• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 4 No. 2 Mei 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Penelitian Pendidikan Matematika Volume 4 No. 2 Mei 2016"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH KEMAMPUAN MEMBACA TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN SOAL CERITA MATEMATIKA SISWA

KELAS VII SMP NEGERI 1 WOLOWA

Feni Satria1), Zamsir2), 1)

Alumni Jurusan Pendidikan Matematika, 2) Dosen Jurusan Pendidikan Matematika FKIP UHO. Email: Fenisatria92@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kemampuan membaca dan kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wolowa serta kemampuan membaca mempunyai pengaruh terhadap kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wolowa. Dari hasil analisis data dan pembahasan diperoleh kesimpulan: (1) Rata-rata, median berada pada kategori kemampuan membaca sedang, modus berada pada kategori kemampuan membaca rendah, standar deviasi sebesar 7.024 dengan varians atau keragaman sebesar 49.342, jangkauan sebesar 26. (2) Rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa, median berada pada kategori kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika sedang, modus berada pada kategori kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika rendah, standar deviasi sebesar 7.024 dengan varians atau keragaman sebesar 49.342, jangkauan sebesar 26. (3) Kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika adalah sebesar 37.660 satuan. Setiap kenaikan 1 satuan variabel kemampuan membaca, maka akan menyebabkan kenaikan (karena tanda positif) sebesar 0.436 pada kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa.

Kata Kunci: Kemampuan membaca, Kemampuan pemecahan soal cerita matematika.

EFFECT ON ABILITY READING ABILITY SOLVING PROBLEMS MATH STUDENTS 'STORIES Class VII SMP Negeri 1 WOLOWA

Abstract

This study aims to describe the ability of reading and math story problem solving ability of students of class VII SMP Negeri 1 Wolowa well as the ability to read has an effect on the ability of solving mathematical word problems students of class VII SMP Negeri 1 Wolowa. Data analysis and discussion we concluded: (1) On average, the median is in the category literacy being, the mode is the category of low literacy, the standard deviation of 7024 with a variance or a diversity of 49 342, the range of 26. (2) on average ability to solve math word problems of students, the median is in the category ability to solve math word problems were, the mode is the category of math word problems solving skills are low, the standard deviation of 7024 with a variance or a diversity of 49 342, the range of 26. (3) ability to solve math word problems amounted to 37.660 units. Each increase of 1 unit variable reading skills, it will cause an increase (as a positive sign) of 0436 on students' ability to solve problems story.

Keywords: Ability to read, ability of solving math word problems.

(2)

Pendahuluan

Pendidikan merupakan media yang sangat berperan untuk menciptakan manusia yang berkualitas dan berpotensi dalam arti yang seluas-luasnya, melalui pendidikan akan terjadi proses pendewasaan diri sehingga di dalam proses pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang dihadapi selalu disertai dengan rasa tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, sudah sepatutnya pendidikan mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah dalam rangka meningkatkan sumber daya masyarakat yang berkualitas.

Hakikatnya pembelajaran matematika adalah membangun pengetahuan matematika. Menurut Suherman (2003: 57) dalam pembelajaran matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman tentang sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Abstraksi merupakan sebuah proses yang ditempuh pikiran untuk sampai pada konsep yang bersifat umum. Selanjutnya, dengan abstraksi tersebut para siswa dilatih untuk membuat perkiraan, terkaan atau kecenderungan berdasarkan kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus yang disebut dengan generalisasi. Dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran matematika, perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: 1) mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep atau prinsip dalam matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan menemukan sesuatu, 2) dalam setiap pembelajaran, guru hendaknya memperhatikan penguasaan materi prasyarat yang diperlukan, 3) pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika, yang mencakup masalah tertutup (mempunyai solusi tunggal) dan masalah terbuka (masalah dengan berbagai cara penyelesaian). Kemampuan berasal dari kata dasar “mampu” yang berarti kuasa (bisa, sanggup melakukan sesuatu, dapat, berada, kaya, mempunyai harta berlebihan) (Manroe, 2005: 276). Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan, kecakapan, kekuatan, atau potensi diri sendiri (Depdikbud, 1999: 623).

Menurut Fenname dalam Suherman (2003: 91), ada tiga variabel kemampuan yang mempengaruhi kesuksesan seseorang dalam menyelesaikan soal cerita matematika yaitu kemampuan memahami masalah, kemampuan merencanakan penyelesaian dan kemampuan berhitung. Selain itu, pendapat lain dari Mekle dkk dalam Suherman (2003: 91) menyatakan bahwa ada tiga langkah yang merupakan urutan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika, yaitu: (1) Mengidentifikasi masalah. (2) Menentukan apa yang diketahui dan yang ditanya. (3) Membuat rencana penyelesaian dari apa yang diketahui. Agar dapat mengidentifikasi masalah, menentukan apa yang diketahui dan ditanyakan, siswa yang harus memahami apa yang menjadi permasalahan dalam soal tersebut.

Adapun langkah-langkah dalam menyelesaikan soal cerita menurut Soedjadi dalam Nafi’an (2011: 572) adalah membaca soal cerita dengan cermat untuk menangkap makna tiap kalimat; memisahkan dan mengungkapkan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan dan pengerjaan hitung apa yang diperlukan dalam soal; membuat model matematika dari soal; menyelesaikan model menurut aturan matematika sehingga mendapat jawaban dari soal tersebut; mengembalikan jawaban model ke jawaban soal asal.

Tingkat kemampuan siswa dalam memecahkan masalah menurut Departemen Pendidikan Vermont dalam Nafi’an (2011: 573) dibedakan menjadi tiga tingkat yaitu:

1. Tidak mengerjakan, atau tidak sebagaianpun solusi yang diberikan benar, atau beberapa pekerjaan ada, tetapi pekerjaan tidak mendukung jawaban. 2. sebagaian benar hanya untuk sebagian

masalah dan disana ada pekerjaan untuk mendukung kebenaran sebagian jawaban tersebut, atau solusi mengandung kesalahan perhitungan, yang menyebabkan tidak lengkap atau tidak benar jawaban.

3. Jawaban benar dan semua pekerjaan yang dilakukan untuk memecahkan masalah mendukung jawaban.

(3)

Tabel 1.

Indikator Tingkat Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Soal Cerita Matematika

Tingkat Indikator

1 a. Siswa tidak mengerjakan soal

b. Siswa tidak dapat memahami soal cerita yang ditunjukkan dengan tidak dapat menjelaskan yang diketahui, yang ditanyakan.

c. Siswa tidak menggunakan strategi atau cara yang benar dalam menyelesaikan soal cerita.

d. Siswa tidak memeriksa kembali jawabannya.

2 a. Siswa dapat memahami soal cerita yang ditunjukkan dengan dapat menjelaskan yang diketahui dan yang ditanyakan.

b. Siswa menggunakan strategi atau cara yang benar dalam menyelesaikan soal cerita.

c. Siswa mengerjakan dan terdapat sebagian perhitungan yang salah. d. Siswa tidak memeriksa kembali jawabannya.

3 a. Siswa dapat memahami soal cerita yang ditunjukkan dengan dapat menjelaskan yang diketahui dan yang ditanyakan.

b. Siswa menggunakan strategi atau cara yang tepat dalam menyelesaikan soal cerita.

c. Siswa melaksanakan strategi atau cara yang benar dalam menyelesaikan soal cerita.

d. Siswa memeriksa kembali jawabannya dengan benar.

(Nafi’an, 2011: 575-576). Soal cerita adalah soal jenis tertentu

dalam matematika yang disajikan dalam bentuk bahasa atau cerita kehidupan sehari-hari (Hudoyo dalam Auzar, 2013: 34). Dalam soal cerita tersebut, secara umum, terkandung konsep matematika, seperti pengalian, penambahan, pengurangan, dan pembagian. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan soal cerita, siswa harus mengonversikan dalam bentuk angka. Dengan demikian, terjadi dua proses yang dilakukan siswa, yaitu proses pemahaman rangkaian kalimat cerita dan proses pengonversian rangkaian kalimat cerita menjadi angka.

Pemahaman bahasa soal cerita berhubungan dengan kemampuan membaca bahasa soal tersebut. Membaca merupakan suatu kesatuan kegiatan yang terpadu yang mencakup beberapa kegiatan, seperti mengenali huruf dan kata-kata, menghubungkannya dengan bunyi dan maknanya, serta menarik kesimpulan mengenai maksud bacaan (Akhadiah dalam Auzar, 2013: 33). Membaca pada hakikatnya adalah proses yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak

hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual, membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas mengenal kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata dapat berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus (Crawley & Mountain dalam Auzar, 2013: 34).

Smith dalam Somadayo (2011: 9) mengemukakan bahwa membaca pemahaman adalah suatu kegiatan atau aktifitas yang dilakukan oleh pembaca untuk menghubungkan informasi lama dengan maksud untuk mendapatkan pengetahuan baru. Disamping menghubungkan informasi dan mendapatkan pengetahuan baru, aktifitas yang dilakukan oleh pembaca dalam memahami bahan bacaan dapat diklasifikasi menjadi pemahaman literal,

(4)

pemahaman interpretasi, pemahaman kritis, dan pemahaman kreatif.

Soal cerita adalah soal jenis tertentu dalam matematika yang disajikan dalam bentuk bahasa atau cerita kehidupan sehari-hari (Hudoyo dalam Auzar, 2013: 34). Dalam soal cerita tersebut, secara umum, terkandung konsep matematika, seperti pengalian, penambahan, pengurangan, dan pembagian. Oleh karena itu, untuk menyelesaikan soal cerita, siswa harus mengonversikan dalam bentuk angka. Dengan demikian, terjadi dua proses yang dilakukan siswa, yaitu proses pemahaman rangkaian kalimat cerita dan proses pengonversian rangkaian kalimat cerita menjadi angka.

Mahardi, dkk (2011) dalam penelitianya Pengaruh Keterampilan Membaca Dan Minat Belajar Matematika Terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar Di Kecamatan Somagede Tahun 2010/2011, Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas tahun 2010/2011, sejumlah 22 sekolah. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa: (1) Ada Pengaruh signifikan keterampilan membaca terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika kelas V SD Negeri Se Kecamatan Somagede (2) Ada Pengaruh signifikan minat belajar matematika terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika Kelas V dan (3) Adanya pengaruh yang signifikan keterampilan membaca dan minat belajar matematika bersama-sama terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika kelas V

Elvionita (2014) dalam Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas IV Se-Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013/2014. Sedangkan teknik analisis data dengan menggunakan teknik analisis regresi sederhana dengan bantuan program SPSS 20.0 for Windows.Hasil penelitian menyimpulkan bahwa (1) Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas IV Se-Kecamatan

Tanjungsari Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013/2014 secara keseluruhan menunjukkan pada katagori sedang (X = 9,51). (2) Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Siswa Kelas IV SD negeri Se-Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013/2014 secara keseluruhan berada pada kategori sangat baik (Y = 80,14). (3) Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa ada pengaruh positif dan signifikan kemampuan membaca pemahaman terhadap kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa kelas IV SD SD negeri Se-Kecamatan Tanjungsari Gunungkidul Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013/2014 (Fhitung = 19,377 > Ftabel = 3,906; p = 0,000).

Beranjak dari rumusan masalah, kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Kemampuan membaca siswa tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wolowa.

H1 : Kemampuan membaca siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wolowa.

Hipotesis Statistik di atas dapat ditulis sebagai berikut:

H0 : = 0 H1 : ≠ 0 Metode

penelitian yang digunakan adalah penelitian ex post facto. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 2 sampai dengan 4 Mei 2016 semester Genap tahun ajaran 2015/2016. Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII SMP Negeri 1 Wolowa, Desa Wolowa, Kecamatan Wolowa, Kabupaten Buton.

Penelitian ini mempunyai dua variabel yaitu: (1) kemampuan membaca dan (2) kemampuan pemecahan soal cerita. Dimana variabel kemampuan membaca (X) merupakan variabel bebas sedangkan kemampuan 60 www.jppm.hol.es

(5)

pemecahan soal cerita (Y) merupakan variabel terikat. Hubungan antara ketiga variabel tersebut dapat dilihat pada desain berikut:

X Y

Gambar 1. Desain Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wolowa tahun ajaran 2015/2016 yang berjumlah 91 siswa.

Tabel 2

Data jumlah siswa kelas VII

No. Kelas Jumlah

1. 2. 3. 4. VII.1 VII.2 VII.3 VII.4 22 23 24 22 Jumlah 91

Untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian, maka digunakan teknik pengumpulan data yaitu tes. Tes yang diguakan

ada dua macam yaitu tes kemampuan membaca dan tes kemampuan pemecahan soal cerita matematika.

Tabel 3

Kisi-Kisi Instrumen Kemampuan Membaca Judul Bacaan Tingkat

Pemahaman Indikator No Soal Jumlah Soal Sulawesi Tenggara

Faktual 1. Siswa mampu menemukan ide pada wacana

2. Siswa mampu menentukan luas pulau Sulawesi Tenggara.

1

2 2 Interpretif 1. Siswa mampu menghitung jumlah

persentase kemiskinan di Sulawesi Tenggara.

2. Siswa dapat menunjukan selisi laju pertumbuhan penduduk

3

4

2

Aplikatif 1. Siswa mampu membuat kesimpulan

dari wacana tersebut 5 1

Jumlah 5

Tes kemampuan pemecahan soal cerita matematika dan tes kemampuan membaca disusun dengan cara dimulai dengan definisi

konsep, definisi operasional dan kisi-kisi instrument.

(6)

Tabel 4

Instrumen Kemampuan Pemecahan Soal Cerita

Kompetensi Dasar Indikator No Soal

Jumlah 1. Menghitung keliling dan

luas bangun segitiga dan segi empat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah

a. Kemampuan menulis apa yang diketahui

b. Kemampuan menulis apa yang ditanyakan

c. Kemampuan berhitung dan kemapuan mengerjakan secara rutin d. Kemampuan menafsirkan hasil yang

diperoleh / menarik kesimpulan

1 1 1 1 1 1 1 1 Jumlah 4

Untuk mengetahui validitas item tes digunakan korelasi Product-Moment sebagai berikut:

(

)( )

(

) (

)

{

2 2

}

{

(

2

) ( )

2

}

− − − = Y Y N X X N Y X XY N rXY (Arikunto, 2006:72) Keterangan: XY

r

= Koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y

X = Skor item Y = Skor Total N = Jumlah responden

Adapun kriteria pengujian sebagai berikut: a. Jika

r

XY

r

tabel dengan α = 0,05 maka

item tersebut valid

b. Jika

r

XY <

r

tabel dengan α = 0,05 maka item tersebut tidak valid

Sedangkan uji reliabilitas instrumen yang dilakukan terhadap soal yang terpilih, menggunakan rumus Alpha Cronbach yaitu sebagai berikut:





=

2 2 11

1

1

t i

n

n

r

σ

σ

(Arikunto, 2006: 109) Keterangan: 11

r

= Reliabilitas tes yang akan dicari

2

i

σ

= Jumlah varians skor tiap-tiap butir/item

2 i

σ

= varians skor total n = Banyaknya soal

Hasil analisis validitas berdasarkan uji coba instrumen tes kemampuan membaca yang terdiri dari 10 butir soal yang diberikan kepada 30 siswa dan tes kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa yang terdiri dari 7 butir soal yang diberikan kepada 30 orang siswa. Berikut ini adalah hasil analisis validitas tes kemampuan membaca dan tes kemampuan pemecahan soal cerita matematika di tampilkan pada tabel 5 dan 6.

(7)

Tabel 5

Hasil Analisis Validitas Tes Kemampuan Membaca No Soal Koefisien korelasi (𝑟𝑥𝑦) keterangan

1 0,577 Valid 2 0,521 Valid 3 0,547 Valid 4 0,510 Valid 5 0,532 Valid 6 0,50 Valid 7 0,534 Valid 8 0,547 Valid 9 0,632 Valid 10 0,573 Valid Berdasarkan hasil uji coba instrumen tes

kemampuan membaca seperti hasilnya disajikan pada Tabel 5 diperoleh 10 butir soal yang valid

yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10. Hasil uji coba tes kemampuan pemecahan soal cerita matematika disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6

Hasil Analisis Validitas Tes Kemampuan Pemecahan Soal Matematika Siswa

No Soal Koefisien korelasi (𝑟𝑥𝑦) Keterangan

1 0,525 Valid 2 0,537 Valid 3 0,560 Valid 4 0,519 Valid 5 0,610 Valid 6 0,535 Valid 7 0,534 Valid

Berdasarkan Tabel 6 diperoleh hasil uji coba tes kemampuan pemecahan soal cerita matematika ada 7 butir soal yang valid yaitu soal nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6 dan 7. Ketujuh butir soal ini kemudian digunakan untuk mengunpulkan data penelitian. Selanjutnya, hasil analisis reabilitas tes kemampuan membaca dan tes kemampuan pemecahan soal cerita matematika diperoleh nilai koefisien reliabilitas tes kemampuan membaca = 0,737 dan tes kemampuan pemecahan soal cerita = 0,721 yang dapat diinterpretasikan dalam kategori reliabilitas tinggi. Hal ini berarti bahwa tes ini cukup diandalkan untuk mengukur kemampuan membaca dan pemecahan soal cerita matematik siswa.

Sebelum dilakukan analisis regresi linear sederhana, dilakukan uji persyaratan analisis regresi sebagai berikut: Untuk keperluan ini digunakan statistik uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan SPSS 16.0 for Windows atau secara manual dengan langkah-langkah pengujian sebagai berikut:

1) Data hasil pengamatan variabel Y diurutkan mulai dari data terkecil sampai data yang terbesar.

2) Menentukan proporsi distribusi frekuensi setiap data variabel yang sudah diurutkan dan diberi simbol Fa(Y).

3) Menghitung nilai Z dengan rumus:

σ µ

− = Y

Z

(8)

Keterangan :

μ = skor rata-rata (digunakan ) σ = standar deviasi (digunakan Sx)

4) Menentukan proporsi distribusi frekuensi kumulatif teoretis (luas daerah dibawah kurva normal) dari variabel Y dinotasikan Fe(Y).

5) Menentukan nilai mutlak dari selisih Fa(Y) dan Fe(Y) yaitu .

6) Membandingkan nilai Dmaks = maks

dengan nilai Dtabel =

jika n > 35, dimana n adalah banyaknya sampel.

7) Kriteria untuk pengambilan keputusan adalah :

• Jika Dmaks ≤ Dtabel maka data berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

• Jika Dmaks > Dtabel maka data berasal

dari populasi yang tidak berdistribusi normal, (Djarwanto, 1995:50).

• Sebelum ditentukan model regresi yang akan digunakan maka data perlu dilihat dulu diagram pencarnya (hasil plot). Jika berdasarkan hasil plot terlihat diagramnya berbentuk garis lurus (linier) maka akan digunakan metode analisis regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut:

Yi = β0 + β1X + εi untuk (i = 1, 2, …, n)

dengan X = variabel bebas, εi = komponen sisaan yang tidak diketahui nilainya (acak) dan, β0 dan β1 = parameter yang nilainya tidak diketahui sehingga diduga menggunakan statistik sampel.

Model sampel untuk regresi linear ganda dirumuskan:

Ŷ = b0 + b1X Dengan,

Ŷ = variabel terikat X = variabel bebas

b0 = pendugaan bagi intersep (β0)

b

0

=

Y

b

1

X

b1 = pendugaan bagi koefisien regresi (βi).

(

)(

)

(

)

− − − = 2 1 X X Y Y X X b i i i (Herhyanto, 2012:9.26-30) Uji kelinearan regresi linear sederhana dilakukan dengan bantuan SPSS 21. Langkah-langkah uji kelinearan menggunakan SPSS sebagai berikut:

• Mencari korelasi antar variabel

(

)

(

)

(

)

(

)

{

2 2

}

{

(

2

)

(

)

2

}

− − − = i i i i i i i i Y Y N X X N Y X Y X N r (Herhyanto, 2012:9.44)

• Mencari nilai kontribusi korelasi KP = R2 x 100% • Menguji signifikansi

{ }

1 1

b

s

b

t

hitung

=

, dengan Kriteria pengujian:

° thitung > ttabel = t[(1-α);(n-2)], maka H0

ditolak artinya variabel X mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y

° thitung ≤ ttabel = t[(1-α);(n-2)], maka H0

ditolak artinya variabel X tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y

(Herhyanto, 2012:9.39). Hasil

Penelitian ini telah dilaksanakan di kelas VII SMPN 1 Wolowa dengan mengambil populasi seluruh siswa kelas VII sejumlah 91 siswa yang tersebar dalam 4 kelas paralel. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kelas VII SMPN 1 Wolowa, Namun ketika pengambilan data berupa tes kemampuan membaca dan tes menyelesaikan soal cerita matematika ada beberapa siswa yang tidak hadir, sehingga keseluruhan sampel dalam penelitian ini menjadi 83 siswa.

(9)

Untuk mengetahui kemampuan membaca, siswa diberikan tes isian dari suatu

paragraph yang meliputi:

Tabel 7

Deskripsi Kemampuan Membaca Siswa

Mean 72.41 Median 71 Std. Deviation 7.024 Variance 0.264 Minimum 60 Maximum 86

Berdasarkan Tabel 7 dapat dijelaskan bahwa rata-rata kemampuan membaca siswa sebesar 72.41, median atau nilai tengah sebesar

71, modus atau nilai yang sering muncul sebesar 70, standar deviasi sebesar 7.024, terendah sebesar 60, dan nilai tertinggi sebesar 86.

Tabel 8

Distribusi Kemampuan Membaca Kelas Interval Kategori Frek % 79.43 ≤ X ≤ 100 Tinggi (T) 17 20.48 65.39 ≤ X < 79.43 Sedang (S) 51 61.45 0 ≤ X < 65.39 Rendah (R) 15 18.07

Total 83 100

Berdasarkan Tabel 8 diperoleh bahwa kemampuan membaca tinggi sebanyak 17 siswa atau sebesar 20.48%, kemampuan membaca sedang sebanyak 51 siswa atau sebesar 61.45%,

dan kemampuan membaca rendah sebanyak 15 siswa atau sebesar 18.07%.

Grafiknya sebagai berikut.

Gambar 2. Grafik data kemampuan membaca siswa

(10)

Deskripsi data hasil tes kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa yang meliputui rerata, standar deviasi, varians, nilai

maksimum dan minimum diperlihatkan pada Table 9 berikut ini .

Tabel 9

Deskripsi Kemampuan menyelesaikan Soal Matematika Siswa

Mean 72,41 Median 71,00 Std. Deviation 7,024 Variance 0,264 Std. Error of Skewness 0,525 Minimum 60 maximum 86

Berdasarkan Tabel 9 dapat dijelaskan bahwa rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa sebesar 69.27, median atau nilai tengah sebesar 70, modus atau nilai

yang sering muncul sebesar 60, standar deviasi sebesar 9.911, Skewness sebesar -.029 dengan varians atau keragaman sebesar 98.222, jangkauan sebesar 43, nilai terendah sebesar 48, dan nilai tertinggi sebesar 91.

Tabel 10

Distribusi Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Siswa Kelas Interval Kategori frek % 79.18 ≤ X ≤ 100 Tinggi (T) 14 16.87 59.35 ≤ X < 79.18 Sedang (S) 56 67.47 0 ≤ X < 59.35 Rendah (R) 13 15.66

Total 83 100

Berdasarkan Tabel 10 diperoleh bahwa kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika tinggi sebanyak 14 siswa atau sebesar 16.87%, kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika sedang sebanyak 56

siswa atau sebesar 67.47%, dan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika rendah sebanyak 13 siswa atau sebesar 15.66%. Selanjutnya, grafiknya diperlihatkan pada Gambar 3 sebagai berikut.

(11)

Gambar 3. Grafik data kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa

Berdasarkan hasil uji normalitas residual diperoleh bahwa Asymp. Sig. (2-tailed) = 0.262

≥ α = 0.05, maka H0 diterima. Hal ini berarti bahwa, data residual dari persamaan regresi yang dihasilkan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.

Berdasarkan hasil analisis korelasi diperoleh koefisien korelasi antara kemampuan membaca siswa dengan kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika sebesar rxy = 0.309. Dengan koefisien determinasi sebesar r2 = 0.09.

Tabel 11 Hasil ANOVA Regresi

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 770.800 1 770.800 8.572 .004b Residual 7283.368 81 89.918 Total 8054.169 82

Berdasarkan Tabel 11 diperoleh bahwa Sig. = 0.004 < α = 0.05, maka H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat jumlah ragam yang berarti dalam

kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika yang disebabkan persamaan linear antara kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika dengan kemampuan membaca siswa.

(12)

Tabel 12

Hasil Persamaan Regresi dan Pengujian Hipotesis

Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. B Std. Error Beta 1 (Constant) 37.660 10.845 3.473 .001 X .436 .149 .309 2.928 .004 Berdasarkan Tabel 12 diperoleh bahwa

persamaan regresi yang terbentuk adalah Ŷ = 37.660 + 0.436 X. Nilai t = 2.928 dengan Sig. =

0.004 < α = 0.05, maka H0 ditolak. Dengan ditolaknya H0, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan membaca siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wolowa.

Pembahasan

Jenis penelitian ini adalah penelitian ex

post facto tentang pengaruh kemampuan

membaca terhadap kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa kelas VII SMPN 1 Wolowa. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada tanggal 2 Mei 2016 sampai dengan tanggal 4 Mei 2016. Hasil kemampuan membaca siswa diperoleh dari tes isian yang berjumlah 5 nomor dari sebuah teks bacaan yang diberikan. . Judul teks bacaan yang diberikan adalah Sulawesi Tenggara. adalah tingkat pemahaman faktual yang meliputi: menemukan ide Ada tiga jenis pemahaman yang dapat diperoleh dari tes kemampuan membaca, pertama pokok pada wacana dan menentukan luas pulau. Kedua adalah tingkat pemahaman interpretif yang meliputi: menghitung jumlah persentase kemiskinan dan menunjukan selisi laju pertumbuhan penduduk. Ketiga adalah tingkat pemahaman aplikatif yang meliputi: membuat kesimpulan dari wacana Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa rata-rata kemampuan membaca siswa berada pada kategori sedang dikarenakan nilai rata-rata kemampuan membaca siswa sebesar 72,41 masuk pada kategori sedang. Berdasarkan data distribusi kemampuan membaca dimana kategori sedang berada pada interval 65.39 ≤ X < 79.43. Median atau nilai tengah berada pada kategori kemampuan membaca sedang, dikarenakan nilai

median atau nilai tengah kemampuan membaca siswa sebesar 71,00 masuk pada kategori sedang. Berdasarkan data distribusi kemampuan membaca dimana kategori sedang berada pada interval 65.39 ≤ X < 79.43. Modus atau nilai yang sering muncul berada pada kategori kemampuan membaca sedang, dikarenakan nilai median atau nilai tengah kemampuan membaca siswa sebesar 70, masuk pada kategori sedang. Berdasarkan data distribusi kemampuan membaca dimana kategori sedang berada pada interval 65.39 ≤ X < 79.43. Standar deviasi sebesar 7.024 dengan varians atau keragaman sebesar 49.342, jangkauan sebesar 26, nilai terendah berada pada kategori kemampuan membaca rendah, dikarenakan nilai terendah kemampuan membaca siswa sebesar 60, masuk pada kategori sedang. Berdasarkan data distribusi kemampuan membaca dimana kategori sedang berada pada interval 65.39 ≤ X < 79.43 dan nilai tertinggi berada pada kategori kemampuan membaca tinggi dikarenakan nilai tettinggi kemampuan membaca siswa sebesar 86, masuk pada kategori tinggi. Berdasarkan data distribusi kemampuan membaca dimana kategori tinggi berada pada interval 79.43 ≤ X ≤ 100.

Berdasarkan indikator tingkatan kemampuan membaca siswa diperoleh bahwa pada tingkat pemahaman faktual sebesar 73.59%, siswa telah mampu menemukan ide pokok pada suatu bacaan dan telah mampu mencari kalimat penjelas pada suatu bacaan. Tingkat pemahaman interpretatif sebesar 78.46%, siswa telah mampu menginterpretasikan atau memahami isi kandungan dalam suatu bacaan. Tingkat pemahaman aplikatif sebesar 57.29%, siswa belum mampu untuk membuat suatu kesimpulan dari suatu bacaan.

Hasil kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa diperoleh dari tes essay yang berjumlah 4 nomor. Ada empat indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan 68 www.jppm.hol.es

(13)

menyelesaikan soal cerita matematika siswa yang meliputi: kemampuan menulis apa yang diketahui, kemampuan menulis apa yang ditanyakan, kemampuan berhitung dan kemampuan mengerjakan secara rutin, dan kemampuan menafsirkan hasil yang diperoleh (menarik kesimpulan).

Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa berada pada kategori sedang, dikarenakan nilai rata-rata kmampuan pemecahan soal matematika siswa sebesar 69.27, masuk pada kategori sedang. Berdasarkan data distribusi kemampuan membaca dimana kategori sedang berada pada interval 59.35 ≤ X < 79.18. Median atau nilai tengah berada pada kategori kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika sedang, dikarenakan nilai median atau nilai tengah kmampuan pemecahan soal matematika siswa sebesar 70, masuk pada kategori sedang. Berdasarkan data distribusi kemampuan membaca dimana kategori sedang berada pada interval 59.35 ≤ X < 79.18. Modus atau nilai yang sering muncul berada pada kategori kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika rendah, dikarenakan nilai modus atau nilai yang sering muncul kemampuan pemecahan soal matematika siswa sebesar 60, masuk pada kategori rendah. Berdasarkan data distribusi kemampuan membaca dimana kategori rendah berada pada interval 0 ≤ X < 59.35. Standar deviasi sebesar 7.024 dengan varians atau keragaman sebesar 49.342, jangkauan sebesar 26, nilai terendah berada pada kategori kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika rendah, dikarenakan nilai terendah kemampuan pemecahan soal matematika siswa sebesar 48, masuk pada kategori rendah. Berdasarkan data distribusi kemampuan membaca dimana kategori rendah berada pada interval 0 ≤ X < 59.35 dan nilai tertinggi berada pada kategori kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika tinggi dikarenakan nilai tertinggi kemampuan pemecahan soal matematika siswa sebesar 91, masuk pada kategori tinggi. Berdasarkan data distribusi kemampuan membaca dimana kategori tinggi berada pada interval 79.18 ≤ X ≤ 100.

.

Simpulan dan Sara Simpulan

Berdasarkan paparan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: (1 )Rata-rata kemampuan membaca siswa sebesar 72.41 sebesar 71, modus sebesar 70, standar deviasi sebesar 7.024 dengan varians atau keragaman sebesar 49.342, jangkauan sebesar 26, nilai terendah sebesar 60, dan nilai tertinggi sebesar 86. Sedangkan rata-rata kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika siswa sebesar 69.27, median atau nilai tengah sebesar 70, modus atau nilai yang sering muncul sebesar 60, standar deviasi sebesar 9.911 dengan varians atau keragaman sebesar 98.222, jangkauan sebesar 43, nilai terendah sebesar 48, dan nilai tertinggi sebesar 91. (2) Kemampuan membaca tinggi sebanyak 17 siswa atau sebesar 20.48%, kemampuan membaca sedang sebanyak 51 siswa atau sebesar 61.45%, dan kemampuan membaca rendah sebanyak 15 siswa atau sebesar 18.07%. Sedangkan kemampuan menyelesaikan soal cerita tinggi sebanyak 14 siswa atau sebesar 16.87%, kemampuan menyelesaikan soal cerita sedang sebanyak 56 siswa atau sebesar 67.47%, dan kemampuan menyelesaikan soal cerita rendah sebanyak 13 siswa atau sebesar 15.66%. (3) Tanpa adanya intervensi dari kemampuan membaca siswa, maka kemampuan menyelesaikan soal cerita matematika adalah sebesar 37.660 satuan. Pada pengujian hipotesis disimpulkan bahwa kemampuan membaca siswa mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa kelas VII SMP Negeri 1 Wolowa.

Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas, saran yang dapat diberikan sebagai berikut: (1) Bagi guru, dapat memberikan informasi kepada siswa tentang pengaruh kemampuan membaca terhadap kemampuan pemecahan soal cerita matematika sehingga hasil belajar matematika siswa dapat meningkat. (2) Bagi siswa dapat menjadi acuan dalam: kemampuan membaca sehingga siswa mempunyai kemampuan dalam memecahkan soal dalam bentuk soal cerita. (3) Bagi Sekolah, sebagai masukan bahwa kemampuan membaca merupakan faktor penting

(14)

dalam meningkatkan kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa. (4) Bagi Peneliti, Sebagai pengetahuan tambahan bagi peneliti bahwa kemampuan membaca merupakan faktor penting dalam meningkatkan kemampuan pemecahan soal cerita matematika dan dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang pengaruh kemampuan membaca terhadap kemampuan pemecahan soal cerita matematika siswa serta dapat mengembangkan kemampuan peneliti dalam bidang penelitian.

Daftar Pustaka

Abdurrahman, Mulyono. (2012). Pendidikan

Bagi Anak Berkesulitan Belajar.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Auzar, Thaher. (2013). Hubungan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan Kemampuan Memahami Bahasa Soal Hitungan Cerita Matematika

Murid-Murid Kelas 5 SD 006 Pekanbaru.

Pekanbaru: Universitas Riau.

Depdikbud. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesi. Jakarta: Balai Pustaka.

Elvionita. (2014). Pengaruh Kemampuan Membaca Pemahaman terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa Kelas IV SD Negeri Se-Kecamatan Tanjung Sari Gunung Kidul Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Yogyakarta: Universitas PGRI Yogyakarta.

Mahardi, F.G., dkk. (2011). Pengaruh Keterampilan Membaca dan Minat Belajar Matematika terhadap Kemampuan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Siswa Kelas V SD. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta..

Nafi’an, Muhammad Ilman. (2011). Kemampuan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Ditinjau Dari Gender Di

Sekolah Dasar. Prosiding Seminar

Nasional Pendidikan Matematika: “Matematika dan Pendidikan Karakter

dalam Pembelajaran”.Yogyakarta:

FMIPA UNY.

Sugihartono. et al. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif,

Kualitatif dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Suherman, Erman dkk. (2003). Strategi

Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA UPI.

Somadayo, S. (2011). Strategi dan Teknik

Pembelajaran Membaca. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Sumargiyani. (2005). Meningkatkani Kemampuan dalam Menyelesaian Soal Cerita Berpandu pada Teori Polya. Jurnal UNIMU

Gambar

Gambar 1. Desain Penelitian
Gambar 2. Grafik data kemampuan membaca siswa
Table 9  berikut  ini
Gambar 3. Grafik data kemampuan menyelesaikan soal cerita siswa

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa yang telah selesai melaksanakan Kerja Praktek harus meminta penilaian kerja praktek dari pembimbing lapangan di perusahaan (Form KP- 06).. Laporan Kerja Praktek

Berdasarkan hal tersebut AANG Widiada menerapkan strategi berbasis tradisi dengan sasaran segmentasi pemilih militannya yang merupakan perwujudan dari strategi defensif

Kondisi kehidupan suami istri dalam keluarga prasejahtera di Kecamatan Kluet Timur kehidupan rumah tangga sederhana dan belum mempunyai pendapatan yang memedai, rata- rata

Data lain yang didapatkan dari tabel 4.2 yaitu adanya penurunan semua tingkat insomnia berat saat pretest menjadi insomnia ringan dan sedang saat posttest,

Tema yang dipilih dalam penelitian ini ialah pengambilan keputusan oleh petani, dengan judul Pengambilan Keputusan Pemilihan Jenis Tanaman dan Pola Tanam di Lahan Hutan Negara

Gambaran keungan yang ditampilkan pada penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah berkaitan studi kelayakan, kepada berbagai pihak khususnya petani apabila

Hasil yang diperoleh adalah dari hasil percobaan dan pengujian maka dapat disimpulkan bahwa kondisi optimum proses pelapisan nikel dengan menggunakan campuran

Berdasarkan hasil analisis pengetahuan sebelum dan setelah penyuluhan kesehatan, didapatkan nilai p = 0,000 artinya penyuluhan kesehatan tentang demam berdarah efektif karena