BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kualitas Produk
Kualitas adalah segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan dan upaya perubahan ke arah perbaikan terus menerus atau dikenal dengan istilah Q-Match = quality-meets agreed terms and changes.1 Dalam quality
vocabulary kualitas didefinisikan sebagai totalitas dari karakteristik suatu
produk yang menunjang kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dispesifikasikan atau ditetapkan, kualitas diartikan sebagai kepuasan pelanggan (costumers satisfaction) atau konformasi terhadap kebutuhan atau persyaratan (conformance to the requirements). Kualitas mempunyai hubungan yang erat dengan kepuasan pelanggan. Kualitas memberikan suatu dorongan kepada pelanggan untuk menjalin ikatan hubungan yang kuat dengan perusahaan.2
Secara konvensional kualitas biasa menggambarkan karakteristik langsung dari suatu produk seperti: performan (performance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetic) dan sebagainya. Sedangkan definisi secara strategik kualitas adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the
needs of costumers).3
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian, dibeli, dipergunakan atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan, produk mencakup objek secara fisik, jasa, orang, tempat, organisasi dan ide.4 Produk adalah hasil dari suatu proses, suatu produk dapat berbentuk (tangible), tak berbentuk (intangible), atau kombinasi keduanya.5 Produk adalah paduan dari elemen-elemen terpisah
1 Vincent Gaspers, Manajemen Kualitas Penerapan Kualitas dalam Manajemen Bisnis Total, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997), 5
2 Fandy Tjiptono, Manajemen Jasa, cetakan 1 (Yogyakarta: Andi, 1996), 54
3 Vincent Gaspers, Manajemen Kualitas Penerapan Kualitas dalam Manajemen Bisnis Total, 4
4 Amstrong, Geri & Philip, Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, 76
yang digabungkan oleh seseorang dengan cara tertentu.6
Dibidang pemasaran produk digolongkan menurut dasar yang berbeda-beda, seperti:7
1. Menurut tujuan pemakaian oleh si pemakai
a. Produk konsumsi
Yaitu produk yang dibeli konsumen untuk dikonsumsikan, kategori ini dipecah kedalam beberapa bagian, yaitu:
1) Produk konvinien
Merupakan produk yang mudah dipakai, membelinya dapat disembarang tempat dan di waktu kapan saja. Contoh: rokok, sabun dan sebagainya.
2) Produk shopping
Adalah produk yang harus dibeli dengan mencari dahulu dan dalam pembeliannya harus dipertimbangkan masak-masak, misalnya dengan membandingkan kualitas, harga, kemasan dan sebagainya. Contoh: tekstil dan perabot rumah tangga
3) Produk spesial
Yaitu produk yang mempunyai ciri khas dan hanya dapat dibeli di tempat tertentu saja. Contoh: pakaian wanita di rumah mode tertentu
b. Produk industri
Yang termasuk produk industri adalah produk yang dibeli untuk diproses lagi atau untuk kepentingan dalam industri
2. Menurut tingkat pemakaian dan kekonkritan
Pada klasifikasi ini menunjukkan berapa kali suatu produk dapat digunakan.8
a. Barang yang tidak tahan lama (nondurable goods)
Adalah barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu
Total, 5
6 Trias, Fernando De Bes & Kotler, Lateral Marketing, Alih Bahasa, Emil Salim (Jakarta: Erlangga, 2004), 125
7 Basu Swastha, Azas-azas Marketing (Yogyakarta: Liberti Offset, 2002), 96 8 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, 451
atau beberapa kali penggunaan. Contoh: sabun b. Barang tahan lama (durable goods)
adalah barang berwujud yang digunakan berkali-kali. Contoh: lemari
c. Jasa (service)
jasa bersifat tidak berwujud, tidak dapat dipisahkan dan mudah habis
3. Menurut psikologi
Beberapa karakteristik dari produk dapat mempengaruhi konsumen secara pshikologis.
a. Produk fungsional
Adalah produk yang tidak mempunyai arti kultural atau sosial. Contoh: air mineral, beras dan sayuran
b. Produk prestise
Adalah produk yang memberi arti kedudukan atau lambang kemegahan. Contoh: produk-produk mewah
c. Produk status
Adalah produk yang dapat menciptakan status tertentu atau produk yang menunjukkan keanggotaan. Contoh: produk dengan suatu lebel organisasi (jaket UGM)
d. Produk untuk orang dewasa
Adalah produk yang dapat menunjukkan kepada pemiliknya bahwa ia termasuk orang dewasa, meski belum cukup pantas dinyatakan dewasa. Contoh: kosmetik
e. Produk hedonis
Adalah produk yang dibeli karena mempengaruhi selera seseorang secara langsung. Contoh: produk dengan kemasan atau selogan yang menarik
f. Produk enxiety
Adalah produk yang dapat mengurangi atau menghhilangkan kegelisahan seseorang karena orang lain kurang menyukainya. Contoh: minyak wangi
4. Menurut karakteristik
Dikemukakan oleh Leo V. Aspinwell dalam buku “The
Characteristics of goods Theory” terdapat lima macam karakteristik yaitu:
a. Tingkat pergantian, yaitu frekuensi pembelian sebuah produk b. Marjin kotor, perbedaan antara harga jual dengan harga beli atau
biaya produksi
c. Penyesuaian, merupakan istilah yang dipakai untuk mengidentifikasikan semua jasa dan pengeluaran tambahan pada sebuah barang untuk menyesuaikannya dengan keinginan pembeli d. Jangka waktu konsumsi, jangka waktu yang pasti untuk
mengkonsumsi suatu produk yang ada
e. Jangka waktu pencarian, adalah waktu yang dikeluarkan untuk mencari produk yang diinginkan
Produk dalam pengertian luas yaitu sekelompok sifat-sifat yang berwujud (tangible) dan tidak berwujud (intangible) didalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestis pabrik, prestis pengecer dan pelayanan yang diberikan produsen dan pengecer yang dapat diterima oleh konsumen sebagai kepuasan yang ditawarkan terhadap keinginan atau kebutuhan-kebutuhan konsumen.9 Produk didefinisikan sebagai semua hal yang dapat ditawarkan kepada pasar untuk menarik perhatian, akuisisi, penggunaan atau konsumsi yang dapat memuaskan suatu keinginan atau kebutuhan. Karena para pelanggan membeli kepuasan bukan suku cadang, produk berarti segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan yang ditawarkan suatu perusahaan.10
Lebih lanjut dalam al-Quran produk dinyatakan dalam dua istilah,
9 Djaslim Saladin, Unsur-unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran (Bandung: Mandar Maju, 1996), 6
yaitu al-tayyibat dan al-rizq. Kata al-tayyibat digunakan 18 kali, sedangkan kata al-rizq digunakan 120 kali. Al-tayyibat merujuk pada suatu yang baik, suatu yang murni dan baik, sesuatu yang bersih dan murni, sesuatu yang baik dan menyeluruh serta makanan yang terbaik. Al-rizq merujuk pada makanan yang diberkahi Tuhan, pemberian yang menyenangkan dan ketetapan Tuhan.11
Kualitas produk berarti kemampuan suatu produk untuk memenuhi kebutuhan atau keperluan pelanggan.12 Yaitu kemampuan produk untuk melaksanakan fungsinya, termasuk kemampuan, keandalan, kecepatan, kemudahan dipergunakan dan diperbaiki, serta atribut bernilai yang lain.13 Produk yang dihasilkan baru dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dapat dimanfaatkan dengan baik, serta diproduksi atau dihasilkan dengan cara yang baik dan benar.14
Kualitas produk sangat erat hubungannya dengan kepuasan konsumen yang menciptakan loyalitas total terhadap produk. Secara umum, kualitas adalah dimensi yang global dan relatif tidak sensitif terhadap perbedaan segmen. Karena itu, bila ingin membangun total kepuasan dalam jangka panjang, komitmen terhadap kualitas akan memberikan pay-off yang setimpal.15 Pelanggan akan merasa puas apabila hasil evaluasi menunjukkan bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas.16
Menurut David Garvin terdapat 8 dimensi untuk mengukur kualitas suatu produk, yaitu:17
1. Performance (kinerja)
Kinerja merupakan karakteristik atau fungsi utama suatu produk.
11 M. Suyanto, Muhammad Business Strategy & Ethics (Yogyakarta: Andi Offset, 2008), 263
12 E. Jerome. McCarthy, Wilia D. Perreault, JR. Dasar-dasar Pemasaran, 179 13Amstrong, Geri & Philip, Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, 279
14 Vincent Gaspers, Manajemen Kualitas Penerapan Kualitas dalam Manajemen Bisnis Total, 5
15 Handi Irawan, Indonesian Costomer Satisfaction (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia, 2003), 99
16 Handi Irawan, Indonesian Costomer Satisfaction, 22
17http://hardipurba.com/delapan-dimensi-kualitas-david-garvin.html. diakses pada 24 Oktober 2014. pkl. 13.45 Wib.
Biasanya ini menjadi pertimbangan pertama dalam memutuskan produk apa yang akan dikonsumsi.
2. Durability (daya tahan)
Daya tahan menunjukan usia produk. Jangka waktu hidup sebelum tiba saatnya diganti. Semakin lama daya tahannya tentu semakin awet. Produk yang awet akan dipersepsikan lebih berkualitas dari pada produk yang cepat perlu diganti
3. Serviceability (kemampuan diperbaiki)
Pada dimensi ini produk berkualitas atau tidak dilihat dari kemudahan produk tersebut untuk diperbaiki, produk mudah didapatkan, cepat dan kompeten.
4. Esthetics (estetik)
keindahan menyangkut tampilan produk yang bisa membuat konsumen tertarik. Sering kali berupa design produk atau kemasan.
5. Perceived Quality (kesan)
Mutu atau kualitas yang diterima dan dirasa customer. Menyangkut penilaian konsumen mengenai harga, citra, merek, reputasi atau iklan. Produk yang lebih dikenal masyarakat dipersepsikan lebih berkualitas dari pada yang jarang dikenal.
6. Conformance (kesesuaian)
Kesesuaian kinerja dan mutu produk dengan standar yang ada. Semacam ”janji” yang harus dipenuhi oleh produk.
7. Reliability (keandalan)
kemungkinan produk untuk tidak berfungsi pada periode waktu tertentu. Peluang suatu produk bebas dari kegagalan saat menjalankan fungsinya
8. Featutes (fitur)
item-item ekstra yang ditambahkan pada fitur dasar. Karakteristik atau ciri-ciri tambahan yang melengkapi manfaat dasar suatu produk
Tristiana Oktariko (2011) menyatakan bahwa kualitas produk berpengaruh positif pada kepuasan pelanggan yang berpengaruh terhadap keputusan brand
switching.
B. Harga
Harga adalah sejumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, jumlah nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa.18 Kotler menyatakan bahwa yang dimaksud dengan harga adalah jumlah uang yang ditetapkan oleh produk untuk dibayar oleh konsumen atau pelanggan untuk menutupi biaya produksi, distribusi dan penjualan pokok termasuk pengembalian yang menandai atas usaha dan resikonya.19
Konsumen sering memilih harga yang lebih tinggi diantara dua produk karena mereka melihat adanya perbedaan. Apabila harga lebih tinggi, konsumen cenderung beranggapan bahwa kualitasnya juga lebih baik. Konsumen sering pula menggunakan harga sebagai kriteria utama dalam menetukan nilainya. Produk dengan harga tinggi biasanya dianggap superior dan produk yang mempunyai harga rendah dianggap inferior (rendah tingkatannya).20 Harga yang dibebankan pada suatu produk mengasumsikan sesuatu pada konsumen mengenai produk tersebut.21
Menurut Netmeyer (1993) terdapat dua dimensi pada harga, yaitu:22
1. Ekonomis
Ekonomis itu adalah suatu tindakan / perilaku dimana kita dapat memperoleh input (barang atau jasa) yang mempunyai kualitas terbaik dengan tingkat harga yang sekecil mungkin. Dari pengertian diatas ada dua unsur yang sangat penting, yaitu sumber daya (biaya) dan input (barang atau jasa). Dimensi ekonomis membahas mengenai
18 Amstrong, Geri & Philip, Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, 340
19 Philip Kotler, Marketing, Alih Bahasa, Herujati Purwoko (Jakarta: Erlangga, 1994), 54 20 Basu Swastha, Azas-azas Marketing, 149
21 Eric Schulz, The Marketing Game, alih bahasa Hardjono Honggoamiseno (Jakarta: Erlangga, 2003), 83
22http://mistersidik.com/index.php/catatan/90-persepsi-harga-diakses.pada 17 desember 2014. pkl. 22.47 wib
kemampuan konsumen, perbandingan harga dan kesesuaian harga. 2. Psikologis
Konsumen dapat melihat harga yang mahal sebagai sesuatu yang positif atau negatif. Konsumen membeli produk dengan harga tinggi dengan mempertimbangkan status mereka diantara produk-produk yang menunjukan sensitivitas prestis mereka, berdasarkan motif emosional mereka. Semua produk bergengsi dianggap sebagai simbol kekayaan dan gaya hidup diatas kehidupan standar pada umumnya. Lebih lanjut Albertus (2012) menyatakan harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan oleh konsumen dengan manfaat dari memiliki atau menggunakan produk barang atau jasa yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar atau ditetapkan oleh penjual untuk suatu harga yang sama untuk seorang pembeli. Menurut Tjiptono harga merupakan satu-satunya dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan, bersifat fleksibel, artinya dapat diubah dengan cepat.23 Produk yang mempunyai kualitas yang sama tetapi menetapkan harga yang relatif murah akan memberikan value yang lebih tinggi kepada pelanggannya, jelas bahwa faktor harga juga merupakan faktor yang penting bagi pelanggan untuk mengevaluasi tingkat kepuasanya.24
Faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan harga, yaitu:25 1) Permintaan produk
2) Reaksi pesaing 3) Bauran pemasaran
4) Target bagian saham pasar 5) Biaya untuk memproduksi
Metode penetapan harga dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:26
23 Albertus Ferry Rostya Adi, “Anaisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk dan Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pelanggan (Studi Pada Waroeng Spesial Sambal Cabang Lampersari Semarang)” (Skripsi. Fakultas Ekonomika dan Bisnis Diponegoro, 2012), 28
24 Prima Ariestonandri, Marketing Researc for Beginner, 23
25 Djaslim Saladin, unsure-unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran, 37 26 Philip Kotler, Marketing, 235
a) Penetapan harga up, dilakukan dengan menambah
mark-up standar ke biaya produk
b) Penetapan harga berdasarkan sistem pengembalian dilakukan dengan perusahaan menetapkan harga sesuai dengan tingkat pengembalian (ROA) yang diinginkan
c) Penetapan harga berdasarkan nilai yang dipersepsikan, dilakukan dengan menyesuaikan persepsi dari pikiran pembeli
d) Penetapan harga berlaku, yaitu mereka menetapkan harga yang cukup rendah untuk penawaran yang bermutu tinggi
e) Penetapan harga sesuai harga yang berlaku, perusahaan mendasarkan harganya terutama pada harga pesaing
f) Penetapan harga tender tertutup, perusahaan menetapkan harga berdasarkan perkiraannya tentang bagaimana pesaing akan menetapkan harga dan bukan berdasrkan hubungan yang kaku dengan biaya atau permintaan perusahaan
Proses penetapan harga GAMBAR 2.1
Proses penetapan harga Sumber: Philip Kotler (2002)
Selama harga dapat menutup biaya variable dan sebagian biaya tetap, perusahaan dapat terus berjalan. Akan tetapi, kelangsungan hidup hanyalah tujuan jangka pendek. Dalam jangka panjang, perusahaan harus belajar meningkatkan nilainya. Jika tidak maka ia akan punah. Menurut Peter Drucker saat pasar dijenuhkan oleh produsen dan produk-produk tidak dapat lagi didiferensiasikan secara mudah, hanya ada dua metode yang akan menaikkan penjualan, yaitu dengan menurunkan harga atau tetap berfokus pada fitur-fitur unik yang signifikan dari produk.27
Strategi harga telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW sejak zaman dulu, yang terpenting dalam strategi harga Nabi Muhammad SAW adalah
berdasarkan prinsip suka sama suka atau yang dikenal dalam ekonomi islam dengan istilah antarodin mingkum. Hal ini sesuai dengan firman Allah.
Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS. An-Nisa : 29)
C. Brand Swicthing
Pengambilan keputusan merupakan kegiatan melakukan penilaian dan menjatuhkan pilihan setelah melalui beberapa perhitungan dan pertimbangan alternatif. Ada beberapa tahap yang mungkin dilakukan sebelum menjatuhkan keputusan. Tahapan tersebut bisa berupa identifikasi masalah utama, menyusun alternatif yang akan dipilih dan akhirnya sampai pada pengambilan keputusan yang terbaik bagi si pengambil keputusan.28
Faktor-faktor penting yang dipertimbangkan konsumen saat membuat keputusan, yaitu:29
1) Kualitas
Jelas konsumen menginginkan kualitas yang tinggi. Kesulitan terbesar tunggal bagi konsumen adalah mengukur tingkat kualitas produk. 2) Ragam produk dan jasa
Semakin dalam pengetahuan konsumen tentang ragam produk semakin besar peluang konsumen untuk memilih.
28Amstrong, Geri & Philip, Kotler, Dasar-dasar Pemasaran, Jilid 1, Alih Bahasa Alexander Sindoro dan Benyamin Molan (Jakarta: Penerbit Prehalindo, 2002), 76
29 James J. Stapleton, Executive’s Guide to Knowledge Management, Alih Bahasa, Emil Salim (Jakarta: Erlangga, 2003), 119
3) Inovasi
Ide-ide inovatif biasanya mengejutkan konsumen. Mereka akan memberi penilaian lebih tinggi untuk hal tersebut.
4) Keyakinan
Butuh waktu yang tidak sebentar untuk menimbulkan rasa yakin di hati konsumen untuk suatu produk.
5) Harga
Sejumlah konsumen cenderung memilih harga yang rendah, meski untuk beberapa alasan pribadi tidak sedikit juga konsumen yang memilih produk dengan harga tinggi.
6) Rekomendasi
Rekomendasi bisa berasal dari beragam influer, bisa teman, rekan kerja atau keluarga.
7) Reputasi
Reputasi produk penting untuk mempertahankan konsumen tetap setia.
Brand atau merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang atau
desain, atau gabungan semua yang diharapkan mengidentifikasi barang atau jasa dari seseorang penjual atau sekelompok penjual, dan diharapkan akan membedakan barang atau jasa dari pesaing lain.30 Menurut Kotler merek atau cap ialah suatu tanda atau simbol yang memberikan identitas suatu barang atau jasa tertentu yang dapat berupa kata-kata, gambar atau kombinasi keduanya.31
Merek dapat memiliki 6 level pengertian, yaitu:32
1) Atribut
Merek mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Atribut ini perlu dikelola dan diciptakan agar pelanggan dapat mengetahui dengan pasti apa saja yang terkandung dalam suatu merek
30 Djaslim Saladin, unsure-unsur Inti Pemasaran dan Manajemen Pemasaran, 24 31 Buchari Alma, Manajemen Pemasaran dan Pemasaran Jasa, 147
32 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, Alih bahasa, Agus H. P. Anggawijaya (Jakarta: Prehalindo, 2002), 448
2) Manfaat
Atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat fungsional dan emosional. Konsumen tidak membeli atribut melainkan membeli manfaat
3) Nilai
Merek juga menyatakan tentang nilai produsen. Mereka yang memiliki nilai tinggi akan dihargai oleh konsumen sebagai merek yang berkelas, sehingga dapat mencerminkan siapa pengguna merek tersebut
4) Budaya
Merek juga mewakili budaya tertentu
5) Kepribadian
Merek juga mencerminkan kepribadian tertentu. Diharapkan kepribadian pelanggan tercermin seiring dengan penggunaan suatu merek
6) Pemakai
Merek menunjukan jenis konsumen yang membeli atau menggunakan produk tersebut
Merek merupakan simbol yang kompleks, sehingga pemberian merek bukanlah hal yang mudah. Menurut Rangkuti yang dikutip oleh Heri Santoso merek yang baik harus memenuhi beberapa karakteristik tertentu, meski dalam kenyataannya sangat sulit untuk bisa memenuhi semuanya, suatu merek harus:33
1. Nama merek harus menunjukkan manfaat dan mutu produk tersebut
2. Nama merek harus mudah diucapkan, dikenal dan diingat 3. Nama merek harus mudah terbedakan, artinya harus spesifik dan khas
4. Nama merek harus mudah diterjemahkan kedalam beberapa
33 Heri Santoso, “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Brand Switching Pada Produk Rokok L.A Lights” (Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009), 27-28
bahasa asing
5. Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk bisa didaftarkan dan memperoleh perlindungan hukum
Merek berkaitan secara keseluruhan dengan kepercayaan. Kepercayaan dibangun dalam pikiran konsumen setelah mempunyai pengalaman baik dengan produk pada nama merek tertentu. Bila pengalaman itu menyenangkan, pembelian ulang akan dilakukan dengan asumsi pengalaman tersebut akan sama.34 Reality is not reality. In marketing, perception is reality. Wareen Keegan mengatakan produk itu sesuatu yang dibuat perusahaan, sedangkan merek itu sesuatu yang dibeli konsumen. Menurut Aaker, terdapat lima elemen untuk memahami ekuitas sebuah merek.35
1. Brand Awarness, seberapa kuat tingkat merek dikenal
konsumen
2. Brand Associations, bagaimana merek tersebut diasosiasikan
oleh konsumen
3. Perceived Quality, bagaimana kualitas produk atau jasa layanan
dipersepsikan oleh konsumen, mana yang sesuai harapan dan mana yang tidak.
4. Brand Loyality, seberapa loyal konsumen menggunakan merek
yang ditawarkan
5. Other Aspect, aspek-aspek merek berharga lainnya seperti hak
paten, akses terhadap pasar (brand extention), teknologi, dan lain-lain.
Brand menjadi pemimpin kategori yang solid oleh karena kekuatan
ekuitas merek melalui penyaluran jaminan ekuitas merek yang konsisten, kualitas produk yang dapat dipercaya dan dapat diandalkan. Konsumen memilih merek-merek dengan reputasi yang kuat, yang memfasilitasi dan menyederhanakan pilihan produk. Konsumen akan membeli apa yang mereka percayai.36
34 Marianne Rosner Klimchuck, Packaging Desig, Alih Bahasa, Bob Sabran (jakarta: Erlangga, 2007), 43
35 M. Suyanto, Muhammad Business Strategy & Ethic, 62-63 36 Marianne Rosner Klimchuck, Packaging Design, 42
Brand switching adalah pola pembelian yang dikarakteristikkan
dengan perubahan atau pergantian dari satu merek ke merek yang lain. Perpindahan merek dapat muncul karena adanya variety seeking.37 Brand
switching merupakan saat dimana seorang pelanggan atau sekelompok
pelanggan berpindah kesetiaan dari satu merek produk tertentu ke merek produk lain.38
Terdapat dua dimensi brand switching menurut Mowen and Minor (1998), Wilki (1994), Netslin (1994), yaitu:39
1. Internal
Adalah faktor lingkungan dalam diri konsumen baik secara rasional maupun emosional. Dimensi ini memiliki tiga indikator yaitu keinginan mencari variasi (variety seeking), ketidakpuasan konsumen dan pengetahuan mengenai merek
2. Eksternal
Adalah faktor lingkungan luar dalam diri konsumen baik secara rasional maupun emosional. Terdapat tiga indikator yaitu iklan, promosi dan ketidaktersediaan barang
Menurut Widiasari (2006) prilaku brand switching dapat terjadi karena adanya masalah yang ditemukan atas produk yang sudah dibeli.40 Brand
switching dipengaruhi oleh sikap pelanggan, sikap pelanggan ini terjadi
setelah adanya pegalaman menggunakan merek tersebut dan juga komunikasi atau janji yang diberikan oleh merek tersebut.41
Kotler membagi sikap pelanggan terhadap produk yang mereka konsumsi pada lima level, yaitu:42
37 Peter & Jenny, Prilaku Konsumen dan Strategi Pemasaran (Jakarta: Erlangga, 1999), 38 Heri Santoso, “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Brand Switching Pada Produk Rokok L.A Light” (Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2009), 30
39http://eprints.undip.ac.id/10506/1/2002MM1130.pdf. diakses pada 17 desember 2014. Pkl. 23.45 wib
40 Tristiana Oktariko, “Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Berpindah Merek pada Konsumen Pembalut Wanita Kotex di Semarang” (Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, 2011), 19
41 Handi Irawan, Indonesian Costomer Satisfaction, 25 42 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, Edisi Milenium, 461
1) Pelanggan akan mengganti merek, terutama untuk alasan harga. Tidak ada kesetiaan merek
2) Pelanggan puas, tidak ada alasan berganti merek 3) Pelanggan puas dan merasa rugi bila berganti merek
4) Pelanggan menghargai merek itu dan menggunakannya sebagai teman
5) Pelanggan terikat pada merek itu
Menurut Chatrin dan Karlina (2007), konsumen melakukan brand
switching dipengaruhi beberapa faktor, faktor-faktor tersebut antara lain:43 a. Price
Penetapan harga merupakan suatu alasan yang menyebabkan konsumen berpindah ke merek lain, yang terdiri dari harga perbandingan, biaya, pembebanan, denda dan kesepakatan harga promosi.
b. Sales promotion
Sales promotion adalah suatu cara untuk mempengaruhi konsumen
agar langsung membeli barang pada merek tertentu. Sehingga dengan
sales promotion yang baik akan sangat berpengaruh terhadap
keputusan konsumen berpindah merek c. Munculnya produk-produk baru
Semakin banyak bermunculan produk baru dengan merek-merek baru memberi peluang lebih banyak bagi konsumen untuk memilih produk dengan merek apa yang akan mereka gunakan
d. Kualitas
Kualitas yang lebih baik yang ditawarkan suatu merek produk akan mempengaruhi keputusan konsumen untuk melakukan brand
switching
43 Alens Diana Matansari. “Perilaku Brand Switching (Perubahan Merek) Pada Telepon Seluler yang Dipengaruhi oleh Reference Group (Studi Pada Mahasiswa Psikologi Universitas Brawijaya malang)” (Penelitian Ilmiyah. Universitas Brawijaya Malang), 7
D. Penelitian Terdahulu
Berdasarkan penelusuran penulis mengenai studi pustaka yang telah dilakukan, penulis tidak menemukan judul yang sama dengan judul "Pengaruh Kualitas Produk dan Harga Terhadap Keputusan Berpindah
Merek pembalut Herbal Pada Mahasiswa Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon", akan tetapi terdapat penelitian sebelumnya yang cukup relevan dengan penelitian yang penulis lakukan, yaitu: TABEL 2.1 Penelitian Terdahulu No . Nama Peneliti /
Tahun Judul Hasil Penelitian
1. Tristiana Oktariko / 2011
Analisis Pengaruh Kualitas Produk dan Persepsi Harga Terhadap Keputusan Berpindah Merek pada Konsumen Pembalut Wanita Kotex di Semarang
Variabel kualitas produk berpengaruh terhadap keputusan berpindah merek sebesar -0,991 dan signifikan sebesar 1%. Dan persepsi harga berpengaruh terhadap keputusan berpindah merek sebesar -0.045 dan signifikan sebesar 5 %. Hal ini menandakan bahwa semakin tinggi kualitas produk dan persepsi harga semakin rendah tingkat keputusan berpindah merek 2. Heri Santoso / 2009 Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Brand Swiching
pada Produk Rokok L.A. Lights
Semua variabel independen yang diuji berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan melalui uji koefisien regresi untuk Atribut Produk sebesar 2,506 dengan signifikan 0,14, Harga sebesar 3,316 dengan signifikan 0,02, Promosi sebesar 2,424 dengan signifikan 0,17, Persediaan Produk sebesar 2,569 dengan signifikan 0,12.
3. Agnes Niken Puspitasari /
Analisis Kualitas Produk dan kualitas
Dengan menggunakan regresi 2 tahap melalui perangkat lunak
2011 Layanan terhadap Kepuasan
Pelanggan untuk Mendorong Minat Beli Ulang (Studi Pada Pengguna
Nokia di
Semarang)
SPSS for windows, didapatlah suatu hasil yang menunjukkan bahwa kualitas produk dan kualitas pelayanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan untuk meningkatkan minat beli ulang. 4. Widha Emil
Lutfia / 2012
Analisis Kualitas Produk, Kualitas Layanan dan Harga terhadap
Keputusan
Pembelian Coffe
Shop Tembalang
Yang memiliki pengaruh paling besar adalah variabel kualitas produk dengan koefisien regresi sebesar 0.374, kemudian diikuti dengan variabel harga dengan koefisien regresi sebesar 0,331, dan yang tidak berpengaruh positif adalah variabel kualitas pelayanan dengan koefisien regresi sebesar -0,028. 5. Albertus Ferry Rostya Adi / 2012 Analisis Pengaruh Harga, Kualitas Produk dan Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelayanan (Studi pada Waroeng Special Sambal Cabang Lampersari Semarang)
Semua variabel independen yang diuji berpengaruh secra positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan melalui uji F dan uji t, sedangkan angka Adjused R Square sebesar 0,521 menunjukan 52,1% variasi kepuasan pelanggan yang dapat dijelaskan oleh ketiga variabel independen. Sisanya 47,9% dijelaskan oleh faktor lain diluar penelitian ini.
E. Kerangka Pemikiran
Produk pembalut herbal merupakan produk pembalut yang menggunakan bahan-bahan herbal dalam pembuatannya. Produk pembalut ini tidak hanya mengutamakan kenyamanan konsumen selama penggunaan, lebih dari itu produk pembalut herbal menawarkan produk dengan implementasi kesehatan sehingga sangat aman untuk perempuan pada masa menstruasi
(haidh). Perempuan pada masa menstruasi mempunyai resiko kesehatan yang
lebih besar, hal ini dikarenakan darah menstruasi merupakan darah kotor yang perlu pemahaman dan penanganan dengan benar. Menstruasi adalah kejadian alami yang terjadi pada perempuan, yaitu keluarnya darah melalui kelamin
perempuan yang sudah mencapai usia minimal 9 tahun kurang dari 16 hari kurang sedikit (usia 8 tahun 11 bulan 14 hari lebih sedikit) bukan disebabkan melahirkan atau suatu penyakit pada rahim.44
Seperti hadist Nabi Muhammad SAW:
هيلع قفتم ) . مدآ تانب ىلع ا هبتك ئيش اذه )
Artinya:
“ini (Haidh) merupakan sesuatu yang telah ditakdirkan Allah kepada
cucu-cucu wanita Adam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Keputusan berpindah merek pada konsumen bisa dipengaruhi oleh kualitas produk. Kualitas menjadi pertimbangan penting bagi konsumen dalam proses pengambilan keputusan. Menurut para ahli, konsumen membeli kepuasan, bukan suku cadang produk semata. Itu artinya kualitas adalah segala sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan yang ditawarkan suatu perusahaan.45
Selain kualitas produk, harga merupakan salah satu atribut produk paling penting yang dievaluasi konsumen, dan manajer harus benar-benar menyadari peran tersebut untuk pembentukan sikap konsumen.46 harga menjadi atribut produk atau jasa yang paling sering digunakan sebagai pertimbangan oleh sebagian besar konsumen untuk mengevaluasi produk sebelum menentukan keputusan pembelian.
Dari uraian tersebut peneliti menentukan tiga variabel dalam penelitian ini, yaitu pengaruh kualitas produk (variabel X1), pengaruh harga (X2), terhadap keputusan berpindah merek pembalut harbal (Y)
44LBM-PPL 2002 M. Uyunul Masa-il Linnisa (Kediri: Lajnah Bahtsul Masail Madrasah Bidayatul Mubtadien. 2002), 15
45E. Jerome. McCarthy, Wilia D. Perreault, JR. Dasar-dasar Pemasaran, 179
GAMBAR 2.2 Kerangka Pemikiran
Dari kerangka pemikiran yang telah penulis paparkan dapat diambil hipotesis sementara, yaitu:
H1 : Variabel kualitas produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan berpindah merek
H2 : Variabel harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan berpindah merek
H3 : Variabel kualitas produk dan harga berpengaruh signifikan secara simultan terhadap keputusan berpindah merek