• Tidak ada hasil yang ditemukan

Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif Laporan Tahunan SUAKA 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif Laporan Tahunan SUAKA 2020"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif

Laporan Tahunan SUAKA 2020

Editor Shaila Tieken

Penulis Atika Yunita P. Fin Ultrami

Julio Castor Achmadi Rizka Argadianti Rachmah Zico Efraindio Pestalozzi

Layout & Design Zico Efraindio Pestalozzi

Cover

Dwie Judha Satria

Tahun terbit Januari 2021

(3)

Kata Pengantar 

Sejak awal terbentuk pada tahun 2012 lalu, SUAKA berkomitmen untuk memastikan akses pada        keadilan untuk pengungsi dan pencari suaka. SUAKA mewujudkan komitmen ini melalui        pemberian layanan bantuan hukum dan pemberdayaan hukum. Pada tahun 2020, SUAKA        kembali mengukuhkan komitmen ini dengan menggarisbawahi aktivitas bantuan hukum        sebagai fokus utama kerja kami. 

SUAKA memiliki pengetahuan dan pengalaman yang mumpuni tentang isu pengungsi di        Indonesia, ditambah dengan anggota-anggota SUAKA (individu maupun lembaga) yang memiliki        rekam jejak baik dalam sektor HAM menjadi kekuatan SUAKA dalam pemberian bantuan hukum        serta pemberdayaan hukum bagi pengungsi di Indonesia. Berdasarkan rekam jejak tersebut,        SUAKA telah memiliki reputasi yang baik di kalangan organisasi HAM dan komunitas pengungsi        di Indonesia. Kepercayaan tersebut menjadi peluang bagi SUAKA untuk membuat kolaborasi        yang lebih luas lagi kepada banyak organisasi yang ingin mendukung kerja-kerja perlindungan        hak pengungsi di Indonesia.  

Tentunya, langkah SUAKA di tahun 2020 untuk membuka akses pada keadilan dan melakukan        pemberdayaan hukum tidaklah mudah. SUAKA sebagai organisasi berbasis keanggotaan perlu        menyeimbangkan sumber daya yang berkontribusi secara sukarela. Namun, SUAKA patut        berbangga hati dengan semangat sukarelawan yang telah menghidupkan SUAKA selama        hampir delapan tahun, seraya menata diri sebagai organisasi yang mapan.  

Selain itu, SUAKA harus pula menyeimbangkan ekspektasi komunitas pengungsi dengan        bantuan yang dapat SUAKA berikan. SUAKA kerap kali menerima permohonan terkait isu        resettlement, sponsorship,   bantuan sosial, medis, maupun psikososial, yang berada di luar        kapasitas SUAKA. Akan tetapi, kami menyadari bahwa SUAKA adalah satu dari segelintir        organisasi yang siap mendukung pengungsi dan pencari suaka. Karena itu, kami selalu        berupaya untuk merujuk pengungsi dan pencari suaka kepada penyedia layanan dalam jaringan        SUAKA.  

Pandemi COVID-19 turut menghadirkan tantangan baru bagi SUAKA. Pendampingan hukum, inti        kerja SUAKA, terhalang kebutuhan untuk tetap menjaga kesehatan baik advokat maupun klien        SUAKA. Namun, keterbatasan ini mendorong SUAKA untuk memperkuat program        pemberdayaan hukum bagi pengungsi. SUAKA menyelenggarakan serangkaian webinar hukum        yang secara khusus membahas isu-isu legal yang pengungsi hadapi. Melalui rangkaian ini,        SUAKA dapat menjangkau komunitas pengungsi walau terbatas layar. 

Melangkah maju, SUAKA ingin terus berkontribusi melalui kerja-kerja utama SUAKA: bantuan        dan pemberdayaan hukum. SUAKA sebagai satu-satunya organisasi masyarakat sipil Indonesia        yang bergerak untuk pengungsi juga memiliki peran penting dalam upaya advokasi pemenuhan        hak pengungsi. 

(4)

Daftar Isi 

Kata Pengantar 2 Daftar Isi 3 Struktur Organisasi 4 Daftar Singkatan 5 Tentang SUAKA 6 Misi Suaka 6

Highlight 2020: Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif 7

Bidang Bantuan Hukum 9

Penanganan Kasus 11

Bidang Pemberdayaan Hukum 13

Refugee Legal Aid Webinar Series (RLWS) 15

Community-based Paralegal Basic Training Angkatan 2 16

Bidang Kampanye dan Advokasi 18

Kesadaran Publik 19

Penelitian dan Advokasi 21

Riset Kondisi Kesehatan Mental Pengungsi 22

Kesekretariatan 23

Komunikasi Dengan Pegiat SUAKA 24

Melangkah Maju 24

(5)
(6)

Daftar Singkatan 

 

 

   

Singkatan  Bahasa Inggris  Bahasa Indonesia 

AVR  Assisted Voluntary Repatriation   

DPR RI    Dewan Perwakilan Rakyat     

Republik Indonesia 

EPO  Exit Permit Only   

JRS Indonesia  Jesuit Refugee Service Indonesia   

IG  Instagram   

IOM  International  Organization  on 

Migration   

Perpres    Peraturan Presiden 

RLWS  Refugee Legal Webinar Series   

RSD  Refugee Status Determination   

UNHCR  United Natio  ns High Commissioner     

(7)

Tentang SUAKA 

Perkumpulan SUAKA untuk perlindungan hak pengungsi (SUAKA) adalah jaringan masyarakat        sipil, yang beranggotakan individu maupun organisasi yang bertujuan untuk bekerja bagi        perlindungan dan kemajuan hak asasi manusia para pengungsi dan pencari suaka di Indonesia  SUAKA tumbuh dari kesadaran masyarakat sipil terhadap situasi rentan pencari suaka dan        pengungsi di Indonesia. Pada bulan Oktober 2012, beberapa organisasi masyarakat sipil dan        individu yang peduli berkumpul dan berkomitmen untuk membantu pengungsi dan pencari        suaka. Perjalanan SUAKA memasuki babak baru pada Mei 2018 dengan pembentukan badan        hukum Perkumpulan SUAKA berdasarkan SK Kemenkumham.  

Saat ini, kerja-kerja SUAKA terwujud dengan dukungan anggota individu maupun anggota        organisasi yang terdiri dari: 

● Lembaga Bantuan Hukum Jakarta (LBH Jakarta);  ● Human Rights Working Group (HRWG). 

 

Misi Suaka 

1. Memberikan bantuan hukum, saran dan informasi kepada pencari suaka dan pengungsi;  2. Memberdayakan pencari suaka dan pengungsi untuk menegakkan hak-hak mereka; 

3. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang isu-isu pencari suaka dan pengungsi di        Indonesia; dan 

4. Melakukan advokasi untuk pelaksanaan kebijakan yang melindungi hak-hak pengungsi dan        pencari suaka. 

(8)

Highlight 2020: Indonesia Menuju Masyarakat Inklusif 

Sepanjang tahun 2020 Indonesia, seperti banyak negara lainnya, menghadapi tantangan        pandemi COVID-19. Pemerintah Indonesia mengeluarkan serangkaian kebijakan untuk        memitigasi dampak dari pandemi. Sayangnya, masa krisis seperti pandemi memunculkan        kelemahan sistem Indonesia dalam menangani kelompok rentan, termasuk pengungsi dan        pencari suaka. Hanya segelintir orang yang tercatat dan memiliki KTP (Kartu Tanda Penduduk)        yang dapat mengakses kebijakan bantuan sosial maupun kesehatan. Terdapat kelompok        masyarakat yang tereksklusi dalam sistem kependudukan dan, konsekuensinya, bantuan sosial        dan kesehatan. Eksklusi ini semakin menjadi bagi pengungsi yang hanya memiliki kartu        identitas pengungsi dari UNHCR. Tantangannya bukan hanya administratif, namun juga        keengganan sistem untuk mempertimbangkan kerentanan dengan inklusif. 

Tereksklusinya pengungsi dalam penanganan COVID-19 menyoroti setidaknya dua hal. Pertama,        sistem layanan dasar Indonesia yang tidak inklusif. Kedua, penanganan pengungsi bisa jadi        luput dari perhatian pemerintah karena tidak jelasnya status dan tanggung jawab pemenuhan        hak. 

Kegamangan Pemerintah Indonesia dalam mempertimbangkan kerentanan tentunya        merugikan pengungsi yang sudah mengalami kerentanan berlapis.      Dengan situasi    kehidupannya di Indonesia, pengungsi kesulitan untuk menerapkan protokol kesehatan untuk        menurunkan resiko mereka terjangkit COVID-19 akibat kondisi tempat tinggal, rendahnya        asupan nutrisi, dan keterbatasan akses informasi.           ​Pengungsi menjadi semakin rentan akibat          teralihkannya sumber daya dan prioritas dari para penyedia layanan. 

Walau mengalami begitu banyak tantangan, komunitas pengungsi terus berupaya        menyelenggarakan pendidikan, bahkan dalam kondisi krisis. Pengungsi secara mandiri        berinisiatif menyelenggarakan pendidikan jarak jauh atau daring . Kegiatan belajar mengajar        daring menjadi salah satu cara untuk menjangkau pengungsi yang selama ini tidak dapat        terakses atau mengakses komunitas.  

Penegakan hukum 

Secara umum, kebijakan pemerintah terhadap penanganan pengungsi sendiri tidak mengalami        kemajuan.  Beberapa praktik pengawasan dan penindakan keimigrasian yang kurang tepat        terjadi di 2020.     Pertama, penahanan pengungsi yang sudah melalui masa tahanannya terjadi,        setidaknya terpantau oleh SUAKA. Hal ini menjadi janggal karena terjadi pemidanaan ganda,        dan tidak bisa dibenarkan perlakuan semacam ini untuk pengungsi yang jelas sudah menjalani        masa hukuman.   Kedua, sulitnya proses kembali ke negara asal secara mandiri yang dilakukan        oleh pengungsi, akibat pengurusan Exit Permit Only (EPO) di imigrasi yang mengalami kendala.  Kebijakan pemerintah bahkan mengalami kemunduran khususnya pada penanganan      arus  pengungsi Rohingya di perairan Aceh Utara pada Juni dan Oktober 2020. Implementasi Perpres        No. 125 Tahun 2016 diuji dengan kedatangan para pengungsi Rohingya tersebut.  

Berbeda dengan yang terjadi pada 2015 ketika Perpres belum disahkan, di mana masyarakat        Aceh membantu para pengungsi karena alasan kemanusiaan dan Pemerintah Daerah juga        cukup sigap dalam mengakomodir kebutuhan para pengungsi, di tahun 2020 ini masyarakat        yang membantu para pengungsi Rohingya terancam dikriminalisasi. Sikap ini tentu memicu        konflik dan ketegangan, baik antar masyarakat sipil maupun dengan pengungsi itu sendiri. 

(9)

Pandemi juga berpotensi menjadi penyebab meningkatnya kasus yang dihadapi pengungsi        seperti KDRT, termasuk yang berkaitan dengan kesehatan mental, seperti depresi serta kasus        bunuh diri. Angka     resettlement yang tidak menaik juga menyebabkan pengungsi di Indonesia        mulai sering berhadapan dengan hukum domestik. Hal ini merupakan konsekuensi rasional        dikarenakan mereka berada di Indonesia dalam waktu yang lebih lama, sehingga potensi        berhadapan dengan hukum domestik menjadi lebih tinggi jika dibandingkan beberapa tahun        lalu.  

Di tahun 2020, SUAKA mencatat adanya peningkatan laporan dan/atau aduan yang datang        terkait pengungsi berhadapan dengan hukum. Secara signifikan, permintaan bantuan RSD juga        menurun akibat perubahan pemberian status pengungsi yang dilakukan oleh UNHCR. Hal ini        berbeda dari tahun 2019, dimana permintaan bantuan RSD mendominasi dari pada permintaan        bantuan terkait hukum domestik. 

Penutup 

Konflik di berbagai belahan dunia tidak berhenti selama COVID-19. Hal ini seharusnya menjadi        perhatian pemerintah Indonesia karena meskipun bukan merupakan negara penandatangan        Konvensi Pengungsi 1951, Indonesia tetap merupakan bagian dari komunitas internasional yang        telah meratifikasi banyak konvensi HAM internasional. 

Sayangnya, kebijakan pengungsi di Indonesia belum menunjukkan perubahan positif sejak        terbitnya Perpres No. 125 Tahun 2016 sebagai janji politik Presiden Joko Widodo. Alih-alih        memberikan perlindungan, kebijakan yang ada justru memperburuk situasi.  

Masyarakat sipil, khususnya SUAKA, perlu mengadvokasikan kebijakan seputar kesempatan        penghidupan, skema jaminan sosial, akses masyarakat sipil dalam zona internasional,       dan  inklusivitas pengungsi dalam program-program strategis nasional. 

Peran perlindungan yang seharusnya pemerintah jalankan justru diambil alih oleh masyarakat        sipil, meskipun dalam skala kecil akibat keterbatasan sumber daya. Isu pengungsi juga bukan        isu yang secara berkala diulas menjadi perbincangan di media arus utama. Media alternatif juga        belum dapat menangkap permasalahan penanganan pengungsi di Indonesia secara        komprehensif. Hal ini dapat dipahami karena isu pengungsi di Indonesia masih dibahas secara        insidental. 

Untuk menciptakan kondisi yang manusiawi, dibutuhkan kerjasama antara pemerintah,        organisasi masyarakat sipil dan komunitas pengungsi. Memenuhi hak pengungsi untuk dapat        bertahan hidup bukanlah kepentingan segelintir orang, bukan pula perkara hak warga negara        dan yang bukan. Menghargai dan memenuhi hak pengungsi adalah tanggung jawab manusia        untuk manusia lainnya, terlepas dari kewarganegaraan, kredo, maupun golongan. 

 

(10)

Bidang Bantuan Hukum 

Dinamika kebijakan penempatan di negara ketiga (            resettlement) dan situasi pandemi       

berdampak pada semakin panjangnya masa tunggu pengungsi. Dalam masa tunggunya,                   

pengungsi tidak luput dari pengalaman hidup yang terus berjalan tanpa jeda. Pengalaman                       

hidup ini, sayangnya, juga termasuk pengalaman berhadapan dengan hukum.  

Pada situasi ini, SUAKA berupaya hadir untuk memberikan bantuan hukum untuk memastikan        pemenuhan hak dan perlindungan pengungsi selama masa peradilan pidana.   

Berdasarkan catatan SUAKA, kami menerima pengaduan dan konsultasi sebanyak 67 kasus        sejak 1 Januari 2020 – 15 Desember 2020. Kasus-kasus yang SUAKA terima diklasifikasikan        menjadi, 49 kasus terkait dengan hukum domestik dan 18 kasus terkait      Refugee Status    Determination (RSD). 

(11)

   

(12)

Penanganan Kasus 

SUAKA menerima pengaduan melalui kanal surel       legalaid@suaka.or.id. Selain melalui kanal        surel, pengungsi juga kerap kali berkontak langsung dengan staf SUAKA. Pandemi COVID-19        tidak menyurutkan upaya SUAKA untuk memberikan pendampingan hukum. SUAKA melakukan        penggalian informasi untuk kasus yang perlu ditindaklanjuti dengan menggunakan kanal        komunikasi lainnya, seperti     teleconference.  Namun, pada satu kasus di awal 2020, SUAKA tetap       harus melakukan pendampingan tatap muka pada proses penyidikan hingga persidangan.  

 

Pendampingan pada proses peradilan juga menjadi kesempatan untuk SUAKA melakukan                   

sosialisasi isu pengungsi kepada aparat penegak hukum. 

Pendampingan hukum untuk pengungsi memiliki tantangan tersendiri untuk memastikan        pengungsi memahami proses peradilan. Pada tahun 2020, SUAKA melibatkan juru bahasa        Farsi-Indonesia untuk kasus yang sampai pada tahap peradilan tersebut. Jarangnya juru        bahasa Farsi-Indonesia yang tersumpah membuat SUAKA melibatkan pengungsi sebagai juru        bahasa. Hal ini turut menjadi catatan SUAKA dalam mengadvokasikan kepentingan pengungsi        dalam proses peradilan. 

(13)

Selain kepentingan pengungsi dalam proses peradilan, SUAKA juga mencatat kebutuhan                   

pengungsi untuk bantuan hukum, Saat ini, satu-satunya peraturan yang tersedia untuk                     

penanganan pengungsi, Perpres 125/2016, belum dapat mengakomodir bantuan hukum                 

untuk pengungsi. Padahal, riwayat bantuan hukum SUAKA menunjukkan kebutuhan bantuan                   

hukum yang nyata bagi pengungsi. Untuk itu, SUAKA akan terus bekerja untuk                       

mengadvokasikan kebijakan peradilan pidana dan bantuan hukum yang inklusif demi                   

pemenuhan hak pengungsi. 

(14)

Bidang Pemberdayaan Hukum 

Kegiatan pemberdayaan hukum yang dilakukan SUAKA di tahun 2020 dibuat secara kolaboratif        dengan berbagai elemen pemangku kepentingan di isu pengungsi dengan satu tujuan, yaitu        menempatkan isu pengungsi dalam irisannya dengan berbagai isu lain. Satu kata yang        seringkali digunakan dalam advokasi isu pengungsi adalah inklusi.  

Kolaborasi bersama banyak pemangku kepentingan, kerja-kerja dalam hal pemberdayaan                 

hukum akan semakin luas dan diketahui oleh banyak orang, dengan harapan isu pengungsi                         

akan ditempatkan sebagai bagian integral dalam isu-isu yang lebih besar seperti                     

penanganan kelompok rentan.  

SUAKA berharap, diskusi isu pengungsi dalam kerangka yang lebih besar dapat meningkatkan        keterlibatan pemangku kepentingan yang lebih luas. 

Selain melakukan pelibatan pihak yang lebih luas untuk membicarakan isu pengungsi,        komunitas pengungsi sendiri juga perlu dilibatkan dalam setiap percakapan untuk        menghasilkan kebijakan yang ramah pengungsi. Oleh karenanya, peningkatan kapasitas dan        pemberdayaan hukum harus dilakukan kepada komunitas pengungsi. Hal ini tentunya juga        dibutuhkan oleh pengungsi agar mereka dapat memperjuangkan hak mereka dengan maupun        tanpa kehadiran pemberi bantuan hukum.   

(15)

Sejak Januari hingga Desember 2020, SUAKA melakukan rangkaian kegiatan pemberdayaan                   

hukum antara lain Upgrading Session untuk Alumni Paralegal Training Angkatan 1, Refugee                       

Legal Webinar Series atau RLWS dan Community-based Paralegal Basic Training Angkatan 2.   Meskipun SUAKA tidak dapat menjangkau seluruh populasi, namun SUAKA menggunakan        strategi pelibatan pengungsi yang ditokohkan atau mempunyai pengaruh besar dalam        komunitasnya dengan harapan dilakukannya transfer pengetahuan ke komunitas        masing-masing setelahnya. 

Di tahun 2020, SUAKA melakukan 5 sesi Upgrading Session untuk Alumni Community-Based        Paralegal Basic Training 1. Topik yang didiskusikan di masing-masing sesi diputuskan        berdasarkan kajian kebutuhan dari para alumni.  

Total penerima manfaat dari kegiatan Upgrading Session di tahun 2020 adalah sejumlah 23                         

Alumni Community-Based Paralegal Basic Training 1, dengan jumlah kehadiran total                   

sebanyak 48 orang, dengan komposisi jenis kelamin 7 perempuan dan 41 laki-laki. 

SUAKA melibatkan para pakar dari berbagai lembaga yang memiliki pengetahuan dan        pengalaman yang memadai sebagai narasumber dalam kegiatan Upgrading Session sehingga        diskusi yang dilakukan menjadi kaya akan informasi dan bermanfaat bagi para Alumni untuk        kemudian diaplikasikan ketika paralegal membantu pengungsi di komunitasnya. 

Tantangan pelaksanaan kegiatan ini adalah proses adaptasi rencana kegiatan luring ke daring.        SUAKA memastikan bahwa para pengungsi memiliki akses terhadap gawai dan internet untuk        dapat mengikuti kegiatan Upgrading Session sebagai bentuk perubahan implementasi kegiatan        Upgrading Session di situasi pandemi. Ke depannya, SUAKA akan melanjutkan kegiatan        Upgrading Session kepada Alumni Community-Based Paralegal Basic Training 2 yang telah        dilaksanakan pada tahun 2020. 

(16)

Refugee Legal Aid Webinar Series (RLWS) 

RLWS adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan pengungsi                   

mengenai hukum dan hak asasi mereka di Indonesia melalui pembahasan topik-topik yang                       

seringkali menjadi pertanyaan para pengungsi di Indonesia.  

Sebelum COVID-19, kegiatan RLWS diberi nama Information Session yang merupakan kegiatan        lanjutan dari Community-Based Paralegal Basic Training Batch 1. Paralegal yang dilatih        diharapkan untuk dapat melakukan transfer pengetahuan yang didapat dari pelatihan kepada        komunitas yang lebih luas.  

Setelah COVID-19 mulai marak, SUAKA mengantisipasi kondisi kesehatan pengungsi dengan        kebutuhan peningkatan pengetahuan. RLWS menjadi pilihan SUAKA untuk terus melakukan        kerja-kerja pemberdayaan hukum dalam situasi pandemi. Pengungsi menjadi target penerima        manfaat utama dari RLWS, maka dari itu kegiatan dilakukan secara daring melalui aplikasi        Zoom dan kanal YouTube Lembaga Bantuan Hukum Jakarta (LBH Jakarta) sebagai media        partner SUAKA dalam pelaksanaan RLWS.  

(17)

Kegiatan dilakukan penuh dalam Bahasa Inggris dan melibatkan Alumni paralegal sebagai        fasilitator yang merupakan salah satu bentuk peningkatan kapasitas dan perluasan keterlibatan        pengungsi dalam kerja-kerja SUAKA. Kami juga membuat Post-event Recapitulation, yaitu        rekapitulasi hasil diskusi RLWS yang dibuat dalam konten sederhana di media sosial agar para        pengungsi maupun pihak yang tertarik dengan isu yang dibahas dapat mengakses informasi        yang tersedia di media sosial SUAKA. 

Total penerima manfaat dari kegiatan Information Session dan RLWS di tahun 2020 adalah                         

sejumlah 119 orang dan lebih dari 500 jumlah tontonan di YouTube. 

Di tahun berikutnya, SUAKA akan meneruskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan        peningkatan kapasitas pengungsi yang lebih luas dengan melanjutkan RLWS dan membawa        topik-topik yang dapat membantu pengungsi untuk semakin memahami hukum Indonesia dan        menyadari hak-haknya selama berada di Indonesia. 

Community-based Paralegal Basic Training Angkatan 2 

Paralegal Training Batch 2 (2020) dilakukan pada 20-23 November 2020 secara luring di        kawasan Jakarta Pusat. Kegiatan ini merupakan kelangsungan dari Paralegal Training pertama        yang dilakukan di tahun 2019 untuk memberikan peningkatan kapasitas hukum bagi pengungsi        di Indonesia.  

Pada tahun 2020, 15 pengungsi dari berbagai latar belakang berkumpul untuk menjadi                       

peserta dalam pelatihan paralegal 2020. Total peserta dalam pelatihan paralegal adalah 15                       

orang dengan komposisi jenis kelamin 4 perempuan dan 11 laki-laki. Selama pelatihan,                       

SUAKA melibatkan banyak pemangku kepentingan di isu pengungsi sebagai narasumber                   

untuk memberikan paparan yang dibutuhkan untuk paralegal pengungsi agar dapat                   

(18)

Pada tahun ini, paralegal pengungsi diminta untuk merencanakan kegiatan di komunitas        masing-masing dan secara bersama-sama sebagai angkatan Paralegal Training 2020 untuk        membuat suatu kegiatan yang memberikan manfaat bagi komunitas pengungsi secara umum di        Indonesia. Kegiatan tersebut akan dikonsultasikan kepada SUAKA dan dilakukan dalam waktu        yang akan ditentukan kemudian di 2020. Paralegal pengungsi juga diharapkan dapat menjadi        tandem SUAKA dalam melakukan kerja-kerjanya, baik dalam bantuan hukum, advokasi        kebijakan, maupun pemberdayaan hukum.  

 

Pemberdayaan hukum adalah salah satu mandat SUAKA untuk membantu pengungsi agar                     

dapat mengadvokasi diri dan komunitasnya di Indonesia. Dengan menurunnya kesempatan                   

untuk bermukim di negara ketiga, para pengungsi dapat tinggal di Indonesia dalam waktu                         

yang lama, sehingga perlu dilakukan peningkatan kapasitas agar terjadi peningkatan                   

pengetahuan bagi pengungsi untuk mengadvokasi hak-haknya selama berada di Indonesia.   Sesi-sesi informasi kepada pengungsi adalah salah satu cara efektif untuk mendiseminasikan        pengetahuan hukum kepada komunitas pengungsi. Bantuan      Refugee Representative    dan  paralegal pengungsi dalam kerja-kerja pemberdayaan hukum menjadi bentuk kolaborasi yang        baik. Ke depannya, SUAKA akan terus melakukan kerja-kerja pemberdayaan hukum dengan        meningkatkan kolaborasi dengan komunitas pengungsi, pelibatan pengungsi dalam        dialog-dialog dengan para pemangku kepentingan, sembari menyesuaikan pola komunikasi dan        penyelenggaraan aktivitas selama situasi COVID-19. 

(19)

Bidang Kampanye dan Advokasi 

Rapat Tahunan SUAKA tahun 2020 menetapkan prioritas kerja SUAKA di sektor pemberian       

bantuan hukum, pemberdayaan hukum dan kampanye. Di tahun 2020, SUAKA tetap melakukan       

kerja-kerja advokasi meskipun dengan intensitas yang cukup landai. SUAKA berharap dengan       

peningkatan kinerja penanganan kasus,        SUAKA dapat memahami kebutuhan pengungsi         

sehingga membantu penyusunan strategi advokasi yang tepat sasaran pada tahun berikutnya.        Namun demikian, tentunya peluang advokasi yang hadir tidak diabaikan. 

SUAKA meramu kegiatan kampanye yang melibatkan para pemangku kepentingan dalam        bentuk diskusi publik. Melalui diskusi publik, SUAKA berharap baik masyarakat maupun        pemangku kepentingan menyadari dan memahami isu pengungsi di Indonesia.Berbagai        Kementerian/Lembaga telah SUAKA ajak untuk berdiskusi dalam berbagai acara atau forum,        mengenai isu pengungsi di Indonesia, antara lain Kementerian Luar Negeri, Badan Perencanaan        dan Pembangunan Nasional (Bappenas), Komnas HAM, Kementerian Koordinasi Politik, Hukum        dan HAM (Kemenko Polhukam), Kantor Staf Presiden (KSP), serta Direktorat Jenderal        Keimigrasian. 

SUAKA mengapresiasi keterlibatan para pemangku kepentingan dalam membahas isu                 

pengungsi, namun kedepannya, SUAKA akan mendorong para pemangku kepentingan untuk                   

dapat menyepakati langkah-langkah konkret yang dapat ditindaklanjuti bersama untuk                 

memajukan hak pengungsi di Indonesia. 

Selain berdiskusi dengan pemerintahan, SUAKA juga berjejaring erat dengan organisasi        masyarakat sipil yang memiliki fokus pada penanganan pengungsi seperti Yayasan Geutanyoe,        Dompet Dhuafa, dan Jesuit Refugee Service 

 

(20)

Kesadaran Publik 

Selain menyelenggarakan diskusi publik dan memantik percakapan mengenai hak pengungsi        melalui forum-forum publik, SUAKA juga mengangkat isu penanganan pengungsi di media arus        utama untuk memperluas cakupan audiens. SUAKA memahami bahwa saat ini isu pengungsi        jarang diangkat dalam pemberitaan media, dan cenderung mengemuka bila terdapat kejadian        signifikan di lapangan.  

Karena itu, SUAKA berupaya membuka diskusi dengan jurnalis melalui sebuah diskusi publik        dengan pembicara SUAKA, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), Institute of International Studies        Universitas Gadjah Mada (IIS-UGM) serta pengungsi, dan dihadiri oleh rekan-rekan jurnalis.        Melalui diskusi tersebut, SUAKA juga menyadari perlunya persiapan data dan fakta lapangan        yang dapat diberikan kepada media, untuk mendukung pemberitaan yang berpihak pada hak        asasi manusia. Hal ini menjadi pembelajaran untuk SUAKA agar tetap membangun bukti dan        mengajak rekan-rekan masyarakat sipil di daerah lain untuk melakukan komunikasi dengan        media. 

Selain menyelenggarakan diskusi secara mandiri maupun bekerjasama dengan lembaga lain,        SUAKA juga turut berpartisipasi dalam berbagai diskusi publik yang diselenggarakan oleh pihak        lain. Hal ini tentunya untuk memastikan bahwa wacana pada tiap forum mendukung perlakuan        yang lebih baik bagi pengungsi dan pencari suaka di Indonesia. 

                       

Kegiatan-kegiatan yang diorganisir oleh SUAKA, dan yang dilaksanakan selama Refugee Week        (WRD) 2020 bersama jaringan SUAKA, maupun kegiatan yang dihadiri SUAKA sebagai        narasumber merupakan bagian dari kampanye yang telah dijalankan. Kegiatan-kegiatan        tersebut antara lain, diskusi publik (i) “Kondisi Kelompok Rentan di Tengah COVID-19” pada        tanggal 15 April 2020; (ii) “Learning from Refugees in Responding COVID-19” pada tanggal 19        April 2020; (iii) #HumanRightsTalks “Xenophobia, Pengungsi/Pencari Suaka dan Dampak        COVID-19 Terhadap Minoritas di ASEAN” yang diselenggarakan oleh AICHR pada tanggal 19 Juni        2020; (iv) “Decree No. 125/2016 After Pandemic: Refugee Rights in the New Normal” pada        tanggal 20 April 2020; dan (v) #3 youth: open space "Refugees in Southeast Asia during the        COVID-19 Pandemic” yang diselenggarakan oleh ASEAN Youth Forum pada tanggal 21 Juni       

(21)

Sementara itu Program Kampanye SUAKA banyak terlihat di sosial media antara lain Instagram        dan Facebook yang aktif dalam menyampaikan inklusivitas pengungsi untuk mendapatkan        akses terhadap informasi terkait COVID-19. Terlebih pada masa pandemi ini, SUAKA        bersama-sama dengan JRS mengambil langkah untuk menyarikan dan menerjemahkan        berbagai informasi tentang COVID-19 agar dapat menjadi konsumsi para pengungsi. 

Beberapa pengungsi menyatakan bahwa mereka banyak menerima manfaat dari informasi        terkait COVID-19 yang diunduh pada website SUAKA, antara lain bagaimana mencuci tangan        dan menggunakan masker yang benar, serta protokol kesehatan; tidak hanya bagi dirinya        sendiri atau keluarganya tetapi mereka juga bisa menggunakan informasi tersebut untuk        komunitasnya. Informasi yang cepat berubah memang menjadi tantangan, tetapi disisi lain        memberikan informasi yang aktual dan terupdate secara regular sangat diperlukan untuk        memastikan pengungsi juga mendapatkan informasi yang akurat. 

 

Tahun 2020 menjadi trafik tahunan terbesar website SUAKA dengan total pengunjung sebesar        26.000. Pembuatan information kit untuk pengungsi selama COVID-19 menjadi salah satu faktor        peningkatan traffic website. Selain itu juga penempatan tautan atau materi di website, menjadi        traffic driver untuk pengunjung mengakses website SUAKA. Gambaran data ini dapat menjadi        analisis potensi pengembangan pengelolaan platform komunikasi SUAKA kedepannya. 

(22)

Penerimaan publik berdasarkan parameter yang dapat diukur, seperti data diatas, cukup        menunjukkan antusiasme yang tinggi. Meskipun isu pengungsi masih merupakan isu yang        tergolong sedikit diperbincangkan, tapi tetap memiliki daya tarik yang potensial untuk program        kampanye di 2021. SUAKA juga dapat meningkatkan frekuensi publikasi dan keikutsertaan        dalam kegiatan-kegiatan publik untuk meningkatkan visibilitas organisasi. 

SUAKA juga perlu lebih banyak mengeluarkan produk tulisan, baik op-ed, brief dan atau bentuk        tulisan lain, seperti Know Your Rights (KYR) atau Self Help Kit yang terdahulu.       Di tahun 2020,      

beberapa media nasional seperti Tempo dan The Jakarta Post memublikasikan 2 tulisan yang       

dikirim oleh anggota SUAKA. Hal ini menunjukkan peningkatan perhatian media terhadap isu       

pengungsi dan kerja-kerja SUAKA. ​Produk-produk seperti itu akan potensial untuk menguatkan       

posisi SUAKA sebagai salah satu stakeholder vital dalam isu pengungsi. Perhatian ini muncul        akibat beberapa kali SUAKA terlewatkan dalam diskursus-diskursus pengungsi. 

Penelitian dan Advokasi 

Advokasi berbasis bukti merupakan bagian penting dari kerja SUAKA. Dengan sumber daya                       

yang terbatas pada tahun 2020, SUAKA berhasil menghidupkan wacana advokasi di tingkat                       

nasional.  

SUAKA juga mendorong penuh upaya untuk meningkatkan kemampuan pengungsi agar berdaya        dalam bidang ekonomi. Kesempatan ini mulai terbuka dari diskusi yang diselenggarakan oleh        SUAKA di bulan Desember, dengan menghadirkan Satgas Pengungsi Kemenkopolhukam,        Kantor Staf Presiden dan Yayasan Geutanyoe. Beberapa poin yang dapat ditindaklanjuti dari        diskusi tersebut adalah eksplorasi kesempatan pemberdayaan pengungsi secara ekonomi        dengan melibatkan Kementerian Ketenagakerjaan dan mengeksplorasi jenis kebijakan yang        dapat dikeluarkan oleh pemerintah untuk memajukan hak pengungsi di Indonesia. 

Dalam hal kebijakan, SUAKA terlibat dalam advokasi kebijakan Raperda Bantuan Hukum DKI        Jakarta yang diinisiasi oleh LBH APIK. Agar Perda yang dihasilkan juga berperspektif        pengungsi, mengingat sebagian besar pengungsi bermukim di Jakarta dan sekitarnya. 

Selain itu, SUAKA berencana untuk menggulirkan kembali inisiatif UU Perlindungan Pengungsi        pada 2021 dengan berbagai pemangku kepentingan. Materi yang ditawarkan yaitu Draf RUU juga        sudah disusun oleh Enny Soeprapto, salah satu anggota SUAKA yang sudah bergeliat lama        dalam isu pengungsi di Indonesia. Hal ini merupakan salah satu hasil dari diskusi publik yang        dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2020 “Decree No. 125/2016 After Pandemic: Refugee Rights        in the New Normal”, dimana SUAKA dan Policy Lab menghadirkan Anggota Komisi I DPR RI        untuk pembahasan RUU Kepengungsian. 

Di tahun 2020, SUAKA bersama dengan Jaringan Advokasi Perlindungan Pengungsi dan Pencari       

Suaka Indonesia (JAPPSI) membuat Discussion Paper: A Health Insurance Scheme for Refugees       

in Indonesia. Dokumen ini adalah sebuah kajian untuk mendukung pemenuhan hak atas       

kesehatan bagi pengungsi di Indonesia melalui skema asuransi. Sebagai kita ketahui bersama,       

para pengungsi tidak berhak menjadi peserta jaminan sosial yang diselenggarakan Badan       

Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS). Banyak pengungsi yang bergantung kepada dukungan       

karitatif dari lembaga internasional maupun institusi lainnya dalam mengakses layanan       

kesehatan. SUAKA turut terlibat dalam pembuatan skema asuransi kesehatan bagi pengungsi       

yang diadvokasi kepada UNHCR Indonesia. Pembahasan skema tersebut belum terlaksana       

dengan baik akibat fokus UNHCR Indonesia yang terfokus pada penanganan kondisi COVID-19 di       

(23)

Advokasi untuk kebijakan yang tepat sasaran tentu membutuhkan bukti yang kuat. SUAKA                       

selalu memadankan upaya advokasi dengan penelitian untuk meningkatkan pemahaman                 

terhadap permasalahan.  

Pada Desember 2020 hingga Januari 2021, SUAKA bekerja sama dengan Dompet Dhuafa dan        Yayasan Geutanyoe melakukan studi lapangan di Lhokseumawe, Aceh, mengenai implementasi        Perpres 125/2016 pada penanganan pengungsi Rohingya pada Juni dan Agustus 2020. 

Riset Kondisi Kesehatan Mental Pengungsi

Sejak Juli 2019 SUAKA bekerja sama dengan HOST International, Refugee Trauma and Recovery        Program - University of New South Wales dan Universitas Gajah Mada, menyelenggarakan studi        longitudinal mengenai perkembangan kesehatan mental para pengungsi di Indonesia.  

Penelitian ini akan dibagi dalam beberapa Time Point, masing-masing mempunyai durasi        sekitar 6 bulan. Time point satu targetnya adalah recruitment. Tantangan dan kendala        recruitment akibat pandemic telah teratasi dengan baik, dibuktikan dengan keberhasilan        menjaring 1200 responden riset yang tersebar dengan variasi yang cukup representative        (Bahasa, lokasi tempat tinggal, nasionalitas, umur, status perkawinan). Hal ini tercatat melebihi        ekspektasi optimis yang ditulis pada laporan semester 1. Organisasi-organisasi yang terlibat        juga menyatakan apresiasinya kepada tim operasi riset yang sudah membuat capaian ini.  Time point kedua sudah dimulai sejak September. Target time point kedua adalah retention        atau mempertahankan responden awal untuk tetap menyimpan responnya pada time point        kedua. Tantangannya adalah untuk tetap engage dengan para responden dengan antisipasi        kebosanan dan menyerah ditengah proses. Sejauh ini proses di time point kedua berjalan lancar        dan sesuai dengan waktu yang direncanakan. 

Sepanjang 2020 sudah dilakukan dua aktivitas diskusi daring untuk mendukung riset, yang        pertama adalah webinar mengenai Manajemen Stress Selama COVID-19, kedua adalah webinar        mengenai Panduan Untuk Tidur yang Berkualitas. Masih banyak potensi terkait webinar yang        dapat difasilitasi oleh para peneliti. Tema dan pembicara pada kedua webinar yang merupakan        ahli psikologis klinis menjadi salah satu daya tarik bagi para pengungsi untuk mengikuti        webinar. 

Kemungkinan besar situasi pandemic belum akan berakhir pada semester pertama 2021,        sehingga rencana retention tetap akan kurang lebih sama dengan rencana time point satu yaitu        optimalisasi digital presence (perbanyak postingan secara berkala) dan mengadakan        information session atau event yang difasilitasi oleh peneliti secara online. 

Keadaan pandemi yang semakin panjang menjadi perhatian bagi Program Kampanye dan        Advokasi. 

(24)

Kesekretariatan 

Untuk mendukung kerja-kerja inti SUAKA, fungsi Sekretariat menjadi jantung bagi lembaga.        Sekretariat menjalankan fungsi manajemen, administrasi dan keuangan lembaga agar SUAKA        dapat terus melakukan aktivitasnya.  

Pada 2020, SUAKA menambah dua staf penuh-waktu, menjadi tiga staf penuh-waktu yang                       

terdiri dari Staf Keuangan, Koordinator Kampanye dan Penasihat Bantuan Hukum Senior                     

yang berfungsi untuk mengkoordinasi kerja-kerja bantuan hukum.  

Tentunya hal ini dilakukan dengan pertimbangan matang mengingat keuangan SUAKA yang        belum besar. Keputusan ini dilakukan untuk memperkuat portofolio SUAKA agar dapat menjadi        lembaga yang terpercaya dalam menjalankan aktivitas intinya: bantuan hukum. 

Sekretariat juga melakukan aktivitas penerimaan sukarelawan baru, mengatur permohonan        wawancara, korespondensi, beserta memulai inisiasi pembahasan SOP antara lain SOP        Keuangan (telah disahkan), SOP Kepegawaian, dan SOP Penanganan Kasus. Saat ini        sukarelawan baru SUAKA adalah sebanyak empat orang, yang turut terlibat aktif dalam aktivitas        pemberian bantuan hukum dan juga pemberdayaan hukum. 

Hingga saat ini, SUAKA menempati ruangan kantor di Gedung YLBHI dengan properti kantor        yang masih dalam status pinjam-pakai. Inventaris SUAKA hanya terdiri dari satu laptop (yang        dipakai untuk keuangan), satu voice recorder, satu printer, dan persediaan ATK dasar. Masih        perlu dipertimbangkan kembali untuk penambahan inventaris laptop, mengingat aktivitas        lainnya juga membutuhkan dukungan fasilitas. 

Hal yang perlu menjadi catatan adalah bahwa kondisi Indonesia dan dunia sedang tidak stabil        dikarenakan COVID-19, sehingga SUAKA perlu untuk menyesuaikan kerja-kerjanya. Penyesuaian        dilakukan dengan memprioritaskan bekerja dari rumah, memprioritaskan untuk menggunakan        kendaraan umum pribadi ataupun angkutan umum yang bersifat pribadi, menyediakan kuota        pulsa untuk tiga orang setiap bulannya (untuk seluruh pegiat SUAKA yang aktif dan        membutuhkan) serta berlangganan Zoom Premium. Adanya kelelahan aktivitas daring serta        penyesuaian ritme kerja yang baru, menjadi sesuatu hal yang harus diterima dan dimaklumi        sebagaimana setiap pekerja alami dalam kondisi pandemi ini. 

Situasi pandemi juga menjadi permasalahan penyerapan anggaran yang dirasakan oleh       

organisasi masyarakat sipil, tidak terkecuali SUAKA.  

Namun, tantangan tersebut berhasil dijawab SUAKA dengan beradaptasi dengan melakukan                   

berbagai perubahan strategi implementasi kegiatan dari luring ke daring.  

Proses adaptasi yang tanggap oleh SUAKA memastikan tingkat penyerapan yang optimal dan       

dalam waktu bersamaan, mampu menyimpan dana tabungan SUAKA. 

SUAKA senantiasa mempertimbangkan kesesuaian rencana strategis dan mandat SUAKA        dengan dukungan pendanaan. Pada tahun 2020, memiliki kesempatan untuk berkolaborasi        dengan HOST International dan Julia Taft Fund dengan dukungan dana tidak terikat serta        dukungan Dompet Dhuafa.  

(25)

Komunikasi Dengan Pegiat SUAKA 

Sejak Agustus 2020, SUAKA membuat publikasi mini mengenai capaian SUAKA dalam bulan        yang bersangkutan dan agenda SUAKA pada bulan berikutnya. SUAKA berharap publikasi        bertajuk SUAKA Monthly RoundUp ini menjadi medium komunikasi dua arah antara Sekretariat        SUAKA dengan anggotanya. Ke depan, SUAKA akan mengembangkan SUAKA Monthly RoundUp        untuk rujukan utama masyarakat ketika mencari informasi mengenai pengungsi dan pencari        SUAKA di Indonesia.  

Pada paruh akhir 2020, SUAKA mendapatkan dukungan dari volunteer baru sebanyak empat        orang yang berkontribusi dalam menggerakkan kerja-kerja SUAKA. 

Melangkah Maju 

Perjalanan SUAKA untuk melindungi dan mengadvokasikan pemenuhan hak untuk pengungsi        tentu jauh dari kata usai. Melangkah maju ke tahun 2021, SUAKA telah menyiapkan strategi        untuk bekerja untuk pengungsi dengan tantangan pandemi. Langkah strategis ini termasuk        penyesuaian dukungan infrastruktur, mekanisme kelembagaan, dan program dengan situasi        pandemi. SUAKA sebagai organisasi yang rodanya berputar dengan kontribusi staf dan relawan        juga akan memperkuat kolaborasi ini di tahun 2021. Penguatan kolaborasi ini tidak lepas dari        peran Sekretariat SUAKA dalam mengelola sumber daya dan kontribusi relawan untuk        menghasilkan perubahan bermakna bagi pemenuhan hak pengungsi. 

(26)

Keuangan SUAKA 

Pada periode 2020, total dana yang masuk lebih besar sekitar 55% dari perkiraan anggaran masuk. Hal ini dikarenakan adanya tambahan pendonor di penghujung tahun.

(27)

Laporan Posisi Keuangan Perkumpulan Suaka untuk Perlindungan Hak Pengungsi per tanggal 31 Desember 2020.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk dapat melaksanakan Skema Pengurangan Emisi dari Deforestasi dan Degradasi Hutan (Reducing Emission from Deforestastion and Forest Degradation/REDD+) di tingkat tapak,

Pilihlah salah satu jawaban angket dibawah ini sesuai dengan pengalaman dan tidak ada jawaban yang salah dan diharapkan semua pertanyaan harus terjawab.. Cara

7) surat kuasa bila pemohon tidak mengurus sendiri. Izin jenis tenaga kesehatan yang termasuk dalam kelompok tenaga keperawatan terdiri atas berbagai jenis perawat.

a. Mobilitas penuh : merupakan kemampuan seeseorang untuk bergerak secara penuh dan bebas sehingga dapat melakukan interaksi sosial dan menjalankan peran

Perancangan dalam hubungannya dengan arsitektur adalah suatu kegiatan untuk membuat satu usulan pokok yang mengubah sesuatu yang sudah ada menjadi yang lebih baik.. PERANCANG

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL REKAN KERJA DENGAN STRES KERJA PADA KARYAWAN DEWASA MADYA DI PT TIGA MANUNGGAL TEXTILE

Sitanggang, s.Ds, M.Si selaku dosen pembimbing sekaligus dosen penguji yang tidak pernah lelah melayani penulis untuk konsultasi, memberikan saran, serta mengarahkan

Struktur yang akan digunakan adalah grid dengan modul horizontal didasarkan atas modul ruang-ruang retail store dan pembagian ruang dalam kelompok aktivitas. Pemilihan