• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III DASAR TEORI. 3.1 Air. Air merupakan kebutuhan manusia yang paling penting. Kadar air tubuh

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III DASAR TEORI. 3.1 Air. Air merupakan kebutuhan manusia yang paling penting. Kadar air tubuh"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

11 3.1 Air

Air merupakan kebutuhan manusia yang paling penting. Kadar air tubuh manusia mencapai 68% dan untuk tetap hidup kadar air dalam tubuh harus dipertahankan. Kebutuhan air minum setiap orang bervariasi mulai dari 2,1 liter hingga 2,8 liter perhari, tergantung pada berat badan dan aktivitasnya. Agar tetap sehat, air minum harus memenuhi persyaratan fisik, kimia maupun bakteriologis (Suriawiria, 2003).

Menurut Soemirat (2004), syarat air minum ialah harus aman diminum artinya bebas mikroba patogen dan zat berbahaya dan diterima dari segi warna, rasa, bau dan kekeruhannya. Masalah utama yang harus dihadapi dalam pengolahan air ialah semakin tingginya tingkat pencemaran air, baik pencemaran yang berasal dari air limbah rumah tangga maupun limbah industri, sehingga upaya-upaya baru terus dilakukan untuk mendapatkan sumber air, khususnya untuk pemenuhan akan air minum yang memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan. Dalam pengelolaannya, air minum isi ulang rentan terhadap kontaminasi dari berbagai mikroorganisme terutama bakteri koliform. Semakin tinggi tingkat kontaminasi bakteri koliform, semakin tinggi pula risiko kehadiran bakteri-bakteri patogen lain yang biasa hidup dalam kotoran manusia dan hewan.

Salah satu contoh bakteri patogen yang kemungkinan terdapat dalam air terkontaminasi kotoran manusia atau hewan berdarah panas ialah bakteri Escherichia coli, yaitu mikroba penyebab gejala diare, demam, kram perut, dan muntah-muntah (Entjang, 2003).

(2)

Pengadaan air bersih untuk kepentingan rumah tangga seperti untuk air minum, air mandi, dan sebagainya harus memenuhi persyaratan yang sudah ditentukan peraturan internasional (WHO dan APHA) ataupun peraturan nasional dan setempat. Dalam hal ini kualitas air bersih di Indonesia harus memenuhi persyaratan yang tertuang di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.173/Men.Kes/Per/VIII/77 dimana setiap komponen yang diperkenankan berada di dalamnya harus sesuai.

Air tawar bersih yang layak minum, kian langka di perkotaan. Sungai-sungai yang menjadi sumbernya sudah tercemar berbagai macam limbah, mulai dari buangan sampah organik, rumah tangga hingga limbah beracun dari industri. Air tanah sudah tidak aman dijadikan bahan air minum karena telah terkontaminasi rembesan dari tangki septik maupun air permukaan.

Berdasarkan Peraturan menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 736/ Menkes/Per/VI/2010 tentang Tata Laksana Pengawasan Kualitas Air Minum bahwa yang dimaksud air minum adalah air yang melalui proses pengolahan atau tanpa proses pengolahan yang memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung di minum.

Pemerintah Republik Indonesia telah menetapkan syarat-syarat kualitas air minum dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor. 907/MENKES/SK/VII/2002. Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum setelah dimasak. Air bersih didapat dari sumber mata air yaitu air tanah, sumur, air tanah dangkal, sumur artetis atau air tanah dalam. Air bersih ini termasuk golongan B yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum.

(3)

Persyaratan kualitas air minum yang dimaksud meliputi persyaratan fisik, kimiawi, bakteriologis dan radioaktif. Persyaratan fisik meliputi parameter warna, suhu, kekeruhan, rasa dan bau. Persyaratan kimia meliputi parameter bahan kimia organik, anorganik, pestisida, disinfektan dan hasil sampingannya. Sedangkan persyaratan bakteriologis meliputi Escherichia coli (E.coli) atau bakteri tinja dan total bakteri Koliform.

3.2 Metode Elektrokimia (Elektrolisis)

Elektrokimia adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan antara energi listrik dengan reaksi kimia. Proses elektrokimia adalah proses yang mengubah reaksi kimia menjadi energi listrik atau energi listrik menjadi reaksi kimia. Semua proses elektrokimia adalah reaksi redoks. Dalam reaksi redoks, elektron-elektron dipindahkan dari zat yang dioksidasi ke zat yang direduksi. Proses elektrokimia terjadi di dalam sel elektrokimia (Petrucci, 1999).

Teknik elektrokimia merupakan teknologi kimia yang paling inovatif. Teknik elektrolisis merupakan teknik dengan biaya yang rendah dan menghasilkan bahan dengan kemurnian tinggi. Teknik elektrokimia adalah teknik yang menggunakan elektroda sebagai katalis heterogen (Riyanto, 2013).

Reaksi pada elektroda berlangsung pada permukaan elektroda. Reaksi ini terjadi pada daerah antar muka antara elektroda dan elektrolit. Rangkaian listrik dalam sel elektrokimia terdiri atas dua bagian yaitu rangkaian luar dan rangkaian dalam. Pada rangkaian luar, elektron mengalir melalui penghantar logam dan pada rangkaian dalam muatan listrik diangkut oleh ion yang bergerak dalam larutan elektrolit. Sel elektrokimia ada dua macam yaitu sel galvani dan sel elektrolisis.

(4)

Elektrolisis merupakan suatu peristiwa dimana suatu larutan akan diuraikan menjadi ionionnya, yaitu ion positif (kation) dan ion negatif (anion), ketika arus listrik searah dialirkan ke dalam larutan elektrolit melalui elektroda. Pada peristiwa ini kation akan mengalami reduksi karena menangkap elektron, sedangkan anion akan mengalami oksidasi karena melepaskan elektron. Maka peristiwa reduksi terjadi di katoda dan oksidasi terjadi di anoda, dan kation akan menuju katoda sedangkan anion akan menuju anoda (Skoog, 1993). Berdasarkan penelitian yang pernah dilakukan faktor-faktor yang mempengaruhi proses elektrolisis yaitu kerapatan arus listrik, waktu, tegangan, kadar keasaman (pH), ketebalan plat dan jarak antar elektroda (Putero, 2008).

3.3. Bakteri Koliform dan Escherichia coli

Kelompok Koliform total termasuk bakteri bentuk batang, Gram-negatif, tidak membentuk-spora, aerobik dan anaerobik fakultatif yang memfermentasi laktosa dengan menghasilkan gas dalam 48 jam pada suhu 35oC (APHA, 1989). Kelompok ini termasuk Escherichia coli, Enterobacter, dan Citrobacter. Koliform tersebut dikeluarkan dalam jumlah yang besar (2 x 109 koliform per hari per kapita) dalam feses manusia dan hewan, tetapi tidak semua bakteri tersebut berasal dari kotoran hewan dan manusia. Indikator tersebut sering digunakan untuk menentukan kualitas air minum, kerang air, dan air untuk rekreasi. Mikroorganisme tersebut kurang sensitif terhadap disinfektan dan faktor lingkungan jika dibandingkan dengan virus atau kista protozoa. Beberapa anggota dari kelompok tersebut (contohnya, Klebsiella) terkadang tumbuh di bawah kondisi lingkungan dalam limbah industri dan pertanian. Pada efisiensi pelaksanaan sistem pengolahan air buangan, total koliform merupakan salah satu

(5)

indikator terbaik. Kelompok ini juga sering digunakan untuk menaksir keamanan air-limbah yang dimanfaatkan kembali (direklamasi) pada The Windhhoek

Reclamation Plant di Namibia (Grabow, 1990 dalam Bitton, 1994).

Bakteri E.coli jika masuk ke dalam saluran pencernaan dalam jumlah banyak dapat membahayakan kesehatan. Walaupun E. Coli merupakan bagian dari mikroba normal saluran pencernaan, tapi saat ini telah terbukti bahwa galurgalur tertentu mampu menyebabkan gastroenteritis taraf sedang hingga parah pada manusia dan hewan. Sehingga, air yang akan digunakan untuk keperluan sehari-hari berbahaya dan dapat menimbulkan penyakit infeksius (Suriaman, 2008).

Bakteri kelompok koliform meliputi semua bakteri berbentuk batang, gram negatif, tidak membentuk spora dan dapat memfermentasi laktosa dengan memproduksi gas dan asam pada suhu 37oC dalam waktu kurang dari 48 jam. Adapun bakteri E.coli selain memiliki karakteristik seperti bakteri koliform pada umumnya juga dapat menghasilkan senyawa indole didalam air pepton yang mengandung asam amino triptofan, serta tidak dapat menggunakan natrium sitrat sebagai satu-satunya sumber karbon. Terdapat tiga jenis E.coli, yaitu E.coli enterotoksigenik (enterotoxigenic E.coli (ETEC)). Produksi enterotoksin oleh

E.coli ditemukan sekitar tahun 1970 dari strain-strain yang ada hubungannya

dengan penyakit diare. Penelitian selanjutnya menerangkan strain-strain enterototoksigenik dari E.coli sebagai suatu hal yang bersifat patogen pada penyakit diare manusia. Dua tipe toksin E.coli disebut sebagai toksin labil (labile toxin, LT) dan toksin stabil (stable toxin, ST).

(6)

3.4 Desinfeksi Bakteri

Pada proses pengolahan air baku menjadi air bersih, bakteri patogennya harus dihilangkan. Proses menghilangkan bakteri patogen yang kemudian menimbulkan bau yang tidak sedap dapat dilakukan dengan desinfeksi. Hal yang perlu diperhatikan dalam konteks desinfeksi adalah bagaimana mencegah terjadinya pemindahan bibit penyakit ke tubuh manusia melalui air bersih dengan memutus rantai antara keduanya dengan cara desinfeksi. Ada 3 kategori mikroorganisme patogen di usus manusia yaitu baktei, virus, dan kista amoeba (Hadi, 2000).

Disinfeksi adalah memusnahkan mikroorganisme yang dapat menimbulkan penyakit. Disinfeksi merupakan benteng manusia terhadap paparan mikroorganism patogen penyebab penyakit, termasuk di dalamnya virus, bakteri dan protozoa parasit (Bitton, 1994).

Pada pertimbangan praktis, desinfeksi harus memenuhi persyaratan seperti, dapat membunuh berbagai jenis dan semua populasi patogen yang ada didalam air bersih dalam waktu dan suhu tertentu, selain itu desinfeksi tidak bersifat racun pada manusia dan juga kadarnya dalam air mudah dianalisa dan diketahui. Air dapat didesinfeksi dengan berbagai cara yaitu pemanasan, pemaparan ke sinar ultraviolet, dan reaksi dengan bahan kimia tertentu seperti bahan kimia oksidasi, ion logam, asam/ basa, dan bahan aktif permukaan.

3.5 Most Probable Number (MPN)

Metode penentuan jumlah mikroorganisme dengan metode MPN ini digunakan luas dilingkungan sanitasi untuk menentukan jumlah kuman koliform didalam air, susu, dan makanan lainnya. Metode ini adalah metode statistik yang

(7)

didasarkan pada teori kemungkinan. Serangkaian sampel diencerkan sampai titik akhir, yaitu tidak ada lagi mikroorganisme hidup. Untuk mendapatkan titik akhir, serangkaian pengenceran dibiakkan didalam media pertumbuhan yang cocok. Selanjutnya, perkembangan atau perubahan sifat-sifat yang mudah diamati, seperti pembentukan asam atau kekeruhan, dipakai untuk mengetahui adanya pertumbuhan bakteri. Pertumbuhan bakteri pada masing-masing tabung disesuaikan dengan Tabel MPN untuk menentukan konsentrasi mikroorganisme didalam sampel asli.

Perhitungan secara tidak langsung ada beberapa cara yaitu : perhitungan pada cawan petri (total plate count) TPC, perhitungan melalui pengenceran, perhitungan jumlah terkecil atau terdekat (MPN metode), dan kalorimeter (cara kekeruhan atau turbidimetri). Metode MPN terdiri dari tiga tahap, yaitu uji pendugaan (presumtive test), uji konfirmasi (confirmed test), dan uji kelengkapan (completed test). Dalam uji tahap pertama, keberadaan koliform masih dalam tingkat probabilitas rendah; masih dalam dugaan. Uji ini mendeteksi sifat fermentatif koliform dalam sampel (Dwidjoseputro, 1994).

Output metode MPN adalah nilai MPN. Nilai MPN adalah perkiraan jumlah unit tumbuh (growth unit) atau unit pembentuk koloni (colony forming unit) dalam sampel. Namun pada umumnya, nilai MPN juga diartikan sebagai perkiraan jumlah individu bakteri. Satuan yang digunakan, umumnya per 100 mL atau per gram. Metode MPN memiliki limit kepercayaan 95 persen sehingga pada setiap nilai MPN, terdapat jangkauan nilai MPN terendah dan nilai MPN tertinggi (Dwidjoseputro, 1994).

(8)

3.6 Klorinasi

Jenis – jenis Klor yang sering digunakan sebagai desinfektan adalah gas klorine, sodium hypoclorite (NaOCl), dan Calcium Hypoclorite (Ca(OCl)2) atau

disebut juga kaporit. Klor mempunyai kelemahan yaitu menimbulkan bau yang tidak sedap, juga mudah berubah oleh perubahan suhu dan temperatur. Selain itu juga menyebabkan terganggunya pernafasan pada konsentrasi lebih dari 3 ppm (Mursid,1991). Pada proses desinfeksi kali ini, NaCl digunakan sebagai desinfektan. Natrium Klorida digunakan sebagai desinfektan karena harganya yang lebih murah, lebih stabil dan lebih melarut dalam air (Mursid,1991).

Parameter yang diukur adalah jumlah bakteri E. Coli. Karena bakteri E. Coli adalah indikator pencemaran. Bakteri ini juga mengakibatkan banyak infeksi pada saluran pencernaan (enteric) manusia dan hewan, juga penyebab penyakit pada beberapa tanaman (Pelezar dan Chan, 2006). Sedangkan peubah yang dijalankan adalah jenis desinfektan yaitu kaporit (Ca(OCl)2) dan waktu

pengadukan.

Klor merupakan desinfektan yang paling banyak digunakan dalam air minum. Bahan ini dijumpai di pasaran dalam bentuk hipoklorite, klorine, klorida, yang masing–masing mempunyai sifat dan potensial oksidasi yang berbeda. (Mursid, 1991).

Kebutuhan klor adalah jumlah klor yang dibutuhkan untuk mencapai break point chlorinasi. Jumlah klor yang dibutuhkan untuk chlorinasi tergantung pada kualitas air baku, karena adanya fluktuasi kualitas air dari waktu ke waktu maka jumlah klor yang dibutuhkan juga berbeda dari waktu ke waktu, seperti ditunjukkan pada Tabel berikut ini :

(9)

Tabel 1. Kadar klor yang dibutuhkan pada 130 Perusahaan Air Minum di Amerika Serikat

Rata-Rata Maksimum Minimum

Kebutuhan

Residu Klor Aktif* (MgCl2/λ)

Waktu kntak ** (Menit)

3 1,2 45 65 7 720 0 0-0,04 0 Sumber : Alaerts dan Santika, 1987

*Sebelum masuk distribusi air minum *Termasuk waktu detensi dalam clear-well

Kemampuan oksidasi yang dimiliki klorine sebagai bahan desinfeksi mempunyai batas konsentrasi yang masih aman bagi tubuh manusia. Hal ini menunjukkan bahwa apabila terjadi kelebihan dosis pembubuhan klorine akan berpengaruh pada rasa dan bau air dan pengaruh lain pada tubuh manusia. Disamping itu dari segi ekonomis pemakaian yang terlebih, tidak diharapkan karena akan meningkatkan biaya operasi. Sehingga perlu ada batasan konsentrasi klor yang masih aman, ekonomis, dan tercapai sasaran proses desinfeksi. Beberapa pengaruh penggunaan klorine pada berbagai tingkat konsentrasi seperti pada Tabel berikut:

Tabel 2 . Pengaruh Klor Bebas Pada Beberapa Tingkat Konsentrasi No Konsentrasi Klor Bebas Efek yang ditimbulkan

1 2 3 4 3,5 ppm 15 ppm 30 ppm 60 ppm Menimbulkan bau Iritasi pada mata Menimbulkan batuk

Membahayakan Sumber : R Mursid, 1991

3.7 Elektroda Karbon

Elektroda karbon yang digunakan dalam proses ini diperoleh dari elektroda grafit dari batu baterai kering. Baterai kering yang biasa digunakan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari merupakan sarana yang dapat

(10)

menyimpan energi kimia dan mengubahnya menjadi energi listrik. Komponen baterai kering adalah logam dan zat-zat kimia lain, maka berdasarkan Surat Keputusan Menteri Perindustrian Nomor: 148/MISK/1985, batu baterai kering dapat digolongkan ke dalam kategori Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) (Wawaruntu-Osman, 1996). Oleh karena itu, penggunaan elektroda batu baterai ini diharapkan dapat berperan dalam pemanfaatan kembali terhadap sampah baterai.

Penggunaan elektroda karbon karena karbon mempunyai efektivitas yang lebih baik dalam upaya mengurangi kandungan ion-ion logam, stabil, tidak bereaksi dengan larutan yang di elektrolisis, selain itu mudah didapat dan murah.

(11)
(12)

6. Neraca analitik Simadzu

7. Voltmeter IC Regulated DC Power Supply Thunder 8. Gelar ukur 250 mL

9. Gelas Beker 500 mL

4.3 Bahan-bahan yang Digunakan a. Elektroda Karbon

b. Air Kran c. Larutan NaCl 4.4Cara Kerja

4.4.1 Sterilisasi alat

Pada penelitian ini seluruh alat yang akan digunakan pada proses penelitian, terlebih dahulu di sterilisasi dengan mencuci bersih seluruh peralatan. Seluruh peralatan yang telah di cuci bersih lalu dikeringkan dan dibungkus kertas coklat lalu dimasukkan dalam oven selama 1 jam pada suhu 100oC-120oC.

4.4.2 Metode Pengambilan Sampel (Sampling)

Sampel air yang diambil dalam penelitian ini adalah air kran yang berada pada salah satu rumah warga di daerah Puskesmas Ngaglik Sleman Jalan Palagan. Buka kran selam 1-2 menit biarkan air mengalir terlebih dahulu kemudian dimatikan dan ujung kran dibakar dengan kapas yang telah dicelupkan dalam alkohol. Setelah disterilkan kran dibuka dengan aliran yang sedang, lalu ditampung dalam botol kaca dengan kira-kira 2/3 volume botol, dan sebelum menampung air dan setelah menampung air (sebelum ditutup) mulut botol disterilkan terlebih dahulu dengan membakar mulut botol dari kapas berakohol tadi.

(13)

4.4.3 Proses Elektrolisis Air

Pada Penelitian ini sampel air kran sebanyak 375 mL diambil dan dilakukan proses elektrolisis dengan menghubungkan elektroda karbon pada anoda dan katoda pada sumber tegangan DC. Pada elektrolisis air tersebut dilakukan berbagai variasi yaitu variasi konsentrasi, variasi tegangan, dan variasi waktu. Pada variasi konsentrasi dilakukan penambahan NaCl yaitu 1 ppm, 1,5 ppm, 2 ppm, dan 3,5 ppm dengan tegangan 5 volt dan waktu elektrolisis 5 menit. Pada variasi voltase dilakukan dengan variasi 3 volt, 5 volt, 7 volt dan 10 volt pada konsentrasi NaCl 2 ppm dan waktu elektrolisis 5 menit sedangkan untuk variasi waktu dilakukan elektrolisis pada tegangan 5 volt, konsentrasi NaCl 2 ppm dengan variasi waktu yang digunakan 2 menit, 5 menit, 15 menit dan 20 menit. Selama proses elektrolisis, digunakan bunsen disekitar tempat analisis untuk menghindari kontaminasi dari luar. Setelah selesai elektrolisis, langsung dipindah kedalam botol kaca coklat steril yang diambil dari Balai Laboraturium Kesehatan Yogyakarta, ditutup rapat, dan diberi label.

Botol yang berisi sampel segera dimasukkan ke Balai Laboraturium Kesehatan Yogyakarta untuk dilakukan proses selanjutnya yaitu dilakukan analisa Bakteri Koliform dan Bakteri Coli dengan metode perhitungan jumlah bakteri terdekat atau Most Probable Number (MPN) dan analisa kandungan klor (Cl-) pada sampel yang telah dielektrolisis dengan titrasi argentometri dengan metode Mohr serta analisis kandungan gas klorin (Cl2) yang dilakukan di Laboraturium

(14)

4.4.3 Metode Perhitungan Bakteri MPN (Most probable Number) a. Uji Penduga (Presumptive test)

Uji Penduga merupakan tes pendahuluan tentang ada tidaknya kehadiran bakteri koliform berdasarkan terbentuknya asam dan gas disebabkan karena fermentasi laktosa oleh bakteri golongan coli. Terbentuknya asam dilihat dari kekeruhan pada media laktosa dan gas yang dihasilkan dapat dilihat dalam tabung Durham berupa gelembung udara. Tabung dinyatakan positif jika terbentuk gas sebanyak 10% atau lebih dari volume di dalam tabung durham. Banyaknya kandungan bakteri Escherichia coli dapat dilihat dengan menghitung tabung yang menunjukkan reaksi positif terbentuk asam dan gas dan dibandingkan dengan Tabel MPN. Metode MPN dilakukan untuk menghitung jumlah mikroba di dalam contoh yang berbentuk cair. Bila inkubasi 1 x 24 jam hasilnya negatif, maka dilanjutkan dengan inkubasi 2 x 24 jam pada suhu 350C. Jika dalam waktu 2 x 24 jam tidak terbentuk gas dalam tabung durham, dihitung sebagai hasil negatif. Jumlah tabung yang positif dihitung pada masing-masing seri. MPN penduga dapat dihitung dengan melihat Tabel MPN.

b. Uji Penguat (Confirmed Test)

Hasil uji dugaan dilanjutkan dengan uji ketetapan. Dari tabung yang positif terbentuk asam dan gas terutama pada masa inkubasi 1 x 24 jam, suspensi ditanamkan pada media Eosin Methylen Blue Agar ( EMB ) secara aseptik dengan menggunakan jarum inokulasi. Koloni bakteri Escherichia coli tumbuh berwarna merah kehijauan dengan kilat metalik atau koloni berwarna merah muda dengan lendir untuk kelompok koliform lainnya.

(15)

c. Uji Pelengkap (Completed Test)

Pengujian selanjutnya dilanjutkan dengan uji kelengkapan untuk menentukan bakteri Escherichia coli. Dari koloni yang berwarna pada uji ketetapan diinokulasikan ke dalam medium kaldu laktosa dan medium agar miring

Nutrient Agar ( NA ), dengan pada suhu 37o C selama 1 x 24 jam. Bila hasilnya

positif terbentuk asam dan gas pada kaldu laktosa, maka sampel positif mengandung bakteri Escherichia coli. Dari media agar miring NA dibuat pewarnaan Gram dimana bakteri Escherichia coli menunjukkan Gram negatif berbentuk batang pendek. Untuk membedakan bakteri golongan coli dari bakteri golongan coli fekal (berasal dari tinja hewan berdarah panas), pekerjaan dibuat duplo, dimana satu seri diinkubasi pada suhu 37o C (untuk golongan coli) dan satu seri diinkubasi pada suhu 42o C (untuk golongan coli fekal). Bakteri golongan coli tidak dapat tumbuh dengan baik pada suhu 42o C, sedangkan golongan coli fekal dapat tumbuh dengan baik pada suhu 420 C.

4.4.4 Analisa Kandungan Klorida (Cl-)

a. Pembakuan larutan AgNO3 dengan NaCl 0,0142 N

Larutan NaCl 0,0141 N dipipet sebanyak 25 mL dan dimasukkan kedalam erlenmeyer 100 mL. Sebanyak 25 mL air suling digunakan sebagai larutan blanko kemudian ditambahkan larutan indikator K2CrO4 5% sebanyak 1 mL lalu diaduk

dan dititrasi dengan larutan AgNO3 hingga terjadi perubahan warna menjadi

merah coklat kemudian dicatat volume AgNO3 yang digunakan dan dihitung

(16)

b. Prosedur Analisa

Sebanyak 25 mL sampel dimasukkan kedalam erlenmeyer 250 m dan ditambahkan larutan indikator K2CrO4 5% sebanyak 1 mL kemudian dititrasi

dengan larutan baku AgNO3 hingga titk akhir titrasi yang ditandai dengan

terbentuknya endapan warna merah kecoklatan dari AgNO3 kemudian dihitung

volume AgNO3 yang digunakan lalu dilakukan titrasi blanko terhadap 25 mL

aquadest.

4.4.5 Analisa Kandungan Gas Klorin (Cl2)

a. Standarisasi Na2S2O3 0,05 N

Ditambahkan 0,1 gram K2Cr2O7 dengan aquadest dan ditera hingga tanda

batas labu ukur 25 mL. Diambil larutan K2Cr2O7 sebanyak 1 mL dan

ditambahkan 0,03 gram KI, 3 mL HCl 4 N dan 12,5 ml aquadest dititrasi hingga warna kekuningan dan kemudian ditambahkan kembali 0,5 mL amilum 1% dan dititrasi hingga warna biru tepat hilang.

b. Penetapan Kadar Klorin

Sampel sebanyak 2,5 mL dimasukkan dalam erlenmeyer, ditambahkan 25 mL aquadest dan kalium iodida, lalu ditambahkan 0,25 mL asam asetat glasial dan simpan dalam tempat gelap selama 10 menit. Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,025 N sampai warna kuning iodine hilang, tambahkan

indikator kanji hingga warna biru hilang. Lakukan juga terhadap blanko dalam 2,5 mL aquadest.

Gambar

Tabel 2 . Pengaruh Klor Bebas Pada Beberapa Tingkat Konsentrasi  No  Konsentrasi Klor Bebas  Efek yang ditimbulkan

Referensi

Dokumen terkait

Seluruh teman kelas SAX-3 khususnya Vidiya, Fadilah, dan Elok, yang telah menjadi sahabat terhebat didalam kegiatan perkuliahan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIESIA)

Tujuan umum Program Kemitraan Masyarakat (PKM) ini adalah memberdayakan potensi yang dimiliki oleh kelompok anak putus sekolah dan kelompok usaha kue

Kami tidak bertanggung jawab atas kekeliruan atau kelalaian yang terjadi akibat penggunaan laporan ini, Kinerja dimasa lalu tidak selalu dapat dijadikan acuan

Berbagai agen imunostimulan dapat memacu fungsi berbagai komponen sistem imun nonspesifik (fagosit, sel NK) dan sistem imun spesifik (proliferasi sel T, sel B

Untuk memperoleh gambaran yang lebh jelas mengenai ciri - ciri program remedial, Izhar Idris (2001:66-67) menjelaskan perbandingan antara program remedial dengan

Data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan guru matematika MAN 1 Banjarmasin untuk menganalisis kebutuhan yang diperlukan untuk pengembangan. Data

Dapur Hijau tidak hanya sekedar berpromosi agar dapat meningkatkan jumlah konsumen dan menjual produk agar mendapatkan laba tetapi dalam beberapa event, Dapur

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode praktikum dapat meningkatkan literasi sains siswa lebih baik bila dibandingkan dengan