• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR TABEL... x. DAFTAR GAMBAR... xi. DAFTAR LAMPIRAN... xii BAB I PENDAHULUAN..."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ABSTRAK KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... vi DAFTAR TABEL ... x DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

I.1. Latar Belakang ... 1

I.2. Rumusan Masalah ... 4

I.3. Tujuan Penelitian ... 4

I.4. Manfaat Penelitian ... 5

I.5. Kerangka Teori ... 5

I.5.1 Efektifitas ... 5

I.5.1.1 Pengertian Efektivitas ... 6

I.5.1.2 Tingkatan dalam Efektivitas ... 7

I.5.1.3 Pendekatan dalam Efektivitas ... 8

(2)

I.5.2. Kinerja ... 12

I.5.2.1 Pengertian Kinerja ... 12

I.5.2.2 Faktor Pencapaian Kinerja ... 13

I.5.3. Satuan Polisi Pamong Praja ... 14

I.5.3.1 Pengertian Satuan Polisi Pamong Praja ... 14

I.5.3.2 Tugas Satuan Polisi Pamong Praja ... 16

I.5.3.3 Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja ... 16

I.5.3.4 Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja ... 17

I.5.3.5 Kewajiban Satuan Polisi Pamong Praja ... 18

I.5.3.6 Pemberhentian Satuan Polisi Pamong Praja ... 19

I.5.3.7 Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja ... 20

I.5.3.8 Kerja sama dan koordinasi Satuan Polisi Pamong Praja ... 20

I.5.4 Pedagang Kaki Lima ... 21

I.5.4.1 Pengertian Pedagang Kaki Lima... 21

I.6 Defenisi Konsep ... 22

I.7 Sistematika Penulisan ... 24

BAB II METODE PENELITIAN ... 26

II.1 Bentuk Penelitian ... 26

II.2 Lokasi Penelitian ... 26

II.3. Informan Penelitian ... 27

II.4 Teknik Pengumpulan Data ... 28

II.5 Teknik Analisa Data ... 29

(3)

III.1. Gambaran umum Kota Pematangsiantar ... 30

III.1.1. Aspek Geografi dan Demografi Kota Pematangsiantar ... 30

III.2. Gambaran Umum Kantor Satuan Polisi Pamong Praja... 33

III.2.1. Dasar Pembentukan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar ... 33

III.2.2. Nama Kepala Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar sejak dibentuk pada Tahun 2001 ... 34

III.2.3. Jumlah Personil, Golongan, dan Jabatan Personil Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar ... 34

III.2.4.Sarana dan Prasarana di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar ... 36

III.3. Visi dan Misi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja ... 38

III.3.1. Visi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja ... 38

III.3.2. Misi Satpol PP ( Tujuan dan Sasaran) ... 38

III.4. Kebijakan Kantor Satuan Polisi Pamong Praja ... 41

III.4.1. Hambatan ... 41

III.4.3. Kebijakan untuk Pencegahan Masalah ... 42

III.4.4. Program dan Kegiatan Satuan Polisi Pamong Praja ... 42

III.5. Struktur Organisasi ... 43

III.6. Uraian Tugas Pejabat Struktural dan Staf Kantor Satuan Polisi Pamong Praja. ... 44

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 48

(4)

BAB VI PENUTUP ... 95 VI.1. Kesimpulan ... 95 VI.2. Saran ... 97 DAFTAR PUSTAKA

(5)

DAFTAR TABEL

Ta b e l I I I . 1 . J u ml a h Pe n d u d u k Di r i nc i Pe r Ke c a ma t a n M e n ur u t

Jenis Kelamin ... 31

Tabel III.2. Proyeksi Jumlah Penduduk per Kecamatan ... 31

Tabel III.3.Proyeksi Kepadatan Penduduk per Kecamatan ... 32

Tabel .III.4. Tujuan dan Sasaran Strategi ... 39

(6)

DAFTAR GAMBAR

Gambar III.1. Bagan Susunan Organisasi Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kota Pematangsiantar ... 44

Gambar IV.1. Keadaan Pasar Dwikora di Pagi Hari ... 82

Gambar IV.2. Keadaan Pasar Dwikora di Siang Hari ... 83

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I Daftar Pertanyaan Wawancara

Lampiran II Surat Pengajuan Judul Skripsi

Lampiran III Surat Penunjukan Dosen Pembimbing

Lampiran IV Jadwal Seminar Proposal

Lampiran V Undangan Seminar Proposal

Lampiran VI Daftar Hadir Seminar Proposal

Lampiran VII Berita Acara Seminar Proposal

Lampiran VIII Bukti Hadir Seminar Proposal Penelitian

Lampiran IX Surat Izin Permohonan Penelitian dari FISIP USU

Lampiran X Surat Rekomendasi dari Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Kota Pematangsiantar

Lampiran XI Surat Izin Penelitian dari Badan Penelitian Pengembangan dan Statistik Kota Pematangsiantar

Lampiran XII Surat Keterangan Penelitian dari Kantor Satuan Polisi Pamong Praja Kota Pematangsiantar

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Negara memiliki tugas untuk menjaga ketentraman umum dan menjamin ketertiban setiap masyarakat. Ketentraman dan ketertiban yaitu suatu keadaan dimana pemerintah dan rakyat dapat melakukan kegiatan secara aman, tertib dan teratur (Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 2 Pasal 1 Tahun 1993 tentang pembinaan ketentraman dan ketertiban di daerah). Pembinaan ketentraman dan ketertiban daerah adalah segala usaha, tindakan dan kegiatan yang berhubungan dengan perencanaan, penyusunan, pengembangan, pengarahan, pemeliharaan serta pengendalian segala masalah ketentraman dan ketertiban secara berdaya guna dan berhasil guna meliputi kegiatan pelaksanaan atau penyelenggaraan dan peraturan agar segala sesuatunya dapat dilakukan dengan baik,tertib dan seksama sesuai ketentuan petunjuk, sistem dan metode yang berlaku untuk menjamin pencapaian tujuan secara maksimal (Pasal 150 ayat (1) Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).

Untuk itu setiap Kepala Daerah mempunyai kewajiban mengeluarkan kebijakan dalam rangka memelihara kententraman dan ketertiban masyarakat, karena ketertiban merupakan suasana yang mengarah kepada peraturan dalam masyarakat menurut norma yang berlaku.. Tugas kewajiban Kepala Daerah selain berasal dari tugas yang timbul karena inisiatif sendiri dari alat perlengkapan daerah (Otonomi

(9)

Daerah) dapat juga diperintahkan oleh penguasa yang lebih atas atau yang disebut tugas pembantuan.

Dalam menjalankan tugas dan kewajibannya, tidak semua kepala daerah berhasil dalam menjaga ketertiban dan ketentraman daerahnya. Terutama di daerah perkotaan, setiap orang akan memberikan penilaian yang buruk terhadap keadaan di perkotaan, seperti : kemacetannya, persebaran penduduk yang tidak merata karena jumlah penduduk yang banyak, dan masih banyak masalah-masalah yang muncul. Hal ini otomatis menggangu kenyamanan setiap masyarakat. Oleh sebab itu, Negara membentuk perangkat daerah yang bertugas untuk menjaga ketertiban dan ketentraman di setiap daerah, perangkat daerah tersebut yaitu Satuan Polisi Pamong Praja(SatpolPP).

Polisi Pamong Praja merupakan perangkat pemerintah daerah dengan tugas pokok menegakkan peraturan daerah, penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat, sebagai pelaksana tugas desentralisasi (Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pasal 148 ayat 1). Pada perkembangannya, tugas dan fungsi polisi pamong praja memang ditekankan pada pelayanan masyarakat. Pada saat itu, salah satu tugas dari satuan polisi pamong praja adalah pembinaan ketentraman dan ketertiban masyarakat serta bertugas sebagai penegak peraturan daerah. Dalam kaitannya dengan pembinaan keamanan, belakangan ini gerak langkah satuan polisi pamong praja tidak pernah luput dari perhatian publik. Segala aktivitasnya dengan mudah diketahui melalui pemberitaan di media massa. Sayangnya citra yang terbentuk di benak masyarakat atas sepak terjang

(10)

aparat satuan polisi pamong praja ini sangat jauh dari sosok ideal, yang sejatinya menggambarkan aparatur pemerintahan daerah yang dalam melaksanakan tugasnya menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia dan norma-norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat.

Penilaian masyarakat yang kurang baik terhadap citra dari Polisi Pamong Praja, dapat kita temukan di Kota Pematangsiantar, yang terkenal dengan sebutan sebagai kota transit. Di kota ini, terdapat pasar tradisional, yakni Pasar Dwikora. Letak dari pasar ini sangat strategis, dan menjadi pasar sentral bagi masyarakat. Dengan harga yang lebih murah dibandingkan pasar tradisional lainnya yang ada di kota ini dan semua kebutuhan pokok keluarga dapat ditemukan di Pasar Dwikora ini. Selain itu, letak dari stasiun-stasiun bus-bus yang ingin ke luar kota juga ditempatkan di dekat Pasar Dwikora ini. Dengan adanya kesempatan ini, maka semakin banyak orang dari daerah lain juga menjadikan Pasar Dwikora sebagai tempat persinggahan untuk berbelanja dan sebagian masyarakat dari daerah lain juga sebagai pedagang di pasar dwikora ini, dan hal inilah yang mengakibatkan munculnya banyak pedagang kaki lima di Pasar Dwikora ini.

Keadaan di Pasar ini, seperti yang peneliti amati pada bulan yang lalu, bahwa kegiatan jual-beli sudah dimulai dari dini hari (pukul 05.00 wib) dan berlangsung sampai sore hari (pukul 18.00 wib). Luas badan jalan (+ 2,5meter), seluruhnya dipakai para pedagang kaki lima untuk berdagang. Jumlah pedagang kaki lima yang tergolong banyak(+100 orang), membuat lalu lintas yang ada di Pasar Dwikora ini macet dan mengakibatkan ketidaknyamanan setiap orang yang melewati jalan ini.

(11)

Oleh sebab itu, diperlukan peran dari Polisi Pamong Praja untuk menertibkan pedagang kaki lima yang ada di Pasar Dwikora ini. Maka berdasarkan masalah-masalah yang sudah dijelaskan, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efektivitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dalam menertibkan Pedagang Kaki Lima(PKL) pada Pasar Dwikora, kota Pematangsiantar”.

I.2 Rumusan Masalah

Untuk dapat mempermudah penelitian ini nantinya dan agar penelitian ini memiliki arah yang jelas dalam menginterprestasikan fakta dan data kedalam penulisan skripsi, maka terlebih dahulu dirumuskan permasalahan yang akan diteliti. Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Bagaimana Efektivitas Kinerja dari Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakkan ketertiban umum di Pasar Dwikora,Pematangsiantar?’

I.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kinerja dari Satuan Polisi Pamong Praja dalam menegakkan ketertiban umum terkait Pedagang Kaki Lima yang berjualan dengan sembarangan di Pasar Tradisional Dwikora Pematangsiantar.

(12)

I.4 Manfaat Penelitian

Disamping tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini, maka suatu penelitian harus memiliki manfaat. Adapun manfaat yang hendak dicapai oleh penulis melalui penelitian ini adalah:

1. Bagi penulis khususnya, penelitian ini bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menulis karya ilmiah, terutama dalam menganalisa permasalahan yang terjadi di masyarakat yang ada kaitannya dengan teori akademis.

2. Bagi instansi terkait, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berguna bagi instansi itu sendiri.

3. Bagi Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, penelitian ini bermanfaat untuk memperkaya ragam penelitian mahasiswa dan sebagai sumbangan pemikiran yang berguna untuk penelitian selanjutnya.

I.5 Kerangka Teori

I.5.1 Efektivitas

I.5.1.1 Pengertian Efektivitas

Terkadang banyak orang yang menyamakan makna efektivitas dengan efisiensi, namun sebenarnya keduanya memiliki makna yang berbeda. Efektivitas merupakan salah satu pencapaian yang ingin diraih oleh sebuah organisasi. Untuk memperoleh teori efektivitas peneliti dapat menggunakan konsep-konsep dalam teori

(13)

manajemen dan organisasi khususnya yang berkaitan dengan teori efektivitas. Atmosoeprapto (2002 :139) menyatakan Efektivitas adalah melakukan hal yang benar, sedangkan efisiensi adalah melakukan hal secara benar, atau efektivitas adalah sejauh mana kita mencapai sasaran dan efisiensi adalah bagaimana kita mencampur segala sumber daya secara cermat.

Menurut Stoner dalam Kurniawan (2005 :106) menekankan pentingnya efektivitas organisasi dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Efektivitas dalam kegiatan organisasi dapat dirumuskan sebagai tingkat perwujudan sasaran yang menunjukkan sejauh mana sasaran telah dicapai. Ditinjau dari aspek ketepatan waktu maka menurut Siagian (2002 :171), efektivitas adalah tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, tepat waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan. Dengan kata lain, Efektivitas dapat diartikan sebagai sebuah kriteria evaluasi tentang pengukuran keberhasilan dari suatu kebijaksanaan atau perencanaan dibandingkan dengan akibat atau hasil yang diharapkan.

I.5.1.2 Tingkatan dalam Efektivitas

Efektivitas memiliki tiga tingkatan sebagaimana yang didasarkan oleh David J. Lawless dalam Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997: 25) antara lain :

(14)

Efektivitas Individu didasarkan pada pandangan dari segi individu yang menekankan pada hasil karya karyawan atau anggota dari organisasi. Melihat bagaimana keberhasilan berdasarkan dari kinerja tiap individu.

2. Efektivitas kelompok

Adanya pandangan bahwa pada kenyataannya individu saling bekerja sama dalam kelompok. Jadi efektivitas kelompok merupakan jumlah kontribusi dari semua anggota kelompoknya;

3. Efektivitas Organisasi

Efektivitas organisasi terdiri dari efektivitas individu dan kelompok. Melalui pengaruh sinergitas, organisasi mampu mendapatkan hasil karya yang lebih tinggi tingkatannya daripada jumlah hasil karya tiap-tiap bagiannya. Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah di tentukan sebelumnya. Dengan kata lain segala sesuatu dikatakan efektif apabila tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya tercapai.

Maka dapat disimpulkan bahwa konsep tingkat efektivitas organisasi menunjuk pada tingkat sejauh organisasi melaksanakan kegiatan atau fungsi - fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada, ketepatan waktu dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut yang dapat dilihat dari kuanlitas maupun kuantitas dan dapat bermanfaat bagi anggota-anggota yang ada di

(15)

sekitarnya. Dengan membaca uraian di atas maka penulis menyimpulkan bahwa efektivitas berhubungan dengan empat hal yaitu :

1. Pencapaian tujuan yang telah disepakati, sebuah kegiatan yang dikatakan efektif apabila tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai.

2. Penyelesaian pekerjaan tepat waktu, sebuah pekerjaan dikatakan efektif apabila pekerjaan tersebut dilakukan secara tepat waktu.

3. Kemampuan sumber daya manusia untuk melaksananan tugas ataupun pekerjaannya.

4. Adanya manfaat yang nyata yang dirasakan oleh masyarakat yang ada disekitarnya.

I.5.1.3 Pendekatan dalam Efektivitas

Masih soal efektivitas, ada beberapa pendekatan terhadap efektivitas. Pendekatan- pendekatan itu adalah (Putra, 2001 : 22) :

1. Pendekatan sasaran (Goal Approach)

Pendekatan ini memusatkan perhatiannya dalam mengukur efektivitas pada aspek out-put, yaitu dengan mengukur keberhasilan organisasi publik dalam mencapai tingkatan out-put yang direncanakan.

(16)

Pendekatan ini mengukur efektivitas dari sisi input, yaitu dengan mengukur keberhasilan organisasi publik dalam mendapatkan sumber-sumber yang dibutuhkan untuk mencapai performasi yang baik.

3. Pendekatan Proses (Internal Proses Approach)

Pendekatan ini menekankan pada aspek internal organisasi publik, yaitu dengan mengukur efektivitas layanan publik melalui berbagai indikator internal organisasi, seperti efesiensi dan iklim organisasi.

4. Pendekatan Integratif (Integrative Approach)

Pendekatan ini merupakan gabungan dari ketiga pendekatan diatas yang muncul sebagai akibat adanya kelemahan dan kelebihan masing-masing pendekatan.

I.5.1.4 Kriteria Pengukuran Efektivitas

Selain itu, Gibson, Ivancevich dan Donnely (1997 :31) memberikan batasan dalam kriteria efektivitas organisasi melalui pendekatan teori sistem antara lain:

1. Produksi

Produksi merupakan kemampuan organisasi untuk memproduksi jumlah dan mutu output sesuai dengan permintaan lingkungan, berapa jumlah yang dapat dihasilkan dalam memenuhi permintaan.

(17)

Konsep efisiensi didefinisikan sebagai angka perbandingan antara output dengan input. Ukuran efisiensi harus dinyatakan dalam perbandingan antara keuntungan dan biaya atau dengan waktu atau dengan output.

3. Kepuasan

Kepuasan menunjukkan sampai di mana organisasi memenuhi kebutuhan para karyawan dan pengguna.

4. Adaptasi

Kemampuan adaptasi adalah sampai seberapa jauh organisasi dapat menenggapi perubahan ekstern dan intern.

5. Perkembangan

Organisasi harus dapat berkembang dalam organisasi itu sendiri untuk memperluas kemampuannya untuk hidup terus dalam jangka panjang.

6. Hidup terus

Organisasi harus dapat hidup terus dalam jangka waktu yang panjang.

Adapun kriteria atau ukuran mengenai pencapaian tujuan efektif atau tidak, sebagaimana dikemukakan oleh S.P. Siagian (1978:77), yaitu:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan supaya karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.

(18)

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa strategi adalah “pada jalan” yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

3. Proses analisis dan perumusan kebijakan yang mantap,berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi yang telah ditetapkan artinya kebijakan harus mampu menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan kegiatan operasional.

4. Perencanaan yang matang, pada hakekatnya berarti memutuskan sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa depan.

5. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik masih perlu dijabarkan dalam program - program pelaksanaan yang tepat sebab apabila tidak, para pelaksana akan kurang memiliki pedoman bertindak dan bekerja.

6. Tersedianya sarana dan prasarana kerja, salah satu indicator efektivitas organisasi adalah kemamapuan bekerja secara produktif. Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin disediakan oleh organisasi. 7. Pelaksanaan yang efektif dan efisien, bagaimanapun baiknya suatu

program apabila tidak dilaksanakan secara efektif dan efisien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin didekatkan pada tujuannya.

(19)

8. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat mendidik mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka efektivitas organisasi menuntut terdapatnya sistem pengawasan dan pengendalian.

I.5.2 Kinerja

I.5.2.1 Pengertian Kinerja

Istilah kinerja menurut Mangkunegara (2005:9) kinerja (prestasi kerja) Kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakan sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang sedang diharapkan. Kinerja Pegawai juga merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seorang dalam melaksanakan tugas- tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman , serta kesungguhan waktu ( Hasibuan , 2002: 34 ). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Kinerja Pegawai merupakan prestasi kerja yang dicapai oleh Pegawai pada periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai tanggung jawab yang diberikan dalam mencapai tujuan organisasi.

Kinerja dapat juga diartikan sebagai hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi. Atau dengan kata lain, Kinerja adalah prestasi kerja yang dicapai oleh seseorang pada periode waktu tertentu dalam melaksanakan tugasnya sesuai tanggung jawab yang diberikan dalam mencapai tujuan organisasi.

(20)

I.5.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja Pegawai

Faktor Kinerja Pegawai adalah kecenderungan apa yang membuat Pegawai dalam menghasilkan produktivitas kerja yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas berdasarkan standar kerja yang telah ditetapkan.

Menurut Keith Davis (dalam Anwar Prabu Mangkunegara 2005 : 67 ) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian Kinerja Pegawai yaitu :

1. Faktor Kemapuan (Ability)

Secara psikologis, kemampuan (Ability ) Pegawai terdiri dari Kemampuan Potensi (IQ) dan Kemampuan Reality (Knowledge+Skill). Artinya , setiap pegawai yang memiliki IQ diatas rata-rata (IQ 110-120 ) apalagi IQ superior, very superior, gifted dan genius dengan pendidikan yang memadai untuk jabatannya dan terampil dalam mengerjakan pekerjaannya, maka ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Oleh karena itu, pegawai perlu ditempatkan sesuai dengan keahliannya.

2. Faktor Motivasi (Motivation )

Motivasi terbentuk dari sikap pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai yang terarah untuk mencapai tujuan organisasi. Sikap mental yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai kinerja secara maksimal. Sikap mental pegawai harus sikap mental yang siap secara psikofisik( siap secara mental, fisik, tujuan dan situasi ). Artinya, seorang pegawai harus memiliki sikap mental, mampu secara fisik,

(21)

mamahami tujuan utama dan target kerja yang akan dicapai , mampu memanfaatkan dan menciptakan situasi kerja.

I.5.3 Satuan Polisi Pamong Praja

I.5.3.1 Pengertian Satuan Polisi Pamong Praja

Adapun pengertiannya menurut Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, yaitu bagian perangkat daerah di bidang penegakan Perda, ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat. Satuan Polisi Pamong Praja disingkat Satpol PP adalah perangkat Pemerintah Daerah dalam memelihara ketentraman dan ketertiban umum serta menegakkan Peraturan Daerah. Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong Praja ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Satpol PP dapat berkedudukan di Daerah Provinsi dan Daerah /Kota.

1. Di Daerah Provinsi, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah.

2. Di Daerah /Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh Kepala yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Pamong Praja berasal dari kata Pamong dan Praja, Pamong artinya pengasuh yang berasal dari kata Among yang juga mempunyai arti sendiri yaitu mengasuh. Mengasuh anak kecil misalnya itu biasanya dinamakan mengemong anak kecil,

(22)

sedangkan Praja adalah Pegawai Negeri, Pangreh Praja atau Pegawai Pemerintahan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Pamong Praja adalah Pegawai Negeri yang mengurus pemerintahan Negara. Definisi lain Satpol PP adalah Badan Pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban umum atau pegawai Negara yang bertugas menjaga keamanan.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa Polisi Pamong Praja adalah Polisi yang mengawasi dan mengamankan keputusan pemerintah di wilayah kerjanya. Menurut Pasal 1 Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 2004 tentang Pedoman Satuan Polisi Pamong Praja disebutkan “Polisi Pamong Praja adalah aparatur Pemerintah Daerah yang melaksanakan tugas Kepala Daerah dalam memelihara dan menyelenggarakan ketenteraman dan ketertiban umum, menegakkan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

I.5.3.2 Tugas dari Satuan Polisi Pamong Praja

Seperti yang tertulis dalam Pasal 4 PP Nomor 6 tahun 2010Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, bahwa Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) mempunyai tugas menegakkan Perda dan menyelenggarakan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat serta perlindungan masyarakat.

(Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bahwa penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat merupakan urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah termasuk penyelenggaraan perlindungan masyarakat.

(23)

I.5.3.3 Fungsi dari Satuan Polisi Pamong Praja

Seperti yang tertulis dalam Peraturan Walikota Pematangsiantar Nomor 29 Tahun 2011 tentang Uraian Tugas dan Fungsi Lembaga Teknis Daerah Kota Pematangsiantar, bahwa Kantor Satuan Polisi Pamong Praja bertugas untuk membantu walikota dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang keteentraman dan ketertiban serta penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, keputusan walikota dan peraturan perundang-undangan lainnya, yang meliputi beberapa fungsi,yaitu :

1. Menyusun program dan melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan daerah, peraturan walikota sebagai pelaksanaan peraturan daerah.

2. Melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di daerah.

3. Melaksanakan kebijakan penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, dan keputusan walikota sebagai pelaksana peraturan daerah.

4. Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelengaraan ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, dan keputusan walikota sebagai pelaksana peraturan daerah dengan aparat kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan/atau aparatur lainnya.

(24)

5. Melaksanakan korrdinasi pembinaan dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah,peraturan walikota, keputusan walikota dan peraturan perundang-undangan lainnya dengan aparat kepolisian, penyidik pegawai negeri sipil dan/atau aparat lainnya.

6. Melaksanakan pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati peraturan daerah, peraturan walikota dan keputusan walikota sebagai pelaksanaan peraturan daerah.

7. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

I.5.3.4. Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja

Wewenang dari Polisi Pamong Praja tertulis pada Pasal 6 PP Nomor 6 tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja :

1. melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah; (Tindakan penertiban nonyustisial adalah tindakan yang dilakukan oleh Polisi Pamong Praja dalam rangka menjaga dan/atau memulihkan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat terhadap pelanggaran Perda dan/atau peraturan kepala daerah dengan cara yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan tidak sampai proses peradilan)

2. menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat; (Yang dimaksud dengan

(25)

”menindak” adalah melakukan tindakan hukum terhadap pelanggaran Perda untuk diproses melalui peradilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan).

3. fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat;

4. melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah; (Yang dimaksud dengan “tindakan penyelidikan” adalah tindakan Polisi Pamong Praja yang tidak menggunakan upaya paksa dalam rangka mencari data dan informasi tentang adanya dugaan pelanggaran Perda dan/atau peraturan kepala daerah, antara lain mencatat, mendokumentasi atau merekam kejadian/keadaan, serta meminta keterangan).

5. melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala daerah.

(Yang dimaksud dengan “tindakan administratif” adalah tindakan berupa pemberian surat pemberitahuan, surat teguran/surat peringatan terhadap pelanggaran Perda dan/atau peraturan kepala daerah).

I.5.3.5. KewajibanSatuan Polisi Pamong Praja

Dalam melaksanakan tugasnya, Polisi Pamong Praja wajib untuk : (Pasal 8PP Nomor 6 tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja )

(26)

1. menjunjung tinggi norma hukum, norma agama, hak asasi manusia, dan norma sosial lainnya yang hidup dan berkembang di masyarakat; (Yang dimaksud dengan ”norma sosial lainnya” adalah adat atau kebiasaan yang diakui sebagai aturan/etika yang mengikat secara moral kepada masyarakat setempat).

2. menaati disiplin pegawai negeri sipil dan kode etik Polisi Pamong Praja; 3. membantu menyelesaikan perselisihan warga masyarakat yang dapat

mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat;

(Yang dimaksud dengan ”membantu menyelesaikan perselisihan” adalah upaya pencegahan agar perselisihan antara warga masyarakat tersebut tidak menimbulkan gangguan ketenteraman dan ketertiban umum).

4. melaporkan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia atas ditemukannya atau patut diduga adanya tindak pidna;

(Yang dimaksud dengan ”tindak pidana” adalah tindak pidana di luaryang diatur dalam Perda)

5. menyerahkan kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil daerah atas ditemukannya atau patut diduga adanya pelanggaran terhadap Perda dan/atau peraturan kepala daerah.

I.5.3.6. Pemberhentian Satuan Polisi Pamong Praja

Polisi Pamong Praja diberhentikan karena: (Pasal 18 PP Nomor 6 tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja)

1. alih tugas,

(27)

3. dipidana penjara berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap; dan/atau

4. tidak dapat melaksanakan tugas dan kewajiban sebagai Polisi Pamong Praja.

I.5.2.7. Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja

Satpol PP dalam melaksanakan tugas dan fungsinya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik secara vertikal maupun horizontal. (Pasal 25 PP Nomor 6 tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja). Setiap pimpinan organisasi dalam lingkungan Satpol PP provinsi dan kabupaten/kota bertanggung jawab memimpin, membimbing, mengawasi, dan memberikan petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahan, dan bila terjadi penyimpangan, mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. ( Pasal 26 PP Nomor 6 tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja).

I.5.3.8Kerjasama dan KoordinasiSatuan Polisi Pamong Praja

Kerjasama dan koordinasi dari Polisi Pamong Praja seperti yang tertulis pada Pasal 28PP Nomor 6 tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja, yaitu :

1. Satpol PP dalam melaksanakan tugasnya dapat meminta bantuan dan/atau bekerja sama dengan Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau lembaga lainnya.

2. Satpol PP dalam hal meminta bantuan kepada Kepolisian Negara Republik Indonesia dan/atau lembaga lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertindak selaku koordinator operasi lapangan.

(28)

3. Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan atas hubungan fungsional, saling membantu, dan saling menghormati dengan mengutamakan kepentingan umum dan memperhatikan hierarki dan kode etik birokrasi.

I.5.4 Pedagang Kaki Lima

I.5.4.1 Pengertian Pedagang Kaki Lima

Smart, McGhee dan Dasgupta dalam Limbong, (2007: 49) menyatakan bahwa Pedagang Kaki Lima merupakan masyarakat miskin dan masyarakat marjinal. Pedagang Kaki Lima dalam melakukan aktivitasnya di mana barang dagangannya diangkat dengan gerobak dorong, bersifat sementara, dengan alas tikar dan atau tanpa meja serta memakai atau tanpa tempat gantungan untuk memajang barang-barang jualannya, dan atau tanpa tenda, dan kebanyakan jarak tempat usaha antara mereka tidak dibatasi oleh batas-batas yang jelas. Para Pedagang Kaki Lima ini tidak mempunyai kepastian hak atas tempat usahanya.

Hingga kini, persoalan-persoalan menonjol yang menyangkut para pedagang kaki lima di berbagai kota di Indonesia oleh para pejabat pemerintah kota pada umumnya masih saja ditinjau dari segi kebijaksanaan menata lingkugan fisik perkotaan. Masalahnya meliputi pengotoran, penghambatan lalu lintas, dan perusakan keindahan kota di tempat-tempat umum di mana mereka berjualan. Dan dapat disimpulkan bahwa Pengertian dari Pedagang Kaki Lima adalah mereka yang melakukan kegiatan usaha dagang perorangan atau kelompok yang dalam menjalankan usahanya menggunakan tempat-tempat fasilitas umum, seperti terotoar, pingir- pingir jalan umum, dan lain sebagainya. Pedagang yang menjalankan kegiatan

(29)

usahanya dalam jangka tertentu dengan menggunakan sarana atau perlangkapan yang mudah dipindahkan, dibongkar pasang dan mempergunakan lahan fasilitas umum sebagai tempat usahanya.

I.6 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah atau defenisi yang digunakan untuk menggambarkan fenomena yang dirumuskan atas dasar generalisasi dari sejumlah kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian. Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya interpretasi ganda dari variable yang diteliti (Singarimbun 1995:37). Oleh karena itu, untuk menemukan batasan yang lebih jelas, maka penulis mengemukakan defenisi konsep dari penelitian ini adalah:

1. Efektivitas Kinerja

Efektifitas kerja adalah tingkatan sejauh mana seorang pegawai dapat melaksanakan tugas dan tanggungjawab seperti yang sudah seharusnya dijalankan. Adapun indikator efektivitas kerja yang digunakan dalam penelitian ini ada berdasarkan ketentuan dari Fungsi Satuan Polisi Pamong Praja itu sendiri.

a. Menyusun program dan melaksanakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan peraturan daerah, peraturan walikota sebagai pelaksanaan peraturan daerah.

b. Melaksanakan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum di daerah.

(30)

c. Melaksanakan kebijakan penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, dan keputusan walikota sebagai pelaksana peraturan daerah.

d. Melaksanakan koordinasi pemeliharaan dan penyelengaraan ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah, peraturan walikota, dan keputusan walikota sebagai pelaksana peraturan daerah dengan aparat kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) dan/atau aparatur lainnya.

e. Melaksanakan korrdinasi pembinaan dan pemeliharaan ketentraman dan ketertiban umum serta penegakan peraturan daerah,peraturan walikota, keputusan walikota dan peraturan perundang-undangan lainnya dengan aparat kepolisian, penyidik pegawai negeri sipil dan/atau aparat lainnya.

f. Melaksanakan pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan menaati peraturan daerah, peraturan walikota dan keputusan walikota sebagai pelaksanaan peraturan daerah.

g. Pelaksanaan tugas lainnya yang diberikan walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Satuan Polisi Pamong Praja

Satuan Polisi Pamong Praja merupakan aparat yang dibentuk oleh Negara dan memiliki tugas untuk menjaga ketertiban dan ketentraman kelangsungan hidup masyarakat, dan memiliki fungsi untuk membuat peraturan dalam menjaga ketertiban, sekaligus Polisi Pamong Praja ini juga yang akan menjalankan dan mengawasi pelaksanaan dari program yang sudah dibuat.

(31)

3. Pedagang Kaki Lima (PKL)

Pedagang Kaki Lima adalah orang-orang yang menggunakan fasilitas umum, seperti ; trotoar, pinggir jalan, untuk melakukan usaha dagang demi memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan kelangsungan hidupnya.

I.7 Sistematika Penulisan

BAB I : Pendahuluan

Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konse, dan sistematika penelitian.

BAB II : Metode Penelitian

Bab ini memuat pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, informan penelitian, teknik engumulan data dan teknik analisis data.

BAB III : Deskripsi Lokasi Penelitian

Bab ini menguraikan tentang gambaran umum dan karakteristik lokasi penelitian.

BAB IV : Penyajian Data

Bab ini menguraikan proses dan hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan yang nantinya akan dianalisis oleh peneliti.

(32)

BAB V : Analisis Data

Bab ini memuat kajian dan analisis data yang diperoleh dilapangan dan dokumentasi yang dianalisis.

BAB VI : Penutup

Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang dilakukan.

Referensi

Dokumen terkait

masih jauh dari KKM yang ditetapkan, hal ini terlihat dari nilai evaluasi pada mata pelajaran bahasa indonesia, lebih dari 23 orang (60%) dari seluruh siswa

7 2018 UK36201 WONG TZE YIN SARJANA MUDA SAINS KOMPUTER DENGAN INFORMATIK MARITIM 8 2018 UK34028 LIM SIN HORNG SARJANA MUDA SAINS KOMPUTER DENGAN INFORMATIK MARITIM 9 2018 UK34663

Siklus investasi instrumen keuangan adalah siklus investasi pada sekuritas obligasi atau saham yang diterbitkan oleh perusahaan lain, baik untuk tujuan investasi sementara

Tetapi ketika terlalu jauh masuk pada rana yang dapat mengubah dan mempengaruhi cara pandang, lewat program atau acara yang ditayangkan, barulah kita

Dari hadis diatas rasulullah SAW mengajarkan kepada umatnya , agar menuntut ilmu, terutama sekali adalah ilmu agama kepada orang yang menguasai ilmu tersebut,

Direktorat Jenderal Pendidikan Islam, Kementerian Agama R.I, menyatakan bahwa lembaga di bawah ini telah melakukan updating data Pendidikan Islam (EMIS) Periode Semester GENAP

Strategi pemasaran Coca Cola dinilai kuno, dengan inovasi dan ekspansi yang lambat dalam mengatasi pesaing dan memenuhi keinginan pasar.. Coca-Cola saat ini membutuhkan

Untuk instrumen kedua, yaitu untuk mengetahui unjuk kerja mahasiswa dalam merancang pembelajaran matematika berbahasa Inggris, sebelum dan sesudah penerapan lesson study dan