• Tidak ada hasil yang ditemukan

Abstrak. Kata Kunci : Tingkat Suku Bunga, Perputaran Piutang, Risiko Likuiditas dan Profitabilitas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Abstrak. Kata Kunci : Tingkat Suku Bunga, Perputaran Piutang, Risiko Likuiditas dan Profitabilitas"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Sains, Akuntansi dan Manajemen (Vol. 1, No. 1: Januari, 2019) Jurnal Sains,

Akuntansi dan Manajemen

BAB I. PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pertumbuhan dalam bidang perekonomian senantiasa perlu mendapatkan perhatian dari berbagai pihak.Pertumbuhan perekonomian di Indonesia tidak terlepas dari peranan para pelaku ekonomi.Para pelaku ekonomi tersebut terdiri dari rumah tangga konsumen, rumah tangga produsen, pemerintah, lembaga keuangan dan sektor luar negeri. Berhasilnya pembangunan pedesaan yang mampu menyentuh segenap lapisan masyarakat, tidak terlepas dari peranan para pelaku ekonomi yang tinggal di pedesaan. Para pelaku ekonomi yang tinggal di pedesaan berperan penting karena sebagian besar penduduk Indonesia berada di daerah pedesaan dan desa menyimpan potensi yang dapat menunjang pertumbuhan dan kelancaranpembangunan nasional, serta memungkinkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya guna meningkatkan taraf hidup masyarakat.

Berdasarkan Keputusan Gubernur Provinsi Bali No.3 Tahun 2007 mengatur syarat-syarat pendirian LPD.LPD merupakan suatu lembaga yang didirikan untuk kepentingan pelayanan umum khususnya di bidang perekonomian di desa.Kaitannya denganpembangunan ekonomi pedesaan, telah disadari hambatan yang dihadapi yaitu keterbatasan modal. Adanya tragedi beruntun yang melanda Indonesia tahun 2016 yaitubom Thamrin, bom Mapolresta Surakarta, aksi teror gereja Medan, dan aksi teror gereja Samarindayang tentu saja berpengaruh terhadap kedatangan wisatawan ke Bali.

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA, PERPUTARAN PIUTANG, DAN RISIKO LIKUIDASI TERHADAP PROFITABILITAS

(Studi Kasus di LPD Desa Pakraman Padang Tegal, Ubud, Gianyar Periode 2012-2016) NI KETUT AYU SUMAWATI

email: dhevisari61@yahoo.com

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mahasaraswati Denpasar

Abstrak

Lembaga Perkreditan Desa (LPD) merupakan suatu lembaga yang didirikan untuk kepentingan umum khususnya di bidang perekonomian di desa. Kaitanya dengan pembangunan ekonomi pedesaan untuk melestarikan dan meningkatkan kemandirian kehidupan desa pakraman dengan segala aspeknya. Kelebihan LPD dibandingkan dengan lembaga keuangan lain diantaranya lingkup usaha LPD yang berada di suatu desa adat serta pengelolaan LPD yang melibatkan langsung krama desa baik sebagai pengelola maupun pengawas, menyebabkan alur informasi mengenai LPD lebih mudah diakses sehingga dengan mudah menghimpun kepercayaan serta kenyamanan karma desa terhadap LPD. Sesuai Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012, usaha utama LPD adalah menghimpun dana dari krama desa, memberi pinjaman kepada krama desa, dan menyimpan kelebihan likuiditas pada Bank BPD dengan imbalan bunga. Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh tingkat suku bunga, perputaran piutang, risiko likuidasi terhadap profitabilitas (ROA). Metode pengujian yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda, teknik analisis yang digunakan adalah uji statistik deskriptif, uji asumsi klasik dan uji kelayakan model. Jumlah sampel laporan keuangan bulanan selama 5 tahun (60 sampel). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh dari laporan keuangan LPD Padang Tegal tahun 2012-2016. Hasil dari penelitian ini adalah variabel tingkat suku bunga tidak berpengaruh terhadap profitabilitas LPD Padang Tegal, perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas LPD Padang tegal dan risiko likuiditas berpengaruh negatif terhadap profitabilitas LPD Padang Tegal.

(2)

222

Mengingat pernah terjadi peristiwa Bom Kuta tahun 2002 dan tragedi Bom Jimbaran tahun 2005 memberi dampak yang signifikan terhadap perkembangan ekonomi Bali yang banyak bertumpu dari keberhasilan bisnis pariwisata. Kedatangan wisatawan asing yang menurun di tahun 2016 berdampak pada kondisi makro ekonomi.Menurunnyaperekonomian tidak hanya menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah saja, tetapi pada sektor lainya.Pada saat krisis global terjadi, perbankan memberhentikan sementara pemberian kredit untuk beberapa sektor. Menurut Sasongko (2014), penurunan tingkat suku bunga yang terjadi juga mengalamipeningkatan di mana penerapan suku bunga mendominasi setiap aktifitas operasional perbankan. Dampak tersebut, membawa implikasi terhadapperekonomian di Bali, dimana hal tersebut memerlukan suatu lembaga keuangan yang mampu menunjang perekonomian di kota ataupun di desa yang sedang terpuruk (Patmiwati, Yuesti, dan Sudiartana, 2016).

Masih sedikitnya lembaga keuangan yang menjangkau daerah pedesaan, dapat mengembangkan praktik rentenir yang menyebabkan masyarakat pedesaan menjadi semakin terjebak dalam masalah keuangan. Banyak cara yang ditempuh oleh pemerintah dalam mengatasi hambatan dalam permodalan masyarakat pedesaan untuk mengembangkan usaha mereka, salah satunya membentuk suatu lembaga keuangan mikro. Upaya yang ditempuh Pemerintahan Provinsi Bali yang didukung dengan Peraturan Daerah Provinsi Bali No. 8 Tahun 2002 tentang LPD, yang menyebutkan bahwa untuk melestarikan dan meningkatkan kemandirian kehidupan desa pakraman dengan segala aspeknya, dipandang perlu mengadakan usaha-usaha memperkuat keuangan desa sebagai saranapenunjang melalui pendirian suatu badan usaha milik desa berupa LPD yang bergerak dalam usaha simpan pinjam. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 tentang perubahan kedua atas Peraturan Daerah Provinsi BaliNomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa, menyatakan bahwa LPD merupakan badan usaha keuangan milik desa, melaksanakan kegiatan usaha di lingkungan desa dan untuk krama desa.

Kelebihan LPD dibandingkan dengan lembaga keuangan lain diantaranya lingkup usaha LPD yang berada di suatu desa adat sertapengelolaan LPD yang melibatkan langsung krama desa baik sebagaipengelola maupun pengawas, menyebabkan alur informasi mengenai LPD lebih mudah diakses sehingga dengan mudah menghimpun kepercayaan serta kenyamanan krama desa terhadap LPD.

Fenomena yang terjadi dalambeberapa waktu terakhir ini, ada beberapa LPD yang mengalami kasus keuangan.Kasus keuangan yang terjadi di Bali misalnya ada kasus korupsi yang bermoduskan kredit yang terjadi di LPD Desa Pakraman Suwat Kabupaten Gianyar Provinsi Bali (Bali Post, 2017). Juga terjadi kasus yang sama yakni korupsi sebesar Rp 1,5 miliar di LPD Sinabun Kecamatan Sawan Kabupaten Buleleng Provinsi Bali (Bali Editor, 2015). Sehingga membuat menurunnya profitabilitas pada LPD tersebut dan menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap LPD. LPD merupakan salah satu lembaga keuangan non bank yang ada dipedesaan dimana LPD memiliki kontribusi yang sangat besar dalam membantu usaha masyarakat dalam suatu wilayah pedesaan khususnya masyarakat pedesaan di Bali yang sering disebut dengan nama desa pakramandalam bentuk bantuan usaha seperti bantuan modal untuk pengembangan usaha masyarakat ekonomi mikro.

Lembaga ini bergerak dalam bidang keuangan yang berfungsi untuk menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan maupun simpanan berjangka, yang nantinya akan dipinjamkan kembali melalui kredit kepada masyarakat setempat. Keberhasilan LPD tidak lepas dari kemampuannya dalam memperoleh laba.Besar kecilnya laba suatu LPD salah satunya tergantung pada kemampuan manajemen dalam mengelola kas, piutang, aktiva, utang dan modal yang ada.Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan mengatur dan mengelola tingkat perputaran kas, tingkat perputaran kredit, serta kecukupan modal sehingga memberikan kontribusi terhadap profitabilitas. Menurut Munawir (2014:33), profitabilitas adalah menunjukkan kemampuanperusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu atau rentabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selamaperiode tertentu atau rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan modal yang digunakan. Sesuai Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012, usaha utama LPD adalah menghimpun dana dari krama desa, memberi pinjaman kepada krama desa, dan

(3)

menyimpan kelebihan likuiditas pada Bank BPD dengan imbalan bunga. Tingkat perputaran kas yang meningkat menyebabkanpenyediaan dana dalam bentuk pinjaman yang dapat dioptimalkan, sehinggadalam bentuk bantuan usaha seperti bantuan modal untuk pengembangan usaha masyarakat ekonomi mikro. Lembaga ini bergerak dalam bidang keuangan yang berfungsi untuk menghimpun dana masyarakat dalam bentuk tabungan maupun simpanan berjangka, yang nantinya akan dipinjamkan kembali melalui kredit kepada masyarakat setempat. Keberhasilan LPD tidak lepas dari kemampuannya dalam memperoleh laba.Besar kecilnya laba suatu LPD salah satunya tergantung pada kemampuan manajemen dalam mengelola kas, piutang, aktiva, utang dan modal yang ada.Hal tersebut dapat dilihat dari kemampuan mengatur dan mengelola tingkat perputaran kas, tingkat perputaran kredit, serta kecukupan modal sehingga memberikan kontribusi terhadap profitabilitas. Menurut Munawir (2014:33), profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu atau rentabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu atau rentabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode tertentu dengan modal yang digunakan.

Sesuai Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012, usaha utama LPD adalah menghimpun dana dari krama desa, memberi pinjaman kepada krama desa, dan menyimpan kelebihan likuiditas pada Bank BPD dengan imbalan bunga. Tingkat perputaran kas yang meningkat menyebabkan penyediaan dana dalam bentuk pinjaman yang dapat dioptimalkan, sehingga menambah efisiensi dari keuangan yang nantinya akan dapat meningkatkan profitabilitas. Berdasarkan penelitian Sutika dan sujana (2013), tingkat perputaran kas berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Menurut Undang-Undang No. 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Tinggi rendahnya penghasilan sangat ditentukan oleh kualitas kredit dan kualitas kredit berkaitan dengan tingkat perputarannya.Perputaran kredit merupakan perputaran piutang dalam periode tertentu. Semakin tinggi tingkat perputaran kredit maka semakin baik kualitas kredit dan semakin tinggi kesempatan LPD untuk menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat, sehingga kesempatan memperoleh laba semakin besar, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan penelitian Suarmi (2014), tingkat perputaran kredit berpengaruh positif terhadap profitabilitas artinya peningkatan jumlah kredit akan diikuti dengan peningkatan profitabilitas.Faktor lain yang sangat penting bagi LPD adalah modal, karena digunakan modal untuk menutupi timbulnya kerugian akibat dana pihak ketiga.LPD harus menyediakan jumlah modal minimal untuk meniadakan atau meminimalkan risiko yang mungkin terjadi. Jika LPD tidak memilikijumlah modal minimum dalam keadaan LPD tertimpa risiko, maka LPD akan sulit dioperasikan dengan baik.

Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dalam suatu periode tertentu yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kemampuan bank untuk menghasilkan laba dapat dihitung dengan membandingkan antara laba dengan total aktiva yang dikenal dengan ROA (Wicaksono, 2016). Ukuran ROA menunjukkan kemampuan bank untuk mendapatkan laba yang diperoleh dari pemanfaatan aktiva yang dimiliki (Wicaksono, 2016). Suku bunga kredit merupakan bunga yang dibebankan kepada para peminjam atau harga jual yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada pihak bank (Kasmir, 2004).

Hubungan jumlah kredit yang disalurkan dengan tingkat suku bunga mempunyai hubungan negatif, yang bermakna bahwa semakin rendah tingkat suku bunga maka semakin besar jumlah kredit yang disalurkan (Ita,2014).

BI Rate adalah suku bunga dengan tenor satu bulan yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu yang berfungsi sebagai sinyal (stance) kebijakan moneter (Krisnawati, 2014). Tingkat suku bunga kredit ini mengacu kepada BI Rate, dapat diambil kesimpulan bahwa BI Rate digunakan sebagai acuan dalam operasi moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI-1 bulan hasil lelang OPT (Operasi Pasar Terbuka) berada di sekitar BI Rate, selanjutnya suku bunga SBI-1 bulan tersebut diharapkan akan mempengaruhi suku

(4)

224

bunga pasar uang antar Bank (PUAB), suku bunga deposito dan kredit serta suku bunga jangka waktu yang lebih panjang (Krisnawati, 2014).

Salah satu elemen modal kerja yang paling dibutuhkan dalam perusahaan yang melayani penjualan dengan kredit adalah piutang.Piutang perlu mendapat perhatian dan penanganan yang serius agar risiko yang timbul dapat dihindarkan sekecil mungkin.Manajemen piutang sangat penting bagi setiap operasi perusahaan sehari-hari.Dengan adanya manajemen piutang yang tepat maka perusahaan dapat meminimalkan piutang yang tidak tertagih.

Pengelolaan piutang dalam suatu perusahaan menyangkut pada pengelolaan perputaran piutang dan periode pengumpulan piutang.Perputaran piutang merupakan berapa kali piutang yang dimiliki perusahaan berputar setiap tahun.Perputaran piutang erat kaitannya dengan periode pengumpulan piutang.Hanafi (2010: 563) menyatakan semakin cepat piutang tersebut berputar maka semakin tinggi efisiensi modal yang tertanam dalam piutang, dan semakin tinggi perputaran piutang maka semakin pendek waktu pengumpulan piutang. Ini berarti piutang tersebut berputar cepat maka piutang akan lebih cepat menjadi kas sehingga bisa dimanfaatkan kembali untuk operasi perusahaan. Muslich (2003: 109) menyatakan “perusahaan terhadap kebijaksanaan yang mempengaruhi jumlah piutang pada akhirnya mempengaruhi profitabilitas perusahaan”. Hal ini menunjukkan perusahaan dengan segala kebijakannya terhadap piutang akan dapat meningkatkan pendapatan dan laba karena risiko bad debt dapat diatasi sehingga profitabilitas perusahaan akan meningkat pula.

Selain tingkat suku bunga dan perputaran piutang, profitabilitas perbankan dapat dilihat melalui faktor eksternal, yakni likuiditas. Risiko yang muncul sebagai akibat bank kesulitan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya yang sudah jatuh tempo disebut dengan Risiko Likuiditas (liquidity risk).Dalam penelitiannya Widiantari dkk (2014), menyebutkan bahwa risiko likuiditas merupakan salah satu risiko yang paling penting yang dihadapi oleh bank, karena masalah likuiditas akan berdampak pada kinerja yang dihasilkan oleh perbankan. Apabila bank tidak dapat memenuhi penarikan dana yang dilakukan oleh deposan atau debitur yang menerima pinjaman tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamkannya ini dinamakan dengan risiko likuiditas (Handayani, 2009).

Menurut Febriyanti (2015), Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk menutupi kewajibannya terhadap permintaan dana kreditor pada saat yang kurang tepat, dinyatakan dalam jumlah diukur. Risiko likuiditas jika tidak dikelola dengan cara yang tepat, perusahaan dapat menghadapi situasi likuiditas dan secara teknis akan bangkrut atau menghadapi kerugian. Risiko likuiditas merupakan komponen penting dari kerangka manajemen risiko secara keseluruhan industri jasa keuangan, menyangkut semua lembaga keuangan.

Salah satu LPD yang ingin peneliti teliti adalah LPD Desa Pakraman Padang Tegal. LPD Desa Pakraman Padang Tegal merupakan salah satu jenis LPD yang memiliki komitmen yang tinggi untuk menghimpun dana masyarakat dengan misi membangun perekonomian daerah menuju masyarakat yang sejahtera dengan pelayanan maksimal. Perusahaan pembiayaan dalam usahanya sangat berkaitan dengan kegiatan piutang.Kebijakan mengenai piutang harus dikelola dengan baik agar tidak berakibat buruk dalam perusahaan. Perputaran piutang dan periode pengumpulan piutang dalam perusahaan harus dijaga dengan baik sehingga akan membuat keuntungan-keuntungan bagi perusahaan dan profitabilitas perusahaan akan meningkat.

Sesuai latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan perluasan penelitian yang pernah ada untuk mengkaji tentang tingkat suku bunga , dan perputaran piutang terhadap profitabilitas. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan LPD Desa Pakraman Padang Tegal selama periode 2012-2016.Oleh karena itu, penulis bermaksud untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh tingkat suku bunga, perputaran piutang, dan risiko likuiditas terhadap profitabilitas di LPD Desa Pakraman Padang Tegal selama periode 2012-2016. 1.2Pokok Permasalahan

Dari latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah:

(5)

1. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang Tegal tahun 2012-2016?

2. Bagaimana pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang Tegal tahun 2012-2016?

3. Bagaimana pengaruh risiko likuiditas terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang Tegal tahun 2012-2016?

4. Bagaimana pengaruh tingkat suku bunga kredit, perputaran piutang, dan risiko likuiditas terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang Tegal tahun 2012-2016?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang Tegal tahun 2012-2016.

2. Untuk mengetahui pengaruh perputaran piutang terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang Tegal tahun 2012-2016.

3. Untuk mengetahui pengaruh risiko likuiditas terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang Tegal tahun 2012-2016.

4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat suku bunga kredit, perputaran piutang, dan risiko likuiditas terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang Tegal tahun 2012-2016.

1.4Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, tidak hanya bagi peneliti, namun juga bagi pembaca, perusahaan dan pihak akademik/peneliti selanjutnya.

1. Bagi peneliti, diharapkan penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan membantu dalam mengaplikasikan teori ke dalam dunia kerja.

2. Bagi pembaca, diharapkan penelitian ini dapat menambah ilmu pengetahuan, informasi dan wawasan.

3. Bagi perusahaan, diharapkan penelitian ini dapat membantu manajemen dalam meningkatkan profitabilitas perusahaan.

4. Bagi akademik, diharapkan penelitian ini dapat berguna dalam proses pengembangan ilmu akuntansi dan juga dapat dijadikan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

BAB II. LANDASAN TEORI 2.1Tinjauan Pustaka

2.1.1 Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

2.1.1.1Pengertian Lembaga Perkreditan Desa (LPD)

LPD adalah lembaga keuangan non bank yang berpengaruh terhadap kelancaran perekonomian dalam penyimpanan dana masyarakat berupa tabungan dan menyalurkan kembali berupa kredit. LPD yang pertama, sebagai proyek percontohan didirikan pada tahun 1984 oleh Gubernur Bali saat itu Prof. Dr Ida Bagus Mantra yang difungsikan sebagai lembaga penyalur kredit pedesaan di Semarang, berdasarkan hasil seminar tersebut Provinsi Bali mengambil langkah cepat dan visioner dengan mendirikan LPD.Kegiatan-kegiatan yang dilakukan LPD adalah menerima atau menghimpun dana dari masyarakat desa dalam bentuk tabungan dan deposito, memberikan pinjaman hanya kepada masyarakat desa, menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan dan menyimpan kelebihan likuiditasnya pada Bank Pembangunan Daerah Bali. LPD sebagai lembaga keuangan desa mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dengan lembaga keuangan lainnya, sehingga dalam operasionalnya perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan.Lembaga yang berfungsi untuk memberikan pembinaan teknis, pengembangan serta pelatihan bagi LPD adalah Lembaga Perkreditan Desa Kabupaten/Kota (PLPDK).Kaidah-kaidah manajemen yang digunakan LPD lebih sederhana dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan tempat didirikannya.Produk yang ditawarkan LPD sesuai dengan permintaan nasabah, baik itu dalam hal tabungan maupun kredit.

(6)

226

LPD di Bali yang saat ini berjumlah 1.433 memiliki total aset sebesar Rp 14,6 triliun atau dua kali lipat dari aset BPR di Bali.LPD yang memiliki aset diatas Rp 100 milyar hingga tahun 2016 mencapai 29 unit.5 Jumlah aset yang sangat besar ini adalah salah satu indikator betapa strategisnya LPD sebagai penghimpun dana masyarakat yang harus dilindungi keberadaannya. Jika LPD dapat terus eksis dan berkembang tentu dampaknya dalam mendorong perekonomian masyarakat desa pakraman sangatlah luar biasa.

Dari 1.433 LPD di Bali, hanya 10% (sepuluh persen) yang dinyatakan tidak sehat. Ini menunjukkan bahwa LPD mampu dan eksis bersaing dengan lembaga keuangan lain yang sejenis. Pengertian LPD termuat dalam Pasal 1 Angka 11 Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa, Sifat khas LPD juga dibedakan oleh instrumen pengelolanya, yaitu dengan menggunakan instrumen komunikasi dan sosial budaya, seperti awig-awig, pesangkepan, dan terutama tujuannya yaitu keberadaan LPD, lebih dimaksudkan untuk membangun kemampuan keuangan masyarakat desa pakraman, dalam rangka menunjang misi mereka untuk memelihara, menyangga, dan mengembangkan peradaban budaya Bali. Peradaban budaya Bali yang menjadi landasan LPD menjadikan karakteristik LPD juga bersifat sosial, komunal, religius (tidak hanya tanggungjawab secara fisik/sekala namun juga secara nonfisik/niskala) Yaitu Lembaga Perkreditan Desa yang selanjutnya disebut LPD adalah lembaga keuangan milik Desa Pakraman yang bertempat di wilayah Desa Pakraman.Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 Tentang Lembaga Perkreditan Desa Pasal 2 ayat (1) menyatakan bahwa: “LPD merupakan badan usaha keuangan milik desa yang melaksanakan kegiatan usaha di lingkungan desa dan untuk krama desa.”

LPD adalah lembaga keuangan yang bersifat sui generis.Sui generis berarti khusus, sesuatu yang bersifat sangat khas, hanya ada satu pada jenisnya atau bersifat sangat berbeda dari yan g lainnya dalam lingkungan jenis itu. LPD sebagai suatu lembaga yang didirikan khusus untuk kepentingan demi mensejahterakan masyarakat Desa Pakraman, dalam kegiatannya hanya melayani masyarakat Desa Pakraman saja, LPD tidak melayani masyarakat diluar dari wilayah Desa Pakraman tempat dimana LPD tersebut beroperasi. Oleh karena itu LPD dikatakan sebagai lembaga keuangan yang memiliki sifat khusus.

LPD merupakan lembaga keuangan komunitas yang obyek pengaturannya bersifat khas sehingga memerlukan perlakuan hukum yang bersifat khusus. Bersifat khas karena LPD berbeda dengan lembaga keuangan lainnya yang bersifat umum, hal ini dapat dilihat pada sifat keanggotaan LPD yaitu tertutup dan keharusan berbeda dengan sifat keanggotaan lembaga keuangan pada umumnya misalnya Bank atau Bank Perkreditan Rakyat yang sifat keanggotaannya adalah pilihan bebas pemegang saham atau koperasi yang sifat keanggotaannya adalah sukarela. Sebagai lembaga keuangan komunitas LPD dibentuk oleh suatu satuan komunitas, yang beroperasi dalam suatu wilayah komunitas, melayani transaksi keuangan dilingkungan komunitas dan juga memenuhi tujuan-tujuan komunitas.Fungsi utama LPD ialah kegiatan simpan pinjam dalam menyelenggarakan fungsinya LPD menggunakan sistem manajemen keuangan modern hampir mendekati manajemen perbankan. LPD sebagai wadah ekonomi desa didalam memberikan pelayanan pemberian kredit dipertegas dalam Pasal 7 ayat (1) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 4 Tahun 2012 tentang Lembaga Perkreditan Desa menyebutkan bahwa lapangan usaha LPD meliputi:

a. Menerima/menghimpun dana dari krama desa dalam bentuk keuangan dandeposito b. Memberikan pinjaman hanya kepada krama desa

c. Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimum sebesar100% dari jumlah modal, termasuk cadangan dan laba ditahan, kecuali batasan lainnya dalam jumlah pinjaman, atau

d. dukungan/bantuan dana. 2.1.2 Suku Bunga

(7)

Menurut Kasmir, (2002: 121) suku bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Sunariyah (2006: 375) menyatakan suku bunga adalah bunga yang dinyatakan sebagai persentasi dari modal. Dalam kegiatan perbankan sehari-hari ada 2 macam bunga yang diberikan kepada nasabahnya, yaitu:

1. Bunga Simpanan

Bunga yang diberikan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yangmenyimpan uangnya di bank.Bunga simpanan merupakan harga yang harus dibayar kepada nasabahnya. Sebagai contoh : jasa giro, bunga tabungan, bunga deposito.

2. Bunga Pinjaman

Bunga yang diberikan kepada para peminjam atau harga yang harus dibayar oleh nasabah peminjam kepada bank. Sebagai contoh: bunga kredit.

Kedua macam bunga ini merupakan komponen utama faktor biaya dan pendapatan bagi bank. Bunga simpanan merupakan biaya dana yang harus dikeluarkan kepada nasabah sedangkan bunga pinjaman merupakan dana yang diterima dari nasabah. Bunga simpanan maupun bunga pinjaman masing-masing mempengaruhi satu sama lainnya. Sebagai contoh seandainya bunga simpanan tinggi maka secara otomatis bunga pinjaman juga terpengaruh ikut naik dan demikian pula sebaliknya

2.1.2.2Fungsi Suku Bunga

Suku bunga mempunyai beberapa fungsi atau peran penting dalam perekonomian, yaitu: a. Membantu mengalirkan tabungan berjalan ke arah investasi guna mendukung pertumbuhan

perekonomian.

b. Mendistribusikan jumlah kredit yang tersedia, pada umumnya memberikan dana kredit kepada proyek investasi yang menjanjikan hasil tertinggi.

c. Menyeimbangkan jumlah uang beredar dengan permintaan akan uang dari suatu negara. d. Merupakan alat penting menyangkut kebijakan pemerintah melalui pengaruhnya terhadap

jumlah tabungan dan investasi.

2.1.2.3Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Suku Bunga

Seperti dijelaskan diatas bahwa untuk menentukan besar kecilnya tingkatsuku bunga simpanan dan pinjaman sangat dipengaruhi oleh keduanya. Artinya baik bunga simpanan maupun pinjaman saling mempengaruhi disamping pengaruh faktor-faktor lainnya

Menurut Kasmir, (2002: 122) faktor-faktor utama yang mempengaruhibesar kecilnya penetapan suku bunga adalah:

1. Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan pula meningkatkan bunga pinjaman. Namun apabila dana yang ada simpanan banyak sementara permohonan simpanan sedikit maka bunga simpanan akan turun.

2. Persaingan

Dalam memperebutkan dana simpanan, maka disamping faktor promosi, yang paling utama pihak perbankan harus memperhatikan pesaing. Dalam arti jika untuk bunga simpanan rata-rata 16% maka, jika hendak membutuhkan dana cepat sebaiknya bunga simpanan kita naikkan diatas bunga pesaing, misalnya 16%. Namun sebaliknya untuk bunga pinjaman kita harus berada dibawah bunga pesaing.

3. Kebijakan Pemerintah

Dalam arti baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman kita tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

(8)

228

Sesuai dengan target laba yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga pinjaman ikut besar dan sebaliknya.

5. Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman, maka akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan risiko dimasa mendatang. Demikian pula sebaliknya jika pinjaman berjangka pendek, maka bunga relatif lebih rendah.

6. Hubungan baik

Biasanya bank menggolongkan antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan terhadap bank.Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank, sehingga dalam penentuan suku bunganyapun berbeda dengan nasabah biasa.

2.1.2.4Jenis-jenis Tingkat Suku Bunga

Menurut Indra Bastian dan Suhardjono (2006:209) jenis-jenis suku bunga:

1. Suku bunga deposito, terdiri dari suku bunga (counter) yaitu suku bunga yang tercantum pada papan pengumuman masing-masing bank atau dimedia cetak dan suku negosiasi, suku negosiasi diberikan kepada nasabah-nasabah besar dengan maksud agar dengan kelebihan suku bunga tersebut mau menyimpan di bank yang bersangkutan.

2. Suku bunga tabungan, suku bunga yang di peruntukkan nasabah tabungan sebagai rangsangan atau balas jasa bagi nasabah yang menyimpan uang di bank.

2.1.2 Perputaran Piutang 2.1.2.1Pengertian Piutang

Warren Reeve dan Fess (2008: 404) menyatakan bahwa yang dimaksud denganpiutang adalah sebagai berikut: ”Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya”. Sedangkan menurut Mohammad Muslich (2005: 52) ”Pada umumnya, piutang timbul karena adanya transaksi penjualan secara kredit”. Dari kedua definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit.

2.1.2.2Jenis Piutang

Warren Reeve dan Fess (2008: 405) mengklasifikasikan piutang ke dalam tiga kategori yaitu piutang usaha, wesel tagih, dan piutang lain-lain, sebagai berikut:

1. Piutang Usaha

Piutang usaha timbul dari penjualan secara kredit agar dapat menjual lebihbanyak produk atau jasa kepada pelanggan. Piutang usaha semacam ini normalnya diperkirakan akan tertagih dalam periode waktu yang relatif pendek, seperti 30 atau 60 hari.

2. Wesel Tagih

Wesel tagih adalah jumlah yang terutang bagi pelanggan di saat perusahaan telah menerbitkan surat utang formal. Wesel biasanya digunakan untuk periode kredit lebih dari 60 hari.Wesel bisa digunakan untuk menyelesaikan piutang usaha pelanggan. Bila wesel tagih dan piutang usaha berasal dari transaksi penjualan maka hal itu kadang-kadang disebut piutang dagang (TradeReceivable).

3. Piutang lain-lain

Piutang lain-lain biasanya disajikan secara terpisah dalam neraca. Jika piutang ini diharapkan akan tertagih dalam satu tahun, maka piutang tersebut diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Jika penagihannya lebih dari satu tahun maka piutang ini diklasifikasikan sebagai aktiva tidak lancar.Piutang lain-lain (Other Receivable) meliputi piutang bunga, piutang pajak, dan piutang dari pejabat atau karyawan perusahaan.

(9)

2.1.2.3Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang

Besar kecilnya piutang dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktortersebut diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Riyanto (2008: 85-87) sebagai berikut:

1. Volume Penjualan Kredit

Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang.

2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit

Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak.Apabilaperusahaan menetapkan syarat pembayaran yang ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit daripada pertimbangan profitabilitas.Syarat yang ketat misalnya dalam bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat.

3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit

Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau plafond bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi plafond yang ditetapkan bagi masing-masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. 4. Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang

Perusahaan yang menjalankan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi dengan menggunakan cara ini, maka piutang yang ada akan lebih cepat tertagih, sehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.

5. Kebiasaan Membayar dari Para Langganan

Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam periode Cash Discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih kecil, sedangkan langganan membayar periode setelah Cash Discount akan mengakibatkan jumlah piutang lebih besar karena jumlah dana yang tertanam dalam piutang lebih lama untuk menjadi kas.

2.1.3 Perputaran Piutang

Menurut Sawir (2005: 16) perputaran piutang atau receivable turn over adalah rasio yang menunjukkan sejauh mana kecepatan perputaran piutang.Riyanto (2010: 90) juga berpendapat bahwa rasio perputaran piutang menginformasikan berapa kali piutang diputar (diubah menjadi kas) dalam setahun.Kasmir (2010: 131) menyatakan, perputaran piutang (turnover receivable) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur berapa lama penagihan piutang selama satu periode.

Martono dan Harjito (2003) juga menambahkan, perputaran piutang adalah periode terikatnya piutang sejak terjadinya piutang sampai piutang tersebut dapat ditagih dalam bentuk uang kas dan akhirnya dapat dibelikan kembali menjadi persediaan dan dijual secara kredit menjadi piutang kembali.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas dapat disimpulkan bahwa perputaran piutang adalah periode terikatnya piutang yang menunjukkan berapa kali piutang tersebut berputar selama periode tertentu sejak terjadinya piutang sampai piutang tertagih kembali kedalam kas perusahaan.Agar perputaran piutang dalam perusahaan efektif dan efisien maka manajemen perusahaan harus bisa mengelola perputaran piutang dengan baik.Piutang dalam perusahaan harus selalu dalam keadaan berputar selama periode tertentu agar terhindar dari terjadinya bad debt.

Perusahaan dapat melakukan suatu tindakan untuk mempercepat perputaran piutang. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin tinggi pula profitabilitas pada perusahaan, karena dengan perputaran piutang yang tinggi menyebabkan investasi yang sedikit pada piutang, sehingga akan lebih cepat menjadi kas yang kemudian digunakan untuk investasi kembali dan dapat meminimalkan risiko kerugian piutang (bad debts).

(10)

230

Hanafi (2010: 563) menyatakan, rata-rata periode pengumpulan piutang adalah periode dari penjualan kredit terjadi sampai penjualan tersebut dibayarkan.Menurut Munawir (2004) jangka waktu pengumpulan piutang adalah jangka waktu yang menunjukkan waktu rata-rata yang diperlukan untuk menagih piutang.Sartono (2009) menambahkan “periode pengumpulan piutang yaitu rata-rata hari yang diperlukan untuk merubah piutang menjadi kas”.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa periode pengumpulan piutang adalah waktu yang dibutuhkan bagi perusahaan untuk mengumpulkan piutang menjadi kas.Periode pengumpulan piutang dapat memberikan tolok ukur mengenai lamanya waktu piutang yang beredar.Apabila rata-rata jangka waktu penagihan piutang terlalu lama, hal ini disebabkan oleh pengendalian piutang yang kurang terkontrol. Semakin lama hari pengumpulan piutang maka akan berdampak buruk pada profitabilitas perusahaan. Sedangkan, semakin cepat hari pengumpulan piutang maka akan berdampak baik bagi profitabilitas perusahaan.

Sartono (2010: 119) menyatakan bahwa semakin cepat periode berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas.Syamsudin (2007) menyatakan bahwa perputaran piutang (receivables turnover) adalah rasio yang memperlihatkan lamanya waktu untuk mengubah piutang menjadi kas.Sudana (2011: 22) menyatakan semakin tinggi perputaran piutang berarti semakin efektif dan efisien manajemen piutang yang dilakukan perusahaan, dan sebaliknya.

Perputaran Piutang = 𝑃𝑒𝑛𝑗𝑢𝑎𝑙𝑎𝑛

𝑅𝑎𝑡𝑎−𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑃𝑖𝑢𝑡𝑎𝑛𝑔

2.1.4 Risiko Likuiditas 2.1.4.1Pengertian Likuiditas

Likuiditas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional harian internal perusahaan.Likuiditas usaha adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi. Likuiditas dapat ditunjukkan antara lain dengan membandingkan pos-pos aset lancar dengan utang lancar pada satu periode tertentu yang disebut current rasio (Sriyanto, 2011).

Likuiditas pada umumnya sebagai kepemilikan sumber dana yang memadai dan memenuhi seluruh kebutuhan kewajiban yang akan jatuh tempo. Atau dengan kata lain kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih baik yang dapat diduga ataupun yang tidak terduga. Dalam perbankan, likuiditas merupakan salah satu hal yang penting dalam memelihara kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut.Untuk itu setiap bank yang beroperasi sangat menjaga likuiditasnya agar pada posisi yang ideal.

Dalam manajemen likuiditas bank berusaha untuk mempertahankan status rasio likuiditas, memperkecil dana yang menganggur guna meningkatkan pendapatan dengan risiko sekecil mungkin serta memenuhi kebutuhan cash flow-nya (Sriyanto, 2011).Jadi, tujuan dari likuiditas adalah mencapai cadangan yang dibutuhkan yang telah ditetapkan oleh bank sentral karena kalau tidak dipenuhi akan kena penalti dari bank sentral, kedua memperkecil dana yang menganggur akan mengurangi profitabilitas bank dan mencapai likuiditas yang aman untuk menjaga proyeksi cash flow dalam kondisi yang sangat mendesak misalnya penarikan dana oleh nasabah, dan pengambilan pinjaman (Sriyanto, 2011).

Likuiditas adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan persediaan uang tunai dan aset lain yang mudah dijadikan uang tunai. Bank dianggap likuid bila bank itu memiliki cukup uang tunai atau aset likuid lainnya, serta kemampuan untuk meningkatkan jumlah dana dengan cepat melalui sumber lainnya, untuk memungkinkan memenuhi kewajiban pembayaran dan komitmen keuangan lain pada saat yang tepat. Selain itu juga harus ada likuiditas yang menyangga yang memadai untuk memenuhi hampir setiap kebutuhan uang tunai yang mendadak.Jadi, likuiditas adalah suatu keadaan yang berhubungan dengan persediaan uang tunai dan alat-alat likuid lainnya yang dikuasai bank yang bersangkutan.

Berapa likuiditas yang harus dipertahankan dan dalam bentuk apa, memerlukan perhatian manajemen bank setiap saat karena:

(11)

b. Bank memerlukan likuiditas untuk memenuhi permintaan pinjaman musiman dan tarikan yang tidak terduga.

c. Diperlukan untuk mengisi cadangan penyangga untuk sebagian penarikan deposit yang tidak diperkirakan sebelumnya dan tidak dapat dipenuhi dengan penerimaan deposit yang baru, maupun dengan setoran cicilan kredit, penerimaan pendapatan atau menambah hutang (Darmawi, 2011).

2.1.4.2Manajemen Likuiditas

Liability management (pengelolaan utang) adalah suatu proses dimana bank berusaha mengembangkan sumber-sumber dana yang non tradisional melalui pinjaman di pasar uang atau dengan menerbitkan instrumen utang untuk digunakan secara menguntungkan terutama untuk memenuhi permintaan kredit. Teori ini menegaskan bahwa likuiditas sekarang ini bukanlah masalah berat. Dana akan mudah diperoleh dengan cara meningkatkanbunga sertifikat deposito yang ditawarkan. Bank-bank sekarang ini menyadari bahwa permintaan kredit bisa dipenuhi dengan cara membeli likuiditas dipasar uang. Bank tidak lagi tergantung pada sumber dana tradisional. Pemenuhan likuiditas bisa melalui sumber-sumber non tradisional seperti pinjaman antar bank, penjualan sertifikat deposito, penerbitan surat berharga di pasar uang, dan lain-lain (Darmawi, 2011).

2.1.4.3Rasio Likuiditas

Ada dua konsep untuk indikator likuiditas yaitu: a. Konsep Persediaan

Untuk mengukur likuiditas dan sudut pandang persediaan,orang harus membandingkan jumlah aset yang likuid dengan kebutuhan likuiditas yang diperkirakan ini merupakan konsep likuiditas yang agak sempit karena konsep ini tidak mempertimbangkan bahwa likuiditas dapat diperoleh dari pasar kredit dan arus pendapatan.

b. Konsep Arus

Melihat likuiditas dari pendekatan arus, orang memperhatikan tidak hanya kesanggupan untuk mengubah aset menjadi likuid tapi kesanggupan bank itu untuk meminjam dan memperoleh uang tunai dari hasil oprasinya. Suatu standar likuiditas sulit untuk ditentukan, karena permintaan masa depan tidak diketahui secara pasti.

Untuk memperoleh penilaian yang wajar atas posisi likuiditas bank diperlukan: 1) Suatu ramalan kebutuhan uang tunai yang tepat 2) Tingkat aset likuid yang diperkirakan3) Arus penerimaan uang tunai selama jangka waktu tertentu. Dengan demikian, suatu ukuran likuiditas yang baik harus memperhitungkan konsep arus kas, tapi ukuran likuiditas yang paling banyak dipakai didasarkan atas konsep persediaan, yaitu:

a. LDR (Loan to Deposit Ratio)

Salah satu ukuran likuid dari konsep persediaan adalah rasio pinjaman terhadap deposit.Kalau rasio meningkat ke tingkat yang lebih tinggi secara relatif bankir kurang berminat untuk memberikan pinjaman atau investasi.Selain itu, mereka menjadi selektif kalau standar dinaikkan dan kredit menjadi lebih sulit, maka suku bunga cenderung naik. Walaupun rasio pinjaman terhadap deposit yang tinggi tidak pernah ditentukan acuannya, tapi rasio tersebut merupakan kekuatan yang mempengaruhi keputusan pemberian pinjaman daninvestasi. Rasio pinjaman terhadap deposit meningkat untuk semua bank. Peningkatan itu akan lebih tinggi untuk bank yang lebih besar. Rasio yang lebih tinggi ini dapat dijelaskan sebagian oleh kesanggupan dan kesediaan bank untuk mengatasi persoalan likuiditasnya menggunakan manajemen liabilitas, atau melakukan pinjaman uang dari pasar uang, dan bukan semata-mata menggantungkan diri dari penyesuaian aset, dan sebagian lainnya melalui usaha bank untuk memperoleh tingkat pendapatan yang lebih tinggi (Darmawi, 2011).

b. Cash Ratio

Ukuran likuiditas lainnya yang mencerminkan konsep persediaan mengaitkan aset likuid terhadap total deposit atau total aset. Rasio kas terhadap total deposit misalnya, lebih baik

(12)

232

dalam beberapa hal dibandingkan dengan rasio pinjaman terhadap deposit karena rasio ini mengaitkan aset yang likuid secara langsung dengan memperhatikan pinjaman (aset yang paling likuid) terhadap deposit. Kelemahan utama rasio ini terletak pada kenyataan bahwa sebagian besar kas tidak benar-benar tersedia untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank.Bagian kasdiperlukan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas bank. Kelemahan lainnya misalnya kegagalan untuk memasukkan aset likuid lainnya, seperti Sertifikat Bank Indonesia dan surat berharga likuid jangka pendek lainnya. Rasio ini tidak memberikan perhatian pada kemampuan bank untuk mencari dana dari sumber lain (Darmawi, 2011).

2.1.5 Profitabilitas

Profitabilitas adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan manajemen perusahaan (Brigham dan Gapenski, 2006).Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari aktivitas yang dilakukan pada suatu periode akuntansi.Saidi (2004) dalam Martalina (2011) menyatakan bahwa profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba.Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dan mengukur tingkat efisiensi operasional dan efisiensi dalam menggunakan harta yang dimilikinya (Chen, 2004).Petronila dan Mukhlasin (2003,) profitabilitas merupakan gambaran dan kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan.Pengukuran profitabilitas dapat menggunakan beberapa indikator seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik.

Profitabilitas mempunyai arti penting bagi perusahaan karena merupakan salah satu dasar untuk penilaian kondisi suatu perusahaan.Tingkat profitabilitas menggambarkan kinerja perusahaan yang dilihat dari kemampuan perusahaan menghasilkan profit. Kemampuan perusahaan memperoleh profit ini menunjukkan apakah perusahaan mempunyai prospek yang baik atau tidak dimasa yang akan datang.

Ang (1997) mengungkapkan bahwa rasio profitabilitas dan rentabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dalam kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan.Selain merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para penyandang dananya, laba perusahaan juga merupakan elemen dalam menentukan nilai perusahaan.Efektivitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih yang didefinisikan dalam berbagai rasio terhadap aktiva, misalnya rasio profitabilitas.Analisis profitabilitas menekankan pada kemampuan perusahaan dalam mendayagunakan kekayaan yang ada untuk menghasilkan laba selang periode tertentu yang diukur melalui rasio-rasio profitabilitas, (Riyanto, 1999).

Profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan rasio Return on Asset (ROA) karena dapat menunjukkan bagaimana kinerja perusahaan dilihat dari penggunaan keseluruhan aset yang dimiliki oleh perusahaan dalam menghasilkan keuntungan.Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia ROA diformulasikan sebagai berikut berikut:

ROA = Profit Before Income Tax

Total Assets 𝑥 100%

2.1.6 Hubungan Antara Masing-masingVariabel

2.1.6.1Hubungan Antara Tingkat Suku Bunga dengan Profitabilitas

Tingkat suku bunga kredit adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan bagi bank.Peningkatan suku bunga kredit menandakan bahwa pendapatan bunga dari penyaluran kredit juga meningkat, dengan meningkatnya pendapatan bunga maka profitabilitas mengalami peningkatan.

Berdasarkan uraian tersebut, tingkat suku bunga merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan profitabilitas mengalami peningkatan dengan asumsi bertambahnya tingkat suku bunga kredit menyebabkan meningkatnya profitabilitas.

(13)

2.1.6.2Hubungan Antara Perputaran Piutang dengan Profitabilitas

Piutang adalah elemen aktiva lancar yang timbul karena adanya penjualan kredit.Timbulnya piutang diharapkan bisa menjadi solusi permasalahan yang timbul karena pihak manajemen kesulitan untukmemaksakan penjualan tunai.Sehingga piutang bisa menjadi alternatif agar persediaan bisa berputar hingga menjadi kas.Selain menjadi solusi piutang juga bisa menjadi permasalahan apabila perputarannya tidak diawasi dengan benar.Perputaran piutang merupakan periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung pada syarat pembayarannya, berarti bahwa tingkat perputaran selama periode tertentu adalah semakin rendah.

Berdasarkan uraian tersebut semakin cepat periode berputarnya piutang menunjukkan semakin cepat penjualan kredit dapat kembali menjadi kas sehingga profitabilitas meningkat.

2.1.6.3Hubungan Antara Risiko Likuidasi dengan Profitabilitas

Likuiditas adalah suatu istilah yang dipakai untuk menunjukkan persediaan uang tunai dan asset lain yang mudah dijadikan uang tunai Bank dianggap likuid bila bank itu memiliki cukup uang tunai, serta kemampuan untuk meningkatkan jumlah dana dengan cepat melalui sumber lainnya untuk memungkinkan memenuhi kewajiban pembayaran dan komitmen keuangan lain pada saat yang tepat, selain itu jug harus ada likuiditas yang menyangga yang memadai untuk memenuhi hampir setiap kebutuhan uang tunai yang mendadak. Dari uraian tersebut semakin besar risiko likuiditas maka semakin besar risiko penurunan profitabilitas.

2.2Penelitian Sebelumnya

1) Setyawan (2009), mengenai pengaruh variabel perputaran modal kerja (perputaran kas, perputaran piutang dan perputaran persediaan)terhadapprofitabilitas dengan teknik analisis regresi linear berganda mendapatkan hasil bahwa variabel perputaran modal kerja perputaran kas, perputaran piutang berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas sedangkan perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

2) Handayani (2009) mengenai pengaruh variabel rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio leverage terhadap profitabilitas dengan teknik analisis regresi linier berganda, hasil dari pengujian ini adalah variabel rasio likuiditas, rasio aktivitas, rasio laverage berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

3) Sulistiowati E (2009) menguraikan tentang pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas dengan menggunakan teknik analisis data regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa variabel perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.

4) Sari (2010), mengenai pengaruh variabel efisiensi modal kerja, leverage, likuiditas dan firm size dengan teknik analisis Regresi Linier berganda mendapatkan hasil bahwa variabel efisiensi modal kerja, leverage, likuiditas dan firm size berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

5) Hersandy (2012) mengenai pengaruh variabel hutang jangka pendek dan perputaran piutang terhadap profitabilitas dengan teknik analisa Regresi Berganda mendapatkan hasil bahwa variabel hutang jangka pendek berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

6) Sutika dan Sujana (2013), mengenai pengaruh variabel perputaran kas, penyaluran kredit, efektivitas pengelolaan hutang, tingkat kecukupan modal terhadap profitabilitas dengan teknik analisis Regresi Linier Berganda mendapatkan hasil bahwa variabel tingkat perputaran kas, penyaluran kredit dan efektivitas pengelolaan hutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Variabel tingkat kecukupan modal berpengaruh negative terhadap profitabilitas.

7) Astini dkk (2014), mengenai pengaruh variabel perputaran kas dan perputaran piutang dengan teknik analisis Regresi Linier Berganda mendapatkan hasil bahwa variabel tingkat perputaran kas dan tingkat perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap rentabilitas ekonomis.

8) Suarmi dkk (2014) menguraikan tentang pengaruh tingkat suku bunga kredit dan pertumbuhan jumlah nasabah kredit terhadap profitabilitas dengan menggunakan analisis regresi linier berganda

(14)

234

diperoleh hasil tingkat suku bunga kredit dan pertumbuhan jumlah nasabah kredit berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas.

9) Ita (2014), Variabel dependen yang digunakan dalam penelitiannya adalah profitabilitas sedangkan variabel Independennya adalah risiko kredit, perputaran kas, likuiditas,tingkat kecukupan modal,efisiensi operasional. Teknik analisis data yang digunakanadalah regresi berganda. Hasil dari penelitiannya adalah perputaran kas likuiditas, tingkat kecukupan modal berpengaruh positif terhadap profitabilitas, variabel risiko kredit, efisiensi operasional berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

10)Wicaksono(2016), mengenai pengaruhperputaran modal kerja,likuiditas, perputaran asset lancar dan kas berbanding total aktiva terhadap profitabilitas denganteknik analisis regresi linier berganda mendapatkan hasil bahwavariabel perputaran modal kerja, perputaran kas, perputaran piutang,perputaran persediaan dan kas berbanding total aktiva tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, variabel likuiditas berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas.

11)Widiantari dkk (2014), mengenai pengaruh variabel tingkat suku bunga dan perputaran piutang terhadap rentabilitas ekonomis dengan teknik analisis regresi linier berganda mendapatkanhasil bahwa variabel tingkat suku bunga dan perputaran piutang berpengaruh positif terhadap rentabilitas ekonomis.

12)Febriyanti (2015), Variabel yang digunakan dalam penelitiannya adalah variabel dependen profitabilitas sedangkan variabel Independennya adalah efisiensi modal kerja,risiko likuiditasdan solvabilitas. Teknik analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil dari pengujian ini adalah variabel risiko likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas, efisiensi modal kerja dan solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

13)Hendiartha dkk (2015) mengenai pengaruh variabel kecukupan modal, likuiditas, NIM dan perputaran kas terhadap profitabilitas dengan teknik analisis Regresi Linier Berganda menunjukkan hasil bahwa variabel kecukupan modal, likuiditas, NIM berpengaruh positif sedangkan perputaran kas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

14)Krisnawati dan Chabachib (2015),mengenai pengaruh variabel CAR, NIM, GCG, LDR, NPL dan PDN teknik analisis regresi linier berganda mendapatkan hasil bahwa NIM berpengaruh positif terhadap ROA variabel CAR, GCG, LDR, NPL berpengaruh negatif terhadap ROA, PDN tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA.

15)Rini (2015) mengenai variabel modal kerja, perputaran kas perputaran piutang dan peputaran persediaan terhadap profitabilitasdengan menggunakan analisis regresi linier berganda diperoleh hasil bahwa variabel perputaran modal kerja, perputaran kas perputaran piutang dan perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas.

16)Paramithari dkk (2016), Variabel yang digunakan dalam penelitiannya Kemampuan capital,asset,earnings dan liquidity terhadap pertumbuhan laba teknik analisis data yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil dari pengujian ini adalah variabel CAR, PPAP, ROA dan LACLR berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba, KAP dan LDR berpengaruh negatif pada pertumbuhan laba.

17)Ulandari dkk (2016) mengenai pengaruh variabel CAR, LDR, dan BOPO terhadap profitabilitas dengan teknik analisis Regresi Linier Berganda mendapatkan hasil bahwa variabel CAR, LDR, berpengaruh positif terhadap profitabilitas sedangkan BOPO berpengaruh negative terhadap profitabilitas.

18)Pranata (2016) mengenai Pengaruh suku bunga kredit dan debitur terhadap profitabilitas dengan teknik analisis regresi linier berganda .dengan hasil variabel debitur berpengaruh positif terhadap profitabilitas, variabel suku bunga kredit berpengaruh negative terhadap profitabilitas.

19)Aritonang (2017) mengenai pengaruh perputaran persediaan dan perputaran piutang terhadap profitabilitas dengan menggunakan analisis regresi berganda diperoleh hasil penelitian yaitu variabel perputaran persediaan dan perputaran piutang berpengaruh positif tidak signifikan terhadap profitabilitas.

(15)

20)Irawati (2017) mengenai pengaruh variabel efisiensi modal,likuiditas, dan leverage terhadap profitabilitas dengan teknik analisa Regresi Linier Berganda mendapatkan hasil bahwa variabel efisiensi modal kerja, likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas sedangkan leverage berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.

21)Novitasari (2018) mengenai pengaruh variabel NPL, LDR, BOPO, Spread management dan tingkat suku bunga terhadap profitabilitas dengan teknik analisis Regresi Linier Berganda mendapatkan hasil bahwa variabel LDR, Spread management dan tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap profitabilitas, NPL dan BOPO berpengaruh negatif terhadap profitabilitas.

BAB III. KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS 3.1Kerangka Berpikir

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba selama periode tertentu (Munawir, 2014),sedangkan menurut Riyanto (2008:36) profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan laba atau ukuran dalam mengukur efektivitas pengelolaan menajemen perusahaan. Perusahaanyang tingkat profitabilitasnya cenderung mengalami peningkatan dapat meningkatkan daya saing perusahaan.Jika tingkat profitabilitasperusahaan tersebut tinggimaka perusahaan tersebut memiliki peluang yang besar dalam pengembangan usahanya dengan tingkat investasi yang juga lebih besar dari keputusan manajemen perusahaan.Keberadaan profitabilitas di dalam suatu perusahaan sangat penting baik untuk penyimpan, pemilik, masyarakat dan pemerintah.Profitabilitas pada LPD merupakan kemampuan LPD dalam menghasilkan laba dari aktifitas operasionalnya.

Suku bunga bankdapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya (Kasmir, 2002 :121). Menurut Bofondo dan Ropele (dalam Anatia Yulia, 2014) tingkatsuku bunga kredityang tinggi merupakan alternative yang berpotensi merugikan untuk debitur.Tingkat suku bunga kredit juga berpengaruh terhadap permintaan kredit. Menurut Mishkin (dikutip oleh Gently, 2013), menyatakan bahwa semakin tinggi perkiraan suku bunga dimasa depan, maka semakin menurun permintaan kredit. Pada sisi profitabilitas pendapatan bunga (interest income) dari kredit mempunyai peranan yang menonjol dalam keseluruhan pendapatan bank.Melalui tingkat suku bunga kredit yang optimal.LPD diharapkan dapat lebih meningkatkan keuntungan demi peningkatan usahanya.Dalam lingkup eksternal tingkat suku bunga sangat berperan terhadap arus modal masuk dan keluar.

Piutang meliputi semua klaim dalam bentuk uang terhadap pihak lainnya, termasuk individu, perusahaan atau organisasi lainnya (Warren Reeve dan Fess,2008 :404). Sedangkan menurut Mohammad Muslich (2005 : 52) pada umumnya, piutang timbul karena adanya transaksi penjualan secara kredit, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan piutang adalah semua tuntutan atau tagihan kepada pihak lain dalam bentuk uang atau barang yang timbul dari adanya penjualan secara kredit.

Likuiditas perusahaan adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional harian internal perusahaan.Likuiditas usaha adalah kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansial yang segera harus dipenuhi. Likuiditas dapat ditunjukkan antara lain dengan membandingkan pos-pos asset lancar dengan utang lancar pada satu periode tertentu yang disebut current rasio (Sriyanto, 2011). Sedangkan menurut James O. Gill dalam Kasmir (2012 :130) menyebutkan rasio likuiditas, mengukur jumlah kas atau jumlah investasi yang dapat di konversikan atau diubah menjadi kas untuk membayar pengeluaran, tagihan dan seluruh kewajiban lainnya yang sudah jatuh tempo.

Berdasarkan konsep-konsep dasar teori yang dijelaskan diatas, peneliti ingin mengetahui seberapa besar pengaruh rasio keuangan terhadap perubahan laba bank. Dalam penelitian ini, rasio keuangan yang digunakan antara lain Tingkat Suku Bunga Kredit, Perputaran Piutang, Risiko Likuiditas, dan Profitabilitas. Dalam kaitannya dengan uraian tersebut maka dapat disajikan alur kerangka pemikiran yang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut.

(16)

236 Kerangka Berpikir

Pengaruh Tingkat Suku Bunga Kredit, Perputaran Piutang, dan Risiko Likuiditas Terhadap Profitabilitas

3.2Hipotesis

3.2.1 Tingkat Suku Bunga Kredit Berpengaruh Terhadap Profitabilitas

Menurut Bastian dan Suhardjono (2006:294) menyatakan bahwa tingkat suku bunga kredit adalah faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan bagi bank.Peningkatan suku bunga kredit menandakan bahwa pendapatan bunga dari penyaluran kredit juga meningkat, dengan meningkatnya pendapatan bunga maka profitabilitas mengalami peningkatan.

Hasil yang sama mengenai pengaruh tingkat suku bunga kredit terhadap profitabilitas ditemukan oleh Novitasari (2018) yaitu tingkat suku bunga kredit memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap profitabilitas. Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Pranata (2016) menyatakan bahwa tingkat suku bunga yang tinggi berdampak pada penurunan profitabilitas para perusahaan.Kenaikan suku bunga mengakibatkan penurunan pengeluaran investasi, dengan tingginya tingkat suku bunga kredit, hal ini akan sangat meresahkan para pengusaha karena dana yang ditawarkan terlalu mahal sehingga permintaan kredit para pengusaha menurun kepada pihak perbankan.

Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H1 = Tingkat suku bunga berpengaruh positif terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang

Tegaltahun 2012-2016.

3.2.2 Perputaran Piutang Berpengaruh Terhadap Profitabilitas

Piutang merupakan elemen aktiva lancar yang timbul karena adanya penjualan kredit. Timbulnya piutang diharapkan bisa menjadi solusi akan permasalahan yang timbul karena pihak manajemen kesulitan untuk memaksakan penjualan tunai, sehingga piutang bisa menjadi alternatif agar persediaan bisa berputar hingga menjadi kas. Selain menjadi solusi, piutang juga bisa menjadi permasalahan apabila perputarannya tidak diawasi dengan benar, (Riyanto,2001:90), perputaran piutang merupakan periode terikatnya modal dalam piutang yang tergantung pada syarat pembayarannya. Makin lunak atau makin lama syarat pembayarannya, berarti bahwa tingkat perputarannya selama periode tertentu adalah semakin rendah.

Aritonang (2017) dan Rini (2015) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Berdasarkan uraian tersebut dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

H2 = Perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang

Tegal tahun 2012-2016.

3.2.3 Risiko Likuiditas Berpengaruh Terhadap Profitabilitas TINGKAT SUKU BUNGA (X1) PROFITABILITAS (Y) PERPUTARAN PIUTANG (X2) H1 H3 H2 RISIKO LIKUIDITAS (X3)

(17)

Penelitian terdahulu terkait pengaruh kredit bermasalah terhadap profitabilitas perbankan memiliki hasil yang bervariasi (positif dan negatif).Krisnawati dan Chabachib (2014), meneliti pengaruh risiko likuiditas terhadap kinerja perbankan.Hasilnya bahwa NPL berpengaruh negatif terhadap profitabilitas perbankan. Hal ini dikarenakan dengan besarnya jumlah NPL maka akan mengurangi profitabilitas bank. Dengan demikian, bank harus secara berkala memantau debitur jangka panjang.NPL menunjukkan adanya risiko kredit yang denga cepat dapat berubah menjadi krisis likuiditas yang parah.Kasmir (2008 : 225) menyatakan bahwa Loan Deposit Ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur jumlah kredit yang disalurkan dibandingkan dengan dana pihak ketiga ditambah modal sendiri. Semakin besar jumlah dana yang disalurkan kepada nasabah dalam bentuk kredit maka jumlah dana yang menganggur berkurang dan penghasilan bunga yang diperoleh akan meningkat.

Penelitian lain dilakukan oleh Febriyanti (2015) mengenai risiko likuiditas dan dampaknya terhadap kinerja perbankan di Indonesia yang hasilnya menyatakan bahwa semakin tinggi LDR maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat tetapi dengan asumsi bahwa bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif sehingga diharapkan jumlah kredit macetnya rendah.Sementara itu Krisnawati (2014), meneliti analisis pengaruh deposito, cadangan kas, risiko likuiditas, dan non performing loan terhadap laba bank.Hasilnyamenyatakan bahwa deposito, cadangan kas, dan NPL berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba, sedangkan risiko likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap perubahan laba. Berdasarkan penelitiantersebut, penulis merumuskan hipotesis ketiga sebagai berikut:

H3 = Risiko likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang

Tegaltahun 2012-2016. BAB IV. METODE PENELITIAN 4.1Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada LPD DesaPakraman Padang Tegal,Kecamatan Ubud, Kabupaten Gianyar.

4.2Obyek Penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah tingkat suku bunga kredit, perputaran piutang, risiko likuiditas, dan profitabilitas yang terdapat pada LPD Desa Pakraman Padang Tegal Tahun2012-2016. 4.3Identifikasi Variabel

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013 : 59). Variabel yang digunakan dalam penelitian dapat diklasifikasikan menjadi: 1. Variabel independen (bebas), yaitu variabel yang menjelaskan dan mempengaruhi variabel lain. 2. Variabel dependen (terikat), yaitu variabel yang dijelaskan dan dipengaruhi oleh variabel

independen.

Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen/terikat (Sugiyono, 2013). Variabel independen dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga kredit (X1), perputaran piutang (X2), dan risiko likuiditas (X3).

Variabel dependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2013).Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Profitabilitas (Y). 4.4Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel merupakan definisi yang diberikan kepada variabel dengan tujuan memberikan arti atau menspesifikasikannya. Adapun variabel yang dianalisis dalam penelitian ini didefinisikan sebagai berikut:

1) Tingkat Suku Bunga

Tingkat suku bunga sering digunakan sebagai ukuran pendapatan yang diperoleh oleh para pemilik modal, tingkat bunga ini disebut dengan bunga simpanan atau bunga investasi

(18)

238

(Neorirawan, 2012:92).Tingkat suku bunga dalam penelitian ini dicerminkan dengan nilai BI Rate per tahunnya. BI Rate dalam penelitian ini ditentukan berdasarkan data BI Rate yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia per 31 Desember setiap tahunnya selama periode tahun 2012-2016 dan dinyatakan dalam satuan persen.

2) Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)

Menurut Harahap (2013:308) rasio perputaran piutang atau ReceivableTurn Over (RTO) menunjukkan berapa cepat penagihan piutang. Semakin besar rasio ini maka semakin baik karena penagihan piutang dilakukan dengan cepat.Rasio perputaran piutang ini juga dapat dikonversikan ke hari. Rumus dari rasio perputaran piutang menurut Harahap (2013:308) adalah :

RTO =Penjualan Kredit Bersih………... (1) Rata-rata Piutang

3) Risiko Likuiditas

Risiko Likuiditas / Loan to Deposit Ratio (LDR) merupakan rasio perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dihimpun oleh bank. LDR akan menunjukkan tingkat kemampuan bank dalam menyalurkan DPK yang dihimpun oleh bank yang bersangkutan. Besarnya tingkat Loan to Deposit Ratio (LDR) yang ditentukan oleh bank Indonesia adalah sebesar 110%. Dalam penelitian ini digunakan perbandingan antara total kredit yang diberikan dengan total dana pihak ketiga (DPK) pada LPD Desa Pakraman Padang Tegal Kec. Ubud,selama tahun 2012-2016.Satuan yang digunakan dalam rasio Loan to Deposito Ratio (LDR) adalah persentase dan formulanya dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyadi, 2006:165) LDR = Total Kredit yang Diberikan= x100 % ………(2)

Total DPK 4) Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba atau ukuran efektivitas pengelolaan manajemen perusahaanagar perusahaan mengetahui berapa laba yang diperoleh dalam satu periode tertentu (Wiagustini, 2010:76). Dalam penelitian rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on Assets (ROA), yaitu rasio profitabilitas yang menunjukkan perbandingan antara laba sebelum pajak dengan total asset bank pada LPD Desa Pakraman Padang Tegal Kec. Ubud selama tahun 2012-2016. Satuan yang digunakan dalam Return on Assets (ROA) adalah persentase dan formulanya dapat dirumuskan sebagai berikut (Riyadi, 2006:156).

ROA= Laba Sebelum Pajak= x 100%...(3) Total asset (rata-rata)

4.5Jenis Data

Menurut jenisnya, data yang digunakan dalam penelitian ini dapat digolongkan menjadi data kuantitatif dan data kualitatif.

1) Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka-angka dan dapat dihitung seperti laporan keuangan dan perhitungan tingkat suku bunga, perputaran piutang, dan profitabilitas LPD Desa Pakraman Padang Tegal .

2) Data kualitatif adalah data yang tidak berbentuk angka dan berfungsi sebagai keterangan yang dapat memberikan deskripsi mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, seperti literatur-literatur pembahasan penelitian sebelumnya dan teori-teori variabel yang diteliti.

4.6Jenis dan Sumber Data

Sumber data yang digunakan adalah data sekunder dan data primer.Data sekunder adalah data yang didapat tidak secara langsung dari objek penelitian.Data sekunder peneliti diperoleh dari laporan keuangan seperti laporan neraca dan laporan laba rugi LPD Desa Pakraman Padang Tegal.

Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber aslinya yang berupa wawancara, jajak pendapat dari individu atau kelompok (orang) maupun hasil observasi dari suatu obyek, kejadian atau hasil pengujian (benda). Dengan kata lain, peneliti membutuhkan

Gambar

Tabel 5.2  Hasil Uji Normalitas
Tabel 5.3  Hasil Uji Autokorelasi
Tabel 5.9  Hasil Uji t  Coefficients a

Referensi

Dokumen terkait

Untuk penelitian selanjutnya yang akan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan karir mahasiswa, sebaiknya menggunakan atau menambahkan variabel lain serta

Adapun syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam akad ijarah adalah sebagai berikut :.. 2) Mu’ajir adalah pemilik sah dari barang sewa, walinya atau orang yang menerima wasiat

Selain itu dilakukan latihan dengan soal yang sama kepada 30 siswa-siswi yang mengunakan mobile learning dalam pembelajaran bahasa inggris selama 1 bulan,

Karya ilmiah ini harus dilaksanakan oleh Dosen I K I P Padang dalam rangka.. meningkatkan mutu, baik sebagai dosen maupun

Hal ini menjelaskan bahwa diskon adalah salah satu strategi promosi yang digunakan oleh pemasar dengan cara melakukan pengurangan harga terhadap produk yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepala sekolah belum sepenuhnya menjalankan perannya sebagai manager sebagaimana dalam Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 terutama dalam

(2) Mendiskripsikan pencapaian hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran Matematika materi pecahan pada

Hal ini dapat terlihat dari, informan M tetap bertahan dalam ludruk karena memiliki strategi akulturasi integrasi yang mana individu menjaga kebudayaan aslinya dengan