BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rantai Pasokan
Rantai pasokan atau dalam bahasa lainnya lebih dikenal sebagai Supply Chain adalah pengintegrasian aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan, pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir serta pengiriman ke pelanggan. Aktivitas itu mencakup pembelian, outsourcing, dan hubungan antara pemasok dengan distributor dalam menentukan transportasi ke vendor, pemindahan uang secara kredit dan tunai, para pemasok, bank dan distributor, utang dan piutang usaha, pergudangan dan tingkat persediaan, pemenuhan pesanan dan berbagi informasi pelanggan, prediksi dan produksi1.
2.1.1 Definisi Rantai Pasokan
Simichi-Levi et al (2002) menyatakan rantai pasokan sebagai sebuah pendekatan yang diterapkan untuk menyatukan pemasok, pengusaha, gudang, distributor, retail, pengecer, hingga kosumen akhir secara efisien, sehingga produk dapat dihasilkan dan didistribusikan dengan jumlah yang tepat , waktu yang tepat, dan dapat menurunkan biaya serta dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Definisi tersebut didasarkan atas beberapa hal :
Rantai pasokan perlu mempertimbangkan bahwa semua kegiatan mulai dari pemasok, manufaktur, gudang, distributor, retail, sampai ke pengecer berdampak pada biaya produk yang diproduksi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan.
Tujuan dari manajemen rantai pasokan adalah agar total biaya dari semua bagian, mulai dari transportasi dan distribusi persediaan bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi menjadi lebih efektif dan efisien sehingga mengurangi biaya.
Manajemen rantai pasokan berputar pada integrasi yang efisien dari pemasok, manufaktur, gudang, distributor, retail, dan pengecer yang
mencakup semua aktivitas perusahaan, mulai dari tingkat strategis sampai dengan tingkat taktik operasional.
Chopra dan Meindl (2004) menyatakan bahwa manajemen rantai pasokan melibatkan seluruh bagian, baik secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi permintaan kosumen. Manajemen rantai pasokan tidak hanya berkaitan dengan manufaktur dan pemasok, tetapi juga melibatkan transportasi, gudang, retailer, distributor, pengecer, dan pelanggan itu sendiri. Tujuan dari manajemen rantai pasokan adalah memaksimalkan keseluruhan nilai. Keseluruhan nilai dari manajemen rantai pasokan, merupakan perbedaan diantara nilai dari produk akhir terhadap pelanggan dan upaya manajemen rantai pasokan di dalam memenuhi permintaan pelanggan.
Melalui definisi konsep dari MRP, konsep MRP menekankan lebih pada bagaimana perusahaan memenuhi permintaan konsumen tidak hanya sekedar menyediakan barang. Manajemen rantai pasokan merupakan proses penciptaan nilai tambah barang dan jasa yang berfokus pada efisiensi dan efektivitas dari persediaan, aliran kas dan aliran informasi. Aliran informasi merupakan aliran terpenting dalam pengelolaan rantai pasokan, karena dengan adanya aliran informasi maka pihak pemasok dapat menjamin tersedianya material lebih tepat waktu, memenuhi permintaan konsumen lebih cepat dengan kuantitas yang tepat sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja rantai pasokan secara keseluruhan (Anatan dan Ellitan, 2008).
Berdasarkan hal tersebut, menurut Andi Ilham dkk. (2006) maka prinsip dasar MRP seharusnya meliputi 5 hal, yaitu :
1. Prinsip Integrasi. Artinya semua elemen yang terlibat dalam rangkaian MRP berada dalam satu kesatuan yang kompak dan menyadari adanya saling ketergantungan.
2. Prinsip Jejaring. Artinya semua elemen berada dalam hubungan kerja yang selaras.
3. Prinsip Ujung ke ujung. Artinya proses operasinya mencakup elemen pemasok yang paling hulu sampai konsumen paling hilir.
4. Prinsip Saling Tergantung. Setiap elemen dalam MRP menyadari bahwa untuk mencapai manfaat bersaing diperlukan kerja sama yang saling menguntungkan.
5. Prinsip Komunikasi. Artinya keakuratan data menjadi darah dalam jaringan untuk menjadi ketepatan informasi dan material.
Melihat definisi dan prinsip tersebut, dapat dikatakan bahwa MRP merupakan jaringan kerja dalam pengadaan dan penyaluran bahan baku dari pemasok hingga ke konsumen akhir. Dalam hubungan ini, ada beberapa pemain utama yang merupakan perusahaan-perusahaan yang mempunyai kepentingan yang sama. Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2002), pemain utama tersebut diantaranya suppliers, manufacture, distributor, retail outlets, dan customers. Penjelasannya sebagai berikut :
Rantai 1 : Suppliers
Jaringan bermula dari suppliers, yang merupakan sumber penyedia bahan pertama dimana rantai penyaluran barang akan dimulai. Bahan pertama ini bisa juga dalam bentuk bahan baku, bahan mentah, bahan penolong, bahan dagangan, sub suku cadang, suku cadang, dan sebagainya.
Rantai 1 – 2 : Suppliers ► Manufacturer
Rantai pertama dihubungkan dengan rantai kedua, yaitu manufaktur yang melakukan pekerjaan membuat, memfabrikasi, merakit, mengkonversikan, ataupun menyelesaikan barang (finishing). Hubungan dengan rantai pertama tersebut sudah mempunyai potensi untuk melakukan penghemetan.
Rantai 1 – 2 – 3 : Suppliers ► Manufacturer ► Distributor
Barang sudah jadi yang dihasilkan oleh pabrik sudah mulai disalurkan kepada pelanggan. Walaupun tersedia banyak cara untuk penyaluran barang ke pelanggan, yang umumnya adalah melalui distributor dan ini biasanya ditempuh oleh sebagian besar rantai pasokan. Barang dari pabrik melalui gudangnya disalurkan ke gudang distributor dalam jumlah besar, dan pada waktunya pedagang besar menyalurkan dalam jumlah yang lebih kecil kepada retailer.
Rantai 1 – 2 – 3 – 4 : Suppliers ► Manufacturer ► Distributor► Retail Outlets
Pedagang besar biasanya mempunyai fasilitas gudang sendiri atau juga dapat menyewa dari pihak lain. Gudang ini digunakan untuk menimbun barang sebelum disalurkan ke pihak pengecer. Sekali lagi di sini ada kesempatan untuk memperoleh penghematan dalam jumlah persediaan dan biaya gudang, dengan cara melakukan desain kembali pola-pola pengiriman barang baik dari gudang pabrik maupun ke toko pengecer (retail outlets).
Rantai 1 – 2 – 3 – 4 – 5 : Suppliers ► Manufacturer ► Distributor► Retail Outlets ► Custumers
Retailers menawarkan barangnya langsung kepada pelanggan atau pembeli atau pengguna barang tersebut. Yang termasuk outlets adalah toko, warung, toko serba ada, pasar swalayan, toko koperasi, mal, club stores, dan sebagainya.
2.1.2 Identifikasi Anggota Rantai Pasokan
Miranda dan Tunggal (2005) mengatakan, anggota rantai pasokan meliputi semua pihak perusahaan dan organisasi yang berhubungan dengan perusahaan ini baik secara langsung maupun tidak langsung melalui pemasok atau pelanggannya dari point of origin hingga point of consumption, yaitu terdiri dari :
Anggota primer adalah semua perusahaan atau unit bisnis strategi yang benar-benar menjalankan aktivitas operasiobal dan manajerial dala proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi pelanggan atau konsumen.
Anggota sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau asset-aset bagi anggota primer di rantai pasokan.
Siagian (2005) menyatakan bahwa manajemen rantai pasokan berkaitan langsung dengan siklus bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang, dan distribusi kemudian sampai ke konsumen. Perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan meraih pasar dengan penekanan pada rantai pasokan. manajemen rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok, perusahaan manufaktur, distributor, dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan dengan trasportasi, informasi, penjadwalan, transfer kredit
maupun tunai, serta transfer bahan baku antara pihak-pihak yang terlibat. Rantai pasokan menurut Siagian (2005) dapat di lihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Rantai Pasokan Secara Umum(Siagian, 2005)
2.1.3 Strategi Rantai Pasokan
Strategi manajemen rantai pasokan diperlukan untuk membantu pencapaian tujuan perusahaan yang diinginkan dalam strtegi perusahaan. Strategi MRP mencakup hal yang lebih luas dan keluar dari batas internal perusahaan. Didalamnya akan tercakup keputusan strategis tentang jejaring pasokan (supply network) yang mencakup keputusan tentang pemasok mana yang akan dipilih, pemasok mana yang akan dijadikan mitra jangka panjang, dimana saja lokasi gudang dan pusat distribusi akan didirikan, apakah akan melaksanakan sendiri kegiatan logistik.
- Informasi - Arus Kas - Arus Pesanan
Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Konsumen
- Arus Kredit -Arus Bahan Baku
Sisilian dan satir (2002) menyatakan unsur-unsur strategi MRP terdiri dari : 1) Faktor Primer, yaitu keunggulan bersaing dan fleksibilitas permintaan, 2) Faktor Sekunder, yaitu kapabilitas proses, batas waktu proses, dan resiko strategi.
1. Faktor Primer
a. Keunggulan Bersaing
Secara umum keunggulan bersaing menurut porter (1980) dapat diperileh melalui diferensiasi ( produk yang unik atau lebih dari produk yang sudah ada ), kepeloporan biaya (meminimalkan biaya tanpa mengurangi nilai dan kualitas produk), dan respon yang cepat yang ditandai dengan sifat fleksibel, realibel, cepat tanggap terhadap perubahan-perubahan.
b. Fleksibilitas Permintaan
Fleksibibiltas menurut Slack (1990) dipengaruhi beberapa factor, yaitu produk itu sendiri, campuran produk, volume, dan tipe pengantaran. Pengukuran dari flrsibilitas permintaan dapat dilihat dari ketepatan pengantaran, peramalan permintaan yang tepat.
2. Faktor Sekunder a. Proses
Faktor kapabilitas sangat berkaitan dengan sejauh mana perusahaan dapat menjalankan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan dan sangant bergantung pada tipe kegiatan
b. Kematangan Proses
Factor kematangan proses sangat berkaitan dengan tingkat kinerja proses, bagaimana proses ini dapat tanggap dan memenuhi penawaran pasar.
c. Resiko strategi
Resiko yang dimaksud disini aalah adanya penyebaran resiko, yaitu resiko yang diterima perusahaan akibat adanya kebocoran informasi tentang produk dan layanannya, baik itu yang diterima atau diberikan pemasok, sehingga pesaing dapat mengetahui strategi-strategi perusahaan.
Dalam prosesnya strategi MRP memiliki tiga tujuan, yaitu :
1. Menurunkan biaya, strategi MRP yang dijalankan harus dapat meminimalkan biaya logistik yang terjadi
2. Menurunkan modal, strtegi ditujukan untuk meminimalisasikan tingkat investasi di dalam strategi logistik.
3. Meningkatkan pelayanan, strategi MRP harus secara proaktif dijalankan salah satunya adalah pelayanan harus selalu diperbaiki.
2.1.4 Perencanaan Rantai Pasokan
Siagian (2005) menyatakan perencanaan manajemen rantai pasokan terdiri dari enam topik, yaitu : a) Tingkat perencanaan, b) Luasnya daerah perencanaan, c) Tujuan pelayanan pelanggan, d) Strategi fasilitas lokal, e) Keputusan persediaan, dan f) Strategi transportasi.
a. Tingkat perencanaan
Perencanaan MRP bertujuan untuk menjawab pertantaan tentang what
(apa), when (kapan), how (bagaimana), dan hal tersebut berlangsung pada tiga tingkatan, yaitu strategis, taktikal, dan operasional. Perbedaan utama antara tiga tingkatan tersebut ditentukan oleh waktu untuk perencanaan. Perencanaan strategis digolongkan sebagai perencanaan jangka panjang logistik dengan waktu lebih dari satu tahun. Perencanaan ini berhubungan dengan kebijakan-kebijakan perusahaan dalam menjalankan perusahaan. Perencanaan taktis merupakan perencanaan logistik jangkan menengah dengan waktu kurang dari satu tahun. Perencanaan operasional berorientasi pada kegiatan operasional logistik sehari-hari dngan jangka waktu harian atau jam. Setiap tingkatan memiliki persfektif yang berbeda. Perencanaan strategis bersifat umum, sedangkan perencanaan operasional bersifat pasti.
b. Luasnya Daerah Perencanaan
Kegiatan logistik mencakup empat keputusan penting meliputi : 1) Tingkatan layanan kepada pelnaggan.
2) Lokasi fasilitas logistik, yaitu menentukan strategi logistik dapat berjalan lancar dan menjamin adan mendapatkan stock.
3) Keputusan persediaan, berkaitan dengan persediaan yang dimiliki dan kecukupan stock barang.
4) Keputusan transportasi, yaitu memilih model transportasi yang akan digunakan.
c. Tujuan Pelayanan Pelanggan
Pada tingkatan pelayanan jasa yang rendah pemusatan persediaan dapat dilakukan di beberapa tempat, akibat biaya menjadi lebih mahal. Tetapi, pada usaha dengan pelayanan jasa yang tinggi maka akan terjadi sebaliknya.
d. Strategis Fasilitas Lokasi
Perencanaan logistik terhadap fasilitas lokasi, sangat bergantung pada posisi geografis dari tempat penyimpanan dan tempat sumberdaya. Menetapkan jumlah, lokasi, besarnya fasilitas, dan menentukan pasar yang dituju adalah cara penentuan produk yang tepat untuk dipasarkan. Menentukan biaya rendah atau mendapatkan keuntungan yang maksimal adalah tujuan dari perencanaan strategis fasilitas lokasi. e. Keputusan Persediaan
Keputusan persediaan menunjukan tata cara bagaimana persediaan diatur. Kebijakan yang diambil perusahaan biasanya mempengaruhi keputusan fasilitas lokasi, untuk kebijakan ini digolongkan sebagai strategik logistik.
f. Strategi Transportasi
Keputusan transportasi yang akan digunakan sangat bergantung pada mode, seperti ukuran pengiriman, rute pengiriman, dan penjadwalan. Selain itu, problem jaringan logistik dapat dilihat dari jaringan kerjanya. Jaringan tersebut menggambarkan pergerakan barang mulai dari toko pengecer – gudang- pabrik – pemasok atau vendor. Jaringan kerja yang akan dibuat bergantung pada hal-hal berikut :
1. Kapan direncanakan, 2. Pola permintaannya,
3. Pelayanan pelanggan, mencakup kemampuan pengadaan persediaan, kecepatan pengiriman barang, dan kecepatan serta ketepatan memenuhi permintaan,
4. Karakteristik produk, meliputi berat, volume, harga dan resiko, 5. Biaya logistik, dan
6. Kebijakan harga terhadap barang. 2.1.5 Mengelola Rantai Pasokan
Menurut Heizer dan Rander (2004), pengelolaan MRP yang sukses adalah dimulai dengan kesepakatan tujuan bersama, diikuti dengan kepercayaan bersama, dan dilanjutkan dengan budaya organisasi yang sejalan.
1. Kesepakatan Tujuan Bersama
Sebuah rantai pasokan yang terintegrasi memerlukan kerjasama yang baik dalam hubungan dengan anggotanya. Anggota rantai pasokan harus menghargai bahwa satu-satunya pihak yang menanamkan modal pada sebuah rantai pasokan adalah pelanggan akhir. Oleh karena itu, perlu pemahaman timbal balik mengenai misi, strategi, dan sasaran dari organisasi. Rantai pasokan yang terintegrasi menambah nilai ekonomi dam memaksimalkan total produk.
2. Kepercayaan
Kepercayaan merupakan hal terpenting dalam rantai pasokan yang efektif dan efisien. Anggota rantai pasokan harus masuk ke dalam hubungan dan saling berbagai informasi. Hubungan yang dibangun berdasar saling percaya. Hubungan antar pemasok cenderung akan berhasil, jika resiko dan penghematan biaya dibagi. Aktivitas seperti penelitian konsumen, analisis penjualan, prediksi, dan perencanaan produksi merupakan aktivitas bersama.
3. Budaya Organisasi Yang Sejalan
Sebuah hubungan yang positif diantara organisasi pembeli dan pemasok dengan budaya organisasi yang sesuai, dapat menjadi keuntungan nyata dalam membuat rantai pasokan menjadi lebih baik.
2.2 Matriks IFE dan Matriks EFE
Matriks IFE dan EFE terdiri dari kolom bobot, rating, dan total nilai yang merupakan hasil kali dari bobot dan rating. Untuk kolom bobot dan rating diisi sesuai dengan nilainya yang merupakan hasil dari pengelompokan faktor-faktor internal dan eksternal berdasarkan tingkat kepentingannya. Menurut Umar (2001), menyatakan bahwa matriks IFE digunakan untuk mengetahui faktor-faktor internal yang berkaitan dengan kekuatan dan kelemahan yang dihadapi terdiri dari aspek sumberdaya manusia, pemasaran, produksi dan operasi, keuangan dan akuntasi dan sistem informasi. Matriks EFE digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor eksternal. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal menyangkut persoalan ekonomi, politik dan pemerintahan, sosial budaya, teknologi, lingkungan, demografi, persaingan di pasar industri, serta data eksternal relevan lainnya. Hal ini penting karena faktor eksternal perusahaan berpengaruh langsung maupun tidak langsung terhadap perusahaan.
2.3 Matrik IE
Matriks IE menggambarkan posisi rantai pasokan sehingga alternatif strategi yang diusulkan sesuai dengan kondisi rantai pasokan. Matriks IE merupakan gabungan matriks IFE dan EFE yang meringkas hasil evaluasi faktor eksternal dan internal dan menempatkan rantai pasokan pada salah satu kondisi di dalam sembilan sel, dimana setiap sel merupakan langkah yang harus ditempuh rantai pasokan.
2.4 Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor kekuatan dan kelemahan internal denga peluang dan ancaman ekternal secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan (David, 2000). Matriks SWOT merupakan
matching tool yang penting untuk membantu mengembangkan empat tipe strategi yaitu sebagai berikut:
a. Strategi SO (Strength-Opportunity), strategi menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih peluang-peluang yang ada di luar perusahaan.
b. Strategi WO (Weakness-Opportunity), strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemaha-kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang perusahaan.
c. Strategi ST ( Strength-Threat), melalui strategi ini perusahaan berusaha untuk menghindari atau mengurangi dampak dari ancama-ancaman eksternal.
d. Strategi WT (Weakness-Threat), strategi ini merupakan taknik untuk bertahan dengan cara mengurangi kelemahan internal serta menghindari ancaman.
2.5 Matriks QSPM
QSPM (Quantitative Strategic Planning Matriks) adalah alat yang direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success faktor internal dan eksternal yang telah diidentifikasi sebelumnya (Umar, 2001). Tujuan QSPM adalah untuk menentukan alternatif strategi pemasaran yang paling baik atau yang menjadi prioritas untuk dijalankan perusahaan. Seperti alat analisis lainnya, QSPM juga membutuhkan intuitif judgment yang baik.
Dalam beberapa hal, QSPM memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan, yaitu : (1) strategi dapat diperiksa secara berurutan atau bersamaan; (2) tidak ada batas jumlah strategi yang dapat diperiksa atau dievaluasi; (3) membutuhkan ketelitian dalam memadukan faktor-faktor eksternal dan inernal yang terkait dalam proses keputusan.
2.6 Udang Vaname
Sistematika Udang Putih (Litopenaeusvannamei) Secara internasional, udang putih dalam dunia perdagangan dikenal sebagai White leg shrimp atau Western white shrimp atau Pacific white leg shrimp. Di Indonesia dikenal sebagai udang Vaname atau Vannamei atau udang putih. Secara alamiah, udang putih menyandang nama ilmiah Litopenaeus vannamei. Udang ini termasuk golongan
cructaceae (udang-udangan) dan dikelompokkan sebagai udang laut atau udang penaeid bersama dengan jenis udang lainnya, seperti udang windu (Penaeusmonodon), udangjrebung (Penaeus merguensis), udang jari (Penaeus indicus), dan udang kembang (Penaeus semisulcatus). Penggolongan udang putih
secara lengkap berdasarkan ilmu taksonomi (sistem penggolongan hewan berdasarkan bentuk tubuh dan sifat-sifatnya) menurut Wyban dan Sweeney, 1991 dipaparkan sebagai berikut :
Filum : ArthopodaSub Filum Mandibulata Kelas : Crustacea
Sub Kelas : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Sub Ordo : Dendrobrachiata
Fami : Penaidae
Genus : Penaeus
Sub Genus : Litopenaeus
Spesies : Litopenaeus vannamei
Amri dan Kanna (2008) menyatakan bahwa vaname atau udang putih memiliki tubuh yang dibalut kulit tipis keras dari bahan chitin berwarna putih kekuning-kuningan dan kaki berwarna putih. Tubuh udang putih dibagi menjadi dua bagian besar, yakni bagian cephalothorax yang terdiri atas kepala dan dada serta bagian abdomen yang terdiri atas perut dan ekor. Cephalothorax dilindungi olehkulit chitin yang tebal yang disebut juga dengankarapas (carapace). Bagian cephalothorax ini terdiri atas lima ruas kepaladan delapan ruas dada, sementara tubuhnya (abdomen) terdiri atas enamruas dan satu ekor (telson). Bagian depan menjorok merupakan kelopak kepala yang memanjang dengan bagian pinggir bergerigi yang disebut juga dengan cucuk (rostrum). Bagian rostrum ini bergerigi dengan 9 gerigi pada bagian atas dan dua gerigi pada bagian bawah. Sementara itu, di bawah pangkal kepala terdapat sepasang mata. Menurut Tseng (1987), udang putih dengan pertumbuhan normal mempunyai laju pertumbuhan panjang 1,43 mm/hari dan pertumbuhan berat sebesar 0,28 gram/hari. Udang putih mempunyai habitat asli pada dasar perairan yang cenderung berlumpur dengan kedalaman 0 – 72 meter, hidup di muara (estuari) pada saat juveniles dan di laut pada saat dewasa dengan ukuran panjang total maksimum 230 mm dan panjang karapas maksimum 90 mm (Holthuis, 1980).
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian pertama yang dibahas adalah Penelitian yang dilakukan oleh Risyana (2008) dan Usman (2007). Penelitian Risyana berjudul Kinerja manajemen rantai pasokan komoditi Ayam Nenek (Grandparent Stock) di PT. Galur Prima Cobbindo Sukabumi. Masalah yang diangkat dalam penelitian ini diantaranya ketidakpastian waktu dalam penerimaan pasokan bahan baku, sehingga mempengaruhi waktu pendistribusian produksi. dalam menghadapi masalah tersebut. Dari permasalahan yang ada, alternatif yang diberikan untuk memecahkan masalahnya dengan menerapkan konsep MRP yang bertujuan untuk mengoptimalkan waktu, meningkatkan kualitas dan meminimalkan biaya.
Penelitian kedua berjudul Analisis Kinerja Manajemen rantai pasokan Susu Cair Ultra High Temparature Full Cream (Studi Kasus di PT. Ultra Jaya Milk Industry and Trading, Kabupaten Bandung), penelitian ini diteliti oleh Usman (2007). Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah karena tuntutan persaingan dunia bisnis yang semankin ketat. Munculnya beberapa perusahaan pendatang baru yang memasarkan produk susu cair UHT merupakan tantangan bagi perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasar yang telah dimiliki. Tujuan umum dari penelitian perusahaan ini adalah menganalisis kinerja perusahaan dalam proses aplikasi MRP dalam meningkatkan daya saing perusahaan. Metode yang digunakan dalam proses analisis data adalah bersifat deskriptif analitik yang dipadukan dengan analisis kuantitatif dan disajikan dalam bentuk tabulasi.
Penelitian ke tiga berasal dari Penelitian dari Susyana (2005) berjudul Analisis Rantai Persediaan (Supply Chain) komoditas Jeruk Medan (Studi Kasus di Pasar Induk Kramat Jati dan Carrefour Cempaka Mas, Jakarta). Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah daya awet dari komoditi jeruk medan serta lokasi sentra produksi jeruk medan dan pasar yang berjauhan, akibatnya mata rantai yang terjalin sangat panjang yang dimulai dari petani hingga ke konsumen. Hal ini menyebabkan konsumen membayar mahal dari harga yang wajar. Kondisi ini menyebabkan timbulnya persoalan mendasar untuk komoditi jeruk medan yaitu subsistem pemasaran yang berkaitan dengan aliran rantai persediaan pemasaran. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) menganalisis aliran dan
angggota rantai persediaan (supply chain) jeruk medan di Jakarta. (2) menganalisis perbandingan marjin (value) supply chain jeruk medan di pasar tradisional dan supermarket. (3) menganalisis tingkat perbandingan perubahan nisbi dari harga di tingkat pengecer pasar tradisional dan modern dengan harga masing-masing agennya. (4) menganalisis perilaku pembelian pelanggan pada pola rantai persediaan melalui pasar tradisional dan pasar modern.
Penelitian ke empat berasal dari penelitian Ana (2004) berjudul Analisis Rantai Pasokan Terhadap Produktivitas Di UKM Keramik Kelompok Banjarnegara. Pada penelitian tersebut menjelaskan model rantai pasokan di UKM keramik kelompok Banjarnegara yang terdiri dari beberapa anggota yaitu pemasok, UKM/produksi, pengepul barang ekspor, retailer dan pelanggan. Produktivitas didasarkan pada beberapa indicator yaitu keahlian tenaga kerja, teknologi, perencanaan, dan pengawasan produksi, bentuk kerjasama yang dilakukan oleh perusahaan, kebijakan pendidikan dan pelatihan oleh pemerintah daerah, serta kualitas produk. Data diolah dengan menggunakan regresi Stepwise
dan regresi logistik. Hasilnya diperoleh bahwa dari beberapa elemen Manajemen Rantai Pasokan yang berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas adalah kerjasama.
Dari keempat penelitian telah diakukan sebelumnya, terdapat kesamaan yaitu seluruhnya membahas tentang Manajemen Rantai Pasokan. Tetapi topik dan alat analisis yang dibahas tiap penelitian berbeda-beda. Penelitian kali ini mengangkat topik penerapan MRP Udang Vaname di petani plasma Tambak Padu Karawang, tujuan dari penelitian ini adalah Mengidentifikasi, memodelkan rantai pasokan, dan merumuskan beberapa alternative strategi Udang Vaname di petani plasma Tambak Padu Karawang, serta mengkaji penerapan manajemen rantai pasokan Udang Vaname yang efektif dan efisien di petani plasma Tambak Padu Karawang. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terdapat pada komoditas dan alat analisis yang digunakan. Model rantai pasokan Udang Vaname dibahas secara deskriptif menggunakan metode pengembangan rantai pasokan yang dicanangkan oleh Asian Productivity Organization (APO) dan dimodifikasi oleh Vorst, 2005 selanjutnya di rumuskan beberapa alternatif strategi menggunakan metode SWOT.