UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN
PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA
KELAS 4 SDN KUTOWINANGUN 12 SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016
ARTIKEL
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Universitas Kristen Satya Wacana
oleh Fransiska Yuni
292012532
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA SALATIGA
1
UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN
PENDEKATAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) SISWA
KELAS 4 SDN KUTOWINANGUN 12 SALATIGA SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016
Fransiska Yuni
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Kristen Satya Wacana
Email: fransiskayuni16@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran TGT dan Pendekatan PBL siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research) yang menggunakan model spiral dari C. Kemmis dan Mc Taggart. Prosedur penelitian terdiri dari dua siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, serta tahap refleksi. Subyek penelitian adalah siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12 yang berjumlah 19 siswa. Teknik pengumpulan data berupa teknik tes dan teknik nontes. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif komparatif dengan persentase yaitu teknik yang membandingkan hasil belajar IPS antara siklus I dan siklus II berdasarkan ketuntasan hasil belajar dan skor minimum, skor maksimum dan skor rata-rata.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016 terbukti.Hal ini ditunjukkan pada perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan belajar melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL antara siklus I dan siklus II adalah 10; 16. Skor minimum adalah 67; 87. Skor maksimum adalah 97;100. Skor rata-rata adalah 87; 94,21. Penelitian ini dinyatakan berhasil, yang ditunjukkan oleh jumlah siswa yang tuntas 84% ≥ 80% dari seluruh siswa yang ditetapkan dalam indikator kinerja.
Kata Kunci: Pembelajaran IPS, Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dan Pendekatan Problem Based Learning (PBL), Hasil Belajar IPS.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Menurut Undang-undang No.20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
2 keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”. Salah satu kompetensi profesional guru yaitu mensyaratkan guru untuk mendesain pembelajaran inovatif dengan menggunakan berbagai pendekatan, model, strategi, dan teknik mengajar yang kreatif. Namun, untuk menyiapkan pembelajaran dengan menggunakan model maupun pendekatan yang kreatif, guru tentu memerlukan waktu yang cukup untuk mempersiapkan media, materi, dan alat peraga lainnya untuk menunjang pembelajaran sesuai dengan model atau pendekatan yang digunakan. Sedangkan, guru kelas di sekolah dasar umumnya mengajarkan semua mata pelajaran, tentu guru akan mengalami kesulitan untuk membagi waktu mengajar, terutama untuk mempersiapkan pembelajaran dengan model tertentu.
Pembelajaran yang terjadi di kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga saat mempelajari KD 2.2, guru menggunakan metode ceramah dengan kurangnya pemberian motivasi kepada siswa untuk aktif bertanya, dan mengemukakan pendapat ketika kegiatan pembelajaran berlangsung. Hal tersebut terjadi, dikarenakan guru belum mendesain pembelajaran yang membuat siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran. Hal lain ditunjukkan dengan hasil belajar siswa yang rendah. Hasil belajar siswa yang rendah dapat dilihat dari nilai ulangan harian siswa pada mata pelajaran IPS tentang materi koperasi yang menunjukkan nilai rata-rata kelas 30,13 dengan nilai tertinggi 35 dan nilai terendah 22,5, sehingga hasil belajar IPS siswa 100% tidak tuntas.
Hal ini dapat dilihat dari hasil penilitian yang dilakukan oleh Astutik, Tri dan Abdullah, M.Husni (2013) yang berjudul “Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa Sekolah Dasar Negeri Klantingsari I Tarik-Sidoarjo kelas IV”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data hasil belajar siswa pada siklus I: 47,61%, siklus II: 76,19% dan siklus III: 90,47%. Pada siklus III telah mengalami peningkatan rata rata nilai yang telah dicapai adalah 82,57 dan ketuntasan klasikal 90,47%. Dengan demikian target peneliti telah terpenuhi yaitu 80% dan pembelajaran dinyatakan tuntas sehingga penelitian dihentikan sampai siklus III.
Mengacu pada penelitian sebelumnya, maka dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan juga ditambah model dan variabel terikat yang sama. Adapun indikator yang dinilai yaitu menerima 1 jenis permasalahan sosial didaerahnya, diskusi pemecahan masalah, bermain game tanya jawab dimeja turnamen, terampil membuat laporan, menerima penghargaan, dan terampil merefleksi.
Tujuan yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran TGT dan
3 pendekatan PBL siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Manfaat penelitian ini diharapkan untuk mengembangkan pembelajaran IPS melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL serta hasil belajar IPS. Bagi siswa, terlibat dalam pembelajaran IPS melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL, serta meningkatkan hasil belajar IPS. Bagi guru, meningkatkan keterampilan mendesain pembelajaran IPS melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL, dan melakukan pengukuran hasil belajar IPS untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas 4. Bagi sekolah, mendorong dan memfasilitasi guru menggunakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dan meningkatkan hasil belajar IPS. Bagi pemerintah, menyediakan guru-guru khusus mata pelajaran di sekolah dasar, sehingga guru kelas maupun guru yang bersangkutan dibidangnya memiliki waktu yang cukup untuk mendesain dan mempersiapkan pembelajaran yang kreatif dengan menggunakan model maupun pendekatan tertentu untuk meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
KAJIAN PUSTAKA
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Menurut Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis.
Mata Pelajaran IPS dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi di SD bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan untuk:
1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inquiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS yang termuat dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi, meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1. Manusia, tempat, dan lingkungan 2. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan
4 3. Sistem sosial dan budaya
4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk mata pelajaran IPS kelas 4 semester II sebagai berikut:
Tabel 1
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS Kelas 4 Semester II
Sumber: Permendiknas No.22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
Menurut Slavin, Robert E (2005:163), menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT menggunakan permainan akademik. Para ahli Frank Lyman dan Spencer Kagan (Anita Lie, 2002:56), menyatakan bahwa “Model TGT (Teams Games Tournament) mengandung kegiatan-kegiatan bersifat permainan”. Sedangkan menurut Nugroho, Dian Rizki dan Rachman, A (2013:2), menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa menggairahkan semangat belajar dan mengandung reinforcement.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli di atas mengenai pengertian TGT, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT merupakan model pembelajaran kooperatif yang mengandung unsur permainan akademik yang mengandung reinforcement dan melibatkan siswa sebagai turor sebaya.
Langkah-langkah Model Pembelajaran TGT
Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT seperti yang diakses pada alamat berikut ini: (http://sakinahninaarz009.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-jenis-dan-langkah-langkah.html), menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran TGT sebagai berikut:
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
2.Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi dilingkungan
kabupaten/kota dan provinsi
2.1. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain didaerahnya
2.2. Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteran masyarakat
2.3. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya
5 1. Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok.
2. Belajar dalam kelompok
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) peserta didik. Kelompok biasanya terdiri dari 5 sampai 6 orang peserta didik.
3. Permainan
Game atau permainan terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi, dan dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat peserta didik dari penyajian kelas dan belajar kelompok.
4. Pertandingan atau Lomba (Tournament)
Tournament atau lomba adalah struktur belajar, dimana game atau permainan terjadi.
5. Penghargaan kelompok
Setelah turnamen atau lomba berakhir, guru mengumumkan kelompok yang menang dan masing-masing tim akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata- rata skor memenuhi kriteria yang telah ditentukan.
Hal serupa juga disampaikan oleh Slavin, Robert E (2005:166-170), yang menyebutkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT sebagai berikut:
1. Presentasi Kelas
Presentasi kelas merupakan penyampaian materi yang dilakukan guru kepada siswa. Dalam tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran khusus dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang konsep yang dipelajari.
2. Tim
Tim terdiri dari 4 atau 5 orang siswa heterogen.Dalam kegiatan kelompok ini para siswa bersama-sama mendiskusikan lembar kerja yang diberikan dan diharapkan saling membantu sesama anggota kelompok untuk memahami bahan pelajaran dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
3. Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya dari presentasi dikelas dan pelaksanaan kerja tim.
4. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung. Para siswa memainkan game akademik dalam kemampuan yang homogen, dengan meja turnamen tiga peserta.
5. Rekognisi Kelompok
Skor tim dihitung berdasarkan skor turnamen anggota tim, dan tim tersebut akan direkognisi apabila mereka berhasil melampau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TGT dari beberapa pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam penerapan model pembelajaran TGT sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Guru menyampaikan pokok materi
6 4. Guru menjelaskan tentang LKS yang dibagikan kepada kelompok
5. Guru membagi kelompok-kelompok masing-masing 5 sampai 6 orang 6. Siswa berdiskusi dalam kelompok
7. Siswa bermain game pertanyaan yang diberikan dari penyajian kelas dan belajar kelompok
8. Siswa bertanding dengan menggunakan meja turnamen 9. Siswa menentukan skor tim
10.Guru memberi penghargaan
Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TGT menurut Taniredja (2011:72) adalah sebagai berikut:
1. Dalam pembelajaran TGT, siswa memiliki kebebasan untuk berinteraksi dan menggunakan pendapatnya.
2. Rasa percaya diri yang dimiliki siswa menjadi lebih tinggi 3. Perilaku mengganggu terhadap siswa lain menjadi lebih kecil 4. Motivasi belajar siswa bertambah
5. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap materi pelajaran
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi baik antar siswa maupun antar siswa dengan guru
7. Siswa dapat mengembangkan seluruh potensi yang ada dalam dirinya, selain itu
dengan adanya kerja sama akan membuat interaksi belajar dalam kelas menjadi hidup dan tidak membosankan
Kelemahan model pembelajaran tipe TGT menurut Taniredja (2011:72) adalah sebagai berikut:
1. Sering terjadi dalam kegiatan pembelajaran tidak semua siswa ikut serta menyumbangkan pendapatnya
2. Kekurangan waktu untuk proses pembelajaran karena pembelajaran dengan
model TGT membutuhkan waktu yang lama, kemungkinan terjadinya kegaduhan kalau guru tidak dapat mengelola kelas
Pendekatan Pembelajaran PBL
Menurut Sanjaya (2006: 212), PBL merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara ilmiah. Pengertian PBL yang lain yaitu “Problem-based learning (PBL) is a method of learning in which learners first encounter a problem followed by a systematic,learner-centered inquiry and reflection process” (Teacher & Educational Development, 2002:2). Artinya: problem-based learning (PBL) adalah suatu metode pembelajaran dimana pembelajar bertemu dengan suatu masalah yang tersusun sistematis; penemuan terpusat pada pembelajar dan proses refleksi (Teacher & Educational Development, 2002:2). Menurut Slameto (2015:430), mengatakan bahwa Problem Based Learning adalah pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa, untuk merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi.
7 Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian PBL di atas, dapat disimpulkan bahwa PBL adalah pembelajaran yang melatih dan mengembangkan kemampuan untuk proses penyelesaian suatu masalah otentik kehidupan aktual siswa secara ilmiah, yang tersusun sistematis dan penemuan terpusat pada pembelajar, dan proses refleksi yang merangsang kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Langkah-langkah pendekatan pembelajaran PBL
Langkah-langkah pembelajaran PBL menurut Rusmono (2012:81) sebagai berikut: 1. Mengorganisasikan siswa kepada masalah
Pada tahap ini, guru menginformasikan tujuan-tujuan pembelajaran, mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa agar terlibat dalam kegiatan pemecahan masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Pada tahap ini, guru membantu siswa menentukan dan mengatur tugas-tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok
Pada tahap ini, guru mendorong siswa mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, mencari penjelasan dan solusi.
4. Mengembangkan dan mempresentasikan hasil karya
Pada tahap ini, guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan hasil karya yang sesuai seperti laporan, rekaman video dan model, serta membantu mereka berbagi karya mereka.
5. Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini, guru membantu siswa melakukan refleksi atas penyidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
Pendapat serupa juga disampaikan Arends (Mahardika, 2011), menyebutkan langkah-langkah penerapan PBL adalah sebagai berikut:
1. Orientasi siswa terhadap masalah autentik
Pada tahap ini guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah, dan mengajukan masalah.
2. Mengorganisasi peserta didik
Pada tahap ini guru membagi peserta didik kedalam kelompok, membantu peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah.
3. Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen dan penyelidikan untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya/diskusi
Pada tahap ini guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, model dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pada tahap ini guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.
Hal serupa juga disampaikan Arends. Richard I (2008:57), menyebutkan langkah-langkah penerapan pendekatan pembelajaran PBL sebagai berikut:
8 1. Memberikan orientasi tentang permasalahannya kepada siswa
Pada tahap ini guru membahas tujuan pembelajaran, mendeskripsikan berbagai kebutuhan logistik penting, dan memotivasi siswa untuk terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk meneliti
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas- tugas belajar yang terkait dengan permasalahannya.
3. Membantu investigasi mandiri dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mendapatkan informasi yang tepat, melaksanakan eksperimen, dan mencari penjelasan dan solusi.
4. Mengembangkan dan mempresentasikan artefak dan exhibit
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak yang tepat, seperti laporan, rekaman video, dan model-model, dan membantu mereka untuk menyampaikannya kepada oranglain.
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses mengatasi masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi terhadap investigasinya dan proses-proses yang mereka gunakan.
Berdasarkan ketiga pendapat tentang langkah-langkah pendekatan PBL diatas, dapat urutkan langkah-langkah pendekatan PBL berikut ini:
1. Siswa menyimak tujuan pembelajaran 2. Siswa menerima masalah
3. Siswa melaksanakan investigasi 4. Siswa menganalisis data
5. Siswa membuat laporan
6. Siswa melakukan refleksi atas penyelidikan
Kelebihan Problem Based Learning (PBL) menurut Endriani (2011), yaitu solving realistik dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa, memupuk sifat inquiri siswa, retensi konsep menjadi kuat, memupuk kemampuan problem solving. Sedangkan kekurangan Problem Based Learning (PBL) adalah persiapan pembelajaran (alat, problem, konsep) yang kompleks, sulitnya mencari problem yang relevan, sering terjadi mis konsepsi, dan memerlukan waktu yang cukup panjang.
Langkah-langkah pada model TGT dan pada pendekatan PBL adalah sebagai berikut: 1. Siswa menyimak tujuan dan tugas pembelajaran
2. Siswa menyimak materi 3. Siswa menerima masalah
4. Siswa membentuk kelompok masing-masing 5-6 orang 5. Siswa mengumpulkan informasi
9 7. Siswa bermain game berupa tanya jawab dengan menggunakan meja
turnamen
8. Siswa menentukan skor tim 9. Siswa membuat laporan
10.Siswa menerima penghargaan
11.Siswa melakukan refleksi pelaksanaan pembelajaran
Hasil Belajar
Menurut Widiyoko, Eko Putro (2009:1), mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Sedangkan, menurut Arikunto (2003:114-115), hasil belajar merupakan segala upaya yang menyangkut aktivitas otak (proses berpikir) terutama dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Hal serupa juga dikemukakan Bloom (Suprijono, 2012:6), mengatakan bahwa: hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Domain kognitif meliputi: knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk, bangunan baru), dan evaluation (menilai). Domain afektif meliputi: receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). Sedangkan domain psikomotor meliputi keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.
Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai definisi hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah segala upaya yang menyangkut aktivitas proses berpikir yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang diukur dengan teknik tes dan non-tes.
Kerangka Berpikir
Model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL merupakan salah satu cara belajar yang membuat siswa aktif dan melibatkan siswa berpikir tingkat tinggi dalam menyelidiki masalah dan terampil untuk memecahkan masalah dalam materi pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran melalui model TGT dan pendekatan PBL dikelas, mula-mula siswa menyimak tujuan dan tugas pembelajaran yang disampaikan oleh guru, kemudian siswa menyimak materi dari KD 2.4, siswa menerima 1 masalah sosial dari materi yang dijelaskan oleh guru, siswa membentuk kelompok masing-masing 5, pembentukan kelompok secara heterogen baik dari gender,maupun tingkat kemampuan siswa; siswa mengumpulkan informasi dari tugas yang diterima; siswa berdiskusi memecahkan masalah dengan menganalisis data, kegiatan diskusi bersama teman; siswa bermain game dengan tanya jawab
10 dimeja turnamen, guru membagi siswa ke dalam 4 tim turnamen yang dibagi berdasarkan tingkat kemampuan siswa; siswa menentukan skor tim, skor yang diperoleh tim ditentukan berdasarkan jumlah kartu yang diperoleh atau yang terjawab ketika bermain game; siswa membuat laporan dari hasil bermain game; langkah selanjutnya adalah siswa menerima penghargaan dari guru berdasarkan skor yang diperoleh kelompok; dan siswa melakukan refleksi pelaksanaan pembelajaran. Skema Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran TGT dan Pendekatan PBL sebagai berikut.
Gambar 1
Skema Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Pembelajaran TGT dan Pendekatan PBL
Skor Hasil belajar Skor Tes Butir Skor Kognitif KD IPS: 2.4. Mengenal Permasalahan Sosial
didaerahnya
1. Menyimak tujuan dan tugas pembelajaran
2. Menyimak materi tentang permasalahan sosial
3. Menerima satu jenis permasalahan sosial didaerah
4. Membentuk kelompok @ 5 orang
5. Mengumpulkan data permasalahan sosial
6. Berdiskusi memecahkan masalah sosial berdasarkan analisis data
7. Bermain game berupa tanya jawab dimeja turnamen
8. Menentukan skor tim
11. Refleksi pelaksanaan pembelajaran
PENGUKURAN 10. Menerima penghargaan 9. Membuat laporan TES Menerima Diskusi Pemecahan Masalah Bermain dan Turnamen Menerima penghargaan Terampil merefleksi Rubrik Afektif Skor Nontes Rubrik Psikomotor Model Pembelajaran TGT dan Pendekatan
PBL
Terampil membuat laporan
11 Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Kecamatan Tingkir Kota Salatiga pada semester II tahun pelajaran 2015/2016.
Subyek penelitian ini adalah siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga sebanyak 19 siswa terdiri dari 11 laki-laki, dan 8 perempuan. Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas yakni model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL, sedangkan variabel terikat yakni hasil belajar IPS.
Model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL adalah pembelajaran IPS dengan KD 2.4 Mengenal Permasalahan Sosial didaerahnya melalui langkah-langkah yakni menerima masalah, berdiskusi memecahkan masalah, bermain game dimeja turnamen, membuat laporan, menerima penghargaan, refleksi pelaksanaan pembelajaran.
Hasil belajar adalah besarnya skor dari hasil pengukuran afektif, kognitif dan psikomotor melalui teknik tes dan non-tes.
Jenis penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas atau PTK (Classroom Action Research). PTK ini menggunakan model spiral dari C. Kemmis dan Mc. Taggart dengan prosedur penelitian menggunakan 2 siklus, dalam setiap siklus terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan tindakan dan observasi, serta tahap refleksi. Prosedur penelitian dengan PTK model spiral dari C.Kemmis dan Mc. Taggart dalam Arikunto (2010:132) dapat digambarkan melalui sebagai berikut.
Gambar 2
12 Adapun penjabaran 3 tahap dalam siklus pelaksanaan penelitian menurut model spiral
dari C. Kemmis dan Mc. Taggart sebagai berikut. Siklus I
Siklus I terdiri dari 3 tahap, yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan observasi, serta tahap refleksi. Adapun penjelasan ketiga tahap berikut ini.
Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah menemukan permasalahan pembelajaran. Berdasarkan permasalahan pembelajaran yang ditemukan, dilakukan analisis masalah dan dari analisis masalah disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta perangkat pembelajaran IPS yang disajikan pada lampiran 1 dengan KD 2.4 Mengenal Permasalahan Sosial didaerahnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam siklus I disiapkan untuk dua kali pertemuan. Selain membuat RPP, juga menyiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran ini berupa gambar jenis masalah sosial dalam powerpoint yang disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran Siklus I_2, kartu masalah yang disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran Siklus I_3, serta kartu pertanyaan dan kartu jawaban yang digunakan dalam game turnamen disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran Siklus I_5, membuat sertifikat penghargaan untuk siswa pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran siklus II_6, membuat perangkat penilaian yang berupa kisi-kisi penilaian siklus I, membuat instrumen berupa butir soal siklus I disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran Siklus I_7, membuat rubrik pengamatan sebagai alat ukur untuk mengetahui hasil belajar siswa siklus I; membuat lembar observasi aktivitas tindakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL untuk guru kelas 4 siklus I yang disajikan pada lampiran 3, membuat lembar observasi aktivitas tindakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL untuk siswa kelas 4 siklus I yang disajikan pada lampiran 5.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah menerapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun dalam pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh peneliti langsung. Selain itu, dalam tahap ini juga dilakukan kegiatan observasi sebagai sarana pengumpulan data tindakan penelitian.
Refleksi
13 ini dilakukan untuk menganalisis hasil observasi serta pencapaian hasil belajar siswa, mengevaluasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan pembelajaran yang telah dilakukan. Hasil refleksi ini berguna untuk menentukan perbaikan dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) maupun alat evaluasi yang akan digunakan dalam Siklus II. Siklus II
Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan adalah menemukan permasalahan pembelajaran. Berdasarkan permasalahan pembelajaran yang ditemukan, dilakukan analisis masalah dan dari analisis masalah disusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) beserta perangkat pembelajaran IPS yang disajikan pada lampiran 2 dengan KD 2.4 Mengenal Permasalahan Sosial didaerahnya. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dalam siklus II disiapkan untuk dua kali pertemuan. Selain membuat RPP, juga menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran seperti; gambar contoh perusakan hutan dan pencemaran lingkungan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran siklus II_2, video pencemaran lingkungan yang terdiri dari video penebangan hutan, video polusi udara, air dan tanah yang disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran siklus II_3, kartu soal dan kartu jawaban dalam game disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran siklus II_4, membuat sertifikat penghargaan untuk siswa pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran siklus II_5, membuat perangkat penilaian yang berupa kisi-kisi penilaian siklus II, membuat instrumen berupa butir soal sikus II disajikan pada lampiran RPP dan Perangkat Pembelajaran siklus II_6, serta membuat rubrik pengamatan sebagai alat ukur untuk mengetahui hasil belajar siswa siklus II, membuat lembar observasi aktivitas tindakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL untuk guru kelas 4 siklus II yang disajikan pada lampiran 4; membuat lembar observasi aktivitas tindakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL untuk siswa kelas 4 siklus II yang disajikan pada lampiran 6.
Pelaksanaan Tindakan dan Observasi
Tahap-tahap dalam kegiatan ini adalah mengimplementasikan RPP yang telah disusun dalam pembelajaran dikelas. Kegiatan observasi dilakukan bersama dengan pelaksanaan tindakan penelitian. Kegiatan ini dilakukan oleh guru kelas yang berkolaborasi dan dibantu rekan sejawat disekolah sebagai observer dan waktunya bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Refleksi
Refleksi dalam siklus II ini dilakukan sama seperti refleksi pada siklus II. Refleksi ini dilakukan untuk mengevaluasi kelebihan dan kelemahan dari tindakan pembelajaran yang
14 telah ditentukan, hasil tindakan serta hambatan-hambatan yang dihadapinya. Hasil refleksi ini berguna untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan.
Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila jumlah siswa yang mencapai KKM ≥ 90 tuntas sebanyak ≥ 80 % dari seluruh siswa kelas 4 untuk mata pelajaran IPS.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif komparatif yang membandingkan hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan, skor minimum, skor maksimum, dan skor rata-rata siklus I dan siklus II.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian observasi aktivitas tindakan menggunakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL yang dilakukan oleh guru untuk siklus I dan siklus II, nampak bahwa adanya peningkatan aktivitas yang signifikan disetiap pertemuan siklus I maupun siklus II yang dilakukan oleh guru kelas 4. Hal tersebut ditunjukkan dengan persentase aktivitas yang dilakukan oleh guru pada siklus I pertemuan 1 mencapai 91,7% atau dapat dikatakan dari 12 indikator keseluruhan, 11 indikator sudah dilakukan dengan baik oleh guru kelas 4. Namun, guru kurang maksimal membimbing siswa diskusi pemecahan masalah. Tetapi, pada pertemuan ke 2 semua indikator / 12 indikator sudah dilakukan dengan baik dengan persentase 100%. Hal serupa juga dilakukan oleh guru pada siklus II, dan menunjukkan bahwa setiap indikator sudah dilakukan dengan baik pada pertemuan 1 maupun pertemuan 2.
Aktivitas tindakan menggunakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL juga dilakukan oleh siswa kelas 4. Hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa siswa belum maksimal melakukan diskusi pemecahan masalah dan belum lengkap menjelaskan definisi masalah sosial. Dari 12 indikator aktivitas yang dinilai, terdapat 10 indikator yang dilakukan oleh siswa saat kegiatan pembelajaran dengan persentase 83% pada pertemuan 1 meningkat pada pertemuan 2 sebesar 100 %. Namun, pada siklus II, semua indikator tindakan sudah dilakukan siswa dengan baik dengan persentase 100%. Maka, dapat dikatakan bahwa aktivitas tindakan guru dan siswa dengan menggunakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II.
Berikut disajikan perbandingan distribusi frekuensi hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan siswa siklus I dan siklus II melalui tabel 2.
15 Tabel 2
Perbandingan Distribusi Frekuensi Hasil Belajar IPS Berdasarkan Ketuntasan Siswa Kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga
Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus I dan Siklus II
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 2 di atas, menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar IPS siswa dari siklus I ke siklus II dengan ditunjukkan bahwa pada siklus I jumlah siswa yang tuntas sebanyak 10 siswa (38,47%), sedangkan pada siklus II jumlah siswa tuntas sebanyak 16 (61,53%). Berikut ini disajikan secara rinci skor minimum, skor maksimum, dan skor rata-rata siswa melalui tabel 3.
Tabel 3
Perbandingan Deskripsi Hasil Belajar IPS Berdasarkan Skor Minimum, Maksimum dan Skor Rata-Rata Siswa Kelas 4 SDN Kutowinangun 12
Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus I dan Siklus II
Sumber: Data Primer
Berdasarkan tabel 3 diatas, menunjukkan bahwa skor minimum pada siklus 1 sebesar 67 dan pada siklus 2 sebesar 87. Adapun perolehan skor maksimum pada siklus I 97 dan siklus II sebesar 100. Sedangkan skor rata-rata pada siklus 1 sebesar 87 dan pada siklus 2 sebesar 94,21. Dapat dikatakan bahwa skor minimum, skor maksimum, dan skor rata-rata dari siklus 1 ke siklus 2 mengalami peningkatan.
Peningkatan hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan siswa disajikan melalui gambar 3 Diagram batang peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga Semester II Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus I dan Siklus II berikut ini.
Siklus Ketuntasan Frekuensi Persentase (%) Siklus 1 10 38,47 Siklus 2 16 61,53 Jumlah 26 100
Deskripsi Siklus I Siklus II
Skor Minimum 67 87
Skor Maksimum 97 100
16
Sumber: Data Primer
Gambar 3
Diagram Batang Hasil Belajar IPS Berdasarkan Ketuntasan Siswa Kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga Semester II
Tahun Pelajaran 2015/2016 Siklus I dan Siklus II
Berdasarkan diagram batang hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan Siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga pada gambar 3, menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa pada siklus I ke siklus II, hal ini terlihat dari persentase ketuntasan hasil belajar siklus I yang semula 10 siswa tuntas meningkat sebesar 31 % disiklus II mencapai 16 siswa tuntas. Peningkatan presentase ketuntasan hasil belajar IPS siswa, karena dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL.
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa peningkatan hasil belajar IPS dapat diupayakan melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL siswa kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016 terbukti. Hal ini ditunjukkan oleh perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan ketuntasan belajar melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL antara siklus I dan siklus II adalah 10; 16. Perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan skor minimum antara siklus I dan siklus II adalah 67; 87. Perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan skor maksimum antara siklus I dan siklus II adalah 97;100. Perbandingan hasil belajar IPS berdasarkan skor rata-rata antara siklus I dan siklus II adalah 87; 94,21. Penelitian ini dinyatakan berhasil, yang ditunjukkan oleh jumlah
10 16 0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 Siklus I Siklus II Fr e ku e n si
17 siswa yang tuntas sebesar 84% ≥ 80% dari seluruh siswa seperti yang ditetapkan dalam indikator kinerja.
Saran
Berdasarkan hasil penelitiaan PTK di kelas 4 SDN Kutowinangun 12 Salatiga semester II tahun pelajaran 2015/2016. Maka saran yang diberikan sebagai berikut: Siswa hendaknya terlibat dalam kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL untuk meningkatkan hasil belajar IPS. Guru hendaknya dapat mendesain pembelajaran IPS melalui model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL serta melakukan pengukuran hasil belajar. Sekolah sebaiknya memotivasi dan memfasilitasi guru agar dapat memberikan pembelajaran kepada siswa dengan menggunakan model pembelajaran TGT dan pendekatan PBL, sehingga dapat meingkatkan hasil belajar IPS siswa. Pemerintah hendaknya menyediakan guru-guru bidang studi di sekolah dasar, sehingga guru-guru dapat memiliki waktu yang cukup untuk mendesain dan mempersiapkan pembelajaran dengan menggunakan model dan pendekatan tertentu untuk dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Arends, Richard I. 2008. Learning To Teach. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Edisi ketujuh.
Arikunto, Suharsimi. 2003. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Astutik, Tri. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa Sekolah Dasar. Skripsi. Dipublikasi. Surabaya: FKIP FIP Universitas Negeri Surabaya.
Fitriananingsih, Mei Erayanti.2013.Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Berbasis Masalah Siswa Kelas V SD Negeri Ngepungrejo 02 Pati Semester 1 Tahun 2013/2014. Skripsi. Salatiga: Universitas Kristen Satya Wacana.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran: Isu-isu Metodis dan Paradigmatis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Halaman: 197-199 Cetakan keempat.
18 Indriana, Yunita. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team-Game-Turnament (TGT) Dalam Pembelajaran PKn Siswa Kelas 5 Sekolah Dasar Negeri 2 Tegowanu Kulon Kec. Tegowanu Kab. Grobogan Tahun Pelajaran 2012/2013.Skripsi.
Nugroho, Dian Riski dan Rachman, A. 2013. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe (Teams Games Tournament) TGT terhadap Motivasi Siswa Mengikuti Pembelajaran Bolavoli di kelas X SMAN 1 Panggul Kabupaten Trenggalek. Skripsi. Dipublikasi. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik dan
Kompetensi Guru. Jakarta: Badan Nasional Pendidikan.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS pasal 1 ayat 1. Jakarta: Badan Nasional Pendidikan,
Permendiknas No. 22 tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta: Badan Nasional Pendidikan.
Slameto. 2015. Metodologi Penelitian & Inovasi Pendidikan. Salatiga: Satya Wacana University Press.
Slavin, Robert E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.
Suryanto, Adi. Dan Tedjo Djatmiko.2009. Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Taniredja, Tukiran, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Alfabeta.
Trianto.2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep, Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Halaman 83-87
Wahyudi.2011. Peningkatan Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Melalui Penerapan Problem- Based Learning Dalam Pembelajaran Matematika. Salatiga: SCHOLARIA Jurnal Ilmiah Pendidikan Ke-SD-an (2011) Vol.1, No.1, Mei.
Wardani, Naniek Sulistya dan Slameto. 2012. Evaluasi Proses dan Hasil Belajar. Salatiga: Widya Sari Press.
(