SKRIPSI
Oleh:
BILQIS SHOLICHAH NIM. D07213005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
vii ABSTRAK
Bilqis Sholichah, 2017. Penerapan Metode Simulasi untuk Meningkatkan Pemahaman tentang Zakat Fitrah Mata Pelajaran Fiqih pada Siswa Kelas IV MIN Buduran Sidoarjo, Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Dosen Pembimbing: Dr. Hj. Zumrotul Mukaffa, M.Ag. dan Dr. Sihabuddin, M.Pd.I, M.Pd.
Kata Kunci: Peningkatan Pemahaman, Zakat Fitrah, Metode Simulasi
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya pemahaman siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih, karena metode yang digunakan oleh guru kurang efektif, akibatnya prosentase ketuntasan belajar siswa masih kurang. Oleh karena itu, perlu perbaikan metode pembelajaran yang dilakukan guru.
Rumusan masalah pada penelitian ini yaitu: 1) Bagaimana penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo? 2) Bagaimana peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih setelah menggunakan metode simulasi pada siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo?
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas model Kurt Lewin. Penelitian ini dilakukan dengan dua siklus yang terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi tiap siklusnya. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo tahun ajaran 2016-2017 dengan jumlah 27 siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi, wawancara, tes tulis, dan dokumentasi.
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN SAMPUL ... ii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI ... v
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR DIAGRAM ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tindakan yang Dipilih ... 5
D. Tujuan Penelitian ... 6
E. Lingkup Penelitian ... 6
BAB II. KAJIAN TEORI ... 10
A. Pemahaman ... 10
1. Pengertian Pemahaman ... 10
2. Indikator Pemahaman ... 11
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman ... 13
4. Tingkatan-Tingkatan Pemahaman ... 15
B. Metode Simulasi ... 17
1. Pengertian Metode Simulasi ... 17
2. Tujuan Metode Simulasi ... 19
3. Bentuk-Bentuk Simulasi ... 20
4. Langkah-Langkah Pelaksanaan Simulasi ... 22
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Simulasi ... 23
C. Mata Pelajaran Fiqih ... 24
1. Pengertian Fiqih ... 24
2. Tujuan Pembelajaran Fiqih di MI ... 25
3. Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di MI ... 26
D. Zakat Fitrah ... 26
1. Pengertian Zakat Fitrah ... 26
2. Ketentuan Zakat Fitrah ... 28
3. Tata Cara Memberikan Zakat Fitrah ... 32
BAB III. METODE PENELITIAN ... 36
A. Metode Penelitian ... 36
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian ... 37
C. Variabel yang Diselidiki ... 38
D. Rencana Tindakan ... 38
E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 43
F. Indikator Kinerja ... 49
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 49
BAB IV. HASIL PENELIITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
A. Hasil Penelitian ... 51
B. Pembahasan ... 70
BAB V. PENUTUP ... 86
A. Kesimpulan ... 86
B. Saran ... 87
DAFTAR PUSTAKA ... 89
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 91
RIWAYAT HIDUP ... 92
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Indikator Pemahaman ... 12
3.1 Kriteria Tingkat Keberhasilan Guru dalam Proses Pembelajaran ... 45
3.2 Kriteria Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Proses Pembelajaran ... 46
4.1 Peningkatan Skor Aktivitas Guru dan Siswa Serta Prosentase Ketuntasan
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR DIAGRAM
Diagram Halaman
4.1 Diagram Peningkatan Skor Aktivitas Guru dan Siswa ... 83
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Keterangan dari Sekolah ... 93
2. Pedoman Wawancara Pra Siklus ... 94
3. Butir Soal Evaluasi Pra Siklus ... 96
4. Kunci Jawaban Evaluasi Pra Siklus ... 97
5. Hasil Belajar Siswa Saat Pra Siklus ... 98
6. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa Saat Pra Siklus ... 101
7. RPP Siklus I ... 102
8. Lembar Kerja Siklus I ... 118
9. Butir Soal Evaluasi Siklus I ... 119
10. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus I ... 120
11. Lembar Validasi Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus I ... 122
12. Lembar Validasi RPP Siklus I ... 124
13. Lembar Validasi Butir Soal Siklus I ... 130
14. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus I ... 132
15. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus I ... 135
16. Hasil Belajar Siswa pada Siklus I ... 138
17. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus I ... 141
19. Butir Soal Evaluasi Siklus II ... 160
20. Kunci Jawaban Evaluasi Siklus II ... 161
21. Lembar Validasi Observasi Aktivitas Guru dan Siswa Siklus II ... 163
22. Lembar Validasi RPP Siklus II ... 165
23. Lembar Validasi Butir Soal Siklus II ... 171
24. Hasil Observasi Aktivitas Guru pada Siklus II ... 173
25. Hasil Observasi Aktivitas Siswa pada Siklus II ... 176
26. Hasil Belajar Siswa pada Siklus II ... 179
27. Contoh Hasil Pekerjaan Siswa pada Siklus II ... 182
28. Foto Kegiatan Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas ... 183
29. Profil MIN Buduran Sidoarjo ... 195
30. Surat Izin Penelitian ... 197
31. Surat Tugas Bimbingan Skripsi ... 198
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Siswa Madrasah Ibtidaiyah merupakan generasi-generasi muslim yang
akan berperan aktif di masa yang akan datang. Mereka memerlukan banyak
pengalaman belajar sebagai bekalnya dalam mencapai kehidupan yang baik.
Dalam hal ini, pemahaman materi agama dijadikan sebagai bekal yang
penting untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Memahami materi
agama bukan sekedar mengetahui atau menghafal, sehingga melalui
pemahaman materi tersebut selanjutnya dapat dilaksanakan dalam kehidupan
nyata. Salah satu materi agama yang perlu dipahami siswa di MI adalah fiqih.
Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu
mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fiqih ibadah, terutama
menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan
rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fiqih
muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan haram,
khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam meminjam.1 Salah satu materi yang menuntut pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan
1 Lampiran Keputusan Menteri Agama RI No. 165 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013 Mata
rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari yaitu
zakat fitrah.
Zakat fitrah mempunyai arti penting bagi kehidupan manusia baik
sebagai perseorangan maupun sebagai anggota masyarakat. Zakat fitrah
bermanfaat untuk mendidik manusia untuk membersihkan jiwanya dari sifat
kikir, tamak, sombong, dan angkuh karena kekayaannya. Zakat fitrah juga
akan menumbuhkan rasa kasih sayang dan peduli terhadap sesama muslim,
memberikan rasa optimisme bagi fakir miskin dan mendorong adanya sistem
ekonomi yang berdasarkan kerjasama dan tolong menolong.2
Banyak sekali manfaat mengeluarkan zakat fitrah, itulah sebabnya
pemahaman tentang zakat fitrah dalam mata pelajaran fiqih sangat perlu
untuk dikuasai oleh siswa, tetapi pada fakta di lapangan menunjukkan masih
ada permasalahan yang merujuk pada ketidakmampuan siswa dalam
memahami materi zakat fitrah pada mata pelajaran fiqih. Hal seperti ini
terjadi pada siswa kelas IV MIN Buduran, kemampuan memahami materi
zakat fitrah dalam mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran
masih kurang.3
Hal ini tampak dari hasil evaluasi saat dilaksanakan pra siklus pada
mata pelajaran fiqih kelas IV menunjukkan ketuntasan 55,56%. Nilai
Ketuntasan Kriteria Minimal (KKM) mata pelajaran fiqih kelas IV di MIN
2 Sofyan Sauri, Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Agama Islam, (Bandung:
Alfabeta, 2004), hlm. 72.
3
Buduran yaitu 82. Dari 27 siswa dalam satu kelas, diketahui sejumlah
12 siswa masih memperoleh nilai di bawah KKM pada mata pelajaran fiqih.
Kondisi ini menjadi beban tersendiri bagi wali kelas IV, terutama bagi guru
fiqih.
Berdasarkan pengamatan awal terhadap proses pembelajaran fiqih di
kelas IV MIN Buduran Sidoarjo, diperoleh informasi bahwa selama proses
pembelajaran, hampir seluruh kegiatan pembelajaran dikendalikan penuh oleh
guru. Metode yang digunakan metode ceramah. Meskipun ada kegiatan
permainan yang dilakukan oleh guru, namun permainan tersebut hanya
menuntut siswa untuk menghafal konsep. Siswa belum belajar sampai pada
tingkat pemahaman.4
Metode pengajaran memiliki kedudukan yang sangat strategis dalam
mendukung keberhasilan pengajaran.5 Berdasarkan analisis yang dilakukan
peneliti, masalah mendasar yang membuat kurangnya pemahaman siswa
dalam materi zakat fitrah adalah metode yang digunakan oleh guru. Metode
yang digunakan oleh guru fiqih di MIN Buduran kurang efektif dalam
meningkatkan pemahaman materi zakat dalam mata pelajaran fiqih pada
siswa kelas IV MIN Buduran.
Untuk menjawab permasalahan di atas, diperlukan metode yang
sesuai dan tepat untuk digunakan dalam proses belajar mengajar. Maka dari
4 Hasil observasi kegiatan pembelajaran siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo, 25/10/2016. 5 Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), hlm.
4
itu peneliti akan meningkatkan pemahaman tentang zakat fitrah dalam
mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran dengan menerapkan
metode simulasi.
Pada dasarnya terdapat berbagai metode yang dapat digunakan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi zakat dalam mata
pelajaran fiqih. Namun, peneliti memilih metode simulasi untuk
meningkatkan kemampuan memahami materi zakat dalam mata pelajaran
fiqih. Hal tersebut karena konsep tentang zakat fitrah yang awalnya berupa
konsep abstrak menjadi konkret sebab melalui metode simulasi siswa dapat
mempraktikkan atau mengamati secara langsung. Dengan mempraktikkan
simulasi mengeluarkan dan menerima zakat fitrah, siswa juga secara tidak
langsung dapat belajar memahami materi zakat fitrah. Siswa juga memiliki
karakteristik yang aktif dan cenderung lebih menyukai kegiatan pembelajaran
yang melibatkan aktifitas fisik. Melalui metode simulasi ini pula, keaktifan,
ketertarikan, kesenangan dalam diri siswa ketika mengikuti proses
pembelajaran dapat meningkat.
Berdasarkan permasalahan di atas, menjadi pendorong utama bagi
peneliti untuk melakukan penelitian tentang “Penerapan Metode Simulasi
untuk Meningkatkan Pemahaman tentang Zakat Fitrah Mata Pelajaran Fiqih
5 B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman
tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran
Sidoarjo?
2. Bagaimana peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah mata pelajaran
fiqih setelah menggunakan metode simulasi pada siswa kelas IV MIN
Buduran Sidoarjo?
C. Tindakan yang Dipilih
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tindakan yang dipilih
pada penelitian ini yaitu menggunakan metode simulasi untuk meningkatkan
pemahaman siswa tentang zakat fitrah kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.
Tindakan dalam penelitian ini menggunakan skenario kerja dan prosedur
tindakan dengan mengadaptasi model Kurt Lewin yang dalam satu siklusnya
terdiri dari empat langkah pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi.6 Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan
yang sudah direvisi, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
6 D. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui penerapan metode simulasi dalam meningkatkan pemahaman
tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih pada siswa kelas IV MIN Buduran
Sidoarjo.
2. Mengetahui peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah mata pelajaran
fiqih setelah menggunakan metode simulasi pada siswa kelas IV MIN
Buduran Sidoarjo.
E. Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini dapat tuntas dan terfokus, permasalahan tersebut di
atas akan dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Topik permasalahan yang akan dilakukan tindakan untuk diselesaikan
adalah tentang peningkatan pemahaman siswa tentang zakat fitrah.
2. Implementasi penelitian ini menggunakan metode simulasi.
3. Subyek penelitian adalah siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.
4. Penelitian ini menggunakan materi tentang zakat fitrah pada mata
pelajaran fiqih kelas IV.
5. Kompetensi Dasar
7
2.1Membiasakan perilaku peduli terhadap sesama sebagai implementasi
dari pemahaman terhadap ketentuan zakat fitrah
3.1Memahami ketentuan zakat fitrah
4.1Mensimulasikan tata cara zakat fitrah
Fokus penelitian ini menggunakan KD 3.1 Memahami ketentuan
zakat fitrah.
6. Indikator
1.1.1 Memelihara hubungan baik dengan sesama umat ciptaan Tuhan
Yang Maha Esa
2.1.1 Menunjukkan sikap peduli dan dermawan terhadap sesama
3.1.1 Menguraikan pengertian zakat fitrah
3.1.2 Menjelaskan ketentuan zakat fitrah
4.1.1 Memperagakan tata cara berzakat fitrah
Fokus penelitian ini menggunakan indikator 3.1.1 Menguraikan
pengertian zakat fitrah dan 3.1.2 Menjelaskan ketentuan zakat fitrah.
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara
8
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan
kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan bagi lembaga
pendidikan, khususnya yang berhubungan dengan metode pembelajaran.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh guru di
Madrasah Ibtidaiyah untuk memperbaiki dan meningkatkan
kinerjanya dalam proses pembelajaran.
2) Sebagai motivasi untuk meningkatkan keterampilan dalam memilih
atau menentukan metode pembelajaran.
3) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan
hasil pembelajaran.
4) Sebagai informasi bagi semua tenaga pendidik mengenai metode
simulasi.
b. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan pemahaman siswa dalam mata pelajaran fiqih
materi pokok zakat fitrah.
2) Dapat meningkatkan keaktifan, ketertarikan, dan kesenangan dalam
9
c. Bagi Peneliti
1) Untuk meningkatkan dan mendapatkan produktivitas dalam
mencari solusi masalah-masalah pembelajaran menggunakan
10 BAB II KAJIAN TEORI
A. Pemahaman
1. Pengertian Pemahaman
Pemahaman adalah perilaku yang menunjukkan kemampuan
peserta didik dalam menangkap pengertian suatu konsep. Pemahaman
meliputi perilaku menerjemahkan, menafsirkan, menyimpulkan, atau
mengekstrapolasi (memperhitungkan) konsep dengan menggunakan
kata-kata atau simbol-simbol lain yang dipilihnya sendiri.1 Memahami dapat
juga berarti membangun pengertian dari pesan pembelajaran.2
Bloom merumuskan taksonomi pembelajaran khususnya dalam
domain kognisi mulai dari keterampilan berpikir tingkat rendah sampai
pada keterampilan berpikir tingkat tinggi atau mulai dari tingkat
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, dan analisis yang digolongkan dalam
keterampilan berpikir tingkat rendah sampai pada tingkat sintesis dan
evaluasi yang merupakan keterampilan berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan domain kognisi Bloom, pada tingkat pemahaman, peserta
didik mampu mengerti dan membuat rangkaian dari sesuatu yang
1 Atwi Suparman, Desain Instruksional Modern, (Jakarta: Erlangga, 2012), hlm. 135.
2 Wowo Sunaryo Kuswana, Taksonomi Kognitif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), hlm.
dikomunikasikan. Artinya, peserta didik mampu menerjemahkan,
menginterpretasi, dan meramalkan kemungkinan dalam berkomunikasi.3
Di antara taksonomi kawasan kognitif, jenjang pemahaman paling
banyak digunakan baik pada jenjang perguruan tinggi maupun jenjang
pendidikan di bawahnya. Alasannya karena jenjang pemahaman
merupakan dasar yang sangat menentukan untuk mempelajari dan
menguasai jenjang-jenjang taksonomi di atasnya seperti penerapan,
analisis, sintesis, dan evaluasi atau bentuk yang lebih terintegrasi seperti
pemecahan masalah.4
2. Indikator Pemahaman
Indikator pemahaman menunjukkan bahwa pemahaman lebih
tinggi satu tingkat dari pengetahuan.5 Jika pada tingkat pengetahuan, siswa
dituntut untuk mengetahui, mengingat atau menghafal suatu konsep tanpa
menangkap pengertian atau maksud dari suatu konsep. Sementara
pemahaman meliputi perilaku yang menunjukkan kemampuan siswa
dalam menangkap makna atau arti dari suatu konsep.
3 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip Desain Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2013), hlm.
90-91.
4 Atwi Suparman, Desain Instruksional..., hlm. 135.
5 Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 1995),
Adapun indikator pemahaman yang dapat digunakan untuk
mengetahui ukuran keberhasilan siswa dalam memahami suatu konsep
ialah sebagai berikut:6
TABEL 2.1
INDIKATOR PEMAHAMAN
Taksonomi Perilaku Kemampuan Internal Indikator
Pemahaman Menerjemahkan
Menafsirkan Memperkirakan Menentukan ... Misalnya: metode prosedur Menjelaskan Menguraikan Merumuskan Merangkum Mengubah Memberikan contoh tentang Memahami ... Misalnya: konsep kaidah prinsip kaitan antara fakta Menyadur Meramalkan Menyimpulkan Memperkirakan Menerangkan
isi pokok
Mengartikan/
Menginterpretasikan
Misalnya: tabel
grafik
bagan
Menggantikan
Menarik
kesimpulan
Meringkas
Mengembangkan
Membuktikan
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman
Keberhasilan siswa dalam memahami dapat disebabkan oleh
faktor-faktor yang mendukungnya. Faktor-faktor tersebut meliputi:7
a. Tujuan
Tujuan adalah pedoman sekaligus sebagai sasaran yang akan
dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. Kepastian dan perjalanan
proses belajar mengajar berpangkal tolak dari jelas tidaknya
perumusan tujuan pengajaran. Tercapainya tujuan sama halnya
keberhasilan pengajaran.
b. Guru
Guru adalah orang yang berpengalaman dalam bidang
profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan
7 Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta,
anak didik menjadi orang yang cerdas. Di dalam satu kelas anak didik
satu berbeda dengan lainya nantinya akan mempengaruhi pula dalam
keberhasilan belajar. Dalam keadaan yang demikian ini seorang guru
di tuntut untuk memberikan suatu pendekatan atau belajar yang sesuai
dengan keadaan anak didik, sehingga akan tercapai tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
c. Anak didik
Anak didik (siswa) adalah orang yang dengan sengaja datang
ke sekolah. Maksudnya anak didik disini tidak terbatas oleh usia, baik
usia muda, usia tua atau telah lanjut usia. Anak didik yang berkumpul
di sekolah, mempunyai bermacam-macam karakteristik kepribadian,
sehingga daya serap (pemahaman) siswa yang dapat juga
berbeda-beda dalam setiap bahan pelajran yang di berikan oleh guru. Oleh
karena itu, terdapat tingkatan keberhasilan yaitu tingkat maksimal,
optimal, minimal dan kurang untuk setiap bahan yang di kuasai anak
didik.
d. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pengajaran adalah proses terjadinya interaksi antara
guru dengan anak didik dalm kegiatan belajar mengajar. Kegiatan
pengajaran ini, meliputi bagaimana guru menciptakan metode dan
tersebut jika di pilih dan digunakan secara tepat, maka akan
mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar.
e. Bahan dan Alat Evaluasi
Bahan evaluasi adalah suatu bahan yang terdapat di dalam
kurikulum yang sudah dipelajari oleh anak didik guna kepentingan
ulangan. Guru berperan dalam pembuatan alat evaluasi. Validitas dan
realibilitas data dari hasil evaluasi itulah yang mempengaruhi
keberhasilan anak didik dalam memahami suatu materi.
f. Suasana Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi biasanya dilaksanakan di dalam kelas.
Besar kecilnya jumlah anak didik yang dikumpulkan di dalam kelas
akan mempengaruhi suasana kelas. Suasana yang tenang, tertib, dan
disiplin ketika berlangsungnya evaluasi (ujian) dapat mencapai
keberhasilan pengajaran.
4. Tingkatan-Tingkatan dalam Pemahaman
Dalam kegiatan pembelajaran, setiap individu memiliki tingkatan
pemahaman yang berbeda-beda terhadap suatu materi. Ada yang
memahami materi secara menyeluruh, ada yang memahami sebagian
materi, dan ada pula yang sama sekali tidak dapat menangkap makna dari
Menurut Daryanto, kemampuan pemahaman dapat dijabarkan ke
dalam tiga tingkatan meliputi:8 a. Menerjemahkan (translation)
Pengertian menerjemahkan bisa diartikan sebagai pengalihan
arti dari bahasa yang satu ke dalam bahasa yang lain. Dapat juga dari
konsepsi abstrak menjadi suatu model simbolik untuk mempermudah
orang mempelajarinya.
b. Menginterpretasi (interpretation)
Kemampuan ini lebih luas daripada menerjemahkan. Ini adalah
kemampuan untuk mengenal dan memahami. Menafsirkan dapat
dilakukan dengan cara menghubungkan pengetahuan yang lalu dengan
pengetahuan yang diperoleh berikutnya, menghubungkan antara grafik
dengan kondisi yang dijabarkan sebenarnya, serta membedakan yang
pokok dan tidak pokok dalam pembahasan.
c. Mengekstrapolasi (extrapolation)
Ekstrapolasi menuntut kemampuan intelektual yang lebih
tinggi karena seseorang dituntut untuk bisa melihat sesuatu dibalik
yang tertulis. Membuat ramalan tentang konsekuensi atau memperluas
persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya.
B. Metode Simulasi
1.Pengertian Metode Simulasi
Metode pembelajaran adalah cara-cara atau teknik penyajian bahan
pelajaran yang akan digunakan oleh guru pada saat menyajikan bahan
pelajaran, baik secara individual atau secara kelompok.9 Pilihan metode
tergantung pada apa yang ingin diajarkan (konten), siapa yang diajarkan,
dan tingkat kemampuan yang diharapkan.10
Metode pembelajaran disebut juga sebagai cara untuk
mempermudah peserta didik mencapai kompetensi tertentu.11 Neumann dan Koper menyatakan bahwa metode pembelajaran didefinisikan
sebagai seperangkat aktivitas yang mengarah pada hasil belajar yang
dilakukan oleh peserta didik dan pendukung pembelajaran.12 Sehingga dengan adanya penggunaan metode secara tepat, peserta didik dapat
mencapai hasil pembelajaran dan kemampuan yang diharapkan.
Simulasi berasal dari kata simulate yang artinya berpura-pura atau
berbuat seolah-olah, atau perbuatan yang pura-pura saja.13 Simulasi dapat dikatakan seperti latihan, tetapi tidak dalam realitas sebenarnya,
melainkan seolah-olah menggambarkan keadaan sebenarnya. Melalui
9 Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, (Padang: Quantum Teaching, 2005), hlm. 52. 10 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip..., hlm. 224.
11 Mulyono, Strategi Pembelajaran Menuju Efektivitas Pembelajaran di Abad Global, (Malang:
UIN-Maliki Press, 2012), hlm. 81.
12 Muhammad Yaumi, Prinsip-Prinsip..., hlm. 224.
13 Uzer Usman, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar, (Bandung: PT Remaja
simulasi terjadi perumpamaan yang serupa dengan yang dilakukan orang
dewasa.14 Dengan cara ini peserta didik akan memperoleh pemahaman dari situasi yang dilakukan.
Sebagai metode mengajar, simulasi dapat diartikan sebagai cara
penyajian pengalaman belajar dengan menggunakan situasi tiruan untuk
memahami tentang konsep, prinsip, atau keterampilan tertentu. Simulasi
dapat digunakan sebagai metode mengajar dengan asumsi tidak semua
proses pembelajaran dapat dilakukan secara langsung pada objek yang
sebenarnya. Demikian juga untuk mengembangkan pemahaman dan
penghayatan terhadap suatu peristiwa, penggunaan simulasi akan sangat
bermanfaat.15
Dalam simulasi para siswa dapat:16
a. Mencoba menempatkan diri atau berperan sebagai tokoh atau
pribadi tertentu, misalnya, sebagai pahlawan, petani, dokter, atau
guru. Siswa dilatih menghargai jasa dan peranan orang lain. Dalam
pembelajaran zakat fitrah, siswa dapat berperan sebagai muzakki
(orang yanag mengeluarkan zakat), amil, fakir, miskin, ibnu sabil,
fisabilillah, gharim, mualaf, dan budak. Karena hal itu bermanfaat
bagi pembentukan keterampilan sosial bagi siswa. Mereka dapat
14 Oemar Hamalik, Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2003), hlm. 137.
memiliki keterampilan dalam membagikan zakat dengan santun,
serta menerima zakat dengan santun pula.
b. Berperan sebagai benda-benda, misalnya berpura-pura sebagai
gunung, pohon, angin, atau awan. Siswa dapat berperan sebagai
benda-benda disesuaikan dengan tema. Hal demikian dapat
menambah pengetahuan siswa tentang kegunaan benda-benda,
misalnya pohon berguna untuk menyerap karbondioksida dan
menghasilkan oksigen. Selain itu, dengan berperan sebagai
benda-benda, siswa juga dapat mengembangkan keterampilan berekspresi
dan meningkatkan sikap berani dan percaya diri.
2.Tujuan Metode Simulasi
Penggunaan metode simulasi memiliki tujuan sebagai berikut:17
a. Menghayati peranan dan perasaan orang lain yang menimbulkan sikap
menghargai orang lain.
b. Mengembangkan daya imajinasi pada diri siswa.
c. Melatih keterampilan tertentu baik yang bersifat profesional maupun
kehidupan sehari-hari.
d. Memperoleh pemahaman tentang suatu konsep atau prinsip.
e. Memberikan motivasi belajar karena sangat menarik dan
menyenangkan anak.
f. Untuk meningkatkan aktivitas belajar dengan melibatkan dirinya
dalam mempelajari situasi yang hampir serupa dengan kejadian
sebenarnya.
3.Bentuk-Bentuk Simulasi
Menurut Gilstrap, simulasi dapat berbentuk: peer teaching,
sosiodrama, psikodrama, simulasi game, dan role playing.18
a. Peer Teaching
Peer teaching adalah latihan atau praktik mengajar. yang
menjadi muridnya adalah temannnya sendiri. Tujuannya untuk
memperoleh keterampilan dalam mengajar. Secara teknis siswa
berperan sebagai guru yang menjelaskan materi pada siswa. Siswa
tersebut adalah temannya sendiri.
b. Sosiodrama
Sosiodrama adalah sandiwara atau dramatisasi tanpa skrip
(bahan tertulis), tanpa latihan terlebih dahulu, dan tanpa menyuruh
anak menghafal sesuatu. Pokok atau masalah yang didramatisasikan
atau diperankan, ialah yang berhubungan dengan situasi sosial yang
bertalian dengan hubungan antarmanusia. Sosiodrama ini sering kita
dapati pada anak-anak kecil, misalnya mereka memerankan sebagai
ayah atau ibu dengan bonekanya. Tujuannya adalah agar anak dapat
menghayati perasaan orang lain dan dapat memecahkan
masalah-masalah sosial.
c. Psikodrama
Permainan peranan yang dilakukan, dimaksudkan agar
individu yang bersangkutan memperoleh insight atau pemahaman
yang lebih baik tentang dirinya, dapat menemukan self concept.
Psikodrama digunakan untuk maksud terapi. Masalah yang
diperankan adalah perihal emosional yang lebih mendalam yang
dialami seseorang. Misalnya, memerankan orang yang sedang sedih
atau gembira.
d. Simulasi Game
Simulasi game adalah permainan bersaing untuk mencapai
tujuan tertentu dengan menaati peraturan-peraturan yang ditetapkan.
Contohnya: bermain monopoli, catur, sepak bola, dan sebagainya.
e. Role Playing
Role playing adalah permainan peranan yang dilakukan
untuk mengkreasi kembali peristiwa-peristiwa sejarah masa lampau,
mengkreasi kemungkinan-kemungkinan masa depan dan
mengekspos kejadian-kejadian masa kini. Siswa bertindak
menggambarkan kembali tindakan orang lain, sehingga dia
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang pribadi dan
4.Langkah-Langkah Pelaksanaan Simulasi
Metode simulasi dapat diterapkan dalam pembelajaran di kelas
dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:19
a. Guru menentukan topik dan tujuan simulasi.
b. Guru memberi gambaran secara garis besar situasi yang akan
disimulasikan.
c. Guru memimpin mengorganisasi atau membentuk kelompok,
peranan yang akan disimulasikan, pengaturan ruangan materi.
d. Guru memilih para pemain.
e. Guru memberi penjelasan kepada kelompok dan kepada para pemain
tentang hal-hal yang harus dilakukan.
f. Menentukan alokasi waktu yang diperlukan untuk bersimulasi.
g. Pelaksanaan simulasi, dalam pelaksanaan ini guru membantu
mensupervisi dan memberi sugesti demi kelancaran pelaksanaan
simulasi.
h. Tindak lanjut, berupa: memberi kritik atau saran dan menyimpulkan.
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Simulasi
Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan
kekurangan masing-masing. Adapun kelebihan metode simulasi ialah
sebagai berikut:20
a. Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi siswa dalam
menghadapi situasi yang sebenarnya kelak, baik dalam kehidupan
keluarga, masyarakat, maupun menghadapi dunia kerja.
b. Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa, karena melalui
simulasi siswa diberi kesempatan untuk memainkan peranan sesuai
dengan topik yang disimulasikan.
c. Simulasi dapat memupuk keberanian dan percaya diri siswa.
d. Memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diperlukan dalam menghadapi berbagai situasi sosial yang
problematis.
e. Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam proses
pembelajaran.
Sedangkan kelemahan metode simulasi diantaranya sebagai
berikut:21
a. Pengalaman yang diperoleh melalui simulasi tidak selalu tepat dan
sesuai dengan kenyataan di lapangan.
b. Pengelolaan yang kurang baik, sering mengakibatkan simulasi
dijadikan sebagai alat hiburan, sehingga tujuan pembelajaran
menjadi terabaikan.
c. Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi
siswa dalam melakukan simulasi.
C. Mata Pelajaran Fiqih
1.Pengertian Fiqih
Fiqih menurut bahasa adalah mengetahui sesuatu secara
mendalam. Adapun fiqih secara terminologis seperti yang dikemukakan
oleh Tajuddin al-Subki bahwa fiqih adalah ilmu tentang hukum-hukum
syara’ yang bersifat amali yang digali dari dalil-dalilnya yang bersifat
tafsili (rinci).22 Fiqih merupakan sistem atau seperangkat aturan yang
mengatur hubungan manusia dengan Allah swt. (Hablum-Minallah),
sesama manusia (Hablum-Minan-nas), dan makhluk lainnya (Hablum -
Ma‘al-Ghairi).23
Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah merupakan salah satu
mata pelajaran PAI yang mempelajari tentang fiqih ibadah, terutama
menyangkut pengenalan dan pemahaman tentang cara-cara pelaksanaan
rukun Islam dan pembiasaannya dalam kehidupan sehari-hari, serta fiqih
22 Chabib Thoha, dkk., Metodologi Pengajaran Agama, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1999), hlm.
144-146.
muamalah yang menyangkut pengenalan dan pemahaman sederhana
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan
haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam
meminjam.24
2.Tujuan Pembelajaran Fiqih di MI
Secara substansial mata pelajaran fiqih memiliki kontribusi dalam
memberikan motivasi kepada peserta didik untuk mempraktikkan dan
menerapkan hukum Islam dalam kehidupan sehari-hari sebagai
perwujudan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan hubungan manusia
dengan Allah swt., dengan diri manusia itu sendiri, sesama manusia,
makhluk lainnya ataupun lingkungannya.25
Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:26
a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum Islam baik
yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum Islam dengan benar
dan baik, sebagai perwujudan dari ketaatan dalam menjalankan ajaran
agama Islam baik dalam hubungan manusia dengan Allah swt., dengan
24 Lampiran Keputusan Menteri Agama..., hlm. 41 25 Ibid., hlm. 41
diri manusia itu sendiri, sesama manusia, dan makhluk lainnya maupun
hubungan dengan lingkungannya.
3.Ruang Lingkup Pembelajaran Fiqih di MI
Ruang lingkup mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah
meliputi:27
a. Fiqih ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang
cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik, seperti: tata cara
taharah, salat, puasa, zakat, dan ibadah haji.
b. Fiqih muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman
mengenai ketentuan tentang makanan dan minuman yang halal dan
haram, khitan, kurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan
pinjam meminjam.
D. Zakat Fitrah
1. Pengertian Zakat Fitrah
Zakat menurut bahasa berarti kesuburan, suci, keberkahan, atau
pensucian. Pengertian zakat menurut syara’ ialah pemberian yang wajib
diberikan dari harta tertentu, menurut sifat-sifat dan ukuran tertentu
kepada golongan tertentu.28
Secara garis besar zakat dibagi menjadi dua macam, diantaranya
zakat mal dan zakat nafs. Zakat mal (zakat harta), yaitu zakat emas, perak,
binatang, tumbuh-tumbuhan (buah-buahan dan biji-bijian), dan barang
perniagaan (tijarah). Sedangkan zakat nafs, yaitu zakat jiwa yang dinamai
juga dengan zakat fitrah.29
Zakat fitrah atau zakat jiwa yaitu harta berupa makanan pokok
yang harus diberikan oleh setiap jiwa/ orang yang beragama Islam kepada
orang yang berhak menerimanya pada bulan Ramadhan sampai dengan
sebelum shalat Idul Fitri pada bulan Syawal.30 Zakat ini disebut zakat fitrah karena dikaitkan dengan diri (fitrah) seseorang, bukan dengan
hartanya, atau karena zakat ini dikeluarkan pada waktu fitri, yakni
berbuka puasa setelah selesai puasa Ramadhan.31 Fitrah berarti suci, sehingga zakat ini bertujuan untuk mensucikan setiap jiwa seorang
muslim pada setiap tahunnya.
28 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2004), hlm. 161.
29 Abu Ahmadi dan Noor Salimi, Dasar-Dasar..., hlm. 166.
30 Nurcholis, dkk., Buku Siswa Fikih Kelas IV MI, (Jakarta: Kementerian Agama Republik
Indonesia, 2014), hlm. 5.
2. Ketentuan Zakat Fitrah
a. Hukum Zakat Fitrah
Mengeluarkan zakat fitrah hukumnya wajib bagi setiap orang
Islam baik laki-laki maupun perempuan, merdeka atau hamba sahaya.
Orang yang berkewajiban membayar zakat fitrah apabila mempunyai
kelebihan makanan sehari semalam dalam keluarga itu yang hidup
sejak awal sampai terbenamnya matahari akhir bulan Ramadan.32
َلاَق ضر َرَ ُع ِ ْبا ِ َع
:
َة َََز ص ِها ُلْ ُسَر َضَرَف
ْطِفل
ْا
ّرُحْا َو ِدْ َعل
ْا َ َل ٍ ِْْعَش ْ ِم اًاَص ْوَا ٍرْ َت ْ ِم اًاَص ِر
َرَ َا َو َ ِْْ ِ ْسُ
ْا َ ِم ِ ِْْ َ ْا َو ِ ِْْغ َصا َو ََْنُاْا َو ِرَكَذا َو
ِةَا َص ا َىِا ِساَنا ِجْوُرُخ َ ْ َق ىَلَؤُت ْنَا اَ ِب
.
Dari Ibnu Umar RA, ia berkata, “Rasulullah SAW mewajibkan
zakat fitrah satu sha' (+ 2,5 kg atau 3 liter) dari korma atau satu sha'
dari gandum atas budak maupun orang merdeka, laki-laki, perempuan,
kecil dan dewasa dari orang-orang Islam, dan beliau menyuruh supaya
dikeluarkan zakat fitrah itu sebelum orang-orang keluar pergi shalat
('Idul Fitri)". [HR. Bukhari]
Dengan hadis di atas, zakat fitrah merupakan alat pembersih
bagi orang-orang yang berpuasa dan dikeluarkan sebelum shalat Idul
Fitri. Kemudian yang harus kita berikan perorang/jiwa sebanyak 3,1
liter atau sekitar 2,5 kg dan hanya diberikan dalam setahun sekali.33
b. Waktu Membayar Zakat Fitrah
Adapun waktu membayar zakat fitrah adalah sebagai
berikut:34
1) Waktu wajib yaitu sejak terbenamnya matahari pada akhir bulan
Ramadan samapai menjelang Shalat Idul Fitri
2) Waktu haram yaitu membayar zakat fitrah setelah terbenam
matahari pada hari raya Idul Fitri.
3) Waktu afdal (lebih baik) yaitu sesudah shalat subuh tanggal 1
Syawal sebelum pergi ke shalat Idul fitri.
4) Waktu mubah (boleh) yaitu sejak tanggal 1 Ramadan sampai
dengan akhir bulan Ramadan.
5) Waktu makruh yaitu sesudah shalat idul fitri sebelum
terbenamnya matahari pada tanggal 1 Syawal.
c. Syarat-Syarat Orang yang Berkewajiban Mengeluarkan Zakat Fitrah
Orang yang mengeluarkan zakat disebut muzakki.
Orang-orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah syaratnya adalah:35
1) Beragama Islam
33 Nurcholis, dkk., Buku Siswa..., hlm. 6. 34 Ibid., hlm. 7.
2) Orang tersebut, ketika sebelum matahari terbit pada hari raya
Idul Fitri masih hidup (yang baru lahir maupun dalam sakaratul
maut)
3) Mampu menafkahi dirinya dan keluarganya
4) Orang yang tidak berada di bawah tanggung jawab orang lain
5) Seorang kepala rumah tangga wajib mengeluarkan zakat fitrah
bagi dirinya, istri, anak-anaknya, ibunya dan orang lain yang
menjadi tanggungannya misalnya karyawannya, pembantunya
dan lainnya.
d. Orang yang Berhak Menerima Zakat Fitrah
اَ َنِإ۞
ٱ
ُ ٰ َقَد َص
َو ِءكاَرَقُفۡ ِ
ٱ
ِِْ ٰ َسَ
ۡ
َو
ٱ
َِْ ِ ٰ َ
ۡل
اَ ۡيَ َع
َوٱ
ِ َفَلَؤُ
ۡ
َِِو ۡ ُ ُب
ُ ُق
ٱ
ِباَقِّر
َو
ٱ
َِْمِرٰ َ
ۡل
ِ يِبَس َِِو
ٱ
َِه
َوٱ
ِ ۡب
ٱ
ِ يِب َس
َ ِّم م َضيِر
َف
ٱ
هَِه
َو
ٱ
ُ َه
ٞ يِ َح ٌ يِ َع
غو
Artinya:Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu´allaf
yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang
yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang
dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan
Berdasarkan ayat di atas 8 kelompok yang berhak menerima
zakat adalah:36
1) Fakir adalah orang yang tidak memiliki harta benda dan tidak
memiliki pekerjaan untuk mencarinya.
2) Miskin adalah orang yang memiliki harta tetapi hanya cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya.
3) Amil adalah orang yang mengelola pengumpulan dan pembagian
zakat.
4) Mualaf adalah orang yang masih lemah imannya karena baru
mengenal dan menyatakan masuk Islam.
5) Budak atau hamba sahaya adalah orang yang memiliki kesempatan
untuk merdeka tetapi tidak memiliki harta benda untuk
menebusnya. Untuk sekarang ini, perbudakan semacam itu sudah
tidak ada di negara kita (Indonesia).
6) Gharim yaitu orang yang memiliki hutang banyak sedangkan dia
tidak bisa melunasinya.
7) Fisabilillah adalah orang-orang yang berjuang di jalan Allah
sedangkan dalam perjuangannya tidak mendapatkan gaji dari
siapapun.
8) Ibnu Sabil yaitu orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan,
sehingga sangat membutuhkan bantuan.
3. Tata Cara Memberikan Zakat Fitrah
Adapun tata cara memberikan zakat fitrah adalah:37
a. Kita memilih makanan pokok (seperti beras, sagu, jagung dll.) yang
terbaik, minimal sama dengan yang biasa kita makan setiap harinya
b. Kita takar sesuai dengan ketentuan yang ada yaitu bila menggunakan
takaran literan maka gunakan ukuran 3,1 liter. Bila menggunakan
timbangan pastikan timbangannya tepat tidak berkurang, kita ambil
2,5 kg beras.
c. Bagi yang mengeluarkan zakat boleh berdoa dengan niat:
ىلاعت ه اًض ْ ف سْفن ْنع ْطفْلا ةاك ج ْخا ْ ا تْيون
Artinya:“Saya niat mengeluarkan zakat fitrah untuk diri sendiri wajib karena
Allah.”
d. Makanan pokok (beras) kita berikan langsung kepada yang berhak
atau diserahkan kepada amil baik di masjid atau lainnya.
e. Kita serahkan tepat waktu sesuai dengan permintaan panitia, atau kita
bagikan sendiri kepada yang berhak pada malam idul fitri atau pagi
harinya sebelum shalat Idul Fitri.
f. Panitia menerima zakat dengan berdoa:
ْيف ه جآ
كل هلعج تْي ْبا ا ْيف راب ،تْيطْعا ا
ا ًر ْو ط
Artinya:
“Semoga Allah memberikan pahala kepadamu dengan apa yang telah
engkau berikan dan mudah-mudahan Allah memberkahi apa yang
masih ada padamu dan mudah-mudahan Allah menjadikan kesucian
bagi kami dan kamu.”
g. Panitia bertanggung jawab membagikan kepada yang berhak
menerimanya.
E. Penerapan Metode Simulasi untuk Meningkatkan Pemahaman tentang Zakat Fitrah pada Mata Pelajaran Fiqih di Kelas IV MIN Buduran Sidoarjo
Metode adalah alat atau cara yang digunakan untuk mengajarkan
materi pembelajaran kepada peserta didik agar tujuan yang telah disusun
tercapai secara optimal. Tidak semua metode cocok digunakan untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Hal ini tergantung dari karakteristik
peserta didik dan materi pembelajaran.
Menurut teori yang dikemukakan Piaget, usia 7-11 tahun atau pada
usia siswa MI berada pada tahap operasi konkret. Pada tahap ini, proses
berpikir anak harus konkret, belum bisa berpikir abstrak. Dengan demikian,
logika-logika yang konkret atau bersifat fisik.38 Karena siswa MI proses berpikirnya
harus konkret dan belum bisa berpikir abstrak, maka penggunaan metode
simulasi cocok untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang konsep
zakat fitrah. Hal tersebut karena konsep tentang zakat fitrah yang awalnya
berupa konsep abstrak menjadi konkret sebab melalui metode simulasi siswa
dapat mempraktikkan atau mengamati secara langsung.
Mereka juga memiliki karakteristik yang aktif dan cenderung lebih
menyukai kegiatan pembelajaran yang melibatkan aktifitas fisik. Melalui
metode ini pula, keaktifan, ketertarikan, kesenangan dalam diri siswa ketika
mengikuti proses pembelajaran dapat meningkat.
Mata pelajaran fiqih menekankan pada pemahaman yang benar
mengenai ketentuan hukum dalam Islam serta kemampuan cara
melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik dalam kehidupan
sehari-hari. Metode yang tepat mengajarkan kemampuan cara melaksanakan
ibadah yang benar yakni dengan praktik. Metode simulasi merupakan salah
satu metode yang melibatkan siswa dalam mempraktikkan cara melaksanakan
ibadah, termasuk cara mengeluarkan zakat fitrah. Oleh karena itu, pemilihan
metode simulasi sesuai dengan materi pembelajaran.
Metode simulasi merupakan salah satu dari banyak metode yang dapat
diterapkan untuk meningkatkan pemahaman tentang zakat fitrah. Hal tersebut
38 Sutirna, Perkembangan dan Pertumbuhan Peserta Didik, (Yogyakarta: CV. Andi OFFSET,
karena metode ini membuat siswa menggunakan situasi tiruan untuk
memahami tentang konsep zakat fitrah. Dengan mempraktikkan simulasi
mengeluarkan dan menerima zakat fitrah, siswa secara tidak langsung dapat
belajar memahami materi zakat fitrah.
Melalui penghayatan peranan, siswa juga dapat merasakan perasaan
orang lain yang menimbulkan sikap menghargai orang lain. Dalam
pembelajaran zakat fitrah, siswa dapat berperan sebagai muzakki (orang yang
mengeluarkan zakat), amil, fakir, miskin, ibnu sabil, fisabilillah, gharim,
mualaf, dan budak. Karena hal itu bermanfaat bagi pembentukan
keterampilan sosial bagi siswa. Mereka dapat memiliki keterampilan dalam
membagikan zakat dengan santun, serta menerima zakat dengan santun pula.
Metode pengajaran memiliki kedudukan yang amat strategis dalam
mendukung keberhasilan pengajaran. Itulah sebabnya, para ahli sepakat,
bahwa seorang guru yang ditugaskan mengajar di sekolah, haruslah guru
yang profesional, yaitu guru yang memiliki penguasaan yang prima terhadap
metode pembelajaran. Melalui metode pembelajaran, mata pelajaran dapat
disampaikan secara efisien, efektif, dan terukur dengan baik, sehingga dapat
dilakukan perencanaan dan perkiraan dengan tepat.39 Untuk tercapainya
peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah, tidak terlepas dari penerapan
metode simulasi secara tepat.
36 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris
Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada
sebuah kelas. Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui akibat tindakan
yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.1
Terdapat berbagai model PTK, namun model yang dipilih untuk
digunakan dalam penelitian ini adalah model Kurt Lewin, dimana dalam
setiap siklus terdapat empat tahap meliputi:2
1. Perencanaan (planning), yaitu proses menentukan program perbaikan yang
berangkat dari suatu ide gagasan peneliti
2. Tindakan (acting), yaitu perlakuan yang dilaksanakan oleh peneliti sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun oleh peneliti.
3. Observasi (observing), yaitu pengamatan yang dilakukan untuk
mengetahui efektivitas tindakan atau mengumpulkan informasi tentang
berbagai kelemahan (kekurangan) tindakan yang telah dilakukan.
1 Fauti Subhan, Penelitian..., hlm. 17
4. Refleksi (reflecting), yaitu kegiatan analisis tentang hasil observasi hingga
[image:51.595.130.528.190.516.2]memunculkan program atau perencanaan baru.
GAMBAR 3.1: SIKLUS PTK MODEL KURT LEWIN
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian tindakan kelas
yang bersifat kolaboratif dengan menggabungkan beberapa pihak, yaitu guru,
siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo, dan peneliti sendiri. Lokasi penelitian
Buduran Kabupaten Sidoarjo. Penelitian ini akan dilaksanakan pada akhir
semester ganjil yaitu pada Bulan Desember 2016. Siswa kelas IV berjumlah
27 siswa, meliputi 10 siswa berjenis kelamin laki-laki dan 17 siswa berjenis
kelamin perempuan. Rata-rata mereka memiliki karakteristik yang aktif dan
cenderung lebih menyukai kegiatan pembelajaran yang melibatkan aktifitas
fisik.
C. Variabel yang Diselidiki
1. Variabel Input
Variabel input dalam penelitian tindakan kelas ini adalah siswa
kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.
2. Variabel Proses
Variabel proses dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
penerapan metode simulasi.
3. Variabel Output
Variabel output dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah di kelas IV MIN Buduran
Sidoarjo.
D. Rencana Tindakan
Kegiatan ini didesain dengan metode penelitian tindakan kelas.
tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi.
Langkah-langkah yang akan dilakukan sebagai berikut:
1. Siklus I
a. Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi kegiatan utama sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
2) Menyusun media pembelajaran
3) Menyusun instrumen penelitian, meliputi lembar evaluasi dan
lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan belajar
mengajar
b. Pelaksanaan Tindakan
Peneliti bersama kolaborator melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan. Adapun langkah-langkah
pembelajaran pada siklus I secara garis besar adalah sebagai berikut:
1) Menyiapkan siswa untuk menerima pelajaran.
2) Memberikan apersepsi tentang zakat fitrah.
3) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran melalui metode
simulasi.
4) Menyajikan materi pelajaran tentang zakat fitrah meliputi
pengertian, ketentuan, tata cara, dan hikmah adanya perintah
5) Peneliti membagi kelas menjadi 5 kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 6 orang.
6) Peneliti memanggil 2 perwakilan siswa dari masing-masing
kelompok untuk bertugas memerankan simulasi tata cara berzakat
fitrah.
7) Siswa lainnya duduk bersama kelompoknya masing-masing
bertugas mengamati dan memperhatikan simulasi yang sedang
diperagakan.
8) Setelah selesai simulasi, masing-masing kelompok berdiskusi
dalam mengerjakan lembar kerja yang disediakan.
9) Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
10)Evaluasi
11)Penutup
c. Observasi
Peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan:
1) Aktivitas guru selama proses pembelajaran.
2) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
3) Pemahaman konsep dan hasil evaluasi siswa.
4) Keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses
d. Refleksi
1) Secara kolaboratif peneliti dan kolaborator menganalisis dan
mendiskusikan hasil pengamatan. Selanjutnya membuat suatu
refleksi mengenai hal yang perlu diperbaiki dan hal yang perlu
dipertahankan untuk siklus selanjutnya, sehingga dipergunakan
sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan pada
siklus berikutnya.
2) Membuat kesimpulan sementara terhadap pelaksanaan siklus I.
2. Siklus II
a. Perencanaan
Tahap perencanaan meliputi kegiatan utama sebagai berikut:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) Menyusun media pembelajaran
3) Menyusun instrumen penelitian, meliputi lembar evaluasi dan
lembar observasi aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan belajar
mengajar
b. Pelaksanaan Tindakan
Peneliti bersama kolaborator melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan RPP yang telah dipersiapkan. Adapun langkah-langkah
pembelajaran pada siklus I secara garis besar adalah sebagai berikut:
2) Memberikan apersepsi tentang zakat fitrah.
3) Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran melalui metode
simulasi.
4) Menyajikan materi pelajaran tentang zakat fitrah meliputi
pengertian, ketentuan, tata cara, dan hikmah adanya perintah
mengeluarkan zakat fitrah.
5) Peneliti membagi kelas menjadi 5 kelompok, setiap kelompok
beranggotakan 6 orang.
6) Peneliti memanggil 2 perwakilan siswa dari masing-masing
kelompok untuk bertugas memerankan simulasi tata cara berzakat
fitrah.
7) Siswa lainnya duduk bersama kelompoknya masing-masing
bertugas mengamati dan memperhatikan simulasi yang sedang
diperagakan.
8) Setelah selesai simulasi, masing-masing kelompok menyimpulkan
materi pelajaran.
9) Peneliti bersama siswa menyimpulkan materi pelajaran.
10)Evaluasi
11)Penutup
c. Observasi
Peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan:
2) Aktivitas siswa selama proses pembelajaran.
3) Pemahaman konsep dan hasil evaluasi siswa.
4) Keberhasilan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam proses
pembelajaran yang belum sesuai dengan harapan penelitian.
d. Refleksi
1) Secara kolaboratif peneliti dan kolaborator menganalisis hasil
kegiatan siklus I dan siklus II dengan mengkaji ketercapaian
tujuan pembelajaran melalui metode simulasi sehingga dapat
diketahui perbandingan hasil tindakan siklus I dan siklus II terkait
peningkatan pemahaman tentang zakat fitrah pada mata pelajaran
fiqig di kelas IV MIN Buduran Sidoarjo.
2) Membuat kesimpulan terhadap pelaksanaan siklus II.
E. Data dan Cara Pengumpulannya
1. Cara Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam PTK ini yaitu observasi,
wawancara, tes, dan dokumentasi.
a. Observasi, yaitu digunakan dalam rangka mengumpulkan data tentang
aktivitas keterampilan mengajar guru dan aktivitas siswa ketika proses
pembelajaran berlangsung.
b. Wawancara, yaitu digunakan dalam rangka mengumpulkan data
mengajar di kelas, karakteristik siswa, metode yang digunakan guru,
sarana dan prasarana, dan hambatan-hambatan yang dijumpai oleh
guru.
c. Tes tulis, yaitu digunakan dalam rangka mengumpulkan data tentang
peningkatan pemahaman siswa tentang zakat fitrah pada mata
pelajaran fiqih kelas IV.
d. Dokumentasi, yaitu digunakan dalam rangka mengumpulkan data
tentang profil sekolah, data tentang keadaan guru, sarana dan prasarana
dan lainnya.
2. Teknik Analisa Data
Untuk mengetahui ketepatan suatu metode simulasi dalam kegiatan
pembelajaran perlu diadakan analisa data, dalam penelitian ini analisa
dilakukan dengan memberikan evaluasi dalam setiap akhir pembelajaran
dan juga memberi nilai atas kegiatan siswa selama proses pembelajaran.
Teknik analisa data dalam penelitian ini dilakukan secara
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif dalam penelitian ini adalah data
yang diperoleh dari hasil tes pembelajaran fiqih materi zakat fitrah dengan
menggunakan metode simulasi pada setiap siklusnya. Sementara data
kualitatif dalam penelitian ini adalah gambaran tentang kegiatan
pembelajaran siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo dengan metode
kepercayaan diri dalam proses pembelajaran. Teknik analisa data secara
kualitatif yaitu dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi.
Teknik wawancara dilakukan sebelum pelaksanaan siklus dengan guru
fiqih selaku narasumber. Teknik observasi dilakukan pada saat
pelaksanaan siklus I dan siklus selanjutnya yang terdiri dari observasi
aktivitas guru dan aktivitas siswa.
a. Analisis Skor Aktifitas Guru dan Siswa
Melalui observasi terhadap aktivitas guru akan dicari skor
kemampuan guru dalam proses pembelajaran fiqih materi zakat fitrah
dengan menerapkan metode simulasi. Adapun analisis observasi
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
Nilai = Skor yang Diperoleh x 100 Skor Maksimal
Adapun kriteria tingkat keberhasilan guru dalam proses
pembelajaran dapat dilihat pada tabel dibawah ini:3
TABEL 3.1
KRITERIA TINGKAT KEBERHASILAN GURU DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Tingkat Keberhasilan Arti
90 – 100 Sangat Baik
3 Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remadja Karya,
[image:59.595.134.518.241.676.2]80 – 89 Baik
65 – 79 Cukup
55 – 64 Kurang
<55 Tidak Lulus atau Gagal
Melalui observasi terhadap aktivitas siswa, akan dicari skor
kemampuan siswa pada saat proses pembelajaran fiqih materi zakat
fitrah dengan menerapkan metode simulasi. Adapun analisis observasi
dihitung menggunakan rumus sebagai berikut.
Nilai = Skor yang Diperoleh x 100 Skor Maksimal
Adapun kriteria tingkat keberhasilan siswa dalam proses
pembelajaran adalah sebagai berikut:4
TABEL 3.2
KRITERIA TINGKAT KEBERHASILAN SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN
Tingkat Keberhasilan Arti
90 – 100 Sangat Baik
80 – 89 Baik
65 – 79 Cukup
[image:60.595.138.513.102.678.2]
55 – 64 Kurang
<55 Tidak Lulus atau Gagal
b. Analisis Ketuntasan
Untuk ketuntasan belajar yaitu secara individu dan secara
klasikal berdasar petunjuk belajar mengajar. Seorang siswa telah tuntas
belajar secara individu apabila mencapai skor Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM). Nilai KKM mata pelajaran fiqih kelas IV di MIN
Buduran yaitu 82. Sementara kelas tersebut disebut tuntas belajar
secara klasikal apabila mencapai keberhasilan belajar 85%.5
1) Penilaian Hasil Siswa
Untuk menghitung hasil ketuntasan belajar siswa secara
individu menggunakan rumus sebagai berikut:
Nilai = Skor yang Diperoleh x 100 Skor Maksimal
Setelah nilai siswa diketahui, selanjutnya peneliti
menghitung nilai rata-rata kelas dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
= x n
5 Supardi, Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan Psikomotor, (Jakarta: PT
Keterangan:
= nilai rata-rata
x = jumlah semua nilai siswa
n = jumlah siswa
2) Penilaian Ketuntasan Belajar Klasikal
Untuk menghitung hasil ketuntasan belajar siswa secara
klasikal menggunakan rumus sebagai berikut:
Ketuntasan Klasikal: P = Siswa yang tuntas belajar x 100% Siswa
Peneliti menggunakan acuan:6
1) Untuk skor 90% - 100%: tuntas dengan kategori sangat baik
2) Untuk skor 80% - 89%: tuntas dengan kategori baik
3) Untuk skor 65% - 79%: tuntas dengan kategori cukup
4) Untuk skor 55% - 64%: belum tuntas dengan kategori kurang
5) Untuk skor <55%: belum tuntas dengan kategori tidak lulus
atau gagal
F. Indikator Kinerja
Adapun yang menjadi indikator keberhasilan data penelitian ini adalah:
1. Skor aktivitas guru dan aktivitas siswa sekurang-kurangnya berkategori
baik.
2. Nilai ketuntasan siswa secara individu mencapai 82 sesuai nilai Kriteria
Ketuntasan Minimal (KKM) dan prosentase ketuntasan belajar siswa
secara klasikal apabila mencapai keberhasilan belajar 85%.
G. Tim Peneliti dan Tugasnya
Dalam pelaksanaan tugas penelitian ada beberapa pihak yang terlibat
yaitu:
1. Peneliti
a. Nama : Bilqis Sholichah
b. NIM : D07213005
c. Tugas :
1) Bertanggung jawab atas semua kelancaran dalam pelaksanaan
kegiatan pembelajaran.
2) Menyusun RPP dan instrumen penelitian.
3) Terlibat dalam semua jenis kegiatan.
2. Guru Kolaborasi
b. Jabatan : Guru mata pelajaran fiqih kelas IV
c. Tugas :
1) Menyusun persiapan kegiatan belajar mengajar.
2) Bertanggung jawab dalam semua jenis kegiatan.
51 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan pra siklus kemudian
dilanjutkan dengan siklus I dan siklus II. Hasil penelitian diuraikan dalam
tiap-tiap siklus. Berikut uraiannya:
1. Pra Siklus
Pra siklus dilaksanakan pada Hari Selasa, 22 November 2016 pada
pukul 10.00-10.30 WIB. Adapun kegiatan yang dilaksanakan pada saat pra
siklus yaitu tes tulis untuk mengetahui pemahaman awal siswa tentang
materi zakat fitrah mata pelajaran fiqih sebelum dilakukan siklus. Hasil
belajar siswa kelas IV MIN Buduran Sidoarjo pada materi zakat fitrah
mata pelajaran fiqih pada saat pra siklus dapat dilihat pada lampiran 5.
Data hasil belajar siswa pada saat pra siklus menunjukkan terdapat
15 siswa yang dapat mencapai nilai KKM. Adapun 12 anak mendapatkan
nilai dibawah KKM. Jumlah keseluruhan nilai siswa pada pra siklus
sebesar 1.685 yang jika dibagi dengan jumlah siswa sebanyak 27 siswa,
maka ditemukan nilai rata-rata sebesar 62,4. Jumlah siswa yang tuntas
sebanyak 15 siswa. Jika siswa yang tuntas sebanyak 15 siswa, lalu dibagi
jumlah siswa kelas IV sebanyak 27 siswa, kemudian hasilnya dikalikan
Prosentase ketuntasan belajar tersebut masih berkategori kurang, sehingga
diperlukan pelaksanaan siklus untuk meningkatkan pemahaman siswa
tentang zakat fitrah mata pelajaran fiqih di kelas IV MIN Buduran
Sidoarjo.
2. Siklus I
Siklus I terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, tindakan,
observasi, dan refleksi.
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain:
1) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP yang
sudah disusun kemudian divalidasikan kepada dosen sebagai
validator. Setelah dokumen RPP divalidasi, RPP kemudian
dipergunakan sebagai perangkat pembelajaran dari tindakan yang
akan dilakukan. RPP Siklus I terlampir pada lampiran 7.
2) Menyusun media pembelajaran yang telah direncanakan pada RPP.
3) Menyusun dan mempersiapkan instrumen lembar observasi.
Observasi dilakukan terhadap guru dan siswa selama proses
pembelajaran berlangsung. Lembar observasi yang disiapkan
meliputi observasi aktifitas guru dan siswa yang sudah divalidasi
4) Menyusun intrumen lembar evaluasi. Lembar evaluasi yang telah
disusun kemudian divalidasi oleh dosen.
b. Tindakan
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada Hari Selasa, 6
Desember 2016 pukul 10.00-11.10 WIB. Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan bersama guru fiqih kelas IV pada jam pelajaran pertama
dan kedua. Adapun kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan meliputi
kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
Pada kegiatan awal ini diawali dengan guru mengucapkan salam
dan menanyakan kabar siswa. Kemudian siswa dan guru berdo’a
sebelum belajar. Guru juga mengecek kehadiran siswa. Lalu, guru
memberikan ice breaking dengan bermain tepuk konsentrasi.
Selanjutnuya, siswa mengamati gambar yang ditampilkan oleh guru dan
menjawab pertanyaan yang diajukan guru sebagai apersepsi, seperti: 1)
Gambar apakah ini? 2) Pernahkan anak-anak melihat atau melakukan
kegiatan ini? 3) Kapan kalian menjumpai kegiatan ini?. Setelah itu,
guru mengaitkan apersepsi dengan materi yang akan dipelajari yaitu
zakat fitrah. Guru juga menyampaikan tujuan pembelajaran hari ini.
Pada kegiatan inti, siswa mengamati video tentang zakat fitrah.
Kemudian, siswa menyebutkan apa yang diketahuinya dari video
tersebut dan menyebutkan apa yang dimaksud dengan zakat fitrah
[image:67.595.156.514.248.495.2]fitrah, dan tata cara berzakat fitrah. Selanj