan hasil diskusi atau pembelajaran ?
2. Berkaitan dengan hal diatas, bagaimana keterampilan
siswa dalam bercerita mengenai tokoh-tokoh sejarah masa
Hindu-Budha di Indonesia ?
3. Bagaimana hasil belajar siswa pada aspek keterampilan
bercerita ?
4. Apa saja hambatan dalam pembelajaran di kelas dalam
upaya meningkatkan keterampilan bercerita terhadap
materi tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di
Indonesia ?
5. Bagimana hasil dari media yang pernah digunakan?
alasandari berhasil dan tidak berhasil !
6. Berapa KKM yang ditetapkan pada mata pelajaran IPS ?
c. Non Tes
Dalam penilaian non tes ada beberapa teknik yang dapat
digunakan diantaranya daftar cek, skala penilaian, angket, studi
kasus, catatan insidental, sosiometri dan inventori.7Berdasarkan
penjelasan tersebut, peneliti dalam penelitian ini menggunakan
7
46
teknik skala penilaian. Dalam skala penilaian fenomena yang
akan dinilai itu disusun dalam tingkatan-tingkatan tertentu yaitu
kriteria penilaian.8Peneliti membuat kriteria yang akan dinilai
dalam sebuah rubrik penilaian. Rubrik tersebut yang akan
menjadi acuan peneliti maupun guru untuk menilai
keterampilan bercerita siswa. Rubrik kriteria penilaian sebagai
[image:58.612.128.527.195.626.2]berikut:
Tabel 3.3
KRITERIA KETERAMPILAN BERCERITA
Kriteria Sangat Baik
3 Baik 2 Cukup 1 Ketepatan isi cerita dengan materi
Isi cerita sangat tepat dengan materi
Isi cerita kurang tepat dengan materi
Isi resume tidak tepat dengan materi Ketepatan kata Siswa
menggunakan kata yang tepat saat bercerita
Terdapat kata yang kurang tepat saat bercerita
Sebagian besar kata kurang tepat saat bercerita Ketepatan kalimat Susunan kalimat
yang digunakan tidak berbelit-belit dan mudah dipahami ketika bercerita Susunan kalimat yang digunakan sedikit berbelit-belit sehingga sulit untuk dipahami Susunan kalimat yang digunakan berbelit-belit sehingga kalimat diulang beberapa kali dan sangat sulit untuk dipahami
8
47
Kelancaran Siswa bercerita sangat lancar dan tidak mengingat-ingat Siswa bercerita dengan lancar tetapi sedikit mengingat-ingat kembali Siswa tidak lancar ketika bercerita Intonasi ketika bercerita Intonasi ketika bercerita sangat tepat Intonasi ketika bercerita kurang tepa Intonasi ketika bercerita tidak tepat Percaya diri Siswa sangat percaya diri ketika bercerita Siswa kurang percaya diri ketika bercerita (malu) Siswa tidak percaya diri saat bercerita (takut)
G. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, menggunakan analisis deskriptif. Data yang akan
di analisis adalah data kualitatif dan data kuantitatif, yaitu sebagai berikut:
a. Data Kualitatif ialah data yang berupa informasi berbentuk kalimat
yang memberi gambaran semua aktivitas siswa ketika pembelajaran di
kelas. Data kualitatif dalam penelitian ini yaitu gambaran tentang
kegiatan pembelajaran siswa kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo
dengan menggunakan media wayang. Hal yang berkaitan dengan
aktivitas siswa dalam prosese pembelajaran yaitu perhatian, antusias
dalam belajar, kepercayaan diri. Data-data tersebut dapat dianalisis
secara deskriptif.
b. Data Kuantitatif (ketrampilan bercerita siswa) data ini dapat dianalisis
48
bercerita serta ketuntasan belajar. Analisis data tersebut dapat
dilakukan dengan cara mengubah skor yang diperoleh siswa:
1. Skor Ketrampilan Bercerita
Nilai=
Analisis data hasil dari skor yang diperoleh siswa ketika
bercerita dan prosentase hasil peningkatan ketrampilan siswa
setelah proses belajar mengajar menggunakan media wayang
tersebut perlu mencari rata-rata, untuk membuat hasil penelitian
dengan statistik sederhana yaitu:
2. Penilaian Hasil Peningkatan Keterampilan Siswa
Untuk mengetahui hasil peningkatan ketrampilan bercerita
siswa dalam proses pembelajaran, maka perlu dicari rata-rata untuk
membuat kesimpulan atau hasil penelitian menggunakan rumus
berikut:
Σ semua nilai siswa
Rata-rata yang dicari = Σ siswa
3. Ketuntasan Belajar
Skor yang diperoleh
X 100
49
Untuk mengetahui ketuntasan belajar siswa dalam proses
pembelajaran di kelas, maka peneliti menggunakan rumus:
Σ siswa yang tuntas belajar
Prosentase ketuntasan= Σ siswa X 100%
Dengan rumus tersebut tingkat keberhasilan akan diperoleh
[image:61.612.140.527.161.556.2]dan dapat dikelompokkan menjadi lima ketegori sebagai berikut:9
Tabel 3.4
Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar
Prosentase Nilai Huruf Kualifikasi
90% -100% A Sangat Baik
80% - 89% B Baik
65% - 79% C Cukup
55% - 64% D Kurang
<55% TL Tidak Lulus/ Gagal
9
50
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja adalah suatu kriteria yang digunakan untuk
melihat tingkat keberhasilan dari kegiatan PTK dalam meningkatkan atau
memperbaiki mutu PBM di kelas.
Sesuai dengan penjelasan di atas, penelitian ini dianggap selesai
apabila memenuhi kriteria berikut:
1. Skor aktivitas guru mencapai skor 85.
2. Skor aktivitas siswa mencapai skor 85.
3. Nilai rata-rata kelas pada materi tokoh-tokoh sejarah masa
Hindu-Budha di Indonesia mencapai skor 80.
4. Prosentase ketuntasan belajar siswa mencapai 85%.
I. Tim Peneliti dan Tugasnya
Penelitian ini dilakukan oleh peneliti dan berkolaborasi dengan
guru mata pelajaran IPS yaitu Ibu Zuraidatus Solichah, S.Pd. Guru sebagai
kolaborator bersama peneliti sekaligus sebagai observator selama kegiatan
penelitian tindakan kelas. Peneliti dan kolaborator bertugas penuh dalam
pelaksanaan penelitian tindakan kelas agar memenuhi hasil yang
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Data hasil penelitian ini diperoleh melalui hasil observasi,
wawancara dan penilaian. Observasi bertujuan untuk mengamati aktivitas
guru dan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar (KBM) yang
sedang berlangsung. Selain dari hasil observasi, data juga diperoleh
melalui wawancara kepada guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS) untuk menemukan gambaran tentang hasil belajar materi
tokoh-tokoh sejarah masa Hindu-Budha di Indonesia yaitu dalam menceritakan
kembali dengan menggunakan bahasa sehari-hari sebelum menggunakan
media wayang.
Untuk penyajian dan penilaian ini peneliti mengelompokkan
tahap-tahap menjadi tiga kelompok yaitu:
1. Tahap Pra Siklus
2. Siklus I
✂ ✄
Berikut penyajian data pada setiap tahapnya:
1. Tahap Pra Siklus
Pada tahap ini peneliti mengumpulkan data dari hasil wawancara
dan pre tes. Peneliti melakukan wawancara pada guru mata pelajaran
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Pelaksanaan kegiatan wawancara
tersebut dilakukan pada hari Rabu tanggal 16 November 2016 pukul
09.00 WIB. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui kondisi awal
pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) terkait media
pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran IPS. Selain
wawancara, peneliti juga melakukan pre tes untuk mengetahui hasil
keterampilan bercerita kelas VA MINU Wedoro Sidoarjo pada mata
pelajaran IPS.
Dari hasil wawancara dapat diketahui bahwa media yang pernah
digunakan ialah tebak gambar. Tetapi guru merasa bahwa media ini
kurang berhasil karena ketika tebak gambar diterapkan di kelas siswa
tidak mengenal gambar wajah para tokoh sejarah masa Hindu-Budha
di Indonesia. Hal ini dikarenakan sumber gambar yang masih kurang
jelas. Akibatnya siswa kurang mampu mengidentifikasi gambar para
tokoh dan hal ini juga mempengaruhi kemampuan siswa dalam
bercerita secara lisan dengan bahasa sehari-hari. Hal tersebut dapat
☎ ✆
tanggal yang sama dengan wawancara. Ada 22 siswa yang
memperoleh nilai di bawah KKM, yaitu 75. Sedangkan siswa yang
memperoleh nilai di atas KKM dan dapat dikatakan tuntas berjumlah
20 siswa. Dari nilai yang diperoleh siswa tersebut dapat dikatakan
bahwa hasil belajar siswa kurang memuaskan. Sebagaimana dapat
[image:65.612.144.506.211.695.2]dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Hasil Nilai Pre Tes Siswa Kelas VA
No Nama
Siswa
Skor Keterangan
1 Siswa A 77 Tuntas
2 Siswa B 88 Tuntas
3 Siswa C 61 Tidak Tuntas
4 Siswa D 72 Tidak Tuntas
5 Siswa E 55 Tidak Tuntas
6 Siswa F 55 Tidak Tuntas
7 Siswa G 61 Tidak Tuntas
8 Siswa H 55 Tidak Tuntas
9 Siswa I 61 Tidak Tuntas
10 Siswa J 66 Tidak Tuntas
11 Siswa K 66 Tidak Tuntas
12 Siswa L 55 Tidak Tuntas
13 Siswa M 55 Tidak Tuntas
14 Siswa N 88 Tuntas
15 Siswa O 88 Tuntas
16 Siswa P 77 Tuntas
17 Siswa Q 88 Tuntas
18 Siswa R 88 Tuntas
19 Siswa S 94 Tuntas
20 Siswa T 100 Tuntas
21 Siswa U 83 Tuntas
22 Siswa V 72 Tidak Tuntas
✝ ✞
24 Siswa X 83 Tuntas
25 Siswa Y 83 Tuntas
26 Siswa Z 100 Tuntas
27 Siswa AA 50 Tidak Tuntas
28 Siswa AB 88 Tuntas
29 Siswa AC 66 Tidak