SKRIPSI
Oleh:
UMMU KHOLISATIN NIM : D07211031
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
Skripsi, Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN Sunan Ampel Surabaya. Chaerati Saleh, M. Ed.
Kata Kunci : Hasil Belajar IPA, Model Quantum Teaching Teknik TANDUR, Gerak Benda.
Penelitian ini dilakukan berdasarkan hasil temuan bahwa di MI Hasyim
Asy’ari Sidoarjo masih terdapat kurang lebih 70%siswa di kelas III yang masih belum tuntas dalam memahami materi gerak benda dengan KKM yang sudah ditentukan sekolah yaitu 75. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah siswa kurang aktif dalam bertanya dan bekerjasama, kurangnya fasilitas belajar yang memadai seperti media pembelajaran, rendahnya penguasaan siswa terhadap materi gerak benda. Menanggapi hal tersebut, maka dilaksanakan penelitian dengan menerapkan model Quatum Teaching Teknik TANDUR.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan Model Quantum Teaching Teknik TANDUR dalam meningkatkan hasil belajar IPA
kelas III di MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo? 2) Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA kelas III materi gerak benda dengan Model Quantum Teaching Teknik
TANDURdi MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo?
Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan menggunakan model Kurt Lewin yang dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah observasi, wawancara, tes hasil belajar dan dokumentasi.
HALAMAN PERSEMBAHAN... iv
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... v
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... vi
ABSTRAK ... vii A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tindakan Yang Dipilih ... 7
D. Tujuan Penelitian . .. ... 7
E. Lingkup Penelitian ... 8
F.Manfaat Penelitian ... 9
G.Definisi Operasional ... 10
BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Belajar ... 12
B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) Materi Gerak Benda ... 22
C. Model Quantum Teaching Teknik TANDUR... 34
D. Penelitian Terdahulu ... 41
BAB III. PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian ... 44
B. Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian ... 47
C. Variabel yang Diteliti ... 48
D. Rencana Tindakan ... 49
E. Data dan Cara Pengumpulannya ... 50
F. Indikator Kinerja ... 67
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 68
A. Simpulan ... 122 B. Saran ... 123
DAFTAR PUSTAKA
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
A.Latar Belakang Masalah
Pembelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah salah satu ilmu dasar
yang dipelajari di Sekolah Dasar. Sesuai dengan tingkatan pendidikan yang ada,
pembelajaran IPA mengajarkan tentang dasar-dasar dan pengembangan konsep
dari IPA sendiri. Pembelajaran sains (IPA) di Sekolah Dasar selalu mengacu pada
kurikulum IPA. Dalam kurikulum telah ditegaskan bahwa dalam pembelajaran
IPA harus menekankan pada penguasaan kompetensi melalui serangkaian proses
ilmiah. Proses pembelajaran IPA yang diharapkan adalah yang dapat
mengembangkan keterampilan proses, pemahaman konsep, sikap ilmiah siswa,
serta mendasarkan pada kegiatan IPA yang berkembang di masyarakat.1
IPA juga merupakan salah satu disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan dan memiliki
sifat ilmiah.2 Pelajaran IPA di tingkat Sekolah Dasar merupakan mata pelajaran
yang mencakup materi cukup luas. Guru diharuskan menyelesaikan target
1
Abdullah Ali, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara,2013), 14.
2
ketuntasan belajar siswa, sehingga perlu perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan metode, media atau alat peraga dan strategi
belajar yang tepat. Guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran yang
menyenangkan selain dengan penggunaan metode dan strategi yang tepat, guru
juga harus mampu memahami karakteristik siswa dan memberikan rangsangan
kepada siswa agar bersemangat dalam mengikuti proses pembelajaran IPA di
Sekolah Dasar. Ilmu Pengetahuan Alam untuk siswa SD, ide-ide dan
konsep-konsep harus disederhanakan sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang betul-betul
terjadi atau sudah pernah dialami. Siswa mendapatkan pengetahuan melalui
praktek, meneliti secara langsung, dan bereksperimen terhadap objek-objek yang
akan dipelajari, sehingga pembelajaran akan lebih bermanfaat dan efektif.
Namun pada kenyataannya hal tersebut tidak sesuai dengan realita yang
terjadi di lapangan sekarang. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar masih banyak
dilakukan secara konvensional/tradisional (pembelajaran berpusat pada guru) serta
lemahnya kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi siswa menjadikan
hasil belajar IPA masih rendah dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya. Hal
ini juga dibuktikan dengan nilai UN SD Tahun 2012/2013 Jakarta Utara yang
menyebutkan bahwa hasil UN IPA lebih rendah dibandingkan dengan Matematika
dan Bahasa Indonesia.3
3
Data UN SD Se-Jakarta Utara Tahun Pelajaran 2012/2013
Hal tersebut peneliti temukan pada saat melakukan observasi di MI Hasyim
Asy’ari Sidoarjo, dimana pelajaran IPA selalu disajikan secara verbal melalui
kegiatan ceramah dan text book oriented, dengan keterlibatan siswa yang sangat minim karena siswa hanya melakukan kegiatan duduk, diam, mendengar,
mencatat dan menghafal, sehingga kurang menarik minat siswa dan
membosankan yang akhirnya membuat siswa mudah lupa terhadap konsep
yang telah diberikan.4
Pembelajaran lebih cenderung bersifat teacher centered dari pada student centered. Guru jarang menggunakan media atau alat peraga dalam pembelajaran IPA serta tidak terbiasa untuk melibatkan siswa dalam melakukan percobaan
sehingga keterampilan siswa dan guru kurang. Dalam membahas materi IPA
tidak terlihat adanya upaya guru untuk mengembangkan kegiatan diskusi
kelompok maupun diskusi kelas. Target keberhasilan pengajaran IPA yang
diterapkan guru cenderung lebih mengarah agar siswa terampil mengerjakan
soal-soal tes, baik yang terdapat pada buku ajar maupun soal-soal ujian.
Akibatnya pemahaman konsep siswa rendah, keterampilan proses dan sikap
ilmiah siswa tidak tumbuh. Sehingga siswa bersikap pasif selama proses belajar
mengajar dan kurangnya keberanian siswa untuk bertanya. Sikap siswa yang
pasif dan kurangnya keberanian siswa untuk bertanya menyebabkan siswa tidak
bisa mengungkapkan ide dan gagasannya dalam proses belajar mengajar, hal ini
dapat menurunkan hasil belajar siswa karena pemahaman konsep yang rendah.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru IPA kelas III di MI
Hasyim Asy’ari Sidoarjo didapatkan berbagai permasalahan dalam pembelajaran
IPA yang meliputi: 1) Siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran, misalnya
aktif dalam bertanya dan bekerjasama 2) Kurangnya fasilitas belajar yang
memadai salah satunya adalah media pembelajaran 3) Rendahnya penguasaan
siswa terhadap materi gerak benda karena kurangnya strategi, metode maupun
model pembelajaran yang cocok untuk mata pelajaran IPA, mengakibatkan dari
32 siswa yang mendapat nilai 75 ke atas baru 10 siswa, sedangkan 22 siswa
memperoleh nilai kurang dari 75. Hal itu berarti rata-rata hasil belajar siswa
materi gerak benda yaitu 63,62% dengan KKM yang ditetapkan yaitu 75 dan
tingkat keberhasilannya masih 31,25%.5
Kesulitan dalam belajar IPA tersebut juga sesuai dengan hasil wawancara
peneliti dengan beberapa peserta didik yang mengatakan bahwa mereka merasa
bosan dalam mempelajari IPA karena mereka merasa bahwa pembelajaran IPA itu
sangat sulit dan membosankan terutama dalam materi gerak benda, mereka juga
5
kurang aktif dalam proses pembelajaran disebabkan karena penggunaan metode
atau model pembelajaran yang digunakan guru kurang menarik dan berinovasi.6
Berdasarkan data di atas,dapat diidentifikasikan bahwa permasalahan yang
terjadi diantaranya adalah kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
yang dipengaruhi oleh kurangnya fasilitas dan model pembelajaran yang cocok
sehingga menyebabkan rendahnya hasil belajar siswa MI Hasyim Asy’ari
Sidoarjo, dengan ini perlu adanya penggunaan model dan media pembelajaran
yang dapat membuat siswa lebih aktif dan berinteraksi saat proses pembelajaran,
menumbuhkan hasil belajar siswa perlu dirangsang untuk aktif bertanya dan
bekerjasama dalam proses pembelajaran.
Melihat keadaan tersebut, peneliti berupaya meningkatkan hasil belajar siswa
pada mata pelajaran IPA terkait materi gerak benda dengan menggunakan model
Quantum Teaching Teknik TANDUR.Model Quantum Teaching Teknik TANDUR merupakan salah satu model pembelajaran yang inovatif yang
menjadikan siswa aktif dan kreatif dalam belajar.
Berinovasi dari model Quantum Teaching Teknik TANDUR yang hampir sama dengan sebuah simfoni. Jika menonton sebuah simfoni, ada banyak
unsur-unsur yang menjadi faktor pengalaman musik. Unsur-unsur-unsur tersebut adalah
6
konteks dan isi.7 Antara konteks dan isi tercurahkan dalam sebuah mata pelajaran
IPA. Sebagai kerangka rancangan model Quantum Teaching, yakni terkenal dengan TANDUR yang merupakan singkatan dari Tumbuhkan, Alami, Namai,
Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
Kerangka ini yang akan diterapkan dalam pembelajaran IPA materi gerak
benda yang akan menumbuhkan keaktifan, kreatifitas dan juga menumbuhkan
proses kerjasama dalam pembejaran yang menyenangkan. Model ini diharapkan
dapat memberikan solusi bagi siswa yang kurang memahami materi gerak benda.
Dari rumusan latar belakang di atas maka peneliti memandang perlu
untuk mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan
Hasil Belajar IPA Materi Gerak Benda Melalaui Model Quantum Teaching Teknik TANDUR Pada Siswa Kelas III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo”.
B.Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diajukan
dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana penerapan Model Quantum Teaching Teknik TANDUR dalam meningkatkan hasil belajar IPA kelas III di MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo?
7
2. Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA kelas III materi gerak benda
dengan Model Quantum Teaching Teknik TANDURdi MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo?
C.Tindakan yang dipilih
Tindakan yang dipilih untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi
gerakbenda tersebut adalah dengan menggunakan model Quantum Teaching
Teknik TANDUR. Penggunaan model Quantum Teaching Teknik TANDUR ini, dikarenakan dapat menumbuhkan pembelajaran yang aktif, menarik, meriah dan
bermakna yang dapat mempermudah peserta didik dalam memahami materi gerak
benda pada pelajaran IPA serta membantu siswa bekerja efektif dalam kelompok
sehingga berhasil dalam proses maupun produk belajar yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.
D.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut:
1. Untuk mendeskripsikan penerapan Model Quantum Teaching Teknik TANDUR dalam meningkatkan hasil belajar IPA kelas III di MI Hasyim
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA kelas III materi gerak
benda dengan Model Quantum Teaching teknik TANDUR di MI Hasyim
Asy’ari Sidoarjo.
E.Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini bisa tuntas dan terfokus, sehingga hasil penelitiannya
akurat, permasalahan tersebut di atas akan dibatasi pada hal-hal tersebut dibawah
ini :
1) Penelitian ini difokuskan pada mata pelajaran IPA kelas III semester 2,
dengan Kompetensi Dasar 4.1 Menyimpulkan hasil pengamatan bahwa
gerak benda dipengaruhi oleh bentuk dan ukuranmelalui model Quantum Teaching Teknik TANDUR.
2) Subjek penelitian adalah pada siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo
semester 2 tahun ajaran 2014/2015 dengan jumlah siswa 32, siswa laki-laki
13 dan siswa perempuan 19.
3) Penelitian ini menggunakan instrumen penelitian berupa soal-soal tes tulis
yang hanya digunakan pada ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan
F.Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah sebagai acuan bagi penulis lain
dalam menyusun karya ilmiah mengenai penggunaan model Quantum Teaching Teknik TANDUR untuk meningkatkan hasil belajar IPA khususnya materi gerak benda pada kelas III MI.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
1) Dapat meningkatkan keprofesionalan peneliti dalam mengajar.
2) Peneliti dapat berbagi metode maupun model dalam mengajar, terutama
model Quantum Teaching Teknik TANDUR dalam mengajarkan materi gerak benda.
3) Memudahkan peneliti dalam menyampaikan materi pelajaran karena
menggunakan model pembelajaran yang inovatif.
b. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan penguasaan materi gerak benda.
2) Dapat memudahkan siswa dalam menerima materi gerak benda, karena
menggunakan model pembelajaran yang inovatif.
3) Dapat berinteraksi dengan pasangan diskusinya dan bekerjasama dengan
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah, khususnya mata
pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam.
2) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.
G.Definisi Operasional
Judul penelitian tindakan kelas yang penulis angkat berjudul “Peningkatan
Hasil Belajar IPA Materi Gerak Benda Melalaui Model Quantum Teaching Teknik TANDUR Pada Siswa Kelas III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo”. Dengan
definisi rincian judul sebagai berikut:
1. Peningkatan adalah kemajuan. Secara umum peningkatan berarti penambahan
keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih baik. Sedangkan peningkatan
yang dimaksud dalam penelitan ini adalah bagaimana kemampuan siswa dalam
upaya meningkatkan hasil belajarnya melalui penerapan model Quantum Teaching Teknik TANDUR.
2. Hasil belajar IPA adalah mengalami proses belajar IPA baik berupa
pengetahuan, maupun kecakapan yang diukur dengan menggunakan alat
pengukuran berupa tes. Bentuk hasil belajar dalam penelitian ini adalah hasil
tes atau nilai tes IPA yang diperoleh siswa pada setiap akhir siklus, yaitu terkait
3. Model quantum teaching teknik TANDUR adalah suatu model pembelajaran yang menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan serta
menumbuhkan motivasi siswa untuk aktif dalam belajar. Quantum Teaching
dilaksanakan dalam penelitian ini berdasarkan kerangka TANDUR
(tumbuhkan, alami, namai, demonstrasikan, ulangi dan rayakan).
4. Siswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di suatu lembaga sekolah
tertentu. Pada penelitian ini, siswa yang dijadikan objek penelitian adalah siswa
kelas III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo dengan jumlah 32 siswa, yaitu terdiri
12
A. HASIL BELAJAR
1. Pengertian Hasil Belajar
Belajar pada hakikatnya adalah suatu proses yang komplek yang terjadi
pada diri setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena
adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya. Oleh karena itu,
belajar dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Salah satu pertanda bahwa
seseorang itu belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang
itu yang mungkin disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat
pengetahuan, keterampilan, atau sikapnya.8
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan
respon. Stimulus yaitu apa saja yang dapat merangsang terjadinya kegiatan
belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap
melalui alat indra. Sedangkan respon yaitu reaksi yang dimunculkan peserta
didik ketika belajar, yang juga dapat berupa pikiran, perasaan, atau gerakan
dan tindakan.9
8
Azhar Arsyad, Media Pembelajaran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1997), 1.
9
Seperti yang dikemukakan oleh Hubermas, bahwa belajar adalah sesuatu
yang akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya.
Lingkungan belajar yang dimaksud adalah lingkungan alam, lingkungan
sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan.10
Adapun hasil belajar menurut Hamalik adalah perubahan tingkah laku
subjek yang meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dalam
situasi tertentu berkat pengalamannya berulang-ulang.11 Sedangkan menurut
Abdurrahman, hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak melalui
kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan proses dari seseorang, di mana
hasil belajar dipengaruhi oleh inteligensi dan penguasaan anak tentang materi
yang akan dipelajarinya.
Para ahli biasanya merumuskan bahwa hasil belajar secara relatif bersifat
konstan dan berbekas. Dikatakan “secara relatif”, karena ada kemungkinan
suatu hsil belajar ditiadakan atau dihapus dan diganti dengan hasil yang baru;
ada kemungkinan pula suatu hasil terlupakan. Sedangkan yang di maksud
konstan dan berbekas adalah perubahan akibat belajar itu akan bertahan lama,
bahkan sampai taraf tertentu tidak menghilang lagi.
Kemampuan yang diperoleh menjadi milik pribadi yang tidak akan
terhapus begitu saja. Misalnya, orang yang pernah belajar berbahasa inggris
sampai mampu berbicara dengan cukup lancar, tidak akan mengalami bahwa
10
Ibid, 73.
11
pada suatu hari kemampuan itu hilang begitu saja. Sedangkan, kemampuan
yang diperoleh dalam hasil belajar itu digolongkan menjadi kemampuan
kognitif yang meliputi pengetahuan dan pemahaman, kemampuan
sensotik-motorik yang meliputi keterampilan melakukan rangkaian gerak-gerik badan
dalam urutan tertentu, kemampuan dinamik-afektif yang meliputi sikap dan
nilai, yang meresai perilaku dan tindakan.12 Penggolongan ini sepadan
dengan penggolongan atas tiga bidang yang dikemukaan oleh Bloom, yaitu
belajar kognitif, belajar sensorik-motorik dan belajar dinamik-afektif yang
merupakan suatu hasil belajar dan mengakibatkan manusia berubah dalam
sikap dan tingkah lakunya.
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar merupakan
sebuah perubahan (cara pandang, tingkah laku, dan lain-lain) yang dihasilkan
dari adanya sebuah proses yang disebut pembelajaran. Seberapa besar
perubahan yang dihasilkan akan sangat bergantung pada proses yang
diberikan. Salah satunya dapat diwujudkan dengan penggunaan model
pembelajaran yang proposional terhadapat aktivitas pebelajar serta dibarengi
dengan metode yang baik juga ketersediaan waktu yang memadai untuk
kelangsungan proses pembelajaran tersebut.
12
2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar seorang
siswa digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Menurut Ahmadi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar adalah:13
a. Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal meliputi: faktor jasmaniah (fisiologi) baik
yang bersifat bawaan maupun yang diperoleh, misalnya penglihatan,
pendengaran, struktur tubuh dan sebagainya. Faktor psikologis yang terdiri
atas faktor intelektif misalnya kecerdasan dan bakat, serta faktor
non-intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan,
minat, kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri. Faktor
kematangan fisik maupun psikis.
b. Faktor eksternal adalah faktor dari luar individu. Kedua faktor tersebut mempunyai arti yang sangat penting dalam rangka membantu siswa dalam
mencapai hasil belajar yang sebaik-baiknya. Dan yang tergolong dalam
faktor eksternal adalah: faktor sosial yang terdiri atas lingkungan keluarga,
lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan lingkungan kelompok.
Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan
kesenian. Faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar,
dan iklim. Faktor lingkungan spiritual atau keamanan.
13
3. Ranah-Ranah Pembelajaran
Menurut Bloom, bentuk perilaku sebagai tujuan yang harus dirumuskan
dapat digolongkan ke dalam tiga klasifikasi atau tiga domain (bidang),
yaitu:14
a. Domain kognitif
Domain kognitif adalah tujuan pendidikan yang berhubungan dengan
kemampuan intelektual dan kemampuan memecahkan masalah. Domain
kognitif menurut Bloom terdiri dari enam tingkatan, yaitu:
1) Mengingat (Remember)
Mengingat (Remember) adalah kemampuan memunculkan kembali apa yang sudah diketahui dan tersimpan dalam ingatan jangka panjang.
2) Memahami (Understand)
Memahami (Understand) adalah kemampuan untuk menegaskan pengertian atau makna bahan-bahan yang sudah cukup diajarkan,
mencakup komunikasi lisan, tertulis, maupun gambar.
3) Menerapkan (Apply)
Menerapkan (Apply) adalah kemampuan untuk melakukan sesuatu, atau menggunakan suatu prosedur dalam situasi tertentu.
14
4) Analisis (Analyze)
Analisis (Analyze) adalah kemampuan menguraikan sesuatu ke dalam bagian-bagian atau unsur-unsur tersebut satu sama lain saling
terkait, dan bagaimana kaitan unsur-unsur tersebut satu sama lain saling
terikat, dan bagaimana aitan unsur-unsur tersebut kepada keseluruhan
struktur atau tujuan sesuatu itu.
5) Evaluasi (Evaluate)
Evaluasi (Evaluate) adalah kemampuan untuk menetapkan derajat sesuatu berdasarkan kriteria atau patokan tertentu.
6) Mencipta (Create)
Mencipta (Create) adalah tujuan yang paling tinggi dalam domain kognitif. Tujuan ini berkenaan dengan kemampuan memadukan
unsur-unsur menjadi sesuatu bentuk utuh yang koheren dan baru, atau
membuat sesuatu yang orisinil.
Penguasaan kognitif diukur dengan menggunakan tes lisan dikelas
atau berupa tes tulis. Ranah kognitif juga dapat diukur dengan
b. Domain afektif
Domain afektif berkenaan dengan sikap, nilai-nilai, dan apresiasi.
Domain ini merupakan bidang tujuan pendidikan kelanjutan dari domain
kognitif. Domain afektif memiliki tngkatan, yaitu:15
1) Penerimaan
Penerimaan adalah sikap kesadaran atau kepekaan seseorang terhadap
gejala, kondisi, keadaan atau suatu masalah. Seseorang memiliki perhatian
yang positif terhadap gejala-gejala tertentu manakala mereka memiliki
kesadaran tentang gejala, kondisi atau objek yang ada.
2) Merespons
Merespons atau menanggapi ditunjukkan oleh kemauan untuk
menyelesaikan tugas tepat waktu, kemauan untuk mengikuti diskusi,
kemauan untuk membantu orang lain dan sebagainya.
3) Menghargai
Tujuan ini berkenaan dengan kemauan untuk memberi penilaian atau
kepercayaan kepada gejala atau objek tertentu.
4) Mengorganisasi
Tujuan yang berkenaan dengan organisasi ini berkenaan
pengembangan nilai ke dalam sistem organisasi tertentu, termasuk
hubungan antar nilai dan tingkat prioritas nilai-nilai itu.
15
5) Karakteristik Nilai
Tujuan ini adalah mengadakan sintesis dan internalisasi sistem nilai
dengan pengkajian secara mendalam, sehingga nilai-nilai yang
dibangunnya itu dijadikan pandangan (falsafah) hidup serta dijadikan
pedoman bertindak dan berperilaku.
Ada beberapa skala yang digunakan untuk mengukur sikap:
1) Skala likert
Skala ini disusun dalam bentuk suatu pernyataan dan diikuti oleh 5
respon yang menunjukkan tingkatan, misal :
SS : sangat setuju
S : setuju
TB : tidak berpendapat
TS : tidak setuju
STS : sangat tidak setuju
2) Skala Pilihan Ganda
Bentuknya seperti soal bentuk pilihan ganda.
3) Skala Thursione
Merupakan skala mirip skala buatan likert, karena merupakan suatu
4) Skala Guttmctu
Berupa tiga atau empat buah pernyataan yang masing-masing harus di
jawab “ya”atau “tidak”
5) Smantic Differential
Mengukur konsep-konsep untuk tiga dimensi yaitu baik – tidak baik,
kuat- lemah dan cepat-lambat atau aktif-pasif.
6) Pengukuran Minat
c. Domain Psikomotor
Domain psikomotor adalah tujuan yang berhubungan dengan
kemampuan keterampilan atau skill seseorang. Ada tujuh tungkatan yang termasuk dalam domain ini:16
1) Persepsi (perception)
Persepsi merupakan kemampuan seseorang dalam memandang
sesuatu yang dapat dipermasalahkan.
2) Kesiapan (set)
Kesiapan merupakan berhubungan dengan kesediaan seseorang untuk
melatih diri tentang keterampilan tertentu yang direfleksikan dengan
prilaku-prilaku khusus.
16
3) Meniru (imitation)
Meniru adalah kemampuan seseorang dalam mempraktikkan
gerakan-gerakan sesuai dengan contoh yang diamatinya.
4) Membiasakan (Habitual)
Membiasakan merupakan kemampuan seseorang untuk
mempraktikkan gerakan-gerakan tertentu tanpa harus melihat contoh.
5) Menyesuaikan (Adaptation)
Menyesuaiakan merupakan kemampuan beradaptasi gerakan atau
kemampuan itu sudah disesuaikan dengan keadaan situasi dan kondisi
yang sudah ada.
6) Menciptakan (Organization)
Menciptakan merupakan kemampuan seseorang untuk berkreasi dan
mencipta sendiri suatu karya.
Tes untuk mengukur aspek psikomotorik adalah tes yang dilakukan
untuk mengukur penampilan atau perbuatan atau kinerja (performance) yang telah dikuasai siswa. Contoh tes penampilan atau kinerja diantaranya yaitu: a)
B. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) Materi Gerak Benda 1. Teori Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan
sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan
pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan
kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah
proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.17
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan
kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang
dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan
membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat
diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar.
Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah
dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai
target belajar.
Sedangkan Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran di SD
yang dimaksudkan agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep
yang terorganisasi tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman
melalui serangkaian proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan
17
penyajian gagasan-gagasan.IPA adalah pengetahuan khusus yaitu dengan
melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori dan
demikian seterusnya kait mengkait antara cara yang satu dengan cara yang
lain.18
Menurut Nash, IPA adalah Suatu cara atau metode untuk mengamati alam
yang bersifat analisi, lengkap cermat serta menghubungkan antara fenomena
lain sehingga keseluruhannya membentuk suatu perspektif yang baru tentang
objek yang di amati.19
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya pengusaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.20
Secara rinci hakikat IPA menurut Bridgman adalah sebagai berikut:
1. Kualitas, pada dasarnya konsep-konsep IPA selalu dapat dinyatakan
dalam bentuk angka-angka.
2. Observasi dan Eksperimen, merupakan salah satu cara untuk dapat
memahami konsep-konsep IPA secara tepat dan dapat diuji kebenarannya.
18
Abdullah Ali, Ilmu Alamiah Dasar, (Jakarta:PT Bumi Aksara,2013), 18.
19
Usman Samatowo, Bagaimana Membelajarkan IPA di SD, (Jakarta: Depdiknas Dirjen Dikti Direktorat Ketenagaan, 2006),l.2.
20
3. Ramalan (prediksi), merupakan salah satu asumsi penting dalam IPA
bahwa misteri alam raya ini dapat dipahami dan memiliki keteraturan.
Dengan asumsi tersebut lewat pengukuran yang teliti maka berbagai
peristiwa alam yang akan terjadi dapat diprediksikan secara tepat.
4. Progresif dan komunikatif, artinya IPA itu selalu berkembang ke
arah yang lebih sempurna dan penemuan-penemuan yang ada
merupakan kelanjutan dari penemuan sebelumnya.Proses;
tahapan-tahapan yang dilalui dan itu dilakukan dengan menggunakan metode
ilmiah dalam rangkan menemukan suatu kebenaran.
5. Universalitas, kebenaran yang ditemukan senantiasa berlaku secara
umum. Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat IPA
merupakan bagian dari IPA, dimana konsep-konsepnya diperoleh melalui
suatu proses dengan menggunakan metode ilmiah dan diawali dengan
sikap ilmiah kemudian diperoleh hasil (produk).
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan pembelajaran
IPA adalah ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam
dengan melakukan observasi, eksperimentasi, penyimpulan, penyusunan teori
agar siswa mempunyai pengetahuan, gagasan dan konsep yang terorganisasi
tentang alam sekitar, yang diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian
proses ilmiah antara lain penyelidikan, penyusunan dan penyajian
Adapun yang dimaksud dengan pembelajaran IPA yang baik adalah
harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Dalam
pembelajaran IPA, siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan,
membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu siswa tentang
segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan yang
diperluakan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA jadi
sangat diperlukan untuk dipelajari. Penggunaan media dan model
pembelajaran yang cocok dalam pembelajaran IPA akan memperbanyak
pengalaman belajar siswa, membuat siswa menjadi tidak bosan, dan
memberikan pengalaman belajar yang menarik bagi siswa.21
Pembelajaran IPA di sekolah dasar perlu didasarkan pada pengalaman
untuk membantu siswa belajar IPA, mendeskripsikan dan menjelaskan hasil
kerja dan prosedurnya. Pembelajaran IPA di sekolah juga dapat dilakukan di
luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar.
21
2. Tujuan Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Di dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 telah ditetapkan, bahwa
mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:22
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
22
3. RuangLingkup
Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek
berikut:23
a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan,
dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan.
b. Benda /materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas.
c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,
cahaya, dan pesawat sederhana.
d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda
langit lainnya.
4. Prinsip Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SD/MI
Pembelajaran di SD akan efektif bila siswa aktif berpartisipasi dalam
proses pembelajaran. Oleh sebab itu guru SD perlu menerapkan
prinsip-prinsip pembelajaran di SD. Prinsip-prinsip-prinsip pembelajaran di SD menurut
Depdiknas adalah Prinsip motivasi, prinsip latar, prinsip menemukan, prinsip
belajar melakukan (learning to doing), prinsip belajar sambil bermain, prinsip
hubungan sosial. Prinsip pembelajaran di atas dapat di uraikan sebagai
berikut :24
23
Ibid. 485
24
a. Prinsip motivasi, merupakan daya dorong seseorang untuk melakukan
sesuatu. Jadi motivasi siswa perlu di tumbuhkan, guru harus berperan
sebagai motivator sehingga muncul rasa ingin tahu siswa terhadap
pembelajaran.
b. Prinsip latar, pada hakikatnya siswa telah memiliki pengetahuan awal.
Oleh karena itu dalam pembelajaran sebaiknya guru perlu menggali
pengetahuan, keterampilan, pengalaman apa yang telah di miliki siswa
sehingga kegiatan pembelajaran tidak berawal dari kekosongan terhadap
materi.
c. Prinsip menemukan, pada dasarnya siswa sudah memiliki rasa ingin tahu
yang besar sehingga berpotensi untuk mencari tahu guna menemukan
sesuatu.
d. Prinsip belajar sambil melakukan, pengalaman yang di peroleh melalui
bekerja merupakan hasil belajar yang tidak mudah di lupakan. Oleh karena
itu dalam proses pembelajaran hendaknya siswa di arahkan untuk
berkegiatan.
e. Prinsip belajar sambil bermain, bermain merupakan kegiatan yang di sukai
pada usia SD, dengan bermaian akan menciptakan suasana yang
menyenangkan sehingga akan mendorong siswa untuk melibatkan diri
perlu diciptakan suasana yang menyenangkan melalui kegiatan bermain
sehingga memunculkan kekreatifan siswa.
Prinsip hubungan sosial, dalam beberapa hal kegiatan belajar akan
lebih berhasil jika di kerjakan secara berkelompok. Dengan kegiatan
berkelompok siswa tahu kelebihan dan kekurangannya sehingga tumbuh
kesadaran perlunya interaksi dan kerjasama dengan orang lain.
5. Materi Gerak Benda
Ilmu Pengetahuan Alam materi gerak benda terdiri dari beberapa sub
materi antara lain, pengertian gerak benda, macam-macam gerak benda dan
hal-hal yang mempengaruhi gerak benda. Adapun Standar Kompetensi (SK)
dan Kompetensi Dasarnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.1
SK dan KD Mata Pelajaran IPA Kelas III Semster 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
4. Memahami berbagai cara gerak
benda, hubungannya dengan energi
dan sumber energi.
4.1 Menyimpulkan hasil pengamatan
bahwa gerak benda dipengaruhi oleh
bentuk dan ukuran.
4.2Mendeskripsikan hasil pengamatan
tentang pengaruh energi panas, gerak,
getaran dalam kehidupan sehari-hari.
4.3 Mengidentifikasi sumber energi
a. Pengertian Gerak Benda
Gerak merupakan salah satu ciri makhluk hidup. Sedangkan gerak
benda sendiri adalah perpindahan tempat atau kedudukan suatu benda dari
tempat yang satu ke tempat lainnya. Benda tak hidup pun dapat bergerak
jika ada yang menggerakkannya. Contohnya, anak berlari, burung terbang,
katak melompat, bola menggelinding karena ditendang, air mengalir dari
tempat tinggi ke tempat yang lebih rendah, dan sebagainya. Mengapa benda
dapat bergerak? Benda dapat bergerak karena ada tenaga yang
menggerakkannya.25
b. Macam-macam Gerak Benda
Gerak benda dapat terjadi dengan berbagai cara. Ada yang bergerak
dengan berlari, ada yang bergerak dengan berjalan, ada yang bergerak
dengan terbang, ada yang bergerak di atas air, ada yang bergerak cepat, ada
yang bergerak lambat, dan sebagainya. Benda yang dapat bergerak cepat,
antara lain, sepeda motor, mobil, dan pesawat terbang. Benda yang bergerak
lambat, antara lain, jarum jam, daun rontok, dan siput berjalan.
Berikut akan kita pelajari bermacam-macam gerak pada benda, antara
lain, jatuh, mengalir, me-mantul, menggelinding, berputar, dan tenggelam.
25
a) Jatuh
Mengapa benda dikatakan jatuh? Pernahkahkamu jatuh?
Bagaimana arah geraknya? Apa yangmenyebabkannya?benda
dikatakan jatuh apabila kedudukannya atau letaknyaberubah dari atas
ke bawah. Mula-mula pensil berada di atas mejakemudian jatuh ke
bawah meja karena ada tenaga yang menggerakkannya.
b) Mengalir
Tahukah kamu dari mana asalnya air sungai?Air sungai berasal
dari mata air di pegunungan,atau berasal dari air hujan. Air sungai
kemudianmengalir ke laut yang letaknya lebih rendah.
Adanyaperbedaan ketinggian antara pegunungan atau sungai dengan
laut menyebabkan air dapatmengalir. Jadi, air mengalir dari
tempattinggi ke tempat lebih rendah.
c) Memantul
Pernahkah kamu melemparkan bola ke arahdinding? Bagaimana
arah bola yang mengenaidinding tersebut? Setelah bola membentur
dinding,bola akan kembali kepadamu, bukan? Gerakanitulah yang
disebut memantul.
Gerakan memantul pada benda ternyata menimbulkan gagasan
pada manusia. Berdasarkangagasan tersebut, terbentuklah berbagai
yang telah terbentuk, antara lain, olahragabasket, olahraga voli,
permainan bola bekel, danolahraga tenis.
d) Menggelinding
Contoh benda yang bergerak dengan caramenggelinding, antara
lain, bola dan kelereng. Jikakamu menendang bola, maka bola akan
bergerakke arah tertentu. Gerak menggelinding menyebabkan
kedudukan benda berubah.
e) Berputar
Pernahkah kamu melihat kincir angin? Bagaimanakah
gerakannya? Pernahkah kamu menggunakan kipas angin saat udara di
dalam rumahmuterasa panas? Bagaimanakah gerakannya? Gerakan
pada kincir angin dan kipas angin tersebut dinamakan berputar. Coba
sebutkan contoh-contohgerak berputar yang lain!
Benda umumnya berputar pada porosnya. Benda yang berputar
cepat dapat menimbulkan energi yang besar. Misalnya, putaran yang
cepatpada turbin pembangkitlistrik dapat menghasilkan energi listrik.
Listrik tersebut digunakan untuk membantu aktivitas manusia
sehari-hari.
c. Hal-hal yang Mempengaruhi Gerak Benda
Bola yang menggelinding lama-kelamaan akan berhenti. Bola
Benda dapat bergerak cepat atau lambat. Cepat atau lambatnya gerakan
tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain, permukaan benda,
ukuran benda, danbentuk benda.26
6. Model-model Pembelajaran IPA
Model pembelajaran (Teaching Models) atau (Models of Teaching)
memiliki makna lebih luas dari metode, strategi/pendekatan dan prosedur.
Istilah model pembelajaran adalah pendekatan tertentu dalam pembelajaran
yang tercakup dalam tujuan, sintaks, lingkungan dan sistem manajemen. Ada
beberapa model pembelajaran yang sering digunakan dalam proses
pembelajaran IPA diantaranya yaitu, Model pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL), model pembelajaran konstruktivisme, model pembelajaran terpadu, model pembelajaran interaktif, model pembelajaran
berbasis masalah, dan model pembelajaran Quantum.27Dari beberapa model
pembelajaran IPA di atas, yang digunakan peneliti dalam meningkatkan
hasil belajar IPA adalah adalah model Quantum Teaching Teknik TANDUR yang bisa membuat siswa aktif partisipatif dalam proses pembelajaran.
26
Ibid, 112.
27
C. ModelQuantum TeachingTeknik TANDUR 1. Pengertian Model Quantum Teaching
Modelpembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial.28 Sedangkan Quantum Teaching pada awalnya adalah eksperimen Dr. Georgi Lazanov dari Bulgaria tentang Suggestology
yaitu kekuatan sugesti yang dapat dan pasti mempengaruhi hasil belajar.
Kemudian Bobbi de Porter yang merupakan murid dari Dr. Georgi Lazanov
mencoba mengembangkan kembali eksperimen gurunya menjadi Quantum Learning yang merupakan hasil adopsi dari beberapa teori, seperti sugesti, teori otak kanan dan otak kiri, teori otak triune, pilihan modalitas (visual,
auditorial dan kinestetik), dan pendidikan holistik.
Melalui lembanga yang dibangun oleh Bobbi de Porter, yakni
Learning Forum, sebuah perusahaan pendidikan internasional yang bermarkas di Amerika Serikat, Bobbi de Porter mengembangkan Quantum Learning menjadi Quantum Teaching, yaitu model belajar yang menciptakan lingkungan belajar yang efektif, dengan cara menggunakan unsur yang ada
pada siswa dan lingkungan belajarnya melalui interaksi yang terjadi di dalam
kelas.
28
Quantum Teaching sengaja diciptakan berdasarkan teori-teori pendidikan seperti Accelerated Learning (Lozanov), Multiple Intelegences
(Gardner), Neuro-Linguistic Programming (Ginder dan Bandler),
Eksperiental Learning (Hahn), Socratic Inquiry, Cooperative Learning
(Johnson dan Johnson), dan Elements of Effective Instruction (Hunter).29
Quantum Teaching adalah penggubahan bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen belajar. Interaksi-interaksi ini
mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan
siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa
menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan bagi orang
lain.30
Dalam Quantum Teaching, yang dipentingkan adalah pemercepatan belajar, fasilitasi, dan konteks dengan prinsip segalanya berbicara, segalanya
bertujuan, pengalaman sebelum menemukan, akui setiap usaha pembelajar,
dan jika layak dipelajari berarti layak untuk dirayakan.31Quantum Teaching
mengutamakan konteks dan isi. Konteks berisi tentang: 1) suasana yang
memberdayakan, 2) landasan yang kukuh, 3) lingkungan yang mendukung,
rancangan belajar yang dinamis. Kemudian isi terdiri atas: 1) penyajian yang
29
Ahmad MunjinNasihdanLilikNurKholidah, MetodedanTeknikPembelajaranPendidikan Agama Islam, (Malang: PT RefikaAditama, 2009), 117.
30
Bobbi De Porter, Quantum Teaching, (Bandung: Mizan Media Utama, 2005), 5.
31
prima, 2) fasilitas yang luwes, 3) keterampilan belajar untuk belajar, dan
keterampilan hidup.32
Quantum Teaching bersandar pada konsep: Bawalah Dunia Mereka ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka. Maksudnya adalah mengingatkan kita pada pentingnya memasuki dunia murid sebagai
langkah pertama dalam proses pembelajaran.33
2. Prinsip Quantum Teaching
Ada lima prinsip utama dalam medelQuantum Teaching yaitu: 1) segalanya berbicara, 2) segalanya bertujuan, 3) pengalaman sebelum
pemberian nama, 4) akui setiap usaha, dan 5) jika layak dipelajari, layak pula
dirayakan.34Berikut adalah tabel prinsip utama dalam modelQuantum Teaching:
Tabel 2.2.
No. Prinsip Keterangan
1. Segalanya Berbicara Segalanya dari lingkungan kelas
hingga bahasa tubuh, kertas yang
dibagikan hingga rancangan pelajaran,
dan bahan pelajaran lainnya.
Semuanya menyampaikan pesan
32 Ibid, 9.
33 Ibid, 4.
34
tentang belajar.
2. segalanya bertujuan Semua aktivitas yang dilakukan oleh
guru hendaknya tidak lepas dari
tujuan tertentu. Guru boleh
menyampaikan tujuan yang
diinginkan kepada siswa atau tidak
menyampaikan tergantung situasi dan
kondisi.
3. pengalaman sebelum
pemberian nama
Siswa dianjurkan untuk mencari
sebanyak mungkin informasi seputar
materi yang akan diajarkan di kelas.
4. akui setiap usaha Guru tidak segan-segan mengakui
berbagai usaha yang dilakukan oleh
siswa, sekecil apapun usaha itu.
5. jika layak dipelajari,
layak pula dirayakan
Guru harus memberi pujian pada
siswa yang terlibat aktifpada pelajaran
dan menunjukkan prestasi. Misalnya
saja dengan memberi tepuk tangan,
memberi hadiah permen, berkata:
bagus! Baik!wow!
3. Langkah-Langkah Penerapan Model Quantum TeachingTeknik TANDURDalamPembelajaran
memiliki kemampuan berkomunikasi, mampu mempresentasikan sesuatu
secara efektif, dan memiliki sifat positif untuk dirinya dan siswanya.
Pembelajaran Quantum teaching menawarkan situasi belajar yang aman, nyaman, menarik, dan menyenangkan, sebagai situasi yang harus
diciptakan dalam mencapai hasil belajar yang diinginkan.Langkah-langkah
dalam penerapan pembelajaran Quantum teaching yang digunakan adalah teknik TANDUR, yakni:
a. T: Tumbuhkan
Tumbuhkan minat siswa dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya
Bagiku”, dan manfaatkan kehidupan siswa.
b. A: Alami
Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat di mengerti
semua siswa. Artinya, bagaimana guru bisa menghadirkan suasana
alamiah yang tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain.
c. N: Namai
Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, atau strategi terlebih dahulu
terhadap sesuatu yang akan di berikan terhadap siswa. Guru sedapat
miungkin memberikan pengantar terhadap materi yang hendak di
sampaikan. Hal ini dimaksudkan agar ada informasi pendahuluan yang
d. D: Demonstrasikan
Sediakan kesempatan bagi siswa untuk”menunjukan bahwa mereka
tahu”. Dalam kondisi ini para guru harus tanggap dan memberikan
kesempatan pada mereka untuk tunjuk kerja dan memberikan motivasi
agar berani menunjukan karya mereka pada orang lain.
e. U: Ulangi
Tunjukkan kepada siswa bagaimana cara mengulang materi secara
efektif. Pengulangan materi dalam suatu pelajaran akan sangat membantu
siswa mengingat materi yang di saampaikan guru dengan mudah.
f. R: Rayakan
Keberhasilan dan prestasi yang di raih siswa sekecil apapun di beri
apresiasi oleh guru. Bagi siswa perayakan akan mendorong mereka
memperkuat rasa tanggung jawab. Perayakan akan mengajarkan kepada
mereka mengenai motivasi hakiki tanpa insentif. Hal ini untuk
menumbuhkan rasa senang pada diri siswa yang pada gilirannya akan
melahirkan kepercayaan diri untuk berprestasi lebih baik lagi.
4. Kelebihan dan Kekurangan ModelQuantum Teaching Teknik TANDUR a. Kelebihan Model Quantum Teaching Teknik TANDUR
1) Dapat membimbing peserta didik kearah berfikiryang sama dalam
2) Karena Quantum Teaching lebih melibatkan siswa, maka saat proses pembelajaran perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang
dianggap penting oleh guru, sehingga hal yang penting itu dapat
diamati secara teliti.
3) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan
keterangan-keterangan yang banyak.
4) Proses pembelajaran menjadi lebih nyaman dan menyenangkan.
5) Siswa dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori
dengan kenyataan, dan dapat mencoba melakukannya sendiri.
6) Karena model pembelajaran Quantum Teaching membutuhkan kreativitas dari seorang guru untuk merangsang keinginan bawaan
siswa untuk belajar, maka secara tidak langsung guru terbiasa untuk
berfikir kreatif setiap harinya.
7) Pelajaran yang diberikan oleh guru mudah diterima atau dimengerti
oleh siswa.
b. Kekurangan ModelQuantum Teaching Teknik TANDUR
1) Model ini memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang
disamping memerlukan waktu yang cukup panjang, yang mungkin
terpaksa mengambil waktu atau jam pelajaran lain.
2) Fasilitas seperti peralatan, tempat dan biaya yang memadai tidak
3) Karena dalam model ini ada perayaan untuk menghormati usaha
seorang siswa baik berupa tepuk tangan, jentikan jari, nyanyian
dan lain-lain. Maka dapat mengganggu kelas lain.
4) Banyak memakan waktu dalam hal persiapan.
5) Model ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena
tanpa ditunjang hal itu, proses pembelajaran tidak akan efektif.
6) Agar belajar dengan model pembelajaran ini mendapatkan hal
yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran. Namun
kadang-kadang ketelitian dan kesabaran itu diabaikan. Sehingga apa yang
diharapkan tidak tercapai sebagaimana mestinya.
D. Penelitian Terdahulu
Adapun beberapa penelitian yang relevan menunjukkan hasil bahwa
penggunaan model Quantum Teaching Teknik TANDUR dapat meningkatkan hasil, dan minat belajar siswa. Peneliti tersebut antara lain:
1. Penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan oleh Evy Rosalina Susanti di
MI Islamiyah Kebonsari Kota Malang pada mata pelajaran IPS kelas V.
Peneliti ini mengangkat judul “Penerapan model quantum teaching untuk
model Quantum Teaching pada pembelajaran IPS telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa kelas V MI Islamiyah Kebonsari. Hal ini dilihat dari
perolehan hasil belajar siswa terus meningkat mulai dari rata-rata sebelumnya
(65,15) mengalami peningkatan pada siklus I dengan rata-rata kelas sebesar
(70,90) dan prosentase ketuntasan belajar kelasnya yaitu (68,75) meningkat
pada siklus II dengan rata-rata kelasnya sebesar (80,56) dan prosentase
ketuntasan belajar kelasnya sebesar (81,25%).35
2. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh Erni Ismiatun di SMPN
2 Pandak Bantul mata PAI kelas VII. Peneliti ini mengangkat judul
“Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan
Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIID di SMPN 2 Pandak Bantul”.Hasil penelitian menunjukkan Penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan minat belajar PAI siswa kelas VII di SMPN 2 Pandak
Bantul. Dengan diterapkannya model pembelajaran Quantum Teaching minat siswa meningkat dan termasuk dalam kategori baik. Hal ini juga
ditunjukkan dengan adanya peningkatan tiap aspek, Aspek adanya
perhatian dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran mengalami
peningkatan dengan prosentase pada siklus I sebesar 79,55% siklus II sebesar
82,79% dan pada siklus III sebesar 85,47%. Aspek rasa senang siswa
35
terhadap Guru dan Materi, prosentasenya pada siklus I sebesar 71,47%
siklus II 76,47% , dan pada siklus III sebesar 80,59%.36
3. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilakukan oleh Rustanti Ningsih di
SDN SDN Anjasmoro Semarang pada mata pelajaran IPA Kelas V. Peneliti ini
mengangkat judul “Meningkatkan Hasil Belajar IPS Melalui Kolaborasi Model Quantum Teaching dan Snowball Throwing”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui model pembelajaran Quantum Teaching dan
Snowball Throwing terbukti dapat meningkatkan hasil belajar IPS pada siswa kelas V SD Anjasmoro Semarang. Hal tersebut ditandai dari ketercapaian
indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas dan adanya peningkatan
rata-rata hasil IPS dari siklus I sebesar 68,11, siklus II sebesar 75,95, dan pada
siklus III sebesar 88,79. Sedangkan untuk pencapaian ketuntasan belajar
individual, siklus I sebesar 54 %, siklus II sebesar 64, dan siklus III sebesar 89
%. Aktivitas siswa dalam mengikuti pembelajaran juga terlihat semakin
meningkat dari rata-rata sedang menjadi baik bahkan baik sekali. Demikian
juga aktivitas guru semakin meningkat yakni mampu mengelola proses
pembelajaran IPS lebih aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan.37
36
Erni Ismiatun, Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching Untuk Meningkatkan Minat Belajar PAI Siswa Kelas VIID SMPN 2 Pandak,19 November 2010, Jurnal online di : http://pdf.uinsuka.ac.id/1858/.
37
44
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Penelitian tindakan adalah cara suatu kelompok
dalam mengorganisasikan suatu kondisi, dimana mereka dapat mempelajari
pengalaman mereka, dan membuat pengalaman mereka diakses oleh orang
lain. Penelitian tindakan mempunyai beberapa karakteristik antara lain,
problem yang dipecahkan merupakan persoalan praktis yang dihadapi
peneliti dalam kehidupan profesi sehari-hari, peneliti dimungkinkan untuk
memberikan perlakuan atau treatment yang berupa tindakan terencana untuk memecahkan permasalahan, sekaligus meningkatkan kualitas yang dapat
dirasakan implikasinya oleh obyek yang diteliti.38
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan untuk melakukan
penelitian pembelajaran di kelas dalam rangka perbaikan mutu pembelajaran.
Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lapangan dalam kegiatan
pembelajaran bersama guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung,
yakni menggunakan bentuk kolaboratif, yang mana guru merupakan mitra
38
kerja peneliti. Adapun unsur-unsur yang dapat dijadikan sasaran/objek PTK
tersebut adalah: (1) guru, (2) siswa, (3) materi pembelajaran, (4) peralatan
atau sarana pendidikan, (5) hasil pembelajaran, (6) lingkungan dan (7)
pengelolaan.
Menurut Suharsimi Arikunto menjelaskan PTK dengan memisahkan
kata-kata dari penelitian – tindakan – kelas:39
1. Penelitian adalah menunjukkan pada kegiatan mencermati suatu objek,
dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal yang diminati.
2. Tindakan menunjukkan pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian siklus
kegiatan untuk peserta didik.
3. Kelas adalah dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas,
tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yakni sekelompok peserta
didik dalam waktu sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang
sama pula.
Dalam pelaksanaannya, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini
menggunakan model Kurt Lewin, yang menyatakan bahwa satu siklus terdiri
dari empat langkah pokok yaitu: 40
39
a. Perencanaan (planning)
b. Aksi atau tindakan (acting)
c. Observasi (observing)
d. Refleksi (reflecting).
Bagan prosedur PTK model Kurt Lewin adalah sebagai berikut:
Gambar 3.1 Desain PTK Model Kurt Lewin41
Model yang dikemukakan oleh Kurt Lewin pada hakikatnya berupa
perangkat-perangkat atau untaian-untaian dengan satu perangkat yang terdiri
dari empat komponen, yaitu perencanaan, aksi atau tindakan, observasi dan
refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai
satu siklus.
40
Mohammad Asrori, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung:CV Wacana Prima, 2007), 158.
41
Alasan memilih menggunakan model PTK Kurt Lewin dari pada
model PTK lainnya adalah karena model PTK Kurt Lewin ini mudah
pelaksanaannya dan juga sangat simple dibandingkan dengan model PTK
yang lainnya. Tujuan menggunakan model ini yaitu apabila pada awal
pelaksanaan tindakan ditemukan adanya kekurangan, maka perencanaan dan
pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus
berikutnya sampai target yang diinginkan tercapai.
B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subjek Penelitian 1. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di kelas III MI Hasyim Asy’ari
Jambangan Candi Sidoarjo pada mata pelajaran IPA.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari – Maret 2015.
Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik MI
Hasyim Asy’ari Sidoarjo, karena PTK memerlukan beberapa siklus
yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif di kelas.
Adapun jadwal penelitian secara rinci telah tertulis dan dapat dilihat
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari
Sidoarjo tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa dalam satu
kelas 32 siswa, yaitu 13 siswa laki-laki dan 19 siswi perempuan. Secara
terperinci dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.1
Jumlah Siswa Kelas III MI Hasyim Asy’ari Jambangan Candi Sidoarjo
No Jenis Kelamin Jumlah siswa
1. Siswa laki – laki 13 orang
2. Siswi perempuan 19 orang
Jumlah keseluruhan 32 orang
C. Variabel yang Diteliti
Variabel yang menjadi sasaran dalam PTK ini adalah meningkatkan
hasil belajar dengan menerapkan model Quantum Teaching Teknik TANDUR pada mata pelajaran IPA kelas III tentang gerak benda.
Disamping variabel tersebut masih ada beberapa variabel yang lain yaitu :
1. Variabel input : Siswa kelas III MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo
2. Variabel Proses : Penerapanmodel Quantum Teaching Teknik TANDUR
3. Variabel output : Hasil belajar siswa materi gerak benda pada mata
D. Rencana Tindakan
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas, yang
dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian yang berdasarkan pada
prinsip Model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa kegiatannya berlangsung
secara berulang dalam bentuk siklus. Dalam satu siklus terdiri atas empat
tahapan, yaitu:
Adapun model dan penjelasan untuk masing-masing tahap adalah
sebagai berikut:
a. Menyusun perencanaan (Planning)
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan adalah :
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
2) Mempersiapkan fasilitas dari sarana pendukung yang diperlukan di
kelas
3) Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan
b. Melaksanakan tindakan (acting)
Pada tahap ini merupakan tahap pelaksanaan tindakan yang telah
dirumuskan pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup.
c. Melaksanakan pengamatan (observing)
1) Mengamati aktivitas guru dalam menerapkan model Quantum Teaching Teknik TANDUR.
2) Mengamati aktivitas siswa dalam menerapkan model Quantum Teaching Teknik TANDUR.
d. Melakukan Refleksi
Pada tahap ini, yang harus dilakukan yaitu :
1) Menganalisis hasil observasi
2) Menganalisis hasil wawancara
3) Menganalisis hasil belajar
4) Mencatat kelemahan-kelemahan dan kelebihan-kelebihan untuk
dijadikan bahan penyusunan rancangan siklus berikutnya, sampai
tujuan PTK dapat tercapai.42
Apabila dalam hal ini masih kurang, maka akan dilanjutkan pada
siklus berikutnya dengan tahapan-tahapan yang sama.
E. Data dan Cara Pengumpulan 1. Data
Data adalah segala sesuatu yang diperoleh dari lapangan untuk
dijadikan bahan sebuah penelitian. Berdasarkan jenis penelitiannya, proses
42
pengambilan data terbagi atas dua klasifikasi besar, yaitu data kuantitatif
dan data kualitatif.
a. Data Kuantitatif
Yaitu data yangberwujudangka-angka. Data
kuantitatifdalampenelitian inibiasdidapatkandari data jumlahsiswa,
nilaiteshasilbelajarsiswa, sertaprosentasedari instrument aktivitas guru
danaktivitassiswa
b. Data Kualitatif
Yaitudata yang berhubungandengankategorisasi,
karakteristikberwujudpertanyaanatauberupa
kata-kata.Adapunyangtermasukdalam data
kualitatifpadapenelitianiniadalah data yang
didapatpenelitidarihasilwawancaradengan guru matapelajaranIPA,
data aktivitas guru danjugaaktivitassiswa.
2. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini diupayakan agar bisa
mendapatkan data yang benar-benar valid, maka peneliti melakukan
a. Observasi
Merupakan tindakan atau proses pengambilan informasi, atau
data melalui media pengamatan.43Pada penelitian ini, peneliti
menggunakan teknik observasi sistematis dalam mengamati proses
pembelajaran siswa pada materi Gerak Benda.
Observasi dalam penelitian ini dipergunakan untuk
mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan aktivitas guru dalam
proses belajar mengajardan penerapan model Quantum Teaching
teknik TANDURpada mata pelajaran IPA materi gerak benda kelas III
MI Hasyim Asy’ari Sidoarjo yang dilaksanakan guru dan peneliti.
Lembar pengamatan ini diiisi ketika proses KBM berlangsung.
Hal-hal yang diamati dalam observasi guru dan siswa meliputi:
43
Tabel 3.2
Lembar Observasi Aktivitas Guru Dalam Menerapkan Model Quantum Teaching Teknik TANDUR Pada Mapel IPA
No.
Aspek yang Diamati
Nilai
1
2
3
4
I Persipan
Persiapan fisik guru dalam mengajar
Persiapan perangkat pembelajaran yaitu RPP
Persiapan media pembelajaran
II Pelaksanaan Kegiatan awal
Guru membuka pelajaran
Mengucap salam
Membaca doa
Mengabsen siswa
Guru memberikan ice breaking “tepuk anggota badan” pada peserta didik
Guru melakukan apersepsi dengan bertanya materi
sebelumnya dan mengaitkannya pada pembelajaran
yang akan diajarkan
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan inti
Guru menyajikan alat/media yang mendukung
dengan materi gerak benda.
menumbuhkan minat siswa.
Guru memperlihatkan sebuah video tentang konsep
awal materi gerak benda dan memberikan
pertanyaan terkait video.
Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok
secara heterogen dan membagikan LK pada setiap
kelompok.
Guru menginstrusikan siswa berdiskusi untuk
menjawab pertanyaan yang ada di LK.
Guru memanggil perwakilan kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi.
Guru memberikan reward pada kelompok terbaik dengan stik bintang.
Guru memperkenankan masing-masing kelompok
memberikan tanggapan dan bertanya pada
kelompok yang presentasi
Guru memberikan evaluasi atau penilaian terhadap
kegiatan yang sudah dilaksanakan.
Guru memberikan soal test pada peserta didik materi gerak benda.
Kegiatan akhir
Guru menyimpulkan hasil pembelajaran
Guru menyampaikan materi yang akan diberikan
pada saat pertemuan berikutnya.
Guru menutup pelajaran dengan membaca do’a dan
mengakhiri dengan salam