• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Pameran merupakan acara yang sudah lumrah di kota Yogyakarta, sebuah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Pameran merupakan acara yang sudah lumrah di kota Yogyakarta, sebuah"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pameran merupakan acara yang sudah lumrah di kota Yogyakarta, sebuah

acara atau kegiatan yang ditujukan utuk memamerkan sesuatu. Secara umum pameran adalah sebuah ikatan dan penyambung berbagai hal dan aneka unsur

yang ada di dalam ruang (besar) untuk tujuan dan maksud tertentu1.

Pelukis yang sering menyelenggarakan pameran tunggal di Yogyakarta kebanyakan adalah laki-laki. Belum banyak pelukis wanita yang banyak dikenal di kalangan masyarakat. Umumnya orang hanya mengenal nama Affandi, RM. Saptohoedojo, Djoko Pekik, mereka adalah contoh pelukis laki-laki yang namanya terkenal sampai saat ini.

Selain itu, penulis sering melihat poster yang tertempel di papan pengumuman pada saat melewati galeri seni, seperti Taman Budaya, Galeri Biasa, Bentara Budaya, dan masih banyak lagi. Poster yang ditempel lebih dari satu, ini menunjukkan banyak kegiatan seni yang diselenggarakan di Yogyakarta, termasuk pameran. Galeri seni ini menjadi salah satu pendukung berkembangnya aktifitas seni di kota ini. Pameran yang diselenggarakan beragam, mulai dari pameran lukisan, patung, hingga instalasi.

1 Susanto, Mikke. 2011. Diksi Rupa: Kumpulan Istilah & Gerakan Seni Rupa (edisi revisi).

(2)

2

Penulis lebih tertarik dengan poster pameran lukisan dibandingkan dengan poster pameran yang lain. Lukisan merupakan salah satu karya seni yang dapat dinikmati siapapun dan dapat dinilai sesuka hati mereka yang melihatnya. Pameran lukisan lebih sering diselenggarakan dan itu menarik perhatian penulis. Jika banyak pameran lukisan, maka banyak pelukis yang masih aktif berapresiasi dan produktif di kota Yogyakarta.

Penulis pernah datang ke sebuah pembukaan pameran lukisan di sebuah galeri yang letaknya berada di pinggir kota Yogyakarta karena penasaran dengan acara pameran yang diselenggarakan oleh teman seumurannya yang bercita-cita menjadi seorang pelukis. Itu adalah pertama kali penulis datang ke galeri tersebut, yaitu galeri IAM atau Independent Artspace Management. Bentuk galeri tersebut lebih mirip dengan sebuah rumah tingkat, lebarnya kira-kira 5 meter dan memanjang ke belakang. Dekat pintu gerbang terlihat sebuah meja yang ditunggui oleh dua orang, mereka adalah penjaga buku tamu. Penulis menghampiri meja tersebut dan mengisi buku tamu. Penjaga buku tamu tersebut tersenyum kemudian

memberi snack kepada penulis.

Malam itu, penulis terlambat datang, pameran lukisan sudah dibuka, para pengunjung sudah mulai memasuki ruang pamer dan ada yang duduk manis di kursi-kursi yang telah disediakan, tepat di dekat penjaga tamu, tiga baris ke belakang dan memanjang ke samping. Mereka asik mengobrol sambil menikmati suasana malam itu. Tampak terangnya lampu yang menyoroti lukisan-lukisan di dalam ruang pameran, kemudian penulis berjalan ke dalam ruang pamer.

(3)

3

Kira-kira sepuluh langkah, penulis sudah mencapai pintu masuk ruang pamer. Penulis langsung menengok ke kiri dan ke kanan, seolah memilih mau melihat lukisan mana yang akan dilihat pertama kali. Penulis memutuskan untuk melihat lukisan yang berada di sisi kanan. Ukuran lukisan yang dipajang tergolong kecil karena tidak melebihi satu meter panjang atau pun lebarnya. Satu per satu, penulis mengamati lukisan karya temannya itu yang coraknya hampir sama antara satu lukisan dengan lukisan lain. Perlahan, penulis mulai mengerti bagaimana khas lukisan yang dipamerkan.

Setelah melewati beberapa lukisan, terlihat ada sebuah ruangan kecil di

sisi kanan. Penulis masuk ke ruang tersebut yang merupakan ruang souvenir

berupa tas kanvas, kaos, dan buku yang dijual pada saat pameran berlangsung. Souvenir tersebut unik, berbeda dari biasanya karena terdapat lukisan dari si

pelukis di dalam souvenir tersebut. Keluar dari ruang souvenir, penulis

melanjutkan ke sisi kanan dan kembali ke ruang yang sebelumnya. Penulis mengamati semua lukisan, lebih masuk lagi ke dalam, dan mengelilinginya sampai akhirnya kembali ke pintu masuk dan mencari kursi untuk sekedar menikmati makanan yang telah disediakan.

Kursi pengunjung menghadap ke barat, terlihat jelas ada sebuah tempat yang pada saat itu dijadikan sebagai panggung, walaupun malam itu tidak menggunakan panggung. Pengunjung yang datang kebanyakan adalah teman-teman si pelukis, masih muda-muda. Beberapa dari mereka unjuk bakat ke panggung untuk menghibur para pengunjung yang datang, membuat suasana

(4)

4

malam itu menjadi hangat dan bersahabat, seolah para pengunjung saling mengenal satu sama lain.

Sebenarnya penulis sudah akrab dengan lukisan sejak kecil karena ayah penulis adalah seorang pelukis dan aktif dalam berkesenian, yaitu sering mengadakan pameran, karena itulah penulis sering diajak oleh beliau untuk membantunya dalam menyelenggarakan pameran. Perlahan, penulis belajar, mengenal relasi dan koneksi beliau. Seringnya kegiatan pameran yang beliau selenggarakan dan banyaknya undangan pembukaan pameran yang silih berganti datang, bahkan hampir setiap hari, membuat penulis ingin meneliti mengenai pameran, khususnya pameran lukisan tunggal.

Namun lebih dalam, penulis tertarik untuk meneliti pameran lukisan yang diselenggarakan oleh seorang pelukis wanita. Hal ini terasa unik dan menarik karena umumnya wanita adalah seorang ibu rumah tangga yang memiliki banyak kesibukan dalam mengurus keluarga. Namun di sela-sela kesibukannya, ternyata seorang wanita masih bisa menyempatkan waktunya untuk bisa melukis dan berkarya. Hal ini membuat penulis kagum dan ingin meneliti mengenai pameran lukisan oleh seorang pelukis wanita.

(5)

5

B. Rumusan Masalah

Pameran lukisan merupakan sebuah kegiatan yang sering diselenggarakan di kota Yogyakarta. Tersedianya galeri yang dapat digunakan sebagai wadah untuk menyelenggarakan pameran dan pelaku-pelaku seni membuat aktifitas seni di kota Yogyakarta semakin berkembang. Dengan adanya pameran, masyarakat Yogyakarta semakin akrab dengan seni. Dengan uraian di atas dapat dirumuskan beberapa pertanyaan penelitian :

1. Bagaimana sebuah pameran tunggal dapat menjadi peristiwa sosial?

2. Siapa saja yang terlibat di dalam sebuah pameran tunggal dan bagaimana peran mereka dalam peristiwa tersebut?

3. Bagaimana tanggapan publik atas pameran tunggal tersebut dan siapa penentu kesuksesannya?

(6)

6

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah:

1. Mengetahui bagaimana pameran tunggal dapat menjadi peristiwa sosial 2. Mengetahui siapa saja yang terlibat dan peran mereka dalam sebuah

pameran tunggal

3. Dapat mengetahui tanggapan publik dan penentu kesuksesan sebuah pameran tunggal

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Dari pengkajian atas pemegang peran dalam pameran tunggal diharapkan dapat memberi gambaran pameran tunggal

2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa membantu bagi para peneliti selanjutnya yang ingin membahas tentang pameran tunggal

3. Dapat menambah wawasan kaum muda tentang penyelenggaraan pameran lukisan, khususnya pameran tunggal

(7)

7

D. Kerangka Pemikiran

Seni adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya, pengalaman-pengalaman batin tersebut disajikan secara indah atau menarik sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya. Kelahirannya tidak didorong oleh hasrat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan merupakan usaha melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiaannya memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual (Soedarso Sp., Susanto, Mikke, 2011: 354).

Menurut Haviland (1999), para ahli Antropologi berpendapat bahwa seni mencerminkan nilai-nilai kebudayaan dan perhatian rakyat. Melalui seni, dapat diketahui bagaimana suatu bangsa mengatur dunianya, dan sekaligus mengetahui sejarahnya. Bagi Antropologi, kesenian merupakan gejala kebudayaan. Dalam Antropologi, kita mempelajari kesenian dengan cara menyusun katalogus, memotret, mencatat dan mendeskripsikan semua bentuk kegiatan imajinatif yang mungkin terdapat dalam suatu kebudayaan tertentu.

Pengalaman inderawi ditunjukkan dalam sebuah pameran. Orang lain melihat karya lukisan yang dipamerkan melalui indera penglihatan. Karya lukisan tersebut berisi bermacam gambar dan dapat dinilai keindahannya oleh setiap orang yang melihatnya. Mereka memiliki perspektif masing-masing dalam menilai sebuah lukisan. Karya lukisan yang dipamerkan juga dapat dinilai dengan harga yang bervariasi.

(8)

8

“Membicarakan soal seni sama dengan membicarakan soal manusia. Bukan saja karena seni merupakan hasil tindakan manusia, namun juga karena dalam seni terkandung refleksi tentang relasi antara manusia dengan alam semesta, serta relasi antar manusia. Bahkan dapat dikatakan seni itu sendiri merupakan tindak refleksi manusia” (Simatupang, 2013: 3).

Refleksi tentang relasi antara manusia dengan alam semesta ditunjukkan dengan adanya lukisan yang menggambarkan keindahan alam. Refleksi tentang relasi antar manusia, yaitu antara pelukis dengan orang lain atau lingkungannya ditunjukkan dengan penggambaran lukisan dengan objek sehari-hari dan ada di sekitar hidupnya. Lukisan akan menjadi sebuah karya yang akan disajikan kepada masyarakat, inilah yang menjadi relasi antara pelukis dengan publik.

Pelukis menciptakan lukisan, menyiapkan lukisan sehingga menjadi barang atau benda yang siap untuk dipamerkan, ditonton bahkan dijual dan memiliki pasar tersendiri. Awalnya hanya karya lukisan yang dipamerkan, namun seiring berkembangnya waktu, pameran dikemas semenarik mungkin. Dengan penyusunan acara pada saat pembukaan pameran, pemberian hiburan, publikasi yang baik, maka akan banyak pengunjung atau pengamat sekaligus penikmat seni yang akan mengapresiasi lukisan tersebut.

Pameran dapat menunjukkan keeksisan seorang pelukis seperti yang dikatakan oleh Sudjojono, “Sebuah pameran adalah indikasi bahwa seorang pelukis masih eksis. Dan keeksisan pelukis adalah indikasi dari suatu bangsa yang aktif , serta punya gugusan kreatif” (Sudjojono, dalam Dermawan, 2012: 531).

Menurut Dedi Nurhadiat dalam buku Pendidikan Seni Seni Rupa, semua

(9)

9

dibuat berikutnya (Nurhadiat, 2004: 81). Untuk itu diadakan sebuah kegiatan pameran, yaitu sebuah kegiatan pamer atau mempertunjukkan beberapa benda kepada orang lain. Dalam tulisan ini, pameran yang dimaksud adalah pameran lukisan. Dengan demikian pameran lukisan adalah sebuah kegiatan pamer atau mempertunjukkan beberapa lukisan kepada orang lain atau biasa disebut dengan pengunjung atau penikmat seni.

Menurut Lono Simatupang (2010):

“Kesenian tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sosial , untuk itu dalam memahami seni selalu terikat dengan konteksnya. Konteks sosial terjadi dengan pemahaman bahwa seni diproduksi oleh orang tertentu (seniman), dikelola oleh orang tertentu (manajer ruang pertunjukan, pemilik galeri, dan pusat kebudayaan), dan

dinikmati oleh orang lain (penonton)”2.

Pameran lukisan memiliki tolak ukur keberhasilan. Dalam sebuah pameran, ada unsur-unsur dan pihak-pihak yang berperan sebagai penyangga agar pameran dapat terselenggara dengan baik, antara lain pelukis, kolektor, dan galeri. Pihak yang lainnya adalah pengunjung, media sebagai promosi atau pemasaran, kurator, juga hiburan pada saat pembukaan pameran.

Menurut Dermawan (2012), “Pameran, menurut para pelakunya, selain harus menyuguhkan karya-karya yang baik, juga harus disandingi pemasaran dan manajemen yang baik. Karya yang bagus tanpa pemasaran yang bagus, pameran

akan blong. Pemasaran yang yahud tapi untuk lukisan yang tidak berkualitas, jelas

mengecewakan” (Dermawan, 2012: 530).

2 Jurnal Musik Vol. 2 no. 1 Agustus 2010, Pengelolaan Pertunjukan Musik Pusat Kebudayaan

(10)

10

Pelukis menunjukkan karyanya melalui sebuah pameran lukisan, namun tidak hanya lukisan saja yang perlu dipersiapkan, melainkan ada hal-hal lain yang turut menjadi faktor pendukung dalam suksesnya sebuah pameran. Seperti yang dikatakan Dermawan, pameran yang baik adalah jika lukisan memiliki kualitas baik dan dikemas dengan pemasaran dan manajemen yang baik.

Selanjutnya Dermawan (2012) menambahkan bahwa “Ketika pameran si pelukis diselenggarakan oleh lembaga panitia seperti galeri dan lain-lain, kasus “Segitiga Bermuda” lantas menyirat. Kolektor, pelukis, dan panitia pameran bertempur diam-diam. Upaya seorang kolektor membeli lukisan dengan harga murah, usaha pelukis melangitkan harga karyanya, dan ulah panitia pameran melariskan “dagangannya” (dengan spirit memperoleh komisi 20 sampai 30 persen), adalah ajang menarik”.

Galeri yang digunakan sebagai tempat untuk memamerkan karya lukisan berperan layaknya sebuah toko. Mereka menjajakan lukisan yang sedang dipamerkan kepada pembeli atau sering disebut dengan kolektor lukisan. Ketiganya akan saling berkaitan ketika lukisan yang dipamerkan dijual oleh si pelukis.

Pameran lukisan tidak hanya dipandang sebagai peristiwa seni, namun juga dipandang sebagai peristiwa sosial. Ini erat kaitannya dengan bagaimana hubungan si pelukis dengan masyarakat. Pelukis menciptakan lukisan lalu memamerkannya, sehingga ada sebuah relasi yang terjalin antara pelukis dengan masyarakat, yaitu dengan berpameran.

(11)

11

Seperti yang dikatakan George Dickie, “A public is a set of persons the

members of which are prepared in some degree to understand an object which is presented to them and the art world is the totality of all art world system” (Maanen, Hans van, 2009: 26). Artinya publik adalah sekumpulan orang dari beberapa kalangan yang memang disiapkan untuk memahami objek yang disajikan kepada mereka dan dunia seni adalah keseluruhan semua sistem-sistem dunia seni.

Pameran merupakan presentasi dari seorang pelukis untuk publik atau masyarakat. Dengan demikian pameran diselenggarakan untuk dapat dinikmati

secara luas oleh masyarakat. George Dickie mengatakan bahwa, “An art world

system is a frame-work for the presentation of a work of art by an artist to an art world public” (Maanen, Hans van, 2009: 26-27). Artinya sistem dunia seni adalah kerangka kerja untuk mempresentasikan karya seni seorang seniman untuk dunia seni publik. Dalam sebuah pameran, pelukis tidak dapat berdiri sendiri, diperlukan beberapa elemen pendukung, antara lain adalah galeri, kolektor, pengunjung, kurator, media, dan hiburan.

(12)

12

E. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian menggunakan studi kasus pameran tunggal Made Asri. Pertimbangan dalam memilih pameran tunggal ini adalah karena Made Asri adalah pelukis wanita, pembukaan pameran bertepatan dengan hari Perempuan Sedunia, dan yang membuka acara ini juga seorang wanita, yakni Ibu Yani Saptohoedojo, sehingga pameran tunggal Made Asri ini memiliki keunikan tersendiri. Penulis turut terlibat dalam proses penyelenggaraannya, yaitu sebagai pembawa acara. Hal ini memudahkan penulis dalam mendapatkan data-data yang diperlukan.

E.1. Lokasi Penelitian

Dipilihnya kota Yogyakarta karena di sinilah acara pameran tunggal Made Asri yang menjadi studi kasus dalam penelitian ini diselenggarakan. Penelitian dilakukan di Jalan Mondoliko Muja Muju UH II/ 854, Kabupaten Yogyakarta, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

E.2. Pemilihan Informan

Objek penelitian ini adalah pameran tunggal Made Asri. Peneliti menggunakan informan pendukung untuk menambah data yang dibutuhkan. Informan pendukung ini adalah orang-orang yang peduli dengan seni rupa, khususnya pameran lukisan yang ada di Yogyakarta, di antaranya adalah pemilik galeri, wartawan yang sering terlibat dalam terselenggaranya sebuah pameran, pengunjung yang sering datang ke pameran, seorang kolektor, dan kurator. Dengan demikian diharapkan penelitian ini dapat berjalan baik.

(13)

13

E.3. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan informasi dan data untuk tulisan ini penulis menggunakan dua metode, yakni observasi partisipan dan wawancara. Peneliti melakukan observasi dengan cara terlibat di dalam sebuah penyelenggaraan pameran tunggal dan mencari informasi tambahan dengan wawancara kepada beberapa pihak terkait. Observasi partisipan yakni observasi yang dilakukan dengan menjadi salah satu partisipan di dalamnya. Observasi partisipan atau partisipasi dilakukan dengan cara ikut masuk ke dalam lingkaran penelitian, yakni berperan sebagai pembawa acara dan membantu terselenggaranya pameran tunggal Made Asri.

Wawancara merupakan salah satu cara yang efektif dalam mengumpulkan data. Wawancara adalah salah satu perangkat metodologi berbentuk perbincangan,

seni bertanya, dan mendengar.3 Melalui wawancara penulis bisa mendapatkan

banyak informasi lisan yang belum tertulis dalam literatur. Wawancara dilakukan seperti halnya berbincang agar pembicaraan antara penulis dengan narasumber lebih santai.

Studi pustaka dilakukan untuk mendapatkan teori-teori yang berkaitan dengan penelitian. Data sekunder digunakan untuk melengkapi data yang sudah ada dan untuk menganalisis hasil wawancara dan observasi partisipasi.

3 Denzin, Norman K. Yvoanna S. Lincoln. 1994. Handbook of Qualitative Research. USA: Sage

Referensi

Dokumen terkait

1. Mendeskripsikan tujuan pameran seni rupa bagi siswa 2. Mengklasifikasikan berbagai jenis pameran menurut tempat pelaksanaan

Pameran Seni Rupa Alam Terbuka “Art for Love” bertujuan untuk memamerkan lukisan dari pelukis Yogyakarta, Surakarta, dan Semarang dalam rangka penggalakkan

Bagaimana wujud rancangan Galeri Seni Rupa Kontemporer di Yogyakarta yang menggambarkan kedinamisan seni kontemporer melalui pengolahan tampilan bangunan dan penataan ruang luar

Panitia pameran seni rupa kriya se-Indonesia, SURPRISE #8 di gedung serba guna Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Nominasi 14 besar Kriya Award dan berpameran di

Bagaimana konsep perencanaan dan perancangan Galeri Seni Rupa dapat mewadahi kegiatan pameran dan workshop di Yogyakarta yang sesuai dengan kajian-kajian galeri (tema, waktu dan

“Alam, Ruang, Manusia”, yang diselenggarakan Galeri Nasional Indonesia pada 26 Oktober – 25 November 2020, dengan pertimbangan bahwa pameran ini merupakan salah satu gelaran seni

9 pameran di Yogyakarta banyak pengunjung yang berdatangan untuk melihat, mengagumi bahkan membeli karya-karya seni rupa baik pengunjung yang berasal dari dalam negeri

Latar Belakang Bersama melangkah menggapai mimpi melalui Seni Maksud dari kegiatan Pameran Seni rupa adalah dengan Adanya Seni kita akan berpikir Secara kreatif Sehingga dengan