• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERVENSI SPIRITUAL CARE DALAM MENANGANI KECEMASAN KELUARGA PENDERITA KANKER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "INTERVENSI SPIRITUAL CARE DALAM MENANGANI KECEMASAN KELUARGA PENDERITA KANKER"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

A. Saputri Mulyana, Muh. Saddad Tanrewali, & Irawati Muchlis 73

INTERVENSI SPIRITUAL CARE DALAM MENANGANI KECEMASAN

KELUARGA PENDERITA KANKER

A Saputri Mulyana

1

, Muh. Saddad Tanrewali

2

, Irawati Muhlis

3

* Prodi Ilmu Keperawatan, Universitas Patria Artha, Indonesia.

*E-mail: saputrimulyana89@gmail.com

Abstrak

Tujuan: untuk mengetahui efektivitas pemberian spritual care terhadap penurunan tingkat kecemasan pada keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar. Metode Penelitian: Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain pre and post tets. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah total sampling sebanyak 50 responden. Hasil: Hasil studi ini menunjukan kecemasan pretest terbanyak adalah kecemasan berat sebanyak 34 (68%) responden, kecemasan sedang sebanyak 12 (24%) responden dan kecemasan pretest terendah adalah kecemasan ringan sebanyak 4 (8%) responden, kecemasan posttest terbanyak adalah kecemasan ringan sebanyak 21 (42%) responden, kecemasan sedang sebanyak 16 (32%) responden, tidak cemas sebanyak 10 (20%) responden dan kecemasan postest terendah adalah kecemasan berat sebanyak 3 (6%) responden dan ada pengaruh pemberian spritual care terhadap penurunan tingkat kecemasan pada keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar (nilai t hitung 15,236> t tabel

1,676 dengan nilai ρ 0,000 < α 0,05). Rekomendasi: Penelitian ini merekomendasikan kepada YKAKI Makassar untuk memberikan terapi spritual care sebagai terapi non farmakologis untuk menurunkan tingkat kecemasan orang tua anak.Dan serta tersusunnya modul/ buku tentang spiritual care.

Kata kunci: Kanker; Kecemasan; Spiritual Care.

PENDAHULUAN

Penyakit kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik dunia maupun di Indonesia.Kanker merupakan pembunuh no 2 setelah penyakit kardiovaskuler yang menyebabkan kematian sebesar 12% kematian di dunia (Depkes, 2010). Pada Januari 2014, tercatat hampir 14,5 juta orang Amerika hidup dengan kanker. Di antara penderita kanker tersebut ada yang didiagnosis baru menjalani pengobatan. Sementara sebagian besar lainnya telah didiagnosis

bertahun-tahun yang lalu (American Cancer Society, 2016). Data dari

International Agency For Research on Cancer (IARC) tahun 2012, diperkirakan 14,1 juta kasus baru terkait kanker terjadi pada tahun 2012, dibandingkan dengan 12,7 juta pada tahun 2008. Perkiraan prevalensi untuk 2012 menunjukkan bahwa ada 32,6 juta orang (di atas usia 15 tahun) yang telah memiliki kanker didiagnosis pada lima tahun sebelumnya. Proyeksi berdasarkan perkiraan tahun 2012 memprediksi peningkatan substantif menjadi 19,3 juta kasus kanker baru pada tahun 2025.

Patria Artha Journal of Nursing Science 2018. Vol. 2(2), 73-80

Issn: 2549 5674 e-issn: 2549 7545 Reprints and permission:

(2)

74 A. Saputri Mulyana, Muh. Saddad Tanrewali, & Irawati Muchlis

Pada tahun 2017 ini diprediksikan hampir 9 juta orang meninggal di seluruh dunia akibat kanker dan akan terus meningkat hingga 13 juta orang per tahun di 2030. Di Indonesia, prevalensi penyakit kanker juga cukup tinggi. Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi kanker di Indonesia adalah 1,4 per 100 penduduk atau sekitar 347.000 orang. Sedangkan jika melihat data BPJS Kesehatan, terdapat peningkatan jumlah kasus kanker yang ditangani dan pembiayaannya pada periode 2014 2015 (Kemenkes, 2017).

Penderita kanker akan mengalami tekanan psikologis pasca terdiagnosis kanker, seperti informasi kanker yang diterima dari masyarakat bahwa apabila seseorang terdiagnosis mengidap kanker berarti vonis mati yang hanya tinggal menunggu waktu (Mangan, 2003). Tekanan yang sering kali muncul adalah kecemasan, insomnia, sulit berkonsentrasi, tidak nafsu makan, dan merasa putus asa yang berlebihan, hingga hilangnya semangat hidup. Respon emosional yang secara umum mungkin muncul pada saat dokter mendiagnosis seseorang menderita penyakit berbahaya (kronis) seperti kanker, yaitu penolakan, kecemasan, dan depresi. (Lubis, 2009). Dukungan spiritual ini dapat mengurangi kecemasan yang dialami keluarga pasien. Keterlibatan spiritual dan keagamaan tersebut berkontribusi dalam hal mengurangi gejala depresi dan kecemasan. Orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan akan memperoleh kenyamanan dan dapat mengatasi stres (Young, 2012). Kedekatan dengan Tuhan akan memberi kekuatan lebih, kepercayaan diri serta kenyamanan. Sehingga memberi manfaat terhadap kesehatan termasuk mengurangi depresi, kesepian, meningkatkan kematangan dalam berhubungan , kompetensi sosial dan penilaian psikososial yang lebih baik dalam menghadapi stres (Hill & Pargament, 2008).

Data yang diperoleh dari YKAKI melaporkan angka klien pada tahun 2017 sebanyak 100 orang dimana 41 telah meninggal. Penyakit yang paling banyak di yayasan ini adalah

leukimia (19%), tumor(8%), carsinoma nasofaring (2%), retinoblastoma (2%) sinus histiositosis (2%).

Jumlah pasien kanker yang masuk di YKAKI rata-rata 50 orang setiap bulannya, pemberian terapi berupa spritual care

pada keluarga terhadap penurunan tingkat kecemasan belum pernah di lakukan sebelumnya dan hanya berfokus pada anak yang menderita kanker. Hal ini yang mendasari sehingga penulis tertarik untuk meneliti keluarga penderita kanker mengingat kecemasan yang berlebihan dapat mengakibatkan terjadi depresi sehingga perlu diberikan terapi nonfarmakologi berupa pemberian spritual care.

Berdasarkan fenomena tersebut penulis tertarik untuk meneliti efektivitas pemberian spritual care terhadap penurunan tingkat kecemasan pada keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar.

METODE

Jenis penilitian pada studi ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain pre and post tets (Dharma, 2013).

Penelitian dilakukan di YKAKI Makassar pada bulan Januari-Juni 2018. Sumber data pada penelitian ini adalah keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar sebanyak 50 orang, menggunakan

total sampling, dimana peneliti mengambil sampel yang ditemui pada saat penelitian yang dianggap memenuhi kriteria pemilihan (Nursalam,2013).

Melalui penyebaran kuesioner sebelum dan setelah pemberian Spiritual Care, diketahui efektivitas Spiritual Care terhadap penurunan kecemasan pada keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar. Pemberian Spiritual Care dilakukan oleh terapis sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.

HASIL

1. Gambaran YKAKI Makassar

Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI) berlokasi di jalan Perintis

(3)

Mulyana, Apriani, Damayanti, Rahmadani & Lisdayanti 75

Kemerdekaan VI No. 39 Tamalanrea Makassar, merupakan yayasan yang di dirikan pada tanggal 1 November 2006. Ibu Nurul Hijeriyati selaku ketua Cabang YKAKI Makassar. YKAKI Makassar sejauh ini telah merawat sekaligus membimbing lebih dari 100 pasien dan terdapat sekitar 50 pasien singgah YKAKI Makassar guna mengikuti protokol masa perawatan,selain menyediakan Rumah singgah,YKAKI Makassar juga menyediakan program Sekolah-Ku yang merupakan program pembelajaran bagi pasien anak penderita kanker.

2.

Karakteristik Responden

Tabel 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di YKAKI Makassar

Tahun 2018 (n = 50) Jenis Kelamin Frekuensi (f) Persen (%) Laki-laki 16 32 Perempuan 34 68 Umur 25-34 tahun 15 30 35-45 tahun 15 30 >45 tahun 20 40 Pendidikan SMP 7 14 SMA 34 68 Perguruan Tinggi 9 18 Pekerjaann IRT 20 40 Wiraswasta 22 44 PNS 8 16 Jumlah 50 100

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa jenis kelamin terbanyak adalah perempuan sebanyak 34 responden (68%) dan jenis kelamin terendah adalah jenis kelamin laki-laki sebanyak 16 responden (32%). Umur responden terbanyak adalah umur > 45 tahun sebanyak 20 responden (40%) dan umur terendah adalah umur 25-34 tahun dan umur 35-45 tahun sebanyak 15 responden (30%). Pendidikan terbanyak adalah pendidikan SMA sebanyak 34 responden (68%) dan pendidikan terendah adalah pendidikan SMP sebanyak 7

responden (14%). Pekerjaan terbanyak adalah pekerjaan wiraswasta sebanyak 22 responden (44%) dan pekerjaan terendah adalah pekerjaan PNS sebanyak 8 responden (16%).

3. Hasil Penelitian

a. Gambaran tingkat kecemasan sebelum pemberian spiritual care

pada keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Responden Kecemasan Pre Test di YKAKI Makassar

Tahun 2018 (n = 50) Kecemasan Frekuensi (f) Persen (%) Ringan 4 8 Sedang 12 24 Berat 34 68 Jumlah 50 100

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4.2 menunjukkan kecemasan pretest terbanyak adalah kecemasan berat sebanyak 34 responden (68%), kecemasan sedang sebanyak 12 responden (24%) dan kecemasan pretest terendah adalah kecemasan ringan sebanyak 4 responden (8%).

b. Gambaran tingkat kecemasan setelah pemberian spiritual care pada keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Kecemasan Post Test di YKAKI Makassar

Tahun 2018 (n = 50) Kecemasan Frekuensi (f) Persen (%) Tidak Cemas 10 20 Ringan 21 42 Sedang 16 32 Berat 3 6 Jumlah 50 100

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 3 menunjukkan kecemasan posttest terbanyak adalah kecemasan ringan sebanyak 21 responden (42%), kecemasan sedang sebanyak 16 responden (32%), tidak cemas sebanyak 10 responden (20%) dan kecemasan postest terendah adalah kecemasan berat sebanyak 3 responden (6%).

(4)

76 A. Saputri Mulyana, Muh. Saddad Tanrewali, & Irawati Muchlis c. Pengaruh Pemberian Spritual Care

Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Keluarga Penderita Kanker di YKAKI Makassar

Tabel 4 Pengaruh Pemberian Spritual Care Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan Pada Keluarga Penderita Kanker di YKAKI

Makassar Tahun 2018 (n = 50) Kece masan Mean Dev iasi t hitun g d f Ρ-val ue Kecem

asan Sebelum 3,6 0,631 236 15, 49 0,000 Sesu

dah 24 2,

Sumber : Data Primer 2018

Tabel 4.4 diperoleh hasil uji t dengan penurunan kecemasan sesudah pemberian spritual care, penurunan dari 3,6 menjadi 2,24 dengan rata-rata penurunan 1,36. Hasil uji menunjukkan bahwa pemberian spritual care pada keluarga penderita kanker sebelum dan sesudah dengan nilai t

hitung 15,236> t tabel 1,676 dengan nilai ρ

0,000 < α 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pemberian spritual care terhadap penurunan tingkat kecemasan pada keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar.

PEMBAHASAN

1.Gambaran tingkat kecemasan sebelum pemberian spiritual care pada keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar

Tabel 4.2 menunjukkan gambaran kecemasan responden sebelum diberikan

spiritual care adalah 34 responden (68%) mengalami kecemasan berat dan sebanyak 4 responden (8%) mengalami kecemasan ringan.

Berdasarkan hasil penelitian, 34 responden yang mengalami kecemasan berat dikarenakan responden mengalami stress setelah mengetahui penyakit yang diderita oleh anak, selain itu hal ini juga disebabkan oleh kurang informasi dan pengetahuan terkait dengan penyakit yang dialami oleh anak. Beberapa responden

menyatakan bahwa kurangnya sarana kesehatan di daerah tempat tinggal di Konawe, Buton, Ambon, Papua, Maluku, dan Gorontalo, serta takut akan besarnya biaya yang akan digunakan selama masa pengobatan anak. Hal ini ditandai beberapa responden merasa lebih gugup dan cemas dari biasanya, sering takut tanpa alasan, sering merasa teraganggu karena pusing wajah terasa panas dan kemerahan.

Sebagian besar responden yang mengalami cemas berat adalah perempuan, hal ini dikarenakan responden bejenis kelamin perempuan dalam penelitian ini lebih banyak dibandingkan responden yang berjenis kelamin laki-laki. Kecemasan pada responden berjenis kelamin perempuan lebih rentan terkena cemas dikarenakan akibat dari reaksi saraf otonom yang berlebihan dengan naiknya sistem simpatis, naiknya norepineprin, terjadi peningkatan pelepasan kotekalamin, dan adanya gangguan regulasi serotonergik yang abnormal. Hal ini didukung oleh pendapat Penelitian yang didapatkan oleh Abdul (2008), bahwa kecemasan dengan tingkat yang lebih tinggi lebih banyak pada perempuan. Kaplan dan Sadock (2005) menyatakan kecemasan terjadi lebih banyak pada wanita.

Selain jenis kelamin usia juga merupakan faktor cemas berat, usia responden ≥ 40 tahun lebih banyak mengalami cemas berat dikarenakan selain memikirkan kondisi anaknya yang sakit responden juga memikirkan anak lain yang ditinggalkan demi merawat buah hati yang sedang menjalani pengobatan di YKAKI Makassar. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Haynes (1999) yang menyatakan bahwa faktor usia muda mudah terkena stress dan cemas. Manuaba (2000) menyatakan bahwa usia muda lebih mudah terkena tekanan (stres) psikologis dan cemas, karena kesiapan mental dan jiwa yang belum matang serta kurangnya pengalaman.

Pada hasil yang lain, terdapat 4 responden (8%) mengalami kecemasan ringan. Hal ini dikarenakan responden tersebut telah mengetahui penyakit yang diderita oleh anak dan tersedia

(5)

Mulyana, Apriani, Damayanti, Rahmadani & Lisdayanti 77

sarana kesehatan terdekat di Palopo dan Toraja.

2. Gambaran tingkat kecemasan sebelum pemberian spiritual care

pada keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukkan kecemasan posttest terbanyak adalah kecemasan ringan sebanyak 21 responden (42%) dam kecemasan postest terendah adalah kecemasan berat sebanyak 3 responden (6%).

Hasil penelitian menunujukkan setelah diberikan spritual care kecemasan responden menurun. Hal ini ditandai dengan kecemasan ringan sebanyak 21 responden (42%), penurunan kecemasan dikarenakan responden telah mengetahui tentang penyakit yang diderita oleh anak serta pengobatan, pemberian spritual juga mampu memberikan efek lebih tenang dikarenakan responden menerima kenyataan tentang penyakit anaknya. Penurunan tingkat kecemasan karena pengetahuan respoden terkait penyakit yang diderta oleh anak. Hal ini ditandai dengan hasil post pemberian spiritual care beberapa responden sudah sering dapat tidur dengan mudah dimana pada saat pre pemberian spritual care beberapa responden menyatka sangat jarang dapat tidur dengan mudah dan tidak mengalami mimpi buruk lagi.

3. Pengaruh pemberian spritual care terhadap penurunan tingkat kecemasan pada keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar

Berdasarkan tabel 4.4 diatas diperoleh hasil uji t dengan penurunan kecemasan sesudah pemberian spritual care, penurunan dari 3,6 menjadi 2,24 dengan rata-rata penurunan 1,36.

Hasil uji menunjukkan bahwa pemberian spritual care pada keluarga penderita kanker sebelum dan sesudah dengan nilai t

hitung 15,236> t tabel 1,676 dengan nilai ρ

0,000 < α 0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa ada pengaruh pemberian spritual care terhadap penurunan tingkat

kecemasan pada keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar.

Kecemasan yang dirasakan orang tua anak karena trauma bahwa anak yang menderita kanker tidak dapat disembuhkan yang akhirnya menimbulkan kecemasan dan ketakutan akan kehilangan buah hatinya. Pemberian spritual care pada responden dapat membuat responden merasa tenang sehingga terjadi penurunan kecemasan. Pada pemberian spiritual care responden diberikan dukungan agar senantiasa berdoa dan serta tetap berusaha demi kesembuhan anak responden. Dengan berdoa dan berserah diri serta memohon pertolongan dari yang kuasa responden merasa tenang serta memiliki semangat untuk pengobatan anak yang menderita kanker.

Spiritual yang diberikan peneliti berupa dukungan spiritual melalui beberapa kegiatan, antara lain berdoa, beribadah sesuai dengan kepercayaanya dan bimbingan rohani, hal ini berfungsi membentuk sebuah mekanisme koping adaptif karena dapat memberi ketenangan terhadap pasien saat mengetahui kondisi kesehatannya dan menimbulkan sikap positif pada pasien.

Hasil penelitian diatas sesuai dengan penyataan Taylor (1997) bahwa dukungan spiritual ini sangat diperlukan untuk menerima keadaan sakit yang dialami, khususnya jika penyakit tersebut memerlukan proses penyembuhan yang lama dan hasilnya belum pasti. Menurut American Psychological Association (1992 dalam Hawari, 2005) bahwa spiritualitas dapat meningkatkan kemampuan seseorang dalam mengatasi penderitaan jika seseorang sedang sakit dan mempercepat penyembuhan selain terapi medis yang diberikan.

Peneliti menganalisa kecemasan ringan yang terjadi pada pasien dengan kebutuhan spiritual terpenuhi dikarenakan beberapa faktor, yang dapat mempengaruhi spiritualitas seseorang yaiu budaya, pengalaman hidup, dan praktek keagamaan. Faktor budaya, salah satunya

(6)

78 A. Saputri Mulyana, Muh. Saddad Tanrewali, & Irawati Muchlis

kebiasaan keluarga untuk berdoa, sehingga membawa kebiasaan pada seseorang untuk berdoa. Pernyataan tersebut sesuai dengan Hamid (2000) bahwa latar belakang etnik dan sosial budaya, pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga. Penelitian senada juga diungkapkan oleh Mulyana (2016) bahwa budaya memengaruhi perilaku sehat-sakit seseorang, termasuk pada masyarakat lokal di Makassar dan di Bugis (Mulyana & Vany, 2018).

Kecemasan sedang yang terjadi pada responden dengan pemberian spiritual dikarenakan beberapa faktor, yang dapat mempengaruhi spiritual seseorang antara lain krisis dan perubahan, serta terpisah dari ikatan spiritual. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian, khususnya pada pasien dengan penyakit terminal atau dengan prognosis yang buruk.

Menurut Toth (dalam Craven & Hirnle, 1996) perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual yang bersifat fiskal dan emosional. Terpisah dari ikatan spiritual cenderung terjadi pada penyakit yang bersifat akut, sehingga perasaan responden masih diliputi perasaan kecewa, misalnya kecewa pada tuhan karena telah ditimpa musibah. Menurut Hamid (2008), menderita sakit terutama yang bersifat akut, sering kali membuat individu merasa terisolasi dan kehilangan kebebasan pribadi dan sistem dukungan sosial. Kebiasaan hidup sehari-hari juga berubah, antara lain tidak dapat menghadiri acara resmi, mengikuti kegiatan keagamaan atau tidak dapat berkumpul dengan keluarga atau teman dekat yang bisa memberikan dukungan setiap saat diinginkan.

Peran spiritual dalam hal mekanisme koping sebagai suatu semangat, atau motivasi untuk hidup, keyakinan, pendekatan, harapan dan kepercayaan pada Tuhan serta kebutuhan untuk menjalankan agama yang dianut, kebutuhan untuk dicintai dan diampuni oleh Tuhan yang seluruhnya dimiliki dan

harus dipertahankan oleh seseorang sampai kapanpun agar memperoleh pertolongan, ketenangan, keselamatan, kekuatan, penghiburan serta kesembuhan. Mekanisme koping yang terbentuk sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauhmana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Mekanisme koping yang terbentuk sangat tergantung pada kepribadian seseorang dan sejauh mana tingkat stres dari suatu kondisi atau masalah yang dialaminya. Jika dilihat dari karakteristik responden, hal ini juga berhubungan dengan usia responden yang telah memasuki dewasa pertengahan. Menurut Westerhoff’s (dalam Kozier, 2008), pada fase ini telah mengetahui konsep yang benar dan yang salah, sehingga tindakan operasi bukan dirasa sebagai suatu keadaan yang mengancam, justru akan membawa kesembuhan. Pertambahan usia juga diikuti oleh perkambangan spiritualitasnya. Hal ini seperti dikemukakan Fowler (dalam Kozier, 2004) yang menyatakan bahwa kematangan spiritual tumbuh dan berkembang sejak lahir hingga ahir hayat. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Treolar (2002) dalam Rohman, 2009, bahwa perawat tidak cukup siap untuk memberikan asuhan spiritual, karena kurangnya pengetahuan tentang spiritualitas dan bagaimana membantu klien memenuhi kebutuhan spiritualnya, serta keyakinan bahwa spiritualitas merupakan hal yang bersifat pribadi (private) dari masing-masing individu, dan keyakinan bahwa asuhan spiritual merupakan tugas pemuka agama. Pada dasarnya pemberian dukungan spiritual tidak serumit itu, perawat sangat berperan dalam membantu memenuhi kebutuhan spiritual pasien, hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Hamid (2000) dengan mengusahakan kemudahan seperti mendatangkan pemuka agama sesuai dengan agama yang diyakini pasien, memberikan privacy untuk berdoa, atau memberi kelonggaran bagi pasien untuk berinteraksi dengan orang lain (keluarga/teman), menjalin komunikasi yang terapeutik terhadap pasien yang

(7)

Mulyana, Apriani, Damayanti, Rahmadani & Lisdayanti 79

sedang menghadapi kematian dan prosedur pembedahan juga merupakan bagian dari pemenuhan kebutuhan spiritual pasien.

KESIMPULAN

1. Kecemasan pretest terbanyak adalah kecemasan berat sebanyak 34 responden (68%), kecemasan sedang sebanyak 12 responden (24%) dan kecemasan pretest terendah adalah kecemasan ringan sebanyak 4 responden (8%).

2. Kecemasan posttest terbanyak adalah kecemasan ringan sebanyak 21 (42%) responden, kecemasan sedang sebanyak 16 responden (32%), tidak cemas sebanyak 10 responden (20%) dan kecemasan postest terendah adalah kecemasan berat sebanyak 3 responden (6%).

3. Ada pengaruh pemberian spritual care terhadap penurunan tingkat kecemasan pada keluarga penderita kanker di YKAKI Makassar.

Penelitian ini merekomendasikan bagi pelayanan keperawatan untuk memperhatikan spritual sebagai terapi non farmakologis, terutama bagi keluarga pasien dengan penyakit kronik (kanker). Studi ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam penyusunan buku tentang spiritual care yang dapat digunakan oleh para perawat atau pendidik dan memberikan pelayanan spiritual care bagi klien.

Daftar Pustaka

American Cancer Society. (2016).

https://www.cancer.org/researc h/cancer-facts-statistics/all- cancer-facts-figures/cancer-facts-figures-2016.html

Dharma. (2013). Metodologi Penelitian keperawatan. Jakarta : Trans Info Media

DEPKES. (2010) . Profil Kesehatan Indonesia. Jakarta : Depkes RI.

Hill & Pargament. (2008). Conceptualizing religion and spirituality: Points of commonality, points of departure. Journal for the Theory of Social Behavior, 30(1)

Kemenkes. (2017).

http://www.kemkes.go.id/

Kozier & Erbs. (2004). Fundamental of Nursing. EGC: Jakarta.

Lubis. (2009). Depresi : Tinjauan Psikologis. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Mangan. (2003). Cara Bijak Menaklukan Kanker. Jakarta : EGC.

Mulyana, A. S. (2016). The experience receive nursing care in Syekh Yusuf Hospital, Indonesia: an Ethno-Phenomenological study. Diperoleh dari: icgh2016.ui.ac.id

Mulyana, A.S. & Vany. (2018). Gambaran perilaku sehat-sakit pada masyarakat suku Bugis. Patria Artha Journal of Nursing Science, 2 (1).

Nursalam. (2013). Konsep Penelitian Dan

Penerapan Metodologi

Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Wilkins. (2011). Diagnosis Keperawatan Edisi 9. Jakarta : EGC

Yosep (2011). Keperawatan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media

(8)

Gambar

Tabel  4.1  menunjukkan  bahwa  jenis  kelamin  terbanyak  adalah  perempuan  sebanyak  34  responden  (68%)  dan  jenis  kelamin  terendah  adalah  jenis  kelamin  laki-laki  sebanyak  16  responden  (32%)
Tabel 4 Pengaruh Pemberian Spritual Care  Terhadap Penurunan Tingkat Kecemasan  Pada Keluarga Penderita Kanker di YKAKI

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa akun dalam laporan keuangan untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2006 dan 2005 telah direklasifikasi agar sesuai dengan penyajian laporan keuangan untuk tahun

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di lokasi penelitian tidak terdapat perbedaan antara pre dan post pada kelompok kontrol disebabkan sikap seseorang

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja jaringan Jalan Kaliurang dan Jalan Parangtritis menggunakan variabel volume dan kapasitas jalan, menganalisis

Adapun keuntungannya antara lain sebagai berikut.Rubrik Penilaian Indikator Pencapaian Kompetensi Nilai kualitatif Nilai kuantitatif Penguasaan materi Kemampuan melakukan

Medco Intidinamika creates Integrated Financial Report System (IFRS) to help them enhance their performance well in terms of gathering, calculating, and deciding the early

Perbedaan yang dilakukan oleh penulis sekarang, tujuan dari laporan kasus adalah untuk meningkatkan pemahaman dengan menerapkan asuhan kebidanan pada ibu hamil,

Kajian ini telah mendapati empat ciri psikografik yang signifikan di kalangan wanita yang membeli bahan makanan iaitu wanita yang suka memasak, suka makan di luar,

Hasil yang dicapai dalam penciptaan karya berupa batik modern dalam bentuk burung dengan gaya, karakter dan prilaku lovebird ini didominasi oleh perpaduan