1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sebuah karya seni tidak hanya dapat dinikmati melalui indra penglihatan saja. Namun indra lainnya juga dapat berperan dalam melakukan apresiasi terhadap karya seni. Hal inilah yang mendasari adanya sebuah pameran seni. Dengan berkunjung langsung ke pameran seni, para penikmat dan pecinta seni tidak hanya melihat karya seni dari layar monitor ataupun cetakan buku dan majalah. Selain itu, pameran dan aktivitas seni lainnya dapat menjadi sebuah penanda potensi seni di sebuah kota.
Pameran dan aktivitas seni ini biasanya berlangsung di galeri-galeri seni. Seperti pameran tunggal Eddy Susanto bertajuk JavaScript yang dilangsungkan di Galeri Nasional, pameran Angkutan oleh Narpati Awangga di RUCI Art Space, dan sebagainya. Tetapi ada juga pameran yang dilangsungkan di hotel ternama seperti Bazaar Art 2015 di Grand Ballroom The Ritz-Carlton. Menurut data per Agustus 2015 dari Asosiasi Galeri Seni Rupa Indonesia (AGSI), terdapat 40 galeri seni di Jakarta yang aktif mengadakan event berupa pameran, workshop dan diskusi seni.
Informasi mengenai acara-acara yang berlangsung di galeri seni memang mulai diberitakan di koran dan majalah. Namun, hanya terbatas pada galeri-galeri tertentu. Padahal menurut survey, 76% responden memerlukan informasi mengenai galeri seni yang lain. Salah satu alasannya agar mereka mempunyai
kesempatan makin besar untuk menikmati karya seni, menambah referensi dan perkembangan bagi galeri itu sendiri. Selain itu, sebanyak 66% responden masih mengalami kesulitan dalam mengakses galeri seni yang ada di Jakarta. Kesulitan tersebut berupa kurangnya informasi update acara yang sedang berlangsung seperti pameran, workshop, acara seni lainnya, informasi internal mengenai koleksi di galeri seni, jam buka dan tutup, harga tiket masuk dan koleksi galeri.
Untuk mendapatkan informasi mengenai galeri seni pun terbatas hanya melalui website resmi galeri seni itu sendiri dan informasi dari mulut ke mulut saja. Namun ternyata tidak semua galeri memiliki website dan atau media lain yang berisi informasi tentang event-event yang sedang berlangsung. Sebanyak 75% responden memilih aplikasi dibandingkan media cetak seperti buku dan booklet sebagai media informasi mengenai galeri seni di Jakarta. Berangkat dari fenomena ini, penulis membuat “Aplikasi Galeri Seni di Jakarta”.
Aplikasi ini akan memuat informasi mengenai galeri seni di Jakarta meliputi alamat, jam buka dan tutup galeri, harga tiket masuk, koleksi galeri dan peta. Pada bagian koleksi akan ditampilakn foto dan deskripsi dari koleksi yang ada. Informasi mengenai event seni di Jakarta yang meliputi alamat, waktu berlangsung, nama seniman, nama kurator, harga tiket masuk dan peta lokasi. Selain itu aplikasi ini juga dilengkapi dengan fitur ticket reserve dan link ke media sosial. Oleh karena itu jenis aplikasi yang dipilih adalah hybrid applications, yang merupakan gabungan dari native applications dan web applications. Jenis ini akan memungkinkan pengguna untuk mengoperasikan secara online dan juga offline.
3
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana menyusun informasi melalui satu aplikasi yang dapat memudahkan calon pengunjung dalam memilih dan melakukan pelacakan event yang sedang berlangsung di berbagai galeri yang ingin dikunjungi? 2. Bagaimana merancang visualisasi yang informatif pada aplikasi galeri seni di
Jakarta?
1.3. Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka terdapat batasan masalah yaitu: 1. Perancangan visualisasi yang informatif pada aplikasi galeri seni di Jakarta.
Dalam perancangan ini, pengkodean aplikasi tidak termasuk dalam pembahasan penulis.
2. Galeri seni yang terdapat di aplikasi ini terbatas pada 9 galeri seni yang berada di wilayah Jakarta Selatan. 9 galeri ini terdiri dari tiga galeri besar, tiga galeri menengah dan tiga galeri kecil.
3. Event seni yang terdapat di aplikasi ini terbatas pada event yang berlangsung pada bulan Desember 2015 dan Januari 2016.
4. Perancangan aplikasi ini sementara untuk android mobile device dengan ukuran 4,5 inch, posisi layar portrait.
5. Perancangan aplikasi ini ditujukan untuk para pecinta seni dengan seniman urban sebagai target primer dan memiliki segmentasi sebagai berikut:
• Geografis: tinggal di daerah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi. Dengan pertimbangan bahwa para pecinta seni yang tinggal di daerah ini adalah yang paling sering mengunjungi event dan galeri seni di Jakarta. • Psikografis: memiliki rasa keingintahuan yang tinggi, kritis terhadap karya
seni, memiliki rasa menghargai yang tinggi dan memiliki pemikiran yang terbuka.
• Demografis:
Para pecinta seni berusia 20-35 tahun, berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, SES B-A2.
1.4. Tujuan Penelitian
Berdasarkan batasan masalah di atas, maka ditentukan tujuan penelitian ini yaitu: 1. Menyusun informasi melalui satu aplikasi yang dapat memudahkan calon
pengunjung dalam memilih dan melakukan pelacakan event yang sedang berlangsung di berbagai galeri yang ingin dikunjungi.
2. Merancang visualisasi yang informatif pada aplikasi galeri seni di Jakarta.
1.5. Metodologi Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam aplikasi galeri seni di Jakarta diperoleh melalui: 1. Observasi
Observasi dibagi menjadi dua yaitu observasi partisipan di mana peneliti secara fisik datang langsung untuk mengamati dan observasi non-partisipan di mana peneliti tidak hadir secara fisik dan hanya menggunakan rekaman media
5 teknik observasi partisipan dengan mengunjungi langsung 9 galeri seni yang ada di Jakarta Selatan Teknik observasi ini bertujuan untuk mencari data untuk konten dari aplikasi ini.
2. Angket/Kuesioner
Menurut Gunter (2000, hlm. 95), kuesioner merupakan salah satu instrument tradisional dalam pengumpulan data. Dengan kuesioner akan didapatkan data kualitatif berupa kata-kata, frase, komentar, narasi atau teks dan data kuantitatif berupa data angka sebagai pengukuran. Teknik angket/kuesioner dengan cara membagikan daftar pertanyaan kepada responden secara online dan offline dengan tujuan mengetahui secara langsung pengetahuan responden mengenai galeri seni dan kesulitan yang dihadapi dalam mengakses galeri seni di Jakarta.
3. Wawancara
Penulis melakukan wawancara kepada tiga narasumber yaitu Bapak Edwin Rahardjo selaku Ketua Asosiasi Galeri Seni Indonesia dan pemilik Edwin’s Gallery, Bapak Tunggul Setiawan selaku Edukator dari Galeri Nasional, Ibu Novi Kristiani selaku Koordinator Program dari Art:1. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui cara dan sistem kerja galeri seni dan permasalahan yang dihadapi.
1.6. Metode Perancangan
Proses perancangan fitur dan konten pada aplikasi direktori galeri seni di jakarta adalah:
1. Orientasi
Dalam tahap orientasi, penulis melakukan pencarian inti masalah, mengumpulkan data berupa fakta dan bacaan yang relevan. Orientasi ini didukung dengan observasi dan menyebarkan angket/kuesioner kepada responden.
2. Analisis
Dalam tahap analisis, penulis menggunakan mindmap sebagai dasar melakukan analisis. Mindmap berisi proses pengumpulan ide berkaitan dengan tipe aplikasi yang ingin digunakan, desain dan fitur seperti apa yang dibutuhkan, elemen UI/UX yang cocok dan sebagainya.
3. Desain
Dalam tahap ini, penulis mendesain berdasarkan sketsa konsep desain yang telah dibuat.
4. Evaluasi
Setelah membuat desain berupa sketsa kasar, penulis melakukan evaluasi kembali agar perancangan aplikasi ini benar-benar sesuai dengan target.
5. Implementasi
Dalam tahap ini, penulis mengaplikasikan hasil sketsa desain ke dalam sebuah aplikasi dengan bantuan Marvel, yaitu sebuah aplikasi yang dapat melakukan demonstrasi mulai dari desain UI serta UX dari aplikasi yang ingin dibuat.
7
1.7. Sistematika Penulisan
KONSEP PERANCANGAN
Banyak calon pengunjung galeri seni yang kesulitan mendapatkan informasi
event dan internal galeri seni padahal sebenarnya mereka ingin tahu.
Informasi yang diberitakan di surat kabar pun hanya terbatas pada galeri seni tertentu, sehingga pengunjung kesulitan mendapat informasi mengenai galeri seni lainnya.
1. Bagaimana menyusun informasi melalui satu aplikasi yang dapat memudahkan calon pengunjung dalam memilih dan melakukan pelacakan event yang sedang berlangsung di berbagai galeri yang ingin dikunjungi?
2. Bagaimana merancang visualisasi yang informatif pada aplikasi galeri seni di Jakarta?
a. Perancangan visualisasi yang informatif pada aplikasi galeri seni di Jakarta. Dalam perancangan ini, pengkodean aplikasi tidak termasuk dalam pembahasan penulis.
b. Galeri seni yang terdapat di aplikasi ini terbatas pada 9 galeri seni yang mewakili galeri besar, menengah dan kecil. c. Event seni yang terdapat di aplikasi ini terbatas pada event yang berlangsung bulan Desember 2015 dan Januari 2016. d. Perancangan terbatas pada android mobile device dengan
ukuran 4,5 inch dan posisi portrait.
e. Perancangan aplikasi ini ditujukan kepada para pelaku dan pecinta seni.
1. Observasi: mengunjungi langsung 9 galeri seni yang ada di Jakarta.
2. Kuesioner: menyebarkan kuesioner kepada pengunjung galeri seni secara online dan offline.
3. Wawancara: kepada tiga orang narasumber.
Target: para pelaku dan pecinta seni
Aplikasi galeri seni di Jakarta dapat membantu para pelaku dan pecinta seni dalam mengakses informasi event dan galeri seni di Jakarta.
Aplikasi yang berisi informasi mengenai event dan galeri seni di Jakarta meliputi waktu pelaksanaan, alamat, kontak, jam buka tutup galeri, harga tiket masuk, koleksi galeri, peta, fitur ticket reserve dan link media sosial..
INSIGHT TARGET SASARAN METODE PENGUMPULAN DATA
RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH